Professional Documents
Culture Documents
Residen
Dr. Gita Adelia Sari
Pemandu
Dr. H. Zaimursyaf Aziz, SpOG(K)
I. PENDAHULUAN
Seksio sesarea telah menjadi operasi yang paling sering dilakukan di berbagai negara. Di
Amerika, frekuensi bayi yang dilahirkan dengan seksio sesarea terus meningkat lebih dari
50% dari tahun 1996 sampai 31,8% pada tahun 2007. 1 Alasan meningkatnya angka ini
bermacam-macam. Persalinan yang lambat, peningkatan indeks massa tubuh, kemajuan
teknologi ultrasonografi dalam mendeteksi kelainan kehamilan, permintaan dari pasien,
ketakutan akan persalinan pervaginam, dan juga pilihan aman bagi para ahli obstetri untuk
menghindari cedera pada persalinan dengan tindakan yang dapat berakhir dengan tuntutan
malpraktik.
Berbagai macam penelitian mengenai teknik seksio sesarea telah banyak dilakukan. Hal
ini tentu saja untuk mencari teknik terbaik sehingga morbiditas dan mortalitas dalam seksio
sesara dapat dihindari. Banyak penelitian yang dilakukan mulai dari penelitian tentang perlu
tidaknya pemberian antibiotik profilaksis, saat yang tepat dalam pemberian antibiotik, jenis
insisi pada dinding abdomen, mulai dari kutis, subkutis, fasia, peritoneum, insisi pada uterus,
cara melahirkan bayi, teknik penjahitan, penutupan uterus, dinding abdomen, sampai
perawatan post operatif.
Tidak ada prosedur baku dalam teknik seksio sesarea. Di tiap negara, setiap rumah sakit,
atau bahkan di setiap senter pendidikan pun dapat berbeda-beda. Setiap ahli obstetri pun
seringkali memiliki teknik yang berbeda, berawal dari apa yang mereka pelajari di buku,
sampai akhirnya berkembang karena pengalaman yang dimiliki para ahli obstetri tersebut.2
II. DEFINISI
Seksio sesarea didefinisikan sebagai kelahiran janin melalui sayatan pada dinding abdomen
(laparotomi) dan dinding uterus (histerotomi). Definisi ini tidak mencakup pengeluaran janin
dari rongga abdomen dalam kasus ruptur uterus atau dalam kasus kehamilan abdominal.
Dalam beberapa kasus, dan yang paling sering adalah perdarahan post partum, dimana
histerektomi abdominal dilakukan setelah bayi lahir. Ketika dilakukan pada saat seksio
sesarea, operasi seksio sesarea disebut histerektomi. Jika dilakukan dalam waktu singkat
setelah persalinan pervaginam, hal ini disebut histerektomi postpartum.3
III.
IV.
Indikasi janin:
-
V. ANATOMI ABDOMEN
A. Anatomi dinding abdomen
Dinding abdomen disusun sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi untuk mengatur
pergerakan rahim serta memberikan perlindungan isi abdomen dan alat genitaila wanita.
Susunan dinding abdomen antara lain:3,4
1. kulit
2. lemak subkutan,
Terdiri dari jaringan lemak yang disekat oleh septum sehingga perut menjadi lebih tegang
untuk menahan organ visera, septum jaringan ikat ini dibentuk oleh dua fasia yang sulit
dipisahkan, yaitu:
- jaringan lemak superficial (Fascia camper)
- lapisan membranosa (fascia Scarpa)
3. Dinding abdomen bagian otot:
- Otot-otot dinding ventral abdomen:
M. rectus abdominis
M. piramidalis
- Otot-otot dinding lateral abdomen:
M. obliquus abdominis eksterna
M. obliquus abdoiminis interna
M. transverses abdominis
4. Fascia transversalis
5. Peritoneum
Merupakan suatu selaput tipis dan mengkilap yang melapisi dinding kavum
abdomen dari sebelah dalam. Peritoneum dibagi menjadi:
-
Peritoneum parietalis
Langsung melekat pada dinding abdomen
Peritoneum viseralis
Kuadran abdomen
Abdomen dibagi menjadi 9 regio oleh dua garis vertikal dan dua garis horizontal:4
1. Garis vertikal:
Melalui pertengahan antara spina iliaka anterior superior dan simfisis pubis
2. Garis horizontal:
-
2. Tuba Falopii
Merupakan organ berbentuk tubular dengan panjang kira-kira 8 cm. Tuba falopii divaskularisasi
dari cabang-cabang arteri dan vena ovarika. Tuba falopii terdiri dari beberapa bagian yaitu: 3-4
a. Pars Uterina, yaitu bagian tub yang berjalan didalam dinding uterus.
b. Isthmus yaitu bagian tuba yang menyempit.
c. Ampula yaitu bagian tuba yang paling lebar
d. Infundibulum, bagian ujung dari tuba yang bentuknya seperti terompet dan mempunyai
lubang yang disebut ostium abdominalis yang merupakan jalan masuk ovum kedalam tuba.
Diameter abdominalis ini sekitar 2 mm.
3. Ovarium
Berbentuk oval, berukuran 3x2x1 cm. Letak ovarium berada di fossa waldeyer, yaitu bagian
pelvis yang berada pada sudut antara vena iliaka eksterna dan ureter. Vaskularisasi ovarium
berasal dari arteri dan vena ovarika dan cabang ovarium dari arteri uterina.
DEFINISI MALPRESENTASI
Pengertian Malpresentasi adalah semua presentasi janin selain vertex,sedangkan Malposisi
adalah kepala janin relatif terhadap pelvix dengan oksiput sebagai titik referensi,masalah: janin
yang dalam keadaan malpresntasi dan malposisi kemungkinan menyebabkan partus lama atau
partus macet.
KONSEP DASAR KELAINAN PADA MALPRESENTASI
1. Presentasi Oksiput Posterior
Pada
letak belakang kepala biasanya ubun- ubun kecil akan memutar ke depan dengan
sendirinya dan janin lahir secara spontan. Kadang -kadamg UUK tidak berputar kedepan tetapi
tetap berada di belakang, yang disebut POSITIO OCIPUT POSTERIOR. Dalam mengahadapi
persalinan d imana UUK terdapat di belakang kita harus sabar, sebab rotasi kedepan kadangkadang baru terjadi di dasar panggul..
v Etiologi
a.
b.
Letak
c.
maksimal tidak dapat menambah fleksinya lagi. Selain itu seringkali fleksi kepala tidak dapat
maksimal, sehingga kepala lahir melalui pintu bawah panggul dengan sirkumferensia
frontooksipitalis yang lebih besar dibandingkan dengan sirkumferensia suboksipito bregmatika.
Oleh sebab itu persalinan pada umumnya berlangsung lama, yang mengakibatkan kerusakan
jalan lahir lebih besar, dan kematian perinatal lebih tinggi bila dibandingkan dengan keadaan
di mana ubun- ubun kecil berada di depan.
v Diagnosis
a.
Pemeriksaan abdomen
Auskultasi
Pemeriksaan vagina
Fontanella posterior dekat sakrum, fontanella anterior dengan mudah teraba jika kepala
dalamkeadaan defleks.
v Penanganan
Dalam menghadapi persalinan dengan ubun- ubun
pengawasan persalinan yang saksama dengan harapan terjadinya persalinan spontan. Tindakan
untuk mempercepat persalinan dilakukan apabila kala II terlalu lama, atau adanya tanda- tanda
bahaya terhadap janin. Tindakan yang dilakukan yaitu : ekstraksi cunam atau ektraksi vakum.
2.
Presentasi puncak kepala adalah keadaan dimana puncak kepala merupakan bagian terendah, hal
ini terjadi apabila derajat defleksinya ringan.
Presentasi puncak kepala adalah presentasi kepala dengan defleksi/ekstensi minimal dengan
sinsiput merupakan bagian terendah.
Presentasi puncak kepala adalah bagian terbawah janin yaitu puncak kepala, pada pemeriksaan
dalam teraba UUB yang paling rendah, dan UUB sudah berputar ke depan (Muchtar, 2002).
v Etiologi
Menurut statistik hal ini terjadi pada 1% dari seluruh persalinan. Letak defleksi ringan dalam
buku synopsis Obstetri Fisiologi dan Patologi (2002) biasanya disebabkan:
1.
2.
3.
4.
2.
3.
v Patofisiologi
Pada kehamilan normal, kepala janin pada waktu melewati jalan lahir berada dalam keadaan
fleksi tetapi pada kasus ini fleksi tidak terjadi sehingga kepala dalam keadaan defleksi, jadi yang
melewati jalan lahir adalah sirkumferensia frontooksipitalisdengan titik perputaran yang berada
di bawah simfisis ialah glabella (Sarwono,2005).
Dengan posisi seperti itu mengakibatkan terjadinya partus lama dan robekan jalan lahir yang
lebih luas selain itu karena partus lama dan moulage yang hebat maka mortalitas perinatal agak
tinggi (9%) (Moctar,2002).
v Diagnosis
Pada pemeriksaan dalam didapati UUB paling rendah dan berputar ke depan atau sesudah anak
lahir caput terdapat di daerah UUB.
Diagnosis kedudukan : Presentasi puncak kepala
1. Pemeriksaan abdominal
a. Sumbu panjang janin sejajar dengan sumbu panjang ibu
b. Di atas panggul teraba kepala
c. Punggung terdapat pada satu sisi, bagian-bagian kecil terdapat pada sisi yang berlawanan
d. Di fundus uteri teraba bokong
e. Oleh karena tidak ada fleksi maupun ekstensi maka tidak teraba dengan jelas adanya tonjolan
kepala pada sisi yang satu maupun sisi lainnya.
2. Auskultsi
Denyut jantung janin terdengar paling keras di kuadran bawah perut ibu, pada sisi yang sama
dengan punggung janin
3. Pemeriksaan vaginal
a. Sutura sagitalis umumnya teraba pada diameter transversa panggul,
b. Kedua ubun-ubun sama-sama dengan mudah dapat diraba dan dikenal. Keduanya sama tinggi
dalam panggul.
4. Pemeriksaan sinar- X
Pemeriksaan radiologis Presentasi Puncak Kepala membantu dalam menegakkan diagnosis
kedudukan dan menilai panggul.
v Penanganan
a. Dapat ditunggu kelahiran spontan
b. Episiotomi
c. Bila 1 jam dipimpin mengejan tak lahir, dan kepala bayi sudah didasar panggul, maka
dilakukan ekstraksi forcep. Usahakan lahir pervaginam karena kira-kira 75 % bisa lahir spontan.
Bila ada indikasi ditolong dengan vakum/forsep biasanya anak yang lahir di dapati caput daerah
UUB (Mochtar, 2002).
3. Presentasi dahi
Persentase dahi adalah keadaan dimana kedudukan kepala berada diantara fleksi
maksimal,sehingga dahi merupakan bagian terendah. Pada umumnya presentasi dahi ini hanya
bersifat sementara, dan sebagian besar akan berubah menjadi presentasi muka atau belakang
kepala.
v Etiologi
Sebab terjadinya presentasi dahi pada dasarnya sama dengan sebab terjadinya presentasi muka
yaitu:
1.Panggul sempit
2.Janin besar
3.Multiparitas
4.Kelainan janin (anansefalus)
v Patofisiologi
Karena kepala turun melalui pintu atas panggul dengan sirkumferensia maksilloparietalis (35cm)
yang lebih besar daripada lingkar pintu atas panggul maka janin dengan berat dan besar normal
tidak bisa lahir secara pervaginam kecuali janin yang kecil masih mungkin lahir spontan. Hal itu
bisa mengakibatkan persalinan lama, robekan jalan lahir yang lebih luas dan kematian perinatal.
v Diagnosis
a.
Pemeriksaan abdomen
Dada janin akan teraba seperti punggung, dan bagian kepala menonjol diarah yang berlawanan.
b.
Auskultasi
Pemeriksaan vagina
Akan teraba sutura frontalis, yang bila diikuti, pada ujung yang satu diraba ubun- ubun besar dan
pada ujung lain teraba pangkal hidung dan lingkaran orbita.
v Penanganan
Presentasi dahi dengan ukuran panggul dan janin yang normal, tidak akan dapat lahir spontan per
vaginam, sehingga harus dilahirkan dengan seksio sesarea. Pada janin yang kecil dan panggul
yang luas pada garis besarnya sikap dalam mengahadapi persalinan presentasi dahi sama dengan
sikap dalam menghadapi presentasi muka.
Bila persalinan menunjukkan kemajuan, tidak perlu dilakukakn tindakan. Demikian pula bila
harapanpresentasi dahi dapat berubah menjadi presentasi belakang kepala atau presentasi muka.
Jika pada akhir kala I kepala belum masuk kedalam kedalam rongga panggul, dapat diusahakan
mengubah presentasi dengan parasat thorn, tetapi jika tidak berhasil, sebaiknya dilakukan SC.
Meskipun kepala sudah masuk ke rongga panggul, tetapi bila kala II tidak mengalami kemajuan
sebaiknya dilakukan SC.
Penanganan lain yaitu : jika janin mati dan pembukaan lengkap dilakukan kraniotomi.
4. Presentasi muka
Letak muka adalalah letak kepala dengan defleksi maksimal, hingga occiput mengenai
punggung dan muka terarah kebawah. Presentasi muka dikatakan primer apabila sudah terjadi
sejak masa kehamilan, dan dikatakan sekunder bila baru terjadi pada waktu persalinan.
v Etiologi
Pada umumnya penyebab terjadinya presentasi muka adalah keadaan- keadaan yang memaksa
terjadinya defleksi kepala atau keadaan-keadaan yang menghalangi terjadinya defleksi kepala.
Yaitu karena:
1.
Panggul sempit
2.
Janin besar
3.
Multiparitas
4.
Perut gantung
5.
6.
v Patofisiologi
Pada umumnya persalinan pada presentasi muka berlangsung tanpa kesulitan. Hal ini dapat
dijelaskan karena kepala masuk ke dalam panggul dengan sirkumferensia trakeloparietal yang
sedikit lebih besar dari pada sirkumferensia suboksipitobregmatika. Tetapi kesulitan dapat terjadi
karena
adanya kesempitan panggul dan janin besar yang merupakan penyebab terjadinya
Pemeriksaan abdomen
Sama pada presentasi dahi yaitu ketika dipalpasi akan teraba dada yang seperti punggung, bagian
kepala yang menonjol yang berada di sebelah berlawanan dengan letak dada.
b.
Auskultasi
Pemeriksaan vagina
Dagu harus berada dibelakang, sebab bila dagu berada di depan akan terjadi presentasi
belakang kepala dengan ubun-ubun kecil dibelakang yang tidak lebih menguntungkan bila
dibandingkan dengan presentasi muka dengan dagu di depan.
2.
Kepala belum turun ke dalam rongga panggul dan masih mudah didorong ke atas.
terendah
a.
Letak bokong murni (franch breech) : bokong yang menjadi bagian depan ,kedua tungkai
lurus keatas
b.
Letak bokong kaki (complete breech) : di samping bokong teraba kaki,biasa disebut letak
bokong kaki sempurna jika di samping bokong teraba kedua kaki atau tidak sempurna jika di
samping bokong teraba satu kaki
c.
Letak bokong tak sempurna: teraba bokong dan disamping bokong teraba kaki.
d.
Letak kaki ( incomplete brech presentation ) : bila bagian terendah teraba salah satu dan
kedua kaki atau lutut. Dapat dibedakan letak kaki bila kaki terendah, letak lutut bila lutut yang
terendah.
v Etilogi
1. Sudut ibu
a. Keadaan rahim
- Rahim arkuatus
- Septum pada rahim
- Uterus dupleks
- Mioma bersama kehamilan.
b. Keadaan plasenta
- Plasenta letak rendah
- Plasenta previa
c. Keadaan jalan lahir
- Kesempitan panggul
- Deformitas tulang panggul
- Terdapat tumor menghalangi jalan lahir dan perputaran ke posisi kepala.
2. Sudut janin
- Tali pusat pendek atau lilitan tali pusat
- Hidrosefalus atau anensefalus
- Kehamilan kembar
- Hidramnion atau oligohidramnion
- Prematuritas
v Patofisiologi
Bayi letak sungsang disebabkan :
1. Hidramnion
2. Plasenta Previda
3. Panggul Sempit
v Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosa maka yang harus dilakukan adalah dengan melakukan:
(a) Anamnesis : Pergerakan anak teraba oleh ibu di bagian perut bawah, ibu sering
merasa ada benda keras(kepala) yang mendesak tulang iga dan rasa nyeri pada
daerah iga karena kepala janin.
(b) Palpasi : Teraba bagian keras , bundar, melenting pada fundus. Punggung dapat diraba pada
salah satu sisi perut , bagian kecil, pada sisi yang berlawanan,jelas pada tempat diatas simpisis
teraba bagian yang kurang bundar dan lunak.
(c)
Auskultasi : Denyut jantung janin(DJJ) sepusat atau DJJ ditemukan paling jelas
pada tempat yang lebih tinggi( sejajar atau lebih tinggih dari pusat).
(d) Vagina toucher : Terbagi 3 tonjolan tulang yaitu kedua tubera ossis ischii dan
ujung os sacrum , anus, genetalia anak jikan oedema tidaknterlalu besar dapat
diraba.
20
VI.
MANAJEMEN PRAOPERASI
A. Pemeriksaan praoperasi
Mutlak dilakukan sebelum operasi, meliputi:3-4
- Anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk mengetahui permasalahan yang ada
-
D. Pencegahan infeksi
- Pemberian antibiotik profilaksis
- Suplementasi oksigen
- Menjaga suhu tubuh pasien
- Menghentikan merokok
- Memperbaiki gizi
- Mempersingkat masa rawat inap
Masa rawat inap yang panjang, terutama bagi mereka yang akan dioperasi
elektif, meningkatkan risiko terjadinya infeksi
E. Persiapan
- Persiapan kulit: pencukuran rambut, mengoleskan lapangan operasi dengan
-
povidon iodine secara spiral keluar mulai dari tempat yang akan diinsisi.
Persiapan vagina: dapat dilakukan vaginal scrub dengan povidon iodine
karena menurunkan risiko endometritis pascaoperasi
Persiapan kandung kencing dan ureter
Pasien yang menjalani operasi dengan anestesi regional membutuhkan
kateterisasi dengan foley catheter. Hal ini bertujuan untuk mencegah
21
VII.
22
23
terlihat. Bila belum, dapat dilakukan palpasi untuk mengetahui letak arteri
tersebut
dan percabangannya.
Ureter
harus
dapat
ditemukan
dan
24
Harus dicurigai sebagai penyebab pendarahan terutama jika tonus otot tidak
baik, tidak ada sisa jaringan yang tertinggal di dalam uterus.Carilah letak
laserasi lalu jahitlah. Laserasi yang dijahit adalah yang berdarah dan
ukurannya lebih dari 2cm. Bila puncak luka tidak terlihat, mulailah jahiran
setinggi mungkin, menggunakan benang absorbable secara continue
interlocking.
5. Atoni uterus
Pencegahannya dengan manajemen kala tiga melalui pemberian oksitosin 10
iu secara intramuskuler. Oksitosin memiliki efek samping yang lebih kecil
dibandingkan ergot alkaloid. Namun jika atoni tidak responsive dengan
pemberian oksitosin, lakukan masase dan kompresi uterus (secara manual
atau menggunakan kateter balon) sambil mengatasi penyebabnya (mis. Sisa
jaringan yang tertinggal, adanya clot). Bila tidak berhasil, gunakan beberapa
metode jahitan kompresi uterus yang masing-masing memiliki keuntungan
dan kerugian. Beberapa metode tersebut adalah:
- Jahitan B-Lynch
Berikut ini langkah melakukan jahitan B-lych:
Dengan menggunakan catgut kromik no. 2, tusukkan jarum tapered
hingga menembus kavum uteri pada 3 cm di bawah tepi kanan
insisi uterus dan 3 cm dari tepi lateral kanan uterus. Keluarkan
jarum pada 3 cm di atas insisi uterus dan 4 cm dari lateral kanan
kiri uterus.
Lewatkan catgut melalui fundus sekitar 3-4 cm dari kornu uteri kiri
ke bagian anterior hingga ketinggian yang sama dengan tempat
25
Jahitan-U
Keunggulan metode ini adalah aman, efektif dan tekniknya sederhana.
Gambar 6. Jahitan-U
Jahitan Pereira
Metode Pereira termasuk baru dan belum dikenal luas. Metode ini
menawarkan beberapa keuntungan teoritis terutama terhadap metode
klasik jahitan B-lynch. Namun, kelemahannya metode ini lebih rumit
sehingga sering terlupakan dalam keadaan darurat. Keuntungan tersebut
antara lain:
Jahitan diletakkan secara longitudinal dan trasversal. Simpul yang
unik
serta
ditambah
jumlah
simpul
yang
lebih
banyak
26
lebih efektif.
Jarum tidak menembus kavum uteri sehingga menurunkan risiko
infeksi
Jarum tidak menembus kavum uteri sehingga saat ini hanya
intramyometrial.
Buatlah simpul (knot) pada transversal suture
Fiksasi longitudinal suture ke transversal suture anterior dan
posterior (pertama)
Fiksasi longitudinal suture ke transversal suture anterior dan
posterior (kedua)
Bila perdarahan masih belum juga berhenti, lakukan ligasi arteri dan bila
terpaksa histerektomi. Akan tetapi hal ini sangat jarang terjadi.
VIII.
berkembangnya
ilmu
teknologi,
munculnya
berbagai
hasil
27
28
A. Pertimbangan Preoperatif
Persiapan preoperatif pada pasien yang akan dilakukan seksio sesarea
telahbanyak diteliti di hampir seluruh negara berkembang dan seluruh negara
maju. Tiga faktor yang paling sering dibahas adalah risiko aspirasi, perdarahan
daninfeksi. Namun hal yang paling sering dibahas adalah risiko infeksi
29
lukaterinfeksi
(25%-65%).
Hopkins
dan
kawan-kawan
(2007)
(2005)
tidak
mendapatkan
penurunan
angka
30
dan
kerugiannya.
Didapatkan
sebelas
penelitian
31
Mengenai panjang insisi pada kulit, belum ada penelitian khusus yang meneliti
hal ini, namun ada dua penelitian yang menganjurkan bahwa insisi pada operasi
abdomen minimal 15 cm untuk memastikan outcome yang baik bagi ibu dan
anak.
Mengganti scalpel setelah scalpel pertama yang digunakan untuk insisi pada
kulit telah diteliti, mendapatkan hasil dimana tidak didapatkan perbedaanyang
signifikan antara mengganti scalpel setelah insisi pada kulit dengan tidak
menggantinya. Angka kejadian infeksi pada kedua teknik ini tidak didapatkan
hasil yang bermakna.5
Teknik dalam membuka subkutis juga belum dilakukan penelitiankhusus,
namun kebanyakan operator menggunakan scalpel seminimalmungkin, dimana
mereka melakukan insisi pada subkutis pada bagian medial,dan melakukan
perluasan insisi secara tumpul untuk menghindari perdarahanyang tidak perlu.
Penelitian mengenai insisi pada fasia juga belum dilakukan secaraterpisah,
namun para ahli merekomendasikan insisi transversal dengan scalpelpada
bagian medial dan diperluas secara tajam dengan menggunakan gunting.Ada
juga yang merekomendasikan perluasan insisi pada fascia diperluassecara
tumpul dengan menggunakan jari tangan, seperti pada teknik seksiosesarea
menurut Misgav-Ladach. Beberapa klinisi ada juga yangmenganjurkan, apapun
jenis insisi pada kulit, namun insisi pada fasiasebaiknya dilakukan secara
vertikal pada garis tengah fasia, tepat pada rectussheath, dan diperluas secara
tajam dengan menggunakan gunting.
Telah didapatkan tiga penelitian yang membahas tentang pemotonganotot rektus
dalam membuka dinding abdomen yang melibatkan 313 wanita. 19 Mereka
terpilih secara acak untuk dilakukannya insisi otot baik insisi Maylardatau
Cherney dengan Pfannenstiel.
32
Gambar 3. Insisi Cherney, pada teknik ini tendon dari otot-otot rektus dilakukan
transeksi 1sampai 2 cm di atas insersi tendon ke simfisis pubis. Otot-otot ini
kemudian diangkat ke arahcephalad untuk memberi akses yang leluasa ke
peritoneum.
Dikutip dari Schorge20
Membuka peritoneum juga tidak dilakukan penelitian secara khusus. Mimpi
buruk bagi ahli obstetri pada saat membuka peritoneum adalahterpotongnya
bladder atau usus pada saat ini. Peritoneum biasanya dibukasecara hati-hati
secara tajam atau tumpul, dan diperluas secara tumpul, jauhdi atas bladder,
sehingga dapat mencegah cedera pada organ tersebut.
33
34
sering
digunakan,
insisi
yang
bersifat
incision:
insisi
ini,
meskipun
memiliki
tingkat
35
dalam
penelitiannya
outcome
pasien
pascaoperasi.
Beberapa
penelitian
Cromi
dan
kawan-kawan
ke
arah
cephalad-caudalini
memiliki
beberapa
36
sering
terjadipada
perluasan
ke
lateral-lateral,
dan
memperkecil
37
38
dalam
penelitiannya
mendapatkan
angka
kejadian
dehisensiuterus yang lebih rendah pada teknik penjahitan uterus dengan satu
lapissetelah
tiga
bulan
pascaoperasi
dengan
pemeriksaan
histerografi
operasi
39
mendapatkan
bahwa
peritoneum
yang
tidak
keluhan
miksi,
dan
perlengketan.
Studi
observasional
40
menunjukkan
keuntungan
penjahitan
otot
rectus
abdominisbelum ditemui sampai saat ini. Para ahli meyakini bahwa otot
tersebut akanmenemukan jalan sendiri untuk menyatu, selain itu dengan
menjahit otottersebut akan menambah nyeri pascaoperasi yang tidak perlu pada
saat pasienakan belajar mobilisasi.2
Penjahitan Fasia
Belum ada penelitian khusus tentang hubungan teknik penjahitan fasia
danhubungannya
terhadap
outcome
pascaoperasi.
Namun
para
ahli
yang
lebih
bertujuan
untuk
hemostasis
tidak
dengan
juga
telah
menggunakan
dibandingkan
penjahitan
dalam
subkutikuler
beberapa
atau
penelitian.
41
42
43
atau
traktus
gastrointestinal.Bakteri
penyebab
bersifat
44
45