You are on page 1of 81

Tugas Akhir

Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang

5. BAB V PERENCANAAN STRUKTUR


PERENCANAAN STRUKTUR

5.1. TINJAUAN UMUM


Perencanaan struktur dam meliputi perhitungan perhitungan konstruksi
tubuh dam dan PLTMH yaitu perencanaan spillway yang meliputi bentuk dan
ukuran crest spillway, peralihan mercu spillway ke saluran peluncur, koordinat
lengkung mercu spillway bagian hulu dan hilir, saluran peluncur sampai
bangunan peredam energi. Dalam perencanaan tubuh dam, komponenkomponen yang perlu diperhatikan adalah dimensi dan stabilitas dam.
Perencanaan PLTMH meliputi perhitungan daya yang dihasilkan, penentuan
turbin, pipa pesat dan instalasi pengatur air serta perencanaan saluran
pembuangan.
5.2. PERENCANAAN TUBUH DAM
5.2.1. Tinggi Dam
Tinggi tubuh dam ditentukan berdasarkan kapasitas desain kolam dam
yang terpilih yaitu 57795,503 m3 . Berdasarkan grafik hubungan antara elv. dan
kapasitas kolam maka direncanakan puncak bendung terletak pada elevasi
+179,245 m.
Dari hasil flood routing didapat elv. muka air banjir +183,234 m.
Sedangkan Elevasi dasar kolam +165 dan elevasi tanah dasar dam +165
ditambah tinggi jagaan, maka tinggi dam adalah :
Tinggi dam

= ( (+183,234) - (+165) ) = 18,234 m

Gambar 5-1 Menentukan Tinggi Dam

HILALUDIN
JOKO SANTOSO

L2A 001 078


L2A 001 086

181

Tugas Akhir
Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang

5.2.2. Tinggi Puncak Dam


Untuk mendapatkan tinggi puncak dam maka perlu dicari tinggi jagaan.
Tinggi jagaan adalah jarak bebas antara mercu dam dengan permukaan air
maksimum rencana. Tinggi jagaan dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut :
Hf h + (hw atau

he
) + ha + hi
2

he
+ ha + hi
2
(Sosrodarsono & Takeda, 1999)

Hf hw +

di mana :
Hf

= tinggi jagaan (tinggi kemungkinan kenaikan permukaan air dam) (m)

= tinggi kenaikan permukaan air akibat timbulnya banjir abnormal(m)

hw

= tinggi ombak akibat tiupan angin (m)

he

= tinggi ombak akibat gempa (m)

ha

= tinggi kemungkinan kenaikan permukaan air dam, apabila terjadi


kemacetan-kemacetan pada pintu bangunan pelimpah. (m)

hi

= tinggi tambahan yang didasarkan pada tingkat urgensi dari dam(m)

Untuk mendapatkan tinggi jagaan, maka perlu dicari h, hw, he, ha, hi.
1. Tinggi kenaikan permukaan air yang disebabkan oleh banjir abnormal
(h) dihitung berdasarkan persamaan sebagai berikut :

2 Q0
h .
.
3 Q

h
A h
1
Q T

(Sosrodarsono & Takeda, 1999)


di mana :
Qo

= Debit banjir rencana (m/dt )

= Debit Outflow bangunan pelimpah untuk banjir abnormal(m/dt)

= 0,2 untuk bangunan pelimpah terbuka

= 1,0 untuk bangunan pelimpah tertutup

= kedalaman pelimpah rencana (m)

= luas permukaan air dam pada elevasi banjir rencana (km)

HILALUDIN
JOKO SANTOSO

L2A 001 078


L2A 001 086

182

Tugas Akhir
Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang

= durasi terjadinya banjir abnormal (1 s/d 3 jam)

Untuk perhitungan digunakan data-data sebagai berikut :


Qo

= 95,414 m/dt

= 95,19 m/dt

=2 m

= 0,0267 km

= 3 jam

= 0,267 m

2 0,2.95,414
.
.
3
95,19

2
0,0267.2
1
95,19.3

2. Tinggi jangkauan ombak yang disebabkan oleh angin (hw)


Tinggi jangkauan ombak yang disebabkan oleh angin sangat
dipengaruhi oleh panjangnya lintasan ombak (F) dan kecepatan angin di atas
permukaan air dam. Panjang lintasan ombak yang dipakai adalah Feff sebesar
253 m. Sedangkan kecepatan angin (maksimal) di atas permukaan air dam
diambil dari data di stasiun BMG Semarang yaitu 20 m/det. Dengan
kemiringan hulu 1:3 dan permukaan lereng hulu direncanakan terdiri dari
hamparan batu pelindung (kasar).
Perhitungan tinggi ombak (hw) ini menggunakan grafik metode SMB
(gambar 5.2). Dari grafik diperoleh tinggi jangkauan ombak (hw) yang
didapat adalah 0,15 m .

HILALUDIN
JOKO SANTOSO

L2A 001 078


L2A 001 086

183

Tugas Akhir
Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang

Gambar 5-2 Panjang Lintasan Ombak Efektif

Lereng dengan
Permukaan Halus
Lereng dengan
Permukaan Kasar
terdiri dari Hamparan
Batu Pelindung

Gambar 5-3 Grafik Perhitungan Metode SMB (Sosrodarsono, 1989)

HILALUDIN
JOKO SANTOSO

L2A 001 078


L2A 001 086

184

Tugas Akhir
Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang

3. Tinggi ombak yang disebabkan oleh gempa (he)


Digunakan data-data pada tabel berikut :
Tabel 5.1 Koefisien Gempa
Zone

Koefisien (Z)

1,90-2,00

1,60-1,90

1,20-1,60

0,80-1,20

0,40-0,80

0,20-0,40

Keterangan

SEMARANG

(Sumber : DHV Consultant, 1991)


Tabel 5.2 Percepatan Dasar Gempa
Periode Ulang (tahun)

Percepatan dasar gempa (Ac)


(cm/dt)

10

98,42

20

119,62

50

151,72

100

181,21

200

215,81

500

271,35

1000

322,35

5000

482,80

10000

564,54

(Sumber : DHV Consultant, 1991)

Tabel 5.3 Faktor Koreksi


Tipe Batuan

Faktor (V)

Rock Foundation

0,9

Diluvium (Rock Fill Dam)

1,0

Aluvium

1,1

Soft Aluvium

1,2

(Sumber : DHV Consultant, 1991)

HILALUDIN
JOKO SANTOSO

L2A 001 078


L2A 001 086

185

Tugas Akhir
Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang

Dari data pada tabel-tabel di atas, maka dapat ditentukan harga yang akan
digunakan yaitu:
(1). Koefisien gempa

(z)

= 0,80

(2). Percepatan dasar gempa (Ac)

= 181,21 cm/dt

(3). Faktor koreksi

= 1,1

(4). Percepatan grafitasi ( g )

HILALUDIN
JOKO SANTOSO

L2A 001 078


L2A 001 086

(V)

= 980 cm/dt

186

Tugas Akhir
Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang

Gambar 5-4 Pembagian Zona Gempa di Indonesia (SNI Gempa 2002)

HILALUDIN
JOKO SANTOSO

L2A 001 078


L2A 001 086

187

Tugas Akhir
Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang

Perhitungan intensitas seismis horisontal, dapat dihitung dengan rumus


sebagai berikut :

e
e
e

= z . Ac .

V
g

1
= 0,8 . 181,21 .

980
= 0,147

Didapatkan tinggi ombak yang disebabkan oleh gempa adalah :


e .
g . H0

(Sosrodarsono & Takeda, 1999)


he

di mana :
e

= Intensitas seismis horizontal

= Siklus seismis ( 1 detik )

H0 = Kedalaman air di dalam waduk (m)


= elv.HWL elv.dasar
= +183,234 - (+165)
= + 18,234 (MSL)
he =

0,147
9,81.18,234
3,14

= 0,626 m
Jadi tinggi puncak ombak di atas permukaan air rata-rata

he
= 0,313 m.
2

4. Kenaikan permukaan air dam yang disebabkan oleh ketidaknormalan


operasi pintu pintu bangunan pelimpah (ha)
Ketidak-normalan operasi pintu-pintu mengakibatkan terjadinya kenaikan
permukaan air waduk (ha) melampaui batas maximum rencana. Karena
pertimbangan-pertimbangan ekonomis. Biasanya sebagai standard
diambil ha = 0,5 m (Sosrodarsono & Takeda, 1999).

HILALUDIN
JOKO SANTOSO

L2A 001 078


L2A 001 086

188

Tugas Akhir
Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang

5. Angka tambahan tinggi jagaan yang didasarkan pada tipe dam (hi)
Mengingat limpasan melalui mercu dam urugan sangat riskan, maka
untuk dam tipe ini angka tambahan tinggi jagaan (hi) ditentukan sebesar 1,0
m (hi = 1,0 m). (Sosrodarsono & Takeda, 1978). Berdasarkan data
perhitungan tersebut di atas di mana :
h

0,267 m

hw

0,15 m

he
2

0,313 m

ha

0,5 m

hi

1,0 m

Tinggi jagaan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai


berikut :
Hf h + (hw atau

he
) + ha + hi
2

(Sosrodarsono & Takeda, 1978)


Hf hw +

he
+ ha + hi
2

Alternatif tinggi jagaan 1


Hf h + hw + ha + hi
Hf

= 0,267 + 0,15 + 0,5 + 1,0


= 2,017 m

Alternatif tinggi jagaan 2


he
+ ha + hi
2
= 0,267 + 0,313 + 0,5 + 1,0

Hf h +
Hf

= 2,080 m

Alternatif tinggi jagaan 3


he
+ ha + hi
2
= 0,15 + 0,313 + 0,5 + 1,0

Hf hw +
Hf

= 2,063 m
HILALUDIN
JOKO SANTOSO

L2A 001 078


L2A 001 086

189

Tugas Akhir
Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang

Didasarkan pada tinggi bendungan yang direncanakan, maka angka


standard untuk tinggi jagaan pada bendungan urugan adalah sebagai berikut:

Lebih rendah dari 50 m

Dengan tinggi jagaan 50 s/d 100 m Hf 3,0 m

Lebih Tinggi dari 100 m

Hf 2,0 m

Hf 3,5 m

(Sosrodarsono & Takeda, 1978)


Dari ketiga alternatif tinggi jagaan tersebut diambil tinggi jagaan 3 m.
Tinggi puncak Dam

= tinggi dam + tinggi jagaan


= 18,234 + 3
= 21,234 m.

Jadi elevasi puncak dam

= Elevasi dasar dam + Tinggi Puncak


= +165,00 + 21,234 m
= + 186,234 m

HILALUDIN
JOKO SANTOSO

L2A 001 078


L2A 001 086

190

Tugas Akhir
Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang

5.2.3. Kemiringan Tubuh Tanggul


Kemiringan lereng tanggul adalah perbandingan antara panjang garis
vertikal yang melalui puncak dengan panjang garis horizontal yang melalui
tumit masing masing.
Untuk kemiringan lereng hulu

=1:3

Untuk kemiringan hilir

= 1 : 2,25

Tabel 5.4 Kemiringan Tanggul yang diajurkan


Kemiringan Lereng
Material Urugan

Material

Vertikal : Horisontal

Utama

Hulu

Hilir

CH

1 : 3

1 : 2,25

1 : 1,50

1 : 1,25

1 : 2,50

1 : 1,75

1. Urugan homogen
CL
SC
GC
GM
2. Urugan majemuk

SM

a.Urugan batu dengan inti


lempung atau dinding

Pecahan batu

diafragma
b. Kerikil-kerakal dengan
inti lempung atau dinding

Kerikilkerakal

diafragma

(Sumber: Ibnu Kasiro dkk,1994)

5.2.4. Panjang Dam


Panjang dam adalah panjang seluruh panjang mercu dam yang
bersangkutan, termasuk bagian yang digali pada tebing-tebing sungai di kedua
ujung mercu tersebut. Panjang dam Gambir adalah 108,39 m pada elevasi
puncak dam + 186,234 m.

HILALUDIN
JOKO SANTOSO

L2A 001 078


L2A 001 086

191

Tugas Akhir
Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang

5.2.5. Lebar Dam


Lebar mercu dam minimum dihitung berdasarkan persamaan sebagai berikut :
= 3,6 H1/3 3,0

(Sosrodarsono & Takeda, 1978)


di mana :
H

= Tinggi Dam ( 21,234 m )

Maka B

= 3,6 (21,234)1/3 3,0


= 6,968 m

Karena digunakan dam urugan tipe homogen, maka untuk memberikan rasa
aman terhadap kestabilan terhadap longsornya lapisan kedap air lebar dam
dibagian puncak dam diambil 7 m.

5.3. PERHITUNGAN STABILITAS TUBUH DAM


Tinjauan stabilitas tubuh dam meliputi tinjauan terhadap :
1. Stabilitas lereng dam terhadap filtrasi
2. Stabilitas lereng dam terhadap longsor

5.3.1. Stabilitas Lereng Dam Terhadap Aliran Filtrasi


Stabilitas lereng dam terhadap rembesan ditinjau dengan cara sebagai berikut:
1. Formasi garis depresi tubuh bendung kondisi sesuai dengan garis
parabola
diketahui :
h = 18,234 m (kondisi FSL)
l1 = 54,702 m
l2 = 58,527 m
= 23,96
d =

0,333.l1 l 2 = (0,333 . 54,702) + 58,527 = 76,743 m

maka :

HILALUDIN
JOKO SANTOSO

L2A 001 078


L2A 001 086

192

Tugas Akhir
Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang

Y0 h2 d 2 d

(Sosrodarsono & Takeda, 1978)

18,2342 76,7432

76,743 = 2,136 m

Parabola bentuk dasar dapat diperoleh dengan persamaan :


y 2 y0 .x y02 (Sosrodarsono & Takeda, 1978)
2.2,136.x 2,136 2

Dan diperoleh koordinat parabola sebagai berikut :


X
Y

- 1,068
0,000

0
2,136

5
5,091

10
6,876

15
8,285

20
9,487

25
10,553

30
11,521

x
y

35
12,413

40
13,245

45
14,029

50
14,770

55
15,477

60
16,152

65
16,800

70
17,424

Untuk kurang dari 300, harga a =

cos

d h

cos sin

maka

dapat ditentukan nilai :

a a

y0
1 cos

2,136
= 24,787 m
1 cos 23,96
2

d
d h

cos
cos sin

76,743

cos 23,96

76,743 18,234

cos 23,96 sin 23,96

= 13,011 m
Sehingga didapat nilai :
a

= 13,011 m

HILALUDIN
JOKO SANTOSO

L2A 001 078


L2A 001 086

193

Tugas Akhir
Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang

0 = 24,787 13,011 = 11,776 m


Dari hasil perhitungan didapat garis depresi aliran yang keluar
melalui lereng hilir dam sehingga tidak aman terhadap bangunan untuk itu
perlu digunakan drainase kaki maupun drainase alas.

7.000

+ 183.234 dpl

MAB

+ 185.234 dpl

16.411

a+

da

y0 = 2.136

+ 165 dpl

d = 76.743
L1 = 54.702

=2
4. 7
87

a0 = 1.068
L2 = 58.527

Gambar 5-5 Garis Depresi Pada Bendungan Homogen (Sesuai Dengan Garis Parabola)

2. Formasi garis depresi tubuh bendung kondisi dengan menggunakan


drainase kaki
diketahui :
h = 18,234 m (kondisi FSL)
l1 = 54,702 m
l2 = 53,527 m
= 135
d =

0,333.l1 l 2 = (0,333 x 54,702) + 53,527 = 71,742 m

maka :
Y0 h 2 d 2 d

18,2342 71,7422 71,742 =

2,280 m

Parabola bentuk dasar dapat diperoleh dengan persamaan :

y 2 y0 .x y02 = 2.2,280x 2,280 2

HILALUDIN
JOKO SANTOSO

L2A 001 078


L2A 001 086

194

Tugas Akhir
Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang

Dan diperoleh koordinat parabola sebagai berikut :


x
y

-1,14
0

0
2,280

5
5,291

10
7,127

15
8,579

20
9,818

25
10,918

30
11,916

x
y

35
12,837

40
13,697

45
14,505

50
15,271

55
16,000

60
16,697

65
17,367

70
18,011

Untuk = 135 0, berdasarkan grafik pada Gambar 2.13 didapat nilai


C=

da
= 0,15 maka dapat ditentukan nilai :
a da

a da

y0
1 cos

0,15 =

a
1,335

2,280
1 0,707

da

= 0,15 . 1,335 = 0,200

= 1,335 0,200

= 1,335 m

= 1,135
7.000

+ 183.234 dpl

MAB

16.411

+ 185.234 dpl

+ 165 dpl

da = 0.200
a = 1.135

d = 71.742
L1 = 54.702

L2 = 53.527

Gambar 5-6 Garis Depresi Pada Bendungan Homogen Dengan Drainase Kaki

3. Jaringan Trayektori aliran filtrasi (seepage flow-net)


Kapasitas aliran filtrasi asumsi Kh = Kv
Dengan menggunakan rumus jaringan trayektori aliran sebagai berikut:
Qf

Nf

k H L
Ne
(Sosrodarsono & Takeda, 1978)
di mana :
Qf =
HILALUDIN
JOKO SANTOSO

kapasitas aliran filtrasi (kapasitas rembesan) (m3/dt)

L2A 001 078


L2A 001 086

195

Tugas Akhir
Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang

Nf =

angka pembagi dari garis trayektori aliran filtrasi

Ne =

angka pembagi dari garis equipotensial

k =

koefisien filtrasi

H =

tinggi tekanan air total (m)

L =

panjang profil melintang tubuh dam (m)

Dari data yang ada di dapat :


Nf =

(asumsi)

Ne =

(asumsi)

5x10-6 cm/det = 5x10-8 m/dt

(asumsi)

H =

18,234 m

L =

113,2285 m

Maka debit aliran filtrasi adalah sebagai berikut :


4
Q = 5 10 818,234 113,2285
8

= 5,161 x 10-5 m/dt


= 5,161 x 10-5 .60.60.24
= 4,459 m/hari
Syarat, Q < 2% Q inflow (0,02 x 95,414 =1,908 m/dt)rata-rata waduk

MA B

1
8

7
6

4
3
2
1

11 3.2 29

Gambar 5-7 Jaringan Trayektori

4. Tinjauan terhadap gejala sufosi (piping) dan sembulan (boiling)


Kecepatan aliran keluar ke atas permukaan lereng hilir yang komponen
vertikalnya dapat mengakibatkan terjadinya perpindahan butiran-butiran
bahan dam, kecepatannya dibatasi sebagai berikut :
HILALUDIN
JOKO SANTOSO

L2A 001 078


L2A 001 086

196

Tugas Akhir
Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang

w1 . g

F .

(Sosrodarsono & Takeda, 1978)


di mana :
c

kecepatan kritis

w1 =

berat butiran bahan dalam air = 0,92 t/m

g =

gravitasi = 9,8 m/det

F =

luas permukaan yang menampung aliran filtrasi

2 m x 1 m = 2 m(untuk per satuan meter panjang bidang)

maka :
c

0,92 .9,8
= 2,123 m/det
2 .1

Kecepatan rembesan yang terjadi pada dam adalah :


V

= k. i = k.

h2
l

(Sosrodarsono & Takeda, 1978)


di mana :
k

= koefisien filtrasi = 5 x 10-8 m/det

= gradien debit

h2 = tekanan air rata-rata = 7,592 m


l

= panjang rata-rata berkas elemen aliran filtrasi pada bidang keluarnya


aliran = 8,452 m

maka :
V = 5 x 10 8 .

7,592
8,452

= 4,491 x 10-8 m/det < c = 2,123 m/det Aman

5.3.2. Stabilitas Lereng Dam Terhadap Longsor


Stabilitas lereng dam ditinjau dalam tiga keadaan, yaitu pada saat muka
air dam mencapai elevasi penuh, dam baru selesai dibangun dan belum dialiri

HILALUDIN
JOKO SANTOSO

L2A 001 078


L2A 001 086

197

Tugas Akhir
Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang

air, dan pada saat air dam mengalami penurunan mendadak (Rapid Drawdown).
Perhitungan menggunakan metode irisan bidang luncur.
Data Teknis
Tinggi Dam

= 20,234 m

Tinggi Air

= 18,234 m

Elevasi Air Waduk = + 183,234 m (FSL)


Lebar Mercu Dam = 7 m
Kemiringan Hulu

=1:3

Kemiringan Hilir

= 1 : 2,25

Tabel 5.5 Kondisi Perencanaan Teknis Material Urugan sebagai Dasar Perhitungan
Zone tubuh
dam
Zone kedap air

Kekuatan Geser
C (t/m)
0,6

(0)
18

timbunan dalam beberapa kondisi


Basah
Kering
sat (t/m)
1,712

d (t/m)
1,209

Intensitas beban
seismis horisontal
(e)
0,147

Untuk perhitungan kestabilan terhadap longsor digunakan persamaan berikut


Cl N U N e .tg
Fs
; Fs > 1,2
T Te
(Sosrodarsono & Takeda, 1978)

HILALUDIN
JOKO SANTOSO

L2A 001 078


L2A 001 086

198

Tugas Akhir
Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang

Gambar 5-8 Stabilitas Tubuh Dam Kondisi Baru Selesai dibangun Bagian Hulu

HILALUDIN
JOKO SANTOSO

L2A 001 078


L2A 001 086

199

Tugas Akhir
Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang

Tabel 5.6 Perhitungan Metode Irisan Bidang Luncur pada Kondisi Dam Baru Selesai dibangun Bagian Hulu

r
111,772

3,142

deg

rad

18,000

0,314

Irisan

A
(m^2)

W
(t.m)

rad

sin

cos

T= W
sin

Te = e.W
cos

N=W
cos

Ne = e.W sin

u=
h.w

sudut
pias

U = u.l

U=
ul/cos

tan

(N-NeU)tan

6,650

1,712

11,385

-2

-0,035

-0,035

0,999

-0,397

2,048

11,378

0,147

-0,072

0,000

1,000

0,000

2,0

3,902

0,000

0,000

0,325

3,721

30,460

1,712

52,148

0,052

0,052

0,999

2,730

9,374

52,076

0,147

0,491

0,000

1,000

0,000

3,0

5,853

0,000

0,000

0,325

16,763

48,108

1,712

82,361

0,140

0,139

0,990

11,464

14,681

81,560

0,147

2,064

0,000

1,000

0,000

5,0

9,755

0,000

0,000

0,325

25,833

59,338

1,712

101,587

13

0,227

0,225

0,974

22,855

17,817

98,983

0,147

4,114

0,000

1,000

0,000

5,0

9,755

0,000

0,000

0,325

30,829

63,841

1,712

109,295

19

0,332

0,326

0,946

35,588

18,601

103,339

0,147

6,406

0,000

1,000

0,000

5,0

9,755

0,000

0,000

0,325

31,500

61,110

1,712

104,621

23

0,401

0,391

0,920

40,884

17,334

96,302

0,147

7,359

0,000

1,000

0,000

5,0

9,755

0,000

0,000

0,325

28,903

50,374

1,712

86,241

28

0,489

0,470

0,883

40,492

13,706

76,144

0,147

7,289

0,000

1,000

0,000

5,0

9,755

0,000

0,000

0,325

22,375

19,799

1,712

33,895

34

0,593

0,559

0,829

18,956

5,058

28,099

0,147

3,412

0,000

1,000

0,000

6,0

11,706

0,000

0,000

0,325

8,022

172,571

98,618

547,880

36

70,237

0,000

C.L

1,6

Jumlah

Fs

Cl N U N e .tg
;
T Te

Fs

175,593 167,947
1,267
172,571 98,618

HILALUDIN
L2A 001 078
JOKO SANTOSO L2A 001 086

31,063

175,593

167,947

Fs > 1,2

> Fs Syarat = 1,2 ...................AMAN!!!

200

Tugas Akhir
Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang

Gambar 5-9 Stabilitas Tubuh Dam Kondisi Baru Selesai dibangun Bagian Hilir

HILALUDIN
L2A 001 078
JOKO SANTOSO L2A 001 086

201

Tugas Akhir
Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang

Tabel 5.7 Perhitungan Metode Irisan Bidang Luncur pada Kondisi Dam Baru Selesai dibangun Bagian Hilir

deg

rad

77,961

3,142

18,000

0,314

Irisan

A
(m^2)

W
(t.m)

rad

sin

cos

T= W
sin

Te = e.W
cos

N= W
cos

Ne = e.W sin

u=
h.w

sudut
pias

U = u.l

U=
ul/cos

tan

(N-NeU)tan

31,462

1,712

53,863

40

0,698

0,643

0,766

34,623

7,427

41,262

0,147

6,232

0,000

1,0

0,0

12,248

0,000

0,000

0,325

11,383

67,392

1,712

115,374

31

0,541

0,515

0,857

59,422

17,801

98,895

0,147

10,696

0,000

1,0

0,0

10,887

0,000

0,000

0,325

28,662

72,142

1,712

123,507

22

0,384

0,375

0,927

46,267

20,612

114,514

0,147

8,328

0,000

1,0

0,0

10,887

0,000

0,000

0,325

34,507

63,462

1,712

108,648

15

0,262

0,259

0,966

28,120

18,890

104,946

0,147

5,062

0,000

1,0

0,0

10,887

0,000

0,000

0,325

32,459

43,157

1,712

73,885

0,122

0,122

0,993

9,004

13,200

73,335

0,147

1,621

0,000

1,0

0,0

9,526

0,000

0,000

0,325

23,305

12,146

1,712

20,793

-1

-0,017

-0,017

1,000

-0,363

3,742

20,790

0,147

-0,065

0,000

1,0

0,0

1,361

0,000

0,000

0,325

6,777

177,073

81,673

453,741

41

55,795

0,000

C.L

1,6

Jumlah

Fs

Cl N U N e .tg
;
T Te

Fs

195.282 137.092
1.285
177.073 81.673

HILALUDIN
L2A 001 078
JOKO SANTOSO L2A 001 086

31,873

195,282

137,092

Fs > 1,2
> Fs Syarat = 1.2 ...................AMAN!!!

202

Tugas Akhir
Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang

Gambar 5-10 Stabilitas Tubuh Dam pada saat Mencapai Elevasi Penuh Bagian Hulu

HILALUDIN
L2A 001 078
JOKO SANTOSO L2A 001 086

203

Tugas Akhir
Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang

Tabel 5.8 Perhitungan Metode Irisan Bidang Luncur pada Kondisi Dam Mencapai Elevasi Muka Air Banjir Bagian Hulu

r
111,772

3,142

deg

rad

18,000

0,314

Irisan

A
(m^2)

W
(t.m)

rad

sin

cos

T= W
sin

Te = e.W
cos

N= W
cos

Ne = e.W sin

u=
h.w

sudut
pias

U = u.l

U=
ul/cos

tan

(N-NeU)tan

6,650

0,755

5,021

-2

-0,035

-0,035

0,999

-0,175

0,903

5,018

0,147

-0,032

1,375

1,000

1,4

2,0

3,902

5,365

5,368

0,325

-0,104

30,460

0,755

22,997

0,052

0,052

0,999

1,204

4,134

22,966

0,147

0,217

4,160

1,000

4,2

3,0

5,853

24,346

24,379

0,325

-0,530

48,108

0,755

36,322

0,140

0,139

0,990

5,056

6,474

35,968

0,147

0,910

6,215

1,000

6,2

5,0

9,755

60,630

61,226

0,325

-8,504

59,338

0,755

44,800

13

0,227

0,225

0,974

10,079

7,857

43,652

0,147

1,814

7,524

1,000

7,5

5,0

9,755

73,402

75,333

0,325

-10,885

63,841

0,755

48,200

19

0,332

0,326

0,946

15,694

8,203

45,573

0,147

2,825

8,051

0,0

5,0

9,755

0,000

0,000

61,110

0,755

46,138

23

0,401

0,391

0,920

18,030

7,645

42,469

0,147

3,245

7,737

1,000

7,7

5,0

9,755

75,474

81,994

0,325

-13,899

4,882

1,712

8,358
28

0,489

0,470

0,883

3,924

1,328

7,380

0,147

0,706

6,492

1,000

6,5

5,0

9,755

63,334

71,732

0,325

-21,142

45,492

0,755

34,347

9,1053

1,712

15,588
34

0,593

0,559

0,829

8,718

2,326

12,923

0,147

1,569

2,946

1,000

2,9

6,0

11,706

34,487

41,600

0,325

-9,829

5,6933

0,755

4,298
62,530

38,871

215,948

36

70,237 337,0,37

C.L

0,000
1,6

8
Jumlah

Fs

Cl N U N e .tg
;
T Te

Fs

193,153 (64,892)
1,265
62,530 3,871

HILALUDIN
L2A 001 078
JOKO SANTOSO L2A 001 086

11,255

193,153

-64,892

Fs > 1,2
> Fs Syarat = 1,2 ...................AMAN!!!

204

Tugas Akhir
Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang

Gambar 5-11 Stabilitas Tubuh Dam pada saat Mencapai Elevasi Penuh Bagian Hilir

HILALUDIN
L2A 001 078
JOKO SANTOSO L2A 001 086

205

Tugas Akhir
Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang

Tabel 5.9 Perhitungan Metode Irisan Bidang Luncur pada Kondisi Dam Mencapai Elevasi Muka Air Banjir Bagian Hilir

deg

rad

77,961

3,142

18,000

0,314

Irisan

A
(m^2)

W
(t.m)

10,8243

0,755

8,172

15,6379

1,712

26,772

2,846

0,755

2,149

64,545

1,712

110,501

72,142

1,712

63,462

7
8

rad

sin

cos

T= W
sin

Te = e.W
cos

N= W
cos

Ne = e.W sin

u=
h.w

sudut
pias

U = u.l

U=
ul/cos

tan

(N-NeU)tan

40

0,698

0,643

0,766

5,254

1,127

6,260

0,147

0,946

4,218

1,0

4,2

9,0

12,248

51,656

67,437

0,325

-20,188

31

0,541

0,515

0,857

1,107

0,332

1,842

0,147

0,199

8,192

1,0

8,2

8,0

10,887

89,185

104,050

0,325

-33,279

123,507

22

0,384

0,375

0,927

46,272

20,612

114,511

0,147

8,329

8,709

1,0

8,7

10,887

94,813

102,261

0,325

1,274

1,712

108,648

15

0,262

0,259

0,966

28,124

18,890

104,945

0,147

5,062

7,728

1,0

7,7

10,887

84,133

87,102

0,325

4,153

43,157

1,712

73,885

0,122

0,122

0,993

9,006

13,200

73,335

0,147

1,621

5,448

1,0

5,4

9,526

51,897

52,287

0,325

6,313

12,146

1,712

20,793

-1

-0,017

-0,017

1,000

-0,363

3,742

20,790

0,147

-0,065

1,966

1,0

2,0

1,361

2,675

2,675

0,325

5,908

89,399

57,903

321,683

41

55,795

374,359

C.L

1,6

Jumlah

Fs

Cl N U N e .tg
;
T Te

Fs

233,180 (35,818)
1,272
89,399 57,903

HILALUDIN
L2A 001 078
JOKO SANTOSO L2A 001 086

16,092

223,180

-35,818

Fs > 1,2

> Fs Syarat = 1,2 ...................AMAN!!!

206

Tugas Akhir
Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang

Gambar 5-12 Stabilitas Tubuh Dam pada Kondisi Dam Mengalami Penurunan Air Mendadak Bagian Hulu

HILALUDIN
L2A 001 078
JOKO SANTOSO L2A 001 086

207

Tugas Akhir
Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang

Tabel 5.10 Perhitungan Metode Irisan Bidang Luncur pada Kondisi Dam Mengalami Penurunan Air Mendadak (Rapid Dradown)

r
111.772

Irisan

3,142

A
(m^2)

deg

rad

18,000

0,314

W
(t.m)

rad

sin

cos

T= W
sin

Te = e.W
cos

N= W
cos

Ne = e.W sin

u=
h.w

sudut
pias

U = u.l

U=
ul/cos

tan

(N-NeU)tan

-0,175

0,903

5,018

0,147

-0,032

1,38

1,000

1,375

3,902

5,365

5,369

0,325

-0,104

6,650

0,755

5,021

-2

-0,035

0,999
0,035

30,460

0,755

22,997

0,052

0,052 0,999

1,204

4,134

22,966

0,147

0,217

4,16

1,000

4,160

5,853

24,349

24,382

0,325

-0,531

48,108

0,755

36,322

0,140

0,139 0,990

5,056

6,474

35,968

0,147

0,910

6,22

1,000

6,215

9,755

60,628

61,224

0,325

-8,503

59,338

0,755

44,800

13

0,227

0,225 0,974

10,079

7,857

43,652

0,147

1,814

7,524

1,000

7,524

5,0

9,755

73,398

75,329

0,325

-10,884

1,414

1,712

2,421
19

0,332

0,326 0,946

0,788

0,412

2,289

0,147

0,142

8,051

1,000

8,051

5,0

9,755

78,539

83,066

0,325

-26,296

57,426

0,755

43,357

25,050

1,712

42,886

31,060

0,755

23,450

45,033

1,712

77,096

0,341

0,755

0,258

19,799

1,712

33,895

7
8

C.L

1,6
245,831

23

0,401

0,391 0,920

16,759

7,106

39,476

0,147

3,017

7,737

1,000

7,737

5,0

9,755

75,476

81,996

0,325

-14,798

28

0,489

0,470 0,883

36,199

12,253

68,070

0,147

6,516

6,492

1,000

6,492

5,0

9,755

63,331

71,729

0,325

-3,306

34

0,593

0,559 0,829

18,956

5,058

28,099

0,147

3,412

2,946

1,000

2,946

6,0

11,706

34,487

41,600

0,325

-5,496

88,866

44,197

245,538

36

70,237

415,573

Jumlah

Fs

Cl N U N e .tg
;
T Te

Fs

245,831 (69,917)
1,322
88,866 44,197

HILALUDIN
L2A 001 078
JOKO SANTOSO L2A 001 086

15,996

-69,917

Fs > 1,2
> Fs Syarat = 1,2 ...................AMAN!!!

208

Tugas Akhir
Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang

5.4. PERENCANAAN PELIMPAH (SPILLWAY)


Spillway atau bangunan pelimpah adalah bangunan yang berfungsi untuk
mengalirkan air banjir di dalam reservoir sehingga air banjir tersebut tidak
merusak tubuh dam. Dalam perencanaan ini, bangunan pelimpah yang akan
direncanakan adalah ambang berbentuk bendung pelimpah. Bangunan pelimpah
biasanya terdii dari empat bagian utama yaitu:
1. Saluran pangarah aliran
2. Saluran pengatur aliran
3. Saluran peluncur
4. Peredam energi

5.4.1. Saluran Pengarah aliran


Saluran pengarah aliran dimaksudkan agar aliran air senantiasa dalam
kodisi hidrolika yang baik dengan mengatur kecepatan alirannya tidak melebihi
4 m/det dengan lebar semakin mengecil ke arah hilir. Apabila kecepatan aliran
melebihi 4 m/det, maka aliran akan bersifat helisoidal dan kapasitas alirannya
akan menurun. Disamping itu aliran helisoidal tersebut akan mengakibatkan
peningkatan beban hidrodinamis pada bangunan pelimpah tersebut.
Berdasarkan pengujian-pengujian yang ada saluran pengaruh aliran
ditentukan sebagai berikut :

Saluran pengarah aliran


Ambang pengatur debit

W
V < 4 m/det

Gambar 5-13 Saluran Pengarah Aliran dan Ambang Pengatur Debit pada Bangunan
Pelimpah

HILALUDIN
JOKO SANTOSO

L2A 001 078


L2A 001 086

209

Tugas Akhir
Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang

Dari analisis data sebelumnya di mana

didapat :

Ketinggian air di atas mercu H

= 183,234 179,245 = 3,989 m

Qout yang melewati spillway Q

= 95,19 m/det

Maka :
W

1
.H
5

(Sosrodarsono & Takeda, 1978)

1
W 3,989 = 0,797 m
5
dipakai = 2 m > 0,797 m

5.4.2. Saluran Pengatur Aliran


5.4.2.1. Tipe Bendung Pelimpah (over flow weir type)
Dipakai tipe bendung pelimpah dengan menggunakan metode yang
dikembangkan oleh U.S.B.R. Dari analisis data sebelumnya, maka hasil
perhitungannya adalah sebagai berikut :
Q = Qout lewat spillway

= 95,19 m/det

L = lebar mercu bendung

= 12 m

Tinggi tekanan kecepatan aliran di dalam saluran pengarah :

Hv
+183,234
He

Hd
+ 179,,245

h
+177,245

Gambar 5-14 Saluran Pengarah Aliran dan Ambang Pengatur Debit pada Bangunan
Pelimpah

HILALUDIN
JOKO SANTOSO

L2A 001 078


L2A 001 086

210

Tugas Akhir
Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang

Asumsi Bef = B = 12 m
Misal kedalaman air dalam saluran h =

5,989 m, maka :

Luas penampang basah di dalam saluran ini adalah :


A = 5,989 x 12 = 71,868 m
Kecepatan aliran :

Q 95,19

1,324 m/det
A 71,868

Jadi tinggi kecepatan aliran :


hv

V 2 1,324

0,089 m
2 g 2 x9,8

Hd

= 183,234 m 179,245 m

= 3,989 m
Tinggi energi He = Hd + hv
= 3,989 m + 0,089 m.
= 4,078 m
5.4.2.2. Penampang Bendung
Bentuk dan Ukuran Crest Spillway dihitung berdasarkan Civil
Engineering Department US Army US & DS Profile. Rumus yang digunakan
adalah sebagai berikut :
1. Rumus DS Profile

x 1.85 2 Hd 0.85 y
(Sosrodarsono & Takeda, 1978)
2. Rumus untuk US Profile
r1 0.50 Hd
r 2 0.20 Hd

(Sosrodarsono & Takeda, 1978)

HILALUDIN
JOKO SANTOSO

L2A 001 078


L2A 001 086

211

Tugas Akhir
Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang

Hv = 0,089

b
a

He = 4,078

titik nol dari koordinat

Hd = 3,989

X,Y

+ 179,245
y

+ 177,245
poros bendungan
r2
X

1,85

= 2 Hd

0,85

r1

Gambar 5-15 Koordinat Penampang Memanjang Ambang Pengatur Debit pada


Bangunan Pelimpah

dimana :
US Profile

= profil bangunan pelimpah bagian hulu

DS Profile

= profil bangunan pelimpah bagian hilir

= absis

= ordinat

= 0,175 Hd

= 0,282 Hd

Koordinat Lengkung Mercu Spillway Bagian Hilir


Penampang lintang sebelah hilir dari titik tertinggi mercu bendung
dapat diperoleh dengan Rumus lengkung Harold sebagai berikut:
Rumus lengkung Harold
X 1.85 2.hd

0.85

.Y

X 1.85
2.hd0.85

Bagian yang lebih ke hilir dari lengkung diteruskan dengan rumus :


Y1

HILALUDIN
JOKO SANTOSO

0.925 0.85
.X
hd 0.85

L2A 001 078


L2A 001 086

X 1,096.hd .Y '1.176

212

Tugas Akhir
Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang

Tabel 5.11 Koordinat Penampang Ambang Bendung Pelimpah


Koordinat Lengkung

Koordinat Setelah
Lengkung

0,28

0,014

0,28

0,095

0,55

0,051

0,55

0,172

0,83

0,108

0,83

0,242

1,10

0,184

1,10

0,309

1,38

0,278

1,38

0,374

1,65

0,390

1,65

0,437

1,93

0,518

1,93

0,498

2,20

0,663

2,20

0,558

2,48

0,825

2,48

0,617

2,75

1,002

2,75

0,674

3,03

1,196

3,03

0,731

3,30

1,404

3,30

0,787

3,58

1,629

3,58

0,843

3,85

1,868

3,85

0,898

4,13

2,122

4,13

0,952

4,40

2,391

4,40

1,005

Lengkung Mercu Spillway Bagian Hulu


Penampang lintang sebelah hulu dapat diperoleh dengan rumus
sebagai berikut:
Untuk

r1 = 0,5 . Hd
a

HILALUDIN
JOKO SANTOSO

L2A 001 078


L2A 001 086

= 1,994 m

= 0,175 . Hd = 0,175 . 3,989 = 0,698 m

r2 = 0,2 . Hd
b

= 0,5 . 3,989

= 0,2 . 3,989

= 0,797 m

= 0,282 . Hd = 0,282 . 3,989 = 1,124 m

213

Tugas Akhir
Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang

5.4.2.3. Saluran Transisi


Saluran transisi diperlukan karena adanya perubahan bentuk penampang
saluran pengatur dengan saluran peluncur.
Bentuk saluran transisi ditentukan sebagai berikut :

O = 12,5

Gambar 5-16 Skema Bagian Transisi Saluran Pengarah pada Bangunan Pelimpah

Dengan ketentuan tersebut diatas dan keadaan topografi yang ada dimana
b1 = 12 m, b2 = 8 m maka :
y=2m
l = y/tg = 9 m
s = 1 : 10

M AB

+ 1 83 ,23 4

M AN

+ 1 79 ,24 5

+ 1 77 ,24 5

B
8 .80 m

S = 1 :1
0

9.0 0 m

0 .90 m

Gambar 5-17 Penampang Melintang Saluran Pengatur (Hasil Analisa)

HILALUDIN
JOKO SANTOSO

L2A 001 078


L2A 001 086

214

Tugas Akhir
Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang

5.4.3. Saluran Peluncur


5.4.3.1. Peralihan Mercu Spillway ke Saluran Peluncur
Pada perencanaan bangunan pelimpah antara tinggi mercu dengan
bangunan peredam energi diberi saluran peluncur (flood way). Saluran peluncur
ini berfungsi untuk mengalirkan air, agar air yang melimpah dari mercu dapat
mengalir dengan lancar tanpa hambatan-hambatan hidrolis. Untuk mencari
kedalaman air di bagian kaki spillway, dengan menggunakan rumus :

Hd

V1 2g z

(Sosrodarsono & Takeda, 1978)


q

Q
q
dan yu
B
V1

dimana :
yu

= kedalaman air pada bagian kaki spillway

Beff

= lebar spillway ( 12 m )

Hd

= 3,989 m

= Qout lewat spillway = 95,19 m/det

Misal kedalaman air dalam saluran

5,989 m

Dalam kondisi tersebut kecepatan aliran pada lereng bagian hilir spillway
tidak dipengaruhi koefisien debit, maka :
3,989

V 1 2 9,81 5,989
8,196 m/det
2

95,19
11,608 m2/det
8,196

Sehingga :

yu

11,608
1,415 m
8,196

HILALUDIN
JOKO SANTOSO

L2A 001 078


L2A 001 086

215

Tugas Akhir
Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang

5.4.3.2. Perhitungan Saluran Peluncur


Data perencanaan yang telah diperoleh dari perhitungan sebelumnya
adalah sebagai berikut :

Q outflow = 95,19 m/det

a. Kedalaman kritis (Yc) saluran peluncur :

Yc

q2
g

Yc

11,608 2
3,706 m
9,81

Bila diperoleh nilai yu = 1,415 m


Maka : yu < Yc, berarti aliran yang terjadi adalah aliran super kritis.
b. Kecepatan kritis (Vc)

Vc

q
Yc

Vc

11,608
3,132 m/det
3,706

Saluran peluncur direncanakan dengan penampang berbentuk segi empat


untuk aliran kritis maupun non kritis, saluran peluncur direncanakan dengan
kemiringan seperti tertera pada gambar 5.18 ke arah hilir hingga berakhirnya
spillway. Saluran peluncur direncanakan dengan kemiringan saluran sebesar 1/2
ke arah hilir hingga berakhirnya spillway. Saluran peluncur ini disambung
dengan bangunan peredam energi ( energy dissipater ).
Saluran peluncur dalam perencanaan ini dibentuk sebagai berikut :
Tampak atas lurus.
Penampang melintang berbentuk segi empat.
Kemiringan diatur sebagai berikut :
25 m tahap pertama dengan kemiringan = 0,25 dengan lebar saluran = 8 m,
kemudian 20 m tahap kedua dengan kemiringan = 0,25 tetapi penampang
melebar dari 8 m menjadi 10,4 m.

HILALUDIN
JOKO SANTOSO

L2A 001 078


L2A 001 086

216

Tugas Akhir
Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang

P EN AMPAN G L U R US

PE NA MPAN G TE R OM PET

2 5.0 00

6.250

2 0.0 00

SALU R AN PE LU N C U R

Gambar 5-18 Penampang Memanjang Saluran Peluncur (Hasil Analisa)

Bagian yang berbentuk terompet pada ujung saluran peluncur bertujuan


agar aliran dari saluran peluncur yang merupakan aliran super kritis dan
mempunyai kecepatan tinggi, sedikit demi sedikit dapat dikurangi akibat

8m

10.40 m

melebarnya aliran dan aliran tersebut menjadi semakin stabil.

20 m

Gambar 5-19 Bagian Berbentuk Terompet pada Ujung Hilir Saluran Peluncur

Bagian yang berbentuk terompet pada ujung saluran peluncur bertujuan


agar aliran dari saluran peluncur yang merupakan aliran super kritis dan
mempunyai kecepatan tinggi, sedikit demi sedikit dapat dikurangi akibat
melebarnya aliran dan aliran tersebut menjadi semakin stabil.

HILALUDIN
JOKO SANTOSO

L2A 001 078


L2A 001 086

217

Tugas Akhir
Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang

5.4.4. Rencana Teknis Hidrolis

MAB

+ 183.234

MAN

+ 179.245

A
+ 177.245

+ 175.745
+ 174.845

+ 170.395

+ 165.395

E
8.80 m

9.00 m

25.00 m

20.00 m

Gambar 5-20 Potongan Memanjang Spillway (Hasil Analisa)

Garis dasar saluran ditentukan dengan perhitungan hidrolik yang dilakukan


dengan rumus Bernoulli sebagai berikut :

hL

hv1
V1
hd1

hv2

h1

l1

V2
hd2
2

l
Gambar 5-21 Skema Penampang Memanjang Aliran pada Saluran

HILALUDIN
JOKO SANTOSO

L2A 001 078


L2A 001 086

218

Tugas Akhir
Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang

Elevasi ambang hilir = elevasi ambang udik

V12
V2
hd1 2 hd 2 he
2g
2g
(Sosrodarsono & Takeda, 1978)
2

hV1

V1
2g
2

V
hV2 2
2g

he

V22 V12 n 2 . V 2

. l1
4
2g 2g
3
R
n2 . V 2
R

hL S . l1
di mana :
V1

: kecepatan aliran air pada bidang-1

V2

: kecepatan aliran air pada bidang-2

hd1 : kedalaman air pada bidang-1


hd2 : kedalaman air pada bidang-2
l1

: panjang lereng dasar diantara bidang-1 dan bidang-2

: jarak horisontal diantara bidang-1 dan bidang-2

: radius (jari-jari) hidrolika rata-rata pada potongan saluran yang diambil

S0

: kemiringan dasar saluran

: kemiringan permukaan aliran

hl

: kehilangan energi karena gesekan dan lain-lain

he

: perbedaan tinggi antara garis energi dengan permukaan air

: angka kekasaran saluran = 0,013

HILALUDIN
JOKO SANTOSO

L2A 001 078


L2A 001 086

219

Tugas Akhir
Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang

Di titik A :

Kecepatan aliran

= 1,324 m/det (V1)

Luas tampang hidrolis

= 71,868 m

Tinggi tekanan kecepatan aliran hv

= 0,089 m

Tinggi aliran

Hd

= 3,989 m

Asumsi Bef

= 12 m

Qout lewat spillway

Jari-jari hidrolis rata-rata

= he-hd

= 95,19 m/det

R = A/(2Hd+ B)

= 3,597 m

Dengan menggunakan rumus :


Di titik B :

Tinggi energi potensial di bidang B

= hd + he
= 3,989 + ( 179,245 172,65 )
= 3,989 + 6,595
= 10,584 m

l = 8,80 m

l1 = 9,432 m

Diasumsikan bahwa kecepatan aliran di B (V2) = 8 m/det, maka :


Hd 2 =

Q
b2 .V2

95,19
= 0,991 m
12 8

A2 = 12 x 0,991 = 11,898 m2

R2 =

(2.hd 2 b2 )

11,898
= 0,850 m
2 0,991 12

Rt

3,597 0,624
= 2,11 m
2

Vt

1,324 8
= 4,662 m/det
2

he

V22 V12 n 2 . V 2

. l1
4
2g 2g
R 3

= 3,26 + 0,089 + 0,005 = 3,354

HILALUDIN
JOKO SANTOSO

L2A 001 078


L2A 001 086

220

Tugas Akhir
Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang

Dengan demikian tinggi tekanan total diperoleh :


Hd 2 + he = 0,991 + 3,354 = 4,345 m < 10,584 m

Dicoba lagi dengan asumsi kecepatan aliran yang berbeda :

V2

hd2

A2

R2

Rrata

Vrata

Hv2

hv1

hl

he+hd

13

12

0,610

7,322

0,554

0,996

7,162

8,614

0,089

0,082

9,395

13,883

12

0,571

6,855

0,522

0,938

7,606

9,829

0,089

0,100

10,584

14

12

0,567

6,799

0,518

0,931

7,662

9,990

0,089

0,103

10,749

Dari hasil perhitungan di atas dengan V = 13,883 m/det didapatkan hd+he


= 10,584 m ~ 10,584 m (sesuai dengan asumsi yang diambil), maka:

he = (he+hd) hd2 = 10,584 m 0,571

= 10,013 m

hv = he hl

= 9,913 m

= 10,013 0,100

Froude number pada titik B adalah :


Fr

V2

g .hd 2

(Sosrodarsono & Takeda, 1978)

13,887

9,81 * 0,571

= 5,867

Di titik C :

Tinggi energi potensial di bidang C

= hd + he
= 3,989 + (179,245 171,75 )
= 3,989 + 7,495
= 11,484 m

l = 17,8 m

l1 = 18,476 m

Diasumsikan bahwa kecepatan aliran di C berturut-turut sesuai tabel


sehingga didapatkan :

V2

hd2

A2

R2

Rrata

Vrata

Hv2

hv1

hl

he+hd

14

12

0,567

6,799

0,518

0,931

7,662

9,990

0,089

0,202

10,847

14,437

12

0,547

6,558

0,501

0,901

7,920

10,738

0,089

0,221

11,484

15

12

0,529

6,346

0,486

0,874

8,162

11,468

0,089

0,249

12,335

HILALUDIN
JOKO SANTOSO

L2A 001 078


L2A 001 086

221

Tugas Akhir
Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang

Dari hasil perhitungan di atas dengan V = 14,437 m/det didapatkan hd+he


= 11,484 m ~ 11,484 m (sesuai dengan asumsi yang diambil), maka:
he = (he+hd) hd2 = 11,484 0,547 = 10,937 m
hv = he hl

= 10,937 0,221 = 10,827m

Froude number pada titik C adalah :


Fr

V2
g .hd 2

14,437

= 6,232

9,81 * 0,547

Di titik D :

Tinggi energi potensial di bidang D

= hd + he
= 3,989 + (179,245 165,5 )
= 3,989 + 13,745
= 17,734 m

l = 42,8 m

l1 = 44,245 m

Diasumsikan bahwa kecepatan aliran di D berturut-turut sesuai tabel


sehingga didapatkan :

V2

hd2

A2

R2

Rrata

Vrata

Hv2

hv1

hl

he+hd

17

12

0,467

5,599

0,433

0,779

9,162

14,730

0,089

0,876

16,162

17,821

12

0,445

5,341

0,414

0,745

9,573

16,187

0,089

1,014

17,735

18

12

0,441

5,288

0,411

0,738

9,662

16,514

0,089

1,046

18,090

Dari hasil perhitungan di atas dengan V = 17,821 m/det didapatkan hd+he


= 17,735 m ~ 17,734 m (sesuai dengan asumsi yang diambil), maka:
he = (he+hd) hd2 = 17,735 0,445 = 17,290 m
hv = he hl

= 17,290 1,014 = 14,138 m

Froude number pada titik D adalah :


Fr

V2
g .hd 2

17,735

= 8,488

9,81 * 0,445

Di titik E :

Tinggi energi potensial di bidang E

HILALUDIN
JOKO SANTOSO

L2A 001 078


L2A 001 086

= hd + he

222

Tugas Akhir
Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang

= 3,989 + (179,245 160,5 )


= 3,989 + 18,745
= 22,734 m

l = 62,8 m

l1 = 64,860 m

Diasumsikan bahwa kecepatan aliran di E berturut-turut sesuai tabel


sehingga didapatkan :

V2

hd2

A2

R2

Rrata

Vrata

Hv2

hv1

hl

he+hd

19

12

0,418

5,010

0,390

0,702

10,162

18,400

0,089

1,814

20,720

19,886

12

0,399

4,787

0,374

0,673

10,605

20,156

0,089

2,091

22,735

20

12

0,397

4,760

0,372

0,669

10,662

20,387

0,089

2,129

23,002

Dari hasil perhitungan di atas dengan V = 19,886 m/det didapatkan hd+he


= 22,735 m ~ 22,734 m (sesuai dengan asumsi yang diambil), maka:

he = (he+hd) hd2

= 22,735 0,399 = 22,336 m

hv = he hl

= 22,336 2,091 = 20,245 m

Froude number pada titik E adalah :


Fr

V2
g .hd 2

19,886

= 10,051

9,81 * 0,399

5.4.5. Peredam Energi


Bangunan peredam energi digunakan untuk menghilangkan atau
setidaknya mengurangi energi air yang melimpah dengan energi yang tinggi dari
bangunan pelimpah agar tidak merusak bangunan atau instalasi lain di sebelah
hilir bangunan pelimpah. Suatu bangunan peredam energi yang berbentuk
kolam, dimana prinsip peredam energinya yang sebagian besar terjadi akibat
proses pergesekan di antara molekul-molekul air, sehingga timbul olakan-olakan
di dalam kolam tersebut dinamakan peredam energi tipe kolam olakan.
Dalam perencanaan dam ini menggunakan bangunan peredam energi tipe
kolam olak USBR. Penggolongan tipe kolam olak USBR adalah :

USBR I

USBR II : Bilangan Froude > 4,5 dengan kecepatan < 15 m/detik

HILALUDIN
JOKO SANTOSO

: Bilangan Froude < 4,5

L2A 001 078


L2A 001 086

223

Tugas Akhir
Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang

USBR III : Bilangan Froude > 4,5 dengan kecepatan > 15 m/detik

USBR IV : Bilangan Froude 2,5 < Fr < 4,5

Perhitungan kolam olak digunakan rumus-rumus sebagai berikut :


Y

q
V

V
g Y

Fr

(Sosrodarsono & Takeda, 1978)


Dimana :
V

Kecepatan awal loncatan (m/dt)

Percepatan gravitasi

9,81 m/dt

Lebar saluran

12 m

Fr

Bilangan froude

tinggi konjugasi

Perhitungan :
V

19,886 m/dt

= Q/B V

95,19 / (12 x 19,886)

= 0,398 m

Fr

V
gY

= 19,886 / ( 9,81 . 0,398)0,5

= 10,051
Tipe kolam olak yang digunakan ditentukan berdasarkan nilai Fr dan V.
Fr

= 10,051

= 19,886 m/det

Digunakan kolam olak USBR III dengan dimensi sebagai berikut

HILALUDIN
JOKO SANTOSO

L2A 001 078


L2A 001 086

224

Tugas Akhir
Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang

Gambar 5-22 Bentuk Kolam Olakan

Panjang kolam olakan


Ukuran panjang kolam olakan tergantung pada bilangan Froude
aliran yang akan melintasi kolam tersebut. Karena Froude number > 4,5
maka digunakan kolam olak type USBR type III.

Gambar 5-23 Panjang Loncatan Hidrolis pada Kolam Olakan Datar

Kondisi sesungguhnya pada kolam olakan type I


HILALUDIN
JOKO SANTOSO

L2A 001 078


L2A 001 086

225

Tugas Akhir
Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang

Kondisi sesungguhnya pada kolam olakan type II

Kondisi sesungguhnya pada kolam olakan type III

- Dengan Fr = 10,051, dari grafik didapatkan nilai L/d2 = 2,7


- D2/D1 = 0,5 x

1 8F 1
2

(Sosrodarsono & Takeda, 1978)

(1 8.10,0512 ) -1

- D2/0,398

= 0,5 x

- D2

= 5,262 m

- L

= 2,7 x 5,262 = 14,209 m ~ dipakai 15 m

b Gigi-gigi pemencar aliran, gigi-gigi benturan dan ambang ujung hilir


kolam olakan
Gigi-gigi pemencar aliran yang berfungsi sebagai pembagi berkas
aliran terletak di ujung saluran sebelum masuk ke dalam kolam olakan.
Sedangkan gigi-gigi benturan yang berfungsi sebagai penghadang aliran
serta mendeformir loncatan hidrolis menjadi pendek terletak pada dasar
kolam olakan. Adapun ambang ujung hilir kolam olakan dibuat rata tanpa
bergerigi.
0.3h3

0.5h3

0 .5d 1

d1

d1
d1

h3
0.75h3

h3

0.8d2

Gambar 5-24 Ukuran gigi-gigi pemencar dan gigi-gigi benturan aliran

1. Dimensi kolam olakan

Ukuran kolam olakan adalah 10,40 m x 15 m

Ukuran gigi-gigi pemencar aliran adalah Dl = 0,398 m 0,4 m,


karena lebar ujung saluran peluncur adalah 10 m maka jumlah gigigigi dibuat = 25 buah @ 40 cm, jarak antara gigi-gigi = 40 cm dan
jarak tepi ke dinding masing-masing = 40 cm
cek jumlah jarak = 13 x 0,4 + 12 x 0,4 + 2 x 0,4 = 10,40 m

Ukuran gigi pembentur aliran dengan mengacu pada gambar 5.25


didapatkan nilai h3/D1 = 2,4 h3 = 2,4 x 0,398 = 0,955 0,93 m,

HILALUDIN
JOKO SANTOSO

L2A 001 078


L2A 001 086

226

Tugas Akhir
Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang

karena lebar kolam olakan adalah 15 m maka jumlah gigi-gigi dibuat


= 9 buah @ 0,95 m, jarak antara gigi-gigi = 0,75 x h3 = 0,75 x 0,95 =
0,712 m 0,7 m dan jarak tepi ke dinding masing-masing = 0,5 x h3
= 0,5 x 0,95 = 0,475 m 0,5 m.
cek jumlah jarak = 9 x 0,93 + 8 x 0,7 + 2 x 0,5 = 15,00 m.

Ukuran ambang ujung hilir kolam olakan dengan mengacu pada


gambar 5.25 didapatkan nilai h4/d1 = 1,50 h4 = 1,50 x 0,398 =
0,597 m dengan kemiringan 1 : 2

Jarak antara gigi-gigi pemencar aliran s/d gigi-gigi benturan (tepi ke


tepi) adalah : 0,8 d2 = 0,8 x 5,262 = 4,209 m

Gambar 5-25 Tinggi Gigi Benturan dan Ambang Hilir pada Kolam Olakan Datar
Type III

2. Tinggi jagaan
Tinggi jagaan pada bangunan pelimpah (spillway) dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
Fb = C . V . d
(Sosrodarsono & Takeda, 1978)
atau
1

Fb

= 0,6 + 0,037 . V. d

Fb minimal

= 0,5 s/d 0,6 m di atas permukaan al

Fb

= tinggi jagaan

= koefisien = 0,1 untuk penampang saluran berbentuk


persegi panjang dan 0,13 untuk penampang berbentuk
trapesium

= kecepatan aliran (m/det)

= kedalaman air di dalam saluran (m)

HILALUDIN
JOKO SANTOSO

L2A 001 078


L2A 001 086

227

Tugas Akhir
Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang

Tinggi jagaan pada kolam olakan adalah sebagai berikut :

d2 = 5,262 m

b = 10 m

A = 5,262. 10,4 = 54,724 m

V = Q/A = 95,19/54,724 = 1,739 m/det

Tinggi jagaan :
Fb = 0,10 . 1,739 . 5,262
Fb = 0,915
Atau
Fb = 0,6 + (0,037 . 1,739 . 5,2621/3)
Fb = 0,71 m
Dipakai nilai tertinggi yaitu Fb = 0,915 m Fb = 1,00 m

5.5. ANALISIS STABILITAS BANGUNAN PELIMPAH


Perhitungan stabilitas konstruksi bangunan pelimpah ditinjau dengan dua
kondisi sebagai berikut :
1. Kondisi muka air normal

Akibat Berat Sendiri


Rumus : G Vol
Dimana :
G

= Berat konstruksi (ton)

= Volume (m3)

= Berat jenis pasangan batu (2,2 ton/m3)

Jarak ditinjau ke titik G selanjutnya perhitungan disajikan dalam tabel


berikut :
Tabel 5.12 Perhitungan Gaya Akibat Berat Sendiri
G =vol .

jarak

momen

(ton)

(m)

(ton m)

2,2

8,80

1,00

8,80

1,00

2,2

12,10

5,00

60,5

6,00

4,00

2,2

26,40

6,00

158,4

1,00

1,00

2,2

1,10

5,87

6,45

No

G1

2,00

2,00

G2

6,00

G3
G4
HILALUDIN
JOKO SANTOSO

L2A 001 078


L2A 001 086

228

Tugas Akhir
Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang

G =vol .

jarak

momen

(ton)

(m)

(ton m)

2,2

5,72

7,50

42,90

4,50

2,2

15,84

8,30

131,47

0,50

2,2

1,17

8,03

9,43

No

G5

2,60

1,00

G6

1,60

G7

1,60
Jumlah

71,13

362,13

(sumber: perhitungan)

Akibat Gaya Gempa


Gaya akibat beban gempa berupa gaya horizontal (He) dan momen (M),
besarnya :

He E G
Dimana E adalah koefisien gempa = 0,14
Tabel 5.13 Gaya Akibat Gaya Gempa
E
Berat
bangunan

No

(ton)

Gaya
Horizontal

jarak

momen

(m)

(ton m)

(He=G.0,14)
G1

8,80

0,14

1,23

1,00

1,23

G2

12,10

0,14

1,69

4,75

8,05

G3

26,40

0,14

3,70

4,00

14,78

G4

1,10

0,14

0,15

5,87

0,90

G5

5,72

0,14

0,80

7,50

6,01

G6

15,84

0,14

2,22

8,30

18,41

G7

1,17

0,14

0,16

8,03

1,32

9,96

50,70

(sumber: perhitungan)

Akibat Gaya Angkat (Uplift Pressure)


Tekanan air tanah (Px) dihitung dengan rumus :
Px Hx H

Dimana :
Px = tekanan air pada titik x (T/m2)
Lx = jarak jalur rembesan pada titik x (m)
L = panjang total jalur rembesan (m)
Hw = beda tinggi energi
Hx = tinggi energi di hulu bendung pada titik x (m)

HILALUDIN
JOKO SANTOSO

L2A 001 078


L2A 001 086

229

Tugas Akhir
Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang

Tabel 5.14 Perhitungan Panjang Jalur Rembesan dan Tekanan Air


Titik

Garis
Lane

Panjang Rembesan
V

1/3H

A
A-B

B-C

0,25

D-E

1,00

2,00

1,00

0,17

3,00

2,83

1,08

0,18

3,00

2,82

1,58

0,26

2,50

2,24

1,92

0,32

2,50

2,18

2,42

0,40

3,00

2,60

2,58

0,43

3,00

2,57

3,08

0,52

2,50

1,98

3,42

0,57

2,50

1,93

3,92

0,65

3,00

2,35

4,08

0,68

3,00

2,32

4,58

0,77

2,50

1,73

4,92

0,82

2,50

1,68

7,92

1,32

5,00

3,68

8,78

1,47

5,00

3,53

9,78

1,64

4,00

2,36

0,50

F
F-G

0,50

0,17

G
0,50

H
H-I

1,00

0,33

I
0,50

J
J-K

0,50

0,17

K
K-L

0,50

L
L-M

1,00

0,33

M
M-N

3,00

N
N-O

2,60

0,87

O
O-P

1,00

P
P-Q

HILALUDIN
JOKO SANTOSO

2,00

0,33

I-J

0,00

0,00

0,50

G-H

Px=Hx-H

Cw = 5,98

0,08

E-F

Hx

Lw

1,00

CD

H=Lw/Cw

L2A 001 078


L2A 001 086

3,20

1,07

230

Tugas Akhir
Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang

Garis
Lane

Titik

Panjang Rembesan
V

1/3H

Q
Q-R

R-S

2,00

Px=Hx-H

1,81

4,00

2,19

11,85

1,98

5,00

3,02

12,52

2,09

5,00

2,91

14,02

2,34

3,75

1,41

22,35

3,74

3,75

0,01

22,85

3,82

4,25

0,43

22,93

3,83

4,25

0,42

23,93

4,00

3,25

-0,75

Cw = 5,98

10,85

0,67

S
1,50

T
T-U

25,00

8,33

U
U-V

0,50

V
V-W

0,25

0,08

W
W-X

1,00

X
Jumlah

Hx

Lw

1,00

S-T

H=Lw/Cw

11,50

37,30

12,43

(sumber: perhitungan)
Angka rembesan (Cw) =

Lv 1 Lh 11.50 12.43
3
=
= 5,98
Hw
4

Tabel 5.15 Perhitungan Gaya Angkat

Gaya

Luas x Tekanan

Gaya
Vertikal

Jarak

Momen
Vertikal

(ton)

(m)

(ton m)

U1

(2,6.3,53)+(0,5.3,53.(3,68-3,53))

9,372

7,50

70,287

U2

(1.2,36)+(0,5.1.(3,53-2,36))

2,948

1,10

3,243

U3

(3,2.2,19)+(0.5.3,2.(2,36-2,19))

7,282

4,75

34,592

U4

(2.2,91)+(0,5.2.(3,02-2,91))

5,928

1,00

5,928

Jumlah

25,530

114,049

Tabel 5.16 Perhitungan Gaya Hidrostatis

Gaya
W1

HILALUDIN
JOKO SANTOSO

Luas x Tekanan
0,5.2.2

L2A 001 078


L2A 001 086

Gaya
Horizontal

Jarak

Momen
Vertikal

(ton)

(m)

(ton m)

2,000

4,17

8,333

231

Tugas Akhir
Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang

Gaya
W2

W3

W4

W5

Gaya
Horizontal

Jarak

Momen
Vertikal

(ton)

(m)

(ton m)

3.1,68

5,035

1,50

7,552

0,5.3.(3,68-1,68)

2,998

1,00

2,998

1.2,36

-2,365

0,50

-1,182

0,5.1.(3,53-2,36)

-0,072

0,33

-0,024

1.2,19

2,187

0,50

1,093

0,5.1.(3,02-2,19)

0,416

0,33

0,139

0,5.1.0,42

0,209

1,33

0,278

Jumlah

10,407

Luas x Tekanan

19,187

Akibat Tekanan Tanah


Berdasarkan data penyelidikan tanah dari laboratorium
mekanika tanah Teknik Sipil Undip menghasilkan parameter tanah
berupa, () = 18, (sat) = 1,7125 T/m3. Tekanan tanah dihitung dengan
rumus sebagai berukut :
Pa 1 sat Ka H 2
2
(Penerbit Gunadarma,1997)

Dimana :
= tan 2 (45 )
2

Ka

= tan 2 (45 18 )
2
= 0,528
= 1 sat Ka H 2
2

Pa

= 1 1.7125 0.528 32
2
=9,12 T/m2

Tabel 5.17 Perhitungan Tekanan Tanah

Gaya
Pa
HILALUDIN
JOKO SANTOSO

Luas x Tekanan
0,5.9,12.3,5

L2A 001 078


L2A 001 086

Gaya horizontal

Jarak

Momen
vertikal

(ton)

(m)

(ton m)

15,96

1,17

18,62

232

Tugas Akhir
Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang

Gaya

Luas x Tekanan

Gaya horizontal

Jarak

Momen
vertikal

(ton)

(m)

(ton m)

Jumlah

15,96

18,62

Tabel 5.18 Resume Gaya-gaya pada Kondisi Normal


Gaya
No.

V (ton)

H (ton)

71,133

MV (ton
m)

MH (ton
m)

Berat sendiri

Gempa

362,126

Uplift Pressure

Hidrostatis

10,407

19,187

Tekanan Tanah

15,964

18,625

9,959

Jumlah

Momen

Jenis Gaya

25,530

96,663

50,698
114,049

36,330

476,176

88,509

Kontrol Stabilitas Pada Kondisi Normal


a. Terhadap Guling
Sf

MV
MH

1.5 (KP-02, 1986)

476.176
1.5
88.509

= 5,38 > 1,5 (aman)


Dimana :
Sf

= faktor keamanan

MV
MH

= jumlah momen vertikal


= jumlah momen horizontal

b. Terhadap Geser
Sf f

RV
1.5 (KP-02, 1986)
RH

= 0.75

96.663
1.5
36.330

= 2,00>1,5 (aman)
HILALUDIN
JOKO SANTOSO

L2A 001 078


L2A 001 086

233

Tugas Akhir
Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang

Dimana :
Sf

= faktor keamanan

RV
RH

= jumlah gaya vertikal

= 0,75

= jumlah gaya horizontal

c. Terhadap Eksentrisitas

MV MH
RV

(KP-02, 1986)

476.176 88.509
= 4,01
96.663

e ( B a) B
2
6

e = 7 4.01 = -0,51 < 1,17 (aman)


2
d. Terhadap Daya Dukung Tanah
Dari data tanah pada lokasi dam diperoleh :

= 1,7125 T/m3

= 1,6

= 18
Dari grafik Terzaghi diperoleh :
Nc = 15,78
Nq = 6,2
N = 4
B

=7m

Rumus daya dukung tanah Terzaghi adalah sebagai berikut :

qult c.Nc .Nq 0,5. .B.N (Penerbit Gunadarma,1997)


= 1,6.15,78+1,7125.6,2+0,5.1,7125.7.4
= 59,84 T/m2
qult
qall
19.95 T / m 2
3

RV B 1 6e B

max RV B 1 6e B 7.77 kN 2 < qall (aman)


m

HILALUDIN
JOKO SANTOSO

L2A 001 078


L2A 001 086

234

Tugas Akhir
Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang

min RV

HILALUDIN
JOKO SANTOSO

L2A 001 078


L2A 001 086

1 6e B 19.85 kN m

< qall (aman)

235

Tugas Akhir
Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang

+179.25

+175.25

Gambar 5-26 Panjang Jalur Rembesan dan Tekanan Air

HILALUDIN
JOKO SANTOSO

L2A 001 078


L2A 001 086

236

Tugas Akhir
Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang

Gambar 5-27 Diagram Kondisi Air Normal

HILALUDIN
L2A 001 078
JOKO SANTOSO L2A 001 086

237

Tugas Akhir
Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang

2. Kondisi muka air banjir


Pada saat banjir gaya-gaya yang bekerja ada yang mengalami
perubahan seperti gaya tekan ke atas (Uplift Pressue) dan hidrostatis

Gaya Tekan ke atas

Tabel 5.19 Perhitungan Panjang Jalur Rembesan dan Tekanan Ai Banjir


Titik

Garis
Lane

Panjang Rembesan
V

1/3H

A
A-B

B-C

0,25

D-E

1,00

F-G

0,50

H-I

1,00

6,99

6,66

1,08

0,36

6,99

6,63

1,58

0,53

6,49

5,96

1,92

0,64

6,49

5,85

2,42

0,81

6,99

6,18

2,58

0,86

6,99

6,13

3,08

1,03

6,49

5,46

3,42

1,14

6,49

5,35

3,92

1,31

6,99

5,68

4,08

1,36

6,99

5,63

4,58

1,53

6,49

4,96

4,92

1,64

6,49

4,85

7,92

2,64

8,99

6,35

8,78

2,93

8,99

6,06

0,33

I
0,50

J
J-K

0,50

0,17

K
0,50

L
L-M

1,00

0,33

M
3,00

N
N-O

2,60

HILALUDIN
JOKO SANTOSO

0,33

0,50

O-P

1,00

0,17

M-N

5,99

0,50

K-L

5,99

0,33

I-J

0,00

0,00

0,50

G-H

Px=HxH

Cw = 2.96

0,08

E-F

Hx

Lw

1,00

CD

H=Lw/Cw

0,87

1,00

L2A 001 078


L2A 001 086

238

Tugas Akhir
Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang

Titik

Panjang Rembesan

Garis
Lane

1/3H

P
P-Q

3,20

R-S

2,00

T-U

25,00

4,72

10,85

3,62

7,99

4,37

11,85

3,96

8,99

5,03

12,52

4,18

8,99

4,81

14,02

4,68

7,74

3,06

22,35

7,46

7,74

0,28

22,85

7,63

8,24

0,61

22,93

7,66

8,24

0,58

23,93

7,99

7,24

-0,75

8,33

U
0,50

V
V-W

0,25

0,08

W
1,00

X
Jumlah

7,99

1,50

W-X

3,27

9,78

0,67

U-V

Px=HxH

Cw = 2.96

1,00

S-T

Hx

Lw

1,07

Q
Q-R

H=Lw/Cw

11,50

37,30

12,43

(sumber : perhitungan)

Akibat kondisi banjir :


1. Muka air hulu = +183,234 m
2. Bagian hilir

= +175,25 m

3. Hw

= 183,234 - 175,25 = 7,989 m

4. Cw

11.5 12.43
2.96
7.989

Tabel 5.20 Perhitungan Gaya Angkat

Gaya

Luas x Tekanan

Gaya
Vertikal

Jarak

Momen
Vertikal

(ton)

(m)

(ton m)

U1

(2.6.6,06)+(0.5.2.6.(6,35-6,06))

16,125

7,50

120,934

U2

(1.4.72)+(0.5.1.(6.06-4.72))

5.390

1.10

5.929

U3

(3,2.4,37)+(0,5.3.2.(4,72-4,37))

14,545

4,75

69,088

U4

(2.4,81)+(0,5.2.(5,03-4,81))

9,844

1,00

9,844

Jumlah

50,904

HILALUDIN
JOKO SANTOSO

L2A 001 078


L2A 001 086

205,796

239

Tugas Akhir
Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang

Tabel 5.21 Perhitungan Gaya Hidrostatis

Gaya

Luas x Tekanan

Gaya
Horizontal

Jarak

Momen
Vertikal

(ton)

(m)

(ton m)

W1

0,5.5,99.5,99

17,934

5,50

98,572

W2

3.4,85

14,543

1,50

21,815

0,5.3.(6,35-4,85)

2,248

1,00

2,248

1.4,72

-4,723

0,50

-2,362

0,5.1.(6,06-4,72)

-0,145

0,33

-0,048

1.4,37

4,367

0,50

2,184

0,5.1.(5,03-4,37)

0,333

0,33

0,111

0,5.1.0,58

0,292

1,33

0,389

Jumlah

34,850

W3

W4

W5

122,909

Tabel 5.22 Resume Gaya-gaya pada Kondisi Banjir


Gaya
No.

Jenis Gaya

H (ton)

71,133

MV (ton
m)

MH (ton
m)

Berat sendiri

Gempa

Uplift Pressure

Hidrostatis

34,850

122,909

Tekanan Tanah

15,964

18,625

Jumlah

V (ton)

Momen

362,126
9,959

50,904

122,037

50,698
205,796

60,772

567,922

192,231

Kontrol Stabilitas Pada Kondisi Banjir


a. Terhadap Guling
Sf

MV 1,5 (KP-02, 1986)


MH
567.922
1,5
192.231

= 2,95 > 1,5 (aman)


Dimana :
Sf

MV
MH
HILALUDIN
JOKO SANTOSO

= faktor keamanan
= jumlah momen vertikal
= jumlah momen horizontal

L2A 001 078


L2A 001 086

240

Tugas Akhir
Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang

b. Terhadap Geser

Sf f

RV

RH

= 0.75

1.5 (KP-02, 1986)

122.037
1.5
60.772

= 1,51 >1,5 (aman)


Dimana :
Sf

= faktor keamanan

RV
RH

= jumlah gaya vertikal


= jumlah gaya horizontal

= 0,75 (Joetata dkk, 1997)

c. Terhadap Eksentrisitas

MV MH
RV

(KP-02, 1986)

567.922 192.231
= 3,08
122.037

e ( B a) B
2
6

e 7 3.08 = 0,42 < 1,17 (aman)


2
d. Terhadap daya Dukung Tanah
Dari data tanah pada lokasi dam diperoleh :

= 1,7125 T/m3

= 1,6

= 18
Dari grafik Terzaghi diperoleh :
Nc = 15,78
Nq = 6,2
N = 4
B

=7m

Rumus daya dukung tanah Terzaghi adalah sebagai berikut :

qult c.Nc .Nq 0,5. .B.N (Penerbit Gunadarma,1997)


= 1,6.15,78+1,7125.6,2+0,5.1,7125.7.4
= 59,84 T/m2
HILALUDIN
JOKO SANTOSO

L2A 001 078


L2A 001 086

241

Tugas Akhir
Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang

qall

qult
19.95 T / m 2
3

RV B 1 6e B

min RV B 1 6e B 12.56 kN
m

max RV B 1 6e B 19.88 kN 2 < qall (aman)


m

HILALUDIN
JOKO SANTOSO

L2A 001 078


L2A 001 086

< qall (aman)

242

Tugas Akhir
Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang

Gambar 5-28 Diagram Kondisi Air Banjir

HILALUDIN
JOKO SANTOSO

L2A 001 078


L2A 001 086

243

Tugas Akhir
Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang

5.6. PERENCANAAN PIPA PESAT (PENSTOCK)


Data design :
Material pipa pesat

= plat baja

Tegangan ijin :
- Tarik dan tekan

= 1200 kg/cm2

- Geser

750 kg/cm2

Efisiensi sambungan 1as

= 0,85

Korosi ijin

= 2 mm

Beban rencana :
- Tinggi terjun maksimum

= 18.24 m

- Tinggi terjun design

= 14.25 m

5.6.1. Dimensi Pipa Pesat


a. Diameter pipa pesat
Dihitung dengan Gordon dan Penman :
Q andalan

Debit air

Do

= 0,72 * (Qair)0.5

= 0.113 m3/det

= 0,72*(0.113)0.5
= 0.242 m = 24.2 cm
Direncanakan diameter pipa pesat 25 cm
b. Tebal plat pipa pesat
P * Do
to

*

(Mosonyi,1991)
Di mana:
to

= Tebal plat (mm)

= Tekanan air dalam pipa pesat (kg/cm2)


= 0,1 * Hdyn = 0,1*(1,2*Ho)

HILALUDIN
JOKO SANTOSO

Ho

= Tinggi terjun desain maksimum = 18.24 m

= Tegangan ijin plat baja (= 1300 kg/cm2)

= Efisiensi sambungan las (0,85)

= Korosi plat yang diijinkan (1 - 3 mm), diambil 2 mm.

L2A 001 078


L2A 001 086

244

Tugas Akhir
Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang

Perhitungan
= 0,1 * (1,2*18.24) = 2.19 kg/cm2

2.19 * 250
to
2
2 * 1300 * 0,85

= 2,49 mm
Menurut Technical Standard for Gates and Penstock tebal plat
minimum tidak boleh lebih kecil dari 6 mm, sehingga tebal plat pipa pesat
yang dipakai adalah 6 mm.
5.6.2. Stabilitas Pipa Pesat

Tekanan air maksimum akibat Water Hammer


Konstanta Allievi
* Vo
1
P
2 * g * Ho

(Mosonyi,1991)

Vo 1
2
*

*
Do
4

(Mosonyi,1991)
Di mana :
=

Kecepatan rambat gelombang tekanan (m/dt)

Ho =

Tekanan Hidrostatis (m)

Vo =

Kecepatan rata-rata dalam aliran (m/dt)

Rumus pendekatan

1000
Do

50 k * to

12

(Mosonyi,1991)
dengan harga

k = 0,5 untuk baja


k = 1 untuk besi tuang

perhitungan :

HILALUDIN
JOKO SANTOSO

L2A 001 078


L2A 001 086

245

Tugas Akhir
Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang

1000

0.250

50 0.5 * 0,006

12

= 31,46 m/dt

0.113
Vo 1
2
4 * * 0.250

= 2.4580 m/dt

31,46 * 2.4580
P

2 * 9.81 * 18.24

= 0,216 < 1 ....AMAN !!!!!

Karena P < 1, maka tekanan akibat water hammer tidak banyak


mempengaruhi stabilitas pipa pesat tersebut.

Pipa pesat dari baja ada 2 kriteria :


1. Pipa kecil apabila : P * D <10000 kg/cm
Maka pipa tidak perlu pakai sabuk/ beugel.
2. Apabila P*D > 10000 kg/cm
Maka pipa memerlukan beugel perkuatan.
P = tekanan air
P

Hdyn
kg / cm 2
10

(Mosonyi,1991)
Di mana :
D

= diameter pipa

Hdyn

= tinggi terjun dinamis (m)

Perhitungan :
P = 1824/10 = 182.4 kg/cm2
P < 10000 kg/cm2
Maka digunakan pipa jenis pertama yaitu pipa kecil tanpa sabuk atau
beugel.

Tekanan Lingkar Akibat Tekanan Hidrostatis


P*R
(kg / cm 2 )
to -

(Mosonyi,1991)
Di mana :
HILALUDIN
JOKO SANTOSO

L2A 001 078


L2A 001 086

246

Tugas Akhir
Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang

P = Tekanan air maksimum = 0,1 * Hdyn


R = Luas basah = 0,5 (Do+)
Perhitungan :
R = 0,5* (24.2+0.2) = 12.2 cm

1.824 *12.2
2 * 0,6 - 0.2

= 27,82 kg/cm2 < ijin = 1300 kg/cm2

......................AMAN!!!

5.7. PERENCANAAN TURBIN


5.7.1. Tinggi Terjun (Head)
Turbin yang digunakan pada PLTMH di sini adalah direncanakan
menggunakan Turbin Impuls. Adapun alasan digunakannya turbin jenis tersebut
karena ketinggian terjunnya kurang dari 40 m. Dari data perencanaan dam dapat
ditentukan tinggi terjun sebagai berikut :
Data elevasi :

MAT (elevasi Muka Air Tinggi)

= + 183,234 m

MAN (elevasi Muka Air Normal)

= + 179,245 m

MAR (elevasi Muka Air rendah )

= + 169,791 m

5.7.2. Kehilangan Tinggi Terjun (Head Loss)


Dengan adanya penyaluran dari kolam

(reservoir)

ke saluran

pembuangan akan terjadi kehilangan energi terdiri dari :


1.

Akibat trash rack dapat dihitimg dengan rumus :


t 4 3

K sin Vo 2
b

Hr
2g

(Mosonyi,1991)
Di mana :
K = Koefisien losses untuk elemen dengan bentuk segi empat =
2,42
t

= Tebal elemen = 0,8 cm

= Celah antar 2 elemen = 6 0,8 = 5,2 cm

= Sudut kemiringan trash rack = 90


HILALUDIN
JOKO SANTOSO

L2A 001 078


L2A 001 086

247

Tugas Akhir
Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang

Q = Debit air yang direncanakan = 0,113 m3/det


Vo = Kecepatan rata-rata dalam aliran (m3/det)

Vo 1
2
4 Do

= Percepatan gravitasi = 9,81 m/dt2

Perhitungan :

Q
0.113
1
= 2,46 m/dt
Vo 1
2
2

4 Do 4 0.242
43

2,42 0,8 sin 90o 2.46 2

5,2
= 0,062 m
Hr
2 9,81

2.

Akibat gesekan
Kerena gesekan sepanjang pipa pesat dihitung dengan persamaan
Mainning :
= 1/n . R2/3 . I1/2

V
V

Q
1 D
4

0.113
= 2.46 m/dt
1
2
4 0.242

V2
2.462
=
= 0.31 m
2 g 2 9,81
Untuk panjang pipa pesat L = 20 m, maka Hf = Q / L = 0.113 / 20
= 0,00565 m
Hf

Hf
V2
2g

V2


2g

(Mosonyi,1991)
Hf

0,00565 V 2

0.31 2 g

V2

Hf 0.018
2g

HILALUDIN
JOKO SANTOSO

L2A 001 078


L2A 001 086

248

Tugas Akhir
Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang

3.

Akibat belokan
Hb = fb. (V2/2g)
Di mana :
fb

= Koefisien belokan (rumus Fuller)

fb

= (0,131+0,163 (D/R)3,5 ).(/90)0,5

= Diameter dalam pipa (= 65 m)

= Jari-jari lengkung sumbu belokan

= Koefisien kerugian

= Sudut belokan = 92

Perhitungan :
= (0,131+0,163.(D/R)3,5 ).(/90)0,5

fb

= (0,131 + 0,163 . (0,242/5)3,5) . (92 / 90)0,5


= 0,1310
= fb. (V2/2g)

Hb

= 0,1310 . (V2/2 . g)
Kehilangan tinggi energi total :
Hl

= Hr + Hf + Hb
= 0,062 + 0,018 .(V2/2.g) + 0,1310.(V2/2.g)
= 0,062 + 0,149.( V2/2.g)
= 0,062 + 0,149.(2,462/2.9,81)

Hl

= 0,108 m

5.7.3. Tinggi Terjun Bersih ( Net Head )


Tinggi. terjun bersih adalah tinggi terjun yang dapat digunakan untuk
mengerakkan turbin, yaitu pada elevasi tinggi terjun pada MAT dengan elevasi
dasar dam dikurangi total kehilangan tinggi terjun.
Hn = (MAT Elev.dasar) - Hl
Hn = 183,234 165 0,108 = 18,126 m

5.7.4. Turbin
1.

Daya Turbin
Data :

HILALUDIN
JOKO SANTOSO

Hn

= 18,126 m

L2A 001 078


L2A 001 086

249

Tugas Akhir
Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang

= 0,113 m3/dt

= 0,85

Perhitungan :
Pt = Hn . Q . g .
(Mosonyi,1991)
Pt = 18,126 . 0,113 . 9,81 . 0,85
Pt = 17,08 kWatt
2.

Putaran spesifik turbin (Ns)


Persamaan Desiervo dan Lugaresi (1978)
Nsj = 85,49/Hn0,243

Di mana: Nsj = Putaran spesifik turbin untuk single jet


Nsj = 85,49/18,126 0,243
Nsj = 42,281
Putaran spesifik turbin = Ns
Ns Nsj z

(Mosonyi,1991)
Di mana : z

= jumlah jet

Ns 42.281 1

Ns = 42,281
Putaran turbin = N
N = Ns .(Hn5/4/P1/2) rpm
Di mana : P = daya turbin
N = 42,281 . (18,126 5/4/17,08 1/2)
N = 382,630 rpm
3.

Estimasi putaran lari (Runway speed)


Yaitu perhitungan kemampuan putaran turbin.
Nr/N = 0,63 (Ns)0,2
Nr = 0,63 . 42,2810,2.382,630
Nr = 509,740
Nmax = Nr (Hn/Hd)0,5
Nmax = 509,740. (18,126/14,25)0,5
Nmax = 574,900

HILALUDIN
JOKO SANTOSO

L2A 001 078


L2A 001 086

250

Tugas Akhir
Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang

4.

Dimensi kasar turbin


Kecepatan mutlak pancaran air (Cl)
CI Kc 2 g Hn

(Mosonyi,1991)
Di mana : Kc = koefisien kecepatan naik = 0,97
CI 0,97 2 9.81 18.126

Cl = 18,292
Kecepatan ketuar optimal (UI)
UI Ku 2 g Hn

(Mosonyi,1991)
Di mana : Ku = koefisien kecepatan keluar = 0,45 0,49 ; diambil 0,47
UI 0,47 2 9,81 18.126

UI = 8,863
Diameter lingkaran tusuk runner (D)
D 60

UI
(m)
N

(Mosonyi,1991)
D 60

8.863
382.630

D = 0,443m
Diameter pancaran air/ nozzle dengan diameter roda jalan/ runner
(D) berkisar antara 10 (untuk low head impulse turbin) hingga 24 (untuk
high head impulse turbin).
Dipilih D/d = 10
Diameter pancaran d = D/10 = 0,443 / 10 = 0,044
Debit air yang melalui inlet turbin = debit air yang melalui pancaran air.
Q = n . A . CI
n = Q/( . d 2. CI)
dimana : n = jumlah pancaran
n = 0,113 / ( . 0,044 2 . 18,292)
n = 1,016
jumlah mangkok (Z) menurut rumus empiris jumlah mangkok turbin :

HILALUDIN
JOKO SANTOSO

L2A 001 078


L2A 001 086

251

Tugas Akhir
Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang

Z = (D/2d)+15
Z = (0,443/(2. 0,044)) + 15
Z = 20,4 21 buah
5.

Pengaturan/ Regulation
Peningkatan kecepatan setelah beban penuh.
a. Perhitungan parameter pipa pesat.

Waktu Refleksi (Tr)


i

Tr 2

Li
ai
1

ai

(detik)

1
Di

ew ep * t

(Mosonyi,1991)
Di mana:

= Massa jenis air = 1000 kg/m3

= Tebal pipa = 6 mm

Di = Diameter pipa = 24,2 cm


Ep = Young modulus baja = 2,1 . 10 11 N/m3
Ew = Young modulus air = 2 . 10 9 N/m3
Perhitungan :
1

ai

0.242
1

1000

9
11
2,1 10 0,006
2 10

ai

= 1202,062 detik

Tr

= 2,120 / 1202,062
= 0,1997

Waktu percepatan start air (Tw)


Tw

i
Qr
Li

g Hn
Am

(Mosonyi,1991)
Di mana :
Qr
HILALUDIN
JOKO SANTOSO

L2A 001 078


L2A 001 086

= Debit (rated discharge)


252

Tugas Akhir
Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang

Hr

= Tinggi terjun (rated Head)

Am = luas penampang pipa = ..d2 = ..0,2422 = 0,046 m2


Perhitungan :
Tw

0.113
21

9.81 18.126 0.046

Tw = 0,2901
b. Peningkatan tekanan dinamik maksimum
hw

Tw 0.2901

Tr 0.1997

(Mosonyi,1991)
hw = 1,453 > 1
c. Waktu penutupan minimal (Tf)
Tw Tr
Tf Kc

H/Hr 2

(Mosonyi,1991)
syarat Tf > 3 . Tr
Kc = faktor koreksi turbin = 3,7
Tw Tr
Tf Kc

H/Hr 2

Tf = 141,725 detik > 3 . 0,0297.........Aman!

5.7.5. Pemilihan Tipe Turbin


Data-data :
Hnetto = 18.126 m
Q

= 0,113 m3/dt

Pt

= 17,08 kWatt

Ns

= 42,281

Tabel 5.23 Kecepatan Spesifik Untuk Bermacam-macam Tipe Turbin


Type of runner

Ns (Specific speed) (rpm)

Pelton

12-30

Turgo

20-70

Cross Flow

20-80

Francis

80-400

Propeller and Kaplan

340-1000

HILALUDIN
JOKO SANTOSO

L2A 001 078


L2A 001 086

253

Tugas Akhir
Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang

Dengan Ns = 42.281 rpm, maka dari tabel diatas dapat diketahui bahwa tipe
turbin yang dipakai adalah tipe turbin Cross Flow

5.8. GENERATOR
5.8.1. Jenis Dan Tipe Generator
Pemilihan generator tergantung pada kecepatan putar generator :
a. Generator dengan kecepatan putar rendah
Biasanya berukuran besar, berat dengan efisiensi rendah
b. Generator dengan kecepatan putar tinggi
Berukuran lebih kecil, lebih ringan dengan efisiensi lebih kecil
Sedangkan kecepatan putar generator dipengaruhi oleh kecepatan putar
turbin.
Jumlah kutub magnetik pada generator dihitung dengan rumus :
P = (60.f)/N
Di mana:
P = Jumlah kutub magnetik generator
f

= Frekuensi generator

N = Kecepatan putar generator


N generator dianggap sama dengan N turbin = 382,630 rpm
Frekuensi generator yang tersedia dipasaran adalah 50-60 Hz , maka diambil
50 Hz
P = (60. 50)/ 382,630
P = 7,84 = 8 buah
Generator yang dipilih adalah generator dengan daya 22 kVA,
kecepatan putar generator 382,630 rpm dengan faktor daya 0,8. Daya keluar
generator 230/400 Volt.
Klasifikasi lengkap yang dipilih sebagai berikut :
Kapasitas

= 22 kVA

Tegangan

= 230/400 Volt

Kecepatan putar

= 382,630 rpm

Faktor daya

= 0,8

Frekwensi

= 50 Hz

Jumlah kutub magnetik

= 8 buah.

HILALUDIN
JOKO SANTOSO

L2A 001 078


L2A 001 086

254

Tugas Akhir
Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang

5.8.2. Daya yang Dihasilkan PLTMH


Daya yang dapat dipakai diperhitungkan terhadap overall efisiensi
(EOV) di mana overall efisiensi tersebut dirumuskan sebagai :
Pkeluar

= 9,81.:Qr . Hn.EOV (kW)

Pkeluar

= 9,81 . Qr . Hn. Et . Eg . Es . Etr . Ets

Di mana :
Qr

= debit aliran = 0,113 m3/det

Hn

= tinggi jatuh bersih = 18,126

Et

= effisiensi turbin = untuk turbular turbin = 0,85

Eg

= effisiensi generator = untuk daya 100% = 0,90

Es

= effisiensi speed increaser = untuk beban 100% = 0,96

Etr

= effisiensi transformator = untuk beban 100% = 0,98

Ets = effisiensi transmisi putar = untuk beban 100% = 0,98


Perhitungan :
Pkeluar = 9,81 . 0,113 . 18,126 . 0,85 . 0,9 . 0,96 . 0,98 . 0,98
Pkeluar = 14,172 kWatt

5.9. POWER HOUSE


Power house adalah bangunan tempat pengendalian keseluruhan operasi
PLTMH yang didalamnya terdapat instalasi-instalasi listrik seperti generator,
turbin dan kantor. Power house yang direncanakan mempunyai panjang 12,5 m,
lebar 21 m, dan di bawah bangunan terdapat sarana saluran yang mengalirkan air
dari turbin ke saluran pembuangan. Sedangkan bahan yang digunakan sebagai
struktur adalah K250, untuk atap digunakan asbes bergelombang dengan kudakuda dari rangka baja dan pondasi setempat.

5.10. SALURAN PEMBUANGAN (TAIL RACE)


Saluran pembuangan ini berfungsi untuk mengalirkan debit air yang keluar
dari turbin air untuk kemudian dibuang ke sungai. Saluran ini dimensinya harus
sama atau lebih besar daripada saluran pemasukan mengingat adanya
kemungkinan perubahan mendadak dari debit turbin air. Rumus untuk
mendimensi saluran ini sama dengan rumus untuk mendimensi saluran pemasukan
yaitu :
HILALUDIN
JOKO SANTOSO

L2A 001 078


L2A 001 086

255

Tugas Akhir
Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang

Q = A. V

A
P

(C.D. Soemarto,1999)
V = l/n . R2/3.I1/2
Di mana :
Q

= V.A = Debit air

= Luas pcnampang basah

= Kecepatan air ; V = l/n . R2/3.I1/2

= Lebar saluran

= Tinggi air

= Keliling basah

= A/P = Jari-jari hidrolis

= Koefisien manning = 0,030

= Kemiringan dasar saluran = 0,0035

Perhitungan :
A

= b.h , dimana : b = 2h

= 1,5.h2

= 2 . h + b = 3,5 h

= A / P = 1,5 . h2 / (3,5.h) = 0,429 . h

= l/n . R2/3.I1/2

= 1/0,030 . (0,429 . h)2/3 . 0,00350,5 = 1,122 . h2/3

= A . V = 1,5 . h2 . 1,122 . h2/3


= 1,683. h8/3

0,113 = 1,683. h8/3


h

= 0,36 m 1 m

jika h = 1m, maka b = 2h = 2.1 = 2 m


5.11. PERENCANAAN PINTU PENGATUR
5.11.1. Dimensi Profil Horisontal dan Vertikal Pada Pintu
Pada pintu sorong, tekanan air harus diteruskan ke sponning, pintu
direncanakan sedemikian rupa sehingga masing-masing profil melintang
(horisontal) mampu menahan tekanan hidrostatis dan meneruskannya ke sponning,
agar pelaksanaan pembuatan pintu lebih mudah dan ekonomis maka perhitungan

HILALUDIN
JOKO SANTOSO

L2A 001 078


L2A 001 086

256

Tugas Akhir
Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang

dimensi profil berdasarkan pada jarak antar profil tetap dan momen maksimal
yang terjadi.
Diketahui :

Tinggi pintu

= 50 cm

Lebar pintu

= 50 cm

Bahan daun pintu

= plat baja

Tegangan ijin baja = 1300 kg/cm2

air

= 1 ton/m3

H o ris o n ta l
V e r tik a l

h1
h2
P1

0 ,2 5

P2

0 ,2 5

0 ,5

Gambar 5-29 Dimensi Pintu Pengatur


a.

Profil Horisontal
P1 = . air.(h12-h2).c
P2 = . air.(h22-h12).c
Q = P/L
M = 1/8.qL2
W = M/1
Di mana :
P

= Besar tekanan air (T)

air

= Berat jenis air

= Kedalaman muka air

= Jarak antar profil

= Beban merata yang bekerja pada profil (T/m)

= Momen yang bekerja pada profil (Tm)

= Panjang profil (m)

= Modulus penampang pada profil (cm3)

= Tegangan ijin baja

HILALUDIN
JOKO SANTOSO

L2A 001 078


L2A 001 086

257

Tugas Akhir
Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang

Perhitungan :
= 0,5.1,00.(0,752- 0,52).0,5

P1

= 0,078 ton
q1

= 0,078/0,5
= 0,156 ton/m

M1 = 1/8.0,156.0,52
= 0,005 tm
= 487,500 kgcm
W1 = 487,500/1300
= 0,375 cm3
= 0,5.1,00.(1,02-0,752).0,5

P2

= 0,109 ton
q2

= 0,109/0,5
= 0,218 ton/m
= 1/8 .0,218.0,52

M2

= 0,007 tm
= 681,250 kgcm
W2 = 681,250/1300
= 0,524 cm3
Profil horisontal 1 dan 2 digunakan profil [3

b.

Wx

= 4,26 cm3

Ix

= 6,39 cm4

= 2,1.106

Profil Vertikal
Pendimensian menyesuaikan profil horisontal yaitu : bagian tepi
menggunakan profil [ 3

c.

Syarat Kontrol Lendutan f < f


5 Mmaks L2
L

48
EI
250

(Mosonyi,1991)

5 681,250 L2
L

48
EI
250

0,013 < 0,2 ...................Aman!


HILALUDIN
JOKO SANTOSO

L2A 001 078


L2A 001 086

258

Tugas Akhir
Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang

d.

Tebal Plat Pintu

Lebar profil [ 3 = 0,033 m


Jarak antara profil horisontal (Ch) = 0,5 m
a' = Ch 2 . 0,5 . bp
= 0,5 2 . 0,5 . 0,033
= 0,467 m
b' = 0,5 2 . 0,5. bp
= 0,5 2 . 0,5 . 0,033
= 0,467 m
c = a' . b' / (a'2 - b'2 )0,5
= 0,467 . 0,467 / (0,4672 + 0,4672)0,5
= 0,330 m
maka tebal plat
Rumus :
Pp

= 0,5 . air . (h22 h12) . c

Ra

= Rb = 0,5 . Pp

= (Ra + Rb). c - (Ra + Rb).2/3 . c


d 2 6 * M /( 1 * a 2 b 2 )

Di mana :
Pp = tekanan pada plat
a',b'= sisi - sisi pada plat
R = gaya reaksi pada plat
M = momen yang terjadi pada plat
d = tebal plat minimum
1 = tegangan ijin plat baja
Perhitungan :
Pp

= 0,5. 1 . (1,02 - 0,752).0,330


= 0,144 ton

Ra

= Rb = 0,5 . 0,144

HILALUDIN
JOKO SANTOSO

L2A 001 078


L2A 001 086

259

Tugas Akhir
Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang

= 0,072 ton
M

= (0,072 +0,072). 0,330 - (0,072 + 0,072 ).2/3.0,330


= 0,016 tm

= 6 . 1584 / (1300.(46,7 2 + 46,72)0,5)


= 0,111 cm

d = 0,333 cm 0,5 cm
dipakai tebal plat adalah 0,5 cm
5.11.2. Dimensi Stang Ulir
Berat pintu pengatur :
Profil Horisontal
[3

= 4,26 . 2 . 0,5

4,260 kg

= 4,26 . 0,5

2,130 kg

= 0,5 . 0,5 . 0,5 . 7600

= 950,000 kg

Profil Vertikal
[3
Plat Pintu
Berat Pintu
Mur dan Baut

= 956,390 kg
= 20% . 956,39

Berat total pintu

= 191,278 kg
= 1147,668 kg

Diameter stang ulir dihitung menggunakan rumus batang tarik


Rumus :
= n. P/ 1

A
d

= 4A/

Di mana :
A = Luas batang penampang stang ulir
P = Gaya pada satu stang ulir
n

= Angka keamanan = 3

1 = Tegangan ijin baja


Perhitungan :
A

= 3 .1.147,668 / 1300
= 2,648 cm2

d2

= 4 . 2,648/
= 3,372

HILALUDIN
JOKO SANTOSO

= 1,836 cm

L2A 001 078


L2A 001 086

260

Tugas Akhir
Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang

Diambil diameter stang ulir (d) = 2,0 cm dan dalam penguliran (v) = 0,5 cm,
maka diameter total stang ulir (d1) = 2,0+(2.0,5) = 3 cm
Perhitungan diameter poros roda :
W

= P. . D / (0,1. 1)

(Mosonyi,1991)
Di mana :
W

= Momen tahanan poros roda

= Diameter poros roda

= Gaya angkat

= Tegangan ijin baja

Perhitungan:
W

= 1.147,668 . 0,5 . D/(0,1 . 1300)

= 4,414 D

= .D3 /32

D2

= 44,963

= 6,705 cm = 7,0 cm

5.11.3. Sponning
Diketahui dimensi 3 sebagai berikut :
h = 30 mm
b = 33 mm
t

7 mm

d = h + t = 37 mm
a

= 5 + (0,5 . d)
= 23.5 mm

b = 3 + (l,1 . d)
= 43,7 mm
c

= a + 3 + (0,1.d)
= 23,5 + 3 + (0,1 . 37)
= 30,2 mm

= c-a
= 30,2 23,5
= 6,7 mm

HILALUDIN
JOKO SANTOSO

L2A 001 078


L2A 001 086

261

You might also like