You are on page 1of 6

PEMBAHASAN

A.
Definisi Analisa Gas Darah
Analisa Gas Darah adalah suatu pemeriksaan melalui darah arteri dengan tujuan mengetahui
keseimbangan asam dan basa dalam tubuh, mengetahui kadar oksigen dalam tubuh dan
mengetahui kadar karbondioksida dalam tubuh.
B.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Tujuan
Menilai tingkat keseimbangan asam dan basa
Mengetahui kondisi fungsi pernapasan dan kardiovaskuler
Menilai kondisi fungsi metabolisme tubuh
Mengetahui PH darah
Mengetahui tekanan parsial CO2
Mengetahui bikarbonat
Mengetahui base excess/defisit
Mengetahui tekanan parsial oksigen
Mengetahui saturasi O2

C.
Indikasi Analisa Gas Darah
Indikasi dilakukannya pemeriksaan Analisa Gas Darah (AGD) yaitu :
1.
Pasien dengan penyakit obstruksi paru kronik
Penyakit paru obstruktif kronis yang ditandai dengan adanya hambatan aliran udara pada saluran
napas yang bersifat progresif non reversible ataupun reversible parsial. Terdiri dari 2 macam
jenis yaitu bronchitis kronis dan emfisema, tetapi bisa juga gabungan antar keduanya.
2.
Pasien dengan edema pulmo
Pulmonary edema terjadi ketika alveoli dipenuhi dengan kelebihan cairan yang merembes keluar
dari pembuluh-pembuluh darah dalam paru sebagai gantinya udara. Ini dapat menyebabkan
persoalan-persoalan dengan pertukaran gas (oksigen dan karbon dioksida), berakibat pada
kesulitan bernapas dan pengoksigenan darah yang buruk. Adakalanya, ini dapat dirujuk sebagai
"air dalam paru-paru" ketika menggambarkan kondisi ini pada pasien-pasien. Pulmonary edema
dapat disebabkan oleh banyak faktor-faktor yang berbeda. Ia dapat dihubungkan pada gagal
jantung, disebut cardiogenic pulmonary edema, atau dihubungkan pada sebab-sebab lain, dirujuk
sebagai non-cardiogenic pulmonary edema.
3.
Pasien akut respiratori distress sindrom (ARDS)
ARDS terjadi sebagai akibat cedera atau trauma pada membran alveolar kapiler yang
mengakibatkan kebocoran cairan kedalam ruang interstisiel alveolar dan perubahan
dalarn jaring- jaring kapiler , terdapat ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi yang jelas akibatakibat kerusakan pertukaran gas dan pengalihan ekstansif darah dalam paru-.paru. ARDS
menyebabkan penurunan dalam pembentukan surfaktan , yang mengarah pada kolaps alveolar .
Komplians paru menjadi sangat menurun atau paru- paru menjadi kaku akibatnya
adalah penurunan karakteristik dalam kapasitas residual fungsional, hipoksia berat dan
hipokapnia ( Brunner & Suddart 616).
4.
Infark miokard
Infark miokard adalah perkembangan cepat dari nekrosis otot jantung yang disebabkan oleh
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen (Fenton, 2009). Klinis sangat
mencemaskan karena sering berupa serangan mendadak umumya pada pria 35-55 tahun, tanpa
gejala pendahuluan (Santoso, 2005).

5.
Pneumonia
Pneumonia merupakan penyakit dari paru-paru dan sistem dimana alveoli (mikroskopik udara
mengisi kantong dari paru yang bertanggung jawab untuk menyerap oksigen dari atmosfer)
menjadi radang dan dengan penimbunan cairan.Pneumonia disebabkan oleh berbagai macam
sebab,meliputi infeksi karena bakteri,virus,jamur atau parasit. Pneumonia juga dapat terjadi
karena bahan kimia atau kerusakan fisik dari paru-paru, atau secara tak langsung dari penyakit
lain seperti kanker paru atau penggunaan alkohol.
6.
Pasien syok
Syok merupakan suatu sindrom klinik yang terjadi jika sirkulasi darah arteri tidak adekuat untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme jaringan. Perfusi jaringan yang adekuat tergantung pada 3 faktor utama, yaitu curah
jantung, volume darah, dan pembuluh darah. Jika salah satu dari ketiga faktor penentu ini kacau dan
faktor lain tidak dapat melakukan kompensasi maka akan terjadi syok. Pada syok juga terjadi hipoperfusi
jaringan yang menyebabkan gangguan nutrisi dan metabolism sel sehingga seringkali menyebabkan kematian
pada pasien.
7.
Post pembedahan coronary arteri baypass
Coronary Artery Bypass Graft adalah terjadinya suatu respon inflamasi sistemik pada derajat
tertentu dimana hal tersebut ditandai dengan hipotensi yang menetap, demam yang bukan
disebabkan karena infeksi, DIC, oedem jaringan yang luas, dan kegagalan beberapa organ tubuh.
Penyebab inflamasi sistemik ini dapat disebabkan oleh suatu respon banyak hal, antara lain oleh
karena penggunaan Cardiopulmonary Bypass (Surahman, 2010).
8.
Resusitasi cardiac arrest
Penyebab utama dari cardiac arrest adalah aritmia, yang dicetuskan oleh beberapa
faktor,diantaranya penyakit jantung koroner, stress fisik (perdarahan yang banyak, sengatan
listrik,kekurangan oksigen akibat tersedak, tenggelam ataupun serangan asma yang berat),
kelainan bawaan, perubahan struktur jantung (akibat penyakit katup atau otot jantung) dan obatobatan.Penyebab lain cardiac arrest adalah tamponade jantung dan tension pneumothorax.
Sebagai akibat dari henti jantung, peredaran darah akan berhenti. Berhentinya peredaran
darahmencegah aliran oksigen untuk semua organ tubuh. Organ-organ tubuh akan mulai
berhenti berfungsi akibat tidak adanya suplai oksigen, termasuk otak. Hypoxia cerebral atau
ketiadaan oksigen ke otak, menyebabkan korban kehilangan kesadaran dan berhenti bernapas
normal.Kerusakan otak mungkin terjadi jika cardiac arrest tidak ditangani dalam 5 menit dan
selanjutnyaakan terjadi kematian dalam 10 menit. Jika cardiac arrest dapat dideteksi dan
ditangani dengansegera, kerusakan organ yang serius seperti kerusakan otak, ataupun kematian
mungkin bisa dicegah.
D.
Kontra Indikasi Analisa Gas Darah
1.
Denyut arteri tidak terasa, pada pasien yang mengalami koma (Irwin & Hippe, 2010).
2.
Modifikasi Allen tes negatif , apabila test Allen negative tetapi tetap dipaksa untuk
dilakukan pengambilan darah arteri lewat arteri radialis, maka akan terjadi thrombosis dan
beresiko mengganggu viabilitas tangan.
3.
Selulitis atau adanya infeksi terbuka atau penyakit pembuluh darah perifer pada tempat
yang akan diperiksa
4.
Adanya koagulopati (gangguan pembekuan) atau pengobatan denganantikoagulan dosis
sedang dan tinggi merupakan kontraindikasi relatif.
E.
Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi, yaitu :
1.
Apabila jarum sampai menembus periosteum tulang akan menimbulkan nyeri
2.
Perdarahan

3.
4.

Cidera syaraf
Spasme arteri

F.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Pemeriksaan
1.
Obat-obatan
Beberapa jenis obat yang meningkatkan PH darah :
a.
Natrium bikarbonat, natrium oksalat, kalium oksalat
b.
Obat-obatan yang meningkatkan PaCO2 : aldosteron, ethacrynic acid,
hydrocortisone,metalazone, prednisone, sodium bicarbonate,thiazides
c.
Obat-obatan yang meningkatkan HCO3- : alkalin salts, diuretik
d.
Obat-obatan yang menurunkan HCO3-: acid salts
2.
Gelembung udara : Jika terdapat udara dalam sample darah maka nilai PaCO2 rendah
maka PaO2 meningkat.
3.
Anti koagulan : pemberian anti koagulan yang berlebih akan menurunkan PaCO2.
4.
Metabolisme : sample yang diambil sebaiknya diperiksakan dalam waktu 20 menit setelah
pengambilan, jika sampel tidak langsung diperiksa dapat disimpan dalam lemari pendingin
selama beberapa jam.
5.
Suhu : ada hubungan langsung antara suhu dan tekanan yang menyebabkan tingginya PO2
dan PCO2. Nilai PH akan mengikuti perubahan PCO2.
G.
Alat dan Bahan untuk Pengambilan Darah Arteri
Alat dan bahan yang dibutuhkan untuk pengambilan darah arteri antara lain :
1.
Disposible Spuit 2,5 cc, jarum ukuran 23 G/ 25 G
2.
Penutup jarum khusus atau gabus
Mencegah kontaminasi dengan udara bebas. Udara bebas dapat mempengaruhi nilai O2 dalam
AGD arteri.
3.
Nierbeken/Bengkok
Digunakan untuk membuang kapas bekas pakai.
4.
Anticoagulant Heparin
Untuk mencegah darah membeku.
5.
Alcohol swabs ( kapas Alkohol )
Merupakan bahan dari wool atau kapas yang mudah menyerap dan dibasahi dengan antiseptic
berupa etil alkohol. Tujuan penggunaan kapas alkohol adalah untuk menghilangkan kotoran
yang dapat mengganggu pengamatan letak vena sekaligus mensterilkan area penusukan agar
resiko infeksi bisa ditekan.
6.
Plester
Digunakan untuk fiksasi akhir penutupan luka bekas plebotomi, sehingga membantu proses
penyembuhan luka dan mencegah adanya infeksi akibat perlukaan atau trauma akibat
penusukan.
7.
Kain pengalas
Untuk memberi kenyamanan pada pasien saat plebotomis melakukan pengambilan darah vena.
8.
Tempat berisi es batu
Bila laboratorium jauh, maka specimen darah arteri harus dimasukkan kedalam tempat berisi es
batu sebab suhu yang rendah akan menurunkan metabolism sel darah yang mungkin merubah
nilai pH, PCO2, PO2, HCO3-.
9.
Tempat sampah khusus needle
Tempat untuk membuang needle yang sudah dipakai untuk mengurangi kontaminasi pasien satu
dengan pasien yang lain.

E.
Antikoagulan yang Digunakan
Antikoagulan yang digunakan dalam pengambilan darah arteri adalah heparin. Pemberian
heparin yang berlebiham akan menurunkan tekanan CO2.Antikoagulan dapat mendilusi
konsentrasi gas darah dalam tabung. Sedangkan pH tidak terpengaruh karena efek penurunan
CO2 terhadap pH dihambat oleh keasaman heparin.
F.
Alat Perlindungan Diri (APD) untuk Petugas
Alat Perlindungan Diri (APD) yang harus digunakan seorang petugas (Plebotomis) yaitu
(Rohani, 2008) :
1.
Jas Laboratorium
Pemakaian utama dari jas laboratorium adalah untuk melindungi pakaian petugas pelayanan
kesehatan. Jas laboratorium diperlukan sewaktu melakukan tindakan, bila baju tidak ingin kotor.
2.
Sarung Tangan (Handscoon)
Alat ini merupakan pembatas fisik terpenting untuk mencegah terjadi infeksi, tetapi harus diganti
setiap kontak dengan satu pasien ke pasien yang lainnya untuk mencegah kontaminasi silang.
Sarung tangan harus dipakai kalau menangani darah, duh tubuh, sekresi dan eksresi (kecuali
keringat). Petugas kesehatan (Plebotomis) menggunakan sarung tangan untuk tiga alasan, yaitu:
a.
Mengurangi resiko petugas kesehatan terkena infeksi dari pasien.
b.
Mencegah penularan flora kulit petugas kepada pasien.
c.
Mengurangi kontaminasi tangan petugas kesehatan dengan mikroorganisme yang dapat
berpindah dari satu pasien ke pasien lain.
3.
Masker
Masker digunakan untuk menahan cipratan yang keluar sewaktu petugas kesehatan atau petugas
bedah berbicara, batuk, bersin, dan juga mencegah ciprtan darah atau cairan tubuh yang
terkontaminasi masuk ke dalam hidung atau mulut petugas kesehatan.
4.
Sepatu Laboratorium
Alas kaki/sepatu laboratorium dipakai untuk melindungi kaki dari perlukaaan oleh benda tajam
atau dari cairan yang jatuh atau menetes kaki. Sepatu bot dari karet atau kulit lebih melindungi,
tapi harus bersih dan bebas dari kontaminasi darah atau cairan tubuh lainnya.
5.
Kap (penutup rambut)
Dipakai untuk menutup rambut dan kepala, tujuan utamanya adalah melindungi pemakainya dari
ciprtan darah dan cairan tubuh lainnya.
6.
Pelindung Mata
Pelindung mata melindungi petugas kesehatan dari cipratan darah atau cairan tubuh lainnya yang
terkontaminasi dengan pelindung mata.
G.
Lokasi Pengambilan Darah Arteri
1.
Arteri Radialis dan Arteri Ulnaris (sebelumnya dilakukan allens test)
Test Allens merupakan uji penilaian terhadap sirkulasi darah di tangan, hal ini dilakukan dengan
cara yaitu: pasien diminta untuk mengepalkan tangannya, kemudian berikan tekanan pada arteri
radialis dan arteri ulnaris selama beberapa menit, setelah itu minta pasien unutk membuka
tangannya, lepaskan tekanan pada arteri, observasi warna jari-jari, ibu jari dan tangan. Jari-jari
dan tangan harus memerah dalam 15 detik, warnamerah menunjukkan test allens positif.
Apabila tekanan dilepas, tangan tetap pucat, menunjukkan test allens negatif. Jika pemeriksaan
negative, hindarkan tangan tersebut dan periksa tangan yang lain.
2.
Arteri Dorsalis pedis
Merupakan arteri pilihan ketiga jika arteri radialis dan ulnaris tidak bisa digunakan.
3.
Arteri Brakialis

Merupakan arteri pilihan keempat karena lebih banyak resikonya bila terjadi obstruksi pembuluh
darah. Selain itu arteri femoralis terletak sangat dalam dan merupakan salah satu pembuluh
utama yang memperdarahi ekstremitas bawah.
4.
Arteri Femoralis
Merupakan pilihan terakhir apabila pada semua arteri diatas tidak dapat diambil. Bila terdapat
obstruksi pembuluh darah akan menghambat aliran darah ke seluruh tubuh / tungkai bawah dan
bila yang dapat mengakibatkan berlangsung lama dapat menyebabkan kematian jaringan. Arteri
femoralis berdekatan dengan vena besar, sehingga dapat terjadi percampuran antara darah vena
dan arteri. Selain itu arteri femoralis terletak sangat dalam dan merupakan salah satu pembuluh
utama yang memperdarahi ekstremitas bawah.
Arteri Femoralis atau Brakialis sebaiknya jangan digunakan jika masih ada alternative lain
karena tidak memiliki sirkulasi kolateral yang cukup untuk mengatasi bila terjadi spasme atau
thrombosis. Sedangkan arteri temporalis atau axillaris sebaiknya tidak digunakan karena adanya
resiko emboli ke otak.
Nilai Normal Analisa Gas Darah
1.
PH
:
7,35 7,45
2.
PaCO2
:
35 45 mmHg
3.
PaO2
:
80 100 mmHg
4.
SaO2
:
95% atau lebih
5.
HCO3
:
22 26 mEq/L
6.
Base Excess
:
-2,0 - +2,0 mEq/L
H.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.

Prosedur Pengambilan Darah Arteri Radialis


Baca status dan data klien untuk memastikan indikasi pengambilan AGD
Cek alat-alat yang akan digunakan
Beri salam dan panggil klien sesuai dengan namanya
Perkenalkan nama perawat
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada klien
Jelaskan tujuan tindakan yang dilakukan
Beri kesempatan pada klien untuk bertanya
Tanyakan keluhan klien saat ini
Jaga privasi klien
Dekatkan alat-alat ke sisi tempat tidur klien
Posisikan klien dengan nyaman
Cuci tangan dan pakai sarung tangan sekali pakai
Palpasi arteri radialis
Lakukan allens tes

Tujuan uji allen tes adalah untuk menilai sistem kolateral arteri radialis. Penderita diminta
mengepalkan tangan dengan kencang. Pengambil darah dengan jari menekan kedua arteri
radialis dan ulnaris. Penderita diminta membuka dan mengepalkan beberapa kali hingga jari-jari
pucat, kemudian biarkan telapak tangan terbuka. Pengambil darah melepaskan tekanan jarinya
dari arteri ulnaris, telapak tangan akan pulih warnanya dalam 15 detik bila darah dari arteri
ulnaris mengisi pembuluh kapiler tangan.
Bila terdapat gangguan kolateralisasi pada arteri ulnaris (uji Allen negative), arteri radialis tidak
boleh digunakan untuk pengambilan darah arteri. Bila tidak terdapat kolateralisasi arteri radialis
dan arteri ulnaris (uji Allen negative), arteri radialis tidak boleh digunakan.

Minta klien untuk mengepalkan tangan dengan kuat, berikan tekanan langsung pada arteri
radialis dan ulnaris, minta klien untuk membuka tangannya, lepaskan tekanan pada arteri,
observasi warna jari-jari, ibu jari dan tangan. Jari-jari dan tangan harus memerah dalam 15 detik,
warna merah menunjukkan test allens positif. Apabila tekanan dilepas, tangan tetap pucat,
menunjukkan test allens negatif. Jika pemeriksaan negatif, hindarkan tangan tersebut dan
periksa tangan yang lain.
15. Hiperekstensikan pergelangan tangan klien di atas gulungan handuk
16. Raba kembali arteri radialis dan palpasi pulsasi yang paling keras dengan menggunakan
jari telunjuk dan jari tengah
17. Desinfeksi area yang akan dipungsi menggunakan yodium-povidin, kemudian diusap
dengan kapas alkohol
18. Berikan anestesi lokal jika perlu
19. Bilas spuit ukuran 3 ml dengan sedikit heparin 1000 U/ml dan kemudian kosongkan spuit,
biarkan heparin berada dalam jarum dan spuit
20. Sambil mempalpasi arteri, masukkan jarum dengan sudut 45 sambil menstabilkan arteri
klien dengan tangan yang lain
21. Observasi adanya pulsasi (denyutan) aliran darah masuk spuit (apabila darah tidak bisa
naik sendiri, kemungkinan pungsi mengenai vena)
22. Ambil darah 1 sampai 2 ml
23. Tarik spuit dari arteri, tekan bekas pungsi dengan menggunakan kasa 5-10 menit
24. Buang udara yang berada dalam spuit, sumbat spuit dengan gabus atau karet
25. Putar-putar spuit sehingga darah bercampur dengan heparin
26. Tempatkan spuit di antara es yang sudah dipecah
27. Ukur suhu dan pernafasan klien
28. Beri label pada spesimen yang berisi nama, suhu, konsentrasi oksigen yang digunakan
klien jika kilen menggunakan terapi oksigen
29. Kirim segera darah ke laboratorium
30. Beri plester dan kasa jika area bekas tusukan sudah tidak mengeluarkan darah (untuk klien
yang mendapat terapi antikoagulan, penekanan membutuhkan waktu yang lama)
31. Bereskan alat yang telah digunakan, lepas sarung tangan
32. Cuci tangan
33. Kaji respon klien setelah pengambilan AGD
34. Berikan reinforcement positif pada klien
35. Buat kontrak untuk pertemuan selanjutnya
36. Akhiri kegiatan dan ucapkan salam
37. Dokumentasikan di dalam catatan keperawatan waktu pemeriksaan AGD, dari sebelah
mana darah diambil dan respon klien

You might also like