You are on page 1of 16

Oleh

Kelompok 3 / 2015 A

1. Bulqis Syal Duha 15 3145453 005


2. Didin Muhammad Hasyir 15 3145453 006
3. Joko Irwan 15 3145453 015
4. Ludfina Angeliana Prada Ude 15 3145453 016
5. Nurhasanah 15 3145453 025
6. Nurlaelah 15 3145453 028
7. Rahmawati Marasabessy 15 3145453 029
8. Ririn Rahmadani Saleh 15 3145453 030
9. Safril 15 3145453 035
10. Wa Fatmawati 15 3145453 036

PROGRAM STUDI DIII ANALIS KESEHATAN


STIKES MEGA REZKY MAKASSAR
2015/2016
A. Anion
Dalam praktikum secar umum dilakukan penggolongan anion menjadi dua
golongan yaitu anion golongan A dan anion golongan B. Penggolongan anion ini
berdasarkan reaksi dengan zat tertentu.
Anion golongan A adalah jenis golongan anion yang dapat menguap bila
bereaksi dengan asam , yaitu:
1. Golongan anion yang menghasilakn gas bila bereaksi dengan asam klorida
encer dan asam sulfat encer seperti : karbonat, sulfit, tiosulfat, nitrit,
Hypoklorit, sianida dan sianat.
2. Golongan anion yang menghasilkan gas bila bereaksi dengan asam sulfat
pekat seperti semua anion Fluorida, Klorida, Bromida, Iodida, Nitrat,
Borat, Format, Asetat, dan Oksalat, Perklorat, Permanganat: Bromate,
Heksacyanoferrat(II) dan (III), Tiosianat, Tartrat, dan Sitrat. Anion
Golongan B adalah kelompok anion yang bereaksi di dalam larutan, yaitu :
1. Anion yang menghailkan reaksi pengendapan (endapan) bila bereaksi di
dalam larutannya misalnya sulfa, Fosfat, Sussinat, Arsenat, Kromat,
Silikat, Salisilat, Fosfit, Hipofosfit, Arsenit, Dikromat, dan Benzoat.
2. Anion yang menghasilkan reaksi oksidasi dan reaksi reduksi bila bereaksi
di dalam larutan seperti Manganat, Permanganat, Kromat, Dikromat.

Pengelompkan Anion Berdasarkan Golongan Anion A dan


Golongan Anion B
No Anion Golongan A Anion Golongan B

1 Karbonat, Sulfit, Tiosulfat, Sulfat, Fosfat, Sussinat, Arsenat,


Sulfida, Nitrit, Hypoklorit, Kromat, Silikat, Salisilat, Fosfit,
Sanida dan Sianat Hipofosfit, Arsenit, Dikromat, dan
Benzoat.
2 Semua anion A(1) dan Manganat, Permanganat, Kromat,
Fluorida, Klorida, Bromida, Dikromat.
Format, Asetat, dan Oksalat,
Perklorat, Permanganat:
Bromate, Heksacyanoferrat
(II) dan (III), Tiosianate,
Tartrat, dan Sitrat

Berikut merupakan Anion yang digolongkan berdasarkan reaksi redoks, yaitu:


1. Anion Pengoksidasi
a. Anion dalam kelompok ini adalah ClO4-, ClO3-, NO3, SO42-, Cr2O72-,
IO3, dan lain-lain.
b. Prinsip kerjanya adalah mula-mula sampel ditambahkan Na2Co3
(jenuh), lalu dipanaskan selama 10 menit kemudian filtrat
ditambahkan dengan HCl pekat dan MnCl2. Apabila warna sampel
berubah menjadi hitam atau coklat berarti sampel tersebut
mengandung anion pengoksidasi.
2. Anion Preduksi
a. Anion dalam kelompok ini adalah S2-, S2O32-, SO3-, Cl-, CNS-, CN,
[Fe(CN)6)4]
b. Prinsip kerjanya adalah mula-mula sampel ditambahkan Na2Co3
(jenuh), lalu dipanaskan selama 10 menit kemudian filtrat
ditambahkan dengan HCl pekat dan MnCl2. Apabila warna sampel
berubah menjadi hitam atau coklat berarti sampel tersebut
mengandung anion pengoksidasi.
Anion lainnya tidak memberikan reaksi dengan asam sulfat pekat dalam
keadaan dingin, tetapi nitrat bereaksi menghasilkan uap coklat dari NO2 yang
dihasilkan, dan asetat memberikan bau khas cuka jika direaksikan dengan asam
sulfat pekat.
Untuk anion dikelompokkan kedalam beberapa kelas diantaranya :
1. Anion sederhana seperti : O2-, F-, CN- , I, Cl, Br,
2. Anion okso diskret seperti : NO3-, SO42-, CO3, NO2,
3. Anion polimer okso seperti silikat, borat, atau fosfat terkondensasi
4. Anion kompleks halida seperti TaF6 dan kompleks anion yang
berbasis bangat seperti oksalat .
Reaksi dalam anion ini akan lebih dipelajari secara sistematis untuk
memudahkan reaksi dari asam-asam organik tertentu dikelompokkan bersama-
sama. Hal ini meliputi asetat, formiat, oksalat, sitrat, salisilat dan benzoat.

B. Sifat-Sifat Anion
Analisis kualitatif sebagian besar didasarkan pada kesetimbangan untuk
memisahkan dan mengidentifikasikan ion yang sejenis. Kesetimbangan asam
basa, kesetimbangan heterogen, kesetimbangan redoks, dan kesetimbangan ion
kompelks merupakan jenis-jenis kesetimbangan yang sering digunakan dalam
analisis kualitatif anion.

1. Sifat-sifat asam-basa
Suatu garam-garam yang mengalami kelarutan dalam air yang
mengandung kation basa kuat bila berkombinasi (bergabung) dengan
anion dari asam lemah menghasilkan larutan yang bersifat basa.

2. Sifat redoks
Kelompok anion, sebagian bersifat sebagai oksidator, sebagian
reduktot, sebagian lain sifat oksidator , reduktornya tergantung dalam
suasana larutannya. NO3- dan CrO42- merupakan oksidator kuat dalam
suasana larutan asam. Anion I-, S2- dan SO32- merupakan reduktor dalam
suasana asam.

3. Kesetimbangan larutan
Reaksi pengendapan mengandung nilai yang sangat berarti bagi
analisis anion. Beberapa reaksi anion dengan ion barium, Ba2+ yang
digunakan sebagai uji spesifik dari anion tertentu didasarkan pada nilai
kelarutannya. Berdasarkan nilai Ksp berbagai garam, hanya barium sulfat
yang dapat diendapkan dari larutan yang dibuat asam dengan asam kuat
encer. Pengendapan senyawa ionic dari larutan mulai terjadi bila hasil kali
ion-ionnya yang dihasilkan lebih besar dari nilai Ksp. Dalam keberadaan
hanya sedikit asam konjugasi, konsaentrasi anion tidak cukup besar untuk
terjadinya endapan.
C. Identifikasi Anion
Kimia analitik dapat dibagi dalam 2 bidang, yaitu analisis kualitatif dan
analisis kuantitatif. Analisis kualitatif membahas tentang identifikasi zat-zat.
Urusannya adalah unsur atau senyawa apa yang terdapat dalam suatu sampel.
Sedangkan analisis kuantitatif berurusan dengan penetapan banyaknya satu zat
tertentu yang ada dalam sampel.
Dalam kimia analisis kuantitatif dikenal suatu cara untuk menentukan ion
(kation/anion) tertentu dengan menggunakan pereaksi selektif dan spesifik.
Pereaksi selektif adalah pereaksi yang memberikan reaksi tertentu untuk satu jenis
kation/anion tertentu. Dengan menggunakan pereaksi-pereaksi ini maka akan
terlihat adanya perubahan-perubahan kimia yang terjadi, misalnya terbentuk
endapan, terjadinya perubahan warna, bau dan timbulnya gas.
Analisa kualitatif menggunakan dua macam uji, reaksi kering dan reaksi
basah. Reaksi kering dapat diterapkan untuk zat-zat padat dan reaksi basah untuk
zat dalam larutan. Reaksi kering ialah sejumlah uji yang berguna dapat dilakukan
dalam keadaan kering, yakni tanpa melarutkan contoh. Petunjuk untuk operasi
semacam ialah pemanasan, uji pipa tiup, uji nyala, uji spektroskopi dan uji manik.
Reaksi basah ialah uji yang dibuat dengan zat-zat dalam larutan. Suatu reaksi
diketahui berlangsung dengan terbentuknya endapan, dengan pembebasan gas dan
dengan perubahan warna. Mayoritas reaksi analisis kualitatif dilakukan dengan
cara basah.
Cara identifikasi ion dibagi menjadi 2 macam, yaitu identifikasi kation dan
identifikasi anion. Namun, pada analisa anion tidak begitu sistematik seperti pada
identifikasi kation. Salah satu cara penggolongan anion adalah pemisahan anion
berdasarkan kelarutan garam-garam perak, garam-garam kalsium, barium dan
seng.
Untuk memudahkan menganalisa anion, diusahakan dulu dalam bentuk
senyawa yang mudah larut dalam air. Umumnya garam-garam natrium mudah
larut dalam garam karbonat dari logam-logam berat sukar larut dalam air,
sehingga apabila zat yang akan dianalisa berupa zat yang sukar larut atau
memberi endapan dengan Na2CO3, maka dibuat dahulu berupa ekstrak soda,
kemudian dipisahkan dari endapan yang mengganggu tersebut.
Identifikasi anion meliputi analisis pendahuluan, analisis anion dari zat asal
dan analisis anion dengan menggunakan larutan ekstra soda. Dari hasil analisis
sebelumnya (data kelarutan) dan pengetahuan tentang kation yang ada, dapat
memberikan petunjuk tentang anion yang mungkin ada atau tak ada dalam larutan
sampel. Sebagai contoh, zat asal larut dalam air panas, kation yang ditemukan
Pb2+, anion yang mungkin ada adalah klorida karena PbCl 2 larut dalam air panas.
Tidak mungkin nitrat karena timbal nitrat mudah larut dalam air dingin.
Analisis anion diawali dengan uji pendahuluan untuk memperoleh gambaran
ada tidaknya anion tertentu atau kelompok lain yang memiliki sifat- sifat yang
sama. Selanjutnya diikuti dengan proses analisis yang merupakan uji spesifik dari
anion tertentu. Pemisahan secara fisik dari anion umumnya tidak penting , karena
uji spesifik anion hanya peka terhadap anion tertentu dan tidak peka untuk anion
lainnya. Hanya bila terjadi interferensi atau gangguan dalam suatu analisis anion
oleh anion lain maka diperlukan langkah awal proses pemisahan.
Beberapa uji pendahuluan dan uji identifikasi atau uji spesifik dapat dilakukan
dalam fasa padatan, tetapi untuk memperoleh validitas pengujian yang tinggi
biasanya dilakukan dalam keadaan larutan. Kelarutan bahan- bahan organik
terutama garam akan sangat membantu dalam menetapkan kombinasi antar anion
dan kation. Misalnya, jika larutan zat yang tidak diketahui ditemukan
mengandung ion karbonat . CO-, maka hanya dimungkinkan ada kation-kation
tertentu seperti K-, Na-,NH-, sebab garam karbonat dari kation lain tidak larut
dalam air. Analisisi anion dan kation sering ksli dapat dibantu oleh diagram alir,
yang menggambarkab langkah-langkah sistematis untuk mengidentifikasi jenis
anion dan kation. Diagram alir untuk analisis kation lebih sistematis dibandingkan
dengan diagram alir analisis anion. Dalam diagram analisis kualitatif anion dan
kation dimulai dari ion yang dinyatakan, pereaksi yang perlu ditambahkan,
kondisi eksperimen dan rumus kimia produk yang dihasilkan. Dalam kerja
laboratorium yang berkaitan dengan analisis ion sangant penting mengikuti urutan
dari langkah-langkah analisis yang telah ditetapkan dalam diagram alir.
Ada beberapa macam cara untuk menggambarkan diagram alir analisis ion.
Gambar umum yang biasa digunakan adalah aliran ke bawah, yang endapannya
dituliskan di sebelah kiri, sedangkan larutannya dituliskan di kanan.
Pada umumnya, suatu proses analisis anion diawali dengan uji pendahuluan
untuk memperoleh gambaran ada atau tidaknya anion tertentu atau kelompok
anion yang memiliki sifat-sifat yang sama. Selanjutnya diikuti dengan proses
analisis yang merupakan uji spesifik dari anion tertentu. Pemisahan secara fisik
dari anion umumnya tidak penting, karena uji spesifik anion hanya peka terhadap
anion yang tertentu dan tidak peka terhadap anion yang lainnya. Hanya bila
terjadi interferensi atau gangguan dalam suatu analisis anion oleh anion lain maka
diperlukan langkah awal proses pemisahan.
Beberapa uji pendahuluan dan uji identifikasi atau uji spesifikasi anion dapat
dilakukan dalam fase padatan , tetapi untuk memperoleh validitas pengujian yang
tinggi biasanya dilakukan dalam keadaan larutan. Kelarutan bahan-bahan
anorganik, terutama garam telah dipelajari sebelumnya dalam mata kuliah dasar
kimia dalam bentuk daftar kelarutan garam, sangat membantu untuk proses
analisis bahan anorganik. Daftar kelarutan garam sangat membantu dalam
menetapkan kombinasi antara anion dan kation.
Jika zat yang tidak diketahui tidak larut dalam air, harus dilakukan
perlakuan tertentu dengan pereaksi kimia agar menjadi larut. Beberapa anion
tidak stabil dalam larutan asam, atau bereaksi satu sama lain dalam suasana asam.
Bila terjadi keadaan tidak stabil suasan asam, maka analisis anion harus dilakukan
dalam suasana basa.
Analisis anion yang sering dilakukan meliputi 11 anion yang paling umum,
yaitu anion sulfide, sulfit, karbonat, nitrit, iodide, bromida, klorida, fosfat,
kromat, nitrat, dan sulfat. Beberapa uji pendahuluan dan uji identifikasi atau uji
spesifik dapat dilakukan dalam fase padatan, tetapi untuk memperoleh validitas
pengujian yang tinggi biasanya dilakukan dalam keadaan larutan. jika zat yang
tidak diketahui tidak larut dalam ai, harus dilakukan perlakuan tertentu dengan
pereaksi kimia agar menjadi larut.
Reaksi identifikasi yang lebih sederhana dikenal sebagai reaksi spesifik untuk
golongan tertentu. Reaksi golongan untuk anion golongan III adalah AgNO3 yang
hasilnya adalah endapan coklat merah bata.
Pemisahan anion-anion ke dalam golongan utama tergantung pada kelarutan
garam pelarutnya. Garam kalsium, garam barium, dan garam zink ini hanya boleh
dianggap berguna untuk memberi indikasi dari keterbatasan-keterbatasan metode
ini. Skema identifikasi anion bukanlah skema yang kaku, karena satu anion
termasuk dalam lebih dari satu sub golongan.
Selain itu ada cara penggolongan anion menurut Bunsen, Gilreath dan Vogel.
Bunsen menggolongkan anion dari sifat kelarutan garam perak dan garam
bariumnya,warna,kelarutan garam alkali dan kemudahan menguapnya.
Gilreath menggolongkan anion berdasarkan pada kelarutan garam-garam Ca,
Ba, Cd dan garam peraknya. Sedangkan Vogel menggolongkan anion berdasarkan
pada proses yang digunakan dalam identifikasi anion yang menguap bila diolah
dengan asam dan identifikasi anion berdasarkan reaksinya dalam larutan.
Identifikasi anion yang menguap bila diolah dengan asam dibagi dua lagi yaitu
anion membentuk gas bila diolah dengan HCl encer atau H 2SO4 encer, dan anion
yang membentuk gas atau uap bila diolah dengan H2SO4 pekat.
Ada pula identifikasi anion berdasarkan reaksi dalam larutan, yaitu anion yang
diidentifikasi dengan reaksi pengendapan dan dengan reaksi redoks. Reaksi
pengendapan umumnya terjadi saat proses pemisahan yang kemudian dilanjutkan
dengan uji identifikasi, namun tidak ada jenis anion tertentu yang termasuk dalam
kelompok reaksi pengendapan karena hal tersebut sesuai dengan uji lanjutannya.
Pembentukan endapan karena adanya senyawa baru setelah bereaksi. Banyak
sekali reaksi yang di gunakan dalam analisis anorganik kualitatif melibatkan
pembentukan endapan. Endapan adalah zat yang memisahkan dari suatu fase
padat keluar dari larutan endapan, mungkin berupa Kristal (kristalin) atau koloid
dan dapat dikeluarkan dari larutan dengan penyaringan. Endapan terbentuk jika
larutan menjadi terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan ke larutan (S) satu
endapan, menurut defenisi adalah sama dengan konsentrasi molar dari larutan
jenuhnya. Kelarutan tergantung pada berbagai kondisi seperti suhu, tekanan,
konsentrasi bahan-bahan lain dalam larutan itu dan pada komposisi pelarutnya.
Anion kompleks halida seperti anion kompleks berbasa banyak seperti oksalat
misalnya (CO(C2O4)3)3- dan anion oksa dari oksigen. Klorat, Bromat dan iodat
merupakan ion yang bipiramidal yang terutama dijumpai pada garam lokal alkali.
Anion okso logam transisi jarang digunakan, yang paling dikenal adalah kalium
permanganat (KMnO4) dan kromat (CrO4) atau dikenal sebagai pengoksida.
Anion berinti banyak dijumpai pada anion okso yang berinti 2, 3 atau 4 atom
oksigen yang terikat pada atom inti dan menghasilkan atom deskret. Namun
demikian, mungkin hanya terdiri dari 2 atom oksigen dan menghasilkan ion
dengan jembatan oksigen seperti ion bikarbonat yang terbentuk dari CrO4 yang
diasamkan.

1. Uji Pendahuluan Untuk Anion


Uji pendahuluan anion dimaksudkan untuk memisahkan anion
pengoksidasi dan anion pereduksi ke dalam empat golongan atau
kelompok yang didasarkan pada reaksinya terhadap larutan asam
perklorat, HCLO4 encer dan ion perak, Ag+. Uji pendahuluan ini dapat
dideteksi dari terjadinya perubahan warna, timbulnya gas dan
terbentuknya endapan.

a. Deteksi adanya ion pengoksidasi


Terjadinya warna merah coklat sampai hitam bila beberapa
tetes larutan sampel atau analit ditambahkan ke dalam larutan
Mangan (II) klorida, MnCl2 dalam larutan HCl pekat,
menunjukkan adanya anion pengoksidasi.

b. Deteksi adanya ion pereduksi


Timbulnya suspense atau endapan biru gelap bila larutan
sampel ditambahkan ke dalam larutan yang mengandung FeCl3,
K3[Fe(CN)6] dan HCl encer menunjukkan adanya anion-anion
pereduksi, seperti S2-,SO32-, I-, , atau NO2-. Endapan biru timbul,
karena terbentuknya KFe[Fe(CN)6] merupakan senyawa kompleks
yang di dalamnya terdapat besi (II) dan besi (III).

c. Deteksi dari kelompok anion


Karakteristik asam basa dan reaksi kesetimbangan dalam
larutan dari anion yang mengikuti klasifikasi dalam empat
kelompok didasarkan pada sifat-sifatnya terhadap asam perklorat
dan ion perak. Klasifikasi anion ke dalam 4 golongan dirancang
hanya untuk memberikan informasi awal tentang ada tidaknya ion-
ion itu sendiri. Klasifikasi ini tidak di rancang untuk proses
pemisahan.

Pengelompokkan anion ke dalam 4 kelompok ini penting,


sehingga ion-ion dalam suatu kelompok tidak terinterferensi oleh
anion dari kelompok lain. Misalnya, ion karbonat akan mengendap
dalam golongan III sebagai garam perak karbonat, jika pada
langkah pertama dilakukan penambahan perak nitrat untuk
menetralkan larutan sampel.

d. Sifat-sifat anion terhadap asam sulfat pekat


Penggunaan larutan asam sulfat pekat (18M) dalam analisis
anion tergantung pada kemampuan anion sebagai bahan
pengoksidasi dan sifat keasamannya.
Jika sampel yang di uji adalah campuran dari garam dari
garam, hasil dari uji, hasil dari uji tidak selalu mudah untuk
diinterpretasi, karena gas yang terbentuk untuk mungkin
terperangkap. Demikian pula dengan garam yang sulit larut
(seperti perak halide) dan garam yang mengandung karakter
kovalen (misal CdI2 dan HgCl2) yang hanya bereaksi lambat
dengan asam.

e. Sifat redoks
Kelompok anion, sebagian bersifat sebagai oksidator, sebagian
reduktor, sebagian lain sifat oksidator , reduktornya tergantung
dalam suasana larutannya. NO3- dan CrO42- merupakan oksidator
kuat dalam suasana larutan asam. Anion I -, S2- dan SO32-
merupakan reduktor dalam suasana asam.

f. Kesetimbangan larutan
Reaksi pengendapan mengandung nilai yang sangat berarti
bagi analisis anion. Beberapa reaksi anion dengan ion barium,
Ba2+ yang digunakan sebagai uji spesifik dari anion tertentu
didasarkan pada nilai kelarutannya.
Berdasarkan nilai Ksp berbagai garam, hanya barium sulfat
yang dapat diendapkan dari larutan yang dibuat asam dengan
asam kuat encer. Pengendapan senyawa ionik dari larutan mulai
terjadi bila hasil kali ion-ionnya yang dihasilkan lebih besar dari
nilai Ksp. Dalam keberadaan hanya sedikit asam konjugasi,
konsaentrasi anion tidak cukup besar untuk terjadinya endapan.

2. Identifikasi ion bromine (Br- )


Ion Br- dengan gas Cl2 menjadikan larutan bewarna kuning. Jika
larutan dikocok dengan karbon disulfide, Br 2 yang terjadi akan larut dalam
karbon disulfide dan warna larutan akan berubah menjadi cokelat.
Reaksinya identifikasinya adalah sebagai berikut:
Cl2(g) + 2Br-(aq) 2Cl-(aq) [kuning] + Br2(g)
Br2 larut dalam CS2 warna cokelat.

3. Identifikasi ion chlorine (Cl-)


Ion Cl- dengan larutan perak nitrat terjadi endapan putih, yang larut
dalam larutan amoniak.
Reaksi identifikasinya adalah sebagai berikut:
Ag+(aq) + Cl-(aq) AgCl(s) [putih]

AgCl(s) + 2NH3(aq) Ag(NH3)2 + Cl-(aq)

4. Identifikasi ion karbonat (CO32-)


Ion CO32- dengan larutan asam klorida menghasilkan gas karbon
dioksida. Jika gas ini dialirkan ke dalam air kapur Ca(OH) 2, dapat
mengeruhkan air kapur.
Reaksi identifikasinya adalah sebagai berikut:
2H+(aq) + CO32-(g) H2O(l) + CO2(g)
2+ -
CO2(g) + Ca (aq) + 2OH (aq) CaCO3(s) [putih] + H2O(l)
5. Identifikasi ion iodida (I-)
Untuk mengidentifikasi adanya ion iodida, mak kita harus mengetahui
ciri dari ion iodida tersebut. Ion I- dengan gas Cl2 menjadikan larutan
bewarna kuning. Jika dikocok dengan karbon disulfide, I2 yang terjadi
larut dalam karbon disulfide dan warna larutan akan berubah menjadi
ungu.
Reaksi identifikasinya adalah sebagai berikut:
Cl2(g) + 2I-(aq) 2Cl-(aq) [kuning] + I2(s)
I2 larut dalam CS2 warna ungu.

6. Identifikasi ion nitrat (NO3-)


Ion NO3- dengan asam sulfat pekat dan larutan besi(II) sulfat pekat
akan menghasilkan suatu cincin cokelat.
Reaksi identifikasinya adalah sebagai berikut:
NO3-(aq) + 4H+(aq) + 3e- NO(g) + 2H2O(l)
3Fe2+(aq) 3Fe3+(aq) + e-
----------------------------------------------------------------------------
NO3-(aq) + 4H+(aq) + 3Fe2+(aq) NO(g) + 2H2O(l) + 3Fe3+(aq)
NO(g) + Fe2+(aq) FeNO2+(aq) [cokelat]

Bila dalam pemeriksaan kation ditemukan kation-kation logam berat (kation


golongan I, II, III, IV dan Mg2+ pada golongan skema H2S) maka pemeriksaan
anion menggunakan larutan ekstrak soda. Larutan ekstrak soda dibuat dengan
memasak cuplikan dalam larutan jenuh natrium karbonat selama 10 menit, lalu
disaring. Filtrat yang diperoleh disebut ekstrak soda (ES). Karena ES suasana
basa maka larutan ES ini tidak dipergunakan tanpa pengaturan suasana yang
tepat. Biasanya sebelum digunakan ditabahkan dulu asam. Sebagai contoh:

1. Analisis terhadap ion-ion preduksi


Warna KMnO4 hilang menunjukkan ion pereduksi positif ada
ES + H2SO4 (4N) + KMnO4
Warna KMnO4 tidak hilang menunukkan ion.
Pereduksi tidak ada.

2. Analisis terhadap ion-ion pengoksida


ES + H2SO4 (4N) kemudian dituangkan dengan hati-hati ke dalam
larutan difenil amin dalam H2SO4 pekat. Bila terjadi warna biru tua
menunjukkan ion pengoksida ada.
Bila bukan biru tua maka menunjukkan ion pengoksida tidak ada.
Fungsi larutan ekstrak soda adalah untuk mengendapkan kation logam
berat dan untuk mempertinggi kelarutan anion.. Pada pemanasan dengan
penambahan Na2CO3 ion-ion logam diendapkan dalam bentuk oksida,
hidroksida, karbonat dan karbonat basa. Bila Na2CO3 yang ditambahkan
banyak maka CrO42- yang dapat larut makin banyak. Dari hasil identifikasi
sebelumnya dapat ditehui adanya beberapa anion seperti CO 32- dan
CH3COO-.

Berikut ini akan dibahas beberapa reaksi identifikasi anion yang lain.
a. SO32- : Dengan larutan KMnO4 yang diasamkan dengan asam
sulfat encer akan terjadi penghilangan warna ungu KMnO 4 karena
MnO4 tereduksi menjadi ion Mn2+.

b. S2O32- : Dengan larutan Ion akan terjadi penghilangan warna iod


karena terbentuk larutan tetrationat yang tak berwarna.

c. SO42- : Dengan larutan barium klorida membentuk endapan putih


BaSO4 yang tak larut dalam HCl encer, asam nitrat encer tetapi
larut dalam HCl pekat panas.

d. NO2- : Dengan larutan KI kemudian diasamkan dengan asetat atau


sulfat encer akan dibebaskan iodium yang dapat diidentifikasi dari
timbulnya warna biru dalam pasta kanji.

e. CN- : Dengan larutan AgNO3 terbentuk endapan putih AgCN yang


mudah larut dalam larutan sianida berlebih karena membentuk ion
kompleks [Ag(CN)2] .

f. SCN- : Dengan larutan FeCl3 membentuk warna merah darah.


[Fe(CN)6]4- : Dengan larutan FeCl3 akan terbentuk endapan biru
prusia dalam larutan netral atau asam. Endapan diuraikan oleh
larutan hidroksida alkali membentuk endapan Fe(OH) 3 yang
berwarna coklat.

g. [Fe(CN)6]3- : Dengan larutan AgNO3 membentuk endapan merah


jingga, Ag3[Fe(CN)6] yang larut dalam amonia tetapi tidak larut
dalam asam nitrat.
h. Cl- : Dengan larutan AgNO3 membentuk endapan putih AgCl yang
tidak larut dalam air dan asam nitrat encer, tetapi larut dalam
amonia encer.

i. Br- : Dengan larutan AgNO3 membentuk endapan kuning AgBr


yang sukar larut dalam amonia encer, larut dalam amonia pekat,
KCN dan Na2S2O3 tetapi tidak larut dalam sama nitrat encer.

j. I- : Dengan larutan Pb asetat terbentuk endapan kuning PbI2 yang


larut dalam air panas yang banyak membentuk larutan tidak
berwarna, ketika didinginkan terbentuk keping-keping kuning
keemasan.

k. NO3- : Dengan tes cincin coklat. Tambahkan 3 ml larutan FeSO 4


yang segar ke dalam 2 ml larutan NO 3- .Tuangkan 3-5 ml asam
sulfat pekat melalui dinding tabung. Terbentuknya cicncin coklat
menunjukkan adanya NO3.

You might also like