Professional Documents
Culture Documents
REPUBLIK INDONESIA
Kepada Yth.:
Para Pejabat Eselon I di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat
SURAT EDARAN
NOMOR : 50/SE/M/2015
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN SNI 1729 TENTANG SPESIFIKASI
UNTUK BANGUNAN GEDUNG BAJA STRUKTURAL
A. Umum
Dalam rangka memudahkan penggunaan SNI 1729 yang digunakan untuk
mendesain sistem baja struktural atau sistem dengan baja struktural yang
bekerja secara komposit dengan beton bertulang, perlu menetapkan
Petunjuk teknis penggunaan SNI 1729 tentang spesifikasi untuk bangunan
gedung baja struktural dengan Surat Edaran Menteri.
B. Dasar Pembentukan
1. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan
Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 83,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4532);
2. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2015 tentang
Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 8);
3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2015 tentang
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 16);
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 01 Juni 2015
LAMPIRAN
SURAT EDARAN MENTERI PEKERJAAN UMUM
DAN PERUMAHAN RAKYAT
NOMOR : 50/SE/M/2015
PEDOMAN
Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil
Daftar isi
Ruang lingkup............................................................................................................... 1
Pendahuluan........................................................................................................................ 89
F1. Ketentuan umum ......................................................................................................... 89
F2. Komponen struktur kompak simetris ganda profil I dan kanal melentur di sumbu major. 89
F3. Komponen struktur profil I simetris ganda dengan badan kompak dan nonkompak
atau sayap langsing melengkung di sumbu major ................................................................ 91
F4. Komponen struktur profil I lain dengan badan kompak atau nonkompak melentur di
sumbu major ........................................................................................................................ 91
i
F5. Komponen struktur profil I simetris ganda dan simetris tunggal dengan badan langsing
melentur di sumbu major ..................................................................................................... 91
F6. Komponen struktur profil I dan kanal melentur di sumbu minor .................................... 91
F7. Komponen struktur PSB persegi dan persegi panjang serta komponen struktur
berbentuk boks .................................................................................................................... 92
F8. PSB bundar ................................................................................................................. 92
F9. Profil T dan siku ganda yang dibebani dalam bidang simetri ........................................ 92
F10. Siku tunggal ............................................................................................................... 92
F11. Batang tulangan persegi panjang dan bundar .............................................................. 92
F12. Profil-profil tidak simetris ............................................................................................ 93
F13. Proporsi balok dan gelagar ........................................................................................ 93
Bab G Desain komponen struktur untuk geser ................................................................. 148
Pendahuluan...................................................................................................................... 148
G1. Ketentuan umum ......................................................................................................... 148
G2. Komponen struktur dengan badan tidak diperkaku atau badan diperkaku ................. 148
G3. Aksi medan tarik........................................................................................................ 148
G4. Siku tunggal .............................................................................................................. 149
G5. PSB Persegi panjang dan komponen struktur berbentuk boks .................................. 149
G6. PSB bundar............................................................................................................... 149
G7. Geser sumbu lemah pada profil simetris ganda dan tunggal ....................................... 149
G8. Balok dan gelagar dengan bukaan badan ................................................................... 149
Bab H Desain komponen struktur untuk kombinasi gaya-gaya dan torsi .......................... 170
Bab I Desain komponen struktur komposit ....................................................................... 188
I1. Ketentuan umum......................................................................................................... 188
I2. Gaya aksial ................................................................................................................. 188
I3. Lentur ......................................................................................................................... 188
I4. Geser .......................................................................................................................... 189
I5. Kombinasi lentur dan gaya aksial ................................................................................ 189
I6. Transfer beban............................................................................................................ 189
I7. Diafragma komposit dan balok kolektor ...................................................................... 189
I8. Angkur baja................................................................................................................. 190
Bab J Desain sambungan ................................................................................................ 258
Bab K Desain sambungan komponen struktur PSB dan boks .......................................... 278
ii
Prakata
Petunjuk teknis ini memberikan ketentuan tentang aplikasi SNI 1729, Spesifikasi untuk
bangunan gedung baja struktural. Informasi yang disajikan dalam petunjuk teknis ini telah
disiapkan sesuai dengan prinsip-prinsip teknik yang diakui dan hanya merupakan informasi
umum saja. Meskipun diyakini cukup akurat, informasi ini tidak boleh digunakan atau
diandalkan untuk aplikasi tertentu tanpa pemeriksaan secara profesional, kompeten dan
verifikasi keakuratan, kesesuaian, dan penerapannya oleh seorang insinyur berlisensi
profesional, desainer, atau arsitek. Publikasi material yang terkandung di sini tidak
dimaksudkan sebagai representasi atau garansi pada bagian dari SNI 1729 atau dari orang
lain yang tercantum disini, bahwa informasi ini cocok sebagai informasi umum atau khusus
atau bebas dari pelanggaran paten atau hak paten. Siapapun yang memanfaatkan informasi
ini dianggap memenuhi semua kewajiban yang timbul dari penggunaan tersebut. Perhatian
harus dilakukan bila mengandalkan spesifikasi lain dan peraturan yang dikembangkan oleh
badan-badan lain dan disusun sebagai referensi karena material tersebut dapat dimodifikasi
atau diubah dari waktu ke waktu setelah pencetakan edisi ini. Penerbit tidak bertanggung
jawab atas material tersebut selain untuk merujuk dan menggabungkan sebagai referensi
pada saat publikasi awal edisi ini.
Petunjuk Teknis ini mengikuti prosedur dari Design Examples Version 14.1, American
Institute of Steel Construction dan merupakan adopsi modifikasi sehubungan digunakannya
data profil baja Indonesia.
Petunjuk teknis ini telah dibahas dan disetujui oleh Panitia Teknis Bahan Konstruksi
Bangunan dan Rekayasa Sipil, Sub Panitia Teknis Bahan, Sains, Struktur dan Konstruksi
Bangunan pada tanggal 10 Desember 2013 di Bandung dan telah disesuaikan dengan
format penulisan PSN 08.
iii
A1.
Ruang lingkup
Petunjuk teknis ini berisi contoh-contoh desain ini dimaksudkan untuk menggambarkan
aplikasi SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural dalam aplikasi seismik
rendah. Untuk informasi pada aplikasi desain yang membutuhkan pendetailan seismik, lihat
AISC Seismic Design Manual.
A2. Spesifikasi, tata cara dan standar yang diacu
Pasal A2 mencakup daftar spesifikasi, tata cara dan standar terdetail yang diacu di seluruh
SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural.
A3. Material
Pasal A3 meliputi daftar material baja yang disetujui untuk digunakan dalam SNI 1729,
Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural. Standar ASTM lengkap untuk material
baja yang paling umum digunakan dapat ditemukan di Selected ASTM Standards for
Structural Steel Fabrication (ASTM, 2011).
A4. Gambar desain struktural dan spesifikasi
Pasal A4 SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural mensyaratkan bahwa
gambar desain struktural dan spesifikasi memenuhi persyaratan AISC Code of Standard
Practice for Steel Buildings and Bridges (AISC, 2010b).
Referensi Bab A
SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural.
AISC (2010b), Code of Standard Practice for Steel Buildings and Bridges, American Institute
for Steel Construction, Chicago, IL.
AISC (2011), Steel Construction Manual, 14th Ed., American Institute for Steel Construction,
Chicago, IL.
ASTM (2011), Selected ASTM Standards for Structural Steel Fabrication, ASTM
International, West Conshohocken, PA.
1 dari 283
2 dari 283
3 dari 283
CONTOH C.1A Desain rangka penahan momen dengan metode analisis langsung
Tentukan kekuatan perlu dan faktor panjang efektif kolom-kolom pada rangka kaku seperti
gambar di bawah ini untuk kombinasi pembebanan gravitasi maksimum, menggunakan
DFBK. Gunakan metode analisis langsung. Seluruh komponen struktur terbuat dari material
baja Fy = 250 MPa.
Kolom-kolom tidak terbreis antara tumpuan dan atap pada sumbu x dan y serta diasumsikan
memiliki tumpuan sendi.
Solusi:
wD = 4 kN/m
wL = 12 kN/m
Lspan = 8 m
Fy = 250 MPa
WF 300x300x10x15 memiliki
Ag = 119,8 cm2
Balok-balok pada bentang A-B, C-D, dan D-E memiliki ujung sendi dan tidak berkontribusi
terhadap stabilitas lateral portal. Pengaruh P pada balok-balok tersebut tidak
diperhitungkan dan direncanakan memiliki K = 1,0.
Rangka penahan momen antara grid B dan C adalah komponen pendukung stabilitas lateral
sehingga harus direncanakan berdasarkan Pasal C SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan
gedung baja struktural. Walaupun kolom-kolom pada grid A, D, dan E tidak berkontribusi
terhadap stabilitas lateral, gaya-gaya stabilitas kolom-kolom tersebut harus diperhitungkan
dalam analisis. Untuk analisis, seluruh rangka dapat dimodelkan seperti gambar di bawah
ini. Beban-beban stabilitas kolom yang tidak menjamin stabilitas konstruksi (leaning
columns) digabung pada satu kolom.
Berdasarkan Pasal 2 SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain, kombinasi pembebanan gravitasi maksimum:
Metode DFBK:
wu = 1,2wD + 1,6wL = 24
Metode DKI:
wa = wD + wL = 16
kN
m
kN
m
4 dari 283
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal C2.1,
untuk DFBK analisis orde kedua dan pemeriksaan kekuatan dilakukan dengan kombinasi
pembebanan DFBK.
Pembebanan Gravitasi untuk Analisis Struktur Rangka
Beban gravitasi seragam untuk analisis orde kedua pada balok B-C adalah:
kN
m
Metode DFBK:
wu = 24
Metode DKI:
wa = 1,6wa = 25,6
kN
m
Beban-beban gravitasi terpusat untuk analisis orde kedua kolom di grid B dan C yang
diperoleh dari balok-balok di sebelahnya adalah:
Metode DFBK:
Pu =
Metode DKI:
Pa =
Lspan
2
Lspan
2
wu = 96 kN
wa = 102,4 kN
Beban-beban gravitasi terpusat pada kolom yang tidak menjamin stabilitas konstruksi palsu
Pembebanan pada kolom tersebut memperhitungkan seluruh beban gravitasi yang juga
ditahan oleh Rangka penahan momen namun secara tidak langsung pada rangka adalah:
Metode DFBK:
Metode DKI:
Yi
dengan
5 dari 283
Metode DFBK:
LRFD 1,0
Yi.LRFD = 4Lspan wu = 768 kN
Ni.LRFD = 0,002 LRFD Yi.LRFD = 1,536 kN
Metode DKI:
ASD 1,6
Yi.ASD = 4Lspan wa = 512 kN
Ni.ASD = 0,002 ASD Yi.ASD = 1,638 kN
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal C2.3,
analisis dilakukan dengan mereduksi kekakuan nominal menjadi sebesar 80% untuk
memperhitungkan pengaruh inelastisitas. Asumsikan (dengan verifikasi) Pr/Py tidak lebih
dari pada 0,5, sehingga kekakuan tidak perlu direduksi lebih besar.
6 dari 283
50% beban gravitasi dipikul oleh kolom-kolom pada rangka penahan momen. Karena beban
gravitasi yang ditahan oleh rangka penahan momen melebihi sepertiga beban gravitasi total
yang ditahan struktur, berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja
struktural Pasal C2.1, pengaruh P pada P harus diperhitungkan dalam analisis
struktur. Jika program yang digunakan tidak menghitung pengaruh P , perlu dilakukan
penambahan titik pada kolom di antara tumpuan dan balok.
Menggunakan program analisis struktur yang memperhitungkan P dan P , diperoleh
hasil sebagai berikut:
Metode DFBK:
Hasil analisis orde pertama:
1st = 2,79 mm
2nd = 3,62 mm
2nd
= 1,297
1st
dengan
Pr = kekuatan tekan aksial perlu menggunakan kombinasi beban DFBK atau DKI, kN
Py = kekuatan leleh aksial (= Fy Ag), kN
7 dari 283
Py = Fy Ag = 2,995 x 103 kN
Pr = 72,6 kN
LRFD Pr
= 0,024
Py
<
0,5
1st 2,975 mm
2nd 3,943 mm
2nd
1,325
1st
ASDPr
0,039
Py
< 0,5
KLx = 6 m
KLy = 6 m
9 dari 283
CONTOH C.1B Desain rangka penahan momen dengan metode panjang efektif
Ulangi Contoh C.1A dengan metode panjang efektif.
Tentukan kekuatan perlu dan faktor panjang efektif kolom-kolom pada rangka kaku seperti
gambar di bawah ini untuk kombinasi pembebanan gravitasi maksimum, menggunakan
DFBK. Gunakan metode panjang efektif. Seluruh komponen struktur terbuat dari baja Fy =
250 MPa
.
Kolom-kolom tidak terbreis antara tumpuan dan atap pada sumbu x dan y serta diasumsikan
memiliki tumpuan sendi.
Solusi:
wD = 4
kN
m
wL = 12
kN
m
Lspan = 8 m
Lcol = 6 m
Fy = 250 MPa
WF 300x300x10x15 memiliki
Ag = 119,8 cm2
Ix = 20 400 cm4
Balok-balok pada bentang A-B, C-D, dan D-E memiliki ujung sendi dan tidak berkontribusi
terhadap stabilitas lateral portal. Pengaruh P pada balok-balok tersebut tidak
diperhitungkan dan direncanakan memiliki K = 1,0.
Rangka penahan momen antara grid B dan C adalah komponen pendukung stabilitas lateral
sehingga harus direncanakan berdasarkan Pasal C SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan
gedung baja struktural. Walaupun kolom-kolom pada grid A, D, dan E tidak berkontribusi
terhadap stabilitas lateral, gaya-gaya stabilitas kolom-kolom tersebut harus diperhitungkan
dalam analisis. Untuk analisis, seluruh rangka dapat dimodelkan seperti gambar di bawah
ini. beban-beban stabilitas kolom yang tidak menjamin stabilitas konstruksi (leaning column)
digabung pada satu kolom.
10 dari 283
wu = 1,2 wD + 1,6 wL = 24
Metode DKI:
wa = wD + wL = 16
kN
m
kN
m
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Lampiran 7,
Pasal 7.2.1, analisis sesuai dengan SNI 1729 Pasal C2.1, dengan pengecualian faktor
reduksi kekuatan yang disyaratkan pada Pasal C2.3.
Pembebanan Gravitasi untuk Analisis Struktur Portal.
Beban gravitasi seragam untuk analisis orde kedua pada balok B-C adalah:
kN
m
Metode DFBK:
wu = 24
Metode DKI:
kN
m
Beban-beban gravitasi terpusat untuk analisis orde kedua kolom di grid B dan C yang
diperoleh dari balok-balok di sebelahnya adalah:
Metode DFBK: Pu =
Metode DKI:
Pa =
Lspan
2
Lspan
2
wu = 96 kN
wa' = 102,4 kN
Beban-beban gravitasi terpusat pada kolom yang tidak menjamin stabilitas konstruksi palsu.
Pembebanan pada kolom tersebut memperhitungkan seluruh beban gravitasi yang juga
ditahan oleh rangka penahan momen namun secara tidak langsung pada rangka adalah:
Metode DFBK:
Metode DKI:
11 dari 283
LRFD = 1,0
Yi.LRFD = 4Lspan wu = 768 kN
Ni.LRFD = 0,002 LRFD Yi.LRFD = 1,536 kN
Ringkasan beban-beban untuk analisis rangka
Metode DKI:
ASD = 1,6
Yi.ASD = 4Lspan wa = 512 kN
Ni.ASD = 0,002 ASD Yi.ASD = 1,638 kN
12 dari 283
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk gedung baja struktural Lampiran 7 Pasal 7.2.2,
analisis dilakukan dengan kekakuan nominal penuh.
50% beban gravitasi dipikul oleh kolom-kolom pada rangka penahan momen. Karena beban
gravitasi yang ditahan oleh rangka penahan momen melebihi sepertiga beban gravitasi total
yang ditahan struktur, berdasarkan SNI 1729 Pasal C2.1, pengaruh P pada P harus
diperhitungkan dalam analisis struktur. Jika program yang digunakan tidak menghitung
pengaruh P , perlu dilakukan penambahan titik pada kolom di antara tumpuan dan balok.
Menggunakan program analisis struktur yang memperhitungkan P dan P , diperoleh
hasil sebagai berikut:
Metode DFBK:
Hasil analisis orde pertama:
1st.LRFD = 2,24 mm
2nd.LRFD
=1,232
1st.LRFD
Pr1.LRFD = 190,8 kN
Metode DKI:
Hasil analisis orde pertama:
1st.ASD = 2,39 mm
2nd.ASD
=1,251
1st.ASD
14 dari 283
Pr2.LRFD = 193,2 kN
203,6 kN
=127,25 = 127,25 kN
1,6
Pr2.ASD =
206,0 kN
=128,75 = 128.75 kN
1,6
Rasio simpangan maksimum orde kedua terhadap simpangan maksimum orde pertama
tidak lebih dari pada 1,5; sehingga metode panjang efektif dapat diterapkan.
Walaupun faktor perbesaran goyangan orde kedua sekitar 1,25, perubahan momen lentur
relatif kecil karena momen bergoyang hanya diakibatkan oleh beban notional yang bernilai
kecil. Untuk kombinasi-kombinasi beban dengan pembebanan gravitasi dan lateral yang
signifikan, peningkatan momen lentur akan lebih besar.
Hitunglah faktor panjang efektif pada bidang, Kx, menggunakan story stiffness method dan
Persamaan C-A-7-5 yang terdapat pada Penjelasan Lampiran 7, Pasal 7.2.
Gunakan Kx = K2
2 E I H
2 E I H
K x = K2 =
L2 1,7 H L
0,85 + 0,15RL Pr L2 H L
r
Metode DFBK:
wu 4Lspan 768 kN
Metode DKI:
wa 4Lspan 512 kN
r.LRFD
r.ASD
Hitunglah rasio beban pada kolom yang tidak menjamin stabilitas konstruksi terhadap beban
total, RL
Metode DFBK:
r.moment_frame.LRFD
15 dari 283
RL.LRFD
Pr.moment_frame.LRFD
r.LRFD
= 0,5
r.LRFD
Metode DKI:
r.moment_frame.ASD
RL.ASD
r.ASD
Pr.moment_frame.ASD
= 0,5
r.ASD
2EI x
L2col
11185,552 kN
Hitunglah rasio simpangan menggunakan hasil analisis orde pertama dengan beban
notional.
Metode DFBK:
1st.LRFD
mm
0,000373
Lcol
mm
Metode DKI:
1st.ASD
mm
0,000398
Lcol
mm
K x.LRFD =
>
HC.LRFD = 14.2 kN
r.LRFD
2 E I x 1st.LRFD
2
3,418
Lcol Ni.LRFDLcol
2 E Ix
1st.LRFD
0,416
1,7HC.LRFDLcol
2
col
Metode DKI:
PrC.ASD = 206,0 kN
K x.ASD =
>
HC.ASD = 15,2 kN
1,6 Pr.ASD
2 E I x 1st.ASD
2
3,419
Lcol Ni.ASDLcol
2 E Ix
L2col
1st.ASD
0,415
1,7HC.ASDLcol
Verifikasi kekuatan kolom menggunakan gaya-gaya dalam orde kedua, dengan panjang
efektif sebagai berikut (perhitungan tidak ditampilkan).
16 dari 283
Kolom-kolom:
Metode DFBK:
Metode DKI:
Kx.LRFD = 3,418
Lx = Lcol
Kx.LRFD Lx = 20,509 m
Ky.LRFD = 1,0
Ly = Lcol
Ky.LRFD Ly = 6 m
Kx.ASD = 3,419
Lx = Lcol
Kx.ASD Lx = 20,516 m
Ky.ASD = 1,0
Ly = Lcol
Ky.ASD Ly = 6 m
17 dari 283
CONTOH C.1C Desain rangka penahan momen dengan metode orde pertama
Ulangi Contoh C.1A menggunakan metode analisis orde pertama.
Tentukan kuat perlu dan faktor panjang efektif kolom-kolom pada rangka kaku seperti
gambar di bawah ini untuk kombinasi pembebanan gravitasi maksimum, menggunakan
DFBK. Gunakan metode analisis orde pertama. Seluruh komponen struktur terbuat dari baja
dengan Fy = 250 MPa.
Kolom-kolom tidak terbreis antara tumpuan dan atap pada sumbu x dan y serta diasumsikan
memiliki tumpuan sendi.
Solusi:
wD = 4
kN
m
wL = 12
kN
m
Lspan = 8 m
Lcol = 6 m
Fy = 250 MPa
WF300x300x10x15 memiliki
Ag = 119,8 cm2
Ix = 20 400 cm4
Balok-balok pada bentang A-B, C-D, dan D-E memiliki ujung sendi dan tidak berkontribusi
terhadap stabilitas lateral portal. Pengaruh P pada balok-balok tersebut tidak
diperhitungkan dan direncanakan memiliki K = 1,0.
Rangka penahan momen antara grid B dan C adalah komponen pendukung stabilitas lateral
sehingga harus direncanakan berdasarkan Lampiran 7 SNI 1729, Spesifikasi untuk
bangunan gedung baja struktural. Walaupun kolom-kolom pada grid A, D, dan E tidak
berkontribusi terhadap stabilitas lateral, gaya-gaya stabilitas kolom-kolom tersebut harus
diperhitungkan dalam analisis. Untuk analisis, seluruh rangka dapat dimodelkan seperti
gambar di bawah ini. Beban-beban stabilitas 'leaning column' digabung pada satu kolom.
Periksa batasan-batasan penggunaan metode panjang efektif berdasarkan Lampiran 7,
Pasal 7.3.1 SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural:
(1) Struktur menahan beban-beban gravitasi melalui kolom-kolom vertikal.
(2) Rasio simpangan maksimum orde kedua terhadap simpangan maksimum orde pertama
diasumsikan tidak lebih dari pada 1,5, dan perlu dilakukan verifikasi.
(3) Kekuatan aksial perlu komponen-komponen rangka penahan momen diasumsikan tidak
melebihi 50% kekuatan leleh aksial, dan perlu dilakukan verifikasi.
18 dari 283
Berdasarkan Pasal 2 SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain, kombinasi pembebanan gravitasi maksimum:
Metode DFBK:
wu = 1,2wD + 1,6wL = 24
Metode DKI:
wa = wD + wL = 16
kN
m
kN
m
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Lampiran 7,
Pasal 7.3.2, kekuatan perlu ditentukan dari analisis struktur orde pertama dengan bebanbeban notional serta memperhitungkan faktor perbesaran B1 sebagaimana dijelaskan dalam
Lampiran 8.
Pembebanan Gravitasi untuk Analisis Struktur Rangka Penahan Momen.
Beban gravitasi seragam untuk analisis orde pertama pada balok B-C adalah:
Metode DFBK:
wu = 24
kN
m
Metode DKI:
wa = 16
kN
m
Beban-beban gravitasi terpusat untuk analisis orde kedua kolom di grid B dan C yang
diperoleh dari balok-balok di sebelahnya adalah:
Metode DFBK:
Pu =
Metode DKI:
Pa =
Lspan
2
Lspan
2
wu = 96 kN
wa = 64 kN
LRFD = 1,0
Pembebanan Notional untuk Analisis Struktur Rangka Penahan Momen
Yi.LRFD = 4Lspan wu = 768 kN
= 0,0 mm (tidak ada simpangan akibat kombinasi beban gravitasi)
Lcol = 6 m
19 dari 283
N i.LRFD = 0,021 LRFD
Lcol
Y i.LRFD = 0 kN
>
ASD = 1,6
Yi.ASD = 4Lspan wa = 512 kN
= 0,0 mm (tidak ada simpangan akibat kombinasi beban gravitasi)
Lcol = 6 m
N i.ASD = 0,021 ASD
Lcol
Y i.ASD = 0
P
R M.LRFD =1-0,15 mf.LRFD
P
story.LRFD
= 0,925
H
L
Pe.story.LRFD = R M.LRFD LRFD = 3800,866 kN
H.LRFD
LRFD = 1
B2.LRFD =
1
=1,253
LRFD Pstory.LRFD
1Pe.story.LRFD
21 dari 283
22 dari 283
Solusi:
PD = 90 kN
PL = 270 kN
L = 6,5 m
Berdasarkan Pasal 2 SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain, gaya tarik desain minimum:
Metode DFBK:
Metode DKI:
Pu = PD + PL = 360 kN
Fu = 410 MPa
ybar = 28,3 mm
23 dari 283
Leleh tarik
Pn.y = Ag Fy = 679 kN
Metode DFBK:
ty = 0,9
Metode DKI:
Pn.y
ty = 1,67
ty
ty Pa
Pn.y
= 0,885
Putus tarik
Hitung faktor shear lag, U, sebagai nilai terbesar berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk
bangunan gedung baja struktural Pasal D3, Tabel D3.1 kasus 2 dan kasus 7.
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal D3, untuk
penampang terbuka, U tidak perlu lebih kecil daripada rasio luas utuh elemen-elemen
tersambung dengan luas utuh seluruh penampang.
U1 =
2 bf tf
= 0,589
Ag
= 240 mm
xbar
= 0,882
Kasus 7:
bf = 100 mm <
2
d = 133,333 mm
3
U3 = 0,85
Gunakan U = max(U1 , U2 , U3) = 0,882
Hitung An menggunakan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal
B4.3.
dh = 16 mm + 1,6 mm = 17,6 mm
24 dari 283
Ae
= 0,683
Ag
Kekuatan putus tarik,
Pn.r = Fu Ae = 760,052 kN
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal D2,
kekuatan putus tarik desain:
Metode DFBK:
tr = 0,75
tr Pn.r = 570,039 kN
>
Pu = 540 kN
Pu
= 0,947
tr Pn.r
Metode DKI:
tr = 2
Pn.r
= 380,026 kN
tr
>
Pa = 360 kN
tr Pa
= 0,947
Pn.r
Periksa syarat kelangsingan batang tarik
L
= 292,793
ry
<
300
25 dari 283
Solusi:
PD = 90 kN
PL = 270 kN
Fu = 410 MPa
t = 13 mm
rz = 19,4 mm
ybar = 29,4 mm
xbar = 29,4 mm
Berdasarkan Pasal 2 SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain, kekuatan tarik perlu:
Metode DFBK:
Metode DKI:
Pa = PD + PL = 360 kN
Leleh tarik
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal D2,
kekuatan tarik leleh:
Pn.y = Ag Fy = 607,75 kN
Metode DFBK:
26 dari 283
ty = 0,9
Pu = 540 kN
Pu
= 0,987
ty Pn.y
Metode DKI:
Pn.y
ty = 1,67
ty
= 363,922 kN
ty Pa
Pn.y
>
Pa = 360 kN
= 0,989
Putus tarik
Hitung U sebagai nilai terbesar berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung
baja struktural Pasal D3, Tabel D3.1 kasus 2 dan kasus 8.
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal D3, untuk
penampang terbuka, U tidak perlu lebih kecil daripada rasio luas utuh elemen-elemen
tersambung dengan luas utuh seluruh penampang.
U1 = 0,500
Kasus 2:
xbar = 29,4 mm
= 240 mm
x
U2 = 1 - bar = 0,877
Kasus 8, dengan 4 atau lebih alat penyambung per garis dalam arah pembebanan:
U3 = 0,800
Gunakan U = max(U1 , U2 , U3) = 0,877
Hitung An menggunakan SNI 1729, Spesifikasi untuk gedung baja struktural Pasal B4.3.
dh =
13
mm
16
27 dari 283
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal D2,
kekuatan putus tarik desain:
Metode DFBK:
tr = 0,75
Metode DKI:
tr = 2
Pn.r
= 431,665 kN
tr
>
Pa = 360 kN
tr Pa
= 0,834
Pn.r
Panjang batang maksimum, Lmax
Menggunakan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal D1:
Lmax = 300 rz = 5820 mm
CATATAN
28 dari 283
Solusi:
PD = 110 kN
PL = 330 kN
L=6m
Fu = 410 MPa
Metode DKI:
Pa = PD + PL = 440 kN
Leleh tarik
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal D2,
kekuatan leleh tarik:
Pn.y = Ag Fy = 794,25 kN
29 dari 283
Metode DFBK:
ty Pn.y = 714,825 kN
ty = 0,9
>
Pu = 660 kN
>
Pa = 440 kN
Pu
= 0,923
ty Pn.y
Metode DKI:
ty = 1,67
Pn.y
ty
= 475,599 kN
ty Pa
Pn.y
= 0,925
Putus tarik
Hitung U sebagai nilai terbesar berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung
baja struktural Pasal D3, Tabel D3.1 kasus 2.
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal D3, untuk
penampang terbuka, U tidak perlu lebih kecil daripada rasio luas utuh elemen-elemen
tersambung dengan luas utuh seluruh penampang.
U1 =
bf tf
= 0,755
Ag
Kasus 2:
xbar = ybar
U2 = 1 -
= 300 mm
xbar
= 0,942
Pn.r = Fu Ae = 1227,455 kN
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal D2,
kekuatan putus tarik desain:
Metode DFBK:
tr = 0,75
tr Pn.r = 920,591 kN
>
Pu = 660 kN
Pu
= 0,717
tr Pn.r
Metode DKI:
Pn.r
613,728 kN
tr
tr = 2
>
Pa = 440 kN
tr Pa
0,717
Pn.r
Pemeriksaan batas kelangsingan
L
= 248,963
rx
<
300
31 dari 283
Solusi:
PD = 150 kN
PL = 450 kN
L = 7,5 m
Fu = 410 MPa
Metode DKI:
Pa = PD + PL = 600 kN
Leleh tarik
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal D2,
kekuatan leleh tarik:
Pn.y = Ag Fy = 1214,25 kN
32 dari 283
Metode DFBK:
ty = 0,9
ty Pn.y = 1092,825 kN
>
Pu = 900 kN
Pu
= 0,824
ty Pn.y
Metode DKI:
ty = 1,67
Pn.y
ty
727,096 kN
ty Pa
Pn.y
>
Pa = 600 kN
0,825
Putus tarik
Hitung U sebagai nilai terbesar berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung
baja struktural Pasal D3, Tabel D3.1 kasus 6.
xbar =
B 2 + 2BH
= 41,071 mm
4 B + H
= 300 mm
U=1-
xbar
= 0,863
Dengan adanya celah sebesar 1,6 mm antara profil tabung persegi dan pelat buhul:
tp = 10 mm
An = Ag 2 (tp + 1,6 mm)t = 4625 mm2
Hitung Ae menggunakan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal
D3.
Ae = An U = 3991,815 mm2
Kekuatan putus tarik:
Pn.r = Fu Ae = 1636,644 kN
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal D2,
kekuatan putus tarik desain:
Metode DFBK:
tr = 0,75
tr Pn.r = 1227,483 kN
>
Pu = 900 kN
33 dari 283
Pu
= 0,733
tr Pn.r
Metode DKI:
tr = 2
Pn.r
818,322 kN
tr
tr Pa
0,733
Pn.r
>
Pa = 600 kN
Kekuatan tarik profil tabung persegi ditentukan oleh kekuatan putus tarik.
Pemeriksaan batas kelangsingan
L
= 192,802
rx
<
300
34 dari 283
Solusi:
PD = 160 kN
PL = 480 kN
L=9m
Fu = 410 MPa
Metode DKI:
Pa = PD + PL = 640 kN
Leleh tarik
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal D2,
kekuatan leleh tarik:
Pn.y = Ag Fy = 1300,5 kN
35 dari 283
Metode DFBK:
ty = 0,9
ty Pn.y = 1170,45 kN
>
Pu = 960 kN
>
Pa = 640 kN
Pu
= 0,820
ty Pn.y
Metode DKI:
Pn.y
ty = 1,67
ty
ty Pa
Pn.y
778,743 kN
0,822
Putus tarik
Periksa apakah asumsi Ae/Ag 0,75 terpenuhi.
Tentukan U berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Tabel
D3.1 Kasus 5.
D = 150 mm
= 300 mm
=2
D
>
Dengan adanya celah sebesar 1,6 mm antara profil pipa dan pelat buhul:
tp = 12 mm
An = Ag 2 (tp + 1,6 mm) t = 4875,6 mm2
Hitung Ae menggunakan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal
D3.
Ae = An U = 4875,6 mm2
Ae
0,937
Ag
Metode DFBK:
tr = 0,75
tr Pn.r = 1499,247 kN
>
Pu = 960 kN
>
Pa = 640 kN
Pu
= 0,640
tr Pn.r
Metode DKI:
tr = 2
Pn.r
999,498 kN
tr
tr Pa
0,640
Pn.r
Kekuatan tarik profil pipa lingkaran ditentukan oleh kekuatan putus tarik.
Pemeriksaan batas kelangsingan
L
= 183,786
<
300
r
baja struktural Pasal D1 (o.k.)
37 dari 283
Solusi:
PD = 180 kN
PL = 540 kN
L = 7,5 m
Fu = 410 MPa
Metode DKI:
Pa = PD + PL = 720 kN
Leleh tarik
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal D2,
kekuatan leleh tarik:
38 dari 283
Pn.y = 2 Ag Fy = 1215,5 kN
Metode DFBK:
ty Pn.y = 1093,95 kN
ty = 0,9
>
Pu = 1080 kN
Pu
= 0,987
ty Pn.y
Metode DKI:
ty = 1,67
Pn.y
ty
= 727,844 kN
ty Pa
Pn.y
>
Pa = 720 kN
= 0,989
Putus tarik
Hitung U sebagai nilai terbesar berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung
baja struktural Pasal D3, Tabel D3.1 kasus 2 dan kasus 8.
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk gedung baja struktural Pasal D3, untuk
penampang terbuka, U tidak perlu lebih kecil daripada rasio luas utuh elemen-elemen
tersambung dengan luas utuh seluruh penampang.
U1 = 0,500
Kasus 2:
xbar = 29,4 mm
U2 = 1 -
xbar
= 0,916
Kasus 8, dengan 4 atau lebih alat penyambung per garis dalam arah pembebanan:
U3 = 0,800
Gunakan
Hitung An menggunakan SNI 1729, Spesifikasi untuk gedung baja struktural Pasal B4.3.
dh = 20 mm + 1,6 mm = 21,6 mm
An = 2 Ag 2 (dh + 1,6 mm) t = 4258,8 mm2
Hitung Ae menggunakan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal
D3.
Ae = An U = 3 901,061 mm2
39 dari 283
tr = 0,75
Pu = 1080 kN
Pu
= 0,900
tr Pn.r
Metode DKI:
tr = 2
Pn.r
= 799,717 kN
tr
>
Pa = 720 kN
tr Pa
= 0,9
Pn.r
Pemeriksaan batas kelangsingan
L
= 162,338
rx
<
300
CATATAN
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal D4,
jarak longitudinal antara alat penyambung pada batang dengan penampang tersusun dipasang
sedemikian sehingga rasio kelangsingan setiap komponen penyusunnya tidak melebihi 300.
40 dari 283
Solusi:
PD = 12 kN
PL = 36 kN
Fu = 410 MPa
Dimensi-dimensi penampang:
w = 140 mm
t = 10 mm
d = 25 mm
a = 56,7 mm
c = 61,6 mm
dh = d + 1,6 mm = 26,6 mm
Periksa persyaratan dimensi berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung
baja struktural Pasal D5.2.
1.
2.
o.k.
3.
o.k.
41 dari 283
4.
o.k.
Berdasarkan Pasal 2 SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain, kekuatan tarik perlu:
Metode DFBK:
Pu = 1,2 PD + 1,6 PL = 72 kN
Metode DKI:
Pa = PD + PL = 48 kN
Putus tarik
Hitung kekuatan putus tarik pada penampang bersih efektif.
Pntr = Fu 2t be = 295,2 kN
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk gedung baja struktural Pasal D5.1, kekuatan putus
tarik desain:
Metode DFBK:
tr = 0,75
tr Pntr = 221,4 kN
>
Pu = 72 kN
Pu
= 0,325
tr Pntr
Metode DKI:
Pntr
= 147,6 kN
tr
tr = 2
>
Pa = 48 kN
trPa
= 0,325
Pntr
Putus geser:
Asf = 2 t a+
d
2
= 1384 mm
2
sf = 0,75
sf Pnsf = 255,348 kN
>
Pu = 72 kN
Pu
= 0,282
sf Pnsf
42 dari 283
Metode DKI:
Pnsf
= 170,232 kN
sf
sf = 2
>
Pa = 48 kN
sf Pa
= 0,282
Pnsf
Kekuatan tumpu
Apb = t d = 250 mm2
Rnpb = 1,8 Fy Apb = 112,5 kN
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal J7,
kekuatan tumpu desain:
Metode DFBK:
pb = 0,75
pb Rnpb = 84,375 kN
>
Pu = 72 kN
>
Pa = 48 kN
Pu
= 0,853
pb R npb
Metode DKI:
pb = 2
R npb
pb
= 56,25 kN
pbPa
R npb
= 0,853
Leleh tarik
Ag = w t = 1,4 103 mm2
Pnty = Fy Ag = 350 kN
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal D2,
kekuatan leleh tarik desain:
Metode DFBK:
t = 0,90
t Pnty = 315 kN
>
Pu = 72 kN
Pu
= 0,229
t Pnty
43 dari 283
Metode DKI:
t = 1,67
Pnty
t
= 209,581 kN
>
Pa = 48 kN
t Pa
= 0,229
Pnty
Kekuatan tarik ditentukan oleh kekuatan tumpu
44 dari 283
b = 56 mm
dh = 75,781 mm
R = 200 mm
t = 16 mm
Solusi:
PD = 120 kN
PL = 60 kN
Fu = 410 MPa
Besaran-besaran penampang:
w = 75 mm
b = 56 mm
t = 16 mm
dhead = 200 mm
d = 75 mm
dh = d + 0,781 mm = 75,781 mm
R = 200 mm
Periksa persyaratan dimensi berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung
baja struktural Pasal D6.1 and D6.2.
1.
t = 16 mm
> 13 mm
45 dari 283
2.
w = 75 mm
< 8t = 128 mm
o.k.
3.
d = 75 mm
>
4.
5.
R = 200 mm
6.
2
3
w = 50 mm b = 56 mm
w = 56,25 mm
3
4
7
w = 65,625 mm
8
o.k.
o.k.
o.k.
o.k
.
Berdasarkan Pasal 2 SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain, kekuatan tarik perlu:
Metode DFBK:
Metode DKI:
Pa = PD + PL = 180 kN
Leleh tarik
Ag = w t = 1 200 mm2
Pnty = Fy Ag = 300 kN
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal D2,
kekuatan leleh tarik desain:
Metode DFBK:
t = 0,90
t Pnty = 270 kN
>
Pu = 240 kN
Pu
0,889
ty Pnty
Metode DKI:
ty = 1,67
Pnty
ty
ty Pa
Pnty
= 179,641 kN
<
Pa = 180 kN
1,002
Lihat Contoh J.6 untuk kekuatan pin pada pelat dengan lubang bor
46 dari 283
Solusi:
Hitunglah diameter lubang baut berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung
baja struktural Pasal B4.3.
dbolt = 20 mm
s = 65 mm
net
S2
+
4g
g1 = 75 mm
g2 = 100 mm
tp = 12 mm
w1 = b 2 dnet = 313,6 mm
S2
= 295,367 mm
4g1
S2
Pola A-B-C-D-G : w3 = b 3 dnet +
= 304,483 mm
4 g1
Pola A-B-D-E-F :
Sehingga,
w4 = b 3 dnet +
S2
S2
+
= 310,519 mm
4g1 4 g1 + g 2
48 dari 283
Bab E ini meliputi desain komponen struktur tekan, yang paling umum di antaranya adalah
kolom.
profil kolom sayap lebar
PSB
siku ganda
siku tunggal
Dalam SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural, DKI dan DFBK akan
memberikan desain yang identik bila beban hidup adalah kira-kira tiga kali beban mati.
Desain profil tersusun dengan elemen langsing dapat menjadi tidak efisien, dianjurkan
menggunakan profil canai panas.
E1. Ketentuan umum
Kekuatan tekan desain, c Pn , dan kekuatan tekan izin, Pn / c , ditentukan sebagai berikut:
Pn = kekuatan tekan nominal berdasarkan ragam tekuk yang menentukan
c = 0,90 (DFBK)
c = 1,67 (DKI)
Tekuk
inelastis E3-2
Tekuk elastis
E3-3
KL/r
Notasi L yang digunakan dalam bab ini adalah panjang antara titik-titik yang terbreis
terhadap perpindahan lateral dan/atau perpindahan rotasi
E4. Tekuk torsi dan tekuk torsi lentur komponen struktur tanpa elemen langsing
Pasal ini adalah yang paling umum berlaku untuk siku ganda dan profil T, yang memiliki satu
sumbu simetri mengalami tekuk torsi dan tekuk torsi lentur.
E5. Komponen struktur tekan siku tunggal
Kekuatan komponen struktur tekan siku tunggal yang tersedia tidak diberikan dalam contoh
disini.
E6. Komponen struktur tersusun
Pasal ini menyarankan pemilihan komponen-komponen struktur tersusun tanpa elemenelemen langsing, sehingga membuat analisis relatif mudah.
E7. Komponen struktur dengan elemen langsing
Desain komponen struktur ini serupa dengan komponen-komponen struktur tanpa elemenelemen langsing kecuali bahwa formula dimodifikasi dengan suatu faktor reduksi untuk
elemen langsing, Q. Perhatikan kesamaan Persamaan E7-2 dengan Persamaan E3-2 SNI
1729, dan kesamaan Persamaan E7-3 Persamaan dengan Persamaan E3-3 SNI 1729.
Contoh-contoh desain telah dimasukkan dalam Bab E ini untuk komponen struktur profil I
tersusun dengan badan langsing dan sayap langsing. Contoh juga telah disertakan untuk
siku ganda, WT, dan profil PSB dengan elemen langsing.
50 dari 283
K Lx = 1,0 (9 m) = 9 m
Kontrol kelangsingan
KLx
= 61,224
rx
KLy
ry
= 113,924
yang menentukan
Tegangan kritis
Menghitung tegangan tekuk kritis elastik, Fe
51 dari 283
Fe =
2E
KLy
ry
= 152,089 MPa
E
= 133,219
Fy
maka
Fcr
karena
Fy
= 0,658 0,658 Fe
KLy
ry
= 113,924
<
133,219
Fy = 125,645 MPa
Pn = Fcr Ag = 793,322 kN
Dari SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal E1, Kekuatan
Tekan Yang Tersedia adalah :
DFBK
c = 0,9
c Pn = 713,99 kN
Pu
= 0,9524
c Pn
DKI
c = 1,67
Pn
= 475,043 kN
c
Pc
= 0,9999
Pn
c
52 dari 283
CONTOH E.2.
Verifikasi suatu kolom tersusun, dengan ukuran sayap PL1 25 mm x 200 mm dan ukuran
badan PL2 6 mm x 380 mm. Kontrol apakah kolom ini mampu menahan gaya tekan aksial
akibat beban mati PD = 500 kN dan akibat beban hidup PL= 600 kN.
Panjang kolom = 4,5 m dan kedua ujungnya berupa sendi terhadap kedua sumbu. Fy = 250
MPa. E = 200 000 MPa.
Solusi:
E = 200 000 MPa
Fy = 250 MPa
= 0,3
G=
E
2 1+
Properti geometri
Kolom tersusun:
d = 430 mm
bf = 200 mm
tf = 25 mm
h = d - 2tf = 380 mm
tw = 6 mm
Properti penampang tersusun (dengan mengabaikan pengaruh las)
ry =
Iy
A
= 52,106 mm
tf
d 1
1
8
4
Ix = 2 bf tf3 + tw h 3 2 bf tf
= 4,38 x 10 mm
12
12
2
53 dari 283
Kontrol kelangsingan
KLy = 1,0 (4,5 m) = 4,5 m
KLy
ry
= 86,363
Tegangan kritis
Menghitung tegangan tekuk kritis elastik, Fe
Fey
2E
KLy
ry
= 264,651 MPa
ho = d - tf
cw
Iy h02
4
b t
J
2 bf tf3 + h tw3
3
E C
1
w
= 434,448 MPa
Fet =
+G
J
2
K Lz
Ix +Iy
Jadi yang menentukan adalah
>
264,651 MPa
Fe = Fey
Kelangsingan
Cek kelangsingan sayap dengan menggunakan Tabel B4.1a SNI, kemudian menghitung Qs,
faktor reduksi elemen sayap tanpa pengaku dengan menggunakan Pasal E7.1 SNI 1729,
Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural.
Hitung kc dengan menggunakan Tabel B4.1b catatan (a) di SNI 1729
54 dari 283
kc
4
= 0,503
h
tw
untuk sayap,
bf
2
t tf b
b
=4
t
Hitung rasio kelangsingan batas untuk sayap, r , dari SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan
gedung baja struktural Tabel B4.1a kasus 2
r 0,64
kc E
= 12,834
Fy
h
= 63,333
tw
Hitung batas kelangsingan untuk badan sesuai SNI 1729 Tabel B4.1a kasus 5
r 1,49
E
= 42,144
Fy
4,71
maka
E
= 133,219
Fy
Fy
Fcr = 0,658 Fe
karena
KLy
ry
= 86,363
F y = 168,356 MPa
55 dari 283
<
133,219
f = Fcr
E
0,34 E
1 = 323,589 mm
be = min h,1,92 tw
h
f
f
tw
A
Ae = be tw + 2 bf tf = 1,194 x 104 mm2
Q a = e = 0,972
A
Qs = 1
Q = Qs Qa = 0,972
Tegangan tekuk lentur
Menghitung tegangan tekuk lentur, Fcr
4,71
E
= 135,094
Q Fy
Q Fy
Fcr = 0,658 Fe
karena
KLy
ry
= 86,363
<
133,219
F y = 170,201 MPa
Dari SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal E1, Kekuatan
Tekan Yang Tersedia adalah:
DFBK
c = 0,9
c Pn = 1,881 x 103 kN
Pu
= 0,8293
c Pn
DKI
c = 1,67
Pn
= 1,252 x 103 kN
c
c Pc
= 0,8789
Pn
56 dari 283
Solusi:
E = 200 000 MPa
Fy = 250 MPa
= 0,3
E
2 1
Properti geometri
Kolom tersusun
d = 200 mm
bf = 350 mm
tf = 10 mm
h = d - 2tf = 180 mm
tw = 6 mm
Properti Penampang tersusun (dengan mengabaikan pengaruh las)
A = 2 (bf tf ) + h tw = 8,08 x 103 mm2
tf
d 1
1
Ix = 2 bf tf3 + tw h 3 2 bf tf
12
12
2
Iy =
ry =
Iy
A
= 94,044 mm
57 dari 283
Kelangsingan
Cek kelangsingan sayap dengan menggunakan Tabel B4.1a SNI 1729, kemudian hitung Qs,
faktor reduksi elemen sayap tanpa pengaku dengan menggunakan Pasal E7.1 SNI 1729,
Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural.
Hitung kc dengan menggunakan Tabel B4.1b catatan (a) di SNI 1729.
kc
4
= 0,73
h
tw
untuk sayap,
bf
2
t = tf
b
= 17,5
t
Hitung rasio kelangsingan batas untuk sayap, r , dari SNI 1729 Tabel B4.1a kasus 2
r 0,64
kc E
= 15,469
Fy
r , maka sayap tidak langsing dan Qs harus dihitung dan < 1,0
Hitung Qs berdasarkan SNI 1729 Pasal E7.1(b).
Tentukan persamaan yang sesuai untuk menghitung Qs, berdasarkan batas yang terdapat
dalam Persamaan E7-7 sampai E7-9
0,64
kc E
= 15,469
Fy
1,17
kc E
= 28,28
Fy
Karena 15,469 < 17,5 < 28.28, maka dipergunakan Persamaan E7-8 SNI 1729, Spesifikasi
untuk bangunan gedung baja struktural.
Qs =1,415 -0,65
Fy
Ekc
= 0,944
Persamaan E7-8
Cek kelangsingan pada badan profil, kemudian hitung Qa, faktor reduksi elemen (badan)
yang diperkaku, menggunakan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural
Pasal E7.2
h
= 30
tw
58 dari 283
Hitung batas kelangsingan untuk badan sesuai SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan
gedung baja struktural Tabel B4.1a kasus 5.
E
= 42,144
Fy
r =1,49
Kontrol kelangsingan
KLy = 1,0 (4,5 m) = 4,5 m
KLy
ry
= 47,85
Fey =
2E
KLy
ry
= 862,116 MPa
CW =
Iy ho2
4
b t
J =
3
J =
2 bf tf3 + h tw3
3
59 dari 283
E C
1
w
Fet =
+G
J
= 283,095 MPa
2
K Lz
Ix +Iy
4,71
E
= 137,085
Q Fy
Q Fy
Fcr = 0,658 Fe
karena
KLy
ry
= 47,85
<
137,085
F y = 176,336 MPa
Dari SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal E1, Kekuatan
Tekan Yang Tersedia adalah:
DFBK
c = 0,9
c Pn = 1,282 x 103 kN
Pu
= 0,9982
c Pn
DKI
c = 1,67
Pn
= 853,172 kN
c
c Pc
= 1,0549
Pn
60 dari 283
CONTOH E.4. Batang tekan siku ganda dengan elemen tidak langsing
Verifikasi kekuatan batang tekan dari profil tersusun siku ganda 2L100x100x10 (dengan
celah 10 mm). Kontrol apakah kolom ini mampu menahan gaya tekan aksial akibat beban
mati PD = 400 kN dan akibat beban hidup PL= 500 kN. Panjang kolom = 2,5 m dan kedua
ujungnya berupa sendi terhadap kedua sumbu lentur. Fy = 250 MPa. E = 200 000 MPa
Solusi:
= 0,3
E
2 1
Properti geometri
Profil tunggal
rz = 19,5 mm
b = 100 mm
t = 10 mm
Cy = 28,2 mm
1 t
J = b - 2 t 3 = 6,333 x 104 mm4
3 2
Profil tersusun
celah
dc = 10 mm
xo = 0 mm
yo = Cy 0,5 t
61 dari 283
Fy = 250 MPa
rx =
Ix = 2 Ix1
Ix
= 30,349 mm
Ag
KLx
= 82,375
rx
Terhadap sumbu y
Iy = 2 A1 (Cy + 0,5 dc)2 + 2 Iy1 = 7,689 x 109 mm4
rx =
Ix
= 44,981 mm
Ag
ro = x o2 + y o2 +
Ix +Iy
Ag
KLy
ry
= 55,579
= 59,013 mm
x2 +y2
H = 1- o 2 o = 0,845
ro
Menurut Pasal E6.2 SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural, rasio
kelangsingan efektif dari komponen individu pembentuk penampang tersusun berdasarkan
jarak antara pelat penghubung, a, tidak boleh melampaui 3/4 kelangsingan maksimum profil
tersusun.
max =
K Lx
rx
maka
K = 1,0
amax =
3 max rz
= 1,205 m
4 K
n=3
maka
a=
KLx
= 0,833 m
n
Kontrol kelangsingan
b
t
= = 10
Menghitung rasio kelangsingan batas, r , SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung
baja struktural Tabel B4.1a Kasus 3.
r = 0,45
E
= 12,728
Fy
karena lebih besar dari , jadi tidak ada elemen langsing untuk
batang tekan tanpa elemen langsing, SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja
struktural Pasal E3 dan E4 dapat digunakan.
Kekuatan tekan nominal, Pn, harus ditentukan berdasarkan kondisi batas tekuk lentur, tekuk
torsional dan tekuk torsional lentur.
62 dari 283
F ex =
2E
KLx
rx
= 290,894 MPa
E
= 133,219
Fy
4,71
Fcrx
Fy
Fex
= 0,658
KLx
= 82,375 <
rx
karena
133,219
F y = 174,47 MPa
a
= 42,735
rz
maka
Fe =
Fcry
>
dari 40
KL
m = y
r
y
Ki a
= 59,545
r
z
<
134
2 E
= 556,725 MPa
m2
Fy
= 0,658 Fe
Fcrz =
F y = 207,164 MPa
2G J
= 0,736 MPa
Ag ro2
F + Fcrz
Fcr = cry
2H
4 Fcry Fcrz H
1- 12
Fcry + Fcrz
= 0,736 MPa
63 dari 283
menentukan
atau
Pn = Fcr Ag = 2 796,263 kN
Dari SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal E1, Kekuatan
Tekan Yang Tersedia adalah:
DFBK
c = 0,9
c Pn = 2,517 x 103 kN
Pu
= 0,5086
c Pn
DKI
c = 1,67
Pn
= 1,674 x 103 kN
c
c Pc
= 0,5375
Pn
64 dari 283
Solusi:
= 0,3
E
2 1
Fy = 250 MPa
Properti geometri
Profil tunggal
rz = 16 mm
b1 = 100 mm
b2 = 75 mm
Cy = 18,3 mm
Cx = 30,6 mm
t = 7 mm
1
t
t
J = b1 - + b2 - t 3 = 1,921 x 104 mm4
3
2
2
Profil tersusun
celah
dc = 8 mm
xo = 0 mm
yo = Cx 0,5 t = 27,1 mm
65 dari 283
Terhadap sumbu x
rx =
Ix = 2 Ix1
Ix
= 31,49 mm
Ag
K Lx
= 79,391
rx
Terhadap sumbu y
ry =
Iy
Ag
= 31,232 mm
ro = x + y +
2
o
2
o
Ix +Iy
Ag
KLy
ry
= 80,046
x o2 + y o2
H =1-
= 0,728
2
ro
= 51,975 mm
Menurut Pasal E6.2 SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural, rasio
kelangsingan efektif dari komponen individu pembentuk penampang tersusun berdasarkan
jarak antara pelat penghubung, a, tidak boleh melampaui 3/4 kelangsingan maksimum profil
tersusun.
max =
maka
KLx
rx
K = 1,0
amax =
3 max rz
= 0,953 m
4 K
n=3
maka
a=
K Lx
= 0,833 m
n
Kontrol kelangsingan
b = max b1,b2
b
= 14,286
t
Menghitung rasio kelangsingan batas, r , SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung
baja struktural Tabel B4.1a Kasus 3
r = 0,45
E
= 12,728
Fy
Untuk batang tekan siku ganda dengan elemen langsing, SNI 1729 Pasal E7 dapat
digunakan.
66 dari 283
Kekuatan tekan nominal, Pn, harus ditentukan berdasarkan kondisi batas tekuk lentur, tekuk
torsional dan tekuk torsional lentur. Fcr ditentukan dengan SNI 1729 Persamaan E7-2 atau
Persamaan E7-3.
Menghitung faktor reduksi kelangsingan, Qs, untuk siku individu dengan menggunakan SNI
1729, Persamaan E7-11 SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural
Pasal E7.1c.
0,45
E
= 12,728
Fy
0,91
E
= 25,739
Fy
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Persamaan E711:
b F
Qs =1,34 -0,76 y
t E
Qs = 0,956
Qa = 1,0
Q = Qs Qa
SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Persamaan E7-2 dan E7-3
memerlukan perhitungan Fe, untuk komponen simetri tunggal dapat menggunakan
Persamaan E3-4 dan E4-5.
Tekuk lentur terhadap sumbu x-x
Fex =
2E
KLx
rx
= 313,173 MPa
a
= 52,083
rz
maka
>
dari 40
KL
m = y
r
y
Ki a
= 84,176
r
z
Fey =
2E
= 278,585 MPa
m2
Fez =
2G J
= 459,616 MPa
Ag ro2
<
134
67 dari 283
F + Fez
Fe = ey
2H
4Fey Fez H
= 222,114 MPa
1- 12
Fey + Fez
Fe = min Fe ,Fex
atau
menentukan
Fe = 222,114 MPa
Gunakan batas menggunakan Fe untuk menentukan pemakaian Persamaan E7-2 atau E7-3
Q Fy
Fe
= 1,076
<
Fcr =Q 0,658 Fe
Fy
Persamaan E7-2
Pn = Fcr Ag = 362,591 kN
Dari SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal E1, Kekuatan
Tekan Yang Tersedia adalah:
DFBK
c = 0,9
c Pn = 326,332 kN
Pu
= 0,9561
c Pn
DKI
c = 1,67
Pn
= 217,12 kN
c
c Pc
= 1,0133
Pn
68 dari 283
Solusi:
KLy = 1,0 (6 m) = 6 m
= 0,3
E
2 1
tf = 21 mm
d = 200 mm
tw = 13 mm
rx = 47,5 mm
ry = 101,2 mm
y = 167,9 mm
Jadi koordinat pusat berat dari tepi atas sayap
C = d - y = 32,1 mm
yo = C 0,5 tf = 21,6 mm
69 dari 283
xo = 0 m
Fy = 250 MPa
1
t
J = tf3bf +tw3 d -f = 1,374 x 106 mm4
3
2
3
1 bf3tf3 tf 3
Cw =
+ d - tw = 4,531 x 109 mm6
36 4
2
ro = x o2 + y o2 +
Ix +Iy
Ag
113,904 mm
x2 +y2
H =1- o 2 o = 0,964
ro
d
= 15,385
tw
Hitung rasio kelangsingan batas untuk bagian badan profil, r , dari SNI 1729, Spesifikasi
untuk bangunan gedung baja struktural Tabel B4.1a Kasus 4:
r 0,75
E
= 21,213
Fy
bf
= 9,524
2tf
Hitung rasio kelangsingan batas untuk bagian sayap profil, r , dari SNI 1729, Spesifikasi
untuk bangunan gedung baja struktural Tabel B4.1a Kasus 4.
r 0,56
E
= 15,839
Fy
Untuk batang tekan tanpa elemen langsing, SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung
baja struktural Pasal E3 dan E4 harus digunakan. Kekuatan tekan nominal, Pn harus
ditentukan berdasarkan kondisi batas lentur, tekuk torsional dan tekuk torsional-lentur.
70 dari 283
Fex =
2E
KLx
rx
= 123,713 MPa
Fcrx
Fy
Fex
= 0,658
F y = 107,302 MPa
KLy
ry
KLy
KL
=
r
ry
= 59,289
Fey =
2E
KLy
ry
= 561,55 MPa
Fy
Fey
Fcr = 0,658
>
F y = 207,498 MPa
Fcry = Fcr
Fcrz =
GJ
= 744,755 MPa
Ag ro2
F + Fcrz
Fcr = cry
2H
4Fcry Fcrz H
= 204,708 MPa
11
Fcry +Fcrz
71 dari 283
tidak menentukan
atau
Pn = Fcr Ag = 1173,351 kN
DFBK
c = 0,9
c Pn = 1,056 x 103 kN
Pu
= 0,5606
c Pn
DKI
c =1,67
Pn
= 702,605 kN
c
c Pc
= 0,5978
Pn
72 dari 283
Solusi:
KLy = 1,0 (6 m) = 6 m
= 0,3
E
2 1
tf = 13 mm
d = 200 mm
tw = 8 mm
rx = 57,6 mm
ry = 45,4 mm
y = 157,7 mm
Jadi koordinat pusat berat dari tepi atas sayap
C = d - y = 42,3 mm
yo = C 0,5 tf = 35,8 mm
1
t
J = tf3bf +tw3 d -f = 1,795 x 105 mm4
3
2
3
1 bf3 tf3 tf 3
Cw =
+ d - tw = 2,251 x 108 mm6
36 4
2
73 dari 283
xo = 0 m
Fy = 250 MPa
ro = x o2 + y o2 +
Ix +Iy
= 81,621 mm
Ag
x2 +y2
H =1- o 2 o = 0,808
ro
d
= 25
tw
Hitung rasio kelangsingan batas untuk bagian badan profil, r , dari SNI 1729, Spesifikasi
untuk bangunan gedung baja struktural Tabel B4.1a:
Kasus 4
r 0,75
E
= 21,213
Fy
1,03
E
= 29,133
Fy
Berlaku Persamaan E7-14 SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural
1,22d
Qs =1,908 tw
Fy
E
= 0,83
Q = Qs
Kontrol kelangsingan sayap
bf
= 7,692
2tf
Hitung rasio kelangsingan batas untuk bagian sayap profil, r , dari SNI 1729, Spesifikasi
untuk bangunan gedung baja struktural Tabel B4.1a Kasus 4
r 0,56
E
= 15,839
Fy
Karena profil WT ini memiliki elemen langsing, pasal E7 SNI 1729, Spesifikasi untuk
bangunan gedung baja struktural harus digunakan.
Kekuatan tekan nominal, Pn harus ditentukan berdasarkan kondisi batas lentur, tekuk
torsional dan tekuk torsional-lentur.
Tegangan tekuk lentur elastik kritis terhadap sumbu x-x
Fex =
2E
KLx
rx
= 181,917 MPa
KLy
= 132,159
ry
Fey =
Fez =
Fey
2E
KLy
ry
= 113,016 MPa
GJ
= 492,744 MPa
Ag ro2
F + Fez
= ey
2H
Fe
= 107,273 MPa
menentukan
atau
Q Fy
4Fey Fez H
1- 12
Fey +Fez
= 1,934
< 2,25
Tegangan kritis
Q Fy
Fcr = Q 0,658 Fe
F y = 92,337MPa
Pn = Fcr Ag = 388,368 kN
DFBK
c = 0,9
c Pn = 349,532 kN
75 dari 283
Pu
= 0,8926
c Pn
DKI
c =1,67
Pn
= 232,556 kN
c
c Pc
= 0,946
Pn
76 dari 283
b = 200 mm
t = 10 mm
Fy = 250 MPa
rx = 77,7 mm
ry = rx
Solusi:
Berdasarkan AISC Specification Commentary Table C-A-7.1, untuk kondisi jepit-sendi, K =
0,8
KLx = 0,8 (6 m) = 4,8 m
CATATAN Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal B4.1b,
jika jari jari sudut tidak diketahui, maka b dan h harus diambil dimensi terluar penampang minus tiga
kali tebal dinding profil. Ini merupakan asumsi yang konservatif.
h
t
b - 3t
= 17
t
Hitung rasio kelangsingan batas, r , dari SNI 1729 Tabel B4. 1a Kasus 6
r 1,4
E
= 39,598
Fy
77 dari 283
Tegangan kritis
Menghitung tegangan tekuk kritis elastik, Fe
Fe
2E
K Ly
ry
= 517,237 MPa
4,71
E
= 133,219
Fy
maka
Fy
Fcr = 0,658 Fe
karena
KLy
ry
= 61,776
< 133,219
F y = 204,212 MPa
Dari SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal E1, Kekuatan
Tekan Yang Tersedia adalah:
DFBK
c = 0,9
c Pn = 1,397 x 103 kN
Pu
= 0,8018
c Pn
DKI
c = 1,67
Pn
c
= 929,349 kN
c Pc
= 0,8339
Pn
78 dari 283
CONTOH E.9. Perhitungan kuat tekan profil PSB dengan elemen langsing
Hitung kekuatan tekan yang tersedia dari suatu profil PSB 260x260x6.3 dengan panjang 6
m, yang menahan gaya tekan akibat beban mati PD= 300 KN dan PL= 475 kN. Ujung bawah
dalam keadaan terjepit sedang ujung atas pin/sendi. Fy = 250 MPa. E = 200 000 MPa.
H = 400 mm
rx = 145,3 mm
B = 200 mm
Fy = 250 MPa
t = 6,3 mm
ry = 85,3 mm
Solusi:
Berdasarkan AISC Specification Commentary Table C-A-7.1, untuk kondisi jepit-sendi, K =
0,8
KLx = 0,8 (6 m) = 4,8 m
CATATAN Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal B4.1b,
jika jari jari sudut tidak diketahui, maka b dan h harus diambil dimensi terluar penampang minus tiga
kali tebal dinding profil. Ini merupakan asumsi yang konservatif.
B -t
3
= 28,746
t
Hitung rasio kelangsingan batas, r , dari SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung
H -t
3
= 60,492
t
r 1,4
E
= 39,598
Fy
79 dari 283
dengan Ae = jumlah luas efektif dari penampang yang dihitung berdasarkan lebar efektif
yang tereduksi, be
Untuk sayap elemen langsing dari penampang pesegi dan pesegi panjang dengan tebal
merata,
E
0,38 E
1 < b
be =1,92t
f b f
t
dengan f = Pn/Ae, tetapi dapat diambil konservatif sebagai Fy sesuai catatan untuk pemakai
dalam SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal E7.2
E
0,38
E
1
be =1,92t
3 Fy
F y H -t
t
be = 281,339 mm
(H - 3 t) - be = 99,761 mm
Q=
Ae
= 0,827
Ag
Tegangan kritis
Menghitung tegangan tekuk kritis elastik, Fe
Fe
2E
K Ly
ry
= 623,369 MPa
80 dari 283
4,71
E
= 146,513
Q Fy
maka
karena
Q Fy
Fcr = Q 0,658 Fe
K Ly
ry
= 56,272
<
146,513
F y = 179,908 MPa
Pn = Fcr Ag = 1305,4142 kN
Dari SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal E1, Kekuatan
Tekan Yang Tersedia:
DFBK
c = 0,9
c Pn = 1,175 x 103 kN
Pu
= 0,9533
c Pn
DKI
c = 1,67
Pn
= 781,685 kN
c
c Pc
= 0,9914
Pn
81 dari 283
t = 9,3 mm
Ag = 7 540,8591 mm2
D = Dout
r = 91,3113 mm
Solusi:
Untuk kondisi pin-pin, K = 1,0
KLx = 1,0 (6 m) = 6 m
D
= 28,753
t
r 0,11
E
= 91,167
Fy
82 dari 283
K Lx
= 65,709
r
K Ly
menentukan
= 32,855
Tegangan kritis
Menghitung tegangan tekuk kritis elastik, Fe
Fe
2E
2 = 457,1685 MPa
KLx
4,71
E
= 135,595
Fy
maka
Fy
Fcr = 0,658 Fe
karena
K Lx
= 65,709
r
<
133,219
F y = 193,481 MPa
Pn = Fcr Ag = 1 459,0103 kN
Dari SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal E1, Kekuatan
Tekan Yang Tersedia adalah:
DFBK
c = 0,9
c Pn = 1 313,1092 kN
Pu
= 0,5179
c Pn
DKI
c = 1,67
Pn
= 873,6588 kN
c
c Pc
= 0,5437
Pn
83 dari 283
Solusi:
Fy = 250 MPa
= 0,3
Properti geometri
Kolom tersusun
h = 280 mm
tw = 10 mm
bf1 = 200 mm
tf1 = 20 mm
bf2 = 125 mm
tf2 = 20 mm
Ixo =
1
1
1
bf 1tf31 + bf 2tf32 + tw h 3
12
12
12
84 dari 283
E
2 1
t
t
Ix
= 130,885 mm
Ag
rx =
Iy =
1
1
1
tf 1 bf31 + tf 2 bf32 + h tw3 = 1,661 x 107 mm4
12
12
12
ry =
Iy
Ag
= 42,264 mm
Kelangsingan
Cek kelangsingan sayap luar (bawah)
Hitung kc dengan menggunakan Tabel B4.1b catatan (a)
kc =
4
= 0,756
h
tw
bf 2
2
b=
t = tf2
b
= 3,125
t
Hitung rasio kelangsingan batas untuk sayap, r , dari SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan
gedung baja struktural Tabel B4.1a kasus 2
r 0,64
kc E
= 15,739
Fy
b=
bf 1
2
t = tf1
b
=5
t
h
= 28
tw
85 dari 283
Hitung batas kelangsingan untuk badan sesuai SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan
gedung baja struktural Tabel B4.1a kasus 5
r 1,49
E
= 42,144
Fy
rx = 130,885 mm
K Lx
= 30,561
rx
Fex
2E
KLx
rx
= 2 113,4279 MPa
1
1
1
J = bf 1tf31 + bf 2tf32 + h tw3
3
3
3
J = 9,6 x 105 mm4
Jarak antara pusat sayap
t t
ho = d -f 1 -f 2 = 300 mm
2 2
Konstanta pilin
Tebal semua sayap sama
Cw =
tf = tf1
= 2,355 x 1011 mm
12 bf31 +bf32
Akibat simetri, pusat berat dan pusat geser terletak pada sumbu y. Oleh karena itu xo = 0.
Jarak dari pusat sayap bawah ke pusat geser adalah:
b3
e = ho 3 f 1 3 = 241,13 mm
bf 1 + bf 2
86 dari 283
tf
= 251,13 mm
2
e+
y o = e + f y = 66,937 mm
2
ro = x o2 + y o2 +
Ix +Iy
Ag
= 152,963 mm
x 2 +y 2
H =1- o 2 o = 0,809
ro
KLy = 1,0 (4,0 m) = 4 m
KLy
ry
xo = 0 mm
= 94,644
Fey
2E
KLy
ry
= 220,366 MPa
Persamaan E3-4
EC
1
w
Fez
+
GJ
= 381,868 MPa
2
2
KLz
Ag ro
F +Fez
Fe ey
2H
Persamaan E4-9
4Fey Fez
= 272,561 MPa
1- 12
Fey +Fez
Fy
Fe
= 0,917
<
2,25
87 dari 283
Persamaan E4-5
Fy
Fe
Fcr = 0,658
F y = 170,299 MPa
Pn = Fcr Ag = 1583,7798 kN
Dari SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal E1, Kekuatan
Tekan Yang Tersedia:
DFBK
c = 0,9
c Pn = 1,425 x 103 kN
Pu
= 0,898
c Pn
DKI
c = 1,67
Pn
= 948,371 kN
c
c Pc
= 0,949
Pn
88 dari 283
Bab F
Pendahuluan
Bab F SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural berisi ketentuan untuk
menghitung kekuatan lentur komponen-komponen struktur yang memikul lentur sederhana di
sekitar sumbu utama. Termasuk ketentuan spesifik untuk komponen struktur profil I, Kanal,
PSB, T, siku ganda, siku tunggal, batang tulangan persegi dan bundar serta penampang
tidak simetris. Juga termasuk penampang dengan memproporsikan persyaratan untuk balok
dan gelagar.
Tabel-tabel properti penampang untuk profil I, kanal dan PSB memberikan informasi yang
dapat digunakan untuk mempermudah identifikasi penampang elemen nonkompak dan
langsing. Informasi DFBK dan DKI disajikan berurutan.
Sebagian besar formula dari bab ini diilustrasikan dengan contoh-contoh berikut. Teknikteknik desain dan pemilihan diilustrasikan dalam contoh-contoh untuk DFBK dan DKI akan
menghasilkan rasio desain yang hampir sama.
F1. Ketentuan umum
Pemilihan dan evaluasi semua komponen struktur yang berdasarkan pada persyaratan
defleksi dan kekuatan, ditentukan sebagai kekuatan lentur desain, bMn , atau kekuatan
lentur izin, Mn / b ,
dengan
Mn = kekuatan lentur nominal terendah berdasarkan kondisi batas leleh, tekuk torsi lateral,
dan tekuk lokal, di mana berlaku
b = 0,90 (DFBK)
b = 1,67 (DKI)
ujung kiri, antara Lb = 0 ft (m) dan Lp, adalah rentang di mana kekuatan dibatasi oleh leleh
lentur. Di wilayah ini, kekuatan nominal diambil sebagai kekuatan momen plastik penuh
penampang yang diberikan oleh Persamaan F2-1 SNI 1729. Dalam rentang kurva di ujung
kanan, mulai pada Lr, kekuatan dibatasi oleh tekuk elastis. Kekuatan di daerah ini diberikan
oleh Persamaan F2-3 SNI 1729. Antara daerah ini, di dalam daerah linier dari kurva antara
Mn = Mp pada Lp di sebelah kiri, dan Mn = 0,7My = 0,7FySx pada Lr di sebelah kanan,
kekuatan dibatasi oleh tekuk inelastis. Kekuatan di daerah ini diberikan dalam Persamaan
F2-2 SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural.
Kurva diplot sebagai garis solid tebal merupakan kasus di mana Cb = 1,0, sedangkan garis
putus-putus yang tebal merupakan kasus di mana Cb melebihi 1,0. Kekuatan nominal
dihitung dalam Persamaan F2-2 dan F2-3 SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung
baja struktural berbanding lurus terhadap Cb, tetapi dibatasi oleh Mp seperti yang ditunjukkan
pada gambar ini
Persamaan F2-1
Persamaan F2-2
Mp
Persamaan F2-3
0,7Fy Sx
Mn
Mn dengan Cb = 1,0
Mn dengan Cb = 1,0
Lp
Lr
Lb
L - L
Mn = Cb M p M p 0,7Fy Sx b p M p
L - L
r p
Mn = FcrSx Mp
dengan
Cb 2E
Jc
Fcr =
1+10,078
Sx ho
Lb
rts
Lb
rts
Ketentuan pasal ini diillustrasikan dalam Contoh F.1 (balok profil I) dan Contoh F.2 (kanal).
Ketentuan desain plastis diberikan dalam Lampiran 1 SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan
gedung baja struktural. Lpd, panjang tidak terbreis maksimum untuk segmen komponen
struktur prismatis mengandung sendi plastis yang kurang dari Lp.
90 dari 283
F3. Komponen struktur profil I simetris ganda dengan badan kompak dan nonkompak
atau sayap langsing melengkung di sumbu major
Kekuatan profil yang dirancang sesuai dengan pasal ini dibatasi oleh tekuk lokal sayap
tertekan. Hanya beberapa profil sayap lebar standar yang memiliki sayap nonkompak.
Kurva kekuatan untuk keadaan batas tekuk lokal sayap, ditunjukkan dalam Gambar F-2,
menyerupai kurva tekuk lateral-torsional. Parameter sumbu horizontal adalah =bf/2tf.
Bagian datar dari kurva di sebelah kiri pf adalah kekuatan leleh plastis, Mp. Bagian
melengkung di sebelah kanan rf adalah kekuatan yang dibatasi oleh tekuk sayap elastis.
Transisi linear antara dua daerah ini adalah kekuatan yang dibatasi oleh tekuk sayap
inelastis.
Persamaan F2-1
Persamaan F3-1
Mp
Persamaan F3-2
0,7Fy Sx
Mn
rf
pf
bf
2tf
Pada umumnya profil I dan Kanal memiliki sayap kompak, sehingga dapat mengembangkan
momen plastis penuh, Mp, terhadap sumbu minor. Ketentuan-ketentuan pasal ini
diilustrasikan dalam Contoh F.5.
F7. Komponen struktur PSB persegi dan persegi panjang serta komponen struktur
berbentuk boks
PSB persegi dan persegi panjang hanya perlu diperiksa untuk kondisi batas leleh dan tekuk
lokal. Meskipun tekuk torsi lateral secara teoritis dapat terjadi pada PSB persegi panjang
yang melentur terhadap sumbu kuat dalam jangka waktu lama, secara praktis defleksi akan
menentukan desain.
Pemilihan PSB persegi atau persegi panjang dengan sayap kompak digambarkan dalam
Contoh F.6. Ketentuan untuk PSB persegi atau persegi panjang dengan sayap nonkompak
diilustrasikan dalam Contoh F.7. Ketentuan untuk PSB dengan sayap langsing diilustrasikan
dalam Contoh F.8.
F8. PSB bundar
Definisi PSB meliputi produk tabung dan pipa. Kondisi batas tekuk torsi lateral tidak berlaku,
tetapi PSB bundar mengalami reduksi kekuatan akibat tekuk lokal. Desain pipa diilustrasikan
dalam Contoh F.9.
F9. Profil T dan siku ganda yang dibebani dalam bidang simetri
SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural menyediakan pemeriksaan
tekuk lokal sayap, yang hanya berlaku bila sayap mengalami tekan akibat lentur. Kondisi
batas ini jarang terjadi. Pemeriksaan tekuk lokal badan telah ditambahkan dalam SNI 1729.
Perhatian harus diberikan pada kondisi ujung profil T untuk mencegah momen ujung terjepit
tak terduga yang menginduksi tekan pada badan kecuali kondisi batas ini telah diperiksa.
Desain profil T yang mengalami lentur digambarkan dalam Contoh F.10.
F10. Siku tunggal
SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal F10 memperkenankan
desain lentur siku tunggal dengan menggunakan sumbu utama atau sumbu geometris
(sumbu x-x dan sumbu y-y). Dalam merancang siku tunggal tanpa breising menerus dengan
menggunakan ketentuan desain sumbu geometris, My harus dikalikan dengan 0,80 pada
saat menggunakan Persamaan F10-1, F10-2 dan F10-3. Desain siku tunggal yang
mengalami lentur digambarkan dalam Contoh F.11.
F11. Batang tulangan persegi panjang dan bundar
Keadaan batas tekuk lokal tidak berlaku untuk setiap batang tulangan. Kecuali jika batang
tulangan persegi panjang melentur terhadap sumbu kuat, persegi pejal, batang tulangan
persegi panjang dan bundar tidak mengalami tekuk torsi lateral dan ditentukan oleh kondisi
batas leleh saja. Batang tulangan persegi panjang yang melentur terhadap sumbu kuat
mengalami tekuk torsi lateral dan diperiksa untuk kondisi batas ini sesuai dengan
Persamaan F11-2 dan F11-3.
Ketentuan-ketentuan ini dapat digunakan untuk memeriksa pelat dan badan profil T pada
sambungan. Contoh desain batang tulangan persegi panjang yang mengalami lentur
digambarkan dalam Contoh F.12. Contoh desain batang tulangan bundar yang mengalami
lentur digambarkan dalam Contoh F.13.
92 dari 283
93 dari 283
94 dari 283
95 dari 283
96 dari 283
CONTOH F.1-1 Perencanaan komponen struktur lentur profil WF terhadap sumbu kuat
(tersokong penuh dalam arah lateral)
Rencanakan profil WF yang digunakan sebagai balok tertumpu sederhana dengan panjang
12 m. Material baja Fy = 250 MPa. Batasan lendutan akibat beban hidup sebesar L/360.
Beban nominal balok adalah beban mati terbagi rata sebesar 1 kN/m dan beban hidup
terbagi rata sebesar 3 kN/m. Balok diasumsikan tersokong penuh dalam arah lateral.
Solusi:
Properti material baja:
Fy = 250 MPa
Fu = 410 MPa
kN
m
wL= 3
kN
m
L = 12 m
Berdasarkan Pasal 2 SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain, kekuatan lentur desain minimum:
Metode DFBK:
wu = 1,2 wD + 1,6 wL = 6
Metode DKI:
wa = wD + wL = 4
kN
m
kN
m
Mu =
1
wu L2 = 108 kN m
8
Ma =
1
wa L2 = 72 kN m
8
Momen inersia penampang minimum berdasarkan batasan lendutan akibat beban hidup
L/360
max =
L
= 33,333 mm
360
I x_reqd =
4
5 WL .L
= 1,215 108 mm4
384 E. max
>
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal F2, profil
tersebut termasuk penampang kompak. Karena balok tersokong penuh arah lateral dan
penampang kompak, kekuatan lentur ditentukan oleh kondisi batas leleh.
Zx = 8,679 105 mm3
Mpx = Zx Fy = 216,975 kN m
Metode DFBK:
b = 0,9
b Mpx = 195,278 kN m
>
Mu = 108 kN m
(o.k.)
Ma = 72 kN m
(o.k.)
Mu
0,553
b M px
Metode DKI:
b = 1,67
M px
b
129,925 kN m
>
bM a
0,554
M px
98 dari 283
CONTOH F.1-2 Perencanaan komponen struktur lentur profil WF terhadap sumbu kuat
(tersokong lateral di titik sepertiga bentang)
Periksa kekuatan profil WF 400x200x8x13 yang digunakan sebagai balok tertumpu
sederhana dengan panjang 12 m. Material baja Fy = 250 MPa. Beban nominal balok adalah
beban mati terbagi rata sebesar 1 kN/m dan beban hidup terbagi rata sebesar 3 kN/m. Balok
tersokong lateral di titik-titik ujung dan sepertiga bentang.
Solusi:
Properti material baja:
Fy = 250 MPa
Fu = 410 MPa
kN
m
wD = 1
Panjang bentang:
L = 12 m
wL = 3
kN
m
Berdasarkan Pasal 2 SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain, kekuatan lentur desain minimum:
Metode DFBK:
wu = 1,2 wD + 1,6 wL = 6
Metode DKI:
wa = wD + wL = 4
kN
m
kN
m
Mu =
1
wu L2 = 108 kN m
8
Ma =
1
wa L2 = 72 kN m
8
L
=4m
3
bf = 200 mm
tw = 8 mm
99 dari 283
tf = 13 mm
Zx = 8,679 105 mm3
Lb
=5m
4
Ma.A = Ma (x) = 70 kN m
x = Lb +
Lb
=6m
2
Ma.B = Ma (x) = 72 kN m
x = Lb +
3Lb
=7m
4
Ma.C = Ma (x) = 70 kN m
12,5Mu.max
1,014
2,5Mu.max + 3Mu.A + 4Mu.B + 3Mu.C
Cb.mid =
Lp = 1,966 m
Lr = 5,787m
Lp 1,76ry
E
Fy
E
Lr 1,9rts
0,7Fy
J c
0,7 Fy
J c
6,76
S x h0
E
S x h0
dengan
rts2
I y cw
Sx
dan
c =1
Untuk balok dengan penampang kompak dan panjang bentang tak tertumpu lateral, Lp < Lb
Lr, kekuatan lentur nominal ditentukan oleh nilai terkecil kondisi batas leleh lentur atau tekuk
torsi lateral inelastis.
Mpx = Zx Fy = 216,975 kN m
L -L
M n.mid c b.mid M px M px -0,7F y S x b p
L -L
r p
= 175,999 kN m
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural pasal F1,
kekuatan lentur desain:
Metode DFBK:
Mu.mid Mu 6m = 108 kN m
b = 0,9
b Mn.mid = 158,399 kN m
>
Mu.mid = 108 kN m
>
Ma.mid = 72 kN m
M u.mid
0,682
bM n.mid
Metode DKI
M a.mid M a 6m = 72 kN m
b = 1,67
M n.mid
105,388 kN m
b
bM a.mid
0,683
M n.mid
Pada segmen ujung:
x=
Lb
=1m
4
Mu.A = Mu (x) = 33 kN m
Ma.A = Ma (x) = 22 kN m
x=
Lb
=2m
2
Mu.B = Mu (x) = 60 kN m
Ma.B = Ma (x) = 40 kN m
x=
3Lb
=3m
4
Mu.C = Mu (x) = 81 kN m
Ma.C = Ma (x) = 54 kN m
Mu.max = Mu (4m) = 96 kN m
Cb.end =
12,5 Mu.max
= 1,46
2,5 Mu.max + 3 Mu.A + 4 Mu.B + 3 Mu.C
L -L
M n.end c b.end M px M px -0,7F y S x b p
L -L
r p
= 253,507 kN m
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural pasal F1,
kekuatan lentur desain:
Metode DFBK:
Mu.end = Mu (4m) = 96 kN m
b = 0,9
b Mn.end = 228,156 kN m
>
Mu.end = 96 kN m
M u.end
0,421
bM n.end
Metode DKI:
Ma.end = Ma (4m) = 64 kN m
b = 1,67
M n.end
151,8 kN m
b
>
Ma.end = 64 kN m
bM a.end
0,422
M n.end
CONTOH F.1-3 Perencanaan komponen struktur lentur profil WF terhadap sumbu kuat
(tersokong di titik setengah bentang)
Periksa kekuatan profil WF 350 x 175 x 7 x 11 yang digunakan sebagai balok tertumpu
sederhana dengan panjang 12 m. Material baja Fy = 250 MPa. Beban nominal balok adalah
beban mati terbagi rata sebesar 1 kN/m dan beban hidup terbagi rata sebesar 3 kN/m. Balok
tersokong arah lateral di titik-titik ujung dan setengah bentang.
Solusi:
Properti material baja:
Fy = 250 MPa
Fu = 410 MPa
kN
m
wD = 1
Panjang bentang:
L = 12 m
wL= 3
kN
m
Berdasarkan Pasal 2 SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain, kekuatan lentur desain minimum:
Metode DFBK:
wu = 1,2 wD + 1,6 wL = 6
Metode DKI:
wa = wD + wL = 4
kN
m
kN
m
Mu =
1
wu L2 = 108 kN m
8
Ma =
1
wa L2 = 72 kN m
8
L
=6m
2
Besaran penampang profil WF 350 x 175 x 7 x 11: (Lihat Tabel Profil WF)
d = 350 mm
bf = 175 mm
tw = 7 mm
tf = 11 mm
Lb
= 1,5 m
4
x=
Lb
=3m
2
Mu.B = Mu (x) = 81 kN m
Ma.B = Ma (x) = 54 kN m
x=
3 Lb
= 4,5 m
4
12,5Mu.max
= 1,299
2,5Mu.max + 3Mu.A + 4Mu.B + 3Mu.C
Lr = 5,787 m
Untuk balok dengan penampang kompak dan panjang bentang tak tertumpu lateral, Lb > Lr,
kekuatan lentur nominal ditentukan oleh nilai terkecil kondisi batas leleh lentur atau tekuk
torsi lateral elastis.
Berdasarkan Tabel Profil WF:
h0 = d tf = 339 mm
J = 1,94 105 mm4
rts = 46,408 mm
c = 1,0
Fcr =
cb 2E
Lb
rts
Jc
1+ 0,0078
Sx h0
Lb
rts
= 160,578 MPa
Mpx = Zx Fy = 216,975 kN m
Mn = Fcr Sx = 124,416 kN m
<
Mpx = 216,975 kN m
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal F1,
kekuatan lentur desain:
Metode DFBK:
Mu = Mu (6m) = 108 kN m
b = 0,9
b Mn = 111,974 kN m
Mu
0,965
bM n
>
< 1,00
Mu = 108 kN m
(o.k.)
Metode DKI:
Ma = Ma (6m) = 72 kN m
b = 1,67
Mn
74,501
b
>
Ma = 72 kN m
bM a
0,966 < 1,00
Mn
(o.k.)
CONTOH F.2-1 Balok kanal penampang kompak tersokong penuh dalam arah lateral
Tentukan profil kanal yang digunakan sebagai balok tepi atap yang tertumpu sederhana
sepanjang 7,5 m. Lendutan akibat beban hidup dibatasi L/360. Material baja Fy = 250 MPa.
Beban nominal balok adalah beban mati terbagi rata sebesar 3,2 kN/m dan beban hidup
terbagi rata sebesar 10 kN/m. Balok diasumsikan tersokong penuh dalam arah lateral.
Solusi:
Properti material baja:
Fy = 250 MPa
Fu = 410 MPa
kN
m
wD = 3,2
Panjang bentang:
L = 7,5 m
wL = 10
kN
m
Berdasarkan Pasal 2 SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain, kekuatan lentur desain minimum:
Metode DFBK:
Metode DKI:
wa = wD + wL = 13,2
kN
m
kN
m
Mu =
1
wu L2 = 139,5 kN m
8
Ma =
1
wa L2 = 92,813 kN m
8
Seluruh profil kanal material baja Fy = 250 MPa termasuk penampang kompak. Karena
penampang kompak dan balok tersokong penuh, kondisi batas leleh menentukan, sehingga
Mn = Mp.
Dicoba profil C 380 x 100 x 10,5 x 16
Besaran penampang profil C 380 x 100 x 10,5 x 16: (pengaruh kelengkungan antara sayap
dan badan diabaikan)
106 dari 283
d = 380 mm
bf = 100 mm
1
Ix 2 bf tf 3 bf tf
12
t = 10,5 mm
tf 1
d 2f
d -t
2 12
2
tf = 16 mm
b = 0,9
b Mn = 202,567 kN m
>
Mu = 139,5 kN m
(o.k.)
L
= 20,833 mm
360
5 w L L4
= 14,411 mm
384 E I x
<
limit = 20,833 mm
(o.k.)
CONTOH F.2-2 Balok kanal penampang kompak tersokong dalam arah lateral di setiap
seperlima bentang
107 dari 283
Periksa kekuatan profil kanal yang digunakan dalam Contoh F.2-1. Balok diasumsikan
tersokong dalam arah lateral di setiap seperlima bentang.
Solusi:
Properti material baja:
Fy = 250 MPa
Fu = 410 MPa
bf = 100 mm
tw = 10,5 mm
2
1
d -tf 1
3
Ix 2 bf tf bf tf
2f
d -t
2 12
12
Sx
tf = 16 mm
2I x
7,523 x 105 mm3
d
Metode DKI:
Ma = 92,813 kN m
Lp = 1487,1 m
Lr = 5322,8 m
E
Fy
E
L r 1,9rts
0,7Fy
Jc
0,7Fy
Jc
6,76
Sx ho
E
Sx ho
dengan
rts2
I y cw
Sx
dan
h0
2
Iy
cw
L
= 1,5 m
5
Untuk profil kanal kompak dengan Lp < Lb < Lr, kekuatan lentur ditentukan oleh nilai terkecil
antara kondisi batas leleh atau tekuk torsi lateral inelastis.
Mp = Fy Zx = 225,075 kN m
L -L
Mn = min cb M p M p 0,7Fy Sx b p
L -L
r p
,M p 225,075 kN m
b = 0,9
b Mn = 202,567 kN m
>
Mu = 139,5 kN m
(o.k.)
>
Ma = 92,813 kN m
(o.k.)
Mu
0,689
bM n
Metode DKI:
b = 1,67
Mn
= 134,775 kN m
b
bM a
0,689
Mn
max =
5 wL L4
14,411
384 E Ix
<
limit = 20,833 mm
(o.k.)
CONTOH F.2-2 Balok kanal penampang kompak tersokong dalam arah lateral di setiap
seperlima bentang
Periksa kekuatan profil kanal yang digunakan dalam Contoh F.2-1. Balok diasumsikan
tersokong dalam arah lateral di setiap seperlima bentang.
Solusi:
Properti material baja:
Fy = 250 MPa
Fu = 410 MPa
bf = 100 mm
tw = 10,5 mm
2
1
tf 1
d 3
Ix 2 bf tf bf tf
2f
d -t
2 12
12
Sx
tf = 16 mm
2I x
7,523 x 105 mm3
d
Zx = bf tf (d tf ) +
1
tw (d 2tf )2 = 9,003 105 mm3
4
Mu = 139,5 kN m
Metode DKI:
Ma = 92,813 kN m
Lr = 5322,8 m
Lp 1,76ry
E
Fy
E
L r 1,9rts
0,7Fy
Jc
0,7Fy
Jc
6,76
Sx ho
E
Sx ho
dengan
rts2
I y cw
Sx
dan
h0
2
Iy
cw
L
= 15 m
5
Untuk profil kanal kompak dengan Lp < Lb < Lr, kuat lentur ditentukan oleh nilai terkecil antara
kondisi batas leleh atau tekuk torsi lateral inelastis.
Mp = Fy Zx = 225,075 kN m
L -L
Mn = min cb M p M p 0,7Fy Sx b p
L -L
r p
,M p 225,075 kN m
b = 0,9
b Mn = 202,567 kN m
>
Mu = 139,5 kN m
(o.k.)
>
Ma = 92,813 kN m
(o.k.)
Mu
0,689
bM n
Metode DKI:
b = 1,67
Mn
134,775 kN m
b
bM a
0,689
Mn
CONTOH F.3 Balok WF dengan sayap non-kompak yang mengalami lentur terhadap
sumbu kuat
Tentukan profil WF untuk digunakan sebagai balok tertumpu sederhana sepanjang 12 m.
Material baja Fy = 250 MPa. Beban nominal balok adalah beban mati terbagi rata sebesar
0,75 kN/m dan sepasang beban hidup terpusat masing-masing sebesar 80 kN.
Balok diasumsikan tersokong penuh dalam arah lateral.
Solusi:
Properti material baja:
Fy = 250 MPa
Fu = 410 MPa
wD = 0,75
Panjang bentang:
L = 12 m
kN
m
PL = 80 kN
Berdasarkan Pasal 2 SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural,
kekuatan lentur desain minimum:
Metode DFBK:
wu = 1,2 wD = 0,9
Mu =
Metode DKI:
Pu = 1,6 PL = 128 kN
1
L
wu L2 + Pu = 528,2 kN m
8
3
wa = wD = 0,75
Ma =
kN
m
kN
m
Pa = PL = 80 kN
1
L
wa L2 + Pa = 333,5 kN m
8
3
bf = 398 mm
tw = 11 mm
tf = 18 mm
f =
bf
= 11,056
2tf
E
= 10,748
Fy
pf = 0,38
rf = 1,0
E
= 28,284
Fy
-
Mn = M px M px 0,7Fy Sx f pf
-
rf pf
= 775,068 kN m
Metode DFBK:
b = 0,9
b Mn = 697,561 kN m
>
Mu = 528,2 kN m
(o.k.)
Mu
0,757
bM n
Metode DKI:
b = 1,67
Mn
464,112 kN m
b
>
Ma = 333,5 kN m
bM a
0,719
Mn
(o.k.)
Solusi:
Properti material baja:
Fy = 250 MPa
Fu = 410 MPa
wD = 10
Panjang bentang:
L=9m
kN
m
wL = 20
kN
m
Berdasarkan Pasal 2 SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain, kekuatan lentur desain minimum:
Metode DFBK:
wu = 1,2 wD + 1,6 wL = 44
Metode DKI:
wa = wD + wL = 30
kN
m
kN
m
Mu =
Ma =
1
wu L2 = 445,5 kN m
8
1
wa L2 = 303,75 kN m
8
5 w LL4
I x_reqd =
= 3,417 108 mm4
384 E max
Gunakan profil WF 500 x 200 x 10 x 16: (Lihat Tabel Profil WF)
Ix = 4,785 108 mm4
>
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal F2, profil
tersebut termasuk penampang kompak. Karena balok tersokong penuh arah lateral dan
penampang kompak, kekuatan lentur ditentukan oleh kondisi batas leleh.
Zx = 2,175 106 mm3
115 dari 283
Mpx = Zx Fy = 543,75 kN m
Mn = Mpx = 543,75 kN m
Kekuatan lentur desain:
Metode DFBK:
b = 0,9
b Mn = 489,375 kN m
>
Mu = 445,5 kN m
>
Ma = 303,75 kN m
(o.k.)
Mu
0,91
bM n
Metode DKI:
b = 1,67
Mn
325,599 kN m
b
bM a
0,933
Mn
(o.k.)
CONTOH F.5 Balok profil WF yang mengalami lentur terhadap sumbu lemah
Rencanakan profil WF yang digunakan sebagai balok tertumpu sederhana yang dibebani
terhadap sumbu lemah dengan panjang 4 m. Material baja Fy = 250 MPa.
Batasan lendutan akibat beban hidup sebesar L/240. Beban nominal balok adalah beban
mati terbagi rata sebesar 5 kN/m dan beban hidup terbagi rata sebesar 15 kN/m. Balok
diasumsikan tersokong dalam arah lateral di kedua ujung.
Solusi:
Properti material baja:
Fy = 250 MPa
Fu = 410 MPa
wD = 5
kN
m
kN
m
L=4m
Berdasarkan Pasal 2 SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain, kekuatan lentur desain minimum:
Metode DFBK:
wu = 1,2 wD + 1,6 wL = 30
Metode DKI:
wa = wD + wL = 20
kN
m
kN
m
Mu =
1
wu L2 = 60 kN m
8
Ma =
1
wa L2 = 40 kN m
8
L
= 16,667 mm
240
I y_reqd =
5 w LL4
= 1,5 107 mm4
384 E max
>
1,6 Sy Fy = 69,48 kN m
b = 0,9
b Mn = 60,21 kN m
>
Mu = 60 kN m
(o.k.)
Mu
0,997
bM n
Metode DKI:
b = 1,67
Mn
40,06 kN m
b
>
Ma = 40 kN m
bM a
0,999
Mn
(o.k.)
Solusi:
Properti material baja:
Fy = 250 MPa
Fu = 410 MPa
wD = 4
Panjang bentang:
L = 4,8 m
kN
m
wL = 12
kN
m
Berdasarkan Pasal 2 SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain, kekuatan lentur rencana minimum:
Metode DFBK:
wu = 1,2 wD + 1,6 wL = 24
Metode DKI:
wa = wD + wL = 16
kN
m
kN
m
Mu =
1
wu L2 = 69,12 kN m
8
Ma =
1
wa L2 = 46,08 kN m
8
5 wL L4
Ix.req =
= 2,074 107 mm4
384 E limit
Pemilihan profil balok
Pilih profil PSB dengan Ix > Ix.req
119 dari 283
L
= 20 mm
240
B = 180 mm
>
t = 8 mm
(o.k.)
B
= 22,5
t
<
p = 1,12
E
= 31,678
Fy
(penampang kompak)
b = 0,9
b Mn = 79,942 kN m
>
Mu = 69,12 kN m
>
Ma = 46,08 kN m
(o.k.)
Mu
= 0,865
b M n
Metode DKI:
b = 1,67
Mn
= 53,189 kN m
b
bM a
= 0,866
Mn
(o.k.)
Solusi:
Properti material baja:
Fy = 250 MPa
Fu = 410 MPa
kN
m
wD = 2
Panjang bentang:
L = 7,5 m
wL = 6
kN
m
Berdasarkan Pasal 2 SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain, kekuatan lentur desain minimum:
Metode DFBK:
wu = 1,2 wD + 1,6 wL = 12
Metode DKI:
wa = wD + wL= 8
kN
m
kN
m
1
wu L2 = 84,375 kN m
8
1
Ma = wa L2 = 56,25 kN m
8
Mu =
5 wL L4
= 3,955 107 mm4
384 E limit
L
= 31,25 mm
240
B = 220 mm
t = 6,3 mm
>
(o.k.)
B
= 34,921 >
t
E
= 31,678
Fy
p= 1,12
r = 1,4
<
E
= 39,598
Fy
(sayap nonkompak)
H
= 34,921
t
<
E
= 68,448
Fy
p = 2,42
(badan kompak)
Mp = Zx Fy = 107,925 kN m
Mn1 = Mp = 107,925 kN m
Karena sayap nonkompak, gunakan Persamaan F7-2
F
M n 2 M p -M
p -F yS x 3,57 Bt Ey 4,0 101,933 kN m
b = 0,9
b Mn = 91,74 kN m
>
Mu = 84,375 kN m
Mu
0,920
bM n
122 dari 283
(o.k.)
Metode DKI:
b = 1,67
Mn
= 61,038 kN m
b
>
Ma = 56,25 kN m
bM a
0,922
Mn
(o.k.)
Solusi:
Properti material baja:
Fy = 250 MPa
Fu = 410 MPa
wD = 2
Panjang bentang:
L = 6,5 m
kN
m
kN
m
Berdasarkan Pasal 2 SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain, kekuatan lentur desain minimum:
Metode DFBK:
wu = 1,2 wD + 1,6 wL = 12
Metode DKI:
wa = wD + wL = 8
kN
m
kN
m
Mu =
1
wu L2 = 63,375 kN m
8
Ma =
1
wa L2 = 42,25 kN m
8
B = 250 mm
t = 6,3 mm
B
= 39,683
t
>
r = 1,4
E
= 39,598
Fy
(sayap langsing)
H
= 39,683
t
>
p= 2,42
E
= 68,448
Fy
(badan kompak)
E
0,38 E
1
= 249,462 mm
be = 1,92 t
Fy B Fy
t
<
B = 250 mm
Ix.eff
2
1
H t
3
=Ix 2 bineff t bineff t 40,919 mm2
2 2
12
I x.eff
= 3,274 105 mm3
H
2
b = 0,9
b Mn = 73,655 kN m
>
Mu = 63,375 kN m
Mu
= 0,860
b M n
(o.k.)
Metode DKI:
b = 1,67
Mn
= 49,005 kN m
b
>
Ma = 42,25 kN m
bM a
= 0,862
Mn
(o.k.)
Solusi:
Properti material baja:
Fy = 250 MPa
Fu = 410 MPa
kN
m
wD = 6
Panjang bentang:
L=5m
kN
m
Berdasarkan Pasal 2 SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain, kuat lentur desain minimum:
Metode DFBK:
wu = 1,2 wD + 1,6 wL = 36
Metode DKI:
wa = wD + wL = 24
kN
m
kN
m
Mu =
1
wu L2 = 112,5 kN m
8
Ma =
1
wa L2 = 75 kN m
8
t = 12 mm
1 3
3
D D 2t = 5,197 105 mm3
D
= 18,333
t
< p = 0,07
E
= 56
Fy
(penampang kompak)
D
= 18,333
t
<
0,45
E
= 360
Fy
b = 0,9
b Mn = 116,942 kN m
>
Mu = 112,5 kN m
Mu
= 0,962
b M n
Metode DKI:
b = 1, 67
Mn
= 77,806 kN m
b
bM a
= 0,964
Mn
>
Ma = 75 kN m
(o.k.)
(o.k.)
Solusi:
Properti material baja:
Fy = 250 MPa
Fu = 410 MPa
wD = 2
Panjang bentang:
L = 2,4 m
kN
m
wL = 6
kN
m
Berdasarkan Pasal 2 SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain, kekuatan lentur desain minimum:
Metode DFBK:
wu = 1,2 wD + 1,6 wL = 12
Metode DKI:
wa = wD + wL = 8
kN
m
kN
m
Mu =
1
wu L2 = 8,64 kN m
8
Ma =
1
wa L2 = 5,76 kN m
8
bf = 125 mm
tw = 6 mm
tf = 9 mm
Besaran lain:
yp =
tw d tf bf tf
2bf
= 7,284 mm
<
tf = 9 mm
(PNA di sayap)
d -y p
y
t
z x = bf tw tf y p f y ptw p d -y p tw
= 4,471 104 mm3
2
2
2
A = (bf tw) tf + d tw = 1,821 103 mm2
129 dari 283
tf
d
d tw
2 = 28,388 mm
2
A
bf -tw tf
y=
1
Ix
bf -tw tf3 bf -tw tf
12
tf 1 3
6
4
y - + d tw +dtw -y = 2,468 10 mm
2 12
2
Sx
Ix
= 2,554 104 mm3
d -y
Sx
Ix
= 8,693 104 mm3
y
Leleh lentur
Mp = Fy Zx = 11,178 kN m
My = Fy Sx = 6,386 kN m
Karena stem tertarik, maka:
1,6 My = 10,217 kN m
Mp = min(Mp , 1.6 My) = 10,217 kN m
Tekuk torsi lateral (SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal F9.2)
Karena balok tersokong secara penuh, tekuk torsi lateral tidak perlu diperiksa.
Tekuk lokal sayap (SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal F9.3)
Pemeriksaan batas rasio kelangsingan berdasarkan Tabel B4.1b Kasus 10.
bf
= 6,944
2t f
<
pf = 0,38
E
= 10,748
Fy
(sayap kompak)
b = 0,9
b Mn = 9,195 kN m
>
Mu = 8,64 kN m
Mu
= 0,940
b M n
Metode DKI:
130 dari 283
(o.k.)
b = 1,67
Mn
= 6,118 kN m
b
>
Ma = 5,76 kN m
bM a
= 0,942
Mn
(o.k.)
Solusi:
Properti material baja:
Fy = 250 MPa
Fu = 410 MPa
wD = 0,8
Panjang bentang:
L = 1,8 m
kN
m
kN
m
Berdasarkan Pasal 2 SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain, kekuatan lentur desain minimum:
Metode DFBK:
Metode DKI:
wa = wD + wL = 3,2
kN
m
kN
m
t = 7 mm
b -t t
cx =
t
b
bt
2
2 = 27,593 mm
A
Mu =
1
wu L2 = 1,944 kN m
8
Ma =
1
wa L2 = 1,296 kN m
8
Ix
1 3
1
t
b
Sx
Ix
= 1,817 104 mm3
b -c x
Leleh lentur
Berdasarkan Pasal F10.1, kekuatan lentur nominal berdasarkan kondisi leleh lentur:
Mn1 = 1,5 (Fy Sx) = 6,812 kN m
Tekuk torsi lateral
Berdasarkan Pasal F10.2, untuk profil siku tunggal yang melentur terhadap sumbu geometris
dan tidak tersokong dalam arah lateral, My diambil sebesar 0,80 momen leleh menggunakan
modulus penampang geometris
My = 0,8 Fy Sx = 3,633 kN m
Untuk momen lentur terhadap salah satu sumbu geometris siku tunggal sama kaki tanpa
gaya tekan, tanpa sokongan torsi lateral, dan gaya tekan maksimum pada ujung kaki,
gunakan persamaan 10-6a.
Cb = 1,14
(untuk balok dengan beban terbagi rata dan sokongan lateral di kedua ujung)
Lb = L = 1,8 m
Me
0,66 E b 4 t cb
Lb t
= 16,129 kN m >
1+0,78
1
b2
L2b
My = 3,633 kN m
sehingga SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Persamaan F10-3
dapat digunakan
My
M n 2 min 1,92 -1,17
My , My = 3,633 kN m
Me
b
= 14,286
t
<
p = 0,54
E
= 15,274
Fy
lateral:
Mn = min(Mn1, Mn2) = 3,633 kN m
Kekuatan lentur desain:
Metode DFBK:
b = 0,9
b Mn = 3,27 kN m
>
Mu = 1,944 kN m
(o.k.)
Mu
= 0,595
b Mn
Metode DKI:
b = 1,67
Mn
= 2,176 kN m
b
>
Ma = 1,296 kN m
bM a
= 0,596
Mn
(o.k.)
Solusi:
Properti material baja:
Fy = 250 MPa
Fu = 410 MPa
wD = 0,8
Panjang bentang:
L = 1,8 m
kN
m
wL = 2,4
kN
m
Berdasarkan Pasal 2 SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain, kekuatan lentur desain minimum:
Metode DFBK: wu = 1,2 wD + 1,6 wL = 4,8
Metode DKI:
wa = wD + wL = 3,2
kN
m
kN
m
Mu =
1
wu L2 = 1,944 kN m
8
Ma =
1
wa L2 = 1,296 kN m
8
t = 7 mm
cx
b -t t
t
b
bt
2
2 = 27,593 mm
A
2
1 3
1
t
b
Ix
b t +b t c x b t t 3 b t t c x = 1,315 106 mm4
12
2
2
12
Sx
Ix
= 1,817 104 mm3
b -c x
Leleh lentur
Berdasarkan Pasal F10.1, kekuatan lentur nominal berdasarkan kondisi leleh lentur:
Mn1 = 1,5 (Fy Sx) = 6,812 kN m
Tekuk torsi lateral
Berdasarkan Pasal F10.2(b)(iii)(b), untuk profil siku tunggal yang tersokong dalam arah
lateral di titik momen maksimum, My diambil sebesar momen leleh menggunakan modulus
penampang geometris.
My = Fy Sx = 4,541 kN m
Untuk momen lentur terhadap salah satu sumbu geometris siku tunggal sama kaki tanpa
gaya tekan, tanpa sokongan torsi lateral, dan gaya tekan maksimum pada ujung kaki,
gunakan persamaan 10-6a.
Cb = 1,30
(untuk balok dengan beban terbagi rata dan sokongan lateral di kedua ujung
dan titik tengah bentang)
Lb = L = 1,8 m
2
0,66 E b 4 t cb
Lb t
= 22,991 kN m
M e 1,25
1+0,78
b2
2
L
>
My = 4,541 kN m
sehingga SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Persamaan F10-3
dapat digunakan
My
M n 2 min 1,92 -1,17
My , My = 4,541 kN m
Me
b
= 14,286
t
< p = 0,54
E
= 15,274
Fy
b = 0,9
b Mn = 4,087 kN m
>
Mu = 1,944 kN m
(o.k.)
>
Ma = 1,296 kN m
(o.k)
Mu
= 0,476
b Mn
Metode DKI:
b = 1,67
Mn
= 2,719 kN m
b
bM a
= 0,477
Mn
Solusi:
Properti material baja:
Fy = 250 MPa
Fu = 410 MPa
kN
m
wD = 0,8
Panjang bentang:
L = 1,8 m
wL = 2,4
kN
m
wW = 1,8
kN
m
Lb = L = 1,8 m
Berdasarkan Pasal 2 SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain, kekuatan lentur desain minimum:
Metode DFBK:
Metode DKI:
kN
m
kN
m
kN
m
kN
m
1
wux L2 = 1,361 kN m
8
1
Muy =
wuy L2 = 0,729 kN m
8
Mux =
Max =
May =
1
wax L2 = 1,053 kN m
8
1
way L2 = 0,547 kN m
8
t = 7 mm
A = b t + (b t) t = 1,351103 mm2
b -t t
cx
t
b
bt
2
2 = 27,593 mm
A
2
Ix
1 3
1
t
b
Sx
Ix
= 1,817 104 mm3
b
c
x
Iy = Ix = 1,315106 mm4
cy = cx = 27,593 mm
Sy = Sx = 1,817104 mm3
t
b
t
t
b5
4
Ixy = b t c x - c y - + b t t c x - c y -t
+
= 7,842 10 mm
2
2
2
2
= 45o
zc = b cos( ) = 70,711 mm
wB = cx sec( ) = 39,023 mm
wC = b sin( ) wB = 31,688 mm
Iz
Iw
Ix +Iy
2
Ix +Iy
2
I
I 2
= 5,311 105 mm4
- x y +Ixy
2
2
I
I 2
= 2,1 x 106 mm4
- x y +Ixy
2
SzB
Iz
= 1,361 104 mm3
wB
SzC
Iz
= 1,676 104 mm3
wC
SwC
Iw
= 2,969 104 mm3
zc
Metode DKI:
Metode DKI:
b
= 14,286
t
<
p 0,54
E
= 15,274
Fy
b = 0,9
b Mnz = 4,593 kN m
>
Muz = 1,478 kN m
(o.k.)
M nz
= 3,056 kN m
b
>
Maz = 1,131 kN m
(o.k.)
Metode DKI:
b = 1,67
0,46 E b 2 t 2 c b
Me =
= 28,551 kN m
Lb
>
My = Fy SwC = 7,423 kN m
My
M nw 2 = min 1,92 -1,17
M y ,M y = 7,423 kN m
M e
b Mnw = 6,681 kN m
b = 0,9
Metode DKI:
b = 1,67
M nw
= 4,445 kN m
b
Resultan momen memiliki komponen terhadap setiap sumbu utama, sehingga rasio
tegangan harus diperiksa sesuai Pasal H2.
fra
f
f
+ rbw + rbz 1,0
Fca Fcbw Fcbz
CATATAN
Agar perhitungan lebih mudah, persamaan interaksi dapat digunakan dalam bentuk
momen daripada tegangan. Tanda positif dan negatif momen agar diperhatikan pada saat memeriksa
kondisi di titik-titik kontrol.
di titik B
Mw tidak menghasilkan tegangan di titik B, sedangkan Mz menghasilkan tegangan tarik di titik
B.
Metode DFBK:
Metode DKI:
0-
Muz
bM nz
= 0,322
M
0 - b az = 0,37
M nz
< 1,0
< 1,0
di titik C
Mw menghasilkan tegangan tarik di titik C, sedangkan Mz menghasilkan tegangan tekan di
titik C.
Metode DFBK:
Metode DKI:
Muw
bMnw
Muz
bM nz
= 0,255
M
M
- b aw b az = 0,29
Mnw
M nz
< 1,0
< 1,0
di titik A
Mw dan Mz menghasilkan tegangan tekan di titik A.
Metode DFBK:
Metode DKI:
Muw
bMnw
b Maw
Mnw
Muz
bM nz
= 0,389
b Maz
M nz
<
1,0
= 0,451 <
1,0
Karena seluruh interaksi tegangan bernilai < 1.0, profil tersebut kuat memikul beban desain.
Walaupun pemeriksaan telah dilakukan di ketiga titik, titik A merupakan titik kontrol karena
pada titik tersebut kedua momen menghasilkan tegangan tekan.
Solusi:
Properti material baja:
Fy = 250 MPa
Fu = 410 MPa
wD = 6
Panjang bentang:
L = 3,6 m
kN
m
kN
m
Berdasarkan Pasal 2 SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain, kekuatan lentur desain minimum:
Metode DFBK:
wu = 1,2 wD + 1,6 wL = 36
Metode DKI:
wa = wD + wL = 24
kN
m
kN
m
b = 80 mm
bd 2
= 1,92 105 mm3
6
bd 2
Zx
= 2,88 105 mm3
4
Sx
Mu =
1
wu L2 = 58,32 kN m
8
Ma =
1
wa L2 = 38,88 kN m
8
Lb
L
= 1,8 m
2
L bd
= 33,75
b2
<
0,08E
= 64
Fy
sehingga kondisi batas leleh menentukan dan tekuk torsi lateral tidak terjadi
Mp = Fy Zx = 72 kN m
My = Fy Sx = 48 kN m
Mn = min(Mp , 1.6 My) = 72 kN m
Kekuatan lentur desain:
Metode DFBK:
b = 0,9
b Mn = 64,8 kN m
>
Mu = 58,32 kN m
(o.k.)
Mu
= 0,9
bMn
<
1,00
(o.k.)
Mn
= 43,114 kN m
b
>
Ma = 38,88 kN m
(o.k)
bM a
= 0,902
Mn
<
1,00
(o.k.)
Metode DKI:
b = 1,67
Solusi:
Properti material baja:
Fy = 250 MPa
Fu = 410 MPa
PD = 0,4 kN
Panjang bentang:
L = 0,8 m
Berdasarkan Pasal 2 SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain, kekuatan lentur desain minimum:
Metode DFBK:
Mu=
1
Pu L = 0,48 kN m
4
Metode DKI:
Pa = PD + PL = 1,6 kN
Ma=
1
Pa L = 0,32 kN m
4
Sx =
d 3
32
d3
Zx =
= 2,604 103 mm3
6
b = 0,9
b Mn = 0,552 kN m
>
Mu = 0,48 kN m
>
Ma = 0,32 kN m
(o.k.)
Mu
0,869
bMn
Metode DKI:
b = 1,67
Mn
= 0,367 kN m
b
bM a
= 0,871
Mn
(o.k.)
Pendahuluan
Bab G SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural meliputi badan
komponen struktur simetris tunggal atau ganda memikul geser pada pelat badan, siku
tunggal, penampang PSB, dan geser dalam arah sumbu lemah profil simetris tunggal atau
ganda.
Sebagian besar persamaan dalam Bab G ini diilustrasikan dengan contoh.
DFBK dan DKI akan menghasilkan desain yang sama untuk kasus di mana efek beban
hidup kira-kira tiga kali efek beban mati.
G1. Ketentuan umum
Kekuatan geser desain, v Vn, dan kekuatan geser ijin, Vn / v , ditentukan sebagai berikut:
Vn = kekuatan geser nominal berdasarkan leleh geser atau tekuk geser
Vn = 0,6 Fy AwCv
Persamaan G2-1)
v = 0,90 (DFBK)
v = 1,67 (DKI)
Pengecualian:
Untuk profil I canai panas dengan h/tw 2,24 E / Fy dapat digunakan
v = 1,00 (DFBK)
v = 1,50 (DKI)
SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal G2 tidak menggunakan
aksi medan tarik. SNI 1729 Pasal G3 secara khusus membahas penggunaan aksi medan
tarik.
G2. Komponen struktur dengan badan tidak diperkaku atau badan diperkaku
Sebagaimana ditunjukkan dalam Catatan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung
baja struktural pasal G2 ini, hampir semua profil I tidak mengalami tekuk geser dan juga
memenuhi syarat untuk faktor keamanan dan ketahanan yang lebih besar, v = 1,00 (DFBK)
dan v = 1,50 (DKI)
Perhitungan desain kekuatan geser Profil I disajikan dalam Contoh G.1. Desain kekuatan
geser kanal disajikan dalam Contoh G.2.
G3. Aksi medan tarik
Sebuah gelagar tersusun dengan badan tipis dan pengaku transversal disajikan dalam
Contoh G.8.
148 dari 283
CONTOH G.1 Balok profil WF yang mengalami geser terhadap sumbu kuat
Periksa kekuatan geser balok profil WF 400x200x8x13 yang menahan gaya geser sebesar
120 kN akibat beban mati dan 180 kN akibat beban hidup.
Solusi:
Properti material baja:
Fy = 250 MPa
Gaya geser:
Fu = 410 MPa
VD = 120 kN
VL = 180 kN
Berdasarkan Pasal 2 SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain, kekuatan geser desain minimum:
Metode DFBK:
Metode DKI:
Va = VD + VL = 300 kN
bf = 200 mm
tw = 8 mm
tf = 13 mm
r = 16 mm
h = d 2 (tf + r) = 342 mm
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal G2.1(a),
koefisien geser badan:
h
= 42,75
tw
<
2,24
E
= 63,357
Fy
sehingga Cv = 1,0
Menghitung Aw
Aw = d tw = 3,2 103 mm2
Menghitung Vn
Vn = 0,6 Fy Aw Cv = 480 kN
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural G2.1(a),
kekuatan geser desain:
Metode DFBK:
v = 1,00
Vn = v Vn = 480 kN
>
Vu = 432 kN
Vu
= 0,9
Vn
150 dari 283
(o.k.)
Metode DKI:
v = 1,50
Vn
= 320 kN
v
Va
= 0,938
Vn
>
Va = 300 kN
(o.k.)
CONTOH G.2 Balok profil kanal yang mengalami geser terhadap sumbu kuat
Periksa kekuatan geser balok profil C 380x100x10.5x16 yang menahan gaya geser sebesar
80kN akibat beban mati dan 220 kN akibat beban hidup. Material baja Fy = 250 MPa.
Solusi:
Properti material baja:
Fy = 250 MPa
Gaya geser:
Fu = 410 MPa
VD = 80 kN
VL = 220 kN
Berdasarkan Pasal 2 SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain, kekuatan geser desain minimum:
Metode DFBK:
Metode DKI:
Va = VD + VL = 300 kN
bf = 100 mm
tw = 10,5 mm
tf = 16 mm
h = d 2 tf = 348 mm
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal G2.1(b),
koefisien tekuk geser pelat badan:
h
= 33,143
tw
<
260
sehingga kv = 5
Berdasarkan SNI 1729,
koefisien geser badan:
h
= 33,143
tw
sehingga
<
1,10
kv E
= 69,57
Fy
Cv = 1,0
Menghitung Aw
Aw = d tw = 3,99 103 mm2
Menghitung Vn
Vn = 0,6 Fy Aw Cv = 598,5 kN
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal G2.1(a),
kekuatan geser desain dengan faktor v = 1,00 (DFBK) dan v = 1,50 (DKI) tidak berlaku
untuk profil kanal:
Metode DFBK:
v = 0,90
Vn = v Vn = 538,65 kN
>
Vu = 448 kN
(o.k.)
Vu
= 0,832
Vn
Metode DKI:
v = 1,67
Vn
= 358,383 kN
v
Va
Vn
>
Va = 300 kN
= 0,837
(o.k.)
CONTOH G.3
Periksa kekuatan geser balok profil L120x120x8 yang menahan gaya geser sebesar 15 kN
akibat beban mati dan 50 kN akibat beban hidup. Material baja Fy = 250 MPa.
Solusi:
Properti material baja:
Fy = 250 MPa
Gaya geser:
Fu = 410 MPa
VD = 15 kN
VL = 50 kN
Berdasarkan Pasal 2 SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain, kekuatan geser desain minimum:
Metode DFBK:
Vu = 1,2 VD + 1,6 VL = 98 kN
Metode DKI:
Va = VD + VL = 65 kN
t = 8 mm
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal G2.4,
koefisien tekuk geser pelat badan: kv = 1,2
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal G2.1(b),
koefisien geser badan:
b
= 15
t
<
1,10
kv E
= 34,082
Fy
sehingga Cv = 1,0
Menghitung Aw
Aw = b t = 960 mm2
Menghitung Vn
Vn = 0,6 Fy Aw Cv = 144 kN
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal G2.1,
kekuatan geser desain:
Metode DFBK:
v = 0,90
Vn = v Vn = 129,6 kN
>
Vu = 98 kN
Vu
= 0,756
Vn
154 dari 283
(o.k.)
Metode DKI:
v = 1,67
Vn
= 86,228 kN
v
Va
Vn
>
Va = 65 kN
= 0,754
(o.k.)
CONTOH G.4 Balok profil psb persegi panjang yang mengalami geser
Periksa kekuatan geser balok profil PSB persegi panjang 180x100x8 yang menahan gaya
geser sebesar 50 kN akibat beban mati dan 150 kN akibat beban hidup. Material baja Fy =
250 MPa. Orientasi profil balok agar gaya geser sejajar sisi yang lebih panjang.
Solusi:
Properti material baja:
Fy = 250 MPa
Fu = 410 MPa
Gaya geser:
VD = 50 kN
Berdasarkan Pasal 2 SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain, kekuatan geser desain minimum:
Metode DFBK:
Metode DKI:
Va = VD + VL = 200 kN
B = 100 mm
tw = 8 mm
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal G5,
koefisien tekuk geser pelat badan: kv = 5
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal G5, jika
radius tidak diketahui, h diambil sebesar tinggi total profil dikurangi tiga kali tebal profil.
h = H 3 tw = 156 mm
Berdasarkan SNI 1729 Pasal G2.1(b), koefisien geser badan:
h
= 19,5
tw
<
1,10
kv E
= 69,57
Fy
sehingga Cv = 1,0
Menghitung Aw
Aw = 2 h tw = 2496 mm2
Menghitung Vn
Vn = 0,6 Fy Aw Cv = 374,4 kN
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal G2.1,
kekuatan geser desain:
Metode DFBK:
v = 0,90
Vn = v Vn = 336,96 kN
>
Vu = 300 kN
(o.k.)
Vu
= 0,89
Vn
Metode DKI:
v = 1,67
Vn
= 224,192 kN
v
Va
Vn
>
Va = 200 kN
= 0,892
(o.k.)
Fu = 410 MPa
Gaya geser:
VD = 120 kN
VL = 250 kN
Berdasarkan Pasal 2 SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain, kekuatan geser desain minimum:
Metode DFBK:
Metode DKI:
Va = VD + VL = 370 kN
t = 8 mm
Lv = 5 m
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal G6, Fcr
adalah nilai terbesar dari Fcr1 dan Fcr2 di bawah ini:
Fcr1 =
1,60E
Lv D
D t
Fcr2 =
0,78E
D
t
3
2
5
4
= 743,543 MPa
= 526,401 MPa
2
2
D -D -2t = 8736,141 mm2
4
Menghitung Vn berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural
Pasal G6
Vn =
F cr Ag
2
= 655,211 kN
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal G2.1,
kekuatan geser desain:
Metode DFBK:
v = 0,90
Vn = v Vn = 589,69 kN
>
Vu = 544 kN
(o.k.)
Vu
= 0,923
Vn
Metode DKI:
v = 1,67
Vn
= 392,342 kN
v
Va
Vn
>
Va = 370 kN
= 0,943
(o.k.)
CONTOH G.6 Balok profil simetri ganda yang mengalami geser terhadap sumbu lemah
Periksa kekuatan geser balok profil WF 400x200x8x13 yang menahan gaya geser sebesar
80kN akibat beban mati dan 240 kN akibat beban hidup. Material baja Fy = 250 MPa.
Solusi:
Properti material baja:
Fy = 250 MPa
Fu = 410 MPa
Gaya geser:
VD = 80 kN
VL = 240 kN
Berdasarkan Pasal 2 SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain, kekuatan geser desain minimum:
Metode DFBK:
Metode DKI:
Va = VD + VL = 320 kN
bf = 200 mm
tw = 8 mm
tf = 13 mm
r = 16 mm
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal G7, untuk
geser terhadap sumbu lemah, gunakan Persamaan G2-1 dan ketentuan di SNI 1729 Pasal
G2.1(b) dengan Aw = bf tf untuk masing-masing sayap.
Koefisien tekuk geser:
kv = 1,2
b=
b
= 7,692
tf
<
1,10
bf
= 100 mm
2
kv E
= 34,082
Fy
sehingga Cv = 1,0
Menghitung Aw
Aw = 2 bf tf = 5 200 mm2
Menghitung Vn
Vn = 0,6 Fy Aw Cv = 780 kN
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal G2.1,
kekuatan geser desain:
Metode DFBK:
v = 0,90
Vn = v Vn = 702 kN
>
Vu = 480 kN
(o.k.)
Vu
= 0,684
Vn
Metode DKI:
v = 1,67
Vn
= 467,066 kN
v
Va
Vn
>
Va = 320 kN
= 0,685
(o.k.)
CONTOH G.7 Balok profil simetri tunggal yang mengalami geser terhadap sumbu
lemah
Periksa kekuatan geser balok profil C380x100x10.5x16 yang menahan gaya geser sebesar
60kN akibat beban mati dan 180 kN akibat beban hidup. Material baja Fy = 250 MPa.
Solusi:
Properti material baja:
Fy = 250 MPa
Fu = 410 MPa
Gaya geser:
VD = 60 kN
VL = 180 kN
Berdasarkan Pasal 2 SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain, kekuatan geser desain minimum:
Metode DFBK:
Metode ASD:
Va = VD + VL = 240 kN
bf = 100 mm
tw = 10,5 mm
tf = 16 mm
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal G7, untuk
geser terhadap sumbu lemah, gunakan SNI 1729 Persamaan G2-1 dan ketentuan SNI 1729
Pasal G2.1(b) dengan Aw = bf tf untuk masing-masing sayap.
Koefisien tekuk geser: kv = 1,2
bf
= 6,25
tf
<
1,10
kv E
= 34,082
Fy
sehingga Cv = 1,0
Menghitung Aw
Aw = 2 bf tf = 3 200 mm2
Menghitung Vn
Vn = 0,6 Fy Aw Cv = 480 kN
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal G2.1,
kekuatan geser desain:
Metode DFBK:
v = 0,90
Vn = v Vn = 432 kN
>
Vu = 360 kN
(o.k.)
Vu
= 0,833
Vn
Metode DKI:
v = 1,67
Vn
= 287,425 kN
v
Va
Vn
>
Va = 240 kN
= 0,835
(o.k.)
Solusi:
Properti material baja:
Fy = 250 MPa
Fu = 410 MPa
bft = 300 mm
bfc = 300 mm
tw = 8 mm
tf = 36 mm
h = d 2 tf = 828 mm
kN
m
wD = 12
Panjang bentang:
L = 16 m
wL = 36
kN
m
Berdasarkan Pasal 2 SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain, kekuatan lentur desain minimum:
Metode DFBK:
Vu =
Metode DKI:
Va =
wD +wL L
2
= 384 kN
h
= 103,5
tw
< 260
> 1,37
kv E
= 86,646
Fy
sehingga Cv dihitung berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja
struktural Persamaan G2-5:
Cv =
1,51kv E
= 0,564
h
Fy
tw
menghitung Vn
Vn = 0,6 Fy Aw Cv = 608,948 kN
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal G2.1,
kekuatan geser desain:
Metode DFBK:
v = 0,90
Vn = v Vn = 548,053 kN
<
Vu = 576 kN
<
Va = 384 kN
Vu
= 1,051
Vn
(perlu pengaku transversal)
Metode DKI:
v = 1,67
Vn
= 364,639 kN
v
Va
= 1,053
Vn
v
(perlu pengaku transversal)
a
= 1,932
h
260 = 6,311
h
tw
<
Syarat (c):
Afc = bfc tf = 10 800 mm2
2A w
= 0,667
A fc + A ft
< 2,5
Syarat (d):
h
= 2,76
b fc
h
= 2,76
b ft
< 6,0
< 6,0
Persyaratan (b), (c) dan (d) terpenuhi, aksi medan tarik dapat diperhitungkan kecuali untuk
panel ujung.
Kekuatan geser panel ujung
Tentukan kv berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural
Pasal G2.1(b) dan periksa batasan a/h
a
= 1,932
h
< 3,0
2
260
<
= 6,311
h
tw
sehingga
kv = 5 +
5
a
h
= 6,339
Aksi medan tarik tidak boleh diperhitungkan pada panel ujung karena
h
= 103,5
tw
> 1,37
kv E
= 97,561
Fy
Cv =
1,51kv E
2
h
Fy
tw
= 0,715
Vn = 0,6 Fy Aw Cv = 772,028 kN
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal G2.1,
kekuatan geser desain:
Metode DFBK:
v = 0,90
Vn = v Vn = 694,825 kN
Vu
= 0,829
Vn
>
Vu = 576 kN
(o.k.)
<
1,00
(o.k.)
>
Va = 384 kN
(o.k.)
<
1,00
(o.k.)
Metode DKI:
Vn
= 462,292 kN
v
v = 1,67
Va
Vn
= 0,831
Vu =
Metode DKI:
Va =
1,2wD +1,6wL L
2
wD +wL L
2
Tentukan kv berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural
Pasal G2.1(b) dan periksa batasan
a
= 1,932
h
a
h
< 3,0
2
260
<
= 6,311
h
tw
167 dari 283
sehingga
kv = 5 +
5
a
h
= 6,339
Cv =
h
= 103,5
tw
1,51kv E
2
h
Fy
tw
> 1,37
kv E
= 97,561
Fy
= 0,715
Periksa batasan tambahan dari SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja
struktural Pasal G3.1 untuk aksi medan tarik
2A w
= 0,667 2,5
A fc + A ft
h
= 2,76
b ft
h
= 2,76
b fc
6,0
6,0
Panel tersebut bukan panel ujung dan semua kondisi memenuhi syarat untuk perhitungan
aksi medan tarik.
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal G3.2
1,10
kv E
= 78,334
Fy
karena
h
= 103,5
tw
> 76
1 Cv
Vn = 0,6 Fy Aw Cv
2
a
1,15 1-
= 895,111 kN
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal G2.1,
kekuatan geser desain:
Metode DFBK:
v = 0,90
Vn = v Vn = 805,6 kN
<
Vu = 460,8 kN
Vu
= 0,572
Vn
Metode DKI:
v = 1,67
Vn
= 535,994 kN
v
Va
Vn
<
Va = 307,2 kN
= 0,573
Untuk semua persamaan interaksi dalam SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja
struktural Bab H, gaya dan momen yang diperlukan harus mencakup efek orde kedua,
seperti yang disyaratkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Bab
C. Pengguna DKI, SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural 1989
terbiasa menggunakan persamaan interaksi yang mencakup amplifikasi orde kedua parsial.
Efek orde kedua yang sekarang dihitung dalam analisis dan tidak termasuk dalam
persamaan interaksi.
CONTOH H.1
Periksa kekuatan suatu balok-kolom profil WF 350x175x7x11 yang menerima beban aksial
tarik PD = 30 kN dan PL = 40 kN. Panjang tak terbreis adalah 9 m dan kedua ujung adalah
sendi, dengan sambungan tanpa lubang. Batang ini juga memiliki momen akibat beban
terdistribusi merata.
MxD = 34 kN m
PD = 30 kN
MxL = 20 kN m
Lb = 6 m
PL = 40 kN
MyD = 5 kN m
MyL = 8 kN m
Pasal 2 kekuatan perlu dari SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan
gedung dan struktur lain sebagai berikut:
DFBK
DKI
Pa = PD + PL = 70 kN
G=
E
= 7,692 x 104 MPa
2,6
tw = 7 mm
CW =
Iy ho2
4
bf = 175 mm
Fy = 250 MPa
tf = 11 mm
ho = d - tf = 339 mm
h = d - 2 tf - 2 r = 300 mm
I
Ix
Sy = y
= 7,771 x 105 mm3
= 1,125 x 105 mm3
0,5 bf
0,5 d
1
2
Z x = bf tf d tf + tw d -2tf = 8,408 x 105 mm3
4
Sx =
2
1
Z y = tf bf2 + d -2tf tw2 = 1,725 x 105 mm3
4
4
r = 14 mm
rx =
Ix
= 146,763 mm
Ag
I y CW
rts =
Iy
ry =
Ag
= 39,477 mm
Lp =1,76ry
Sx
E
Lr =1,95 rts
0,7 F y
J
S x ho
E
= 1,965 m
Fy
0,78 F y S x ho
1+ 1+6,76
= 5,999 m
J
E
2
Solusi:
Kekuatan Tarik Nominal
Dari SNI 1729 Pasal D2(a), kekuatan tarik nominal akibat kelelehan tarik pada penampang
bruto adalah:
Pn = Fy Ag = 1,578 x 103 kN
Catat bahwa untuk batang dengan lubang, kuat rupture dari batang juga harus dihitung
dengan menggunakan SNI 1729 Persamaan D2-2
Kekuatan Lentur nominal untuk lentur terhadap sumbu X-X
Kelelehan
Mpx = Fy Zx = 210,212 kN m
Mnx1 = Mpx
Tekuk Torsional-Lateral
Dari SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal F2.2, kuat lentur
nominal akibat tekuk torsional-lentur dihitung sebagai berikut:
Karena Lp < Lb < Lr , maka berlaku SNI 1729 Persamaan F2-2
Cb = 1,14
Walaupun demikian, menurut SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural
Pasal H1.2, Cb dapat diperbesar karena kolom mengalami gaya tarik
Pey =
2EIy
L
2
b
= 539,538 kN
DFBK
= 1,0
1+
Pu
DKI
= 1,6
1+
Pa
Pey
Pey
= 1,089
= 1,099
C b =C b 1+
Pu
Pey
= 1,298
L -L
M nx 2 =C b M px -M
px -0,7F yS x Lb -Lp
r p
= 176,516 kN m
Persamaan F2-2
Jadi
Tekuk Lokal
Sayap
b=
bf
2
b
= 7,955
t
t = tf
p = 0,38
E
= 10,748
Fy
h
= 42,857
tw
p = 3,76
E
= 106,349
Fy
b = 0,9
Pc = t Pn
Pu
= 0,07
Pc
t = 0,9
M cx = bM nx
M cy = bM ny
rasio =
Pu M ux M uy
+
2Pc M cx M cy
DKI
t = 1,67
Pc
Pn
t
M cx
Pa
= 0,074
Pc
rasio =
b = 1,67
<
M nx
b
0,2,
Pa M ax M ay
+
2Pc M cx M cy
M cy
M ny
b
CONTOH H.2.
Periksa kekuatan suatu balok-kolom profil WF 350x175x7x11 yang menerima beban aksial
PD = 23 kN dan PL= 70 kN. Panjang tak terbreis adalah 4 m dan kedua ujung adalah sendi.
Batang ini juga memiliki momen akibat beban terdistribusi merata, belum memperhitungkan
efek P-:
MxD = 10 kN m
MxL = 7,5 kN m
Lb = 4 m
MyD = 7,5 kN m
MyL = 8 kN m
Lz = Lb
Lx = 4 m
Ly = Lx
G=
E
= 7,692 x 104 MPa
2,6
tw = 7 mm
CW =
Sx =
Sy =
Iy ho2
4
bf = 175 mm
Fy = 250 MPa
tf = 11 mm
ho = d - tf = 339 mm
h = d - 2 tf - 2 r = 300 mm
Ix
= 7,771 x 105 mm3
0,5d
Iy
0,5bf
1
Z x = bf tf d tf + tw d -2tf
4
2
1
Z y = tf bf2 + d -t
2 f tw2 = 1,725 x 105 mm3
4
4
rts =
Ix
= 146,763 mm
Ag
I y CW
Sx
ry =
Lp =1,76ry
Iy
Ag
= 39,477 mm
E
= 1,965 m
Fy
175 dari 283
r = 14 mm
E
Lr =1,95 rts
0,7 F y
J
S x ho
0,78 F y S x ho
1+ 1+6,76
= 5,999 m
J
E
2
Momen plastis
Mpx = Zx Fy
Mpx = 210,212 kN m
Mpy = Zy Fy
Mpy = 43,114 kN m
Solusi:
PD = 23 kN
PL = 70 kN
K1 = 1,0
Pe 1x =
2EIx
K 1Lx
= 16778,3275 kN
= 1,0
karena DFBK
m
B1x = max
,1.0 = 1,008
1- Pr
e 1x
Pe 1y =
2EIy
K L
= 1213,9613 kN
= 1,0
1 y
Cm
B1y = max
,1.0 = 1,13
1- Pr
e 1y
karena DFBK
Tekuk Torsional-Lateral
Karena Lp < Lb < Lr , maka berlaku SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja
struktural Persamaan F2-2
Cb = 1,14
pembebanan merata
L -L
M nx 2 =C b M px -M
px -0,7F yS x Lb -Lp
r p
= 196,966 kN m
Jadi
Tekuk Lokal
Sayap
b=
bf
2
t = tf
b
= 7,955
t
p = 0,38
E
= 10,748
Fy
h
= 42,857
tw
p = 3,76
E
= 106,349
Fy
Sayap
b
= 7,955
t
r = 0,56
E
= 15,839
Fy
Qs = 1,0
Badan
h
= 42,857
tw
r =1,49
E
= 42,144
Fy
Perlu menghitung Qa
K 1 Ly
ry
Fe =
= 101,325
2E
K 1Ly
ry
K 1 Lx
= 27,255
rx
= 192,265 MPa
Anggap
iterasi ke-1
Qa = 1
Q1 = Qs Qa
Q1 F y
f = 0,658 Fe
F y Q1 = 145,071 MPa
E 0,34 E
be = min h, 1,92 tw
1= 268,165 mm
Fy h f
tw
Ae = Ag (h - be) tw = 6,091 x 103 mm2
Qa1 =
Ae
= 0,965
Ag
iterasi ke-2
Q2 = Qs Qa1 = 0,965
< Fe
Q2 F y
E 0,34 E
be = min h, 1,92 tw
1
Fy h f
tw
= 267,225 mm
Qa 2 =
Ae
= 0,964
Ag
iterasi ke-3
Q3 = Qs Qa2 = 0,964
Q3 F y
f = 0,658 Fe
< Fe
F yQ 3 = 142,592 MPa
E 0,34 E
be = min h, 1,92 tw
1= 267,196 mm
Fy h f
tw
Ae = Ag (h be) tw = 6,084 x 103 mm2
Qa 3 =
Jadi
Ae
= 0,964
Ag
sudah konvergen
Q = Qs Qa3 = 0,964
Q Fy
Fcr 1 = 0,658 Fe
F yQ = 142,59 MPa
2 E Cw
1
Fe 2 =
+G J
2
k Lz
Ix +Iy
Q Fy
c = 0,9
Pn = Fcr Ag = 900,311 kN
Kontrol dengan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Persamaan
H1-1a dan H1-1b:
b = 0,9
DFBK
Kapasitas
Pc = c Pn
Pr
= 0,172
Pc
rasio =
Mcx = b Mnx
Mcy = b Mny
Pr M rx M ry
+
+
2Pc M cx M cy
= 0,922
DKI
c = 1,5
Pr = PD + PL = 93 kN
b = 1,67
= 1,6
m
B1x = max
,1.0 = 1,009
1- Pr
e 1x
Cm
B1y = min
,1.0 = 1
1- Pr
e 1y
Kapasitas
Pc =
Pn
c
M cx =
Pr
= 0,155
Pc
rasio =
M nx
b
M cy =
M ny
b
Pr M rx M ry
+
+
2Pc M cx M cy
= 0,828
CONTOH H.3 a.
Hitunglah kekuatan torsional yang tersedia dari penampang PSB 200 x 200 x 12
Solusi
E = 200 000 MPa
h = 200 mm
Fy = 250 MPa
b = 200 mm
C = 2 (b - t) (h - t) t 4,5 (4 -
Fu = 410 MPa
t = 12 mm
h
= 16,667
t
<
2,45
E
= 69,296
Fy
maka digunakan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural persamaan
H3-3
Fcr = 0,6Fy = 150 MPa
Dari SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural pasal H3.1, kekuatan
torsional yang tersedia:
DFBK
DKI
t = 0,9
t = 1,67
t Tn = 113,613 kN m
Tn
= 75,591 kN m
t
CATATAN
Untuk memperoleh petunjuk lebih lengkap tentang desain terhadap torsi, lihat AISC
Design Guide 9, Torsional Analysis of Structural Steel Members (Seaburg and Carter, 1997)
D -t t
Fy = 290 MPa
Fu = 400 MPa
t = 9,3 mm
L=6m
C=
Fcr =
0,6E
D
t
dan
Fcr =
3
2
= 778,33 MPa
1,23E
5
= 779,996 MPa
L D 4
Dt
Dari SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal H3.1, kekuatan
torsional yang tersedia adalah
DFBK
DKI
t = 0,9
t = 1,67
t Tn = 152,395 kN m
Tn
= 101,394 kN m
t
CATATAN
Untuk memperoleh petunjuk lebih lengkap tentang desain terhadap torsi, lihat AISC
Design Guide 9, Torsional Analysis of Structural Steel Members (Seaburg and Carter, 1997)
182 dari 283
WD = 40
kN
m
L = 2,5 m
WL = 50
kN
m
e = 250 mm
Solusi
E = 200 000 MPa
Fy = 290 MPa
Fu = 400 MPa
PSB 250x250x9
h = 250 mm
b = 250 mm
t = 9 mm
DFBK
DKI
wu = 1,2 x wD + 1,6 x wL
wa = wD + wL
wu = 128
kN
m
wa = 90
kN
m
Vr =
wu L
2
Vra =
Vr = 160 kN
wa L
2
Vra = 112,5 kN
Tr =
wu L e
2
Tr = 40 kN m
Tra =
wa L e
2
Tra = 28,125 kN m
h
= 24,778
t
<
1,18
kv E
= 69,292
Fy
maka
Cv = 1
Kekuatan geser nominal SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal
G2.1:
Vn = 0,6 Fy Aw Cv = 698,436 kN
Dari SNI 1729 Pasal G1, kekuatan geser yang tersedia adalah
DFBK
DKI
v = 0,9
t = 1,67
Vc = v Vn = 628,592 kN
Vca =
Vn
= 418,225 kN
v
b
= 27,778
t
Hitung batas kelangsingan kompak sayap dari SNI 1729 Tabel B4.1b Kasus 17
p =1,12
E
= 29,413
Fy
h
w = 24,778
t
Hitung batas kelangsingan kompak badan dari SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan
gedung baja struktural Tabel B4.1b Kasus 19
p = 2,42
E
= 63,552
Fy
DKI
b = 0,9
b = 1,67
M c = bM n
M ca =
Mc = 204,755 kN m
Mca = 136,231 kN m
Mn
b
h
= 24,778
t
<
2,45
E
= 64,34
Fy
maka digunakan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Persamaan
H3-3
Fcr = 0,6 Fy = 174 MPa
Dari SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal H3.1, kekuatan
torsional yang tersedia:
DFBK
DKI
T = 0,9
T = 1,67
Tc = TTn
Tca =
Tc = 144,936 kN m
Tca = 96,431 kN m
Tn
T
Dengan menggunakan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal
H3.2, Kontrol Kekuatan kombinasi pada beberapa lokasi dengan Tu > 0,2 Tc
Kontrol di tumpuan, lokasi geser dan torsi maksimum
DFBK
Tr
= 0,276
Tc
> 0,2
di tumpuan
Mr = 0 kN m
Oleh karena itu, gunakan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural
Persamaan H3-6
P M V T
rasio = r + r + r + r
Pc Mc Vc Tc
V T
rasio = (0 + 0) + r + r = 0,281
Vc Tc
< 1,0
DKI
Tra
= 0,292
Tca
>
0,2 di tumpuan Mr = 0 kN m
Oleh karena itu, gunakan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural
Persamaan H3-6
P
M V
T
rasio = ra + ra + ra + ra
Pca Mca Vca Tca
V
T
rasio = (0 + 0) + ra + ra = 0,314
Vca Tca
< 1,0
Kontrol di lokasi dengan Tr = 0,2 Tc. Ini adalah lokasi dengan momen lentur terbesar yang
harus dipertimbangkan dalam masalah interaksi.
Hitung gaya geser dan momen pada lokasi ini, x
DFBK
x=
Tr -0,2Tc
= 0,344 m
wu e
Tr = 0,2 Tc
186 dari 283
Vr = Vr x wu = 115,949 kN
Mr =
Wu x 2
+Vr x = 32,324 kN m
2
M
rasio = 0 + r
Mc
Vr Tr
+ + = 0,306
Vc Tc
DKI
x=
Tra -0,2Tca
= 0,393 m
wa e
Wa x 2
M ra =
+Vra x = 23,361 kN m
2
2
M V
T
rasio = 0 + ra + ra + ra = 0,319
Mca Vca Tca
CATATAN
Di lokasi lain di balok, dengan Tr < Tc, juga harus di cek untuk menentukan apakah
kekuatan tanpa torsi lebih menentukan dibandingkan dengan interaksi puntir.
I4. Geser
Untuk balok komposit dengan dek baja terbentuk, kekuatan geser yang tersedia didasarkan
pada properti penampang baja saja sesuai dengan Bab G SNI 1729, Spesifikasi untuk
bangunan gedung baja struktural seperti yang digambarkan dalam Contoh I.1.
Untuk komponen struktur komposit terisi beton dan terbungkus beton, baik kekuatan geser
dari penampang baja saja, penampang baja ditambah baja tulangan, atau beton bertulang
saja diizinkan untuk digunakan dalam perhitungan kekuatan geser yang tersedia.
Perhitungan kekuatan geser untuk komponen struktur komposit terisi beton digambarkan
dalam Contoh I.4 dan I.5 dan untuk komponen struktur komposit terbungkus beton dalam
Contoh I.8.
I5. Kombinasi lentur dan gaya aksial
Desain untuk kombinasi gaya aksial dan lentur dapat dicapai dengan menggunakan metode
kompatibilitas regangan atau metode distribusi plastis. Prosedur yang berbeda untuk
menggunakan metode distribusi plastis diuraikan dalam Penjelasan, dan masing-masing
prosedur ditunjukkan untuk komponen struktur terisi beton dalam Contoh I.2 dan untuk
komponen struktur terbungkus beton dalam Contoh I.8. Perhitungan interaksi untuk
komponen struktur terisi beton non-kompak dan langsing diilustrasikan dalam Contoh I.5.
Untuk membantu dalam mengembangkan kurva interaksi yang diilustrasikan dalam contoh
desain, rangkaian persamaan-persamaan disediakan dalam Gambar I-1. Persamaanpersamaan ini mendefinisikan poin-poin terpilih pada kurva interaksi, tanpa
mempertimbangkan efek-efek kelangsingan. Gambar I-1a sampai I-1d menjelaskan kasuskasus tertentu, dan penerapan persamaan-persaman untuk penampang yang berbeda harus
dipertimbangkan dengan hati-hati. Sebagai sebuah contoh, persamaan-persamaan dalam
Gambar I-1a yang sesuai untuk kasus batang tulangan sisi yang terletak di tengah, tetapi
tidak untuk lokasi batang tulangan sisi lainnya. Sebaliknya, persamaan yang sesuai untuk
jumlah tulangan sembarang di lokasi batang tulangan ekstrem. Pada Gambar I-1b,
persamaan hanya cocok untuk kasus 4 batang tulangan di sudut-sudut penampang yang
terbungkus beton.
Bila kasus-kasus desain menyimpang dari yang disajikan persamaan interaksi yang tepat
dapat diturunkan dari prinsip-prinsip pertama. Ketika kasus desain menyimpang dari yang
disajikan persamaan interaksi yang tepat dapat diturunkan dari prinsip-prinsip pertama.
Ketika kasus desain menyimpang dari yang disajikan persamaan interaksi yang tepat dapat
diturunkan dari prinsip-prinsip pertama. Ketika kasus desain menyimpang dari yang disajikan
persamaan interaksi yang tepat dapat diturunkan dari prinsip-prinsip pertama. Ketika kasus
desain menyimpang dari yang disajikan persamaan interaksi yang tepat dapat diturunkan
dari prinsip-prinsip pertama.
I6. Transfer beban
Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural menyediakan beberapa persyaratan
untuk memastikan bahwa bagian-bagian beton dan baja dari penampang bekerja bersamasama. Persyaratan ini membahas alokasi gaya - berapa banyak beban yang diterapkan yang
ditahan oleh baja versus beton bertulang, dan mekanisme transfer gaya - bagaimana gaya
ditransfer antara dua material.
I7. Diafragma komposit dan balok kolektor
Penjelasan ini memberikan panduan tentang metodologi desain untuk kedua diafragma
komposit dan balok kolektor komposit.
189 dari 283
Distribusi
tegangan
Titik
Definisi Persamaan
PA = As F y + Asr F yr +0,85fc' Ac
A
MA = 0
As = luas profil baja
Asr = luas seluruh batang tulangan menerus
Ac = h1h2 As- Asr
PC = 0,85fc' Ac
MC = MB
0,85fc' Ac
PD =
2
M D = Z s F y + Z r F yr +
D
Zc
0,85fc'
2
Z r = Asr -Asrs 2 c
2
2
hh
ZC = 1 2 -Z s -Z r
4
PB = 0
1
M B = M D -Z snF y - Z cn 0,85fc'
2
2
Z cn = h1hn -Z sn
tf
hn 2
'
0,85fc Ac + Asrs -F
2 yr Asrs
hn
2 0,85fc' h1 tw +2F y tw
Z cn = tw hn2
B
d
d
tf < hn
2
2
'
0,85fc Ac + As dbf + Asrs -F
2 y As dbf -F
2 yr Asrs
Untuk hn di sayap
hn =
'
0,85fc Ac + As + Asrs -F
2 y As -F
2 yr Asrs
hn =
2 0,85fc' h1
Penampang
Distribusi
Tegangan
Titik
Definisi Persamaan
PA = As F y + Asr F yr +0,85fc' Ac
A
MA = 0
As = luas profil baja
Asr = luas batang tulangan menerus
Ac = h1h2 As- Asr
A
h
PE = As F y + 0,85fc' Ac - 1 h2 -bf + sr
2
2
'
M E = M D -Z sE F y 1/2 Z cE 0,85fc
h1bf2
-Z sE
4
PC = 0,85fc' Ac
Z cE =
MC = MB
0,85fc' Ac
2
PD =
M D = Z s F y + Z r Fsy +
D
Zc
0,85fc'
2
Z r = Asr 2 c
2
2
hh
ZC = 1 2 -Z s -Z r
4
PB = 0
1
M B = M D -Z snF y - Z cn 0,85fc'
2
2
Z cn = h1hn -Z sn
bf
tw
< hn
2
2
'
0,85fc Ac +As -t
2 f bf -F
2 y As -t
2 f bf
hn
2 4tf F y + h1 -t
2 f 0,85f
b
b
Z sn = z s -t
2 f f + hn f -hn
2
2
'
0,85fc Ac + As -F
2 y As
hn =
'
2 0,85fc h1
'
c
Distribusi
Tegangan
Titik
Definisi Persamaan
PA = F y As +0,85 fc' Ac
MA =0
Ac bi hi -0,85 ri 2
bi B -2 t
hi H -2 t
ri t
ME = MD F y Z sE -1/2 0,85fc' Z cE
Z cE bi h
E
2
E
2
E
Z sE 2 t h
hE
hn H
+
2 4
hn = lihat titik B
PC =0,85 fc' Ac
MC = M D
0,85fc' Ac
2
M D = F y Z s +1/2 0,85fc' Z c
PD =
Zc =
bi hi2
-0,192 ri 3
4
PB = 0
M B = M D -F y Z sn
B
1
0,85 fc' Z cn
2
Z sn = 2 t h22
Z cn = bi hn2
hn =
0,85 fc' Ac
h
i
'
2 0,85 fc bi +4 t F y 2
Distribusi
Tegangan
Titik
Definisi Persamaan
PA = As F y +0,95fc' Ac
MA = 0
A
As dt t2
Ac h 2 /4
+1/2 0,95f h
+1/2 0,95f Z
PE = PA 1/4 F y d -h
M E = F y Z sE
'
Z cE
E
Z sE
2 - sin2
cE
sin3
'
-h
6
sin
hE hn /2 + h /4
2
2
2h
2 2 arcsin E
h
C
PC = 0,95fc' Ac
MC = MD
PD =
0,95fc' Ac
2
M D = F y Z s +1/2 0,95fc' Z c
Zs = Modulus penampang plastis dari profil baja
d 3 /6 -Z c
Z c = h 3 /6
PB = 0
M B = F y Z sB 1/2 Z cn 0,95fc' Z cB
Z sB d 3 -h 3 /6 sin /2
Z cB
3
3
h sin /2 /6
0,0260K c -2K s
0,0848K c
0,0260K c +2K s
d -t
t (diasumsikan dinding PSB tipis)
2
h
- h
hn = sin
2
2 2
+0,857K c K s
0,0848K c
K c = fc' h 2
K s = Fy
rad
wr
Potongan A-A
Agar mampu menahan kebakaran selama dua jam tanpa perlu penyemprotan bahan anti
kebakaran, dipasang pelat beton normal di atas dek baja BONDEK II. Mutu beton fc' = 30
MPa.
Pembebanan sebagai berikut:
Beban mati:
c = 25
kN
m3
Sr = 200 mm
hr = 54 mm
berat deck:
hc = 100 mm
wd = 0,136
kN
m2
Pra-komposit:
Pelat
w h
ws = c r r + hc +wd
Sr
ws = 2,852
kN
m2
wr = 32 mm
tebal 1 mm
kN
m
kN
wp2 = 0,496
m
wp1 = 0,213
WF200.100.5.5.8
WF350.175.7.11
Setelah komposit
Beban mati tambahan wSDL = 1,5
kN
m2
Beban hidup:
Pra-komposit:
Konstruksi
wconstr = 1,25
kN
m2
Setelah komposit
wLL = 5
kN
m2
fc' = 30 MPa
(2) Tinggi rib/rusuk
hr = 54 mm
wr > 50 mm
dsa = 19 mm
Berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal I8.1,
batas ini hanya dapat diterapkan jika angkur tidak di las langsung di atas badan profil.
Angkur D19 akan ditempelkan in suatu pola bergiliran, maka batas ini harus dipenuhi.
Pilih balok induk dengan tebal sayap minimum 7,6 mm.
tf > dsa/25
tf =
19 mm
= 7,6 mm
2,5
(6) Angkur stud, setelah diinstal, harus diperpanjang tidak kurang 37.5 mm di atas sisi atas
deck baja
Panjang angkur 75 mm
Berdasarkan data dari
Dengan menggunakan
instalasi angkur secara
menjadi 120 mm.
120 mm >
hc = 100 mm
o.k.
o.k.
(8) Paling sedikit ada selimut beton setebal 13 mm dari bagian atas dari angkur stud
hr + hc = 154 mm
>
120 mm
L2 = 6 m
PD = L2 1 ws +L2w p1
PD = 35,502 kN
L
PL = L2 1 wconstr
3
PL = 15 kN
kN
m
L1 wu L12
= 135,883 kN m
M u = Pu +
3
8
Cek Kekuatan Lentur WF 350.175.7.11
Fy = 250 MPa
L1
= 2 x 103 mm
3
Lp = 1 965,7 mm
Lr = 5 786,9 mm
Lb =
Cb = 1
b = 0,9
Sx = 774 800 mm3
Mpx = Zx Fy = 216,975 kN m
L -L
M nx =C b M px -M
px -0,7F yS x Lb -Lp
r p
M nx = min M px ,M nx
rasio =
Mu
= 0,698
M nx
= 216,244 kN m
M nx = bM nx = 194,62 kN m
o.k.
Lendutan pra-komposit
AISC Design Guide 3 merekomendasikan lendutan akibat beton dan berat sendiri tidak
melampaui L/360
Ix = 1,356 108 mm4
nc =
5w p 2 L14
L
PD L13
= 10,407 mm < 1 = 16,667 mm
+
360
28 E Ix 384 E Ix
CATATAN
lendutan.
OK
Dapat juga dilakukan lawan lendut (camber) waktu pelaksanaan untuk mereduksi
PD = L2 1 ws +wSDL + L2w p1
3
PD = 53,502 kN
L
PL = L2 1 wLL
3
PL = 60 kN
a=
L1
=2m
3
kN
m
wu a
L1 -a = 322,786 kN m
2
wu L12
M r 2 = Pr a +
= 323,083 kN m
8
M r 1 = Pr a +
Mr3 = Mr1
Menghitung b
Lebar efektif pelat beton adalah jumlah lebar efektif tiap sisi dari sumbu balok yang dihitung
berdasarkan nilai minimum dari 3 kondisi SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja
struktural Pasal I3.1a
(1)
L1
(2) = 1,5 m
8
dua sisi
(2)
L2
(2) = 6 m
2
(3)
dua sisi
berarti
beff = 1,5 m
bf = 175 mm
r = 14 mm
h = d - 2 tf - 2 r = 300 mm
h
= 42,857
tw
<
3,76
tf = 11 mm
E
= 106,349
Fy
tw = 7 mm
As = 6314,2 mm2
Jadi harus digunakan distribusi tegangan plastis untuk menghitung kekuatan lentur nominal.
Metode perhitungan langsung
(1)
Beton pecah
Ac = luas pelat beton selebar lebar efektif. Anggap profil deck 50% kosong dan 50%
terisi beton
Ac = beff hc +
beff
hr
2
Baja leleh
Cs = As Fy = 1,579 x 103 kN
(3)
Transfer Geser
70% digunakan sebagai persentasi percobaan penampang komposit sebagai berikut
C = 0,7 min(Cc,Cs) = 1104,985 kN
Sumbu Netral Plastis dicari dengan menyamakan gaya yang bekerja di atas dan di bawah
sumbu netral. Konsep ini diperlihatkan pada gambar di bawah, dengan menganggap lokasi
SNP terletak di sayap balok baja
diatas SNP
= Fdibawah SNP
n
C + x bf Fy = (As - bf x) Fy
maka x diperoleh:
x=
As F y C
2 bf F y
= 5,4121714 mm <
tf = 11 mm
a=
C
= 28,888 mm
0,85 fc' beff
<
a
d1 = hc - = 85,556 mm
2
d2 =
x
= 2,706 mm
2
d3 =
d
= 175 mm
2
Py = As Fy = 1,579 x 103 kN
Mn = C (d1 + d2) + Py (d3 - d2) = 369,503 kN m
bM n = 332,552 kN m >
rasio =
Mr2 = 323,083 kN m
Mr 2
= 0,972
b M n
202 dari 283
0,5
R g R p Asa Fu
fc'
E c = 4 700
MPa = 25 742,9602 MPa
MPa
1
Asa = d sa2 = 283,529 mm2
4
Rg = 1
Rp = 0,75
Fu = 450 MPa
Qn = 95,691 kN
Q
Nangkur =
Qn
Nangkur = 12
Nangkur =
C
= 11,547
Qn
Sesuai SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural pasal I8.2d, angkur
antara beban terpusat harus ditempatkan untuk jarak maksimum:
smax = min(1 500 mm, 900 mm)
smax = 900 mm
Untuk balok dengan rusuk dek yang sejajar balok, jarak angkur tidak tergantung dari jarak
galur/alur dari deck. Angkur tunggal dapat dipasang sebagaimana diperlukan sepanjang
balok dengan jarak minimum 6dds sesuai SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja
struktural Pasal I8.2d. Angkur juga dapat ditempatkan sebagai pasangan sebaris atau
berselang seling dengan jarak minimum antara 4 diameter stud = 75 mm. Untuk desain ini,
dipilih menggunakan pasangan angkur sampai dengan ujung balok sesuai persyaratan
kekuatan dan angkur tunggal sepanjang sumbu penampang yang memenuhi persyaratan
jarak maksimum seperti diperlihatkan dalam gambar di bawah ini.
Balok
mininum 3
Balok induk
Kolom
Balok
Kolom
Dek tidak
diperlihatkan
WF
WF
SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal I8.2d mensyaratkan
bahwa jarak dari pusat suatu angkur ke tepi bebas dalam arah gaya geser adalah minimum
180 mm untuk pelat beton normal. Untuk balok komposit dengan tumpuan sederhana,
persyaratan ini dapat diterapkan ke jarak antara tepi pelat dan angkur pertama disetiap ujung
balok. Dengan menganggap tepi pelat sepusat dengan sumbu dari tumpuan, pada gambar
jarak ini adalah 180 mm, dalam kasus ini sayap kolom akan mencegah perlunya kontrol ini.
Tepi pelat sering ditumpu secara merata oleh sayap kolom atau penghentian pengecoran
dalam konstruksi komposit, yang akan mencegah terjadinya kegagalan beton yang jebol dan
menghapus persyaratan jarak tepi.
Pada contoh ini, jumlah minimum angkur diperlukan untuk memenuhi batas jarak maksimum
yang telah dihitung digunakan di tengah pertigaan dari bentang balok. Harap dicatat juga
bahwa SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal I3.2c(1)(4)
mensyaratkan deck baja yang diangkur ke semua elemen penumpu berjarak maksimum 450
mm. Tambahan, ANSI/SDI C1.0-2006, Standard for Composite Steel Floor Deck (SDI,2006),
meminta deck untuk dipasang pada rata-rata sejarak 300 mm tapi tidak lebih dari 450 mm.
Kriteria lendutan beban hidup
Lendutan akibat beban hidup diterapkan setelah aksi komposit terjadi akan dibatasi ke L/360
dengan besar beban hidup sesuai SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan
gedung dan struktur lain, atau 25 mm dengan menggunakan reduksi 50% dalam beban
hidup desain sebagaimana direkomendasikan oleh AISC Design Guide 3.
Lendutan untuk komponen komposit dapat dihitung dengan menggunakan momen inersia
batas bawah dalam Penjelasan AISC Persamaan C-I3-1 dan ditabulasi dalam AISC Manual
Tabel 3-20. Penjelasan AISC juga memberikan metode alternatif untuk menghitung lendutan
melalui perhitungan momen inersia efektif. Kedua metode dapat diterima dan akan
diilustrasikan dalam contoh berikut untuk maksud perbandingan.
Metode 1: Menghitung momen inersia batas bawah, ILB
Q n
+ i
F
y
2
2 d +d Y ENA
3
1
Variabel d1, d2 dan d3 dihitung dengan prosedur yang telah dilakukan di atas waktu
menghitung kapasitas momen nominal. Walaupun demikian, untuk perhitungan ILB, kuat
nominal angkur baja dihitung diantara titik lokasi momen maksiumum positif dan titil lokasi
204 dari 283
momen nol, bukan antara beban terpusat dan lokasi momen nol seperti yang telah
digunakan di atas. Momen maksimum terletak di tengah bentang .
jumlah total angkur:
a=
max C ,13 Q n
0,85 fc' beff
12 + 1 = 13
Qn = 1 243,982 kN
C = 1 104,985 kN
= 32,522 mm
a
d1 =hc - = 83,739 mm
2
x=
As F y -13 Q n
2 bf F y
= 3,824 mm <
d2 =
x
= 1,912 mm
2
d3 =
d
= 175 mm
2
tf = 11 mm
Jarak dari sisi atas profil baja ke sumbu netral elastik, YENA, untuk digunakan dalam
Persamaan C-I3-1 dihitung dengan prosedur yang diberikan dalam AISC Specification
Commentary Section I3.2 sebagai berikut
Y ENA
13 Q n
As d 3 +
2 d +d 1
F 3
y
= 289,035 mm
=
13 Q n
As +
F
y
Dengan mensubstitusikan nilai nilai ini kedalam AISC Specification Commentary Section
Equation C-I3-1, diperoleh inersia batas bawah:
13 Q n
2
ILB = Ixs + As Y ENA d 3 +
F
y
2
Y ENA
2 d 3 +d1
n=
E
= 7,769
Ec
btr 1 =
beff
= 193,072 mm
n
btr 2 =
0,5beff
= 96.536 mm
n
beff
0,5 beff
x = 0,1 mm
hc
x
+ x + btr 2 x + As
2
2
btr 1 hc
d
r + = 0
x -h
2
1
1
h
x
Itr = Ixs + btr 1hc3 + btr 2 x 3 + btr 1hc c + x + btr 2 x + As
12
12
2
2
d
x - hr + 2
13Q n
8
4
Iequiv = Ixs +
Itr -Ixs = 4,789 x 10 mm
Cf
Berdasarkan AISC Specification Commentary Section I3.2:
Ieff = 0,75 Iequiv = 3,591 x 108 mm4
Perbandingan hasil kedua metode dan Perhitungan Lendutan Final
ILB = 3,219 x 108 mm4
LL =
PLL13
= 7,189 mm < 25 mm, o.k. menurut batas AISC Design Guide 3
28EILB
(reduksi 50% dalam beban hidup desain menurut AISC Design Guide 3 tidak perlu dilakukan
dalam batas ini)
= L1 /834,608 < L1 / 360, o.k. berdasarkan batas SNI pembebanan
Kekuatan Geser yang tersedia
Menurut SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal I4.1, balok
induk harus dianggap sebagai balok baja saja pada waktu menahan gaya geser.
Vu = Pr +
wu L1
= 161,988 kN
2
v Vn = 367,5 kN
v = 1,0
Vn = 0,6 Fy d tw 1
Kinerja
Tergantung maksud penggunaan dari bentang ini, vibrasi mungkin perlu dipertimbangkan.
Lihat AISC Design Guide 11 untuk informasi tambahan.
Perlu diperhatikan terjadinya retak pada pelat di garis sejajar balok induk, jadi perlu dipasang
tulangan yang melintang dibagian atas pelat beton.
fc' = 25 MPa
E c = 4 700
Fy = 250 MPa
fc'
MPa = 23 500 MPa
MPa
Data Profil
As = 7 527 mm2
H = 250 mm
B = 150 mm
t = 10 mm
h = H - 2 t = 230 mm
h
= 23
t
b = B - 2 t = 130 mm
b
= 13
t
Asr = 0 mm2
Isr = 0 mm4
208 dari 283
E
3
Pno = F y As +C 2 fc' Ac + Asr
= 2,515 x 10 kN
Ec
B -4 t h 3 t H -4 t
=
+
Icx
12
9
+
-64 t 4
36
H -4 t 4 t
+t
+
3
2
H -4 t h 3 + t B -4 t
=
Icy
12
-64 t 4
36
B -4 t 4 t
+t 2
+
3
2
fc' = 25 MPa
(2)
(3)
o.k.
Fy < 517 MPa
o.k.
As > 0,01 Ag
Tidak ada persyaratan tulangan minimum dalam kasus ini; jadi luas tulangan , Asr, adalah nol
untuk contoh ini.
Klasifikasi penampang untuk tekuk lokal
Untuk menghitung kekuatan penampang komposit terhadap gaya aksial, batang harus
diklasifikasi apakah kompak, nonkompak atau langsing sesuai SNI 1729 Tabel I1. 1A.
p = 2,26
E
= 63,922
Fy
h b
controlling = max , = 23
t t
<
p penampang kompak
As
C 3 = 0,6 +2
Ac + As
= 1,003
harus 0,9
C3 = 0,9
Pe =
2 E Ieff
K L
= 6,071 x 103 kN
Pno
= 0,414 > 2,25
Pe
Pn = 0,877 Pe = 5,324 x 103 kN
Bila
PD = 800 kN
PL = 1200 kN
c = 0,75
rasio =
c Pn = 3 993,225 kN
Pr
= 0,721
c Pn
DKI
c = 2
rasio =
Pn
= 2662,15 kN
c
Pa
= 0,751
Pn
c
fc' = 25 MPa
Fy = 250 MPa
fc'
MPa = 23 500 MPa
MPa
E c = 4 700
L=4m
Penampang
PD = 500 kN
Tampak samping
PW = 1300 kN
(tarik)
Data Profil
As = 7 527 mm2
H = 250 mm
B = 150 mm
t = 10 mm
h = H - 2 t = 230 mm
h
= 23
t
b = B - 2 t = 130 mm
b
= 13
t
fy = 400 MPa
Data beton
Ac = b h - t2 (4 -
Tidak ada persyaratan minimum untuk tulangan memanjang dalam SNI 1729, Spesifikasi
untuk bangunan gedung baja struktural , oleh karena itu adalah umum dalam praktek pada
batang komposit ini tidak dipasang tulangan.
Asr = 0 mm2
DFBK
DKI
CATATAN
t = 0,9
t = 1,67
DKI
Pr
= 0,502
tPn
rasio =
Pa
= 0,426
Pn
t
CONTOH I.4 Batang komposit terisi yang menahan gaya tekan, momen lentur dan
geser
Kontrol apakah batang komposit dengan panjang 4 m seperti yang diperlihatkan pada
gambar mampu menahan gaya tekan, geser dan momen hasil Analisis Langsung dari SNI
1729 Pasal C untuk kombinasi pembebanan yang kritis sesuai SNI 1727 Pembebanan.
Mutu beton fc' = 25 MPa sedang Profil PSB Fy = 250 MPa
fc' = 25 MPa
Fy = 250 MPa
fc'
E c = 4 700
MPa = 23 500 MPa
MPa
fy = 400 MPa
L=4m
Pr
Mr
Vr
MMr r
Vr
Mr
Pr
Penampang
Pr = 450 kN
Pa = 275 kN
Mr = 135,9 kN m
Ma = 75 kN m
Vr = 80 kN
Va = 46 kN
Data Profil
As = 7 527 mm2
H = 250 mm
B = 150 mm
t = 0,93 tg
h = H - 2 t = 231,4 mm
b = B - 2 t = 131,4 mm
tg = 10 mm
h
= 24,882
t
b
= 14,129
t
Tampak samping
H
Z sx = B -2 t t H t +2
2
h
5
3
t = 5,631 x 10 mm
t
Data beton
Ac = b h - t2 (4 -
Penampang Komposit
Tidak ada persyaratan minimum untuk tulangan memanjang dalam SNI 1729, oleh karena itu
adalah umum dalam praktek pada batang komposit ini tidak dipasang tulangan.
Asr = 0 mm2
Isr = 0 mm4
B -4 t h 3 + t H -4 t
=
Icx
12
9
+
-64 t 4
36
H -4 t 4 t
+t 2
+
3
2
H -4 t h 3 t B -4 t
=
+
Icy
12
9
+
-64 t 4
36
B -4 t 4 t
+t
+
3
2
Mutu beton:
fc' = 25 MPa
(2)
o.k.
Fy = 250 MPa
(3)
>
As > 0,01 Ag
c = 0,75
Pn = 4,437 x 103 kN
c Pn = 3 327,75 kN
Menghitung M n
b = 131,4 mm
b = 0,9
h = 231,4 mm
b h2
-0,192 t 3 = 1,759 x 106 mm3
4
1
M D = F y Z sx + 0,85 fc' Z c = 159,473 kN m
2
Zc =
0,85 fc' Ac
h
hn = min
, = 53,303 mm
'
0,85 fc b +4 t F y 2
216 dari 283
0,85 fc' Z cn
= 142,295 kN m
M n = M D -F y Z sn 2
bM n = 128,066 kN m
DFBK
Pc = c Pn = 3,328 x 103 kN
Pr
= 0,135
Pc
Mc = b M n = 128,066 kN m
< 0,2
Pr
M
+ r = 1,129
2 Pc M c
rasioLRFD =
DKI
c = 1,67
Pa = 445,4 kN
b = 1,67
Ma = 75 kN m
Pa
= 0,168
Pc
rasioASD =
Pc =
Mc =
Pn
= 2,657 x 103 kN
c
Mn
= 85,207 kN m
b
< 0,2
Pa
M
+ a = 0,964
Pn M c
2
c
Dengan menggunakan DFBK, Metode 1 menunjukan bahwa penampang tidak kuat terhadap
beban terfaktor. Perencana dapat memilih penampang baru yang memenuhi kontrol interaksi
atau melakukan analisis ulang dengan menggunakan metode desain kurang konservatif
seperti Metode 2. Metode ini akan dijelaskan sebagai berikut:
Metode 2: Kurva interaksi dari model distribusi platis
Prosedur untuk membuat kurva interaksi dengan menggunakan model distribusi tegangan
plastis diperlihatkan dalam gambar di bawah ini.
Kekuatan material
(persamaan kekuatan)
Kelangsingan
(kurva kolom)
Desain
Kekuatan tekan
= Reduksi kelangsingan
= A/A
Kekuatan Lentur
P4
0,85 fc' Ac
= 322,274 kN
2
M 4 Fy Zsx
0,85 fc' Z c
= 159,473 kN m
2
0,85 fc' Ac
h
hn = min
, = 53,303 mm
'
0,85 fc b +4 t F y 2
Z sn = 2 t hn2 = 5,285 x 104 mm3
M 5 MD - Fy Zsn
0,85 fc' Z cn
= 142,295 kN m
2
hE =
hn H
+ = 89,151 mm
2 4
P2
0,85 fc' Ac
0,85 fc' b hE +4 F y t hE = 1,4 x 103 kN
2
M 2 M 4 -F y Z sE
0,85 fc' Z cE
= 111,419 kN m
2
Titik yang dihitung di plot untuk membentuk permukaan interaksi kekuatan nominal kolom
pendek.
Langkah 2: Buat permukaan kuat nominal A', B', C', D' ,E' memperhitungkan efek
kelangsingan
Faktor reduksi kelangsingan, , dihitung untuk titik A dengan menggunakan SNI 1729 Pasal
I2.2 sesuai dengan AISC Specification Commentary Section I5
Pno = P1 = 2,526 x 103 kN
As
C 3 = min 0.9,0.6 +2
= 0,9
Ac + As
Pe =
2 E Ieff
1.L
Pno
= 0,41
Pe
= 6,158 x 103 kN
< 2,25
Pno
Pn = Pno 0,658 Pe
= 2127,73367 kN
Pn
= 0,842
Pno
Berdasarkan AISC Specification Commentary Section I5, reduksi kelangsingan yang sama
diterapkan untuk titik-titik yang lain pada permukaan interaksi
PR1 = P1
PR2 = P2
PR3 = P3
PR4 = P4
PR5 = P5
Langkah 3 Buat permukaan interaksi desain dan cek kekuatan batang komposit
Langkah terakhir dalam prosedur metode 2 adalah mereduksi semua titik dengan faktor
reduksi kapasitas atau faktor keamanan yang sesuai.
DFBK
Kekuatan Tekan Desain
c = 0,75
P1 = c PR1
P2 = c PR2
P3 = c PR3
P4 = c PR4
P5 = c PR5
M3 = b M3
M4 = b M4
M5 = b M5
b = 0,9
M1 = b M1
M2 = b M2
Dengan mengeplot besar Pr dan Mr ke dalam kurva interaksi desain yang diperoleh dari
kombinasi pembebanan yang kritis, dapat dilihat bahwa (Mr,Pr) ada di dalam kurva, berarti
batang komposit mampu menahan pembebanan yang ada Metode 2 yang disederhanakan
Versi sederhana dari Metode 2 adalah dengan menghapus titik D dan E dari permukaan
interaksi, sehingga tinggal titik A", B",dan C''.
Jadi
P1 = P1
P2 = P3
P3 = P5
M1 = M1
M2 = M3 M3 = M5
Dengan mereduksi jumlah titik interaksi, harus dilakukan kontrol interaksi bilinier yang
didefinisikan AISC Specification Commentary Equations C-I5-1a dan C-I5-1b.
DFBK
Pr = 450 kN
P2 = 407,146 kN
>
Pr -P
2 Mr
+
= 1,256
P1 -P
2 M2
rasioLRFD = 1,129
Metode 2
Metode 2 - Disederhanakan
Dari gambar dapat dilihat, kondisi konservatif dari penggunaan Bab H SNI 1729, Spesifikasi
untuk bangunan gedung baja struktural. Metode 2 memberikan nilai kekuatan yang tertinggi,
walaupun demikian, Metode 2-yang disederhanakan representasi yang baik dari kurva
desain lengkap.
Kekuatan geser yang tersedia
SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal I4.1 memberikan 3
metode untuk menghitung kuat geser tersedia dari batang komposit ini: kuat geser yang
tersedia dari penampang baja sendiri sesuai Pasal G SNI 1729, kekuatan geser tersedia dari
beton bertulang sendiri sesuai SNI 2847 atau kuat geser tersedia dari penampang baja plus
tulangan dengan mengabaikan kontribusi dari beton.
Kekuatan geser penampang baja yang tersedia
Dari SNI 1729 Pasal G5, kekuatan geser nominal Vn, dari batang PSB komposit, dihitung
dengan menggunakan Pasal G2.1(b) dengan kv = 5.
h
= 23,882
t
h = H - 3 t = 222,1 mm
kv = 5
h
= 23,882
t
E
1,1 kv
F
y
<
= 69,57
Gunakan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Persamaan G2-3
Cv = 1
Persamaan G2-3
DFBK
v = 0,9
rasio =
Vr
= 0,143
vVn
o.k.
DKI
v = 1,67
rasio =
Va
= 0,124
Vn
v
o.k.
= 0,6
=1
bw = b
fc'
4
Vn =
bw h MPa
3 MPa
Vn = 116,736 kN
rasio =
Vr
= 0,685
Vn
o.k.
Dapat dilihat dari perhitungan ini, ketahanan terhadap geser dari beton tanpa tulangan itu
kecil dan kuat geser dari baja sendirian saja mampu menahan gaya geser.
Alokasi gaya dan Transfer Beban
Perhitungan transfer beban akibat gaya aksial harus dilakukan sesuai SNI 1729 Pasal I6.
Aplikasi spesifik dari provisi transfer beban tergantung konfigurasi dan detailing dari elemen
yang bersambungan.
CONTOH I.5 Kolom boks komposit terisi beton dengan elemen langsing
Kontrol apakah batang komposit dengan panjang 4 m seperti yang diperlihatkan pada
gambar mampu menahan gaya tekan, geser dan momen hasil Analisis Langsung dari SNI
1729 Pasal C untuk kombinasi pembebanan yang kritis sesuai SNI 1727, Beban minimum
untuk perancangan bangunan gedung dan struktur lain.
Mutu beton fc' = 35 MPa sedang Profil PSB Fy = 250 MPa
fc' = 35 MPa
Fy = 250 MPa
Fu = 410 MPa
fc'
E c = 4 700
MPa = 27 805,575 MPa
MPa
Pr = 6 000 kN
Pa = 4 500 kN
Mr = 760 kN m
Ma = 500 kN m
Vr = 167 kN
Va = 96 kN
L=6m
t = 10 mm
Harap dicatat, reduksi tebal dinding desain SNI 1729 Pasal B4.2 berlaku hanya untuk PSB
yang dilas listrik dan tidak berlaku untuk penampang tersusun seperti dalam kasus ini.
226 dari 283
H = 750 mm
hi = H - 2 t = 730 mm
B = 750 mm
bi = B - 2 t = 730 mm
Igx =
B H3
= 2,637 x 1010 mm4
12
Icx =
bi hi3
= 2,367 x 1010 mm4
12
fc' = 35 MPa
(2)
o.k.
Fy = 250 MPa
(3)
As > 0,01 Ag
> 0,01 Ag = 5,625 x 103 mm2
b h
max i , i = 73
t t
Klasifikasi penampang untuk tekuk lokal di elemen baja yang mengalami gaya aksial tekan
dari SNI 1729 Tabel I1.1A:
p = 2,26
E
= 63,922
Fy
r = 3
E
= 84,853
Fy
max = 5
E
= 141,421
Fy
Asr = 0 mm2
Isr = 0 mm2
E
4
Pp = F y As +C 2 fc' Ac + Asr
= 2,325 x 10 kN
Ec
E
4
Py = F y As +0,7 fc' Ac + Asr
= 2,046 x 10 kN
Ec
P -P
2
Pno = Pp - p y 2 -p = 2,273 x 104 kN
r -p
Pno = 22727,52924 kN
As
C 3 = min 0,6 +2
Ac + As
,0.9 = 0,705
Pe =
2 EIeff
1,0 L
Pno
= 0,083
Pe
= 2,754 x 105 kN
< 2,25
Oleh karena itu, menurut SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural
Persamaan I2-2
Pno
Pn = Pno 0,658 Pe
= 21 955,84355 kN
Menurut SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal I2.2b, kekuatan
tekan tidak lebih kecil dari pada kekuatan tekan untuk penampang baja saja sebagaimana
ditentukan di SNI 1729 pasal E, di kasus ini kekuatan tekan baja lebih kecil.
c = 0,75
c Pn = 1,647 x 104 kN
c = 2
Pn
= 1,098 x 104 kN
c
M n =M p -M
p -M y
-
-
p
Untuk menggunakan Persamaan tersebut di atas, Momen plastis dan momen leleh
penampang harus dihitung terlebih dahulu.
Momen plastis
Langkah pertama untuk menghitung kekuatan lentur tersedia dari suatu penampang
nonkompak adalah dengan menghitung momen terhadap distribusi tegangan plastis yang
bekerja di penampang komposit. Konsep ini diperlihatkan secara grafis pada gambar di
bawah ini sesuai AISC Specification Commentary Figure C-I3.7(a) dan mengikuiti distribusi
gaya pada gambar di bawah ini.
Tegangan
baja
Tegangan
beton
Resultante
gaya
Gaya
C 1 = bi tf F y
C 2 = 0,85 fc' ap tf bi
C 3 = ap 2 tw F y
T1 = H a p 2 tw F y
T2 = bi tf F y
dengan:
ap =
2 F y H tw +0,85 fc' bi tf
4 tw F y +0,85 fc' bi
Lengan Momen
t
yc 1 = ap - f
2
a t
yc 2 = p f
2
a
yc 3 = p
2
H -a p
yr 1 =
2
y r 2 = H -a p
tf
2
tw = t
ap =
tf = t
2F y H tw +0,85 fc' tf bi
4 tw F y +0,85 fc' bi
= 125,078 mm
t
y c 1 = a p -f = 120,078 mm
2
C1 = bi tf Fy = 1,825 x 103 kN
yc 2 =
C3 = ap 2 tw Fy = 625,392 kN
yc 3 =
yt1 =
T2 = bi tf Fy = 1,825 x 103 kN
3
i =1
i =1
a p -tf
2
ap
= 57,539 mm
= 62,539 mm
H -a p
2
= 312,461 mm
t
yt 2 = H -a p -f = 619,922 mm
2
Tegangan
Beton
Resultante
Gaya
Sumbu netral
iinelastis
Komponen
Gaya
Lengan Momen
C 1 = bi tf F y
C 2 = 0,35 fc' a y tf bi
C 3 = a y 2 tw 0,5 F y
t
yc 1 = a y - f
2
2 a y tf
yc 2 =
3
ay
yc 3 =
3
2a
yr1 = y
3
H
yr 2 =
2
t
y r 3 = H -a y f
2
T1 = a y 2 tw 0,5 F y
T2 = H a y 2 tw F y
T3 = bi tf F y
dengan:
ay =
2 F y H tw +0,35 fc' bi tf
4 tw F y +0,35 fc' bi
2 F y H tw +0,35 fc' bi tf
4 tw F y +0,35 fc' bi
= 202,688 mm
C1 = bi tf Fy = 1,825 x 103 kN
C2 = 0,35 fc' (ay - tf) bi = 1,723 x 103 kN
C3 = ay 2 tw 0,5 Fy = 506,721 kN
T1 = ay 2 tw 0,5 Fy = 506,721 kN
T2 = (H - 2 ay) 2 tw Fy = 1,723 x 103 kN
T3 = bi tf Fy = 1,825 x 103 kN
3
i =1
i =1
t
y c 1 = a y - f = 197,688 mm
2
2 ay tf
yc 2 =
= 128,459 mm
3
2 ay
= 135,126 mm
yc 3 =
3
2 ay
yt1 =
= 135,126 mm
3
H
= 0,375 m
yt 2 =
2
t
yt 3 = H -a y - f = 542,312 mm
2
M y = C i y ci + Ti yti = 2393,1666 kN m
Sekarang Mp dan My telah dihitung, Persamaan I3-3b dapat digunakan bersama-sama
dengan kelangsingan lentur yang telah dihitung sebelumnya untuk menghitung kekuatan
lentur penampang komposit sebagai berikut:
M n =M p -M
p -M y
-
-
p
= 2459,17724 kN m
Mn = b Mn = 2213,25951 kN m
b = 0,9
Mn
= 1472,56122 kN m
b
b = 1,67
Mn = 2,213 x 103 kN m
Pr
= 0,364
Pc
rasio LRFD =
> 0,2
Pr 8 M r
= 0,67
Pc 9 M c
DKI
Pa = 4500 kN
Ma = 500 kN m
Pc =
Pn
= 1,098 x 104 kN
c
Mc =
Mn
= 1,473 x 103 kN m
b
Pa
= 0,41
Pc
rasioASD =
> 0,2
Pa 8 M a
= 0,712
Pc 9 M c
CATATAN
Kuat lentur untuk batang komposit terisi beton dengan penampang yang langsing
harus dihitung sesuai SNI 1729 pasal I3.4b(c). Kekuatan lentur nominal ditentukan sebagai momen
leleh pertama, Mcr, yaitu momen dengan tegangan sayap tekan Fcr menggunakan distribusi tegangan
'
elastik linier yang memiliki tegangan tekan maksimum beton 0,7 fc . Konsep ini diperlihatkan secara
diagram dalam AISC Specification Figure C-I3.7(c) dengan distribusi seperti pada gambar di bawah:
Tegangan
baja
Tegangan
beton
Resultan gaya
'
0,70 fc
Sumbu netral
elastis
Komponen
C 1 = bi tf F y
C 2 = 0,85fc' a p tf bi
C 3 = ap 2tw F y
T1 = H a p 2 tw F y
T2 = bi tf F y
dengan:
ay =
2 F y H tw +0,35 fc' bi tf
4 tw F y +0,35 fc' bi
Lengan Momen
t
y c 1 = a p -f
2
ap tf
yc 2 =
2
a
yc 3 = p
2
H -a p
yT 1 =
2
t
yT 2 = H -a p -f
2
CONTOH I.6
Kontrol apakah batang komposit dengan panjang 4 m seperti yang diperlihatkan pada
gambar mampu menahan gaya tekan PD dan PL dari kombinasi pembebanan yang kritis
sesuai SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan struktur lain.
Mutu beton fc' = 35 MPa sedang Profil WF Fy = 250 MPa
Fy = 250 MPa
Fu = 410 MPa
fc' = 35 MPa
E c = 4 700
fy = 400 MPa
fc'
MPa = 27 805,575 MPa
MPa
L=6m
h2 = 600 mm
diameter tulangan
db = 25 mm
selimut beton
cover = 40 mm
diameter sengkang
dbs = 10 mm
Asri =
1
d b2 = 490,874 mm2
4
Ig =
h1 h23
= 1,08 x 1010 mm4
12
bf = 175 mm
tw = 7 mm
tf = 11 mm
Zsx = 8,679 x 105 mm3
Data tulangan
cs = cover + dbs +
db
= 62,5 mm
2
e=
h
c s = 87,5 mm
2
h = 300 mm
J = 1,94 x 105 mm4
Isri =
d b4
64
Icx = Icy
fc' = 35 MPa
(2)
(3)
o.k.
o.k.
o.k.
Batasan tulangan transversal yang tercantum dalam SNI 1729 Pasal I1.1(3), I2.1a(2) dan
SNI 2847 sebagai berikut:
(1)
o.k.
Harap dicatat bahwa SNI 1729 Pasal I1.1(1) secara spesifik mengabaikan persyaratan
kolom komposit dari SNI 2847 Pasal 10.13, maka tidak perlu memenuhi persyaratan
SNI 2847 Pasal 10.13.8 ketika mendesain kolom komposit dengan menggunakan SNI
1729 Pasal I.
235 dari 283
Jika digunakan spiral, persyaratan SNI 2847 Pasal 7.10 dan 10.9.3 harus dipenuhi
sesuai dengan Catatan Pengguna pada akhir SNI Pasal I2.1a.
(2)
(3)
Jarak antara sengkang ikat seharusnya tidak melampaui 0,5 kali ukuran penampang
kolom terkecil
smaks = 0,5 min(h1,h2) = 300 mm
(4)
Selimut beton:
SNI 2847 Pasal 7.7 berisi persyaratan selimut beton. Untuk beton yang tidak
berhubungan langsung dengan cuaca atau dengan tanah, selimut beton untuk
sengkang ikat adalah 40 mm.
cover = 40 mm
(5)
o.k.
Batas Tulangan memanjang dan baja struktural tercantum di SNI 1729 Pasal I1.1(4), I2.1
dan SNI 2847 sebagai berikut:
(1)
As
= 0,018
Ag
o.k.
Rasio maksimum secara eksplisit untuk profil baja komposit tidak tersedia di SNI;
walaupun demikian, telah dicatat di literatur sekirat 8 % - 12% agar diperoleh batang
komposit yang ekonomis terhadap beban gravitasi (Leon and Hajjar, 2008).
(2)
Asr
= 0,0109
Ag
o.k.
(3)
Asr
= 0,0109
Ag
o.k.
Batas tulangan memanjang ini tercantum dalam SNI 2847 Pasal 10.9.1.
Direkomendasikan bahwa semua tulangan memanjang, termasuk tulangan tidak
menerus tidak digunakan dalam perhitungan kekuatan, jika rasio ini dimasukan karena
rasio tersebut dipertimbangkan sebagai suatu batas praktis untuk mengurangi kongesti
tulangan. Jika digunakan panjang lewatan, batas ini tereduksi menjadi 4% di luar
daerah lokasi pemutusan tulangan.
(4)
(5)
hs =
db
= 62,5 mm
2
h1 -d c
= 268,75 mm
2
>
smin = 37,5 mm
s=
(7)
h2 d d b
- - -62,5 mm = 50 mm
2 2 2
sama, dan selimut sengkang ikat yang telah dihitung sebelum ini dapat diterima, maka
selimut beton untuk tulangan memanjang pun dapat diterima.
Gaya tekan yang bekerja
PD = 1 000 kN
PL = 3 000 kN
Pa = PD + PL = 4 000 kN
As
C 1 = min 0,1+2
Ac + As
,0.3 = 0,135
Pe =
2E Ieff
1,0 L
Pno
= 1,104
Pe
= 1,228 x 104 kN
< 2,25
Pn = Pno 0,658 Pe
= 8,54 x 103 kN
DFBK
c = 0,75
rasioLRFD =
DKI
c Pn = 6,405 x 103 kN
Pr
= 0,937
c Pn
c = 2
rasioASD =
Pn
= 4,27 x 103 kN
c
Pa
= 0,937
Pn
c
CONTOH I.7 Kolom komposit terisi beton dan profil WF menahan tarik
Kontrol apakah batang komposit dengan panjang 4 m seperti yang diperlihatkan pada
gambar mampu menahan gaya tarik akibat PD dan PW dari kombinasi pembebanan yang
kritis sesuai SNI Pembebanan.
Mutu beton fc' = 35 MPa sedang Profil WF Fy = 250 MPa
Fy = 250 MPa
Fu = 410 MPa
fc' = 35 MPa
E c = 4 700
fy = 400 MPa
fc'
MPa = 27 805,575 MPa
MPa
h2 = 600 mm
selimut beton
cover = 40 mm
Asri =
1
d b2 = 490,874 mm2
4
diameter tulangan
db = 25 mm
Ig =
h1 h23
= 1,08 x 1010 mm4
12
bf = 175 mm
As = 6314,2 mm2
tw = 7 mm
tf = 11 mm
h = 300 mm
Data tulangan
cs = cover + dbs +
Isri =
d b4
64
db
= 62,5 mm
2
e=
h
c s = 87,5 mm
2
Icx = Icy
(tekan)
PW = 3 000 kN
(tarik)
t = 0,90
rasioLRFD =
t Pn = 2834,4117 kN
Pr
= 0,741
t Pn
t = 1,67
rasioASD=
Pn
= 1885,8361 kN
t
Pa
= 0,636
Pn
t
CONTOH I.8 Batang komposit WF terbungkus beton yang menahan gaya tekan,
momen lentur dan geser
Kontrol apakah batang komposit dengan panjang 6 m seperti yang diperlihatkan pada
gambar mampu menahan gaya tekan, geser dan momen dari hasil Analisis Langsung
meurut SNI 1729 Pasal C untuk kombinasi pembebanan yang kritis sesuai SNI 1727
Pembebanan.
Mutu beton fc' = 35 MPa sedang Profil PSB Fy = 250 MPa
Fy = 250 MPa
fc' = 35 MPa
Fu = 410 MPa
E c = 4700
fc'
MPa = 27 805,575 MPa
MPa
Pr = 5 507 kN
Pa = 4 387 kN
Mr = 135,9 kN m
Ma = 103 kN m
Vr = 326 kN
Va = 250 kN
fy = 400 MPa
L=6m
h2 = 600 mm
diameter tulangan
db = 25 mm
selimut beton
cover = 40 mm
diameter sengkang
dbs = 10 mm
Asri =
1
d b2 = 490,874 mm2
4
Ig =
h1 h23
= 1,08 x 1010 mm4
12
bf = 175 mm
As = 6 314,2 mm2
tw = 7 mm
tf = 11 mm
h = 300 mm
Data tulangan
cs = cover + dbs +
Isri =
db
= 62,5 mm
2
e=
h
c s = 87,5 mm
2
d b4
= 1,917 x 104 mm4
64
Icx = Icy
As
C 1 = min 0,1+2
Ac + As
,0.3 = 0,135
Pe =
2E Ieff
1,0 L
Pno
= 1,104
Pe
= 1,228 x 104 kN
< 2,25
Pn = Pno 0,658 Pe
Menghitung
= 8,54 x 103 kN
Mn
Momen yang berkerja ditahan oleh kuat lentur dari penampang komposit terhadap sumbu
kuat (x-x). Kekuatan penampang lentur murni dihitung menggunakan persamaan dari
Gambar I-1a yang dibagian depan Pasal Contoh Desain untuk titik B. Harap dicatat bahwa
perhitungan kuat lentur pada titik B memerlukan terlebih dahulu perhitungan kuat lentur pada
titik D sebagai berikut:
Zc =
h1 h22
- Zsx - Zr = 5,243 x 107 mm3
4
MD = Zsx Fy + Zr fy +
Zc
0,85 fc' = 1,277 x 103 kN m
2
hn =
= 177,159 mm
Cek asumsi:
hn = 177,159 mm
>
d
= 175 mm
2
maka :
hn =
= 187,112 mm
0,85 fc' Z cn
M n = M D -F y Z sn = 760,172 kN m
2
DFBK
c = 0,75
b = 0,9
245 dari 283
Pc = c Pn = 6,405 x 103 kN
Pr
= 0,86
Pc
rasioLRFD =
Mc = b Mn = 684,155 kN m
> 0,2
Pr 8 M r
= 1,036
Pc 9 M c
DKI
c = 1,67
Pa = 4,387 x 103 kN
b =1,67
Ma = 103 kN m
Pa
= 0,858
Pc
rasioASD =
Pc =
Mc =
Pn
= 5,114 x 103 kN
c
Mn
= 455,193 kN m
b
> 0,2
Pa 8 M a
= 1,059
+
Pn 9 M c
c
Dengan menggunakan DFBK, Metode 1 menunjukan bahwa penampang tidak kuat terhadap
beban terfaktor. Perencana dapat memilih penampang baru yang memenuhi kontrol interaksi
atau melakukan analisis ulang dengan menggunakan metode desain kurang konservatif
seperti Metode 2. Metode ini akan dijelaskan sebagai berikut.
Metode 2: Kurva interaksi dari model distribusi platis
Prosedur untuk membuat kurva interaksi dengan menggunakan model distribusi tegangan
plastis diperlihatkan dalam gambar di bawah ini (AISC Specification Commentary C-I5.2).
Kekuatan material
(persamaan kekuatan)
Kelangsingan
(kurva kolom)
Desain
, - Metode 2
= Reduksi kelangsingan
= A/A
Berdasarkan Gambar C.I5.2, permukaan interaksi kekuatan nominal A,B,C,D,E mula mula
dihitung dengan menggunakan persamaan dari gambar I-1a yang tercantum dalam
introduksi Bab I Contoh Desain. Kurva ini mewakili kekuatan batang kolom pendek tanpa
memperhitungkan efek panjang batang. Suatu faktor reduksi kelangsingan, , dihitung dan
dipasang kesetiap titik untuk membuat permukaan A', B', C', D', E'. Kemudian ketahanan
yang sesuai atau faktor keamanan diterapkan untuk membuat permukaan desain A'', B'', C'',
D'', E''. Akhirnya, gaya dan momen terfaktor hasil kombinasi pembebanan di plot dalam
permukaan desain, dan batang dapat diterima jika semua hasil plot terletak didalam kurva
desain. Langkah perhitungan akan dijelaskan detail dengan perhitungan sebagai berikut.
Langkah 1: Buat permukaan interaksi kekuatan nominal A, B, C, D, E tanpa
memperhitungkan efek kelangsingan.
Dengan menggunakan persamaan persamaan yang tersedia dalam Gambar I-1a untuk
lentur terhadap sumbu x-x :
Titik A (gaya tekan murni)
P1 = Fy As + 0,85 fc' Ac = 11 983,875 kN
M1 = 0 kN m
Titik D (kekuatan momen nominal maksimum)
P3 =
0,85 fc' Ac
= 5 202,662 kN
2
Zc
0,85 fc' = 1 276,708 kN m
2
0,85 fc' Z cn
= 760,172 kN m
2
Langkah 2: Buat permukaan kuat nominal A', B', C', D' ,E' yang memperhitungkan efek
kelangsingan.
Faktor reduksi kelangsingan, , dihitung untuk titik A dengan menggunakan SNI 1729 Pasal
I2.1 sesuai dengan AISC Specification Commentary Section I5
Pno = P1 = 1,198 x 104 kN
As
C 1 = min 0.3, 0.1+2
Ac + As
= 0,135
Pe =
2E Ieff
1,0 L
Pno
= 0,929
Pe
= 1,29 x 104 kN
< 2,25
Pno
Pn = Pno 0,658 Pe
= 8 124,22385 kN
Pn
= 0,678
Pno
Berdasarkan AISC Specification Commentary Section I5, reduksi kelangsingan yang sama
diterapkan untuk titik-titik yang lain pada permukaan interaksi.
PR1 = P1
MR1 = M1
PR2 = P2
MR2 = M2
PR3 = P3
MR3 = M3
PR4 = P4
MR4 = M4
Nilai kekuatan aksial yang telah dimodifikasi, diplot dengan kekuatan lentur yang telah
dihitung sebelumnya untuk membentuk permukaan interaksi nominal yang menperhitungkan
efek kelangsingan.
Pertimbangan efek kelangsingan menghasilkan suatu reduksi dari kurva kekuatan nominal.
Pergerakan vertikal ini membentuk suatu zona tidak aman, dengan kurva kapasitas lentur
kuat nominal dengan efek kelangsingan melampaui kapasitas penampang. Aplikasi
ketahanan atau faktor keamanan mereduksi zona tidak aman ini sebagaimana dijelaskan di
step berikutnya. walaupun demikian, perencana harus menyadari kemungkinan terjadinya
ketidak amanan dalam desain dengan beban yang mendekati kapasitas lentur dari
penampang. Alternatif lain, gunakan Metode 2 yang disederhanakan, yang mengeleminasi
kemungkinan ini bersama sama.
Langkah 3: Buat permukaan interaksi desain dan check kekuatan batang komposit Langkah
terakhir dalam Prosedur Metode 2 adalah mereduksi semua titik dengan faktor reduksi
kapasitas atau faktor keamanan yang sesuai.
DFBK
Kekuatan tekan desain
c = 0,75
Pu1 = c PR1
Pu2 = c PR2
Pu3 = c PR3
249 dari 283
Pu4 = c PR4
b = 0,9
Mu1 = b M1
Mu2 = b M2
Mu3 = b M3
Mu4 = b M4
Dengan mengeplot besar Pr dan Mr ke dalam kurva interaksi desain yang diperoleh dari
kombinasi pembebanan yang kritis, dapat dilihat bahwa (Mr , Pr ) ada di dalam kurva, berarti
batang komposit mampu menahan pembebanan yang ada.
Metode 2 yang disederhanakan
Versi sederhana dari Metode 2 adalah dengan menghapus titik D dari permukaan interaksi,
sehingga tinggal titik A", B",dan C''
Jadi
Pu1 = Pu1
Mu1 = Mu1
Titik A
Pu2 = Pu2
Mu2 = Mu2
Titik C
Pu3 = Pu4
Mu3 = Mu4
Titik B
Pr = 5507 kN
Mr = 135,9 kN m
Dengan mereduksi jumlah titik interaksi, harus dilakukan kontrol interaksi bilinier yang
didefinisikan AISC Specification Commentary Equations C-I5-1a dan C-I5-1b.
DFBK
Pr = 5 507 kN
Pr -Pu2
M
+ r = 0,468
Pu1 -Pu2 Mu2
rasioLRFD = 0,468
Dari gambar di atas, terlihat konservatif bila persamaan interaksi Bab H, batang komposit
tidak kuat, Metode 2 memberikan kekuatan yang tertinggi; walaupun demikian, Metode 2
penyederhanaan juga menghasilkan penampilan kurva desain yang baik. Perbandingan
antara metode dengan mudah dilihat jika kurva desain masing masing metode diperlihatkan
dalam satu grafik seperti gambar di bawah ini.
Mu , P u
Metode 2-Disederhanakan
Gunakan SNI persamaan G2-3 SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja
struktural.
Cv = 1
Persamaan G2-3
DFBK
v = 1,0
rasio =
Vr
= 0,887
vVn_ steel
o.k.
DKI
v = 1,5
rasio =
Va
Vn_ steel
v
= 1,02
o.k.
v = 0,75 untuk beton tanpa tulangan dari SNI 2847 Pasal 9.3.5
d = h2 - cs = 537,5 mm
fc'
1
Vc =
bw d MPa = 317,989 kN
6 MPa
v Vc = 238,492 kN
Vr = 326 kN
DFBK
V - V
Av = r v c = 0,543 mm
v f y d
0,35 MPa b
fc'
b
w
Avs_ min = max
,0.062
MPa w = 0,55 mm
fy
MPa
f y
1
Avs = 2 d bs2 = 157,08 mm2
4
digunakan 2@D10
A
d
s = min vs , = 268,75 mm
Av 2
digunakan 2@D10-250
DKI
V
Va - c
v = 0,847 mm
Av =
fyd
v = 2
Va = 250 kN
1
Avs = 2 d bs2 = 157,08 mm2
4
A
d
s = min vs , = 185,55 mm
Av 2
digunakan 2@D10-180
Vs =
Avs f y d
s
Vs_ max =
= 182,011 kN
1 fc'
MPa bw d = 635,979 kN
3 MPa
> Vs
DFBK
Vr = 326 kN
V V
Av = r v n_ steel = 0,312 mm
v f y d
Avs_ min
0,35 MPa b
fc'
b
w
= max
,0.062
MPa w = 0,55 mm
fy
MPa
f y
1
Avs = 2 d bs2 = 157,08 mm2
4
A
d
s = min vs , = 268,75 mm
Av 2
digunakan 2@D10-250
DKI
Va = 250 kN
v = 2
Va - n_ steel
v = 0,616 mm
Av =
fy d
1
Avs = 2 d bs2 = 157,08 mm2
4
A
d
s = min vs , = 254,884 mm
Av 2
digunakan 2@D10-250
Angkur kepala paku baja dibungkus dengan beton bertulang normal dengan fc' = 30 MPa
Sesuai AWS D1.1, Angkur kepala paku baja harus dibuat dari bahan yang memenuhi
persyaratan ASTM A108, tegangan tarik minimum Fu = 450 MPa.
Angkur ditempatkan jauh dari tepi sehingga pecahnya beton akibat geser bukan merupakan
kondisi batas, dan angkur terdekat berjarak 600 mm. Beton dianggap tidak retak.
fc' = 30 MPa
E c = 4 700
Fu = 450 MPa
db = 19 mm
PD = 10 kN
PL = 24 kN
VD = 7 kN
VL = 18 kN
fc'
MPa = 2,574 x 104 MPa
MPa
Solusi:
SNI 1729 Pasal I8.3 memberikan rasio panjang minimum terhadap diameter untuk angkur
yang mengalami geser, tarik, dan interaksi geser dan tarik untuk beton normal dan beton
ringan. Rasio ini di ringkas di Catatan Pengguna pada Pasal I8.3. Untuk beton normal:
h
8
db
h = 8 db = 152 mm
Panjang ini diukur dari dasar angkur kepala paku baja sampai dengan bagian atas kepala
setelah pemasangan. Berdasarkan data dari pabrik, panjang standar adalah
DKI
Qav = VD + VL = 25 kN
Qat = PD + PL = 34 kN
1
Asa = d b2 = 283,529 mm2
4
Qnv = Fu Asa = 127,588 kN
v = 0,65
(SNI persamaan I8-3)
v Qnv = 82,932 kN
Q nv
= 55,233 kN
v
v = 2,31
(2)
DKI
t = 0,75
t = 2
t Qnt = 95,691 kN
Q nt
= 63,794 kN
t
Kontrol
DFBK
5
3
5
3
Qut Quv
+
= 0,504
t Q nt v Q nv
rasioLRFD =
DKI
Q
rasioASD = at
Q nt
t
5
3
Q
+ av
Q nv
v
5
3
= 0,617
Jadi angkur kepala paku baja D19 kuat menerima gaya yang terjadi
Batas penerapan
Aplikasi angkur baja dalam komponen komposit memiliki batasan yang ketat sebagaimana
tertulis pada Catatan Pengguna pada awal SNI 1729 Pasal I8.3.
Persyaratan-persyaratan ini tidak berlaku untuk desain balok komposit tipikal juga tidak
berlaku untuk konstruksi hibrid dengan baja dan beton tidak menahan beban bersama-sama
seperti pada pelat yang terbenam. Contoh ini dimaksudkan hanya untuk sekedar ilustrasi
perhitungan sehubungan dengan suatu angkur terisolasi dengan bagian dari sistim komposit
yang sesuai.
Bab J SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural membahas desain dan
review sambungan. Fokus utama bab ini adalah desain sambungan dilas dan berbaut.
Persyaratan desain untuk pengisi, splices, dasar kolom, gaya terpusat, batang angkur dan
bagian-bagian berulir lainnya juga dibahas. Persyaratan khusus untuk sambungan yang
memikul fatik tidak tercakup dalam bab ini.
Solusi:
Properti material baja:
Fy = 250 MPa
Fu = 410 MPa
Ukuran pelat:
Bp = 400 mm
tp = 6 mm
Elektroda las:
PD = 120 kN
PL = 360 kN
Berdasarkan Pasal 2 SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain, kuat lentur rencana minimum:
Metode DFBK:
Metode DKI:
Pa = PD + PL = 480 kN
w = 4 mm
w
kN
R n =Fnw
= 0,818 mm
2
Metode DFBK:
= 0,75
Lreq =
Pu
= 1173,621 mm
R n
Lreq =
Pa
= 1173,621 mm
Rn
Metode DKI:
= 2,00
Gunakan
Lw = 600 mm
Berdasarkan pasal J2.2b, untuk las sudut yang hanya dipasang dalam arah longitudinal
pada pelat yang mengalami tarik, panjang masing-masing las sudut tidak boleh lebih kecil
daripada jarak tegak lurus antara kedua sisi las tersebut.
Lw = 600 mm
>
Bp = 400 mm
(o.k.)
Berdasarkan pasal J2.2b, periksa rasio panjang terhadap ukuran las, karena merupakan las
sudut yang dibebani bagian ujungnya.
Lw
= 150
w
>
100
Sehingga Persamaan J2-1 harus diaplikasikan, dan panjang las meningkat, karena nilai
akan mereduksi kekuatan yang tersedia.
Coba panjang las,
Lw
= 175
w
>
Lw = 700 mm
100
Lw
= 0,85
w
1,2 -0,002
<
1,0
Rn 2 Lw = 973,398 kN
Metode DFBK:
= 0,75
Rnw = 730,048 kN
>
Pu = 720 kN
Pu
= 0,986
R nw
<
1,00
R nw
= 486,699 kN
>
Pa = 480 kN
Pa
= 0,986
R nw
<
(o.k.)
Metode DKI:
= 2,00
1,00
(o.k.)
Solusi:
Tebal pelat buhul:
Elektroda las:
tp = 20 mm
PD = 200 kN
PL = 600 kN
= 60o
Berdasarkan Pasal 2 SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain, kekuatan lentur desain minimum:
Metode DFBK:
Metode DKI:
Pa = PD + PL = 800 kN
w = 8 mm
w
= 5,657 mm
2
1,5
Fnw = 0,60FEXX 1+0,5sin = 405,737 MPa
Awe =
kN
mm
262 dari 283
= 0,75
Lreq =
Pu
= 697,108 mm
R n
Lreq =
Pa
= 697,108 mm
Rn
Metode DKI:
= 2,00
CONTOH J.3 Kombinasi tarik dan geser pada sambungan tipe tumpu
Baut A325-N berdiameter 20 mm menahan gaya tarik sebesar 14 kN akibat beban mati dan
42 kN akibat beban hidup, serta gaya geser sebesar 6 kN akibat beban mati dan 18 kN
akibat beban hidup. Periksa kekuatan baut terhadap kombinasi tegangan-tegangan yang
terjadi berdasarkan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural
Persamaan J3-3a dan J3-3b.
Solusi:
Gaya tarik nominal:
TD = 14 kN
TL = 42 kN
VL = 18 kN
Berdasarkan pasal 2 SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain, kekuatan lentur desain minimum:
Metode DFBK:
Tu = 1,2 TD + 1,6 TL = 84 kN
Vu = 1,2 VD + 1,6 VL = 36 kN
Metode DKI:
Ta = TD + TL = 56 kN
Va = VD + VL = 24 kN
db = 20 mm
Ab =
d b2 = 314,159 mm2
Tegangan geser yang tersedia ditentukan sebagai berikut dan harus sama atau lebih besar
daripada tegangan geser perlu.
Metode DFBK:
= 0,75
>
frv.LRFD =
Vu
= 114,592 MPa
Ab
Metode DKI:
= 2,00
Fnv
= 186 MPa
>
frv.ASD =
Va
= 76,394 MPa
Ab
Kekuatan tarik baut yang mengalami kombinasi tarik dan geser sebagai berikut:
Metode DFBK
F
'
Fnt.LRFD
= 1,3Fnt - nt frv.LRFD = 551,352 MPa
Fnv
<
= 0,75
dari SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal
J3.7
Kekuatan tarik desain:
Rn.LRFD = 129,909 kN
>
Tu = 84 kN
Tu
= 0,647
R n.LRFD
Metode DKI
F
'
Fnt.ASD
=1,3Fnt - nt frv.ASD = 551,352 MPa
Fnv
<
= 2,00
dari SNI 1729, Spesifikasi untuk gedung baja struktural Pasal J3.7
R n.ASD
= 86,606 kN
>
Ta
= 0,647
R n.ASD
<
Ta = 56 kN
1,00
(o.k.)
Solusi:
Gaya tarik nominal:
TD = 90 kN
TL = 270 kN
Berdasarkan Pasal 2 SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain, kekuatan lentur desain minimum:
Metode DFBK:
Metode DKI:
Ta = TD + TL = 360 kN
Berdasarkan SNI 1729 J3.8(a), ketahanan slip yang tersedia berdasarkan kondisi batas slip
untuk lubang standar dan slot pendek yang tegak lurus arah beban, sebagai berikut:
Metode DFBK:
= 0,30
= 1,00
Dn = 1,13
hf = 1,0
Tb = 142 kN
ns = 2
Rn =
Dn hf Tb ns = 96,276 kN
nb =
Tu
= 5,609
R n
gunakan 6 baut
Metode ASD:
nb =
Ta
= 5,609
Rn
gunakan 6 baut
CATATAN
Dalam perencanaan sambungan, kondisi batas geser baut, tumpu baut, leleh tarik,
putus tarik, dan geser blok harus diperhitungkan.
Baut Db = 20 mm
Solusi:
Gaya tarik nominal:
TD = 85 kN
TL = 255 kN
Berdasarkan Pasal 2 SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain, kekuatan lentur desain minimum:
Metode DFBK:
Metode DKI:
Ta = TD + TL = 340 kN
Berdasarkan SNI 1729 J3.8(c), ketahanan slip yang tersedia berdasarkan kondisi batas slip
untuk lubang slot panjang, sebagai berikut:
Metode DFBK:
= 0,70
= 0,30
Dn = 1,13
hf = 1,0
Tb = 142 kN
berdasarkan Tabel J3.1 SNI 1729, Spesifikasi untuk gedung baja struktural
ns = 2
Rn =
Du hf Tb ns = 96,276 kN
dengan:
Rn = kekuatan nominal dari mekanisme transfer yang berlaku, kN
268 dari 283
= koefisien selip rata-rata untuk permukaan kelas A atau B, yang sesuai, atau seperti
ditetapkan oleh pengujian
Du = pada sambungan selip-kritis, pengali yang mencerminkan rasio baut pratarik rata-rata
yang terpasang terhadap baut pratarik minimum yang disyaratkan
hf = faktor untuk pengisi
Tb = gaya tarik minimum sarana penyambung yang diberikan Tabel J3.1, kips, atau J3.1M,
kN
Jumlah baut yang dibutuhkan:
Metode DFBK:
nb =
Tu
= 7,568
R n
gunakan 8 baut
Metode DKI:
nb =
Ta
= 7,557
Rn
gunakan 8 baut
CATATAN
Dalam perencanaan sambungan, kondisi batas geser baut, tumpu baut, leleh tarik,
putus tarik, dan geser blok harus diperhitungkan.
Baut Db = 20 mm
Solusi:
Gaya tarik nominal:
Arah beban:
PD = 60 kN
PL = 180 kN
a tan
4
Berdasarkan Pasal 2 SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain, kekuatan lentur desain minimum:
Metode DFBK:
Metode DKI:
Pa = PD + PL = 240 kN
Ta = Pa sin( ) = 144 kN
Va = Pa cos() = 192 kN
Berdasarkan SNI 1729 J3.8(c), ketahanan slip yang tersedia berdasarkan kondisi batas slip
untuk lubang slot panjang, sebagai berikut:
Db = 20 mm
= 0,30
Dn = 1,13
nb = 8
hf = 1,0
Tb = 142 kN
ns = 1
Ab =
t = 0,75
Metode DKI:
t = 2,00
t Rnt = 146,084 kN
>
Tu
= 27 kN
nb
Tu
= 0,185
nbt R nt
<
1,00
R nt
= 97,389 kN
t
>
Ta
= 18 kN
nb
Ta t
= 0,185
nb R nt
<
1,00
Ketahanan slip satu baut berdasarkan Persamaan J3-4 dan Pasal J3.8
Rn =
Du hf Tb ns = 48,138 kN
dengan:
Du = 1,13; suatu pengali yang mencerminkan rasio dari rata-rata pratarik baut terpasang
terhadap pratarik baut minimum yang disyaratkan
hf = faktor untuk pengisi
Tb = gaya tarik minimum sarana penyambung (Tabel J3.1M, kN atau Tabel J3.1, kips)
ns = jumlah bidang slip yang diperlukan untuk mengizinkan sambungan tersebut dengan
slip
Metode DFBK:
s = 1,00
T
= 0,832
ksc =1- u
DuTb nb
s Rn ksc nb = 320,304 kN
>
Vu
= 0,899
sR n ksc nb
1,00
<
Vu = 288 kN
Metode DKI:
s = 1,50
1,5Ta
= 0,832
ksc =1DuTb nb
R n ksc nb
= 213,536 kN
s
sVa
= 0,899
R n ksc nb
<
>
Va = 192 kN
1,00
Fu = 410 MPa
Tebal pelat:
tp = 36 mm
Diameter pin:
d = 24 mm
Kekuatan tumpu ditentukan dari Pasal J7, SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung
baja struktural sebagai berikut:
Luas proyeksi bidang tumpu:
Apb = d tp = 864 mm2
Kekuatan tumpu nominal: (Persamaan J7-1 SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung
baja struktural)
Rn = 1,8 Fy Apb = 388,8 kN
dengan:
Apb = luas penumpu terproyeksi, mm2 (in.2)
Fy = tegangan leleh minimum yang disyaratkan, MPa (ksi)
Kekuatan tumpu desain:
Metode DFBK:
= 0,75
Rn = 291,6 kN
Metode DKI:
= 2,00
Rn
= 194,4 kN
Solusi:
Properti material baja:
Fy = 250 MPa
Fu = 410 MPa
Dimensi kolom:
d = 300 mm
Mutu beton:
bf = 300 mm
Dimensi pedestal:
Bped = 600 mm
PD = 500 kN
tw = 10 mm
tf = 15 mm
PL = 1 500 kN
Berdasarkan Pasal 2 SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain, kekuatan geser desain minimum:
Metode DFBK:
Metode DKI:
Pa = PD + PL = 2 000 kN
Desain dimensi pelat dasar berdasarkan Pasal J8 SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan
gedung baja struktural mengasumsikan seluruh bagian menumpu pada beton.
Metode DFBK:
c = 0,65
A1.req =
Pu
= 197 449,609 mm2
'
c 0,85fc
A1.req =
c = 2,31
Metode DKI:
c Pa
= 197 647,059 mm2
'
0,85fc
B = 500 mm
N = 500 mm
Periksa dimensi pelat dasar terhadap dimensi kolom dan ruang untuk angkur:
d + 2 (75 mm) = 450 mm
<
N = 500 mm
<
B = 500 mm
Kekuatan tumpu:
A2
Pp = min 0,85 fc' A 1
,1.7 fc' A 1 = 7 012,5 kN
A 1
dengan
A1 = Luas dari tumpuan baja konsentris pada suatu penumpu beton, mm2 (in.2)
A2 = Luas maksimum dari bagian permukaan yang menumpu secara geometris serupa
dengan dan konsentris dengan luas yang dibebani, mm2 (in.2)
c = 0,65
c Pp = 4558,125 kN
>
Pu = 3000 kN
Pu
= 0,658
c Pp
Metode DKI:
Pp
c = 2,31
= 3035,714 kN
>
Pa = 2000 kN
c Pa
= 0,659
Pp
Karena
A2
= 1,44
A1
<
A2
= 1,2
A1
4,0
Persamaan J8-1
Tebal pelat dasar yang dibutuhkan:
m
n
N -0,95 d
= 107,5 mm
2
B -0,8 bf
= 130 mm
2
d bf
= 75 mm
4
n'
Metode DFBK:
4d b P
f
X
u = 0,658
2
d +bf c Pp
2 X
= 1,024
1+ 1-X
>
1,0
Gunakan = 1,0
. n' = 75 mm
Pu
= 12 MPa
BN
tmin =
2 f pu
0,9 F y
= 42,458 mm
Metode DKI:
4d b P
f
X =
c a = 0,659
2
d +bf Pp
2 X
= 1,025
1+ 1-X
>
1,0
Gunakan
n' = 75 mm
Pa
= 8 MPa
BN
tmin =
3,33 f pa
Fy
= 42,437 mm
= 1,0
Perhitungan untuk gaya transversal dan longitudinal diterapkan untuk PSB diilustrasikan
dalam Contoh K.1 dan K.2.
CONTOH K.1 Pelat transversal yang dibebani tegak lurus PSB persegi
Periksa kekuatan lokal kolom PSB persegi yang dibebani dalam arah tegak lurus melalui
pelat dengan lebar 140 mm dan tebal 12 mm. Kolom menggunakan profil PSB 200x200x12
mengalami gaya tekan nominal PD.kolom = 240 kN dan PL.kolom = 720 kN.
Kekuatan lentur profil PSB tidak perlu ditinjau. Material baja dengan Fy = 250 MPa.
Solusi:
Properti material baja:
Fy = 250 MPa
Fu = 410 MPa
B = 200 mm
t = 12 mm
tp = 12 mm
Beban transversal:
PD = 35 kN
PL = 105 kN
PDkolom = 240 kN
PLkolom = 720 kN
Batasan penggunaan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal
K1.3
SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Tabel K1.2A memberikan
batasan untuk penggunaan sambungan pelat-PSB persegi.
B
= 16,667
t
<
35
(o.k.)
Rasio lebar:
0,25
<
Bp
= 0,7
<
1,0
(o.k.)
Kekuatan material:
Fy = 250 MPa
<
360 MPa
(o.k.)
Daktilitas:
Fy
Fu
= 0,61
<
0,8
(o.k.)
Berdasarkan Pasal 2 SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain, kekuatan lentur desain minimum:
Gaya transversal dari pelat:
Metode DFBK:
Metode DKI:
Pa = PD + PL = 140 kN
Metode DKI:
Rn =
10
F y t B p = 252 kN
B
t
<
Fy tp Bp = 420 kN
(o.k.)
Metode DFBK:
= 0,95
Rn = 239,4 kN
>
Pu
= 0,877
R n
<
Pu = 210 kN
1,00
(o.k.)
(o.k.)
Metode DKI:
= 1,58
Rn
= 159,494 kN
>
Pa = 140 kN
(o.k.)
Pa
= 0,878
Rn
<
1,00
(o.k.)
>
0,85B = 170 mm
= 1,0.
CONTOH K.2 Pelat longitudinal yang dibebani tegak lurus PSB bundar
Periksa kekuatan lokal kolom PSB bundar yang dibebani dalam arah tegak lurus melalui
pelat dengan ukuran 100 mm x 100 mm dan tebal 20 mm. Kolom menggunakan profil PSB
Bundar 150x10. Kekuatan lentur profil PSB tidak perlu ditinjau. Material baja dengan Fy =
250 MPa.
Solusi:
Properti material baja:
Fy = 250 MPa
Fu = 410 MPa
t = 10 mm
Data Pelat:
Bp = 100 mm
tp = 20 mm
Beban transversal:
PD = 18 kN
PL = 54 kN
Batasan penggunaan SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Pasal
K1.2
SNI 1729, Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Tabel K1.1A memberikan
batasan untuk penggunaan sambungan pelat-PSB bundar.
Kelangsingan dinding profil PSB:
D
= 15
t
<
50
(o.k.)
Kekuatan material:
Fy = 250 MPa
<
360 MPa
(o.k.)
282 dari 283
Daktilitas:
Fy
Fy
= 0,61
<
0,8
(o.k.)
Berdasarkan Pasal 2 SNI 1727, Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan
struktur lain, kekuatan lentur desain minimum:
Gaya transversal dari pelat:
Metode DFBK:
Metode DKI:
Pa = PD + PL = 72 kN
b = 100 mm
Berdasarkan Tabel K1.1, untuk permukaan PSB yang mengalami tarik: Qf = 1,0
R n = 5,5F y t 2 1+0,25 b
D
Qf = 160,417 kN
Metode DFBK:
= 0,95
Rn = 152,396 kN
>
Pu = 108 kN
(o.k.)
Pu
= 0,709
R n
<
1,00
(o.k.)
Metode DKI:
= 1,58
Rn
= 101,53 kN
>
Pa = 72 kN
(o.k.)
Pa
= 0,709
Rn
<
1,00
(o.k.)
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 01 Juni 2015