Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh:
Monica Dea Rosana
2012730063
Pembimbing :
dr. Rusmaniah Sp.OG
STASE OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA SUKAPURA
FAKULTAS KEDOKTERAN & KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2016
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Syok atau renjatan dapat merupakan keadaan terdapatnya pengurangan yang sangat besar dan
tersebar luas pada kemampuan pengangkutan oksigen serta unsur-unsur gizi lainnya secara
efektif ke berbagai jaringan.
Seseorang dikatakan syok bila terdapat ketidakcukupan perfusi oksigen dan zat gizi ke sel-sel
tubuh. Kegagalan memperbaiki perfusi menyebabkan kematian sel yang progresif, gangguan
fungsi organ dan akhirnya kematian penderita.
Syok tidak terjadi dalam waktu lebih lama dengan tanda klinis penurunan tekanan darah,
dingin, kulit pucat, penurunan kardiac output, tergantung dari penyebab syok itu sendiri. Syok
yang terjadi dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian yaitu syok hipovolemik,
kardiogenik, syok obstruksi dengan manifestasi klinis sesuai dengan derajat syok yang terjadi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI SYOK
Syok merupakan kegagalan sistem sirkulasi untuk mempertahankan perfusi yang adekuat
organ-organ vital. Syok merupakan suatu kondisi yang mengancam jiwa dan membutuhkan
tindakan segera dan intensif (BPPPKMN, 2010).
Syok adalah suatu keadaan disebabkan gangguan sirkulasi darah kedalam jaringan
sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan dan tidak mampu
mengeluarkan hasil metabolisme (Sarwono, 2012).
Penyebab syok dalam kebidanan terbanyak adalah perdarahan, lalu neurogenik,
kardiogenik, endotoksik, anafilaktik dan penyebab syok lain seperti emboli air ketuban.
Gejala klinis pada umumnya sama yaitu tekanan darah turun, nadi cepat lemah, pucat
keringat dingin, sianosis jari, sesak, penglihatan kabur, gelisah dan oligouri.
Sifat khas syok dapat berubah pada berbagai derajat keseriusan, syok dibagi menjadi 3
tahapan yaitu :
a. Tahap nonprogresif (disebut juga tahap kompensasi). Pada tahap ini mekanisme kompensasi
sirkulasi yang normal pada akhirnya akan menimbulkan pemulihan sempurna tanpa dibantu
terapi dari luar.
b. Tahap progresif. Pada tahap ini, tanpa terapi, syok menjadi semakin buruk sampai timbul
kematian.
c. Tahap irreversibel. Ketika syok telah jauh berkembang sedemikan rupa sehingga semua bentuk
terapi yang diketahui tidak mampu lagi menolong pasien, meskipun pada saat itu, orang tersebut
masih hidup.
B. ETIOLOGI
Syok obstetrik dapat disebabkan oleh berbaga hal, diantaranya adalah :
Syok Hemoragik
Syok Neurogenik
Syok Kardiogenik
Syok Endotoksik/Septik
Syok Anafilaktik
Penyebab lainnya: Emboli air ketuban, udara atau trombus, komplikasi anastesi
(sindroma Mendelshon) dan kombinasi seperti pada abortus inkomplit (hemoragik dan
endotoksin) dan kehamilan ektopik terganggu dan ruptura uteri (hemoragik dan
neurogenik)
C. JENIS-JENIS SYOK
1. Syok Hemorargik
Adalah suatu syok yang disebabkan oleh perdarahan yang banyak. Akibat perdarahan pada:
a. Kehamilan muda, misalnya: Abortus, Kehamilan ektopik dan penyakit trofoblas (mola
hidatidosa).
b. Perdarahan antepartum seperti plasenta previa, solusio plasenta, rupture uteri.
c. Perdarahan pasca persalinan karena atonia uteri dan laserasi jalan lahir.
1)
2)
3)
4)
1.
2.
3.
4.
5.
Klasifikasi Perdarahan
Kela Jumlah Perdarahan
s
I
15% (Ringan)
II
20-25% (sedang)
III
30-35% (Berat)
IV
Gejala Klinik
Tekana darah dan nadi normal
Tes Tilt (+)
Takikardi-Takipnea
Tekanan nadi < 30 mmHg
Tekanan darah sistolik rendah
Pengisian darah kapiler lambat
Kulit dingin, berkerut, pucat
Tekanan darah sangat rendah
Gelisah
Oliguria (<30 ml/jam)
Asidosis metabolic (pH < 7.5)
Hipertensi berat
Hanya nadi karotis yang teraba
Syok ireversibel
Derajat Syok
Berat ringannya Syok menurut Tambunan Karmel:
1. Syok Ringan
Penurunan perfusi hanya pada jaringan dan organ non vital seperti kulit, otot rangka dan
tulang. Kesadaran tidak terganggu, produksi urine normal atau hanya sedikit menurun, asidosis
metabolik tidak ada atau ringan.
2. Syok Sedang
Perfusi ke organ vital selain jantung dan otak menurun ( hati, usus, ginjal, dan lainnya ).
Organ-organ ini tidak dapat mentoleransi hipoperfusi lebih lama seperti lemak, kulit, dan otot.
Oliguria bisa terjadi dan asidosi metabolik, akan tetapi kesadaran relative masih baik.
3. Syok Berat
Perfusi ke jantung dan otak tidak adekuat. Mekanisme kompensasi syok beraksi untuk
menyediakan aliran darah ke dua organ vital.
Pada syok lanjut terjadi vasokonstriksi disemua pembuluh darah lain. Terjjadi oliguria dan
asidisis berat, gangguan kesadaran dan tanda-tanda hipoksia jantung ( EKG Abnormal, curah
jantung menurun ).
2. Syok Neorogenik
Yaitu syok yang akan terjadi karena rasa sakit yang berat disebabkan oleh kehamilan ektopik
yang terganggu, solusio plasenta, persalinan dengan forceps atau persalinan letak sungsang di
mana pembukaan serviks belum lengkap, versi dalam yang kasar, firasat/tindakan crede, ruptura
uteri, inversio uteri yang akut, pengosongan uterus yang terlalu cepat (pecah ketuban pada
polihidramnion), dan penurunan tekanan tiba-tiba daerah splanknik seperti pengangkatan tibatiba tumor ovarium yang sangat besar.
Syok neurogenik disebut juga syok spinal merupakan bentuk dari syok distributif, syok
neurogenik terjadi akibat kegagalan pusat vasomotor karena hilangnya tonus pembuluh darah
secara mendadak di seluruh tubuh, sehingga terjadi hipotensi dan penimbunan darah pada
pembuluh tampung (cappacitance vessel).
Disebabkan oleh gangguan susuna saraf simpatik, yang menyebabkan dilatasi arteriola. Dan
kenaikan kapasitas vaskuler. Tekanan darah sistolik biasanya akan turun hingga di bawah 80
sampai 90 mmHg walaupun curah jantung normal atau menigkat. Pingsan yang biasa
merupakan contoh syok neurogenik sementara. Kerusakan medua spinalis servikalis merupakan
sebab tersering syok neurogenik traumatik.
Trauma pada otak sendiri hampir tak pernah menyebabkan syok. Kenyataannya ia hampir
selalu menimbulkan kenaikan tekanan darah. Biasanya trauma kepala parah meningkatkan
tekanan intrakranial dan mengurangi perfusi serebral. Secara reflektorik ia merangsang pusat
vasomotor untuk meningkatkan vasokontraksi perifer dan meningkatkan tekanan darah. Pada
tahap kematian otak yang sangat lanjut, bisa terjadi hipotensi karena disfungsi pusat vasomotor
dalam medula oblongata, tetapi hanya terjadi di setelah pernapasan spontan berhenti.
Penatalaksanaan Syok Neurogenik
Konsep dasar untuk syok distributif adalah dengan pemberian vasoaktif seperti fenilefrin dan
efedrin, untuk mengurangi daerah vaskuler dengan penyempitan sfingter prekapiler dan vena
kapasitan untuk mendorong keluar darah yang berkumpul ditempat tersebut.
1. Baringkan pasien dengan posisi kepala lebih rendah dari kaki (posisi Trendelenburg).
2. Pertahankan jalan nafas dengan memberikan oksigen, sebaiknya dengan menggunakan
masker. Pada pasien dengan distress respirasi dan hipotensi yang berat,
penggunaanendotracheal tube dan ventilator mekanik sangat dianjurkan. Langkah ini untuk
menghindari pemasangan endotracheal yang darurat jika terjadi distres respirasi yang
berulang. Ventilator mekanik juga dapat menolong menstabilkan hemodinamik dengan
menurunkan penggunaan oksigen dari otot-otot respirasi.
3. Untuk keseimbangan hemodinamik, sebaiknya ditunjang dengan resusitasi cairan. Cairan
kristaloid seperti NaCl 0,9% atau Ringer Laktat sebaiknya diberikan per infus secara cepat
250-500 cc bolus dengan pengawasan yang cermat terhadap tekanan darah, akral, turgor
kulit, dan urin output untuk menilai respon terhadap terapi.
4. Bila tekanan darah dan perfusi perifer tidak segera pulih, berikan obat-obat vasoaktif
(adrenergik; agonis alfa yang indikasi kontra bila ada perdarahan seperti ruptur lien) :
Dopamin
Merupakan obat pilihan pertama. Pada dosis > 10 mcg/kg/menit, berefek serupa dengan
norepinefrin. Jarang terjadi takikardi.
Norepinefrin
Efektif jika dopamin tidak adekuat dalam menaikkan tekanan darah. Monitor terjadinya
hipovolemi atau cardiac output yang rendah jika norepinefrin gagal dalam menaikkan
tekanan darah secara adekuat. Pada pemberian subkutan, diserap tidak sempurna jadi
sebaiknya diberikan per infus. Obat ini merupakan obat yang terbaik karena pengaruh
vasokonstriksi perifernya lebih besar dari pengaruh terhadap jantung (palpitasi).
Pemberian obat ini dihentikan bila tekanan darah sudah normal kembali. Awasi
pemberian obat ini pada wanita hamil, karena dapat menimbulkan kontraksi otot-otot
uterus.
Epinefrin
Pada pemberian subkutan atau im, diserap dengan sempurna dan dimetabolisme cepat
dalam badan. Efek vasokonstriksi perifer sama kuat dengan pengaruhnya terhadap
jantung Sebelum pemberian obat ini harus diperhatikan dulu bahwa pasien tidak
mengalami syok hipovolemik. Perlu diingat obat yang dapat menyebabkan vasodilatasi
perifer tidak boleh diberikan pada pasien syok neurogenik
Dobutamin
Berguna jika tekanan darah rendah yang diakibatkan oleh menurunnya cardiac output.
Dobutamin dapat menurunkan tekanan darah melalui vasodilatasi perifer.
Pasien-pasien yang diketahui/diduga mengalami syok neurogenik harus diterapi sebagai
hipovolemia. Pemasangan kateter untuk mengukur tekanan vena sentral akan sangat
membantu pada kasus-kasus syok yang meragukan.
3. Syok Kardiogenik
Syok kardiogenik ini akibat depresi berat kerja jantung sistolik. Tekanan arteri sistolik < 80
mmHg, indeks jantung berkurang dibawah 1,8 L/ Menit/ m2, dan tekanan pengisian ventrikel kiri
meningkat. Pasien sering tampak tidak berdaya, pengeluaran urine kurang dari 20 ml/jam,
ekstremitas dingin dan sianotik.
Penyebab paling sering adalah 40% lebih miokard infark ventrikel kiri, yang menyebabkan
penurunan kontraktilitas ventrikel kiri yang berat, dan kegagalan pompa ventrikel kiri. Penyebab
lainnya miokarditis akut dan depresi kontraktilitas miokard setelah henti jantung dan
pembedahan jantung yang lama.
Bentuk lain bisa karena gangguan mekanis ventrikel. Regurgitasi aorta atau mitral akut, biasanya
disebabkan oleh infark miokard akut, dapat menyebabkan penurunan yang berat pada curah
jantung forward dan karenanya menyebabkan syok kardiogenik
4. Syok Endotoksik/septik
a. Pengertian
Merupakan suatu gangguan menyeluruh pembuluh darah disebabkan oleh lepasnya
toksin. Penyebab utama adalah infeksi bakteri gram negative. Sering dijumpai pada abortus
septik, korioamnionitis, dan infeksi pasca persalinan (Sarwono, 2008).
Syok septik adalah keadaan kolapsnya sirkulasi yang disertai dengan diseminasi
intravaskular bakteri atau produknya.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
c.
d.
b. Etiologi
Syok septik dapat terjadi karena infeksi bakteri gram positif, virus, atau jamur. Kebanyakan
syok septik karena bakteri gram negative : Escherichia coli, pseudomonas aeroginos, bacterioid,
klebsiella species, dan serratia. Escherichia coli, pseudomonas aeroginos, bacterioid yang
mengeluarkan endotoksin adalah fosfo-lipo-polisakarida yang lepas dari dinding sel yang
mengalami lisis. Gambaran yang sama juga terjadi karena eksotoksin dari streptokokus beta
hemolitik, anaerob, dan klostridia.
Syok septik dalam obstetric dapat disebabkan oleh hal hal berikut :
Abortus septik
Ketuban pecah yang lama / korioamnionitis
Infeksi pascapersalinan : manipulasi dan instrumentasi
Trauma
Sisa plasenta
Sepsis puerperalis
Pielonefritis akuta
Patogenesis
Mikroorganisme mengeluarkan endotoksin yang dapat mengaktifkan system komplemen
dan sitoksin, mengawali reaksi inflamasi. Kejadian ini berhubungan dengan DIC yang ekstensif
karena antiplasmin tidak dapat mengatasinya. Sepsis menyebabkan vasodilatasi, tahanan perifer
pembuluh darah menurun., dan hipotensi. Selanjutnya distribusi aliran darah kurang / jelek
sehingga perfusi darah ke organ tidka adekuat menyebabkan kerusakan jaringan multi organ dan
kematian. Mediator inflamasi meningkatkan permeabilitas kapiler sehingga cairan keluar dari
pembuluh darah, khusus pada parenkim paru akan menyebabkan edema pulmonum.
Selama sepsis produksi surfaktan pneumosit akan terganggu yang menyebabkan alveolus
kolaps dan mengakibatkan hipoksemia berat yang disebut acute respiratory distreaa syndrome
(ARDS).
Endotoksin lepas karena meningkatnya permiabilitas lisosomal dan sitotoksik. Selanjutnya
dalam beberapa menit dapat terjaid stimulasi medulla adrenal dan saraf simpatis serta kontriksi
arteriol dan venul. Selanjutnya menyebabkan asidosis local yang dpaat menyebabkan dilatasi
anteriol, tetapi kontriksi venul jika berlanjut terus mengakibatkan pembendungan darah kapiler ,
perdarahan karena pembendungan pada gaster, hati, ginjal dan paru.
Faktor Resiko
Ketuban pecah yang lama, sisa konsepsi yang tidak keluar dan instrumentasi saluran
urogenital merupakan faktor resiko yang lain untuk terjadinya sepsis. Syok septik akan
menunjukkan gejala-gejala seperti menggigil, hipotensi, gangguan mental, takikardia, takipnea,
dan kulit merah. Bila syok tambah berat, akan terjadi kulit dingin dan basah, bradikardia dan
sianosis.
Penggunaan mifeprison intravaginal pada abortus medicinalis dapat menyebabkan syok
septik yang fulminant dan letal disebabkan infeksi clostridium sordeli pada endometrium, suatu
bakteri gram positif dan mengeluarkan toksin.
Mifeprison mempengaruhi pengeluaran dan fungsi kortisol dan sitokin dengan jalan
menduduki (blocking) reseptor progesterone dan glukokortikoid . Kegagalan pengeluaran
kortisol dan sitokin akan menghambat mekanisme pertahanan tubuh yang dibutuhkan untuk
menghambat penyebaran infeksi C sordeli dalam endometrium. Pelepasan eksotoksin dan
endotoksin dari C sordeli akan mempercepat terjadi nya syok septik yang letal.
e. Gejala Klinis
Syok septik (endotoksik) terjadi dalam 2 fase utama yaitu fase refersibel dan fase irrifersibel,
Sedamgkan fase refersibel terdiri atas fase panas dan fase dingin. Fase panas disertai dengan
gejala-gejala hipotensi, takikardi, pireksia dan menggigil. Kulit kelihatan merah dan panas.
Pasien biasa nya masih sadar dan leukositosis terjadi dalam beberapa jam.
Pada fase dingin dijumpai gejala dan tanda-tanda kulit dingin dan mengeriput, sianosis,
purpura,/jaundice, penurunan kesadaran yang progresis dan koma
Selanjutnya bila syok berlanjut terus pasien akan jatuh kedalam fase irrefersibel dimana
terjadi hipoksia sel yang berkepanjangan yang menyebabkan gejala asidosis metabolic, gagal
ginjal akut, gagal jantung, edeme pulmonum, gagal adrenal dan kematian.
5. Syok Anafilaktik
Anafilaksis adalah, respon alergi berpotensi mengancam nyawa serius yang ditandai
dengan pembengkakan, gatal-gatal, penurunan tekanan darah, dan pelebaran pembuluh darah.
Kondisi ini terjadi ketika sistem kekebalan tubuh mengeluarkan antibodi spesifik allergan
(imunoglobulin E/IgE) yang mendorong reaksi berlebihan terhadap suatu zat yang biasanya tidak
berbahaya, seperti makanan, obat.
a.
b.
gatal,dan angioedema.
Gejala
berkembang
dengan
cepat, sering dalam
beberapa
metik atau menit: nyeri perut, sesak nafas, kecemasan, dada sesak, batuk, diare, kesulitan
menelan, pusing, gatal, hidung tersumbat, mual atau muntah, kulit kemerah, pembengkakan
wajah, mata atau lidah, tidak sadar.
c.
6. Terminasi kehamilan
7. Trauma abdomen
8. Versi luar
9. Amniosentesis
d. Gambaran Klinik
Gambaran klinik umumnya terjadi secara mendadak dan diagnosa emboli air ketuban harus
pertama kali dipikirkan pada pasien hamil yang tiba tiba mengalami kolaps.
Pasien dapat memperlihatkan beberapa gejala dan tanda yang bervariasi, namun umumnya gejala
dan tanda yang terlihat adalah segera setelah persalinan berakhir atau menjelang akhir
persalinan, pasien batuk batuk, sesak, terengah engah dan kadang cardiac arrest
e. Diagnosis
Diagnosa pasti dibuat postmortem dan dijumpai adanya epitel skaumosa janin dalam
vaskularisasi paru.
Konfirmasi pada pasien yang berhasil selamat adalah dengan adanya epitel skuamosa dalam
bronchus atau sampel darah yang berasal dari ventrikel kanan.
Pada situasi akut tidak ada temuan klinis atau laboratoris untuk menegakkan atau menyingkirkan
diagnosa emboli air ketuban, diagnosa adalah secara klinis dan per eksklusionum.
f. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan primer bersifat suportif dan diberikan secara agresif.
Terapi awal adalah memperbaiki cardiac output dan mengatasi DIC
Bila anak belum lahir, lakukan Sectio Caesar dengan catatan dilakukan setelah keadaan umum
ibu stabil.
X ray torak memperlihatkan adanya edema paru dan bertambahnya ukuran atrium kanan dan
ventrikel kanan.
Laboratorium : asidosis metabolik ( penurunan PaO2 dan PaCO2)
Terapi tambahan :
1. Resusitasi cairan
2. Infuse Dopamin untuk memperbaiki cardiac output
3. Adrenalin untuk mengatasi anafilaksis
4. Terapi DIC dengan fresh froozen plasma
5. Terapi perdarahan pasca persalinan dengan oksitosin
6. Segera rawat di ICU
g. Prognosis
Mortalitas perinatal kira kira 65% dan sebagian besar yang selamat baik ibu maupun anak akan
mengalami skualae neurologi yang parah.
Diagnosis
Syok adalah kondisi kritis akibat penurunan mendadak dalam aliran darah yang melalui
tubuh. Ada kegagalan sistem peredaran darah untuk mempertahankan aliran darah yang memadai
sehingga pengiriman oksigen dan nutrisi ke organ vital terhambat. Kondisi ini juga mengganggu
ginjal sehingga membatasi pembuangan llimbah dari tubuh (Nomenklatur Kebidanan).
2)
3)
4)
5)
K. Komplikasi
Komplikasi akibat dari penanganan yang tidak adekuat dapat menyebabkan asidosis
metabolik akibat metabolisme anaerob yang terjadi karena kekurangan oksigen. Hipoksia atau
iskemia yang lama pada hipofise dan ginjal dapat menyebabkan nekrosis hipofise dan gagal
ginjal akut. Koagulasi intravaskular yang luas disebabkan oleh lepasnya tromboplastin dari
jaringan yang rusak. Kegagalan jantung akibat berkurangnya aliran darah koroner dalam fase ini
kematian mengancam. Transfusi darah saja tidak adekuat lagi dan jika
penyembuhan (recorvery) fase akut terjadi, sisa-sisa penyembuhan akibat nekrosis ginjal atau
hipofise akan timbul.
L.
1)
a.
b.
c.
2)
d.
e.
a.
b.
c.
d.
Tanda-tanda bahwa kondisi pasien sudah stabil atau ada perbaikan adalah :
Tekanan darah mulai naik , sistolik mencapai 100 mmHg
Denyut jantung stabil
Kondisi mental pasien membaik , ekspresi ketakutan berkurang
Produksi urin bertambah .Diharapkan produksi urin paling sedikit 100 ml/4jam atau 30 ml/jam .
b.
c.
O. Terapi obat-obatan
a. Analgesik: morfin 10-15 mg IV jika ada rasa sakit, kerusakan jaringan atau gelisah.
b. Kortikosteroid: hidrokortison 1 g atau deksametason 20 mg IV pelan-pelan. Cara kerjanya masih
kontroversial, dapat menurunkan resistensi perifer dan meningkatkan kerja jantung dan
meningkatkan perfusi jaringan.
c. Sodium bikarbonat: 100 mEq IV jika terdapat asidosis
d. Vasopresor: untuk menaikkan tekanan darah dan mempertahankan perfusi renal.
Dopamin: 2,5 mg/kg/menit IV sebagai pilihan utama
Beta-adrenergik stimulant: isoprenalin 1 mg dalam 500 ml glukosa 5% IV infuse pelan-pelan.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
a.
b.
c.
d.
e.
Kombinasi obat pengurang rasa nyeri dengan obat penenang seperti diazepam meningkatkan
resiko depresi pernafasan .
Obat analgetika yang direkomendasikan adalah :
Morfin 10 15 mg I.M. atau 15 mg I.V.
Petidin 50 100 mg I.M .
Paracetamol 500 mg / oral
Paracetamol dan kodein 30 mg / oral
Tramadol oral / I.M 50 mg / Supositoria 100 mg
Terapi Antibiotika :
Regimen Antibiotika
Reg .1
Ampisilin
sefalosporin
Gentamisin
Metrodinazol
Reg.2
Klindamisin
Gentamisin
Kerja
Dosis
atau Gr (+) aerobic dan Gr (-) 500-1000 mg/6 jam
kokus
Gr (-) basil
80 mg/8 jam
Anaerob
500 mg/8 jam
Gr(+) dan Gr(-) aerobic
600 mg/6 jam
Gr(-) aerobic
80 mg/8 jam
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Syok obstetri adalah keadaan syok pada kasus obstetri yang kedalamannya tidak sesuai
dengan perdarahan yang terjadi. Klasifikasi Syok: Syok hipovolemik, syok sepsis (endatoxin
shock), syok kardiogenik, dan syok neurogenik.
Penanganan syok terbagi dua bagian yaitu:
A. Penanganan Awal
1. Mintalah bantuan. Segera mobilisasi seluruh tenaga yang ada dan siapkan fasilitas tindakan
gawat darurat.
2. Lakukan pemeriksaan secara cepat keadaan umum ibu dan harus dipastikan bahwa jalan
napas bebas.
3. Pantau tanda-tanda vital (nadi, tekanan darah, pernapasan dan suhu tubuh)
4. Baringkan ibu tersebut dalam posisi miring untuk meminimalkan risiko terjadinya aspirasi
jika ia muntah dan untuk memeastikan jalan napasnya terbuka.
5. Jagalah ibu tersebut tetap hangat tetapi jangan terlalu panas karena hal ini akan menambah
sirkulasi perifernya dan mengurangi aliran darah ke organ vitalnya.
6. Naikan kaki untuk menambah jumlah darah yang kembali ke jantung (jika memungkinkan
tinggikan tempat tidur pada bagian kaki).
B. Penanganan Khusus
Mulailah infus intra vena. Darah diambil sebelum pemberian cairan infus untuk
pemeriksaan golongan darah dan uji kecocockan (cross match), pemeriksaan hemoglobin, dan
hematokrit. Jika memungkinkan pemeriksaan darah lengkap termasuk trombosit, ureum,
kreatinin, pH darah dan elektrolit, faal hemostasis, dan uji pembekuan.
Berhasil tidaknya penanggulangan syok tergantung dari kemampuan mengenal gejalagejala syok, mengetahui, dan mengantisifikasi penyebab syok serta efektifitas dan efesiensi kerja
kita pada saat-saat/ menit-menit pertama penderita mengalami syok.
DAFTAR PUSTAKA
IBI, 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono.
Nugroho, Taufan. 2012. Patologi Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika
Ruatam, 1998. Sinopsis Obstertri Edisi 2, Jakarta: EGC.
Rukiyah, Ai Yeyeh, dkk, 2010. Asuhan Kebidanan Patologi, Jakarta: TIM
Sarwono, 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
http://patologisyok.blogspot.com/2011/07/syok-obstetrik.html
Protap Penatalaksanaan Syok Anafilaktik. Departemen Kesehatan RI. 2002. Pedoman
Pengobatan Dasar di Puskesmas. Direktorat Jenderal Keparmasian dan Alat Kesehatan.