You are on page 1of 12

ANALISA KASUS

Diagnosis pada pasien ini adalah:


OD: Katarak senilis stadium imatur
OS: Katarak senilis stadium imatur
Identifikasi masalah pasien :
A. Identitas
Umur pasien 61 tahun, pasien memiliki faktor predisposisi menderita katarak senilis
yaitu kekeruhan pada lensa pada usia diatas 50 tahun.
B. Anamnesis:
Keluhan utama pasien adalah penurunan fungsi penglihatan yang progresif,
sejak 1 tahun lalu dan mulai memburuk terutama pada 1 bulan terakhir. Penyakit ini
masuk dalam kelompok penyakit visus turun perlahan tanpa mata merah. Dari
kelompok ini kemungkinan penyakit lainnya adalah kelainan refraksi, katarak,
glaukoma kronis serta kelainan makula dan retina. Penglihatan buram pasien
dideskripsikan seperti berkabut, lebih berat di mata kiri daripada mata kanan, pasien
juga merasa cahaya/lampu menjadi lebih silau dari sebelum-sebelumnya. Ini
merupakan gejala penurunan visus dan glare yang terdapat pada katarak. Pasien
menyangkal mempunyai keluhan sering menabrak saat berjalan yang menunjukan
adanya gangguan dalam penyempitan lapanagan pandang. Pasien juga menyangkal
mempunyai gangguan beradaptasi dalam melihat gelap.
C. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan oftalmologis didapatkan:
Pada OD: 1. Visus 0.15 PH 0.4
2. Lensa yang keruh shadow test (+).
3. Non contact tonometri/TIO : 12, 2 mmHg

4. Tes konfrontasi tidak dilakukan


OD memiliki visus 0.15 menjadi 0.4 setelah dikoreksi dengan pinhole. Pada
mata kanan, terdapat kekeruhan pada lensa dengan shadow test (+) sugestif katarak
imatur. TIO normal menyingkirkan glaukoma kronik.
Pada OS: 1. Visus 0.1 PH 0.3
2. Lensa yang keruh dengan shadow test (+).
3. Non contact tonometri/TIO : 16, 5 mmHg
4. Tes konfrontasi tidak dilakukan
OS memiliki visus 0.1 yang menjadi 0.3 setelah dikoreksi dengan pinhole,
lensa keruh dengan shadow test (+) sugestif katarak imatur. TIO normal
menyingkirkan glaukoma kronik.
Funduskopi pada mata kanan dalam batas normal, namun pada mata kiri sulit
dinilai karena lensa yang keruh akibat katarak.
D. Pemeriksaan anjuran:
1. Biometri OD: untuk persiapan operasi, untuk pemilihan ukuran lensa
intraokuler.
2. Pemeriksaan Hb, Hct, Leukosit, Trombosit, PT dan aPTT: persiapan operasi
serta menilai fungsi hemostasis.
3. Pemeriksaan glukosa darah : untuk melihat apakah gula darah dalam kondisi
yang baik untuk operasi agar tidak terjadi komplikasi seperti ketoasidosis dan
untuk memastikan apakah pasien memiliki Diabetes Mellitus dalam pemberian
penatalaksanaan medikamentosa dan non-medikamentosa
4. Pemeriksaan EKG dan konsultasi ke jantung: untuk melihat apakah ada
kelainan dengan irama atau fungsi jantung untuk menilai kesiapan pasien
untuk operasi dan pemilihan jenis anestesi.

E. Penatalaksanaan
1. Non Medikamentosa:
-

Edukasi tentang penyakit katarak

Modifikasi gaya hidup dengan mengurangi faktor resiko, diet dan olahraga
teratur. Pasien juga dianjurkan untuk berhenti merokok, karena rokok
meningkatkan risiko kardiovaskular, yang mana pada pasien ini risiko tersebut
sudah tinggi akibat pasien menderita hipertensi, serta untuk memperlambat
perburukan katarak pada mata kiri.

2. Tindakan operasi:
OS: Operasi ECCE (Extracapsular Cataract Extraction), fakoemulsifikasi + IOL.
Dilakukan sebagai terapi definitif untuk katarak matur atas indikasi untuk
perbaikan visus. Dipilih ECCE dengan fakoemulsifikasi + IOL, karena insisi pada
kornea yang dibutuhkan lebih kecil dengan resiko astigmatisme post-operatif yang
lebih kecil daripada ICCE. Komplikasi yang lebih sedikit dan pemulihan visus yang
lebih cepat.
3. Kacamata:
Berdasarkan usia, pasien dapat diberikan koreksi lensa maksimal S+3 untuk
kacamata jarak dekat supaya dapat mengatasi gangguan refraksi presbiopia karena
usia, namun pemberian koreksi lensa tergantung dari kenyamanan pasien, pada pasien
ini lebih nyaman menggunakan lensa dengan ukuran S+2.75.
Sebelum operasi, pasien dapat diberikan kacamata, namun pemberian
kacamata disarankan diberikan setelah satu bulan pasca operasi dan setelah visus
pasien dievaluasi ulang. Alasan pemberian kacamata sebulan paska operasi mengingat
pertimbangan ekonomi dan efisiensi dalam pemberian kacamatanya, karena visus
pasien juga akan berubah dengan operasi diakibatkan penanaman lensa intraokuler.

TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat kedua-duanya.
Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak
mengalami perubahan dalam waktu yang lama.
KLASIFIKASI
A. Klasifikasi etiologi
I.

Katarak kongenital

II.

Katarak akuisita
1. Katarak senilis
2. Katarak traumatik
3. Katarak komplikata
4. Katarak metabolik
5. Katarak oleh karena cedera listrik
6. Katarak oleh karena radiasi
7. Katarak oleh karena logam berat
dan obat-obatan
8. Katarak yang berhubungan dengan penyakit kulit
9. Katarak yang berhubungan dengan penyakit tulang
10. Katarak dengan sindroma lainnya seperti sindroma Down

B. Klasifikasi morfologis
1. Katarak kapsular: meliputi kapsul
i.

Katarak kaspular anterior

ii.

Katarak kapsular posterior

2. Katarak subkapsular: mengenai bagian superfisial dari korteks (dibawah kapsul)


i.

Katarak subkapsular anterior

ii.

Katarak subkapsular posterior

3. Katarak kortikal: meliputi sebagian besar dari korteks


4. Katarak supranuklear: meliputi bagian dalam korteks (diluar nukelus)

5. Katarak nuklear: meliputi nukelus dari lensa


6. Katarak polaris: meliputi kapsul dan bagian superfisial dari korteks pada daerah
polar
i.

Katarak polaris anterior

ii.

Katarak polaris posterior

KATARAK SENILIS
Katarak senilis (age-related cataract) merupakan jenis katarak didapat (akuisita)
yang paling sering ditemukan pada laki-laki maupun perempuan, biasanya berusia di atas
50 tahun. Pada usia sekitar 70 tahun, hampir 90% individu menderita katarak. Kondisi
kekeruhan biasanya bilateral akan tetapi hampir selalu kondisi salah satu mata lebih berat dari
mata lainnya. Secara morfologis katarak senilis dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu katarak
kortikal dan katarak nuklear. Kedua jenis katarak ini sering terjadi secara bersamaan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tipe, maturasi dan usia munculnya katarak senilis:
-

Keturunan : mempengaruhi peran genetik dalam mulainya awitan seorang individu


terkena katarak dan maturasi dari kataraknya tersebut,

Radiasi Ultraviolet: paparan UV yang tinggi mempercepat maturasi dan usia


munculnya katarak.

Faktor diet: Defisiensi dari beberapa jenis protein, asam amino dan vitamin C, E serta
riboflavin dihubungkan dengan kecepatan maturasi dan usia munculnya katarak

Krisis dehidrasi: Riwayat dehidrasi berat seperti pada kolera meningkatkan resiko.

Merokok: merokok mempercepat munculnya katarak. Merokok menyebabkan


penumpukan molekul berpigmen -3 hydroxykhynurine dan chromophores, yang
menyebabkan terjadinya penguningan warna lensa, yang menyebabkan kekuningan.
Sianat dalam rokok juga menyebabkan terjadinya karbamilasi dan denaturasi protein.

Stadium maturasi katarak senilis :


A. Maturasi dari katarak senilis tipe kortikal
I. Stadium katarak insipien
Merupakan stadium yang paling dini, yang belum menimbulkan gangguan
visus.Kekeruhan terutama terdapat pada bagian perifer berupa berca-bercak seperti jari-jari
roda, terutama mengenai korteks anterior, sedang aksis relatif masih jernih.Gambaran berupa
Spokes of a wheel.

Gambar : Katarak stadium insipien Spokes of a wheel


II. Katarak senilis imatur:
Lensa terlihat putih keabu-abuan, namun masih terdapat korteks yang jernih, maka
terdapat iris shadow.Kekeruhan terdapat dibagian posterior dan bagian belakang nukleus
lensa.Pada stadium ini mungkin terjadi hidrasi kroteks, yang mengakibatkan lensa menjadi
cembung, sehingga indeks refraksi berubah karena daya biasnya bertambah dan mata menjadi
miopia.
III. Katarak senilis matur:
Kekeruhan korteks secara total sehingga iris shadow tidak ada.Lensa telah menjadi
keruh seluruhnya.Pada pupil nampak lensa yang seperti mutiara.Pada stadium ni, lensa akan
berukuran normal kembali akibat terjadi pengeluaran air.

IV. Katarak senilis hipermatur


i.

Katarak hipermatur tipe Morgagni: Pada kondisi ini, korteks mencair dan lensa
menjadi seperti susu. Nukleus yang berwarna coklat tenggelam ke dasar.Pada
stadium ini juga terjadi kerusakan kapsul lensa, sehingga isi korteks yang cair
dapat keluar dan lensa menjadi kempis, yang dibawahnya terdapat nukleus lensa.

ii.

Katarak hipermatur tipe sklerotik: Pada kondisi ini, korteks terdisintegrasi dan
lensa menjadi berkerut yang menyebabkan COA menjadi dalam

Gambar : Katarak hipermatur tipe Morgagni


B. Maturasi dari katarak senilis tipe nuklear:
Pada keadaan ini, lensa menjadi keras dan tidak elastis, sehingga menurunkan
kemampuan akomodasi serta menghalangi cahaya. Perubahan dimulai dari tengah, lalu secara
perlahan menyebar ke perifer sampai hampir meliputi seluruh kapsul, namun masih terdapat
sedikit bagian dari korteks yang masih jernih. Warna yang dapat dilihat ialah coklat
(cataracta brunescens), hitam (cataracta nigra) dan merah (cataracta rubra)

Gambar : A.Cataracta brunescens, B.Cataracta nigra, C.Cataracta rubra

GEJALA KLINIS
Kekeruhan lensa dapat terjadi tanpa menimbulkan gejala, dan dijumpai pada pemeriksaan
mata rutin. Gejala katarak yang sering dikeluhkan adalah :
1. Silau
Pasien katarak sering mengeluh silau, yang bisa bervariasi keparahannya mulai dari
penurunan sensitivitas kontras dalam lingkungan yang terang hingga silau pada saat siang
hari atau sewaktu melihat lampu mobil atau kondisi serupa di malam hari. Keluhan silau
tergantung dengan lokasi dan besar kekeruhannya, biasanya dijumpai pada tipe katarak
posterior subkapsular.
2. Diplopia monokular atau polypia
Terkadang, perubahan nuklear terletak pada lapisan dalam nukleus lensa,
menyebabkan daerah pembiasan multipel di tengah lensa sehingga menyebabkan refraksi
yang ireguler karena indeks bias yang berbeda.
3. Halo
Hal ini bisa terjadi pada beberapa pasien oleh karena terpecahnya sinar putih menjadi
spektrum warna oleh karena meningkatnya kandungan air dalam lensa.
4. Distorsi
Katarak dapat menyebabkan garis lurus kelihatan bergelombang
5. Penurunan tajam penglihatan
Katarak menyebabkan penurunan penglihatan progresif tanpa rasa nyeri. Umumnya
pasien katarak menceritakan riwayat klinisnya langsung tepat sasaran. Dalam situasi lain,
pasien hanya menyadari adanya gangguan penglihatan setelah dilakukan pemeriksaan. Pada

katarak kupuliform (opasitas sentral) gejala lebih buruk ketika siang hari dan membaik ketika
malam hari. Pada katarak kuneiform (opasitas perifer) gejala lebih buruk ketika malam hari.
6. Myopic shift
Seiring dengan perkembangan katarak, dapat terjadi peningkatan dioptri kekuatan
lensa, yang pada umumnya menyebabkan miopia ringan atau sedang. Umumnya, pematangan
katarak nuklear ditandai dengan kembalinya penglihatan dekat oleh karena meningkatnya
miopia akibat kekuatan refraktif lensa nuklear sklerotik yang menguat, sehingga kacamata
baca atau bifokal tidak diperlukan lagi. Perubahan ini disebut second sight. Akan tetapi,
seiring dengan penurunan kualitas optikal lensa, kemampuan tersebut akhirnya hilang.
PENATALAKSANAAN
Tindakan non-bedah:
1. Pengobatan dari penyebab katarak: Penyebab katarak harus dicari, karena apabila
penyakit tersebut dapat ditemui dan diobati seringkali memberhentikan progresi dari
penyakit tersebut, contohnya adalah:
-

Kontrol gula darah pada pasien DM

Menghentikan penggunaan obat-obatan seperti kortikosteroid

Pengobatan uveitis untuk mencegah komplikasi

2. Memperlambat progresi: penggunaan yodium, kalsium, kalium, vitamin E dan aspirin


dihubungkan dengan perlambatan dari kataraktogenesis.
3. Meningkatkan penglihatan pada katarak insipien dan imatur dengan:
-

Refraksi

Pencahayaan: Pada opasitas sentral menggunakan penerangan yang terang. Pada


opasitas perifer menggunakan penerangan yang sedikit redup.

4. Pengunaan kacamata hitam ketika beraktifitas diluar ruangan pada pasien dengan
opasitas sentral
5. Midriatikum pada pasien dengan katarak aksial yang kecil.

Indikasi operasi katarak ialah:


1.

Fungsi penglihatan: Ini merupakan indikasi yang paling sering. Operasi katarak
dilakukan ketika cacat visus menjadi menyebabkan gangguan signifikan pada
kehidupan sehari-hari pasien.

2.

Indikasi medis: meskipun pasien merasa nyaman dari aspek penglihatan, operasi
dapat dianjurkan apabila pasien menderita:
-

Glaukoma lens-induced

Endoftalmitis fakoanafilaktik

Penyakit retina seperti retinopati diabetikum dan ablasio retina yang terapinya
terganggu karena adanya kekeruhan lensa.

3.

Indikasi kosmetik: Terkadang pasien dengan katarak matur meminta ekstraksi katarak
agar pupil kembali menjadi hitam.

Evaluasi Preoperatif
1.

Pemeriksaan umum: untuk melihat apakah pasien memiliki penyakit diabetes


mellitus, hipertensi dan masalah jantung, PPOK dan daerah potensi infeksi seperti
periodontitis dan infeksi saluran kemih. Gula darah harus terkontrol dan hipertensi
tidak boleh diatas 160/100 mmHg

2.

Pemeriksaan fungsi retina:


a. Persepsi sinar: apakah operasi tersebut akan menguntungkan dengan melihat
apakah fungsi retina masih baik atau tidak.
b. RAPD: apabila positif maka kemungkinan ada lesi nervus optikus
c. Persepsi warna
d. Pemeriksaan diskriminasi dua sinar
e. Pemeriksaan objektif seperti elektroretinogram, EOG dan VOR.

3.

Mencari sumber infeksi lokalis: infeksi konjungktiva, meibomitis,blefaritis dan


infeksi sakus lakrimalis harus disingkirkan. Dilakukan uji anel untuk melihat patensi

sakus lakrimalis apabila pasien memiliki riwayat mata berair. Apabila terdapat
penyakit

dakriosistitis,

maka

harus

dilakukan

dakriosistektomi

ato

dakriosistorinostomi.
4.

Evaluasi segmen anterior: apakah ada tanda-tanda uveitis seperti keratic precipitate,
efek Tyndall dan harus diobati sebelum operasi katarak

5.

Pengukuran TIO: tekanan intraokuler yang tinggi merupakan prioritas pengobatan


sebelum ekstraksi katarak

Penyulit yang mungkin timbul setelah operasi katarak :


1. Peradangan pada hari pertama post-operasi, dapat dicegah dengan pemberian
antibiotika lokal dan sistemik
2. Prolaps iris melewati lubang diantara sayatan atau tempat jahitan
3. Jika prolaps iris dibiarkan, maka sekitar hari ke 4-5 dapat menyebabkan coa dangkal,
kemudian dapat timbul ablasi retina, akibat badan siliar kedepan
PEMBEDAHAN KATARAK SENILIS
1. Ekstraksi katarak intrakapsular (ICCE)
Pada teknik ini, keseluruhan lensa katarak dan kapsulnya diangkat. Zonula yang
lemah dan terdegenerasi merupakan syarat dari operasi ini. Karena hal ini, teknik ini
tidak bisa dilakukan pada pasien yang muda karena zonula yang kuat. Pada usia 40-50
tahun, digunakan enzim alphachymotrypsin yang melemahkan zonula.
Indikasi: Subluksasi dan dislokasi lensa.
2. Ekstraksi katarak ekstrakapsular (ECCE)
Pada teknik ini, bagian besar dari kapsula anterior dan epitel, nukleus dan korteks
diangkat; kapsula posterior ditinggalkan sebagai penyangga lensa implant.
Indikasi: Operasi katarak pada anak-anak dan dewasa.
Kontraindikasi: Subluksasi dan dislokasi lensa.

3. Fakoemulsifikasi
Pembedahan menggunakan vibrator ultrasonik untuk menghancurkan nukleus yang
kemudian diaspirasi melalui insisi 2.5-3 mm, dan kemudian dimasukan lensa
intraokular yang dapat dilipat. Keuntungan yang didapat ialah pemulihan visus lebih
cepat, induksi astigmatis akibat operasi minimal, komplikasi dan inflamasi pasca
bedah minimal.

Gambar : Teknik Fakoemulsifikasi pada operasi katarak

LENSA TANAM INTRAOKULER


Implantasi lensa intraokular merupakan metode pilihan untuk koreksi afakia. Biasanya bahan
lensa intraokuler terbuat dari polymethylmethacrylate (PMMA).
Pembagian besar dari lensa intraokular berdasarkan metodi fiksasi pada mata ialah:
1. IOL COA: Lensa di depan iris dan disangga oleh sudut dari COA.
2. Lensa yang disangga iris: lensa dijahit kepada iris, memiliki tingkat komplikasi yang
tinggi.
3. Lensa Bilik Mata Belakang: Lensa diletakan di belakang iris, disangga oleh sulkus

siliaris atau kapsula posterior lensa.

You might also like