Professional Documents
Culture Documents
BELLS PALSY
Disusun oleh:
030.10.010
Pembimbing:
Bells palsy merupakan salah satu gangguan neurologik yang paling sering
mempengaruhi nervus cranialis. Gangguan ini berupa paresis atau paralisis fasial
perifer yang terjadi tiba-tiba, bersifat unilateral. BeIls palsy adalah kelumpuhan
atau paralisis wajah unilateral karena gangguan nervus fasialis perifer yang
bersifat akut dengan penyebab yang tidak teridentifikasi dan dengan perbaikan
fungsi yang terjadi dalam 6 bulan. Penyebab kelumpuhan N. Fasialis perifer
sampai sekarang belum diketahui secara pasti.
Untuk menentukan apakah wajah-saraf kelumpuhan perifer atau pusat
adalah kunci dalam diagnosis. Sebuah lesi yang melibatkan upper motor neuron
mengakibatkan kelemahan wajah bagian bawah,berbeda dengan lesi di lower
motor neuron. Anamnesa yang cermat dan pemeriksaan yang teliti, termasuk
pemeriksaan telinga, hidung, tenggorokan, dan saraf kranial, harus
dilakukan.Kriteria diagnostik minimal termasuk kelumpuhan atau paresis dari
semua kelompok otot di satu sisi wajah,secara akut dan tiba-tiba, setelah
dimastikantidak ada penyakit sistem saraf pusat. Perhatikan bahwa diagnosis
Bells palsy dibuat hanya setelah penyebab lain dari kelumpuhan perifer akut telah
disingkirkan
STATUS PASIEN
I. Identitas
Nama : Ny. VS
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 40 tahun
Kebangsaan : Indonesia
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Katolik
Alamat : Cipinang baru I/3
Tanggal berobat : 20 September 2016
II. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara auto-anamnesa dengan pasien pada 20
September 2016
A. Keluhan Utama :
Pasien datang untuk kontrol dan mendapatkan pengobatan bells
palsy
D. Riwayat Kebiasaan
Pasien mengaku mempunyai kebiasaaan naik motor tidak
menggunakan helm serta tidur menggunakan kipas yang mengarah
langsung ke badan pasien.
III.Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,7oC
Pernafasaan : 18 x/menit
Kepala
Ekspresi wajah : Kesan wajah lumpuh sebelah kiri
Rambut : Hitam
Bentuk : Normocephali
Mata
Telinga
Lubang : Lapang
Serumen : -/-
Sekret : -/-
Perdarahan : -/-
Mulut
Leher
Thoraks
Pulmo
Jantung
Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni reguler, Gallop (-), Murmur (-).
Abdomen
Inspeksi : Tidak dilakukan
Ekstremitas
STATUS NEUROLOGIS
Kanan Kiri
E. Nervus Kranialis
N.I ( Olfaktorius )
N. II ( Optikus )
Nistagmus - -
Diplopia - -
N.V (Trigeminus)
Membuka mulut + +
Menggerakan Rahang + +
Oftalmikus Berkuran
+
g
Maxillaris Berkuran
+
g
Mandibularis Berkuran
+
g
N. VII ( Fasialis )
N.VIII ( Vestibulokoklearis )
N. IX,X ( Vagus )
N.XI (Assesorius)
Menoleh Baik
N.XII ( Hipoglosus )
Disatria Tidak
dilakukan
Kanan Kiri
Ekstremitas Atas
Kanan Kiri
Ekstremitas Bawah
G. Refleks
Refleks Fisiologis
Bisep + +
Trisep + +
Patela
Pemeriksaan +
Kanan +
Kiri
H.
Gerakan Achiles + Patologis
Refleks +
Babinski - -
Chaddok - -
Oppenheim - -
Gordon - -
Klonus - -
Hoffman Tromer - -
Involunter
Kanan Kiri
Tremor - -
Chorea - -
Athetosis - -
Myocloni - -
Ties - -
I. Tes Sensorik (sentuhan ) BAIK
J. Fungsi Autonom
Miksi : baik
Defekasi : baik
Hasil
IV. Resume
Pasien datang ke poliklinik saraf RSUD Budhi Asih dengan keluhan
mata kiri terasa mengganjal sejak 1 bulan yang lalu. Pasien menjadi tidak
dapat menutup matanya. Pasien juga mengeluh wajah pasien menjadi miring
ke kanan serta terasa kebal dan kaku pada wajah sisi kiri. Pasien mengaku
mempunyai kebiasaaan naik motor tidak menggunakan helm serta tidur
menggunakan kipas yang mengarah langsung ke badan pasien.
Pada pemeriksaan fisik di dapatkan kesadaran compos mentis. Tanda
vital, tensi 120/70, suhu 36.7, Nadi 80x/menit, pernapasan 18x/menit. Pada
pemeriksaan neurologis, didapatkan pada pemeriksaan N kranialis V cabang
sensorik sisi kiri NV1, NV2 dan NV3 berkurang. Pada pemeriksaan N.VII kiri
didapatkan pasien sulit menutup mata kiri, bila menyeringai mulutnya mening
ke kana, alis kiri sulit diangkat, kerutan dahi kiri dan sudut mulut kiri
menghilang.
V. Diagnosis Kerja
Neurologis:
Diagnosa Klinis: Bells palsy sinistra
Diagnosa Etiologi: Idiopatik
Diagnosa Topikal: Saraf motorik N.VII perifer dengan paralisis
motorik
Diagnosis patolosis: Inflamasi
VI. Penatalaksanaan
Medika mentosa
Mecobalamine tab 2 x 500 mg
Vitamin B kompleks 2 x 1
VII. Prognosis
Ad Vitam : ad bonam
Ad Fungsionam : ad bonam
Ad Sanationam : dubia ad bonam
ANALISA KASUS
Seorang perempuan berusia 40 tahun berobat ke poli dengan diagnosa
Bells palsy. Pada pasien ini didiagnosis Bells palsy karena didapatkan dari:
Anamnesis: Pasien datang dengan keluhan mata kiri terasa mengganjal dan
sulit ditutup. Pasien juga mengeluh wajah pasien menjadi miring ke kanan
serta terasa kebal dan kaku pada wajah sisi kiri. Hal ini karena terjadi
paralisis nervus VII kiri yang mempersarafi otot-otot wajah kecuali otot-
otot yang terlibat dalam mengunyah. Mata terasa mengganjal karena mata
sulit untuk menutup, otot menutup mata oleh M.Orbicularis Oculi,
dipersarafi oleh nervus VII, sehingga menimbulkan gejala mata kering.
Pasien juga mengeluh kulit di wajah kiri terasa kebal dan kaku karena
N.VII dan N.V mempunyai nucleus somatosensory yang sama. Ini bukan
paralisis murni N.V, karena semua persarafan di wajah mempunyai inti
yang sama dengan inti somatosensory N.V.
Diagnosa ditegakkan adalah Bells palsy kiri sesuai dengan definisi Bells
palsy yaitu kelumpuhan atau kelemahan otot pada satu sisi wajah akibat
kerusakan N.VII satu sisi yang mengendalikan otot-otot wajah di sisi
tersebut dan menyebabkan wajah terasa kebal.Sesuai dengan keluhan
pasien,maka diagnosis topikalnya terletak di saraf motorik NVII perifer
dengan paralisis motorik. Dilihat dari teori patofisiologi Bells palsy, maka
diagnosis patologinya adalah inflamasi.
2. Gilden DH. Clinical practice. Bell's Palsy. N Engl J Med. 2004 Sep 23.
351(13):1323-31
3. Vrabec JT, Backous DD, Djalilian HR, Gidley PW, Leonetti JP, Marzo SJ,
et al. Facial Nerve Grading System 2.0. Otolaryngol Head Neck Surg.
2009 Apr. 140(4):445-50
4. Holland NJ, Weiner GM. Recent developments in Bell's palsy. BMJ. 2004
Sep 4. 329(7465):553-7