You are on page 1of 19

NAMA : RINIE UTARI MEILI ANANDA ARSY

NIM : 27.13.3.076

KELAS : AKS-B/IV

AKUNTANSI KEUANGAN SYARIAH

BAB IV

SISTEM KEUANGAN SYARIAH

KONSEP MEMELIHARA HARTA KEKAYAAN

Memelihara harta bertujuan agar harta yang dimiliki oleh manusia


diperboleh dan digunakan sesuai dengan syariah sehingga harta yang
dimiliki halal dan sesuai dengan keinginan pemilik mutlak dari harta
kekayaan tersebut yaitu Allah SWT.

Anjuran Bekerja atau Berniaga

Islam menganjurkan manusia untuk bekerja atau berniaga, dan


menghindari kegiatan meminta-minta dalam mencari harta kekayaan.
Harta yang paling baik, menurut rasulullah saw, adalah yang diperoleh
dari hasil kerja atau perniagaan. Sebagaimana firman Allah SWT

... Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu dimuka


bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya
kamu beruntung (QS.62:10)

Dan sebagaimana diriwayatkan hadis-hadis berikut ini.

Ketika Rasulullah ditanya oleh Rafi bin Khudaij: dari Malik bin Anas r.a
Wahai Rasulullah, pekerjaan apakah yang paling baik? Rasulullah
menjawab Pekerjaan orang dengan tangannya sendiri dan jual beli yang
mabrur. HR Ahmad dan Al Bazzar At Thabrani dari Ibnu Umar)

Konsep Kepemilikan
Harta yang paling baik harus memenuhi dua kriteria, yaitu:
diperoleh dengan cara yang sah dan benar (legal and fair), serta
dipergunakan dengan dan untuk hal yang baik-baik dijalan Allah SWT.
Menurut Islam, kepemilikan harta kekayaan pada manusia terbatas pada
kepemilikan kamanfatannya selama masih hidup disunia dan bukan
kepemilikan mutlak. Saat dia meninggal,kepemilikan tersebut berakhir
dan harus didistribusikan kepada ahli warisnya, sesuai ketentuan syariah.

Perolehan Harta

Memperoleh harta adalah aktivitas ekonomi yang masuk dalam


kategori ibadah muamalah (mengatur hubungan manusia dengan
manusia). Kaidah fiqih dari muamalah adalah semua halal dan boleh
dilakukan keccuali yang diharamkan/dilarang dalam Al-Quran dan As-
Sunnah.

Yang halal ialah apa yang dihalalkan Allah didalam kitabNya, dan yang
diharamkan ialah apa yang diharamkan Allah dalam kitabNya, sedang apa
yang didiamkan olehnya berarti dimaafkan (diperkenankan) untukmu.
(HR. At-Tirmidzi& Ibnu Majah)

Dari pernyataan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa hukum


dasar muamalah adalah boleh, karena tidak mungkin Allah menciptakan
segala sesuatu dan menundukkannya bagi manusia kalau akhirnya semua
itu diharamkan atau dilarang. Oleh karena itu ruang lingkup (bidang) yang
dihalalkan jauh lebih luas dari yang dilarang. Pada hakikatnya hal yang
dilarang adalah untuk kebaikan umat manusia itu sendiri.

Islam tidak memisahkan ekonomi dengan agama, ehingga manusia


tetap merujuk pada ketentuan syariah dalam beraktivitas ekonomi,
termasuk dalam memperoleh harta kekayaan.

Konsekuensinya, manusia dalam bekerja,berbisnis ataupun


berinvestasi dalam cara mencari rezeki (harta) harus memilih bidang yang
halal walupun dari sudut pandang (ukuran) keduniaan memberikan
keuntungan yang lebih sedikit dibanding dengan bidang yang haram.
Penggunaan dan Pendistribusian Harta

Ketentuan syariah berkaitan dengan penggunaan harta, antara lain:

1. Tidak boros dan tidak kikir


Allah SWT sebagai sang pencipta mengajarkan kepada kit suatu
konsep hidup pertengahan yang luar biasa, untuk hidup dalam
batas-batas kewajaran, tidak boros/berlebih-lebihan dan tidak kikir.
2. Mmeberi Infak dan shadaqah
Membelanjakan harta dengan tujuan untuk mencari rida Allah
dengan berbuat kebajikan. Misalnya untuk mendirikan tempat
peribadatan, rumah yatim piatu, menolong kaum kerabat, memberi
pinjaman tanpa imbalan, atau memberikan bantuan dalam bentuk
apapun yang diperlukan oleh mereka yang membutuhkan.
3. Membayar sesuai ketentuan
Setiap manusia beriman yang memiliki harta melampaui ukuran
tertentu, diwajibkan untuk mengeluarkan sebagian hartanya (zakat)
untuk orang yang tidak mampu, sehingga dapat tercipta keadilan
sosial, rasa kasih sayang, dan rasa tolong-menolong.
4. Memberi pinjaman tanpa bunga
Memberi pinjaman kepada sesama muslim yang membutuhkan,
dengan tidak menambah jumlah yang harus dikembalikan
(bunga/riba). Bentuk pinjaman seperti ini, bertujuan untuk
mempermudah pihak yang menerima pinjaman, tidak memberatkan
sehingga dapat menggunakan modal pinjaman tersebut untuk hal-
hal yang produktif dan halal.
5. Meringankan kesulitan orang yang berutang.

AKAD/KONTRAK/TRANSAKSI

Akad dalam bahasa Arab berarti ikatan atau mengikat. Menurut


terminologi adalah pertalian antara penyerahan ijab dan penerimaan
qabul yang dibenarkan oleh syariah, yang menimbulkan akibat hukum
terhadap objeknya.
Jenis Akad
1. Akad Tabarru adalah perjanjian yang merupakan transaksi
yang tidak ditujukan untuk memperoleh laba (transaksi nirlaba).
Tujuannya adalah tolong menolong dalam rangka berbuat
kebaikan.
Ada tiga bentuk akad Tabarru, sebagai berikut
a. Meminjam uang
Meminjamkan uang termasuk akad Tabarru karena tidak
boleh melebihkan pembayaran atas pinjaman yang kita
berikan, karena setiap kelebihan tanpa iwad adalah riba. Ada
minimal 3 jenis pinjaman, yaitu Qardh, Rahn, Hiwalah
b. Meminjamkan Jasa
Berupa keahlian dan keterampilan termasuk akad Tabarru.
Ada minimal 3 jenis pinjaman, yaitu wakalah, wadiah dan
kafalah
c. Memberikan sesuatu
Pelaku memberikan sesuatu kepada orang lain. Ada minimal 3
bentuk akad ini, yaitu Waqaf, Hibah/Shadaqah.
2. Akad Tijarah merupakan akad yang ditujukan untuk
memperoleh keuntungan.

Rukun dan Syarat Akad


Rukun dan syarat sahkan suatu akad ada 3, yaitu sebagai
berikut.
1. Pelaku
2. Objek Akad
3. Ijab Kabul

TRANSAKSI YANG DILARANG

Hal yang termasuk transaksi yang dilarang adalah sebagai berikut:


1. Semua aktivitas bisnis terkait dengan barang dan jasa yang
diharamkan Allah
2. Riba
3. Penipuan
4. Perjudian
5. Gharar
6. Ikhtikar
7. Monopoli
8. Baian Najsy
9. Suap
10. Taalluq
11. Bai al inah
12. Talaqqi al-rukban

Aktivitas Bisnis Terkait Barang dan Jasa yang Diharamkan


Allah
Riba
Riba berasal dari bahasa Arab yang berarti tambahan,
berkembang ,meningkat dan membesar. Imam Sarakhzi
mendefenisikan riba sebagai tambahan yang disyaratkan dalam
transaksi bisnis tanpa adanya padanan yang dibenarkan syariah atas
penambahan tersebut.
Jenis Riba
1. Riba Nasiah
Riba yang muncul karena utang-piutang, riba nasiah dapat
terjadi dalam segala jenis transaksi kredit atau utang-piutang
dimana satu pihak harus membayar lebih besar dari pokok
pinjamannya.

2. Riba Fadhl
Riba yang muncul karena transaski pertukaran atau barter. Riba
Fadhl dapat terjadi apabila ada kelebihan/penambahan pada
salah satu dari barang ribawi/ barang sejenis yang dipertukarkan
baik pertukaran dilakukan dari tangan ke tangan (tunai) atau
kredit. Yang dimaksud dengan barang ribawi/barang sejenis
adalah barang yang secara kasat mata tidak dapat dibedakan
satu dan lainnya. Para ahli fikih sepakat ada tujuh macam barang
ribawi, yang tertuang dalam teks hadis, yaitu emas, perak, jenis
gandum, dan kurma, zabib/tepung, anggur kering, dan garam.

Perbedaan Riba dan Jual Beli

N JUAL BELI RIBA


o
1 Di halalkan Allah SWT Diharamkan oleh Allah SWT
2 Harus ada pertukaran Tidak ada pertukaran barang
barang atau manfaat yang dan keuntungan/manfaat
diberikan sehingga ada hanya diperoleh oleh penjual
keuntungan/manfaat yang
diperoleh pembeli dan
penjual.
3 Karena ada yang ditukarkan, Tidak ada beban yang
harus ada bebean yang ditanggung oleh penjual
ditanggung oleh penjual.
4 Memiliki resiko Untung rugi, Tidak memiliki resiko sehingga
sehingga diperlukan tidak diperlukan kerja/usaha,
kerja/usaha, kesungguhan kesungguhan dan keahlian.
dan keahlian.

Penipuan
Penipuan terjadi apabila salah satu pihak tidak mengetahui
informasi yang diketahui pihak lain dan dapat terjadi dalam empat
hal, yakni dalam kuantitas, kualitas, harga, dan waktu penyerahan.
Penipuan dalam kualitas, misalnya dengan mencampur barang baik
dengan yang buruk atau barang yang dijual memiliki cacat tapi
disembunyikan. Penipuan dalam kuntitas, misalnya mengurangi
timbangan. Penipuan dalam harga, misalnya menjual barang
dengan harga yang terlalu tinggi pada orang yang tidak mengetahui
harga wajar barang tersebut. Penipuan dalam waktu, misalnya
seoran penyedia jasa menyanggupi menyelesaikan pesanan pada
waktu tertentu, sementara dia sangat sadar bahwa dengan sumber
daya dan kendala yang dimilikinya tidak mungkin dapat
menyelesaikan pada waktu yang dijanjikan.

Perjudian
Berjudi atau Maisir dalam bahasa Arab arti harfiahnya
adalah memperoleh sesuatu atau mendapat keuntungan dengan
sangat mudah tanpa kerja keras.
Transaksi perjudian adalah transaksi yang melibatkan dua
pihak atau lebih, dimana mereka menyerahkan uang/harta
kekayaan lainnya, kemudian mengadakan permainan tertantu, baik
dengan kartu, adu ketangkasan, kuis sms, atau media lainnya. Pihak
yang menang berhak mendapatkan hadiah yang dananya
dikumpulkan dari kontribusi para pesertanya.

Transaksi yang Mengandung Ketidakpastian/Gharar


Syariah melarang transaksi yang mengandung ketidakpastian.
Ghara terjadi ketika terdapat incomplete information, sehingga ada
ketidakpastian antara dua belah pihak yang bertransaksi. Ketidak
jelasan ini dapat menimbulkan pertikaian antara para pihak dan ada
pihak yang dirugikan. Ketidakjelasan yang terjadi dalam 5 hal, yakni
kualitas, kuantitas, harga, waktu penyerahan, dan akad.

Penimbunan Barang/Ihtikar
Penimbunan adalah membeli sesuatu yang dibutuhkan
masyarakat, kemudian menyimpannya, sehingga barang tersebut
berkurang dipasaran danmengakibatkan peningkatan harga.
Penimbunan seperti ini dilarang karena dapat merugikan orang llain
dengan kelangkaannya/sulit didapat dan harganya yang tinggi.

Monopoli
Alasan larangan monopoli sama dengan larangan penimbunan
barang, walaupun seorang monopolis tidak selalu melakukan
penimbunan barang. Monopoli biasanya dilakukan dengan membuat
entry barrier, untuk menghambat produsen atau penjual masuk ke
pasar agar ia menjadi pemain tunggal di pasar dan dapat
menghsilkan keuntungan yang tinggi.

Rekayasa Permintaan (Baian Najsy)


An-Najsy termasuk dalam kategori penipuan (tadlis), karena
merekayasa permintaan, dimana satu pihak berpura-pura
mengajukan penawaran dengan harga yang tinggi, agar calon
pembeli tertarik dan membeli barang tersebut dengan harga yang
tinggi.

Suap
Suap dilarang karena suap dapat merusak sistem yang ada di
dalam masyarakat, sehingga menimbulkan ketidakadilan sosial dan
persamaan perlakuan. Pihak yang membayar suap pasti akan
diuntungkan dibandingkan yang tidak membayar.

Penjual Bersyarat/Taalluq
Taalluq terjadi apabila ada dua akad saling dikaitkan dimana
berlakunya akad pertama tergantung pada akad kedua; sehingga
dapat mengakibatkan tidak terpenuhnya rukun (sesuatu yang harus
ada dalam akad) yaitu objek akad.

Pembelian Kembali oleh Penjual dari Pihak Pembeli (Bai al


inah)
Misalnya, A menjula secara tunai pada B kemudian A membeli
kembali barang yang sama dari B secara kredit. Dari contoh ini kita
lihat ada dua pihak yang seolah-olah melakukan jual-beli, namun
tujuannya bukan untuk mendapatkan barang melainkan A
mengharapkan untuk mendapatkan uang tunai B mengharap
kelebihan pembayaran.

Jual Beli dengan Cara Talaqqi Al-Rukban


Jual beli dengan cara mencegat atau menjumpai pihak
penghasil atau pembawa barang perniagaan dan membelinya,
dimana pihak penjual tidak mengetahui harga pasar atas barang
dagangan yang dibawanya sementara pihak pembeli mengharapkan
keuntungan yang berlipat dengan memanfaatkan ketidaktahuan
mereka.

BAB VI

KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN

LAPORAN KEUANGAN SYARIAH

Pemakai dan Kebutuhan Informasi

Pemakai Laporan Keuangan meliputi:

1. Investor sekarang dan investor potensial, hal ini karena mereka


harus memutuskan apakah akan membeli, menahan atau menjual
investasi atau penerimaan deviden;
2. Pemilik dana qardh, untuk mengetahui apakah dana qardh dapat
dibayar pada saat jatuh tempo;
3. Pemilik dana syirkah temporer, untuk pengambilan keputusan pada
investasi yanf memberikan tingkat pembelian yang bersaing dan
aman
4. Pemilik dana titipan, untuk memeastikan bahwa titipan dna dapat
diambil setiap hari
5. Pembayaran dan penerimaan zakat, infak, sedekah, dan wakaf
untuk informasi tentang sumber dan penyaluran dana tersebut;
6. Pengawas syariah, untuk menilai kepatuhan pengelolaan lembaga
syariah terhadap prinsip syariah;
7. Karyawan, untuk memperoleh informasi tentang stabilitas dan
profitabilitas entitas syariah;
8. Pemasok dan mitra usaha lainnya, untuk memperoleh informasi
tentang kemampuan entitas membayar utang pada saat jatuh
tempo;
9. Pelanggan, untuk memperoleh informasi tentang kelangsungan
hidup entitas syariah;
10. Pemerintah serta lembaga-lembaganya, untuk memperoleh
informasi tentang aktivitas entitas syariah, perpajakan serta
kepentingan nasional lainnya;
11. Masyarakat, untuk mengetahui informasi tentang kontribusi
entitas terhadap masyarakat dan negara.

Asas Transaksi Syariah


1. Persaudaraan (ukhuwah), yang berarti bahwa transaski syariah
menjunjung tinggi nilai kebersamaan dalam memperoleh
manfaat, sehingga seseorang tidak boleh mendapatkan
keuntungan di atas kerugian orang lain. Prinsip ini didasarkan
atas prinsip saling mengenal, saling menjamin, saling bersinergi,
dan saling beraliansi.
2. Keadilan (adalah) yang berarti bahwa selalu menempatkan
sesuatu hanya pada yang berhak dan sesuai dengan posisinya.
3. Kemaslahatan (maslahah), yaitu segala bentuk kebaikan dan
manfaat yang berdimensi duniawi dan ukhrawi, material dan
spiritual, serta individual dan kolektif. Kemashalahatan harus
memenuhi dua unsur yaitu halal (patuh terhadap ketentuan
syariah) dan thayib (membawa kebaikan dan bermanfaat).
Transaski syariah dianggap bermaslahatan harus memenuhi
keseluruhan unsur-unsur yang menjadi tujuan ketetapan syariah
yatiu berupa pemeliharaan terhadap agama, intelektual,
keturunan, jiwa dan keselamatan serta harta benda.
4. Keseimbangan (tawazun) yaitu keseimbangan antara aspek
material dan spiritual, anatara privat dan publik, antara sektor
keuangan dan sektor riil, antara bisnis dan sosial serta antara
aspek pemanfataan serta pelestarian.
5. Universalisme (syumuliyah), dimana esensinya dapat dilakukan
oleh, dengan dan untuk semua pihak yang berkepentingan tanpa
membedakan dengan suku, agama, ras, dan golongan sesuai
dengan semangat kerahmatan semesta (rahmatan lil alamin).

Karakteristik Transaksi Syariah


1. Transaksi hanya dilakukan berdasarkan prinsip saling paham
dan saling rida;
2. Prinsip kebebasan bertransaksi diakui sepanjang objek halal
dan baik;
3. Uang hanya berfungsi sebagai alat tukar dan satuan pengukur
nilai, bukan sebagai komoditas;
4. Tidak mengandung unsur riba;
5. Tidak mengandung unsur kezaliman;
6. Tidak mengandung unsur maysir;
7. Tidak mengandung unsur gharar;
8. Tidak mengandung unsur haram;
9. Tidak menganut prinsip nilai waktu dari uang karena
keuntungan yang didapat dalam kegiatan usaha terkait
dengan resiko yang melekat pada kegiatan usaha tersebut
sesuai dengan prinsip Al-ghunmu bil ghurmi;
10. Transaksi dilakukan berdasarkan sesuatu perjanjian
yang jelas dan benar serta untuk keuntungan semua pihak
tanpa merugikan pihak lain sehingga tidak diperkenankan
menggunakan standar ganda harga untuk satu akad serta
tidak menggunakan dua transaksi bersamaan yang berkaitan
Taalluq dalam satu akad.
11. Tidak ada distorsi harga melalui rekayasa permintaan,
maupun melalui rekayasa penawaran;
12. Tidak mengandung unsur kolusi dengan suap-menyuap.

Tujuan Laporan Keuangan


Untuk menyediakan informasi, menyangkut posisi keuangan,
kinerja serta perubahan posisi keuangan entitas syariah yang
bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan
keputusan ekonomik. Tujuan lainnya sebagi berikut:
1. Meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah dalam semua
transaksi dan kegiatan usaha.
2. Informasi kepatuhan entitas syariah terhadap prinsip syariah,
serta informasi aset, liabilitas, pendapatan dan beban yang tidak
sesuai dengan prinsip syariah bila ada dan bagaimana perolehan
dan penggunaannya.
3. Informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan tanggung
jawab entitas syariah terhadap amanah dalam mengamankan
dana, menginvestasikannya pada tingkat keuntungan yang layak.
4. Informasi mengenai tingkat keuntungan investasi yang diperoleh
penanam modal dan pemilik dana syirkah temporer , dan
informasi mengenai pemenuhan kewajiban fungsi sosial entitas
syariah termasuk pengelolaan dan penyaluran zakat, infak,
sedekah, dan wakaf.

Bentuk Laporan Keuangan


1. Posisi keuangan entitas syariah, disajikan sebagai neraca.
Laporan ini menyajikan informasi tentang sumber daya yang
dikendalikan, struktur keuangan, likuiditas, solvabilitas serta
kemampuan beradaptasi terhadap perubahan lingkungan.
Laporan ini berguna untuk memprediksi kemampuan perusahaan
di masa yang akan datang.
2. Informasi kinerja entitas syariah, disajikan dalam laporan laba
rugi. Laporan ini diperlukan untuk menilai perubahan potensial
sumber daya ekonom yang mungkin dikendalikan di masa depan.
3. Informasi perubahan posisi keuangan entitas syariah, yang dapat
disusun berdasarkan defenisi dana seperti seluruh sumber daya
keuangan, modal kerja, aset likuid atau kas. Kerangka ini tidak
mendefenisikan dana secara spesifik. Akan tetapi, melalui
laporan ini dapat diketahui aktivitas investasi, pendanaan dan
operasi selama periode pelaporan.
4. Informasi lain, seperti laporan penjelasan tentang pemenuhan
fungsi sosial entitas syariah. Merupakan informasi yang tidak
diatur secara khusus tetapi relevan bagi pengambilan keputusan
sebagian besar pengguna laporan keuangan.
5. Catatan dan skedul tambahan, merupakan penampung dari
informasi tambahan yang relevan termasuk pengungkapan
tentang risiko dan ketidakpastian yang memengaruhi entitas.
Informasi tentang segmen industri dan geografi serta pengaruh
perubahan harga terhadap entitas juga dapat disajikan.

Asumsi Dasar

1. Dasar Akrual
Laporan keuangan disajikan atas dasar akrual, maksudnya bahwa
pengaruh transaksi dan peristiwa lain di akui pada saat kejadian
(dan bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar)
dan diungkapkan dalam catatan akuntansi serta dilaporkan
dalam laporan keuangan pada periode yang bersangkutan.
Laporan keuangan yang disusun atas dasar akrual
memberikan informasi kepada pemakai tidak hanya transaksi
masa lalu yang melibatkan penerimaan dan pembayaran kas
tetapi kewajiban pembayaran kas dimasa depan serta sumber
daya yang merepresentasikan kas yang akan diterima dimasa
depan.
Namaun dalam perhitungan pendapatan untuk tujuan pembagian
hasil usaha menggunakan dasar kas. Hal ini desebabkan bahwa
prinsip pembagian hasil usaha berdasarkan bagi hasil,
pendapatan atau hasil yang dimaksud adalah keuntungan bruto.
2. Kelangsungan usaha
Laporan keuangan biasanya disusun atas dasar asumsi
kelangsungan usaha entitas syariah yang akan melanjutkan
usahanya dimasa depan. Oleh karena itu entitas syariah
diasumsikan tidak bermaksud atau berkeinginan melikuiditas
atau mengurangi secara material skala usahanya. Jika maksud
atau keinginan tersebut timbul, laporan keuangan mungkin harus
disusun dengan dasar yang berbeda dan dasar yang digunakan
harus diungkapkan.

Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan


1. Dapat Dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan
keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami
oleh pemakai. Pemakai dasumsikan memiliki pengetahuan yang
memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi serta
kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang
wajar. Namun demikian, informasi kompleks yang seharusnya
dimasukkan dalam laporan keuangan tidak dapat dikeluarkan
hanya atas dasar pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu
sulit untuk dapat dipahami oleh pemakai tertentu.
2. Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi
kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan.
Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi
keputusan ekonomi pemakai dengan membanatu mereka
mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan,
serta menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka
dimasa lalu. Relevan berarti juga harus berguna untuk peramalan
dan penegasan atas transaksi yang berkaitan satu sama lain.
Relevan juga dipengaruhi hakikat dan tingkat materialitasnya.
Tingkat materialitas ditentukan berdasarkan pengaruh kelalaian
terhadap keputusan ekonomi pemakai yang diambil atas dasar
laporan keuangan. Olah karena itu, materialitas dipengaruhi oleh
besarnya kesalahan dalam mencantumkan atau pencatatan.
3. Keandalan
Andal diartikan sebagai bebas dari pengertian yang
menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan
pemakainya sebagai penyajian yang tulus dan jujur dari yang
seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat
disajikan.
4. Dapat dibandingkan
Pemakai harus dapat membandingkan laporan keuangan entitas
syariah anatar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan
posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat
membandingkan laporan keuangan antar entitas syariah untuk
mengevaluasi laporan keuangn kinerja serta perubahan posisi
keuangan secara relatif. Oleh karena itu pembanding berupa
pengukuran dan penyajian dampak keuangan dari transaksi dan
peristiwa lain yang serupa dan harus dilakukan dengan konsisten
untuk entitas syariah tersebut, antar periode entitas syariah yang
sama, untuk entitas syariah yang berbeda, maupun dengan
entitas lain.
Agar dapat dibandingkan informasi tentang kebijakan
akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangna
dan perubahan kebijakan serta pengaruh perubahan tersebut
juga harus diungkapkan termsauk ketaatan atas standar
akuntansi yang berlaku.
Bila pemakai ingin membandingkan posisi keuangan, kinerja
serta peubahan posisi keuangan antar periode maka entitas
syariah perlu menyajikan informasi periode sebelumnya dalam
laporan keuangan.

Unsur-unsur Laporan Keuangan


1. Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan
komersial yang terdiri atas laporan posisi keuangan, laporan laba
rugi, laporan arus kas, serta laporan perubahan ekuitas.
Posisi Keuangan
Unsur yang berkaitan langsung dengan pengukuran posisi
keuangan adalah aset, kewajiban, dana syirkah temporer, dan
ekuitas
a. Aset adalah sumber daya yang diakui oleh entitas syariah
sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana
manfaat ekonomi dimasa depan diharapkan akan diperoleh
entitas syariah
b. Kewajiban merupakan utang entitas syariah masa kini yang
timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan
mengakibatkan arus keluar dari sumber daya entitas syariah
yang mengandung manfaat ekonomi
c. Dana syirkah temporer adalah dana yang diterima sebagai
investasi dengan jangka waktu tertentu dari individu dan
pihak lainnya dimana entitas syariah mempunyai hak untuk
mengelola dan menginvestasikan dana tersebut dengan
pembagian hasil investasi berdasarkan kesepakatan.
Dana syirkah temporer tidak dapat digolongkan sebagai
kewajiban, karen aentitas syariah tidak berkewajiban untuk
mengembalikan dana awal dari pemilik dana ketika
mengalami kerugian kecuali akibat kelalaian atau wanprestasi
entitas syariah.
d. Ekuitas adalah hak resudial atas aset entitas syariah setelah
dikurangi semua kewajiban dan dana syirkah temporer.
Ekuitas dapat disubklasifikasikan menjadi setoran modal
pemegang saham, saldo laba, penyisihan saldo laba, dan
penyisihan penyesuaian modal.

Kinerja
a. Penghasilan adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu
periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau
penambahan aset atau penurunan kewajiban yang
mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari
kontribusi penanam modal. Penghasilan meliputi pendapatan
maupun keuntungan.
b. Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama suat
periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau
berkurangnya aset atau terjadinya kewajiban yang
mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut
pembagian kepada penanam modal, termsuk didalamnya
beban untuk pelaksanaan aktivitas entitas syariah maupun
kerugian yang timbul .
c. Hak pihak ketiga atas bagi hasil dana syirkah temporer adalah
bagian bagi hasil pemilik dana atas keuntungan dan kerugian
hasil investasi bersama entitas syariah dalam suatu periode
laporan keuangan.
d. Hak pihak ketiga atas bagi hasil tidak bisa dikelompokkan
sebagai beban atau pendapatan. Namun, hak pihak ketiga
atas bagi hasil merupakan alokasi keuntungan dan kerugian
kepad pemilik dana atas investasi yang dilakukan bersama
dengan entitas syariah.
2. Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan sosial
meliputi laporan sumber, dan penggunaan dana zakat serta
laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan.
3. Komponen laporan keuangan lainnya yang mencerminkan
kegiatan dan tanggung jawab khusus entitas syariah tersebut.

Pengukuran Unsur Laporan Keuangan


1. Biaya Historis
Aset dicatat sebesar pengeluaran kas (atau setara kas) yang
dibayar atau sebesar nilai wajar dari imbalan yang diberikan
untuk memperoleh aset tersebut pada saat perolehan.
Kewajiban dicatat sebesar jumlah yang diterima sebagai
penukar dari kewajiban atau dalam keadaan tertentu, dalam
jumlah kas yang diharapkan akan dibayarkan untukj memenuhio
kewajiban untuk pelaksanaan usaha yang normal

2. Biaya kini
Aset dinilai dalam jumlah kas yang seharusnya dibayar biala aset
yang sama atau setara set diperoleh sekarang
Kewajiban dinyatakan dalam jumlah kas yang tidak
didiskontokan yang mungkin akan diperlukan untuk
meyelesaikan kewajiban sekarang.
3. Nilai Realisasi/Penyelesaian
Aset dinyatakan dalam jumlah kas yang diperoleh sekarang
dengan menjual aset dalam pelepasan normal.
Kewajiban dinyatakan sebesar nilai penyelesaian yaitu jumlah
kas (atau setara kas) yang tidak didiskontokan yang diharapkan
akan dibayar untuk memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan
usaha normal. Dasar pengukuran ini walaupun dapat digunakan
tetapi tidak mudah untuk diterapkan dalam kondisi saat
ini.mengingat manajemen harus menjamin informasi yang
disajikan adalah anadal serta dapat dibandingkan.

Laporan Keuangan Entitas Syariah (ED PSAK 101(Revisi


2014))
1. Laporan posisi keuangan pada akhir periode;
2. Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain selama
periode;
3. Laporan perubahan ekuitas selama periode;
4. Laporan arus kas selama periode;
5. Laporan sumber dan penyaluran dana zakat selama periode;
6. Laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan selama
periode;
7. Catatan atas laporan keuangan
8. Informasi komparatif mengenai periode sebelumnya. Informasi ini
bersifat naratif dan deskriptif dari laporan keuangan periode
sebelumnya diungkapkan kembali jika relevan untuk pemahaman
laporan keuangan perode berjalan. Informasi komparatif minimun
terdiri dari 2 laporan posisi keuangan, 2 laopran laba rugi
penghasilan komprehensif lain, 2 laporan perubahan modal, 2
laporan arus kas, 2 laporan sumber dan penggunaan zakat, 2
laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan, 2 catatan atas
laporan keuangan.
9. Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang
disajikan ketika entitas syariah menerapkan suatu kebajikan
akuntansi secara retropeksi, atau melakukan penyajian kembali
pos laporan keuangan atau ketika entitas syariah
mereklasifikasikan pos dalam laporan keuangan. Dengan hal inji
maka laporan keuangan akan terdiri dari 3 periode yaitu: akhir
periode berjalan, akhir periode sebelumnya, dan awal periode
sebelumnya.

Laporan Keuangan Bank Syariah (ED PSAK 101(Revisi 2014))


a. Laporan posisi keuangan;
b. Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain;
c. Laporan perubahan ekuitas;
d. Laporan arus kas;
e. Laporan rekonsiliasi pendapatan dan bagi hasil;
f. Laporan sumber dan penggunaan dana zakat;
g. Laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan; dan
h. Catatan atas laporan Keuangan.

Laporan Keuangan Asuransi Syariah (ED PSAK 101(Revisi


2014))

a. Laporan posisi keuangan;


b. Laporan surplus defisit underwriting dana tabarru;
c. Laporan perubahan dana tabarru;
d. Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain;
e. Laporan perubahan ekuitas;
f. Laporan arus kas;
g. Laporan sumber dan penyaluran dana zakat;
h. Laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan; dan
i. Catatan atas laporan Keuangan.

Laporan Keuangan Amil (ED PSAK 101(Revisi 2014))

a. Laporan posisi keuangan;


b. Laporan perubahan dana;
c. Laporan perubahan aset kelolaan;
d. Laporan arus kas; dan
e. Catatan atas laporan Keuangan.

KONSEP DASAR AKUNTANSI MENURUT AAOIFI DAN PEMIKIR ISLAM


Tujuan Akuntansi Keuangan dan Laporan Keuangan
1. Dapat digunakan sebagai panduan bagi dewan standar untuk
menghasilkan standar yang konsisten;
2. Tujuan akan membantu bank dan lembaga keuangan syariah
untuk memilih berbagai alternatif metode akuntansi pada saat
akuntansi belum mengatur;
3. Tujuan akan membantu manajemen dalam membuat
pertimbangan pada saat akan menyusun laporan keuangan;
4. Tujuan jika diungkapkan dengan baik akan meningkatkan
kepercayaan pengguna serta meningkatkan pemahaman
informasi akuntansi sehingga akhirnya akan meningkatkan
kepercayaan atas lembaga keuangan syariah;
5. Penetapan tujuan yang mendukung penyusunan standar
akuntansi yang konsisten. Ini seharusnya dapat meningkatkan
kepercayaan pengguna laporan keuangan.

1. Tujuan Laporan Keuangan


a. Untuk menentukan hak dan kewajiban dari pihak yang terlibat
denganlembaga keuangan syariah tersebut, termasuk hak dan
kewajiban dari transaksi yang belum selesai, terkait dengan
penerapan, kewajaran , dan ketaatan atas prinsip dan etika
syariah Islam.
b. Untuk menjaga aset dan hak-hak lembaga keuanagn syariah
c. Untuk meningkatkan kemampuan manajerial dan
produktivitas dari lembaga keuangan syariah
d. Untuk menyiapkan informasi laporan keuangan yang berguna
kepada pengguna laporan keuangan sehingga mereka dapat
membuat keputusan yang tepat dalam berhubungan dengan
lembaga keuangan
2. Tujuan laporan keuangan kepada pengguna informasi luar
a. Memberikan informasi tentang kepatuhan lembaga keuangan
syariah terhadap syariah islam, termasuk informasi tentang
pemisahan antara pendapatan dan pengeluaran yang boleh
dan tidak menurut syariah islam
b. Memberikan informasi tentang sumber daya ekonomi dan
kewajiban lembaga keuangan syariah
c. Memberikan informasi kepada pihak yang terkait dengan
penerimaan dan penyaluran zakat pada lembaga keuangan
syariah
d. Memberikan informasi untuk mengestimasi arus kas yang
dapat direalisasikan, waktu realisasi dan resiko yang mungkin
timbul dari transaksi dengan lembaga keuangan syariah
e. Memberikan informasi agar pengguna laporan keuangan
dapat menilai dan mengevaluasi lembaga keuangan syariah
apakah telah menjaga dana serta melakukan investasi dengan
tepat termsuk memperoleh imbal hasil yang memuaskan
f. Memberikan informasi tentang pelaksanaan tanggung jawab
sosial dari lembaga keuanagn syariah.

You might also like