Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN KASUS
Oleh :
Pembimbing :
FAKULTAS KEDOKTERAN
2016
1
LAPORAN KASUS
A. Identitas
Nama : Tn.M
Usia : 38 tahun
Pekerjaan : Pedagang
Agama : Islam
Suku : Bugis
Alamat : Jl. Ahmad Yani No.17 Kel. Lapadde Kec. Ujung
Parepare
Perawatan : anggrek
B. Anamnesis
Keluhan Utama : Benjolan pada lipatan paha kiri
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien masuk ke rumah sakit dengan keluhan benjolan pada lipatan paha kiri
yang dialami sejak 1 tahun yang lalu. Benjolan muncul saat pasien duduk, batuk,
berdiri, dan mengedan. Benjolan menghilang jika pasien berbaring, dan benjolan
dapat didorong ke dalam perut, tidak ada nyeri, demam, mual, muntah, buang air
2
Pernapasan : 20 x/i
Suhu : 36,5 C
Kepala :
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterus
Hidung : tidak ada sekret/perdarahan
Telinga : tidak ada sekret/perdarahan
Mulut : bibir tidak sianosis, tidak ada pigmentasi, mukosa tidak pucat
Leher :
Dalam batas normal
Thorax :
Jantung :
I : ictus cordis tidak tampak
P : ictus cordis teraba di intercostal IV midclavicularis left sternal
P : batas jantung instercostal IV parasternal dekstra sampai intercostal V
midclavicularis sinistra
A : S1 S2 tunggal
Paru-paru :
I : simetris, tidak ada retraksi
P : fremitus raba normal
P : sonor
A : vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen :
I : datar
A : bising usus (+) normal
P : timpani
P : supel, hepar/lien tidak teraba, tidak ada nyeri tekan
Ekstremitas :
Status lokalis :
3
Inspeksi : terdapat benjolan di lipatan paha kiri berbentuk lonjong dengan
kemerahan
C. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
a. Darah Rutin :
1. Hb : 15,3 g/dl
2. Leukosit : 10 ribu/uL
3. Trombosit : 214 ribu/uL
4. Hematokrit : 47,2 %
5. Eritrosit : 4.91 juta/uL
b. Kimia Darah :
1. GDS : 74 mg/dl
D. Diagnosis
Hernia Inguinalis Lateralis Sinistra Reponibel
E. Penatalaksanaan
Operatif : Herniorafi
Prosedur operasi :
1. Informed consent (+), profilaksis (+)
2. Posis supine
3. Desinfeksi lapangan operasi
4. Insisi inguinal sinistra sampai ke fasia
5. Buka fasia, identifikasi funikulus spermaticus dan kantong hernia, buka
kantong hernia
6. Tampak isi kantong usus (+), cairang kuning bening, kembalikan organ ke
mesh
7. Jahit lapis demi lapis
8. Operasi selesai
F. Follow Up
4
P : 20 x/i - Tirah baring
S : 36,6 C
A : POH 0 post herniorafi
S : 36,5 C
G. Resume
Pasien masuk ke rumah sakit dengan keluhan benjolan pada lipatan paha kiri
yang dialami sejak 1 tahun yang lalu. Benjolan muncul saat pasien duduk, batuk,
berdiri, dan mengedan. Benjolan menghilang jika pasien berbaring dan benjolan
5
dapat didorong masuk, nyeri (-), demam, mual, muntah tidak ada, buang air kecil
Pada pemeriksaan fisis ditemukan keadaan umum : sakit sedang, gizi cukup,
lipatan paha kiri, diameter 6 cm x 3 cm, permukaan rata, warna sesuai warna kulit,
tidak kemerahan. Pada palpasi : tidak teraba hangat, kenyal, batas jelas, dapat
DISKUSI
Pada kasus ini pasien masuk dengan keluhan benjolan pada lipatan paha kiri
yang dialami sejak 1 tahun yang lalu. Benjolan muncul saat pasien duduk, batuk,
berdiri, dan mengedan. Benjolan menghilang jika pasien berbaring dan benjolan
6
dapat didorong masuk, nyeri (-), demam, mual, muntah tidak ada, buang air kecil
Pada teori didapatkan keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di lipat paha
yang timbul pada waktu mengedan, batuk, atau mengangkat beban berat, dan
menghilang waktu istirahat baring. Pada bayi dan anak, adanya benjolan yang hilang
timbul di lipat paha biasanya diketahui oleh orang tua. Jika hernia mengganggu dan
anak atau bayi sering gelisah, banyak menangis, dan kadang perut kembung, harus
Pada kasus ini, pemeriksaan fisis yang didapatkan yaitu pada regio inguinal
sinistra didapatkan pada inspeksi : terdapat benjolan di lipatan paha kiri, diameter 6
cm x 3 cm, permukaan rata, warna sesuai warna kulit, tidak kemerahan. Pada
palpasi : benjolan teraba kenyal, batas jelas, dapat dimasukkan, tidak nyeri.
Pada teori didapatkan inspeksi, diperhatikan keadaan asimetri pada kedua sisi
lipat paha, skrotum, atau labia dalam posisi berdiri dan berbaring. Pasien diminta
mengedan atau batuk sehingga benjolan atau keadaan asimetri dapat dlihat. Palpasi
dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, diraba konsistensinya, dan dicoba
BAB I
Pendahuluan
7
Hernia merupakan penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian lemah dari
dinding rongga bersangkutan. Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan
atau kongenital dan hernia dapat atau akuisita. Berdasarkan letaknya, hernia diberi nama
Sekitar 75 % hernia terjadi disekitar lipat paha, berupa hernia inguinal direk,
umbilikalis 3 %, dan hernia lainnya sekitar 3 %. Pada hernia di abdomen, isi perut
menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding
perut.
Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia. Menurut sifatnya, hernia
disebut hernia reponibel bila isi hernia dapat keluar-masuk. Usus halus ketika berdiri
atau mengedan, dan masuk lagi ketika berbaring atau bila didorong masuk perut.
Selama hernia masih reponibel, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus. Bila
isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam rongga perut, hernia disebut hernia
ireponibel. Ini biasanya disebabkan oleh pelekatan isi kantong kepada peritoneum
kantong hernia. Hernia ini disebut hernia akreta. Masih tidak ada keluhan nyeri, tidak
Hernia disebut hernia inkarserata atau hernia strangulata bila isinya terjepit oleh
cincin hernia sehingga isi kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam
rongga perut. Akibatnya, terjadi gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara klinis,
istilah hernia inkarserata lebih dimaksudkan untuk hernia ireponibel yang disertai
8
gangguan pasase, sedangkan hernia strangulata digunakan untuk menyebut hernia
vaskularisasi telah terjadi pada saat jepitan dimulai, dengan berbagai tingkat gangguan
mulai dari bendungan sampai nekrosis. Nama yang lazim dipakai ialah hernia
Bila strangulasi hanya menjepit sebagian dinding usus, hernianya disebut hernia
Richter. Ileus obstruksi mungkin parsial atau total, sedangkan benjolan hernia tidak
ditemukan dan baru terdiagnosis pada waktu laparotomi. Komplikasi hernia Richter
adalah strangulasi sampai sampai terjadi perforasi usus; pada hernia femoralis,
komplikasi ini tampak seperti abses sampai terjadi fistel enterokutaneus daerah inguinal.
Hernia eksterna adalah hernia yang menonjol ke luar melalui dinding perut,
pinggang, atau perineum. Hernia interna adalah tonjolan usus tanpa kantong hernia
melalui suatu lubang dalam rongga perut, seperti foramen Winslow, resesus retrosekalis
atau defek dapatan pada mesenterium umpamanya setelah operasi anastomosis usus. (1)
Hernia insipiens atau hernia yang membalut merupakan hernia indirek pada
kanalis inguinalis yang ujungnya tidak keluar dari anulus eksternus. Hernia yang
kantongnya menjorok ke dalam celah antara lapisan dinding perut dinamakan hernia
Pada hernia inguinalis lateralis, ujung kantong hernia mungkin terletak di dalam
9
Hernia yang sebagian dinding kantongnya terbentuk dari organ isi hernia,
misalnya sekum, kolon desenden atau kandung kemih, disebut hernia gelincir atau
sliding hernia.
Hernia epigastrika menonjol melalui defek di linea alba, kranial dari umbilikus.
Yang jarang terjadi ialah hernia Spieghel yang muncul melalui tempat lemah diantara
tepi lateral otot rektus abdominis dengan linea semisirkularis. Hernia Spieghel
sikatriks pada bekas luka operasi ginjal, hernia di trigonum lumbale inferior Petit, dan
Hernia sikatriks atau hernia insisional terjadi pada bekas luka laparatomi.
Bentuk hernia lain yang juga jarang dijumpai ialah hernia obturatoria melalui foramen
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
10
Hernia inguinalis terjadi ketika bagian dari abdomen biasanya jaringan lemak
atau bagian dari usus halus yang menonjol keluar pada area yang lemah dari
dinding abdomen bawah. Hernia inguinal terjadi pada inguinal yaitu area antara
abdomen dan pinggul. Area dari dinding abdomen bawah disebut juga regio
inguinal.(2)
B. Anatomi
Regio Inguinalis
terjadinya hernia inguinalis pada laki-laki dan wanita, dengan frekuensi yang lebih
banyak pada laki-laki. Daerah ini merupakan daerah yang lemah terutama pada
laki-laki akibat proses descensus testis yaitu testis bersama selubungnya serta
11
Lapisan dinding abdomen yang turun bersama pembuluh darah dan nervi
yang memberikan kesan nyeri dari gangguan pada testis. Disamping itu, ada
lebih 1,5 cm di atas setengah bagian medial ligamentum inguinale. Saluran ini
terletak 1,3 cm di atas pertengahan ligamentum inguinale. Disisi medial dari cincin
ini terdapat vasa epigastrica inferior (cabang dari vasa iliaca externa); pinggirnya
merupakan tempat melekat fascia spermatica interna pada laki-laki dan pada wanita
12
Kanalis inguinalis dibatasi di kraniolateral oleh anulus inguinalis internus yang
merupakan bagian terbuka dari fasia transversalis dan aponeurosis otot transversus
abdominis. Di medial bawah, diatas tuberkulum pubikum, kanal ini dibatasi oleh
anulus inguinalis eksternus, bagian terbuka dari aponeurosis otot oblikus eksternus
Hernia inguinalis indirek disebut juga hernia inguinalis lateralis karena keluar
dari rongga peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari
dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus. Apabila
hernia ini berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum sehingga disebut hernia
lateral dan tepi otot rektus di bagian medial. Dasar segitiga Hesselbach dibentuk
oleh fasia transversal yang diperkuat oleh serat aponeurosis otot transversus
abdominis yang kadang tidak sempurna sehingga daerah ini berpotensi melemah.
Hernia medialis karena tidak keluar melalui kanalis inguinalis dan tidak ke
13
b. Kanalis Femoralis
Kanalis femoralis terletak medial dari vena femoralis di dalam lakuna vasorum,
dorsal dari ligamentum inguinalis, tempat vena safena magna bermuara dalam vena
14
femoralis. Foramen ini sempit dan dibatasi oleh tepi yang keras dan tajam. Batas
hernia femoralis.(1)
C. Epidemiologi
Insiden hernia inguinalis pada bayi dan anak antara 1 dan 2 %. Kemungkinan terjadi
hernia pada sisi kanan 60 %, sisi kiri 20-25 % dan bilateral 15 %. Kejadian hernia
bilateral pada anak perempuan dibandingkan laki-laki kir-kira sama (10%) walaupun
frekuensi prosesus vaginalis yang tetap terbuka lebih tinggi pada perempuan.
Anak yang pernah menjalani operasi hernia pada waktu bayi mempunyai
inguinalis pada orang dewasa kira-kira 2 %. Kemungkinan kejadian hernia bilateral dari
D. Etiologi
15
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau didapat. Hernia dapat
dijumpai pada segala usia, dan lebih banyak pada laki-laki daripada perempuan.
Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia di anulus
internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Selain itu,
diperlukan pula faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah
Pada orang sehat ada tiga mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernia
inguinalis, yaitu (1) kanalis inguinalis yang berjalan miring, (2) struktur otot oblikus
internus abdominis yang menutup anulus inguinalis internus ketika berkontraksi, (3)
fasia tranversa kuat yang menutupi trigonum Hasselbach yang umumnya hampir tida
dipandang berperan adalah adanya prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan
di dalam rongga perut dan kelemahan otot dinding perut karena usia.
prosesus vaginalis tetap terbuka, sedangkan pada bayi umur satu tahun, sekitar 30 %
Defek pada dinding abdomen yang muncul saat lahir yang menyebabkan terjadinya
abdomen dan pemanjangan dari kanalis ingunal. Pada laki-laki, terjadi penurunan testis
16
dan funiculus spermaticus dari dalam abdomen dan turun ke skrotum melalui kanalis
beberapa minggu sebelum atau setelah lahir. Pada perempuan, ovarium tidak turun dari
dalam abdomen, dan lapisan abdomen biasanya menutup beberapa bulan sebelum lahir.
Hernia inguinal direk biasanya terjadi hanya pada lelaki dewasa sebagai penuaan
dan serta atau kelemahan dari otot-otot abdomen di sekitar kanalis inguinalis. Riwayat
operasi sebelumnya pada abdomen bawah dapat juga melemahkan otot-otot abdomen.
Pada perempuan jarang terjadi hernia inguinal tipe ini. Pada perempuan, ligamentum
yang luas dari rahim yang bertindak sebagai penyokong di belakang lapisan otot dinding
E. Klasifikasi
1. Hernia kongenital :
a. Hernia kongenital sempurna : karena adanya defek pada tempat-tempat tertentu
b. Hernia kongenital tak sempurna : bayi dilahirkan normal (kelainan belum
17
bulan setelah lahir akan terjadi hernia melalui defek tersebut karena dipengaruhi
1. Hernia reponibel : bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau
mengedan dan masuk lagi bila berbaring atau didorong masuk perut, tidak ada
perut. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong
hernia.
3. Hernia inkarserata atau strangulata : bila isinya terjepit oleh cincin hernia sehingga
isi kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut. Akibatnya,
rongga melalui defek atau bagian dinding yang tipis atau lemah dari cincin
inguinalis. Materi yang masuk lebih sering adalah usus halus, tetapi bisa juga
femoralis yang berbentuk corong dan keluar pada fosa ovalis di lipat paha.
melalui kanal anterior yang dibatasi oleh linea alba, posterior oleh fasia umbilicus,
18
dan rektus lateral. Hernia ini terjadi ketika jaringan fasia dari dinding abdomen di
skrotum secara lengkap. Hernia ini harus cermat dibedakan dengan hidrokel.
1. Hernia eksterna
Hernia yang penonjolannya dapat dilihat dari luar karena menonjolnya ke arah luar,
misalnya :
Jika isi hernia masuk ke dalam organ lain, misalnya ke cavum thorax, bursa
F. Patomekanisme
Defek pada dinding abdomen dapat kongenital (misalnya hernia umbilikalis, kanalis
femoralis) atau didapat (misalnya akibat suatu insisi) dan dibatasi oleh peritoneum
(kantong).
Peningkatan tekanan intraabdomen lebih lanjut membuat defek semakin lemah dan
19
Isi usus yang terjebak di dalam kantong menyebabkan inkarserasi (ketidakmampuan
Kanalis inguinalis dalam kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 dari
kehamilan, terjadi desensus vesikulorum melalui kanal tersebut. Penurunan testis akan
disebut dengan prosesus vaginalis peritonea. Bila bayi lahir umumnya prosesus telah
obliterasi, sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut.
Bila prosesus terbuka sebagian, maka timbul hidrokel. Bila kanal terbuka terus,
karena prosesus tidak berobliterasi maka akan timbul hernia inguinalis lateral
kongenital. Biasanya hernia pada orang dewasa ini terjadi karena dengan bertambahnya
umur, organ dan jaringan tubuh mengalami proses degenerasi. Pada orang tua kanalis
tersebut telah menutup. Namun karena daerah ini merupakan locus minoris resistance,
batuk-batuk kronik, bersin yang kuat dan mengangkat barang-barang berat, mengejan.
Kanal yang sudah tertutup dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis
karena terdorongnya sesuatu jaringan tubuh dan keluar melalui defek tersebut. Akhirnya
menekan dinding rongga yang telah melemas akibat trauma, hipertrofi prostat, asites,
kehamilan, obesitas, dan kelainan kongenital dan dapat terjadi pada semua.
Potensial komplikasi terjadi perlekatan antara isi hernia dengan dinding kantong
hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Terjadi penekanan terhadap
cincin hernia, akibat semakin banyaknya usus yang masuk cincin hernia menjadi sempit
20
dan menimbulkan gangguan penyaluran isi usus. Timbulnya edema bila terjadi nekrosis.
Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah,
konstipasi. Bila inkaserata dibiarkan, maka lama kelamaan akan timbul edema sehingga
G. Gambaran Klinis
Pasien datang dengan benjolan di tempat lokasi hernia. Hernia femoralis berada di
bawah dan lateral dari tuberkulum pubikum. Biasanya hernia ini mendatarkan garis-
garis kulit di lipatan paha dan 10 kali lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan
hernia dan 50 % dari kasus ini membutuhkan reseksi usus halus. Hernia femoralis tidak
Hernia inguinalis dimulai pada bagian atas dan medial terhadap tuberkulum
pubikum namun dapat turun lebih luas jika membesar, biasanya mempertegas garis-
garis lipatan paha. Sebagian besar ringan dan jarang mengalami komplikasi. Hernia
inguinalis indirek dapat dimasukkan dengan tekanan oleh jari-jari disekitar cincin
inguinalis interna, mungkin seperti leher yang sempit dan banyak terjadi pada pria usia
muda. Hernia inguinalis direk biasanya memiliki leher yang lebar, sulit dimasukkan
dengan penekanan jari-jari tangan dan lebih sering pada usia tua.
Tonjolan hernia insisional, biasanya berleher lebar, sulit dikontrol oleh tekanan dan
diperjelas dengan menegangkan rektum. Hernia insisional yang besar dan kronis dapat
berisi sejumlah besar usus halus dan dapat irreducible atau tidak dapat diperbaiki akibat
21
Hernia umbilikalis sejati timbul sejak lahir dan mempunyai defek simetris pada
1. Tonjolan kecil di satu atau kedua sisi pangkal paha yang dapat meningkatkan ukuran
dan hilang pada waktu berbaring. Pada laki-laki dapat ditemukan skrotum
membesar.
2. Rasa nyeri terutama ketika mengedan, mengangkat, atau olahraga yang meningkat
ketika istirahat
3. Perasaan lemah atau penekanan pada inguinal.
4. Rasa terbakar, nyeri pada tonjolan(2)
H. Diagnosis
1. Anamnesis
Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia. Pada
hernia reponibel, keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di lipat paha yang
muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin atau mengedan dan menghilang setelah
berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai, kalau ada biasanya dirasakan di daerah
berupa nyeri viseral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus
masuk ke dalam kantong hernia. Nyeri yang disertai mual atau muntah baru timbul
kalau terjadi inkarserasi karena ileus atau strangulasi karena nekrosis atau ganggren.(1)
2. Pemeriksaan Fisis
a. Inspeksi :
22
1. Bengkak pada regio inguinalis atau inguinoscrotalis, pembengkakan bisa
indikasi infeksi.
4. Hernia direk muncul segera jika pasien berdiri
5. Saat pasien mengedan, dapat dilihat hernia inguinalis lateralis yang muncul
medial bawah.
b. Palpasi :
1. Pasien disuruh batuk maka terjadi perluasan impuls ke akar skrotum
2. Didapatkan pembengkakan yang tidak mungkin berbeda dengan
pembengkakan skrotum
3.
Reducibility
komplikasi. Hernia direk biasanya berkurang secara perlahan dan spontan tetapi
anulus eksternus ke kanal inguinal, penderita disuruh batuk. Bila impuls diujung
jari berarti hernia inguinalis lateralis, bila impuls disamping jari hernia
inguinalis medialis
Posisi berbaring, bila ada benjolan masukkan dulu, hernia kanan diperiksa
tangan kanan, penderita disuruh batuk bila rangsangan pada jari ke -2 hernia
23
inguinalis lateralis, jari ke-3 hernia inguinalis medialis, jari ke-4 hernia
femoralis.
Anulus ditekan dengan ibu jari dan penderita disuruh mengejan, bila keluar
benjolan berarti hernia inguinalis medialis, bila tidak keluar benjolan berarti
spermaticus dengan cara menggesek dua lapis kantong yang memberikan sensasi
gesekan dua permukaan sutera. Tanda ini disebut tanda sarung tangan sutera,
tetapi umumnya tanda ini sukar ditentukan. Kalau kantong hernia berisi organ ,
bergantung isinya, pada palpasi mungkin teraba usus , omentum, atau ovarium.
Dengan jari telunjuk atau jari kelingking pada pasien anak, dapat dicoba
mendorong isi hernia dengan menekan kulit skrotum melalui anulus eksternus
sehingga dapat ditentukan apakah isi hernia dapat direposisi atau tidak. Jika
hernia tersebut dapat direposisi, pada waktu jari masih berada dalam anulus
eksternus, pasien diminta mengedan. Kalau ujung jari menyentuh hernia, berarti
hernia inguinalis lateralis, dan kalau bagian sisi jari yang menyentuhnya, berarti
hernia inguinalis medialis. Isi hernia, pada bayi perempuan, yang teraba seperti
24
Diagnosis ditegakkan atas dasar benjolan yang dapat direposisi atau jika
tidak dapat direposisi, atas dasar tidak adanya batas yang jelas di sebelah kranial
Hasselbach. Oleh sebab itu, hernia ini umumnya terjadi bilateral, khususnya pada
lelaki tua. Hernia ini jarang, bahkan hampir tidak pernah, mengalami inkarserasi dan
kandung kemih atau kolon. Kadang ditemukan defek kecil di otot oblikus internus
abdominis, pada segala usia, dengan cincin yang kaku dan tajam yang sering
menyebabkan strangulasi.
25
Hernia disebut lateralis karena menonjol dari perut di lateral pembuluh epigastrik
inferior, dan disebut indirek karena keluar melalui dua pintu dan saluran yaitu anulus
dan kanalis inguinalis, berbeda dengan hernia medialis yang langsung menonjol
melalui segitiga Hasselbach dan disebut sebagai hernia direk. Pada pemeriksaan
hernia lateralis, akan tampak tonjolan berbentuk lonjong, sedangkan hernia medialis
Pada bayi dan anak, hernia lateralis disebabkan oleh kelainan bawaan berupa
testis ke skrotum. Hernia gelincir dapat terjadi di sebelah kanan atau kiri. Hernia
yang dikanan biasanya berisi sekum dan sebagian kolon asendens, sedangkan yang di
Pada umumnya, keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di lipat paha yang
timbul pada waktu mengedan, batuk, atau mengangkat beban berat, dan menghilang
waktu istirahat baring. Pada bayi dan anak, adanya benjolan yang hilang timbul di
lipat paha biasanya diketahui oleh orang tua. Jika hernia mengganggu dan anak atau
bayi sering gelisah, banyak menangis, dan kadang perut kembung, harus dipikirkan
Pada inspeksi, diperhatikan keadaan asimetri pada kedua sisi lipat paha,
skrotum, atau labia dalam posisi berdiri dan berbaring. Pasien diminta mengedan
atau batuk sehingga benjolan atau keadaan asimetri dapat dlihat. Palpasi dilakukan
dalam keadaan ada benjolan hernia, diraba konsistensinya, dan dicoba mendorong
apakah benjolan dapat direposisi. Setelah benjolan tereposisi dengan jari telunjuk
26
atau jari kelingking pada anak, cincin hernia, berupa anulus inguinalis yang melebar,
Pada hernia insipien, tonjolan hanya dapat dirasakan menyentuh ujung jari di
dalam kanalis inguinalis dan tidak menonjol keluar. Pada bayi dan anak, kadang
tidak terlihat adanya benjolan sewaktu menangis, batuk, atau mengedan. Dalam hal
ini, perlu dilakukan palpasi funikulus spermatikus, dengan membandingkan sisi kiri
3. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan darah
b. Elektrokardiogram (EKG) hanya jika memiliki risiko tinggi dari masalah
jantung
c. Ultrasonografi berguna untuk membedakan hernia incerserata dari suatu nodus
limfatikus patologis atau penyebab lain dari suatu massa yang teraba di inguinal
d. CT-scan dapat digunakan untuk mengevaluasi pelvis untuk mencari adanya
hernia obturator.(9)
I. Diagnosis Banding
27
1. Undesensus testis
Tanda dan gejala :
a. Massa inguinal
b. Belum berkembangnya scrotum dengan tidak adanya testis pada daerah yang
terkena
c. Tidak berhubungan dengan batuk
2. Pembesaran kelenjar limfe
a. Dapat dihubungkan dengan infeksi, trauma, atau malignan
b. Saat palpasi ditemukan massa dan dapat digerakkan
c. Tidak berhubungan dengan impuls batuk
3. Psoas abses
a. Tonjolan lebih lunak, batas tidak jelas
b. Sering disertai nyeri pada punggung dan bokong
c. Demam, berat badan menurun, berkeringat banyak, batuk
d. Riwayat kontak dengan penderita yang terinfeksi
4. Hidrokel
a. Benjolan di kantong skrotum yang tidak nyeri
b. Pemeriksaan fisis didapatkan benjolan di kantong skrotum dengan
konsistensi kistus
c. Pada pemeriksaan penerawangan menunjukkan adanya transiluminasi
5. Hernia femoralis
a. Isi melalui kanalis femoralis
b. Sulit untuk membedakan dari hernia inguinal(10)
J. Penatalaksanaan
1. Terapi konservatif
dilakukan pada hernia umbilikalis sebelum anak berumur dua tahun. Terapi konservatif
misalnya pemakaian korset pada hernia ventralis. Sementara itu, pada hernia inguinalis
pemakaian korset tidak dianjurkan karena selain tidak dapat menyembuhkan, alat ini
Terapi konservatif : Sedatif, kompres es, posisi Trendelenberg : hernia anak yang
inkarserasi.
28
Tereposisi : operasi elektif. Gagal tereposisi : operasi emergensi
proksimal dijahit ikat setinggi mungkin lalu dipotong. Insisi 1-2 cm diatas
hati sampai ke kanalis inguinalis internus, kantong hernia dibuka, lihat isinya
Daerah anulus internus, segitiga Hasselbach, dan lakuna vasorum, artinya pintu
masuk hernia indirek, hernia direk, dan hernia femoralis. Daerah tersebut ditutup
29
K. Komplikasi
Komplikasi operasi hernia dapat berupa cedera vena femoralis, nervus ilioinguinalis,
nervus iliofemoralis, duktus deferens, atau buli-buli bila masuk pada hernia gelincir.
Komplikasi dini beberapa hari setelah herniorafi dapat terjadi, berupa hematoma,
infeksi luka, bendungan vena femoralis, fistel urin atau feses, dan hernia residif.
Komplikasi lanjut berupa atrofi testis karena lesi arteri spermatika atau bendungan
Daftar Pustaka
30
1. Syamsuhidajat, Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC. 2010.
2. NIDDK. Inguinal Hernia. U.S. Departement of Health and Human Services.
http://www.medscape.com/viewarticle/420354_4
9. Fitzgibbons. R, Mark. M, Kathleen. Inguinale/Femoral Hernia. Chicago :
http://www.emedicine.medscape.com/article/189563-overview. [diakses, 15
september 2016]
31