You are on page 1of 15

PENGUKURAN ANALISIS OKSIGEN TERLARUT (DO), DAN BENTOS

PADA SUNGAI KALIDAMI

Ditulis oleh :

1. Setia Ningsih 3313100046


2. Rosalia Awalunikmah 3313100076
3. Defa Meifriza 3313100107
4. Rahmah Fitrianingtyas 3314100008
5. Adi Puspitarini Ayu 3314100019
6. Velda Rifka A 3314100033
7. Fariz Pujiantara 3314100067
8. Ilham Akbar W 3314100088

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER


SURABAYA
2015
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sungai merupakan sistem yang kompleks, terdiri dari banyak komponen yang
saling berhubungan dan berpengaruh dalam suatu sistem yang sinergis dan mempu
menghasilkan sistem kerja yang efisien. Kompleksitas sungai dapat diketahui dari
bentuk alur dan percabangan sungai, formasi dasar sungai, morfologi sungai dan
ekosistem sungai.
Sungai Kalidami merupakan salah satu sungai atau saluran yang berfungsi
sebagai saluran drainase dan saluran air limbah yang melayani daerah Surabaya timur
dari Pakuwon City sampai Dharmahusada Barat. Sungai Kalidami melintasi
permukiman padat, jalan raya, tempat ibadah, pasar yang dapat mempengaruhi
kualitas air sungai. Potensi pencemaran Sungai Kalidami adalah limbah domestik
yang bersumber dari permukiman penduduk, fasilitas umum (seperti pasar, tempat
ibadah, dan lain-lain) yang secara langsung membuang limbah cair ke sungai.
Ekosistem Kalidami juga mengalami perubahan yang dapat mempengaruhi
keseimbangan, stabilitas dan produktivitas lingkungan hidup. Monitoring kualitas air
Sungai Kalidami dilakukan dengan menggunakan 3 metode yakni, kimia-fisik dan
biologis dengan menggunakan metode bioindikator. Bioindikator yang digunakan
pada praktikum ini adalah organisme yang tidak bertulang (makroinvertebrata).
Makroinvertebrata dipilih sebagai bioindikator karena memiliki kepekaan yang
berbeda terhadap berbagai jenis bahan pencemar, memberikan reaksi cepat, tidak
memiliki kemampuan untuk bermigrasi apabila kondisi aliran tidak sesuai, dan
mudah ditangkap(Setiawan,2008). Kemudian jenis makroinvertebrata masing-masing
di klasifikasikan sesuai tabel kualitas air sungai.
Selain melakukan metode secara biologis, juga dilakukan metode kimia dan
fisik. Metode kimia dengan uji DO dan BOD. DO adalah parameter kualitas sungai
yang dapat menunjukkan tingkat kesegaran air sebagai akibat dari pencemaran air
oleh parameter organik. Sedangkan BOD merupakan parameter organik yang
menunjukkan tingkat pencemaran organic dari sumber pencemar. Beban BOD yang
berlebihan mengganggu kualitas air sungai karena menyebabkan konsentrasi DO
rendah sehingga sungai tidak layak untuk kehidupan flora dan fauna. Sedangkan
metode fisika digunakan uji pH, suhu dan kecepatan untuk mengetahui kondisi fisik
titik sampling sehingga diketahui penyebaran ekosistem makroinvertebrata apa saja
yang terdapat dilokasi sampling.
Dengan mengorelasikan ketiga metode biologi,kimia, dan fisika diharapkan dapat
memberikan solusi untuk perbaikan kualitas air Sungai Kalidami Kota Surabaya.
1.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk :
a. Menganalisis DO dari sungai Kalidami
b. Menganalisis kualitas biologis air sungai dengan menentukan jenis
makroinvertebrata menggunakan metode indeks biotik
1.3 Manfaat
Praktikum ini diharapkan dapat memberikan pengalaman dan ilmu kepada
mahasiswa untuk mengatahui dan memberikan solusi terhadap kualitas air
sungai,khususnya Sungai Kalidami
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN SEGMEN JEMBATAN NGAGEL
2.1 Gambaran Umum Lokasi Pengambilan Sampel
Pemantauan kualitas sungai dilakukan di Sungai Kalidami pada segmen 1
(Jembatan Mulyosari-Bar Screen). Pemantauan dilakukan pada hari Kamis tanggal
15 Oktober 2015. Pemantauan dilakukan mulai pukul 08.45 WIB 10.00 WIB.
Pada pemantauan ini, dilakukan pengukuran suhu secara langsung dengan
menggunakan termometer alkohol. Selanjutnya untuk analisis pengukuran pH, DO
dan BOD maupun pengamatan makroinvertebrata dilakukan di laboratorium
Fitoteknologi Jurusan Teknik Lingkungan FTSP ITS. Selanjutnya untuk analisis
BOD5 dilakukan pada hari Selasa tanggal 20 Oktober 2015 di laboratorium
Fitoteknologi Jurusan Teknik Lingkungan FTSP ITS. Titik pengambilan sampel
dapat dilihat pada Gambar 1, Gambar 2, dan Gambar 3.

Gambar 1. Lokasi Sampling Segmen 1 (Jembatan Mulyosari-Bar Screen)


Sumber : Google Earth
Gambar 2. Lokasi Sampling Segmen 1 (Jembatan Mulyosari-Bar Screen)
Sumber : Google Earth

Gambar 3. Lokasi Sampling Segmen 1 (Jembatan Mulyosari-Bar Screen)


Sumber : Google Earth
Pada Titik 1 : Lokasi berada dipinggir jalan raya.
Pada Titik 2 : Didominasi dengan rumah penduduk/permukiman dan fasilitas
umum seperti masjid
Pada Titik 3 : Terdapat permukiman penduduk dan perdagangan seperti
warung
Pada Titik 4 : Lokasi berada dipinggir jalan raya
2.2 Metode Sampling
2.2.1 Metode Penentuan Titik Sampling

Survey Lokasi Sungai Kalidami segmen 1 (Jembatan


Mulyosari-Bar Screen)

Membuat peta overlay Kalidami terutama pada segmen 1


(Jembatan Mulyosari-Bar Screen) dengan software
AutoCAD sebagai landasan untuk menentukan titik karena
penentuan lokasi juga didasarkan pada jenis kawasan yang
berada di dekat sungai

Mengukur ruas sungai Kalidami segmen 1 (Jembatan


Mulyosari-Bar Screen)sepanjang 10 meter dengan
menggunakan meteran

Menentukan lokasi titik sampling dilakukan dengan


zigzag. Sehingga titik 1 dan 3 bersebrangan dengan titik 2
dan 4

Mencari koordinat tiap titik dengan bantuan Google Map

2.2.2 Metode Pengambilan Sampel


Alat untuk sampling di sungai :
1. Botol 1,5 Liter
2. Winkler
3. Plastik kapasitas 1 kg
4. Spidol
5. Ember
6. Karet gelang
7. Kantong plastic
8. Tali sepanjang 10 meter
9. Jaring dengan tipe drift net sampler
10. Termometer

Cara mengambil sampel


1. Mempersiapkan alat alat dan bahan di titik pengambilan sampel
2. Tentukan titik plotting pengambilan sampel di sungai yang telah ditentukan.
3. Hitung suhu air di dalam sungai menggunakan thermometer.
4. Ambil air terlebih dahulu.
5. Air untuk uji BOD dan DO dimasukkan kedalam winkler. Di dalam winkler tidak
diperbolehkan adanya udara yang tersisa. Air untuk uji PH dan dimasukkan ke
dalam botol 1,5 liter.
6. Aduk badan sungai dan dinding sungai yang menjorok ke dalam dengan cara
menginjak-injak dan menggoyang-goyangkan
7. Goyangkan batu-batu besar yang ada di badan sungai, ranting ranting dan akar
tumbuhan yang menggantung di tebing sungai .
8. Tempatkan jaring dan tampung aliran air yang telah diaduk untuk mengambil
lumpur yang nantinya akan diuji I laboratorium. (bercampur bahan terlarut)

Alat dan bahan yang dibutuhkan untuk pemisahan dan identifikasi


makroinvertebrata
1. Baki atau nampan
2. Saringan atau mesh
3. pinset
4. Label
5. Alkohol 70%
6. Cawan petri
7. Mikroskop

Cara pemisahan dan identifikasi makroinvertebrata.


1. Untuk memudahkan identifikasi jenis-jenis makroinvertebrata yang telah
dikumpulkan, maka dilakukan pemisahan makroinvertebrata terlebih dahulu.
2. Pisahkan makroinvertebrata dari lumpur, ranting maupun batu-batu yang terbawa
pada saat pengambilan sampel.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Uji Kimia
3.1.1 Analisis Oksigen Terlarut (DO)
Mengambil sample air dengan menggunakan botol winkler, masing-masing
titik adalah satu botol
Menambahkan 5 tetes larutan MnSO4 ke dalam 2 botol winkler
Menambahkan 5 tetes larutan Pereaksi Oksigen ke dalam 2 botol winkler
Menambahkan 1ml larutan H2SO4 ke dalam 2 botol winkler untuk
kemudian dikocok beberapa kali.
Menutup dan mengocok agar homogen
Botol winkler kemudian ditambahkan 3 tetes amilum
Kemudian dititrasi dengan dengan larutan Tiosulfat sampai warna kembali
bening
Mencatat hasil titrasi dan menghitung nilai DO nya
Tabel Pengamatan
No Perlakuan Hasil Pengamatan Gambar
1. Diambil 2 air sampel Karakteristik air sampel: xxx
langsung dari lokasi -warna agak keruh
Sungai Kalidami, -berbau
Jembatan Mulyosari- -suhu normal
Bar Screen dengan
botol winkler
2. Ditambah 5 tetes Karakteristik MnSO4:
MnSO4 ke dalam -warna pink tipis
botol winkler dan -bening
dikocok -cair
-suhu normal

Karakteristik sampel
setelah penambahan:
-tidak ada perubahan fisik
yang terjadi

3. Ditambah 5 tetes Karakteristik pereaksi


pereaksi oksigen oksigen:
dalam sampel. Botol -bening
ditutup dan dibalik- -tidak berbau
balikkan didiamkan -suhu normal
10 menit
Karakteristik sampel
setelah penambahan:
-warna kecoklatan dan
terbentuk gumpalan
Karakteristik sampel
setelah didiamkan:
-gumpalan berwarna
kecoklatan mengendap,
larutannya berwarna putih
keruh
4. Ditambah 1 ml Karakteristik H2SO4:
H2SO4. Dibalik- -cair
balikkan sampai -bening
endapan menghilang -bau menyengat (bau asam)

Karakteristik setelah
penambahan:
Warna menjadi kuning
kecoklatan, bening,
endapan menghilang
5. Dituang masing- Karakteristik sampel:
masing sampel Tidak ada perubahan fisik
sebanyak 100ml ke
dalam gelas ukur.
Kemudian
dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer 250ml
6. Ditetesi 3 tetes Karakterisik amilum:
amilum -cair
-bening
-tidak berbau
-suhu normal

Karakteristik setelah
penambahan:
Warna keempat sampel
berubah menjadi biru tua
7. Dititrasi dengan Karakteristik Natrium
Natrium Thiosulfat Thiosulfat:
0,0125N sampai -cair
larutan menjadi -bening
bening -suhu normal

Karakteristik setelah
penambahan:
Warna sampel menjadi
bening

Volume titran
-titik 1: 1,1 ml
-titik 2: 1 ml

8. Dihitung kadar - Titik 1


oksigen terlarutnya
dengan rumus

-Titik 2
Keterangan
a: volume titrasi
N: normalitas na-
thiosulfat
OT: oksigen terlarut

Pembahasan DO

Dalam analisis Dissolved Oxygen (DO) atau Oksigen Terlarut ini diambil
empat sampel dari sungai Kalidami Surabaya di daerah jembatan Mulyosari. Dari
Sungai kalidami tersebut diambil 4 titik untuk sampling. Titik 1 merupakan
daerah, titik 2 terdapat, titik 3 merupakan, dan titik 4 adalah. Tujuan dari analisis
ini adalah untuk mengetahui besarnya oksigen terlarut dalam air. Oksigen terlarut
sendiri dibutuhkan oleh semua makhluk hidup untuk pernapasan, proses
metabolisme, dan pembiakan.
Langkah pertama yang dilakukan adalah mengambil sampel dari keempat
titik tersebut dengan botol winkler. Pada saat mengambil air sampel, udara
jangan sampai ada yang masuk. Hal ini dapat diketahui melalui ada atau tidaknya
gelembung udara dalam botol winkler. Karakteristik air sampel dari empat titik
tida jauh berbeda, yaitu warna agak keruh, bau, suhu normal. Air sampel
kemudian ditambahkan dengan 1 ml mangan sulfat (MnSO 4). Mangan sulfat
memiliki karakteristik cair, bening, warna pink tipis, suhu normal. Tujuan dari
penambahan mangan sulfat adalah untuk mengikat oksigen yang terkandung
dalam sampel dengan mengoksidasi mangan sulfat.. Tidak terjadi perubahan fisik
setelah penambahan ini. Air sampel selanjutnya ditambahkan dengan 1 ml
pereaksi oksigen. Karakterisktik pereaksi oksigen adalah bening, tidak berbau,
suhu normal. Pereaksi oksigen ditambahkan untuk mengikat senyawa-senyawa
organic yang ada pada sampel Setelah ditambahkan, air sampel berubah warna
menjadi kecoklatan disertai dengan munculnya gumpalan putih. Oksigen dalam
botol mengoksidasi mangan sulfat dan pereaksi oksigen yang ditambahkan
sehingga membentuk endapan MnO2. Segera setelah penambahan, botol ditutup
dengan hati-hati agar tidak ada udara luar yang terperangkap dalam botol. Botol
kemudian dibalik-balik beberapa kali, dan didiamkan hingga gumpalan
mengendap kira-kira 5-10 menit. Setelah didiamkan gumpalan MnO 2 mengendap
berwarna kecoklatam sedangkan larutannya berwarna putih keruh. Langkah
berikutnya adalah menambahkan 1ml asam sulfat (H2SO4). Karakteristiknya
adalah cair, bening, bau menyengat (bau asam). Tujuan dari penambahan asam
sulfat adalah untuk memberi suasana asam pada larutan dan untuk membebaskan
iodida yang ekivalen dengan O2 terlarut. Dalam kondisi pH rendah MnO2 akan
mengoksidasi I- untuk membentuk I2.
MnO2 (s) + 2I- +4H+ Mn2+ + I2 + 2H2O
Botol winkler kemudian ditutup dan dibalik-balik sampai gumpalan menghilang.
Hal ini bertujuan agar reaksi berjalan dengan baik dan iodin terdistribusi merata
pada masing-masing sampel. Setelah proses ini warna sampel berubah menjadi
kuning kecoklatan, bening.
Selanjutnya air sampel yang ada pada winkler dituang ke dalam gelas ukur
sebanyak 100ml. Kemudian dimasukkan ke dalam Erlenmeyer ukuran 250ml.
Langkah berikutnya adalah menambahkan amilum sebanyak 3 tetes dengan
menggunakan pipet tetes. Amilum memiliki karakteristik cair, bening, suhu
normal. Tujuan dari penambahan amilum adalah untuk mengetahui adanya
kandungan I2 yang ekivalen dengan oksigen terlarut, ditandai dengan perubahan
warna menjadi biru tua. Langkah selanjutnya adalah menitrasi sampel dengan
natrium thiosulfate 0,0125N sampai warna sampel menjadi bening. Tujuan dari
titrasi ini adalah untuk menentukan jumlah iodin terlarut, yang selanjutnya
digunakan untuk menghitungkadar oksigen terlarutnya. Volume natrium
thiosulfate yang dibutuhkan oleh masing-masing sampel agar menjadi bening
kembali adalah sebagai berikut:
- Titik 1: ml
- Titik 2: ml
Dari hasil titrasi tersebut, dihitung kadar oksigen terlarutnya dengan rumus

Keterangan:
a = volume titrasi
N = normalitas thiosulfate

Sehingga dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut:


- Titik 1

-Titik 2

Berdasarkan Peraturan Pemerintah no. 82 tahun 2001, kadar minimum yang


diperbolehkan untuk DO adalah 6 mg/L pada kelas I (kelas air baku air minum).

3.2.3 Analisis Bentos


No Perlakuan Pengamatan Gambar
1 Mengaduk-aduk sungai dengan Lumpur : berwarna
kayu sampai sungai keruh hitam pekat
kemudian menjaring lumpur
sungai dengan jaring.
2 Memisahkan makroinvertebrata Lumpur : berwarna
dari lumpur sungai kemudian hitam pekat
membilas perlahan lumpur di
dalam jaring hingga terlihat
makroinvertebrata yang terjaring.
3 Meletakkan makroinvertebrata ke Alkohol : bening
dalam botol yang berisi alkohol dan berbau
kemudian meletakkan cairan
alkohol yang berisi
makroinvertebrata ke dalam gelas
beaker

4 Mengambil satu persatu Alkohol : bening


makroinvertebrata dan dan berbau
meletakkan diatas cawan petri
yang telah diberi alkohol
sebelumnya

6 Meletakkan cawan petri yang Alkohol : bening


berisi makroinvertebrata diatas dan berbau
preparat mikroskop binokuler
dengan perbesaran 10x kemudian
mengamati struktur
makroinvertebrata dan
mencocokkan dengan tabel
taksonomi

Analisis Bentos (Makro Invertebrata)


Analisis ini bertujuan untuk menentukan kualitas air berdasarkan makroinvertebrata
yang hidup di perairan tersebut. Langkah pertama yang harus dilakukan ialah
mengambil sampel sedimen dari 4 titik yang berbeda di Sungai Kalimas Keputran
Selatan. Berikut koordinat titik sampling dari Sungai Kalimas Keputran Selatan:
Titik 1: -7.277654 , 112.744407
Titik 2: -7.277420 , 112.744331
Titik 3: -7.277503 , 112.744028
Titik 4: -7.277760 , 112.744179
Cara pengambilan yaitu mengaduk aduk sedimen di sungai dengan menggunakan
kayu panjang, kemudian sedimen diambil menggunakan saringan dan
ember.Pengadukan sedimen bertujuan agar pengambilan makroinvertebrata dapat
merata. Keempat sampel sedimen berwarna coklat gelap dan sedikit berbau.
Langkah berikutnya yaitu menyaring sampel sedimen dari empat titik sampel
di kalimas menggunakan saringan dan kain kasa.Penyaringan ini bertujuan untuk
memisahhhkan makroinvertebrata dengan lumpur sedimen agar memudahan analisis.
Kemudian mengamati dan memilah makroinvertebrata yang tertinggal di saringan.
Makroinvertebrata yang tertinggal berupa siput dan cacing. Cacing berukuran sangat
kecil dan berwarna merah. Sedangkan siput berukuran kurang lebih 2-3 cm.
Kemudian makroinvertebrata dari sampel sedimen dicelupkan ke alcohol 70%. Hal
ini bertujuan untuk membersihkan makroinvertebrata dari zat pengotor dan agar
mudah dalam pengamatan mikroskop nantinya.
Langkah selanjutnya makroinvertebrata cacing diamati pada mikroskop
perbesaran 10 x. Dalam pengamatan, cacing tidak bersekat dan berwarna merah.

Gambar 1.Bentuk cacing dilihat pada mikroskop


Kemudian diidentifikasi kedua makroinvertebrata pada gambar taksonomi
makroinvertebrata sungai. Didapat hasil bahwa:
Siput yang ada pada Sungai Kalimas Keputran Selatan adalah jenis siput
berpintu (ukuran >15mm)
Cacing yang ada pada Sungai Kalimas Keputran Selatan adalah cacing pipih
Gambar 2. Tabel Skor Indek Kualitas Air

Didapat skor dari:


Siput Berpintu : 6
Cacing Pipih : 5

Kemudian skor dirata rata dan didapatkan hasil skor 5,5. Bila dilihat dari rentang
skor indeks kualitas air pada Gambar 2. Dapat disimpulkan bahwa Sungai Kalimas
Keputran Selatan termasuk dalam sungai dengan kategori kualitas air sedang (rata-
rata)

2 Kesimpulan

3 Daftar Pustaka
A. Analisis Oksigen Terlarut (DO)

Salmin. (2005). Kadar Oksigen Terlarut di Perairan Sungai Dadap, Goba,


Muara Karang, dan Teluk Banten. P-30 LIPI, hal. 42-46.
Sawyer, e. a. (2003). Chemistry for Environmental Engineering. New York:
Mc Graw Hill.

You might also like