Professional Documents
Culture Documents
www.jurnal.balithutmakassar.org
eISSN: 2407-7860
Sifat Dasar dan Potensi Kegunaan Kayu Saling-Saling
pISSN: 2302-299X
Mody Lempang
Vol. 5 Issue 1 (2016) 79-90
Accreditation Number: 561/Akred/P2MI-LIPI/09/2013
Mody Lempang
Balai Penelitian Kehutanan Makassar
Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 16. Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia, Kode Pos 90243
Telp. (0411) 554049, Fax. (0411) 554058
E-mail: mlempang@yahoo.com
Diterima 2 Desember 2015; revisi terakhir 17 Maret 2016; disetujui 17 Maret 2016
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk menguji sifat dasar (struktur anatomi, kimia, sifat fisis dan mekanis) kayu
saling-saling (Artocarpus teysmanii Miq.) yang diambil dari hutan alam di Kabupaten Luwu Timur Provinsi
Sulawesi Selatan. Potensi kegunaan kayu ditetapkan dengan mempertimbangkan sifat dasar dan penggunaan
kayu tersebut oleh penduduk setempat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kayu saling-saling memiliki teras
dan gubal jelas dapat dibedakan, gubal berwarna putih kekuningan dan teras cokelat kekuningan, corak pada
penampang tangensial kadang-kadang tampak pita putus-putus yang berwarna gelap, tekstur agak halus dan
tidak merata, arah serat lurus kadang-kadang agak berpadu, kilap permukaan agak mengkilap, kesan raba agak
kesat, kekerasan tergolong agak keras, serat sangat panjang dan tebal dinding serat sangat tipis, serat
tergolong kualitas II untuk bahan baku pulp kertas. Kadar selulosa tinggi, pentosan rendah, lignin sedang,
ekstraktif tinggi, abu sedang dan silika tinggi. Saling-saling tergolong kayu ringan dengan berat jenis 0,40,
penyusutannya sangat rendah dan tergolong kayu kelas kuat III. Potensi penggunaan untuk bahan bangunan
dengan beban ringan, perahu, mebel murah, kerajinan, vinir kayu lapis, kayu laminasi, peti pembungkus,
cetakan beton, papan partikel, papan serat dan pulp kertas.
Kata kunci: Sifat dasar kayu, potensi kegunaan kayu, Artocarpus teysmanii
ABSTRACT
This research was carried out to examine the basic properties (anatomical structure, chemical, physical and
mechanical) of saling-saling wood (Artocarpus teysmanii Miq.) taken from natural forest in Luwu Timur District,
South Sulawesi Province. The Potential uses of this wood was determined by considering those properties and
wood uses currently employed by the local inhabitants. Results revealed that saling-saling had clearly distinct
heartwood and sapwood, sapwood yellowish white and heartwood yellowish brown in colour, figure on tangential
sections sometimes show discontinuous dark coloured ribbons, fine or uneven texture, straight grain and
sometimes rather interlocked, glossy wood surface , rough surface, and moderate in hardness, the fiber is
remarkably long with very thin wall thickness, and this fiber quality is classified in class II for manufacturing
paper pulp. The chemical content is composed of high cellulose, low pentose, moderate lignin, high extractive,
moderate ash and high silicate. Saling-saling is a light wood with a specific gravity of 0.40, very low in shrinkage
and classified as a class III wood strength. Potential uses are for light construction material, canoe/boat, cheap
furniture, handicraft, veneer for plywood, laminated lumber, boxes, concrete forms, particle board, fiber board
and paper pulp.
Keywords: Wood Basic properties, potential uses of wood, saling-saling
79
Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea
Vol. 5 No.1, Maret 2016: 79-90
80
Sifat Dasar dan Potensi Kegunaan Kayu Saling-Saling
Mody Lempang
kesan raba dan corak. Ciri anatomi kayu International Association of Wood Anatomist
diamati pada preparat sayatan mikrotom Committee (IAWA) (Wheeler et al., 2008).
penampang lintang, radial dan tangensial yang Kualitas serat dinilai berdasarkan klasifikasi
diwarnai dengan safranin. Ciri anatomi kualitas untuk pulp dan kertas (DJK, 1976)
tersebut meliputi dimensi serat, dimensi dengan menggunakan variabel panjang serat
pembuluh, susunan dan sebaran pembuluh, dan nilai turunan dimensi serat (bilangan
susunan parenkim, susunan dan bentuk jari- Runkel, daya tenun, perbandingan
jari, adanya saluran interselular, silika, dan fleksibilitas, koefisien kekakuan dan
lain-lain sesuai yang telah dianjurkan oleh perbandingan Muhlstep).
(b) (c)
Gambar 1. Morfologi saling-saling (A.teysmanii): pohon (a), daun (b), buah kering dan
biji (c), kulit batang (d) dan penampang melintang batang (e).
Figure 1. Morfology of saling-saling (A. teysmanii): tree (a), leaf (b), dry fruit and seed (c),
bark (d) and cross section of stem (e).
2. Analisis komponen kimia bagian teras pada pangkal, tengah dan ujung
Lempengan kayu yang berasal dari batang untuk contoh uji sifat fisis dan mekanis.
bagian pangkal, tengah dan ujung batang Pengujian sifat fisis dan mekanis dilakukan
saling-saling diambil beberapa cuplikan dari dengan mengikuti standar industri Jepang (JIS,
bagian sentral ke kulit pada empat arah. 2003). Pengujian sifat fisis meliputi kadar air,
Cuplikan tersebut kemudian dicampur dan berat jenis dan penyusutan masing-masing
digiling menggunakan alat giling, kemudian mengikuti JIS Z 2101, Z 2102 dan Z 2103,
diayak untuk mendapatkan serbuk. Serbuk sedangkan pengujian sifat mekanis meliputi
yang lolos ayakan 40 mesh dan tertahan 60 keteguhan lentur statik, keteguhan tekan
mesh digunakan untuk analisis komponen sejajar serat dan keteguhan tekan tegak lurus
kimia, yaitu selulosa, pentosan, lignin, serat, keteguhan geser dan keteguhan pukul
ekstraktif dan abu. Penetapan komponen masing-masing mengikuti JIS Z 2113, Z 2111, Z
kimia menggunakan metode kesepakatan 2114 dan 2116.
industri pulp dan kertas Amerika (TAPPI, 4. Pengumpulan data penggunaan kayu secara
1993). Kadar selulosa ditetapkan dengan lokal
standar TAPPI T15 m-58, pentosan dengan T Informasi penggunaan kayu secara lokal
19 m-50, lignin dengan T13 m-45, abu dengan dilakukan dengan cara kunjungan ke industri
T15 m-58, kelarutan dalam air dingin dengan skala kecil (industri penggergajian, mebel,
T1 m-50, kelarutan dalam air panas dengan T1 lamber sering/papan plafon , kusen dan daun
m-59, kelarutan dalam NaOH dengan T4 m-59 pintu/jendela) serta masyarakat umum yang
dan kelarutan dalam alkohol-benzena 1:2 baru selesai atau sedang membangun rumah
dengan T6 m-59. atau perahu di Kabupaten Luwu Timur
3. Pengujian sifat fisis dan mekanis Propinsi Sulawesi Selatan (lokasi pengambilan
Kayu saling-saling digergaji dalam bentuk kayu contoh).
balok ukuran 6 x 6 x120 cm diambil dari
81
Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea
Vol. 5 No.1, Maret 2016: 79-90
(a) (b)
Gambar 2. Struktur makro kayu saling-saling (A. teysmanii): penampang tangensial (a) dan
penampang melintang, perbesaran 10x (b)
Figure 2. Macro structure of saling-saling wood (A. teysmanii): tangential surface (a) and cross
section, magnification of 10x (b)
82
Sifat Dasar dan Potensi Kegunaan Kayu Saling-Saling
Mody Lempang
Tabel 1. Klasifikasi kualitas serat kayu saling-saling (A. teysmanii) untuk bahan pembuatan pulp
kertas
Table 1. Quality classification on wood fibers of saling-saling (A. teysmanii) as raw material for
paper pulp manufacture
Turunan dimensi serat (Fiber dimensional derivation)
Penilaian dan Panjang Bilangan Daya Bilangan Bilangan Koefisien
klasifikasi (Scoring Serat Runkel Tenun Fleksibilitas Muhlsteph Kekakuan
Total
and classification) (Fiber length) (Runkle (Felting (Flexibility (Muhlsteph (Coefficient
ratio) power) ratio) ratio) of rigidity)
1.800,40 m 0,24 46,53 0,81 34,64% 0,10
Nilai (Score) 75 100 50 100 75 75 475
Kelas kualitas (Class
II I III I II II I
of quality)
Dinding serat yang sangat tipis akan analisis kadar komponen kimia kayu saling-
mudah dipipihkan dan serat yang sangat saling disajikan dalam Tabel 2.
panjang akan menghasilkan daya tenun yang Kadar selulosa saling-saling (40,12%)
kuat. Kayu saling-saling memiliki panjang serat tergolong sedang (40-44%) dan relatif sama
1800,40 m (sangat panjang), diameter lumen dengan selulosa kayu cempedak (A. integer)
31,28 m dan tebal dinding serat 3,70 m yang besarnya 42,53% (Lempang dan
(sangat tipis). Dinding serat yang sangat tipis Suhartati, 2013). Selulosa merupakan bahan
akan mudah dipipihkan dan serat yang sangat dasar untuk rayon, pulp, kertas dan derivat
panjang akan menghasilkan daya tenun yang selulosa seperti nitro selulosa, selulosa asetat,
kuat. Berdasarkan nilai panjang serat dan selulosa alkali, etil selulosa dan sebagainya.
dimensi turunan serat, kayu saling-saling Selulosa juga merupakan zat yang mendukung
tergolong memiliki serat kualitas I sebagai kekuatan kayu, sehingga keberadaannya
bahan baku pembuatan pulp kertas. sangat menentukan manfaat kayu untuk
pertukangan. Kandungan selulosa dalam kayu
B. Komponen Kimia
dapat digunakan untuk memperkirakan
Sifat kimia kayu berkaitan dengan
besarnya rendemen pulp yang dihasilkan
kandungan zat kimia dalam kayu. Kimia kayu
dalam proses pulping, dimana semakin besar
atau komponen kimia penyusun kayu
kadar selulosa dalam kayu maka semakin
dibutuhkan keberadaannya dalam industri
besar pula rendemen pulp yang dihasilkan
kimia yang mengolah kayu (industri rayon,
(Casey, 1980 dalam Syafii dan Siregar, 2006).
seluloid, pulp dan kertas dan sebagainya)
Lignin merupakan zat yang keras, lengket,
(Kasmudjo, 2010) dan menentukan kesuaian
kaku dan mudah mengalami oksidasi
penggunaan kayu untuk tujuan menghasilkan
(Kasmudjo, 2010). Lignin dibutuhkan pada
produk tertentu (Sokanandi et al., 2014). Hasil
kayu dengan tujuan konstruksi karena dapat
83
Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea
Vol. 5 No.1, Maret 2016: 79-90
Kadar pentosan kayu saling-saling pada konsumsi bahan kimia yang diperlukan
sebesar 20,28% tergolong rendah (< 21%). dalam proses pulping serta dapat
Kadar pentosan yang rendah sangat menyebabkan pitch-problem yaitu terjadi
diharapkan dalam pembuatan pulp untuk bintik-bintik pada lembaran pulp yang
rayon dan turunan selulosa. Kandungan dihasilkan (Syafii dan Siregar, 2006)
pentosan yang tinggi dapat menyebabkan Kelarutan dalam NaOH 1% untuk kayu
kerapuhan benang rayon yang dihasilkan. saling-saling sebesar 8,19%. Kelarutan dalam
Ekstraktif merupakan zat pengisi rongga NaOH 1% ini memberikan gambaran adanya
sel dan merupakan kumpulan banyak zat kerusakan kayu yang diakibatkan oleh
seperti gula, pati, tanin, pektin, zat warna kayu, serangan jamur pelapuk kayu atau
asam-asam, minyak-minyak, lemak dan terdegradasi oleh cahaya, panas dan oksidasi
sebagainya (Kasmudjo, 2010). Kadar ekstraktif (Pari et al., 2006). Semakin tinggi kelarutan
kayu saling-saling yang terlarut dalam alkohol- dalam NaOH, tingkat kerusakan kayu juga
benzena 1:2 sebesar 6,52% tergolong tinggi ( meningkat dan dapat menurunkan rendemen
3%) dan lebih tinggi daripada ekstraktif kayu pulp.
dari marga yang sama jenis cempedak yang Kadar abu kayu saling-saling (5,21%)
besarnya 5,98% (Lempang dan Suhartati, tergolong sedang (0,22-6,00%). Komponen
2013). Jumlah ekstraktif di dalam kayu sekitar yang terdapat dalam abu diantaranya adalah
2-8%, tetapi ada juga yang melebihi 8%. K2O, MgO, CaO dan Na2O (Lempang et al.,
Penggunaan kayu untuk tujuan pertukangan 2008). Kadar abu yang tinggi tidak diharapkan
disarankan mempunyai kandungan ekstraktif dalam pembuatan pulp, karena dapat
lebih dari 3%, tetapi untuk tujuan pulp bisa 3% mempengaruhi kualitas kertas. Silika dalam
atau kurang (Kasmudjo, 2010). Ekstraktif kayu merupakan butir yang tersusun dari
berpengaruh terhadap warna, keawetan dan silikon dioksida (SiO2) yang bentuknya
sifat perekatan. Ekstraktif juga berpengaruh membundar tak teratur, biasanya terdapat
84
Sifat Dasar dan Potensi Kegunaan Kayu Saling-Saling
Mody Lempang
pada sel jari-jari atau sel parenkim aksial dan saw yang digunakan selalu diasah
jarang terdapat dalam sel serat (Wheeler et al., menggunakan kikir karena cepat tumpul.
2008). Kadar silika kayu saling-saling (4,95%)
C. Sifat Fisis
tergolong sangat tinggi. Kandungan silika
Sifat fisis kayu adalah spesifik karena
dalam kayu keras (daun lebar) pada daerah
peranan faktor dalam (inheren factor) daripada
tropis umumnya lebih dari 0,5%, pada
struktur kayu sangat menentukan, disamping
beberapa jenis bisa lebih dari 2% (Shmulsky
peranan lingkungan dimana kayu tersebut
and Jones, 2011). Kadar silika yang lebih dari
berada (digunakan). Tiga sifat fisis kayu yang
0,3% dalam kayu dapat menupulkan alat
dianggap mendasar yaitu kadar air,
pemotong kayu. Hal ini dapat dibuktikan di
penyusutan dan berat jenis kayu (Kasmudjo,
lapangan pada saat dilakukan penggergajian
2010). Hasil pengujian sifat fisis kayu saling-
kayu saling-saling, dimana mata rantai chain
saling disajikan pada Tabel 3.
Di dalam kayu yang baru ditebang (kayu tangensial terhadap arah radial (rasio T/R)
segar) maka kondisi kadar air adalah sebesar 1,39. Berat jenis, struktur anatomi dan
maksimum yang umumnya di atas 40% untuk ratio T/R memengaruhi sifat pengeringan kayu
kayu daun lebar, sedangkan kadar air kering (Basri et al., 2009; Lempang, 2014). Kayu
udara di Indonesia rata-rata 10-18%. Kayu dengan berat jenis rendah, dinding sel serat
saling-saling yang masih segar (basah) berkadar tipis dan diameter sel pembuluh besar memiliki
air 198,77% tergolong tinggi, sehingga pada sifat mudah dikeringkan. Kayu dengan rasio T/R
saat batang digergaji menjadi balok atau papan di atas 2 memiliki cacat pengeringan (terutama
harus cepat dikeringkan agar tidak terserang cacat bentuk) lebih banyak dibandingkan
jamur noda (blue stain).Tebal dinding serat, dengan kayu dengan rasio T/R seimbang atau
jumlah dan diameter sel pembuluh, maupun kurang dari 2 (Basri et al., 2009). Hal ini
jumlah sel parenkim menentukan kerapatan mengindikasikan jika saling-saling adalah jenis
kayu. Tebal dinding serat kayu saling-saling kayu yang mudah dikeringkan, memiliki
(3,70 m) tergolong sangat tipis, diameter sel dimensi stabil sehingga pada saat dikeringkan
pembuluh (259,59 m) tergolong sangat besar cacat pengeringan tidak terjadi atau sangat
akan tetapi jumlah sel pembuluhnya tergolong sedikit.
sedikit (5 atau kurang per mm2). Oleh karena
D. Sifat Mekanis
itu, kayu saling-saling memiliki kerapatan 0,37
Sifat mekanis kayu sering disebut juga
g/cm3 yang tergolong rendah. Karena kayu
dengan kekuatan kayu, yaitu sifat-sifat kayu
saling-saling memiliki tebal dinding serat yang
yang dihubungkan dengan kemampuan kayu
tergolong sangat tipis, sehingga penyusutan
dalam menahan suatu beban atau muatan yang
kayu tersebut dari keadaan basah ke kering
diberikan kepada kayu tersebut. Hasil
udara pada arah tangensial yang besarnya
pengujian sifat mekanis kayu saling-saling
1,45% tergolong sangat rendah (< 1,5%)
yang dilakukan pada kondisi kering udara.
dengan rasio penyusutan dimensi arah
disajikan pada Tabel 4.
85
Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea
Vol. 5 No.1, Maret 2016: 79-90
Hasil klasifikasi kekuatan kayu pada Tabel semua jenis kayu cocok digunakan untuk satu
5 menunjukkan bahwa saling-saling tergolong jenis produk dan tidak semua jenis produk
kayu kelas kuat III. Hal ini menjelaskan jika berkualitas tinggi dapat dibuat hanya dari satu
kayu tersebut digunakan sebagai komponen jenis kayu saja. Yang harus diperhatikan adalah
struktural pada bangunan, maka hanya cocok kesesuaian antara sifat kayu dengan jenis
untuk komponen struktural dengan beban produk yang akan dibuat (tujuan) dan dengan
ringan. proses pengolahan yang akan diaplikasikan
(Wahyudi, 2013).
E. Potensi Kegunaan
Dalam berbagai penggunaan kayu,
Hasil kajian membuktikan bahwa masing-
kekuatan kayu sangat penting untuk diketahui,
masing produk yang akan dibuat menuntut
terutama jenis-jenis kayu yang
persyaratan yang berbeda. Ini berarti tidak
diperdagangkan dan kegunaannya untuk
86
Sifat Dasar dan Potensi Kegunaan Kayu Saling-Saling
Mody Lempang
87
Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea
Vol. 5 No.1, Maret 2016: 79-90
baku pembuatan pulp dengan menggunakan kekerasan tergolong agak lunak, kerapatan
proses pemasakan pulp sulfat, diduga dapat rendah dan kelas kuat III) sehingga
menghasilkan pulp dengan rendemen sedang penggunaannya dalam bentuk kayu solid untuk
serta kematangan dan sifat fisik lembaran pulp pertukangan sangat terbatas. Namun demikian,
baik. sifat dasarnya menunjukkan bahwa saling-
saling cukup berpotensi untuk digunakan
IV. KESIMPULAN DAN SARAN dalam pembuatan produk kayu komposit. Oleh
karena itu pengolahan kayu saling-saling
A. Kesimpulan
menjadi produk kayu komposit (kayu lapis,
Kayu saling-saling (Artocarpus teysmanii
papan partikel, papan semen, papan serat) dan
Miq.) memiliki gubal berwarna putih
pulp kertas masih perlu dilakukan untuk
kekuningan dan teras berwarna cokelat
melengkapi hasil penelitian yang telah ada.
kekuningan, batas antara teras dan gubal jelas,
corak polos, tekstur agak halus dan tidak
UCAPAN TERIMA KASIH
merata, serat lurus dan kadang-kadang agak
Ucapan terima kasih kami sampaikan
berpadu, kilap permukaan agak mengkilap,
kepada Albert D. Mangopang S.Hut. dan Hajar
kesan raba agak kesat, kekerasan tergolong
S.Hut yang telah ikut membantu dalam
agak lunak. Lingkaran tumbuh tidak jelas.
pencarian dan pengambilan kayu saling-saling
Pembuluh tata baur, soliter dan berganda sama
yang digunakan sebagai contoh uji dalam
banyak, berganda radial sampai dengan 2 sel,
penelitian ini. Ucapan yang sama kami tujukan
panjang pembuluh rata-rata 488,87 m,
kepada peneliti dan laboran di Pusat Litbang
diameter pembuluh rata-rata 259,59 m,
Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil
frekwensi 5 atau kurang per mm2, bidang
Hutan Bogor antara lain Ir. Sri Rulliaty MSc., Ir.
perforasi sederhana. Parenkim aksial
Abdurachman dan Dadang Setiawan yang telah
paratrakea aliform dan sepihak, tipe sel
membantu dalam pengamatan struktur
parenkim aksial empat (3-4) sel per untai. Jari-
anatomi, pengujian sifat mekanis dan analisa
jari 1-3 seri, jari-jari besar umumnya sampai
komponen kimia kayu saling-saling.
dengan 6 seri, komposisi sel jari-jari dengan 1
jalur sel tegak dan atau sel bujur sangkar
DAFTAR PUSTAKA
marjinal, frekwensi jari-jari 12 atau lebih per Basri, E., Saefuddin, Rulliaty, S. and Yuniarti, K.
mm. Jaringan serat dasar dengan ceruk (2009). Drying conditions for 11 potential
sederhana sampai berhalaman sangat kecil, Ramin subtitutes. Journ. Of Tropical Forest
panjang serat 1.800,40 m (sangat panjang), Science, 21(4), 328-335.
diameter serat 38,69 m, diameter lumen
Damayanti, R. dan Mandang, Y. I. (2007). Pedoman
31,28 dan tebal dinding serat 3,70 m, serat Identifikasi Jenis Kayu Kurang Dikenal. Bogor:
tergolong kualitas I untuk bahan baku pulp Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil
kertas. Kadar selulosa 40,12% (sedang), Hutan.
pentosan 20,28% (rendah), lignin 24,85%
[DJK] Direktorat Jenderal Kehutanan. (1976).
(sedang), ekstraktif 6,52% (tinggi), abu 5,21%
Vademecum Kehutanan Indonesia. Jakarta:
(sedang) dan silika 4,95% (tinggi). Berat jenis Direktorat Jenderal Kehutanan, Departemen
0,40 (sedang), penyusutan sangat rendah dan Pertanian.
tergolong kayu kelas kuat III. Potensi kegunaan
antara lain untuk bahan bangunan dengan Haroen, W.K. (2006). Variabilitas massa jenis kayu
beban ringan, perahu, mebel murah, kerajinan daun lebar tropis terhadap karakter serat,
kimia dan pulp sulfat. Jurnal Ilmu dan
(peralatan dapur), kayu komposit (kayu lapis,
Teknologi Kayu Tropis, 4(2),71-76.
papan partikel, papan semen, papan serat),
pulp kertas, pallet, peti pembungkus dan [JIS] Japan Industrial Standard. (2003). Standard
cetakan beton. methods of testing small clear specimens of
timber. Tokyo, Japan: Japan Industrial
B. Saran Standard.
Pohon saling-saling (Artocarpus teysmanii
Kartasudjana I. dan Martawijaya, A. (1977). Ciri
Miq.) di alam liar, ditemukan tumbuh pada Umum, Sifat dan Keguanaan Jenis-Jenis Kayu
hutan primer dan sekunder, pada tanah darat Indonesia. (Publikasi khusus No. 41). Bogor:
atau tanah rawa. Regenerasi alami dengan biji Lembaga Penelitian Hasil Hutan.
cukup mudah dan tumbuh sebagai pionir pada
Kasmudjo. (2010). Teknologi Hasil Hutan.
lahan hutan yang baru dibuka. Sifat dasar
Yogyakarta: Cakrawala Media.
kayunya tidak begitu baik (tekstur agak halus
dan tidak merata, kesan raba agak kesat,
88
Sifat Dasar dan Potensi Kegunaan Kayu Saling-Saling
Mody Lempang
[KEMENHUT] Kementerian Kehutanan, (2014). Pasaribu, G., Syahwalita dan Sipayung, B. (2008).
Statistik Kementerian Kehutanan Tahun 2013. Sifat anatomi empat jenis kayu kurang dikenal
Jakarta: Kementerian Kehutanan. di Sumatera. Jurnal Penelitian Hasil Hutan,
26(1), 16-29.
Krisdianto dan Dewi, L.M. (2012). Jenis Kayu Untuk
Mebel. Bogor: Pusat Penelitian dan Pari, G., Roliadi, H., Setiawan, D. dan Saepuloh.
Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan (2006). Komponen kimia sepuluh jenis kayu
Pengolahan Hasil Hutan. dari Jawa Barat. Jurnal Penelitian Hasil Hutan,
24(2), 89-101.
Laban, B.Y. (2005). Prospek Produk Industri Hasil
Hutan Indonesia. Paper dalam Seminar Prabawa, S. B. (2005). Sifat Fisik dan Dimensi Serat
Kesiapan Indonesia dalam implementasi ISPM Kayu Mangium berumur empat tahun dari
# 15: Solid Wood Packaging Material. Pusat daerah Sebulu, Kalimantan Timur. Jurnal
Standardisasi dan Lingkungan. Sekjen. Penelitian Hasil Hutan, 23(5), 339-348.
Departemen Kehutanan. Jakarta, 27 April.
Prayitno, T.A. (2007). Pertumbuhan dan Kualitas
Lemmens, R.H.M.J., I. Soerianegara and W.C. Wong Kayu. Lecture Note Program Magister Riset S2.
(eds.). (1995). Plant Resources of South-East Yogyakarta: Fakultas Kehutanan Universitas
Asia 5 (2) Timber trees: Minor commercial Gadja Mada.
timbers. Bogor-Indonesia: Prosea.
Shmulsky, R. and Jones, P. D. (2011). Forest
Lempang, M., Pari, G. dan Asdar, M. (2008). Analisis Products and Wood Science: An Introduction,
Kimia dan Destilasi Kering Kayu Kumea Batu. Sixth Edition. West Sussex, UK: John Wiley &
Buletin Hasil Hutan, 14(1), 45-52. Sons Ltd. Chichester.
Lempang, M., Asdar, M. dan Rulliaty, S. (2012). Sidabutar, J. H. (2007). Perancangan arsitektur
Struktur anatomi, sifat fisis dan mekanis kayu strategik di perusahaan furniture panel wood
kambelu (Buxus rolfie Vidal.) dan kanduruan PT. Cahaya Sakti Furintraco (Tesis). Program
(Phoebe cuneata Blume) asal hutan alam di Magister Bisnis. Bogor: Sekolah Paskasarjana
Sulawesi Barat. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, Institut Pertanian Bogor. (Tidak diterbitkan).
31(1), 27-35.
Sokanandi, A., Pari, G., Setiawan, D. dan Soepuloh.
Lempang, M. dan Suhartati, (2013). Potensi (2014). Komponen kimia sepuluh jenis kayu
pengembangan cempedak (Artocarpus integer kurang dikenal: Kemungkinan penggunaannya
Merr.) pada hutan tanaman rakyat ditinjau sebagai bahan baku pembuatan bioetanol.
dari sifat kayu dan kegunaannya. Info Teknis Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 37(3), 209-220.
Eboni, 10(2), 69-83.
Sumarni, G., Muslich, M., Hajib, N., Krisdianto, Malik,
Lempang, M. (2014). Sifat Dasar dan Potensi D., Suprapti, S., Basri, E., Pari, G., Iskandar, M. I.
Kegunaan Kayu Jabon Merah. Jurnal Penelitian dan Siagian, R. M. (2009). Sifat dan kegunaan
Kehutanan Wallacea, 3(2), 163-175. kayu: 15 jenis kayu andalan setempat Jawa
Barat. 88 hal. Bogor: Pusat Penelitian dan
Mandang, Y.I. (2013). Xylarium bogoriense dan
Pengembangan Hasil Hutan Bogor.
peranannya dalam penelitian anatomi dan
pengenalan aneka jenis kayu Indonesia. Suprapti, S. dan Djarwanto. (2014). Ketahanan lima
Makalah Diskusi Anatomi Kayu Indonesia jenis kayu asal Ciamis terhadap sebelas strain
(Bogor, tanggal 3-4 Juni 2013). Bogor: Pusat jamur pelapuk. Jurnal Penelitian Hasil Hutan,
Penelitian dan Pengembangan Keteknikan 32(3), 189-198.
Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan.
Syafii, W. dan Siregar, I. Z. (2006). Sifat kimia dan
Martawijaya, A., I. Kartasudjana, Y.I. Mandang, S.A. dimensi serat kayu mangium (Acacia
Prawira dan K. Kadir (2005). Atlas Kayu mangium Willd.). Jurnal Ilmu dan Teknologi
Indonesia Jilid II. Bogor: Pusat Penelitian dan Kayu Tropis, 4(1), 28-32.
Pengembangan Hasil Hutan.
[TAPPI] Treaty of American Pulp and Paper
Muslich, M., Wardani, M., Kalima, T., Rulliaty, S., Industry. (1993). Tappi test methods.
Darmayanti, R., Hajib, N., Pari, G., Suprapti, S., Georgia: TAPPI Press. Atlanta.
Iskandar, M. I., Abdurachman, Basri, E.,
Tinambunan, D., R. Sudrajat, O. Rachman, G.
Heriansyah, I. dan Tata, H. L. (2013). Atlas
Sumarni, B. Wiyono dan Suhariyanto
Kayu Indonesia Jilid IV. Bogor: Pusat Penelitian
(Penyunting). (2006). Penyelamatan Industri
dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan
Kehutanan Melalui Implementasi Hasil Ristek.
dan Pengolahan Hasil Hutan.
Prosiding Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan
Pandit, I.K.N., Nandika, D. dan Darmawan, I.W. (Bogor, 30 November 2005). Bogor:
(2011). Analisis sifat dasar kayu hasil hutan Puslitbang Hasil Hutan.
tanaman rakyat. Jurnal Ilmu Pertanian
Wahyudi, I. (2013). Hubungan struktur anatomi
Indonesia, 16(2), 119-124.
kayu dengan sifat kayu, kegunaan dan
89
Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea
Vol. 5 No.1, Maret 2016: 79-90
pengolahannya. Makalah Diskusi Anatomi Wheeler, E.A., Baas, P. and E.Gasson, E. (2008). Ciri
Kayu Indonesia (Bogor, tanggal 3-4 Juni 2013). Mikroskopik Untuk Identifikasi Kayu Daun
Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Lebar. Alih bahasa Sulistyobudi, A., Y.I,
Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Mandang, R.Damayanti dan S. Rulliaty dari
Hutan. judul asli IAWA list of microscopic features for
hardwood identification. IAWA Bulletin, 10(3),
219-332.
90