You are on page 1of 22

REFERAT

Virus Zika
Diajukan untuk memenuhi persyaratan Pendidikan Dokter Umum
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta Stase Ilmu Penyakit Dalam

Pembimbing :
dr. Andreas Sentot S, Sp.PD

Diajukan Oleh :
Nabila Rasyida Fajriaty
J510155097

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016
REFERAT
Virus Zika

Oleh :
Nabila Rasyida Fajriaty
J510155097

Telah disetujui dan disahkan oleh bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari................. tanggal.......................2015

Pembimbing :
dr. Andreas Sentot S, Sp.PD (.............................................)
Dipresentasikan dihadapan :
dr. Andreas Sentot S, Sp.PD (.............................................)

Disahkan Ka Program Profesi :


dr. Dona Dewi Nilawati (.............................................)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam


Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
2016
REFERAT
Virus Zika

Oleh :
Nabila Rasyida Fajriaty
J510155097
Telah disetujui dan disahkan oleh bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari................. tanggal.......................2015

Pembimbing :
dr. Andreas Sentot S, Sp.PD (.............................................)

Dipresentasikan dihadapan :
dr. Andreas Sentot S, Sp.PD (.............................................)

Disahkan Ka Program Profesi :


dr. Dona Dewi Nilawati (.............................................)
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
2016
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Virus Zika adalah flavivirus RNA yang berhubungan dengan dengue,


yellow fever virus, Japanese encephalitis virus, dan West Nile virus.
Klasifikasi sistematis, ZIKV termasuk dalam grup IV ((+)ssRNA), famili
Flaviviridae, genus Flavivirus, spesies Zikan virus. Ukuran diameternya
sekitar 18-45 nm. Yang pertama kali diisolasi pada tahun 1948 dari monyet
rhesus sentinel di Zika Forest dari Uganda. Analisis filogenetik terbaru yang
dilaporkan strain virus Zika telah menyarankan bahwa strain dari Afrika dan
Asia telah muncul sebagai dua garis keturunan virus yang berbeda (Kwong,
2013).

Penyakit Zika adalah penyakit yang diakibatkan oleh infeksi virus Zika
(ZIKV) yang menular pada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes yang
terinfeksi. Gejala yang umum muncul pada penyakit ini adalah demam,
muncul ruam pada kulit, nyeri sendi, dan konjunktivitis. Penyakit ini
biasanya ringan, berlangsung beberapa hari hingga 1 minggu. Penderita
biasanya tidak sampai harus dirawat di rumah sakit dan sangat jarang untuk
menimbulkan kematian. Gejala yang muncul juga umum terjadi pada
penyakit lain. Oleh karena itu, penderita biasanya tidak menyadari dirinya
terinfeksi oleh virus Zika, selain itu banyak kasus bisa jadi tidak terdeteksi
(Aditya, 2016).

B. Epidemiologi

Virus Zika pertama kali ditemukan pada tubuh monyet di Hutan Zika,
Uganda pada tahun 1947 dan pada tahun 1952 ditemukan pada tubuh
manusia. Virus Zika merupakan spesies virus dari familia flaviviridae genus
flavivirus yang disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti yang juga dikenal
sebagai vektor DBD dan Chikungunya. Nyamuk tersebut hidup di genangan
air bersih di wilayah tropis pada saat pergantian musim hujan dari musim
kemarau. Riwayat alamiah Zika berawal dari nyamuk yang terinfeksi virus
Zika setelah menghisap darah seseorang yang telah terjangkit virus Zika.
Nyamuk yang terinfeksi tersebut lalu menggigit orang yang belum terinfeksi
Zika sehingga menyebarkan virus Zika ke orang tersebut.

Nyamuk merupakan perantara terbanyak, namun penularan juga


dimungkinkan terjadi melalui cara lain seperti transfusi darah, dari ibu hamil
ke janin, hubungan seksual bahkan melalui cairan tubuh seperti air liur dan
urin. Faktor risiko infeksi virus Zika adalah ibu hamil dikarenakan rentan
melahirkan janin dengan kondisi mikrosefalia. Kecurigaan itu didasari
peningkatan jumlah bayi lahir dengan mikrosefalia sejak wabah Zika
terdeteksi, meskipun hingga saat ini belum didukung oleh penelitian yang
akurat.

Batasan mikrosefalia adalah ukuran lingkar kepala bayi kurang dari tiga
standar deviasi dari rata-rata berdasarkan umur dan jenis kelamin bayi.
Kelainan yang menonjol adalah penurunan kognisi atau kecerdasan dan
kelemahan seluruh otot tubuh. Akibatnya, anggota gerak akan lumpuh, kaku,
dan sulit digerakkan. Adapun penularan melalui hubungan seksual dicurigai
sebagai penyebar virus Zika di negara nontropis yang tidak terdapat populasi
nyamuk Aedes aegypti.
Gejala dan tanda terinfeksi Zika mirip dengan penyakit DBD seperti
demam, sakit kepala, ruam, radang pada mata, nyeri otot, dan nyeri sendi.
Rasa sakit tersebut tergolong ringan dibanding penyakit DBD. Infeksi virus
Zika akan sembuh dengan sendirinya dalam dua hingga tujuh hari. Infeksi
virus Zika dianggap tidak mematikan. Pencegahannya dilakukan dengan
upaya pembasmian nyamuk, penggunaan AC, kawat kassa, penggunaan
pakaian panjang dan tertutup. Akan tetapi, hingga saat ini belum ada vaksin
atau terapi pengobatan yang mampu mencegah atau mengobati infeksi Zika.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) termasuk istirahat cukup,
menghindari dehidrasi dengan minum cukup, minum obat pereda demam dan
nyeri merupakan upaya yang dapat dilakukan.(Yuningsih, 2016).

C. Patofisiologi

Virus Zika ditularkan oleh arthropoda nyamuk Aedes, termasuk Aedes


aegypti, Aedes africanus, Aedes luteocephalus, Aedes albopictus, Aedes
vittatus, Aedes Furcifer, Aedes hensilli, dan Aedesapicoargenteus. Virus Zika
beradaptasi dengan baik untuk tumbuh di berbagai host, mulai dari
arthropoda dengan vertebrata. Sebuah poliprotein virus diproduksi dan
dimodifikasi oleh retikulum endoplasma. virion belum matang terkumpulkan
baik didalam retikulum endoplasma dan di vesikel sekretori sebelum
dibebaskan. Berdasarkan mikroskop cryoelectron, Struktur virus matang Zika
menyerupai struktur yang dikenal flavivirus lain dengan pengecualian dari
sekitar 10 asam amino yang mengelilingi situs glikosilasi Asn154 di masing-
masing 180 glikoprotein amplop yang terdiri dari shell ikosahedral, yang
bagian karbohidrat yang mungkin tempat perlekatan virus pada sel inang.

D. Patogenesis

Patogenesis virus Zika berawal ketika nyamuk Aedes betina yang


membawa virus Zika menggigit manusia, kemudian virus masuk ke tubuh
manusia. Setelah masuk ke tubuh manusia, virus Zika akan menginfeksi sel
dendritik pada daerah dimana nyamuk menyuntikkan virus Zika. Kemudian
diikuti penyebaran ke kelanjar getah bening dan aliran darah. Seperti pada
kelompok flavivirus lainnya, virus mengalami siklus replikasi dengan empat
tahap, yaitu terjemahan RNA genomik menjadi protein virus, replikasi RNA
virus, berkumpulnya partikel virus di retikulum endoplasma dan pelepasan
virion. Replikasi virus Zika terjadi pada sitoplasma, akan tetapi antigen virus
Zika telah ditemukan dalam inti sel yang terinfeksi (Aditya, 2016).

Patogenesis virus Zika berawal ketika nyamuk Aedes betina yang


membawa virus Zika menggigit manusia, kemudian virus masuk ke tubuh
manusia. Setelah masuk ke tubuh manusia, virus Zika akan menginfeksi sel
dendritik pada daerah dimana nyamuk menyuntikkan virus Zika. Kemudian
diikuti penyebaran ke kelanjar getah bening dan aliran darah. Seperti pada
kelompok flavivirus lainnya, virus mengalami siklus replikasi dengan empat
tahap, yaitu terjemahan RNA genomik menjadi protein virus, replikasi RNA
virus, berkumpulnya partikel virus di retikulum endoplasma dan pelepasan
virion. Replikasi virus Zika terjadi pada sitoplasma, akan tetapi antigen virus
Zika telah ditemukan dalam inti sel yang terinfeksi (Rahmi, 2016)
Gejala dari infeksi virus Zika biasanya muncul 3-11 hari setelah gigitan
nyamuk yang membawa virus, meskipun periode viremic masih belum
dipastikan. Infeksi virus Zika dapat terkait dengan pengembangan kepala
yang kecil dan kerusakan otak pada bayi baru lahir atau mikrosefali.
Penelitian yang dilakukan di Brasil pada September 2015 juga menyebutkan
bahwa ada hubungan antara infeksi virus Zika dengan kejadian mikrosefali
dan bayi lahir cacat. Karena ada peningkatan kasus mikrosefali di daerah
yang mengalami wabah Zika, dan adanya peningkatan munculnya gejala
klinis pada ibu hamil selama awal kehamilan. Hal tersebut dibuktikan dengan
ditemukannya RNA Zika pada sampel cairan ketuban dari dua ibu hamil yang
janinnya didiagnosis mikrosefali. Waktu paling berbahaya diperkirakan
selama trimester pertama kehamilan. Akan tetapi para ahli belum dapat
memastikan bagaimana virus memasuki plasenta dan menyebabkan gangguan
perkembangan otak pada janin (Rahmi, 2016)
E. Faktor resiko

Faktor risiko infeksi virus Zika adalah ibu hamil dikarenakan rentan
melahirkan janin dengan kondisi mikrosefalia. Kecurigaan itu didasari
peningkatan jumlah bayi lahir dengan mikrosefalia sejak wabah Zika
terdeteksi, Batasan mikrosefalia adalah ukuran lingkar kepala bayi kurang
dari tiga standar deviasi dari rata-rata berdasarkan umur dan jenis kelamin
bayi. Kelainan yang menonjol adalah penurunan kognisi atau kecerdasan dan
kelemahan seluruh otot tubuh. Akibatnya, anggota gerak akan lumpuh, kaku,
dan sulit digerakkan (Yuningsih, 2016).

F. Manifestasi klinis

Pada pasien yang terinfeksi virus Zika 80% sering tanpa gejala dan
berpotensi menjadi sumber penularan (Muso, et al. 2014). Masa inkubasi
berkisar antara 3-12 hari. Tanda-tanda utamanya hampir sama dengan DBD,
seperti demam dalam jangka waktu 2-7 hari, namun demam pada DBD
cenderung lebih tinggi yaitu bisa > 40 0C sedangkan pada Zika bisa < 380C.
Demam tersebut diikuti dengan timbulnya ruam makolobular, sakit kepala,
arthralgia, nyeri otot dan sendi, konjungtivitis serta edema pada kaki dan
tangan. Infeksi virus Zika tidak memberikan gejala mual dan muntah seperti
pada DBD (Chang, et al. 2016). Munculnya ruam makolobular dialami oleh
lebih dari 90 % pasien. Pada beberapa kasus juga dilaporkan terjadi gangguan
saraf dan komplikasi autoimun. Pada kondisi tubuh yang baik penyakit ini
dapat sembuh dalam 7-12 hari tanpa pengobatan medis. Penderita bahkan
tidak menyadari bahwa dirinya terinfeksi Zika. Penderita jarang mengalami
gejala klinis berat yang hingga butuh rawat inap atau bahkan kematian.

Infeksi virus Zika cenderung tidak memiliki gejala. Gejala infeksi virus
Zika termasuk ruam pada kulit, demam, radang selaput mata, sakit pada otot
atau sendi dan rasa tidak enak badan umumnya. Gejala pada infeksi ini
biasanya ringan dan bertahan selama beberapa hari (Yuningsih, 2016).
Keluhan infeksi virus zika yang membedakan dengan penyakit demam
berdarah, antara lain, demam cenderung tidak terlalu tinggi, kadang maksimal
hanya pada suhu 38 derajat Celsius. Cenderung naik turun sebagaimana
gejala demam berdarah, tetapi tidak terlalu tinggi. Selain itu, muncul
beberapa ruam pada kulit yang berbentuk makulapapular atau ruam melebar
dengan benjolan tipis yang timbul. Kadang ruam meluas dan membentuk
semacam ruam merah tua dan kecokelatan yang mendatar dan menonjol.
Muncul rasa nyeri pada sendi dan otot, kadang disertai lebam dan bengkak
pada sendi dan otot seperti terbentur dan keseleo ringan. Dalam sejumlah
kasus, kerap muncul keluhan infeksi mata menyerupai konjungtivitas dengan
mata kemerahan. Kadang warna sangat kuat pada bagian dalam kelopak
sebagai tanda munculnya ruam pada bagian dalam kelopak mata (Mujayatno,
2016).

Persamaan serta perbedaan gejala dan tanda infeksi virus Zika dan DBD.
Zika DBD
a. Demam a. Demam (cenderung lebih tinggi)
b. Sakit kepala b. Sakit kepala
c. Muncul bintik merah c. Timbul ruam kulit sampai perdarahan
d. Nyeri otot dan sendi
masif
e. Tidak menunjukkan mual dan
d. Nyeri otot dan sendi
muntah e. Mual dan muntah
f. Konjungtivitis f. Tidak menimbulkan konjungtivitis
g. Tidak menunjukkan penurunan g. Dapat menyebabkan kematian karena
trombosit, hanya penurunan perdarahan hebat (hemorrhagic)
h. Komplikasi : Encephalitis, gagal
leukosit
h. Sembuh sendiri (7-12 hari) ginjal akut, perdarahan hebat
i. Komplikasi : microcephaly pada
bayi

G. Cara Penularan

Virus Zika terutama ditularkan pada manusia melalui gigitan nyamuk


Aedes yang terinfeksi. Aedes aegypti, yang saat ini tidak ditemukan di Hong
Kong, dianggap sebagai perantara paling penting dalam penularan Zika ke
manusia. Spesies lain dari nyamuk Aedes seperti Aedes albopictus yang
banyak berada di daerah setempat juga dianggap sebagai perantara potensial.
Virus Zika juga telah ditemukan dalam air mani manusia dan penularan
melalui kontak seksual telah dikonfirmasi. Penularan seksual virus zika antar
pria yang melakukan seks telah diidentifikasi. Cara penularan lainnya seperti
transfusi darah dan penularan perinatal adalah mungkin terjadi (Mujayatno,
2016).

H. Diagnosis

Gejala Zika mirip dengan demam berdarah dan chikungunya, penyakit


menyebar melalui nyamuk yang sama yaitu aedes yang menularkan
Zika.Untuk menghindai kesalahan diagnosis yaitu dengan tes darah untuk
mencari Zika atau virus lainnya seperti demam berdarah dan chikungunya.
Ketika gejala, infeksi virus Zika biasanya seperti sindrom influenza, sering
keliru dengan infeksi arboviral lain seperti demam berdarah atau
chikungunya. Diagnosis dikonfirmasi diberikan dengan RT - PCR, yang
secara khusus mendeteksi virus selama viremia. Dalam ELISA tes serologi
dapat memastikan adanya Zika IgM dan flaviviruses IgG, dimana spesifisitas
ditentukan oleh seroneutralisation.

Beberapa metode dapat digunakan untuk diagnosis , seperti virus deteksi


asam nukleat, solasi virusi dan uji serologis. Diagnosis dengan serologi sulit
karena virus dapat crossreact dengan flaviviruses lainnya. Dengan demikian,
deteksi asam nukleat virus tetap disukai. Selanjutnya pengujian diagnostik
untuk virus zika dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:

1. Reverse reaksi berantai transcriptase - polymerase (RT - PCR) untuk


RNA virus dalam serum dikumpulkan 7 hari setelah onset penyakit.

2. Serologi untuk IgM dan antibodi dalam serum dikumpulkan 4 hari


setelah onset penyakit.
3. Plaque uji reduksi netralisasi (PRNT) untuk kenaikan 4 kali lipat
antibodi penetral virus - spesifik paired sera.

4. Immunohistochemical (IHC) pewarnaan untuk antigen virus atau RT -


PCR pada jaringan tetaperologi Cross- Reaksi dengan flaviviruses Lain.

5. Zika virus serologi (IgM) dapat menjadi positif karena antibodi terhadap
flaviviruses terkait (misal : Dengue dan virus demam kuning).

6. Neralisasi tes antibodi dapat membedakan antara antibodi bereaksi silang


di flavivirus infections primer.

7. Sulit untuk membedakan menginfeksi virus pada orang yang sebelumnya


terinfeksi atau divaksinasi terhadap flavivirus terkait penyedia.

8. Healthcare harus bekerja dengan negara bagian dan lokal departemen


kesehatan untuk memastikan hasil tes diinterpretasikan dengan benar.

Berdasarkan gambaran klinis yang khas, diagnosis untuk infeksi virus Zika
adalah luas. Selain dengue, pertimbangan lainnya termasuk leptospirosis,
malaria, Rickettsia, kelompok A Streptococcus, rubella, campak, dan
Parvovirus Enterovirus, Adenovirus, dan infeksi Alphavirus (misalnya ,
Chikungunya , Mayaro , Ross River , Barmah Forest , O'nyong - nyong , dan
virus Sindbis). Diagnosis awal didasarkan pada gambaran klinis pasien,
tempat dan tanggal perjalanan, dan kegiatan. Diagnosis laboratorium
umumnya dilakukan dengan pengujian serum atau plasma untuk mendeteksi
virus, asam nukleat virus, atau virus - spesifik immunoglobulin M, dan
antibodi.

I. Penanganan

Tidak ada pengobatan khusus untuk infeksi virus Zika dan perawatan
utama adalah meringankan gejala dan pencegahan dehidrasi. Apabila gejala
memburuk, mereka harus segera berobat dan mendapat bantuan medis.
J. Komplikasi

Selama wabah yang terjadi di Polynesia Prancis dan Brazil pada tahun
2013 dan 2015, otoritas badan kesehatan nasional Brazil melaporkan potensi
komplikasi neurologis dan auto-imun oleh karena infeksi virus Zika.
Belakangan ini, otoritas kesehatan nasional Brazil melaporkan adanya
peningkatan kejadian sindroma Guillian-Barre dengan infeksi virus Zika.
Penelurusan lebih lanjut melaporkan adanya bukti peningkatan kejadian
mikrosefali dan berbagai kelainan oftalmologis dengan infeksi virus Zika.
Mikrosefali adalah defek lahir yang serius, sehingga bayi memiliki kepala
yang kecil dan perkembangan otak yang tidak sempurna. hal ini mungkin
terjadi saat wanita terinfeksi ZIKV pada trimester pertama kehamilan.
Guillain-Barr syndrome (GBS) merupakan kelainan yang jarang terjadi,
ditandai dengan sistem imun penderita merusak sel-sel saraf sehingga terjadi
kelemahan bahkan kelumpuhan otot. Kematian akibat penyatit Zika sangat
jarang terjadi. Belum ada laporan kematian akibat murni infeksi ZIKV.
Terdapat satu laporan kematian pada pasien dengan sickle cell anemia dengan
hasil test ZIKV positif (Who, 2016)

K. Pencegahan

Menurut WHO dan PAHO pada tahun 2015, Tindakan pencegahan dan
pengendalian diarahkan pada pengurangan kepadatan vektor yang mendasar
dan dapat mencegah penularan jika efektif. Strategi Manajemen Terpadu
untuk Pencegahan dan Pengendalian Dengue (IMS -Dengue) memberikan
dasar untuk kesiapan virus Zika. Dalam situasi saat ini, intensifikasi
pencegahan dan pengendalian IMS-dengue yang luas dianjurkan.
Rekomendasi ini meliputi:

1. Partisipasi lintas sektor dan kolaborasi di semua tingkat pemerintahan


dan kesehatan, pendidikan, lingkungan, pembangunan sosial dan sektor
pariwisata.
2. Partisipasi organisasi non-pemerintah (LSM) dan organisasi swasta;
Menjaga komunikasi risiko dan mobilisasi bagi seluruh masyarakat.

Nyamuk dan sarang nyamuk mejadi faktor risiko signifikan infeksi virus
Zika. Kontrol dan pencegahan dapat dilakukan dengan mengurangi jumlah
nyamuk dengan memberantas ataupun memodifikasi tempat berkembang biak
nyamuk dan menghindari gigitan nyamuk. Hal ini dapat dilakukan dengan
cara menggunakan repelan secara rutin terutama pagi dan sore hari,
menggunakan pakaian yang menutup sebagian besar kulit serta berwarna
cerah, menggunakan kelambu saat tidur siang. Sangat penting untuk
mengosongkan benda-benda yang dapat menampung air. Penggunaan
larvasida direkomendasikan pada tempat penampungan air yang besar.
Walaupun ZIKV diketahui dapat berada pada air susu ibu, world heatlh
organization (WHO)12 tahun 2016 tetap merekomendasikan ASI bagi bayi
pada ibu dengan infeksi virus Zika, termasuk bayi dengan mikrosefali.
Transmisi virus Zika melalui ASI belum pernah dilaporkan sejauh ini, namun
demikian penelitian lebih lanjut perlu dilakukan (Aditya, 2016).

Pengendalian nyamuk adalah satu-satunya ukuran yang dapat


mengganggu transmisi vektor ditanggung virus seperti demam berdarah,
chikungunya, dan Zika. Elemen-elemen kunci dari program pengendalian
vektor yang seharusnya memandu respon yaitu seperti di bawah ini.

1. Manajemen Vector terpadu (IVM)

Sebuah program kontrol dengue dan vektor chikungunya yang


efektif dan operasional memberikan dasar untuk persiapan yang
memadai terhadap virus Zika, karena virus ini ditularkan oleh nyamuk
yang sama, Ae. Aegypti. Oleh karena itu, dianjurkan untuk menerapkan
dan mengintensifkan pengawasan dan langkah-langkah pengendalian
vector. dikembangkan untuk demam berdarah dan chikungunya sebagai
bagian dari Vektor Manajemen Terpadu (IVM).
Untuk memastikan keberhasilannya, adalah penting untuk
menyertakan partisipasi lintas sektoral dan kolaborasi di semua tingkat
pemerintahan, termasuk kesehatan, pendidikan, lingkungan, sosial,
pembangunan dan sektor pariwisata. IVM juga bergantung pada
dukungan dari organisasi non-pemerintah (LSM) dan organisasi swasta.
saluran komunikasi harus tetap terbuka dan partisipasi masyarakat harus
dimobilisasi. Hal ini penting untuk memberikan informasi yang jelas dan
kualitas informasi kepada masyarakat tentang penyakit ini melalui
kampanye komunikasi.
Mengingat luasnya distribusi Ae. aegypti dan Ae. albopictus di
Amerika, langkah-langkah pencegahan dan pengendalian harus ditujukan
untuk mengurangi kepadatan vektor, dan memperoleh penerimaan dan
kolaborasi dari masyarakat untuk mengadopsi langkah-langkah tersebut.
Pencegahan dan pengendalian tindakan oleh otoritas nasional harus
mencakup sebagai berikut:
1. Memperkuat pengelolaan lingkungan dan menghilangkan situs
vektor berkembang biak dalam rumah tangga dan area umum (mis,
taman, sekolah, pemakaman, dll) untuk mencegah atau
meminimalkan perkembangbiakan vektor dan kontak manusia
dengan vektor nyamuk
2. Menyelenggarakan kampanye sanitasi massa untuk penghapusan
daerah perkembangbiakan, khususnya di daerah-daerah di mana
pengumpulan sampah rutin telah terganggu
3. Menerapkan langkah-langkah pengendalian daerah
perkembangbiakan melalui metode fisik, biologi dan kimia saat
melibatkan keluarga dan masyarakat secara aktif.
4. Mengidentifikasi daerah penularan berisiko tinggi (risiko
stratifikasi), dan memprioritaskan tempat di mana orang berkumpul
(misalnya, sekolah, terminal transportasi, rumah sakit, pusat
kesehatan, dll) Nyamuk harus dihilangkan dengan radius minimal
400 meter dari sekitar tempat-tempat ini.
5. Di daerah di mana kasus asli atau diimpor dari demam berdarah,
chikungunya, dan / atau virus Zika terdeteksi, disarankan untuk
menggunakan pengobatan adulticide (terutama melalui
penyemprotan), untuk menghilangkan nyamuk dewasa yang
terinfeksi dan mengganggu transmisi. Hal ini penting untuk
memperhitungkan bahwa tindakan ini luar biasa dan hanya efektif
bila dilakukan oleh tenaga terlatih mengikuti pedoman teknis secara
internasional dan ketika dilakukan bersama-sama dengan tindakan
yang diusulkan lainnya, seperti dijelaskan di atas. Penyemprotan
adalah cara utama untuk secara intensif mengganggu transmisi dan
mendapatkan waktu untuk menggabungkan penghapusan daerah
perkembangbiakan larva.
6. Memilih insektisida yang tepat (sesuai dengan rekomendasi PAHO /
WHO), memverifikasi label produk dan formula, dan
mempertimbangkan kerentanan populasi nyamuk terhadap
insektisida
7. Memelihara dan menggunakan peralatan penyemprotan dengan cara
yang tepat dan memperhatikan persediaan insektisida
8. Memastikan pemantauan intensif (misalnya, kontrol kualitas) dari
operator lapangan baik selama kontrol dan pengobatan larva
insektisida dewasa (pengasapan).
Tindakan terpadu (simultan atau terkoordinasi) untuk pengendalian
vektor (misalnya, adulticide dan kontrol larva oleh tenaga terlatih,
ditambah dengan sanitasi dan promosi tindakan masyarakat) sangat
penting untuk mencapai dampak besar dalam jumlah waktu yang singkat.
Orang yang terlibat dalam pengendalian vector melalui penggunaan
bahan kimia harus memakai alat pelindung diri yang sesuai. Ini adalah
tanggung jawab program pengendalian vektor untuk memasok peralatan
ini untuk stafnya, untuk memantau penggunaannya, dan memiliki cukup
persediaan simpanan di bawah kondisi yang sesuai.

2. Pencegahan Pribadi
Hal ini penting bagi pasien yang terinfeksi dengue, chikungunya
atau virus Zika untuk meminimalkan kontak dengan vektor. Langkah ini
membantu mencegah penyebaran virus dan karena penyakit. Pasien,
anggota rumah tangga, dan masyarakat, harus dididik tentang risiko
penularan kepada orang lain dan cara untuk meminimalkan risiko ini
dengan mengurangi populasi vektor dan kontak manusia-vektor.
Langkah-langkah pencegahan pribadi ini juga efektif dalam mencegah
penularan virus kepada orang-orang yang sehat. Tindakan berikut ini
dianjurkan untuk meminimalkan kontak vektor-pasien:
1. Pasien harus beristirahat di bawah kelambu, diperlakukan dengan
atau tanpa insektisida.
2. Pasien dan anggota lain dari rumah tangga harus memakai pakaian
yang menutupi kaki dan tangannya.
3. Terapkan penolak yang mengandung DEET, IR3535 atau Icaridin
untuk kulit yang terkena atau pakaian; penggunaannya harus benar-
benar sesuai dengan petunjuk yang tertera pada label produk.
4. Gunakan kasa yang terbuat dari kawat seperti jaring-jaring pada
pintu dan jendela.

3. Pencegahan pada Wisatawan (traveler)


Sebelum keberangkatan petugas kesehatan harus menyarankan
wisatawan yang menuju ke negara manapun yang tercatat dengan
kejadian demam berdarah, chikungunya, dan / atau Zika virus untuk
mengambil tindakan yang melindungi diri dari gigitan nyamuk, seperti
menggunakan penolak, mengenakan pakaian yang sesuai dengan
meminimalkan paparan kulit, dan menggunakan insektisida atau jaring.
Hal ini juga penting untuk menginformasikan wisatawan gejala demam
berdarah, chikungunya, dan virus Zika, agar mereka mengidentifikasi
segera selama perjalanan. Saran ini akan disampaikan melalui layanan
kedokteran wisata, klinik, halaman web kesehatan wisata dari
Departemen Kesehatan atau halaman web pemerintah terkait lainnya.
Saat mengunjungi tempat-tempat dengan dengue, chikungunya dan
transmisi virus Zika, wisatawan disarankan untuk:
1. Mengambil tindakan yang tepat untuk melindungi diri dari gigitan
nyamuk dengan menggunakan lotion nyamuk atau mengenakan
pakaian tepat yang meminimalkan paparan kulit.
2. Hindari daerah penuh nyamuk.
3. Gunakan jaring dan / atau insektisida.
4. Kenali gejala demam berdarah, chikungunya, dan virus Zika, dan
mencari perawatan kesehatan profesional jika gejala-gejala tersebut
terjadi.
Setelah kembali dari tempat-tempat dengan dengue, chikungunya dan
atau transmisi virus Zika, wisatawan disarankan untuk menghubungi
dokter jika mencurigai mereka memiliki demam berdarah, chikungunya,
atau virus Zika setelah kembali ke rumah.
Di Indonesia strategi yang dapat dilakukan saat ini adalah dengan
mengoptimalkan penggunaan Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang ada.
Masing-masing subsistem bekerja sama guna antisipasi penyebaran virus
Zika. Subsistem tersebut antara lain upaya kesehatan; penelitian dan
pengembangan kesehatan; pembiayaan kesehatan; sumber daya manusia
kesehatan; sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan; manajemen,
informasi dan regulasi kesehatan; dan pemberdayaan masyarakat.
Subsistem yang dapat dilakukan adalah :
1. Pengoptimalan SKN dalam mendeteksi, menilai, melaporkan,
merespons, dan menginformasikan penyebaran virus Zika juga dapat
dilakukan dengan meningkatkan peran SDM Kesehatan. Upaya
mengoptimalkan SKN juga dilihat dari upaya kesehatan. Rumah sakit
ataupun fasilitas kesehatan lainnya dapat terbuka memberikan sampel
darah pasien DBD guna pemeriksaan virus Zika. Hal ini penting guna
deteksi dini penyebaran dan pemetaan persebaran kasus Zika.
Pemeriksaan dilakukan di bawah pengawasan pemerintah guna
melindungi hak kekayaan keanekaragaman hayati milik Indonesia.
2. Penelitian dan pengembangan dari sampel yang ada untuk dibuatkan
vaksin.
3. Memberdayakan masyarakat untuk mandiri berperilaku hidup bersih
dan sehat.Memberdayakan masyarakat untuk melakukan gerakan 3M
yakni menguras, menutup, dan mengubur tempat-tempat yang dicurigai
sebagai tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti. Selain itu,
dilakukan upaya sosialisasi seperti penggunaan obat pembunuh larva
nyamuk, penggunaan obat anti nyamuk, penggunaan pakaian panjang
dan tertutup, penggunaan kelambu saat tidur dan penggunaan kawat
kassa anti nyamuk (Rahmi Yuningsih, 2016)

K. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium sederhana biasanya hanya menunjukkan


penurunan kadar sel darah putih seperti umumnya infeksi virus lainnya.
Berbeda dengan infeksi demam berdarah, infeksi virus Zika tidak
menyebabkan penurunan kadar trombosit. Masa inkubasi hampir mirip
dengan infeksi virus Dengue yaitu beberapa hari sampai satu minggu. Sekilas
infeksi virus Zika hampir mirip dengan virus Dengue sehingga adanya infeksi
ini sering kali tidak terdeteksi karena umumnya gejalanya ringan ( Rahmi,
2016)

BAB III

KESIMPULAN
Penyakit Zika adalah penyakit yang diakibatkan oleh infeksi virus Zika
(ZIKV) yang menular pada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes yang
terinfeksi. Gejala yang umum muncul pada penyakit ini adalah demam, muncul
ruam pada kulit, nyeri sendi, dan konjunktivitis. Penyakit ini biasanya ringan,
berlangsung beberapa hari hingga 1 minggu. Penderita biasanya tidak sampai
harus dirawat di rumah sakit dan sangat jarang untuk menimbulkan kematian.
Gejala yang muncul juga umum terjadi pada penyakit lain. Oleh karena itu,
penderita biasanya tidak menyadari dirinya terinfeksi oleh virus Zika, selain itu
banyak kasus bisa jadi tidak terdeteksi

Gejala dan tanda terinfeksi Zika mirip dengan penyakit DBD seperti demam,
sakit kepala, ruam, radang pada mata, nyeri otot, dan nyeri sendi. Rasa sakit
tersebut tergolong ringan dibanding penyakit DBD. Infeksi virus Zika akan
sembuh dengan sendirinya dalam dua hingga tujuh hari. Infeksi virus Zika
dianggap tidak mematikan. Pencegahannya dilakukan dengan upaya pembasmian
nyamuk, penggunaan AC, kawat kassa, penggunaan pakaian panjang dan tertutup.
Akan tetapi, hingga saat ini belum ada vaksin atau terapi pengobatan yang mampu
mencegah atau mengobati infeksi Zika. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
termasuk istirahat cukup, menghindari dehidrasi dengan minum cukup, minum
obat pereda demam dan nyeri merupakan upaya yang dapat dilakukan

Gejala dari infeksi virus Zika biasanya muncul 3-11 hari setelah gigitan nyamuk
yang membawa virus

Virus Zika terutama ditularkan pada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes
yang terinfeksi. Aedes aegypti, yang saat ini tidak ditemukan di Hong Kong,
dianggap sebagai perantara paling penting dalam penularan Zika ke manusia.
Spesies lain dari nyamuk Aedes seperti Aedes albopictus yang banyak berada di
daerah setempat juga dianggap sebagai perantara potensial. Virus Zika juga telah
ditemukan dalam air mani manusia dan penularan melalui kontak seksual telah
dikonfirmasi. Penularan seksual virus zika antar pria yang melakukan seks telah
diidentifikasi. Cara penularan lainnya seperti transfusi darah dan penularan
perinatal adalah mungkin terjadi. Penyakit ini belakangan baru diketahui
berpotensi menyebabkan bayi lahir cacat mikrosefali dan meningkatkan kejadian
GBS. Tindakan pencegahan saat ini lebih utama.

Di Indonesia strategi yang dapat dilakukan saat ini adalah dengan


mengoptimalkan penggunaan Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang ada.
Masing-masing subsistem bekerja sama guna antisipasi penyebaran virus Zika.
Subsistem tersebut antara lain upaya kesehatan; penelitian dan pengembangan
kesehatan; pembiayaan kesehatan; sumber daya manusia kesehatan; sediaan
farmasi, alat kesehatan dan makanan; manajemen, informasi dan regulasi
kesehatan; dan pemberdayaan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
Aditya, Muhammad. 2016. Infeksi virus zika. JK unila. Vol.1, no.1.

Aryal, Sagar. 2015. Zika Virus- Structure, Genome, Symptoms, Transmission,


Pathogenesis,Diagnosis.

Clinician Outreach and Communication Activity (COCA) Call January 26, 2016.
Office of Public Health Preparedness and Response Division of
Emergency Operations. CDC

Giri, Dhurba. 2016. Zika Virus : Structure, Epidemiology, Pathogenesis,


Symptoms, Laboratory Diagnosis and Prevention. Diakses pada
http://laboratoryinfo.com/zika-virus-structure-epidemiology-pathogenesis-
symptoms-laboratory-diagnosis-and-prevention/.

Hamel, Radolphe, et al. 2016. Zika Virus: Epidemiology, clinical features and
host- virus interaction. Institut Pasteur Micobesa and Infection.
Howard Zucker, MD, JD. Zika Virus Clinicians. NYS Commissioner of
Health.Newyork state university.

Musso D; Nilles EJ dan Cao-Lormeau VM. 2014Rapid spread of emerging Zika


virus in the Pacific area. No. 20

New Jersey Department of Health: http://www.nj.gov/health

Oliveira, AS.,dkk. 2016. Zika virus intrauterine infection causes fetal brain
abnormality and microcephaly: tip of the iceberg? Ultrasound Obstet
Gynecol. Vol 47. Hal 6-7

WHO dan PAHO . Epidemiological Update Iililt Zika Virus Infection Iirifti.
Amerika. 2015

World Health Organization. Zika virus. Geneva: WHO; 2016 [disitasi tanggal 2 Maret
2016]. Tersedia dari:http://www.who.int/mediacentre/factsheets/zika/en

Yuningsih, Rahmi. Mewaspadai Ancaman Virus Zika Di Indonesia. Jakarta :


Bidang Kesejahteraan Sosial, Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI.
2016.

Zanluca, Camila & Claudia Nunes. 2016. Zika Virus On Overview. Institut
Pasteur Micobesa and Infection.

You might also like