Professional Documents
Culture Documents
Virus Zika
Diajukan untuk memenuhi persyaratan Pendidikan Dokter Umum
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta Stase Ilmu Penyakit Dalam
Pembimbing :
dr. Andreas Sentot S, Sp.PD
Diajukan Oleh :
Nabila Rasyida Fajriaty
J510155097
Oleh :
Nabila Rasyida Fajriaty
J510155097
Telah disetujui dan disahkan oleh bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari................. tanggal.......................2015
Pembimbing :
dr. Andreas Sentot S, Sp.PD (.............................................)
Dipresentasikan dihadapan :
dr. Andreas Sentot S, Sp.PD (.............................................)
Oleh :
Nabila Rasyida Fajriaty
J510155097
Telah disetujui dan disahkan oleh bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari................. tanggal.......................2015
Pembimbing :
dr. Andreas Sentot S, Sp.PD (.............................................)
Dipresentasikan dihadapan :
dr. Andreas Sentot S, Sp.PD (.............................................)
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Penyakit Zika adalah penyakit yang diakibatkan oleh infeksi virus Zika
(ZIKV) yang menular pada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes yang
terinfeksi. Gejala yang umum muncul pada penyakit ini adalah demam,
muncul ruam pada kulit, nyeri sendi, dan konjunktivitis. Penyakit ini
biasanya ringan, berlangsung beberapa hari hingga 1 minggu. Penderita
biasanya tidak sampai harus dirawat di rumah sakit dan sangat jarang untuk
menimbulkan kematian. Gejala yang muncul juga umum terjadi pada
penyakit lain. Oleh karena itu, penderita biasanya tidak menyadari dirinya
terinfeksi oleh virus Zika, selain itu banyak kasus bisa jadi tidak terdeteksi
(Aditya, 2016).
B. Epidemiologi
Virus Zika pertama kali ditemukan pada tubuh monyet di Hutan Zika,
Uganda pada tahun 1947 dan pada tahun 1952 ditemukan pada tubuh
manusia. Virus Zika merupakan spesies virus dari familia flaviviridae genus
flavivirus yang disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti yang juga dikenal
sebagai vektor DBD dan Chikungunya. Nyamuk tersebut hidup di genangan
air bersih di wilayah tropis pada saat pergantian musim hujan dari musim
kemarau. Riwayat alamiah Zika berawal dari nyamuk yang terinfeksi virus
Zika setelah menghisap darah seseorang yang telah terjangkit virus Zika.
Nyamuk yang terinfeksi tersebut lalu menggigit orang yang belum terinfeksi
Zika sehingga menyebarkan virus Zika ke orang tersebut.
Batasan mikrosefalia adalah ukuran lingkar kepala bayi kurang dari tiga
standar deviasi dari rata-rata berdasarkan umur dan jenis kelamin bayi.
Kelainan yang menonjol adalah penurunan kognisi atau kecerdasan dan
kelemahan seluruh otot tubuh. Akibatnya, anggota gerak akan lumpuh, kaku,
dan sulit digerakkan. Adapun penularan melalui hubungan seksual dicurigai
sebagai penyebar virus Zika di negara nontropis yang tidak terdapat populasi
nyamuk Aedes aegypti.
Gejala dan tanda terinfeksi Zika mirip dengan penyakit DBD seperti
demam, sakit kepala, ruam, radang pada mata, nyeri otot, dan nyeri sendi.
Rasa sakit tersebut tergolong ringan dibanding penyakit DBD. Infeksi virus
Zika akan sembuh dengan sendirinya dalam dua hingga tujuh hari. Infeksi
virus Zika dianggap tidak mematikan. Pencegahannya dilakukan dengan
upaya pembasmian nyamuk, penggunaan AC, kawat kassa, penggunaan
pakaian panjang dan tertutup. Akan tetapi, hingga saat ini belum ada vaksin
atau terapi pengobatan yang mampu mencegah atau mengobati infeksi Zika.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) termasuk istirahat cukup,
menghindari dehidrasi dengan minum cukup, minum obat pereda demam dan
nyeri merupakan upaya yang dapat dilakukan.(Yuningsih, 2016).
C. Patofisiologi
D. Patogenesis
Faktor risiko infeksi virus Zika adalah ibu hamil dikarenakan rentan
melahirkan janin dengan kondisi mikrosefalia. Kecurigaan itu didasari
peningkatan jumlah bayi lahir dengan mikrosefalia sejak wabah Zika
terdeteksi, Batasan mikrosefalia adalah ukuran lingkar kepala bayi kurang
dari tiga standar deviasi dari rata-rata berdasarkan umur dan jenis kelamin
bayi. Kelainan yang menonjol adalah penurunan kognisi atau kecerdasan dan
kelemahan seluruh otot tubuh. Akibatnya, anggota gerak akan lumpuh, kaku,
dan sulit digerakkan (Yuningsih, 2016).
F. Manifestasi klinis
Pada pasien yang terinfeksi virus Zika 80% sering tanpa gejala dan
berpotensi menjadi sumber penularan (Muso, et al. 2014). Masa inkubasi
berkisar antara 3-12 hari. Tanda-tanda utamanya hampir sama dengan DBD,
seperti demam dalam jangka waktu 2-7 hari, namun demam pada DBD
cenderung lebih tinggi yaitu bisa > 40 0C sedangkan pada Zika bisa < 380C.
Demam tersebut diikuti dengan timbulnya ruam makolobular, sakit kepala,
arthralgia, nyeri otot dan sendi, konjungtivitis serta edema pada kaki dan
tangan. Infeksi virus Zika tidak memberikan gejala mual dan muntah seperti
pada DBD (Chang, et al. 2016). Munculnya ruam makolobular dialami oleh
lebih dari 90 % pasien. Pada beberapa kasus juga dilaporkan terjadi gangguan
saraf dan komplikasi autoimun. Pada kondisi tubuh yang baik penyakit ini
dapat sembuh dalam 7-12 hari tanpa pengobatan medis. Penderita bahkan
tidak menyadari bahwa dirinya terinfeksi Zika. Penderita jarang mengalami
gejala klinis berat yang hingga butuh rawat inap atau bahkan kematian.
Infeksi virus Zika cenderung tidak memiliki gejala. Gejala infeksi virus
Zika termasuk ruam pada kulit, demam, radang selaput mata, sakit pada otot
atau sendi dan rasa tidak enak badan umumnya. Gejala pada infeksi ini
biasanya ringan dan bertahan selama beberapa hari (Yuningsih, 2016).
Keluhan infeksi virus zika yang membedakan dengan penyakit demam
berdarah, antara lain, demam cenderung tidak terlalu tinggi, kadang maksimal
hanya pada suhu 38 derajat Celsius. Cenderung naik turun sebagaimana
gejala demam berdarah, tetapi tidak terlalu tinggi. Selain itu, muncul
beberapa ruam pada kulit yang berbentuk makulapapular atau ruam melebar
dengan benjolan tipis yang timbul. Kadang ruam meluas dan membentuk
semacam ruam merah tua dan kecokelatan yang mendatar dan menonjol.
Muncul rasa nyeri pada sendi dan otot, kadang disertai lebam dan bengkak
pada sendi dan otot seperti terbentur dan keseleo ringan. Dalam sejumlah
kasus, kerap muncul keluhan infeksi mata menyerupai konjungtivitas dengan
mata kemerahan. Kadang warna sangat kuat pada bagian dalam kelopak
sebagai tanda munculnya ruam pada bagian dalam kelopak mata (Mujayatno,
2016).
Persamaan serta perbedaan gejala dan tanda infeksi virus Zika dan DBD.
Zika DBD
a. Demam a. Demam (cenderung lebih tinggi)
b. Sakit kepala b. Sakit kepala
c. Muncul bintik merah c. Timbul ruam kulit sampai perdarahan
d. Nyeri otot dan sendi
masif
e. Tidak menunjukkan mual dan
d. Nyeri otot dan sendi
muntah e. Mual dan muntah
f. Konjungtivitis f. Tidak menimbulkan konjungtivitis
g. Tidak menunjukkan penurunan g. Dapat menyebabkan kematian karena
trombosit, hanya penurunan perdarahan hebat (hemorrhagic)
h. Komplikasi : Encephalitis, gagal
leukosit
h. Sembuh sendiri (7-12 hari) ginjal akut, perdarahan hebat
i. Komplikasi : microcephaly pada
bayi
G. Cara Penularan
H. Diagnosis
5. Zika virus serologi (IgM) dapat menjadi positif karena antibodi terhadap
flaviviruses terkait (misal : Dengue dan virus demam kuning).
Berdasarkan gambaran klinis yang khas, diagnosis untuk infeksi virus Zika
adalah luas. Selain dengue, pertimbangan lainnya termasuk leptospirosis,
malaria, Rickettsia, kelompok A Streptococcus, rubella, campak, dan
Parvovirus Enterovirus, Adenovirus, dan infeksi Alphavirus (misalnya ,
Chikungunya , Mayaro , Ross River , Barmah Forest , O'nyong - nyong , dan
virus Sindbis). Diagnosis awal didasarkan pada gambaran klinis pasien,
tempat dan tanggal perjalanan, dan kegiatan. Diagnosis laboratorium
umumnya dilakukan dengan pengujian serum atau plasma untuk mendeteksi
virus, asam nukleat virus, atau virus - spesifik immunoglobulin M, dan
antibodi.
I. Penanganan
Tidak ada pengobatan khusus untuk infeksi virus Zika dan perawatan
utama adalah meringankan gejala dan pencegahan dehidrasi. Apabila gejala
memburuk, mereka harus segera berobat dan mendapat bantuan medis.
J. Komplikasi
Selama wabah yang terjadi di Polynesia Prancis dan Brazil pada tahun
2013 dan 2015, otoritas badan kesehatan nasional Brazil melaporkan potensi
komplikasi neurologis dan auto-imun oleh karena infeksi virus Zika.
Belakangan ini, otoritas kesehatan nasional Brazil melaporkan adanya
peningkatan kejadian sindroma Guillian-Barre dengan infeksi virus Zika.
Penelurusan lebih lanjut melaporkan adanya bukti peningkatan kejadian
mikrosefali dan berbagai kelainan oftalmologis dengan infeksi virus Zika.
Mikrosefali adalah defek lahir yang serius, sehingga bayi memiliki kepala
yang kecil dan perkembangan otak yang tidak sempurna. hal ini mungkin
terjadi saat wanita terinfeksi ZIKV pada trimester pertama kehamilan.
Guillain-Barr syndrome (GBS) merupakan kelainan yang jarang terjadi,
ditandai dengan sistem imun penderita merusak sel-sel saraf sehingga terjadi
kelemahan bahkan kelumpuhan otot. Kematian akibat penyatit Zika sangat
jarang terjadi. Belum ada laporan kematian akibat murni infeksi ZIKV.
Terdapat satu laporan kematian pada pasien dengan sickle cell anemia dengan
hasil test ZIKV positif (Who, 2016)
K. Pencegahan
Menurut WHO dan PAHO pada tahun 2015, Tindakan pencegahan dan
pengendalian diarahkan pada pengurangan kepadatan vektor yang mendasar
dan dapat mencegah penularan jika efektif. Strategi Manajemen Terpadu
untuk Pencegahan dan Pengendalian Dengue (IMS -Dengue) memberikan
dasar untuk kesiapan virus Zika. Dalam situasi saat ini, intensifikasi
pencegahan dan pengendalian IMS-dengue yang luas dianjurkan.
Rekomendasi ini meliputi:
Nyamuk dan sarang nyamuk mejadi faktor risiko signifikan infeksi virus
Zika. Kontrol dan pencegahan dapat dilakukan dengan mengurangi jumlah
nyamuk dengan memberantas ataupun memodifikasi tempat berkembang biak
nyamuk dan menghindari gigitan nyamuk. Hal ini dapat dilakukan dengan
cara menggunakan repelan secara rutin terutama pagi dan sore hari,
menggunakan pakaian yang menutup sebagian besar kulit serta berwarna
cerah, menggunakan kelambu saat tidur siang. Sangat penting untuk
mengosongkan benda-benda yang dapat menampung air. Penggunaan
larvasida direkomendasikan pada tempat penampungan air yang besar.
Walaupun ZIKV diketahui dapat berada pada air susu ibu, world heatlh
organization (WHO)12 tahun 2016 tetap merekomendasikan ASI bagi bayi
pada ibu dengan infeksi virus Zika, termasuk bayi dengan mikrosefali.
Transmisi virus Zika melalui ASI belum pernah dilaporkan sejauh ini, namun
demikian penelitian lebih lanjut perlu dilakukan (Aditya, 2016).
2. Pencegahan Pribadi
Hal ini penting bagi pasien yang terinfeksi dengue, chikungunya
atau virus Zika untuk meminimalkan kontak dengan vektor. Langkah ini
membantu mencegah penyebaran virus dan karena penyakit. Pasien,
anggota rumah tangga, dan masyarakat, harus dididik tentang risiko
penularan kepada orang lain dan cara untuk meminimalkan risiko ini
dengan mengurangi populasi vektor dan kontak manusia-vektor.
Langkah-langkah pencegahan pribadi ini juga efektif dalam mencegah
penularan virus kepada orang-orang yang sehat. Tindakan berikut ini
dianjurkan untuk meminimalkan kontak vektor-pasien:
1. Pasien harus beristirahat di bawah kelambu, diperlakukan dengan
atau tanpa insektisida.
2. Pasien dan anggota lain dari rumah tangga harus memakai pakaian
yang menutupi kaki dan tangannya.
3. Terapkan penolak yang mengandung DEET, IR3535 atau Icaridin
untuk kulit yang terkena atau pakaian; penggunaannya harus benar-
benar sesuai dengan petunjuk yang tertera pada label produk.
4. Gunakan kasa yang terbuat dari kawat seperti jaring-jaring pada
pintu dan jendela.
K. Pemeriksaan Laboratorium
BAB III
KESIMPULAN
Penyakit Zika adalah penyakit yang diakibatkan oleh infeksi virus Zika
(ZIKV) yang menular pada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes yang
terinfeksi. Gejala yang umum muncul pada penyakit ini adalah demam, muncul
ruam pada kulit, nyeri sendi, dan konjunktivitis. Penyakit ini biasanya ringan,
berlangsung beberapa hari hingga 1 minggu. Penderita biasanya tidak sampai
harus dirawat di rumah sakit dan sangat jarang untuk menimbulkan kematian.
Gejala yang muncul juga umum terjadi pada penyakit lain. Oleh karena itu,
penderita biasanya tidak menyadari dirinya terinfeksi oleh virus Zika, selain itu
banyak kasus bisa jadi tidak terdeteksi
Gejala dan tanda terinfeksi Zika mirip dengan penyakit DBD seperti demam,
sakit kepala, ruam, radang pada mata, nyeri otot, dan nyeri sendi. Rasa sakit
tersebut tergolong ringan dibanding penyakit DBD. Infeksi virus Zika akan
sembuh dengan sendirinya dalam dua hingga tujuh hari. Infeksi virus Zika
dianggap tidak mematikan. Pencegahannya dilakukan dengan upaya pembasmian
nyamuk, penggunaan AC, kawat kassa, penggunaan pakaian panjang dan tertutup.
Akan tetapi, hingga saat ini belum ada vaksin atau terapi pengobatan yang mampu
mencegah atau mengobati infeksi Zika. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
termasuk istirahat cukup, menghindari dehidrasi dengan minum cukup, minum
obat pereda demam dan nyeri merupakan upaya yang dapat dilakukan
Gejala dari infeksi virus Zika biasanya muncul 3-11 hari setelah gigitan nyamuk
yang membawa virus
Virus Zika terutama ditularkan pada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes
yang terinfeksi. Aedes aegypti, yang saat ini tidak ditemukan di Hong Kong,
dianggap sebagai perantara paling penting dalam penularan Zika ke manusia.
Spesies lain dari nyamuk Aedes seperti Aedes albopictus yang banyak berada di
daerah setempat juga dianggap sebagai perantara potensial. Virus Zika juga telah
ditemukan dalam air mani manusia dan penularan melalui kontak seksual telah
dikonfirmasi. Penularan seksual virus zika antar pria yang melakukan seks telah
diidentifikasi. Cara penularan lainnya seperti transfusi darah dan penularan
perinatal adalah mungkin terjadi. Penyakit ini belakangan baru diketahui
berpotensi menyebabkan bayi lahir cacat mikrosefali dan meningkatkan kejadian
GBS. Tindakan pencegahan saat ini lebih utama.
DAFTAR PUSTAKA
Aditya, Muhammad. 2016. Infeksi virus zika. JK unila. Vol.1, no.1.
Clinician Outreach and Communication Activity (COCA) Call January 26, 2016.
Office of Public Health Preparedness and Response Division of
Emergency Operations. CDC
Hamel, Radolphe, et al. 2016. Zika Virus: Epidemiology, clinical features and
host- virus interaction. Institut Pasteur Micobesa and Infection.
Howard Zucker, MD, JD. Zika Virus Clinicians. NYS Commissioner of
Health.Newyork state university.
Oliveira, AS.,dkk. 2016. Zika virus intrauterine infection causes fetal brain
abnormality and microcephaly: tip of the iceberg? Ultrasound Obstet
Gynecol. Vol 47. Hal 6-7
WHO dan PAHO . Epidemiological Update Iililt Zika Virus Infection Iirifti.
Amerika. 2015
World Health Organization. Zika virus. Geneva: WHO; 2016 [disitasi tanggal 2 Maret
2016]. Tersedia dari:http://www.who.int/mediacentre/factsheets/zika/en
Zanluca, Camila & Claudia Nunes. 2016. Zika Virus On Overview. Institut
Pasteur Micobesa and Infection.