You are on page 1of 14

1

2
3
4
5

ANALISIS ANION
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
1. Tabel Pengamatan
N PEREAKSI NO3- NO2- S- SO4 S2O3 SO3
o.
1. AgNO3 - Putih Hita - Putih Puti
m h
2. FeCl3 - - Hita - - -
m
3. HgCl3 - - Hita - - -
m
4. FeSO4segar Cincin Cincin - - - -
+H2SO4 coklat coklat tipis
tipis
5. H2SO4+KMn Warna Warna Warn Warn Warna Warn
O4 KMnO4 KMnO4hila a a hilang a
+ ng hilan tetap hilan
g g
6. BaCl2 - - - Puti - Puti
h h
7. Hcl/H2SO4 - - - - Kuni -
ng
muda
2. Reaksi
a) Asam sulfat pekat :
4NO3- + 2H2SO4 4NO2 + O2 + 2SO42- + 2H2O
b) Asam sulfat pekat dan serutan tembaga yang mengkilat :
2NO3- + 4H2SO4 + 3Cu 3Cu2- + 2NO + 2SO42- + 4H2O
2NO + O2 2NO2
c) Larutan besi(II) sulfat dan asam sulfat pekat (uji cincin coklat) :
2NO3- + 4H2SO4 + 6Fe3+ + 2NO + 4SO42- + 4H2O
Fe2+ + NO [Fe(NO)]2+
H2N HSO3 + NO2- N2 + SO42- + H- + H2O
d) Reaksi nitrat dalam suasana basa Amonia :
NO3- + 4Zn + 7OH- + 6H2O NH3 + 4[Zn(OH)4]2-
3NO3- + 8Al + 5OH- + 18H2O 3NH3 + 8[Al(OH)4]-
NO2- + N3- + 2H+ N2 + N2O + H2O
N3- + H+ HN3
e) Kerja oleh panas
2NaNO3 2NaNO2 + O2
NH4NO3 N2O + 2H2O
2AgNO3 2Ag + 2NO2 + O2
2Pb(NO3)2 2PbO + 4NO2 + O2
6

4.2 Pembahasan
Metode untuk mendeteksi anion tidaklah sistematik seperti pada metode untuk
mendeteksi kation. Sampai saat ini belum pernah dikemukakan suatu skema yang benar-
benar memuaskan, yang memungkinkan pemisahan anion-anion yang umum ke dalam
golongan utama, dan dari masing-masing golongan menjadi anggota golongan tersebut yang
berdiri sendiri. Pemisahan anion-anion ke dalam golongan utama tergantung pada kelarutan
garam pelarutnya. Garam kalsium, garam barium, dan garam zink ini hanya boleh dianggap
berguna untuk memberi indikasi dari keterbatasan-keterbatasan metode ini. Skema
identifikasi anion bukanlah skema yang kaku, karena satu anion termasuk dalam lebih dari
satu sub golongan
Pada percobaan ini dilakukan uji organoleptic yang merupakan uji pendahuluan, uji ini
meliputi pengamatan bentuk, warna, kelarutan serta bau. Pengamatan bentuk bertujuan
mengamati bentuk sampel. Apakah sampel tersebut berbentuk serabut, hablur, Kristal, atau
lainnya. Uji ini mempermudah untuk menentukan jenis anionnya. Uji kelarutan juga
mempermudah penentuan sampel. Kode sampel DDD memiliki warna putih, bentuk serbuk,
tidak berbau, danj larut dalam air
Pada percobaan ini akan dilakukan penentuan golongan anion. Anion dibagi dari
golongan I-III. Untuk mencari golongan anion dari sampel DDD pertama-tama ditentukan
golongan anion itu sendiri dengan cara mereaksikan sampel DDD dengan pereaksi golongan
anion. Untuk penentuan golongan anion sampel direaksikan dengan AgNO3 kemudian
ditambahkan dengan HNO3 dan juga direaksikan dengan Ba(NO3)2 kemudian ditambahkan
HNO3. Apabila masing-masing pereaksi golongan tidak bereaksi sama sekali maka sampel
tersebut termasuk anion golongan II.
Untuk penentuan anion golongan II dengan menggunakan pereaksi spesifik. Pertama-
tama disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Sampel DDD dimasukkan kedalam
tabung reaksi kemudian direaksikan dengan AgNO 3 ternyata tidak ada reaksi yang dihasilkan.
kemudian sampel dimasukkan kembali kedalam tabung reaksi yang baru, direaksikan dengan
FeCl3 begitupun tidak ada reaksi yang dihasilkan. Sampel dimasukkan kedalam tabung reaksi
kemudian direaksikan dengan FeSO4 + H2SO4ternyata di dalam pereaksi terdapat cincin
coklat tipis, dan sampel DDD dimasukkan lagi kedalam tabung reaksi yang baru kemudian
direaksikan dengan H2SO4 2N + KmNO4 ternyata warna KmnO4 semakin bertambah.
Setelah dilakukan uji pereaksi dengan menggunakan pereaksi golongan dan pereaksi
spesifik dapat ditarik kesimpulan bahwa sampel DDD termasuk anion golongan II yaitu NO3-

DAFTAR PUSTAKA
Anonim.,2015, Penuntun Praktikum Kimia Analisis,Universitas Muslim Indonesia, Makassar.

Vogel,A.I.,1979, Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Bagian 1 Edisi V, PT.
Kalma Media Pustaka, Jakarta.

Vogel,A.L.,1979, Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Bagian 2 Edisi V, PT.
Kalma Media Pustaka,Jakarta.
7

F. Data dan Pengamatan :


Sampel A + AgNO3 -------> Tidak terbentuk endapan, hanya terbentuk larutan berwarna
putik keruh, sehingga langsung diuji identifikasi Nitrat dan Permanganat.
Identifikasi Nitrat
Campuran (Sampel A + AgNO3) + NH4OH -------> NH3(terciumnya bau menyengat
amoniak)
Sampel teridentifikasi ada anion Nitrat
Identifikasi Permanganat
Campuran (Sampel A + AgNO3) + NaOH -------> Tidak terbentuk larutan ungu yang berubah
menjadi hijau
Sampel tidak teridentifikasi adanya anion permanganat
Identifikasi Karbonat
Sampel B + HCL encer -------> Tidak ada buih
Sampel tidak teridentifikasi adanya anion karbonat
Identifikasi Asam Cuka
Sampel B + H2SO4 encer -------> CH3COOH (terciumnya bau menyengat cuka)
Sampel teridentifikasi adanya anion asetat
Identifikasi Mg2+
Sampel B + NaOH -------> Tidak ada perubahan
Sampel tidak teridentifikasi adanya anion hidroksida
G. Hasil dan Pembahasan :
Anion adalah atom yang bermuatan negatif bila kelebihan elektron. Analisis anion
diawali dengan uji pendahuluan untuk memperoleh gambaran ada tidaknya anion tertentu
atau kelompok anion yang memiliki sifat sifat yang sama. Selanjutnya diikuti dengan
proses analisis yang merupakan uji spesifik dari anion tertentu. Pemisahan secara fisik dari
anion umumnya tidak penting, karena uji spesifik anion hanya peka terhadap anion tertentu
dan tidak peka untuk anion lainnya. Hanya bila terjadi interferensi atau gangguan alam suatu
analisis anion oleh anion lain, maka diperlukan langkah awal proses pemisahan.
Berdasarkan data pengamatan, reaksi awal untuk sampel A setelah penambahan
AgNO3, tidak terbentuk endapan walaupun penambahannya telah berlebih. Hal tersebut
diduga karena pada sampel memang tidak terdapat anion-anion ferisianida sebagai
Ag3[Fe(CN)6] , anion sulfat sebagai Ag2SO4, dan anion kromat sebagai AgCrO 4. Dugaan
selanjutnya adalah terbentuknya senyawa kompleks dan kurangnya konsentrasi AgNO 3 yang
digunakan sehingga tidak mampu mngendapkan larutan. Berdasarkan teori, endapan
terbentuk jika larutan menjadi terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan ke larutan (S) satu
endapan, menurut defenisi adalah sama dengan konsentrasi molar dari larutan jenuhnya.
Kelarutan tergantung pada berbagai kondisi seperti suhu, tekanan, konsentrasi bahan-bahan
lain dalam larutan itu dan pada komposisi pelarutnya. Jelas terlihat bahwa konsentrasi pelarut
sangat berpengaruh dengan proses pengendapan, konsentrasi pereaksi yang kurang tidak
menjenuhkan larutan, artinya nilai dari kspnya lebih besar dari nilai hasil kali kelarutannya.
Hasil kali kelarutan secara umum dilambangkan dengan Qc dan cara menghitungnya sama
dengan Ksp yaitu merupakan hasil kali konsentrasi ion-ion yang terurai dalam suatu garam
sukar larut. Perbedaannya, nilai Qc menunjukkan hasil kali kelarutan pada keadaan yang
belum bisa dipastikan apakah larutan tersebut belum jenuh, tepat jenuh atau lewat jenuh
(terbentuk endapan) sedangkan Ksp adalah hasil kali konsentrasi ion-ion yang terurai dalam
suatu garam sukar larut pada keadaan maksimum (tepat jenuh). Ketentuannya sebagai berikut
:
8

Jika nilai Qc
Jika nilai Qc=Ksp maka larutan tersebut tepat jenuh.
Jika nilai Qc>Ksp maka larutan tersebut lewat jenuh (ditandai dengan terbentuknya
endapan karena pelarut tidak mampu lagi melarutkan zat terlarut yang dalam hal ini adalah
garam sukar larut)
Karena tidak terbentuk endapan otomatis kami tidak bisa melakukan uji
identifikasi kromat, sulfat dan ferisianida. Pada percobaan kemarin kami hanya melakukan
uji nitrat dan permanganat. Berdasarkan hasil percobaan yang telah kami lakukan, anion yang
positif pada sampel A adalah anion Nitrat dengan penandaan berupa terbentuknya gas
amoniak. Dalam hal ini nitrat berfungsi sebagai zat pengoksidasi atau oksidator, karena
mengubah NH4OH menjadi NH3, terjadi kehilangan ion hidrogen pada NH4OH.
Pada pengujian sampel B, dilakukan tiga uji identifikasi, yaitu identifikasi karbonat,
asetat dan hidroksida, dari ketiga uji tersebut yang hasilnya positif adalah pada identifikasi
asam cuka. Asam cuka memiliki rumus kimia sebagai berikut CH 3COOH atau bisa disebut
juga asam asetat. Cara identifikasi asetat ini bisa dibilang mudah, karena terbukti dengan
timbulnya bau cuka yang menyengat. Sampel yang mengandung anion asetat akan bereaksi
dengan asam sulfat dan terjadi pertukaran ion, asam sulfat yang mengandung ion H+ akan
bergabung dengan ion asetat (CH3COO-) pada sampel membentuk asam asetat atau asam
cuka.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2013). Asetat. [Online]. http://id.wikipedia.org/wiki/Asetat. [9 April 2014]


Anonim. (2013). Asam Asetat. [Online].http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_asetat . [9April 2014]
Anonim. (2013). Hidroksida. [Online].http://id.wikipedia.org/wiki/Hidroksida [9 April2014]
Anonim. (2013). Karbonat. [Online].http://id.termwiki.com/ID:carbonate_%E2%82%81. [9 April
2014]
Anggi. [Online ]Perkiraan Terbentuknya Endapan Berdasarkan
Harga Ksp.http://anggiwilianandini.wordpress.com/kimia-kelas-xi/kelarutan-dan-hasil-
kelarutan/perkiraan-terbentuknya-endapan-berdasarkan-harga-ksp/. [9 April 2014]
Arindradita. (2009). Masteran Anion. [Online]http://levenspiel.wordpress.com/2009/04/19/. [9
April 2014]
Clark, Jim. (2004). Pengertian Oksidasi dan Reduksi. [Online]http://www.chem-is
try.org/materi_kimia/kimia_anorganik1/oksidasi_dan_reduksi/ pengertian oksi dasi
dan_reduksi_redoks/[9 April 2014]
Fitri, Devi. (2013). Ferrisianida Kalium.http://devhyvhy.blogspot.com/2013/06/
ferisianidakalium.html. [9 April 2014]
9

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA


1 Teori Umum
Senyawa ion dalam pelarutnya akan terurai menjadi ion-ion, sedangkan senyawa
kovalen tidak. Oleh karena itu dengan mudah kita dapat membedakan antara senyawa
ion dan senyawa kovalen. Adanya penguraian dalam larutan dapat diamati apabila
diberikan pereaksi yang khas untuk ion-ion yang diduga hasil reaksi.
(Retnowati, 1999).
Anion dapat berfungsi sebagai logam apabila memiliki minimal satu pasang ion
pusat yang disebut bilangan koordinasi. Ikatan kovalen koordinat. Pada ikatan ini ligan
sebagai donor pasangan elektron. Ion kompleks ditinjau dari jenis ligan yang diikat dapat
digolongkan menjadi dua yakni kation kompeleks dan anion kompleks (Yamin, 2000)
Analisa kualitatif dapat dilakukan pada bermacam-macam skala. Dalam analisis
makro kuantitas zat yang dikerjakan adalah 0,5-1 gram dan volume larutan yang diambil
untuk analisis sekitar 20 ml. Dalam apa yang biasa disebut analisis semimikro, kuantitas
yang digunakan untuk analisis dikurangi dengan factor 0,1-0,05 yakni sekitar 0,05 gram
dan volume larutan sekitar 1 ml. Untuk analisis mikro faktor itu adalah 0,01 atau kurang.
Tak ada batas yang tajam antara analisis semimikro dan mikro; yang pertama pernah
disebut analisis sentigram dan yang kedua analisis milligram, tetapi istilah-istilah ini
hanya menyatakan sangat kasar mengenai kuantitas yang digunakan dalam ion-ion tetap
tak berubah. Teknik eksprimen yang khusus telah dikembangkan untuk menangani
volume dan kuantitas endapan yang lebih kecil, dan ini akan diuaraikan agak teperinci.
Untuk analisis rutin oleh mahasiswa, pilihan terletak antara analisis makro dan analisis
semimikro. Terdapat banyak keuntungan bila menggunakan teknik semimikro, antara
lain : (G, Svehla, 1985)
1 Pengurangan konsumsi
2 Kecepatan analisis yang lebih tingggi
3 Ketajaman pemisahan yang meningkat
Latihan dalam mengerjakan kuantitas kecil bahan-bahan dapat dijamin. (G,
Svehla, 1985)
Metode yang tersedia untuk mendeteksi anion tidaklah sistematik sepeti metode
yang telah diuraikan. Sampai kini, belum pernah dikemukana suatu skema yang benar-
benar memuaskan, yang memungkinkan pemisahan anion-anion yang umum ke dalam
golongan-golongan utama, dan pemisahan berikutnya yan gtanpa diragu-ragukan lagi
dari masing-masing golongan menjadu=I anggota-anggota golongan tersebut yang
10

berdiri sendiri. Namun harus kita sebutkan disini, bahwa kita kita bias memisahkan
anion-anion kedalam golonagn-golonagn utama, bergantung pada kelarutan garam garam
peraknya, garam kalsium atau bariumnya, dan garam zinknya. Namun ini hanya boleh
diangggap berguna untuk member indikasi dari keterbatasan-keterbatasan metode ini,
dan untuk memastikan hasil-hasil yang diperoleh dengan prosedur-prosedur yang lebih
sederhana yang akan diuraikan. (G, Svehla, 1985)
Dalam kimia analisis kualitatif dikenal suatu car untuk menentukan ion
(kation/anion) tertentu dengan emnggunakan pereaksi selektif dan spesifik. Pereaksi
selektif yaitu pereaksi yang memberikan reaksi tetentu untuk beberapa jenis
kation/anion, sedangkan pereaksi spesifik adalah pereaksi yang memberikan reaksi
tertentu satu jenis kation/anion. (Rifai, Harizul, 1994)
1 Hasil Praktikum
Berdasarkan percoban analisis anion yang dilakukan, diperoleh hasil pengamatan
sebagai berikut :
a Sampel HR33 yang diuji organoleptik memiliki ciri-ciri :
- Warna : Putih
- Bentuk : Serbuk, hablur
- Bau : Tidak berbau
- Kelarutan : Larut dalam air
b Uji golongan atau kelompok anion :
- Sampel HR33 + AgNO3 tidak bereaksi
- Sampel HR33 + AgNO3 + HNO3 tidak bereaksi
- Sampel HR33 + Ba(NO3)2 tidak bereaksi
- Sampel HR33 + Ba(NO3)2 + HNO3 tidak bereaksi
Berdasarkan uji kelompok anion maka sampel HR33 merupakan
kelompok MnO4- atau NO3.
c Uji spesifik
- Sampel HR33 + FeCl3 tidak bereaksi
- Sampel HR33 + HCl tidak bereaksi
- Sampel HR33 + H2SO4 tidak bereaksi
- Sampel HR33 + H2SO4 + KmnO4 warna KmnO4
- Sampel HR33 + FeSO4 + H2SO4 Cincin coklat tipis
2 Pembahasan
Dalam menentukan jenis suatu sampel maka terlebih dahulu dilakukan
pemeriksaan pendahuluan yaitu uji organoleptik dengan kasat mata seperti melihat
bentuk, warna, kelarutan dalam air dan lain-lain. Kemudian dilakukan lagi reaksi
penggolongan, pemisahan dan penetapan suatu zat.
Sampel HR33 yang diuji organoleptik berwarna putih, bentuknya serbuk atau
hablur, dan tidak berbau. Sampel HR33 larut sempurna pada air.
11

Setelah melakukan uji organoleptik kemudian dilakukan uji penetuan kelompok


anion dimana sampel HR33 direaksikan dengan AgNO3. Namun larutan tersebut tidak
bereaksi dan ditambahkan lagi dengan HNO 3 dan larutan tersebut tidak bereaksi. Lalu
larutan stok direaksikan dengan Ba(NO3)2 dan ditambahkan dengan HNO3, namun tidak
bereaksi. Berdasarkan pengujian tersebut maka sampel HR33 merupakan kelompok
anion MnO4- atau NO3.
Untuk menentukan jenis anion, maka dilakukan uji spesifik. Yaitu sampel HR33
direaksikan dengan FeCl3, HCl, dan H2SO4 namun tidak terjadi perubahan atau tidak
bereaksi.
Selanjutnya direaksikan dengan FeSO4 dan ditambahkan dengan H2SO4, perubahan
yang terjadi adalah pada sampel tersebut terdapat cincin coklat tipis. Jenis anion yang
dicurigai adalah NO3-.
Untuk lebih menyakinkan, maka sampel HR33 direaksikan kembali dengan H 2SO4
dan ditambahkan dengan KMnO4. Perubahan yang terjad adalah terbentuk warna
KMnO4. Hal ini menunjukkkan bahwa sampel HR33 merupakan anion golongan II yaitu
NO3-. Namun telah terjadi kesalahan sampel tersebut merupakan anion golongan II yaitu
SO4.
Dalam praktikum analisis anion ini terdapat hasil pengamatan yang tidak sesuai
dengan literature, hal ini disebabkan karena adanya kesalahan. Adapun factor-faktor yang
mempengaruhinya adalah
1 Tabung dan alat-alat lain yang digunakan tidak bersih dan tidak kering.
2 Sampel yang digunakan telah lama disimpan ditabung reaksi baru direaksikan dan
tidak bagus karena telah terkontaminasi dengan udara.
3 Kurang telitinya dalam melakukan praktikum ini.
DAFTAR PUSTAKA
Retnowati. 1999. Kimia Untuk Universitas. PT. Grandika Pustaka Jakarta.
Rifai, Harizul. 1994. Kimia Dasar. Gramedia : Jakarta.
Kisman, Sarjono, 1988. Analisis Farmasi. Univesitas Gajah Mada : Yogyakarta.
Svehla. G, (1985), Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro, Penerbit PT.
Kalman Media Pustaka. Jakarta
Yamin. 2000. Kimia Dasar Untuk Universitas. Universitas Hassanuddin : Makassar.

B. Pembahasan
12

Metode untuk mendeteksi anion tidaklah sistematik seperti pada metode untuk mendeteksi
kation. Sampai saat ini belum pernah dikemukakan suatu skema yang benar-benar
memuaskan, yang memungkinkan pemisahan anion-anion yang umum ke dalam golongan
utama, dan dari masing-masing golongan menjadi anggota golongan tersebut yang berdiri
sendiri. Pemisahan anion-anion ke dalam golongan utama tergantung pada kelarutan garam
pelarutnya. Garam kalsium, garam barium, dan garam zink ini hanya boleh dianggap berguna
untuk memberi indikasi dari keterbatasan-keterbatasan metode ini. Skema identifikasi anion
bukanlah skema yang kaku, karena satu anion termasuk dalam lebih dari satu sub golongan
Pada percobaan ini akan dilakukan penentuan golongan anion. Anion dibagi dari golongan I-
V. Untuk mencari golongan anion dari sampel tertentu pertama-tama ditentukan golongan
anion itu sendiri dengan cara mereaksikan sampel dengan pereaksi golongan anion. Untuk
penentuan golongan anion sampel direaksikan dengan AgNO3kemudian ditambahkan dengan
HNO3 dan juga direaksikan dengan Ba(NO3)2kemudian ditambahkan HNO3. Apabila masing-
masing pereaksi golongan menghasilkan endapan putih dan setelah ditambahkan
HNO3 endapan putih tersebvut larut maka sampel tersebut termasuk anion golongan III.
Untuk penentuan anion golongan III dengan menggunakan pereaksi spesifik. Pertama-tama
disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. (1) sampel dimasukkan kedalam tabung
reaksi kemudian direaksikan dengan HCl. (2) sampel dimasukkan kembali kedalam tabung
reaksi kemudian direaksikan dengan AgNO3. (3) sampel dimasukkan kedalam tabung reaksi
kemudian direaksikan dengan MgCl2. (4) sampel dimasukkan kedalam tabung reaksi
kemudian direaksikan dengan CaCl2. Pada tabung (1) terbentuk gas setelah direaksikan
dengan HCl. Tabung (2), (3) dan (4) terbentuk endapan putih setelah direaksikan dengan
AgNO3, MgCl2 dan CaCl2.
Setelah dilakukan uji pereaksi dengan menggunakan pereaksi golongan dan pereaksi spesifik
dapat ditarik kesimpulan bahwa sampel TD termasuk anion golongan III yaitu CO3-.

Daftar Pustaka
Anonim. (2010). Penuntun Praktikum Kimia Analisis . Universitas Muslim
Indonesia. Makassar.

Besari, Ismail, dkk., (1982), Kimia Organik untuk Universitas, Edisi I,


Armico Bandung, Bandung.
Direktorat jendral POM. (1979). Farmakope Indonesia . Edisi III. Departemen Kesehatan RI.
Jakarta.

L. Underwood, A., (1993), Analisis Kimia Kualitatif , Edisi IV, Penerbit


Erlangga, Jakarta.
13

Svehla, G. (1985). VOGEL : Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif


Makro dan Semimikro , Bagian 1, Edisi V, PT. Kalma Media Pustaka,
Jakarta.

Berdasarkan praktikum yang dilakukan diperoleh hasil bahwa padaidentifikasi anion dan
kation digunakan Al2 (SO4)3.18H2O yang ditambah NaOH dan NH3 untuk ion Al3+, sedangkan
untuk ion SO42- menggunakan larutan Al2 (SO4)3 + BaCl2 yang ditetesi larutan HCl dan HNO3.
Praktikum acara ini untuk identifikasi ion Al3+, pada penambahan NaOH menghasilkan
endapan gelatin, sedangkan penambahan NH3 (amoniak) menghasilkan endapan tepung. Pada
identifikasi ion SO42- , penambahan HNO3 encer dan HCl pekat menghasilkan endapan gelatin
sedangkan pada penambahan HCl encer dan HNO3 pekat menghasilkan endapan berupa
tepung.
Mengidentifikasi ion Al3+ dengan penambahan NaOH menghasilkan gelatin sedangkan pada
penambahan NH3 (amoniak) menghasilkan tepung yang warnanya sama-sama putih. Hal ini
sesuai dengan teori bahwa Kation golongan III ( , , ,

, , , ) membentuk endapan dengan amonium sulfida dalam suasana

netral atau amoniakal. Endapan yang terbentuk adalah FeS (hitam), Al (putih), Cr(

(hijau) NiS (hitam), MnS (merah jambu) dan ZnS (putih). Endapan yang dihasilkan

pada penambahan NH3 dan NaOH berlebih tidak sesuai dengan Tabel 10. bahwa

dengan larutan basa akan membentuk endapan gelatin putih yang larut dalam pereaksi
berlebih. Hal ini dikarenakan sebelum penambahan NH3 maupun NaOH berlebih,
larutan tidak digojog atau kurang digojog sehingga pada tabung yang berisi

larutan masih terdapat endapan putihMengidentifikasi ion SO42-, dengan

menambahkan larutan HCl encer dan pekat serta HNO3 encer dan pekat. Penambahan
masing-masing larutan dihasilkan endapan yang berbeda-beda, pada penambahan HCl encer
dan HNO3 pekat menghasilkan endapan berupa tepung sedangkan pada penambahan HCl
pekat dan HNO3encer menghasilkan endapan berupa gelatin. Hal dikarenakan Ion

dengan larutan Barium Klorida (BaCl2) membentuk endapan putih Ba yang tak larut

dalam HCl encer, Asam Nitrat (HNO3) encer tetapi larut dalam HCl pekat panas.
Penambahan larutan dengan jumlah yang berbeda pada ion akan menghasilkan

endapan yang berbeda-beda pula. Penambahan NaOH danHNO3 akan dihasilkan endapan
berupa tepung sedangkan pada penambahan NaOH berlebih dan HNO3 berlebih akan
dihasilkan endapan berupa gelatin. Ion SO42-, penambahan HCl dan HNO3 encer maupun
pekat akan menghasilkan endapan putih.
14

DAFTAR PUSTAKA
Huda. 2009. Kimia Analisis 1. D III Analisi Kimia. FMIPA. Universitas Islam Indonesia.
Yogyakarta.
Imam. 2008. Reaksi Anion dan Kation. http://imamsamodra.files.wordpress.com /
2008/02/reaksi-terhadap-kation.pdf (Diakses pada tanggal 18 November 2013 Pukul 09:55
WIB ).
Nugraha. linus. 2009. Identifikasi Anion. Akademi Farmasi Theresiana. Semarang.
Tim Konsultan Kimia FPTK UPI. 2004. Analisis Anion Kation. Departemen Pendidikan
Nasional. Jakarta.
Widiarto, Sonny. 2011. Analisi Anion dan Kation. http://staff.unila.ac.id/
sonnywidiarto/files/2011/09/bab-5-analisis-kation-anion.pdf (Diakses tanggal 19 November
2013 Pukul 11:34 WIB)

You might also like