You are on page 1of 4

1.

pemakai laporan keuangan akan mengira atau berharap bahwa auditor independen akan
menemukan semua jenis fraud, baik yang melekat pada laporan keuangan maupun yang
berupa pencurian aset.

Gagasan audit umum tidak dirancang untuk mengungkap kecurangan, tercermin dari praktik
yang peduli akan kecurangan yang menyebabkan laporan keuangan tidak disajikan secara
wajar. Namun Auditor independen tidak memperdulikan kategori Fraud berupa pencurian
uang atau kehilangan asset. (Tuanakotta, 2010). Auditor independen hanya menguji kewajaran
penyajian laporan keuangan, tidak akan timbul masalah. Masalahnya terjadi karena pemakai
laporan mengira atau berharap bahwa auditor independen akan menemukan semua jenis
fraud baik yang melekat pada laporan keuangan maupun yang berupa pencucian asset.
Terlepas apakah laporan keuangan mengandung unsur kecurangan atau tidak, laporan
keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat
tertentu atau selama jangka waktu tertentu. Auditor perlu melakukan suatu tindakan untuk
mendeteksi dan mencegah terjadi kecurangan dalam pelaporan keuangan (fraudulent financial
reporting).

Ada 5 faktor yang digunakan auditor untuk dapat menganalisis dan mendeteksi terjadinya
kecurangan dalam pelaporan keuangan (fraudulent financial reporting). Diantaranya adalah
melalui pendekatan audit forensik, pendekatan Good Corporate Governance , manajemen
laba, pendekatan internal control dan rasio-rasio finansial. Dalam Audit forensik berarti
menghubungkan atau dipergunakan dalam proses hukum atau dipergunakan dalam debat atau
argument. Oleh sebab itu akuntansi forensik berarti aplikasi disiplin akuntansi pada masalah-
masalah legalisasi atau debat didalam proses hukum. Akuntansi forensik lebih menekankan
pada penyimpangan (irregularities) dan pola tindakan dari pada kesalahan (errors) dan
kelalaian (omissions) seperti pada audit umumnya. Prosedur utama dalam akuntansi forensik
menekankan pada teknik wawancara yang mendalam (indepth interview). Akuntansi forensik
menangani kecurangan (fraud), khususnya dibagian korupsi dan penyalahgunaan asset
(missappropriation of asset). Dalam pendekatan ini dibutuhkan bantuan badan hukum seperti
halnya di Indonesia, membutuhkan bantuan Badan Reserse Kriminal Mabes Polri dan Bapepam
untuk mengungkap dan mendeteksi terjadinya kecurangan disuatu perusahaan.

2. TEORI GONE

Terdapat empat faktor pendorong seseorang untuk melakukan fraud, yang disebut
dengan teori GONE yaitu :

1. Greed (keserakahan)
adalah keinginan untuk selalu memperoleh sebanyak-banyaknya, greed merupakan faktor
individu
2. Opportunity (kesempatan)
merupakan suatu keadaan yang bisa datang kapan saja. Selain itu, peluang sangat
bergantung pada tingkat kedudukan jabatan seseorang. Semakin tinggi jabatan seseorang,
semakin besar peluangnya melakukan kecurangan. Opportunity merupakan faktor generik
atau umum

3. Need (kebutuhan)
dapat menjadi faktor penyebab tindak kecurangan saat kebutuhan seseorang (dapat
dikatakan) sangat mendesak. Tuntutan akan pemenuhan kebutuhan inilah yang kemudian
menjadikan seseorang untuk mengambil jalan pintas dengan bertindak curang. Need
merupakan faktor individu
4. Expossure (pengungkapan)
berkaitan dengan hukuman pelaku fraud. Dengan terungkapnya suatu kecurangan dalam
perusahaan tidak menutup kemungkinan terulangnya hal yang sama apabila hukuman atau
sanksi yang diberikan lemah dan tidak menimbulkan sifat jera. Expossure merupakan faktor
generik atau umum.

Greed dan need termasuk dalam faktor individu yang merupakan hal bersifat sangat
personal dan diluar kendali Perusahaan sehingga sulit sekali dapat dihilangkan oleh ketentuan
perundang-undangan. Dengan adanya alasan kebutuhan ditambah dengan motivasi yang
mendorongnya, maka sikap serakah seseorang akan cenderung melanggar ketentuan dan
aturan.

Opportunity dan Expossure disebut sebagai faktor generik atau umum karena merupakan
faktor yang masih di dalam kendali perusahaan sebagai korban perbuatan fraud. Pada
umumnya terdapatnya kesempatan akan mendorong seseorang untuk berbuat fraud kerena
pelaku cenderung berpikir bahwa kapan lagi ada kesempatan jika tidak sekarang. Sementara
expossure berkaitan dengan proses pembelajaran berbuat curang karena menganggap sanksi
terhadap pelaku fraud tergolong ringan sehingga para karyawan perusahaan tidak merasa takut
apabila melakukan fraud.

3. MANAJEMEN LABA YANG TIDAK SAH (illegal earnings management).

Manajemen laba merupakan tindakan yang disengaja oleh manajer dengan memanfaatkan
peluang yang ada dalam prinsip-prinsip akuntansi (boleh dilakukan) untuk kepentingan tertentu.
Hal ini (manajemen laba) terjadi merupakan akibat dari hubungan asimetri antara manajer,
pemegang saham, dan pihak-pihak yang memiliki kepentingan dengan perusahaan.

Praktik Manajemen Laba yang Tidak Sah

Praktik manajemen laba dikategorikan tidak sah apabila dilakukan berdasarkan atas dasar niat
jahat, penipuan, mengambil keuntungan haram, memperkaya diri sendiri, dan menyimpang atau
tidak diperbolehkan oleh Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU), yaitu dengan cara
laporan keuangan yang disajikan ditujukan untuk menyesatkan pengguna laporan keuangan,
melaporkan transaksi-transaksi pendapatan atau biaya secara fiktif dengan cara menambah
atau mengurangi nilai transaksi, atau dengan tidak melaporkan sejumlah transaksi, sehingga
akan menghasilkan laba pada tingkat tertentu yang dikehendaki. Maka tindakan tersebut
dikategorikan sebagai Fraud, melanggar hukum dan mengabaikan atau melanggar PABU
(Prinsip Akuntansi Berterima Umum).

4. Pemberian Opini Auditor yang Menyesatkan

Auditor dianggap melakukan kejahatan jika dalam menjalankan profesinya mengabaikan atau
melanggar Standar Pemeriksaan Akuntan Publik (SPAP). Salah satu contohnya adalah
memberikan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) atas laporan keuangan suatu
perusahaan padahal auditor tersebut mengetahui dan menemukan adanya pelanggaran dan
kesalahan yang material pada laporan keuangan yang diaudit tersebut. Hal ini terjadi jika
terdapat persekongkolan jahat atau kolusi antara auditor dengan manajemen perusahaan.

Dalam hal ini seharusnya akuntan publik bertindak secara independen karena mereka adalah
pihak yang bertugas memeriksa dan melaporkan adanya ketidakwajaran dalam pencatatan
laporan keuangan. Akuntan yang melakukan hal tersebut memberikan informasi yang
menyebabkan pemakai laporan keuangan tidak menerima informasi yang fair. Akuntan sudah
melanggar etika profesinya. Kejadian manipulasi pencatatan laporan keuangan yang
menyebabkan dampak yang luas terhadap aktivitas bisnis yang tidak fair membuat pemerintah
campur tangan untuk membuat aturan yang baru yang mengatur profesi akuntan dengan
maksud mencegah adanya praktik-praktik yang akan melanggar etika oleh para akuntan publik.

Pada akhirnya auditor yang melakukan pelanggaran tersebut harus menghadapi konsekuensi
risiko seperti hilangnya kepercayaan publik dan pemerintah akan kemampuan mereka,
penurunan pendapatan jasa audit, hingga yang terburuk adalah kemungkinan di tutupnya
Kantor Akuntan Publik tersebut.

5. Kejahatan Akuntansi di Pasar Modal/Bursa Efek

Ketentuan tindak kejahatan manipulasi pasar diatur di dalam pasal 91 s.d. pasal 93 UU Pasar
Modal. Manipulasi pasar merupakan tindak pidana yang pengaturannya hanya berlaku bagi
kegiatan di bursa efek saja, khususnya terkait perdagangan efek/saham terdaftar di bursa efek.
Publikasi yang selalu dilakukan atas harga efek dan keadaan pasar dimaksudkan agar
masyarakat mendapatkan gambaran yang nyata dan objektif tentang pasar, bukan merupakan
sesuatu yang direkayasa. Manipulasi pasar dapat berbentuk manipulasi terhadap perdagangan
efek dan manipulasi terhadap harga efek. Tindakan manipulasi pasar dan manipulasi harga
merupakan tindakan yang dilakukan dengan perantaraan anggota bursa, baik secara sendiri
maupun secara bersama-sama, yang dapat memberikan gambaran bahwa transaksi efek atau
harga efek yang terjadi adalah sesuai dengan kekuatan pasar.

Gambaran semu dan menyesatkan dalam transaksi dapat dilakukan oleh anggota bursa
dengan cara melakukan transaksi efek tanpa mengakibatkan perubahan kepemilikan atas efek
tersebut (wash sales), atau melakukan penawaran (jual-beli efek) pada harga tertentu yang
sudah disepakati sebelumnya. Transaksi semu ini dapat dilakukan dengan atau tanpa barang
sama sekali. Dengan demikian dalam kasus ini, penjual tidak menyerahkan saham kepada
pembeli, dan pembelinya pun tidak menerima saham yang dijual. Transaksi ini dimaksudkan
untuk menciptakan a misleading appearance of active trading (penampilan menyesatkan
perdagangan aktif).

Tindakan manipulasi pasar sudah semestinya dilarang, karena yang diinginkan oleh masyarakat
adalah gambaran nyata tentang pasar, yang dapat menjadi pertimbangan bagi masyarakat
bersangkutan dalam berinvestasi. Dengan kata lain, investor ingin agar apa yang terjadi di
pasar memang merupakan cerminan dari kekuatan penawaran dan permintaan, bukan sesuatu
yang dibuat-buat, seolah-olah cerminan kekuatan pasar tersebut adalah gambaran yang nyata
dan benar tentang pasar.

You might also like