You are on page 1of 4

logo Alergi makanan Logo kesehatan

Puskesmas dompu barat


No. dokumen :
sop No. revisi :
Tanggal terbit :
Halaman :
Dibuat Oleh Disetujui Oleh Disahkan Oleh
Koordinator BP Umum Ketua Tim Akreditasi Kepala Puskesmas Bejen

dr. Andrew Nugroho, M.M Drg. Fuad Fatkhurrohman dr. Supriyanto


NIP. 198310172010011027 NIP. 198409202011011013 NIP. 196803042008011008

Ruang lingkup Prosedur ini memuat langkah-langkah penegakkan diagnosis


alergi
makanan serta penatalaksanaannya.

tujuan 1. Mengupayakan penanganan alergi makanan yang cepat dan


tepat .
2. Mencegah komplikasi

kebijakan eputusan Kepala Puskesmas No 005/2015 tentang Pembuatan


Standar
Prosedur Operasional (SPO) Pedoman Pengobatan Dasar

referensi Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5


Tahun 2014
tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan
Kesehatan Prime

prosedur 1. Pengertian
1.1. Alergi makanan adalah suatu respons normal terhadap
makanan yang dicetuskan oleh suatu reaksi yang spesifik
didalam suatu sistem imun dan diekspresikan dalam
berbagai
gejala yang muncul dalam hitungan menit setelah
makanan
masuk; namun gejala dapat muncul hingga beberapa jam
kemudian.
1.2. Berbagai rekasi lainnya bukan termasuk alergi diantara
intoleransi makanan seperti laktosa atau susu, keracunan
makanan, reaksi toksik.
1.3. Kebanyakan reaksi hipersensitivitas disebabkan oleh
susu,kacang, telur, kedelai, ikan, kerang, gandum.
1.4. Pada alergi susu dan telur akan berkurang dengan
bertambahnya usia. Alergi kacang dan makanan laut
sering pada dewasa.
1.5. Kebanyakan alergi makanan adalah reaksi
hipersensitivitas
tipe I (IgE mediated) atau tipe lambat (late-phase IgE-
mediated,immune complexmediated, cell-mediated).
1.6. Rekasi anfilaksis merupakan manifestasi paling berat.
1.7. Alergi makanan tidak berhubungan dengan IBS, namun
harus
dipertimbangkan untuk pasien atopi. Tidak ada bukti kuat
bahwa alergi makanan dalam patogenesis IBD (Irritation
Bowel Disease)
1.8. Kriteria pasti untuk diagnosis alergi makanan adalah
cetusan berulang dari gejala pasien setelah makan makanan
tertentu diikuti bukti adanya suatu mekanisme imunologi
2. Anamnesis:
2.1. Keluhan :
2.1.1. Pada kulit: eksim, urtikaria. Pada saluran
pernapasan :
rinitis, asma.
2.1.2. Keluhan pada saluran pencernaan: gejala
gastrointestinal non spesifik dan berkisar dari edema,
pruritus bibir, mukosa pipi, mukosa faring, muntah,
kram, distensi, diare.
2.1.3. Sindroma alergi mulut melibatkan mukosa pipi
atau
lidah tidak berhubungan dengan gejala gastrointestinal
lainnya.
2.1.4. Diare kronis dan malabsorbsi terjadi akibat reaksi
hipersensitivitas lambat non Ig-E-mediated seperti
pada enteropati protein makanan dan penyakit seliak
2.1.5. Hipersensitivitas susu sapi pada bayi menyebabkan
occult bleeding atau frank colitis.
2.2. Faktor Risiko : terdapat riwayat alergi di keluarga
3. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada kulit dan mukosa serta paru.
4. Komplikasi : reaksi alergi berat
5. Penatalaksanaan
Riwayat reaksi alergi berat atau anafilaksis:
5.1. Hindari makanan penyebab
5.2. Jangan lakukan uji kulit atau uji provokasi makanan
5.3. Gunakan pemeriksaan in vitro (tes radioalergosorbent-
RAST)
6. Rujukan Pemeriksaan
6.1. Uji kulit langsung dengan teknik Prick dengan ekstrak
makanan dan cairan kontrol merupakan metode sederhana
dan sensitif mendeteksi antibodi sel mast spesifik yang
berikatan dengan IgE. Hasil positif (diameter lebih dari 3 mm
dari kontrol mengindikasikan adanya antibodi yang
tersensitisasi, yang juga mengindikasikan adanya alergi
makanan yang dapat dikonfirmasi dengan food challenge).
Uji kulit positif:
1. Hindari makanan yang terlibat secara temporer
2. Lakukan uji terbuka
a. Jika uji terbuka positif: hindari makan yang
terlibat
dan lakukan uji plasebo tersamar ganda
b. Jika uji terbuka negatif: tidak ada retriksi
makanan,
amati dan ulangi test bila gejala muncul kembali
Uji kulit negatif: Hindari makanan yang terlibat temporer
diikuti uji terbuka
6.2. Uji provokasi makanan: menunjukkan apakah gejala
yang ada
hubungan dengan makanan tertentu. Kontraindikasi untuk
pasien dengan riwayat anafilaksis yang berkaitan dengan
makanan.
6.3. Eliminasi makanan: eliminasi sistemik makanan yang
berbeda
dengan pencatatan membantu mengidentifikasi makananan
apa yang menyebabkan alergi
7. Rencana Tindak Lanjut
7.1. Edukasi pasien untuk kepatuhan diet pasien
7.2. Menghindari makanan yang bersifat alergen sengaja
mapun
tidak sengaja (perlu konsultasi dengan ahli gizi)
7.3. Perhatikan label makanan
7.4. Menyusui bayi sampai usia 6 bulan menimbulkan efek
protektif terhadap alergi makanan
8. Kriteria Rujukan
Pasien dirujuk apabila pemeriksaan uji kulit, uji provokasi
dan
eliminasi makanan terjadi reaksi anafilaksis

Unit terkait Pendaftaran, BP Umum, IGD, Rawat Inap, Laboratorium dan


Apotik

You might also like