Professional Documents
Culture Documents
STATUS PASIEN
BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM
SILOAM HOSPITAL KEBON JERUK
I.
Identitas Pasien
Nama
: Tn. I. S
Umur
: 62 tahun
Jenis Kelamin
: Pria
Status
: Menikah
Alamat
: Jakarta
Pekerjaan
: Wiraswasta
Agama
: Kristen
II.
Tanggal pemeriksaan
: 7 Juni 2010
: 00.00.00
Kebon Jeruk pasien masih dalam keadaan tidak sadar dan keluarga pasien
tidak memperhatikan nafas dan bau mulut pasien saat pingsan.
Pasien terdapat riwayat muntah darah 1 kali pada saat 5 hari sebelum
masuk rumah sakit. Darah keluar bersamaan dengan makanan, didahului
dengan mual, berwarna merah tua dan pasien tidak mengetahui jumlah darah
yang keluar.
Pasien terdapat riwayat sakit perut sejak 3 hari sebelum masuk rumah
sakit, sakit seperti melilit, diseluruh bagian perut, hilang timbul dan disertai
diare 3 kali sehari. Diare dalam bentuk cairan, berwarna kuning tua, tidak ada
lendir dan tidak terlihat darah. Pasien mengaku tidak memakan makananan
jalanan, pedas, dan asam. Pasien mengaku bahwa makanannya dalam 1
minggu SMRS sedikit karana nafsu makan turun. Pasien telah meminum obat
2 macam untuk obat sakit perutnya (tidak tahu nama obat), tetapi tidak
mengalami perbaikan.
Pada 1 minggu sebelum masuk rumah sakit pasien sempat mengalami
penurunan nafsu makan, lemah, mual, tapi pasien masih dapat makan dan
minum walaupun dalam jumlah yang sedikit.
Pasien tidak terdapat riwayat rasa lapar yang berlebih, haus, nyeri dan
sering BAK dan kesemutan. Pasien juga tidak terdapat demam, kejang, batuk,
pilek, sesak nafas, nyeri dada dan nyeri kepala. Keluarga pasien tidak merasa
ada sikap yang berubah pada pasien selama ini.
c. Riwayat penyakit dahulu
Tahun 1986: pasien sempat melakukan operasi laparotomi dua kali
Tidak ditemukan apapun dalam operasi
Tahun 1996 : pasien didiagnosa diabetes militus tipe II
Pasien sempat mengganti-ganti obat diabetes mellitus
(amaryl, januvia) dan yang terakhir dipakai adalah
insulin (apidra lalu diganti actrapid 3x sehari dengan
Pemeriksaan Fisik
Tanggal Pemeriksaan : 4 Juni 2010
1. Status Generalis
Keadaan Umum
: Berat
Kesadaran
: Somnolent
GCS
: 14 E3M6V5
Tekanan Darah
: 180/90 mmHg
Nadi
: 90 kali/menit
Pernapasan
: 33 kali/menit
Suhu
: 37,3oC
Kulit
Rambut
Mata
Hidung
Telinga
Tenggorokan
Thorak
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Ichtus
kordis
teraba
di
garis
Paru
Inpeksi
ada
interkostalis,
retraksi
masa
dan
otot-otot
pelebaran
vena-vena superficial.
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inpeksi
Palpasi
Punggung
Perkusi
Auskultasi
Simetris, tidak terlihat adanya bekas luka atau trauma dan tidak
ada kelainan bentuk tulang belakang.
Ektremitas
bawah
atas
dan Bentuk otot eutrofi, tidak ada udem, terdapat tanda bekas
laserasi berwarna hitam di tungkai kiri, tidak ada tremor, tidak
ada deformitas, tidak ada kelainan kuku, akral dingin dan tidak
5
ada sianosis.
Genitalia
Tidak dievaluasi.
1. Skor Daldiyono
Gejala Klinis
Skor
Keterangan
Muntah
Kesadaran apatis
Ekstremitas dingin
Sianosis
-1
-1
-2
-2
Total
Kesadaran
: Compos Mentis
GCS
: 15 E4M6V5
Tekanan Darah
Nadi
Pernapasan
Suhu
: 140/90 mmHg
: 80 kali/menit (reguler, ekual, isi cukup)
: 18 kali/menit
: 36,8oC
Kepala
Rambut
Mata
Hidung
Telinga
Tenggorokan
Thorak
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Ichtus
kordis
teraba
di
garis
Auskultasi
Paru
Inpeksi
ada
interkostalis,
retraksi
masa
dan
otot-otot
pelebaran
vena-vena superficial.
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inpeksi
tidak
massa.tidak
tampak
terdapat
strie
dan
spider
nevi.
Punggung
Perkusi
Auskultasi
Simetris, tidak terlihat adanya bekas luka atau trauma dan tidak
ada kelainan bentuk tulang belakang. Nyeri kostovertebral
negatif.
Ektremitas
atas
bawah
dan Bentuk otot eutrofi, tidak ada udem, terdapat tanda bekas
laserasi berwarna hitam di tungkai kiri, tidak ada tremor, tidak
ada deformitas, tidak ada kelainan kuku, akral hangat dan tidak
ada sianosis. Sensorik di keempat ekstermitas baik (+), arteri
dorsalis pedis dan tibialis posterior teraba kuat.
Genitalia
Tidak dievaluasi.
IV.
Pemeriksaan Penunjang
11,5
g/dl
13-18
Hematocrit
31
40 54
Platetel Count
121
103/ul
150-400
3,8
103/ul
4,0 10,0
Eritrosit
3,36
106/UL
4,5-6,2
MCV
92,3
fL
81-96
MCH
34,2
Pg
27-36
MCHC
37,1
g/L
31-37
Differential Count
Basophil
01
9
10
Eosinophil
04
Band Neutrophil
26
Segment Neutrophil
72
50 70
Lymphocyte
18
20 40
Monocyte
28
LED
20
Mm
0-15
Biochemistry
SGOT (AST)
24
u/l
11-46
SGPT (ALT)
29
u/l
10-65
Bilirubin Total
3,43
mg/dl
0,00-1,00
Bilirubin direct
1,55
mg/dl
0,0-0,5
Bilirubin indirect
1,88
mg/dl
0,0-0,7
Protein total
5,9
g/dl
6,2-8,2
Albumin
2,6
g/dl
3,4-5,0
Globulin
3,3
g/dl
2,0-3,5
Amonia
149
Umol/L
9-33
Glukosa sewaktu
460
Mg/dl
60-180
Ureum darah
62
Mg/dl
10-56
Kreatinin darah
1,30
Mg/dl
00-1,30
Natrium darah
135
Mmol/L
135-145
Kalium darah
4,2
Mmol/L
3,5-5,1
Klorida darah
103
Mmol/L
98-107
8,2
Mg/dl
8,4-10,2
7,49
7,35-7,45
P O2
176,4
Mm/Hg
85-100
P CO2
26,3
Mm/hg
38-42
Bikarbonat
20,5
Mmol/L
19-29
10
11
Base Excess
-1,3
T CO2
21
Mmol/L
19-25
O2 saturasi
98,7
90-100
CK-MB
17
U/L
0-24
Troponin T kuantitatif
Ng/ml
0,0-0,1
Mmol/L
0,0-0,6
Keton darah
2,2
-2,5 - + 2,5
Urinalisa
Warna
Kuning
Kuning
Kejernihan
Jernih
Jernih
Protein
+1
Negative
Glukosa
+3
Negative
Sendimen
Eritrosit
/ul
<3
Leukosit
/ul
<10
Silinder
Sel epitel
Kristal
Negative
PH
7,00
4,5 -8,0
Berat jenis
1.021
1.000-1.030
Bilirubin
Negative
Urobilinogen
+4,0
Keton
Negative
Darah samar
+1
Lekosit esterase
Negative
Nitrit
Negative
Mg/dl
0,1-0,9
11
12
Koagulasi
PT kontrol
12,2
Detik
PT pasien
15,2
Detik
ISI
1,06
INR
1,26
9,8-12,6
Hematologi
Hemoglobin
10,7
g/dl
13-18
Jumlah lekosit
6,7
103/ul
4-10
Hematokrit
29,4
40-54
Trombosit
118
103/ul
150-400
142
Mmol/L
135-`145
Kimia Darah
Natrium darah
12
13
Kalium darah
3,3
Mmol/L
3,5-5,1
7,47
P 02
121,9
mmHg
85-100
P CO2
24,2
mmHg
38-42
Bikarbonat
17,7
Mmol/L
19-29
Base Excess
-3,9
T CO2
18,5
Mmol/L
19-25
O2 saturasi
98,5
90-100
7,35-7,45
-2,5 - +2,5
Hematologi
Hemoglobin
11,7
g/dl
13-18
Jumlah lekosit
5,9
103/ul
4-10
Hematokrit
32
40-54
Kimia Darah
Natrium darah
141
Mmol/L
135-145
Kalium darah
3,1
Mmol/L
3,5-5,1
GDS
204
Mm/dl
Kimia darah
Glukosa Sewaktu
`17.30
155
Mg/dl
60-180
18.30
133
Mm/dl
60-180
20.00
131
Mm/dl
60-180
21.00
112
Mm/dl
60-180
13
14
136
Mg/dl
60-100
Mg/dl
60-140
Mg/dl
60-140
Mg/dl
60-140
Mmol/L
3,5-5,1
pagi
Glukosa 2 jam pp 318
siang
Glukosa 2 jam pp 99
malam
Kalium darah
3,6
Protein total
5,1
g/dl
6,2-8,2
Albumin
2,2
G/dl
3,4-5,0
Globulin
2,9
g/dl
2,0-3,5
86
Mg/dl
60-100
Glukosa 2 jam PP 87
Mg/dl
60-140
Mg/dl
60-140
Mg/dl
60-140
4,3-6,1
Kurva Harian
Glukosa darah puasa
pagi
Glukosa 2 jam pp 164
siang
Glukosa 2 jam pp 184
malam
Gliko Hb (HBA1C)
8,3
14
15
Kurva Harian
Glukosa darah puasa
117
Mg/dl
60-100
Mg/dl
60-140
pagi
tampak adanya tanda fibroinfiltrat pada paru kiri atas suspect spesifik
proses
15
16
16
17
3. EKG
17
18
18
19
Sinus rhythm
Twave abnormality, possible anterior ischemia
Abnormal ECG
4. USG
Kesimpulan :
V.
Ringkasan
19
20
Kesadaran
: Somnolent
GCS
: 14 E3M6V5
Tekanan Darah
: 180/90 mmHg
Nadi
: 90 kali/menit
Pernapasan
: 33 kali/menit
Suhu
: 37,3oC
20
21
11,5
g/dl
13-18
Hematocrit
31
40 54
Platetel Count
121
103/ul
150-400
3,8
103/ul
4,0 10,0
Eritrosit
3,36
106/UL
4,5-6,2
Bilirubin Total
3,43
mg/dl
0,00-1,00
Bilirubin direct
1,55
mg/dl
0,0-0,5
Bilirubin indirect
1,88
mg/dl
0,0-0,7
Protein total
5,9
g/dl
6,2-8,2
Albumin
2,6
g/dl
3,4-5,0
Globulin
3,3
g/dl
2,0-3,5
Amonia
149
Umol/L
9-33
Glukosa sewaktu
460
Mg/dl
60-180
Ureum darah
62
Mg/dl
10-56
7,49
P O2
176,4
Mm/Hg
85-100
P CO2
26,3
Mm/hg
38-42
Bikarbonat
20,5
Mmol/L
19-29
Base Excess
-1,3
T CO2
21
Mmol/L
19-25
O2 saturasi
98,7
90-100
Keton darah
2,2
Mmol/L
0,0-0,6
4,3-6,1
Gliko
Hb 8,3
7,35-7,45
-2,5- 2,5
(HBA1C)
21
22
VI.
Daftar Masalah
Penurunan
Hiperglikemi
Dehidrasi
kesadaran
Peningkatan
Ammonia
Diare
Hipertensi
Anemia
Peningkatan
Ureum
Hematemesis
Post sirosis
Hepatosplenomegali Ketonemia +
Post TB paru
Kardiomegali
Asidosis
metabolic
Takipneu
Asites
Bilirubinemia
Penurunan
albumin
VII.
Diagnosis Kerja
23
Keadaan Umum
Kesadaran
GCS
Pernapasan
Suhu
: Berat
: Somnolent
: 14 E3M6V5
: 33 kali/menit
: 37,3oC
P
Rencana
diagnostik
Pemberian heparin
23
24
Bila terdapat
mEg/6jam
Syaratnya tidak ada gagal ginjal, tidak
ditemukan gelombang T yang lancip dan
tinggi pada EKG dan jumlah urine yang
adekuat
Nonfarmakolog
( 10-15 ml/kg per jam). Kemudian 0,9% NaCl 1 L/jam pada jam kedua,
0,5 L 0,9% NaCl jam ketiga. Bila Na >155 mEg/L ganti cairan dengan
NaCl 0,45%
Jika kadar glukosa darah kurang dari 200mg/dL berikan larutan glukosa (
dekstrosa 5% atau 10%) dan isulin tetap diberikan dengan penurunan
dosis.
Farmakologi
Edukasi
Keadaan Umum
Kesadaran
GCS
: Berat
: Somnolent
: 14 E3M6V5
25
Pada hasil laboratorium: Hb: 11,5, amonia : 149, ureum : 62, kreatinin :
1,3, bilirubin total 3,43, direk: 1,55, indirek : 1,88, protein total: 5,9,
albumin: 2,6.
Pada hasil pemeriksaan USG = Hepatomegali lobus kanan tanpa
pembesaran lobus kiri, berpenampilan sirosis hepatis, terlihat cairan
minimal diatas diafragma kanan dan kiri
A
Sirosis hepatic
Rencana
diagnostik
1. Diet protein
2. Diet rendah garam untuk asites
Nonfarmakolog
i
Farmakologi
Edukasi
3. Post TB paru
S
26
Suhu
: 37,3oC
Post tb paru
Rencana
diagnostik
1. Pemantauan gizi pasien
Nonfarmakolog
i
Farmakologi
Edukasi
Tekanan Darah
Nadi
: 180/90 mmHg
: 90 kali/menit
26
27
Rencana
2. Echokardiografi
diagnostik
Edukasi
IX.
Prognosis
Ad vitam
: ad bonam
Ad functionam
: ad bonam
Ad sanationam
: ad bonam
X.
Follow Up
27
28
S
GCS = E3-4M6V4
TD : 131/64 mmHg, Nadi : 77 kali/menit, Suhu : 36,8 oC, RR : 22
kali/menit
GDS : 155 mg/dl, CVP: +6 cmH20
Abdomen lembut, Bising usus + normal, s1 dan s2 + normal, skelara
ikterik
Terapi lanjutkan
GCS = E4M6V4
28
29
TD : 140/90 mmHg, Nadi : 80 kali/menit, Suhu : 36,8 oC, RR : 18
kali/menit
GDS : 136 mg/dl, CVP: 8 cmH20
Abdomen lembut, Bising usus + normal, s1 dan s2 + normal, sclera
ikterik
A
GCS = E4M6V4
TD : 140/90 mmHg, Nadi : 80 kali/menit, Suhu : 36,8 oC, RR : 18
kali/menit
GDS : 86 mg/dl, CVP: 12 cmH20
Abdomen lembut, Bising usus + normal, s1 dan s2 + normal, sclera
ikterik
GCS = E4M6V4
29
30
TD : 110/60 mmHg, Nadi : 80 kali/menit, Suhu : 36 oC, RR : 18
kali/menit
GDS : 117 mg/dl
Abdomen lembut, Bising usus + normal, s1 dan s2 + normal, sclera
ikterik
A
4/6/10
5/6/10
6/6/10
7/6/10
8/6/10
9/6/10
Tekanan darah
180/90
170/90
130/70
140/90
130/80
110/60
Nadi
70
80
78
80
80
80
Suhu
37,3
36,5
36,8
36,8
36
36
Pernapasan
18
20
22
18
18
18
Jumlah urine
2900
1650
850
500
960
Reduksi aceton
430
700
Masuk
5215
2915
2650
1675
1050
Keluar
3330
2350
850
500
900
balans
+1885
+565
+1800
+1175
+150
CVP
+4
+8
+6
+8
+12
Gula darah
GDS
GDS
GDS
GDP
GDP
GDP
155
136
86
117
Cairan 24 jam
460
204
30
31
XI.
Daftar pustaka
PENDAHULUAN
Diabetic ketoacidosis adalah kondisi medis darurat yang dapat mengancam
jiwa bila tidak ditangani secara tepat. lnsiden kondisi ini bisa terus meningkat, dan
tingkat mortalitas 1-2 persen telah dibuktikan sejak tahun 1970-an. Diabetic
ketoacidosis paling sering terjadi pada pasien penderita diabetes tipe 1 (yang pada
mulanya disebut insulin-dependent diabetes mellitus), akan tetapi keterjadiannya
pada pasien penderita diabetes tipe 2 (yang pada mulanya disebut non-insulin
dependent diabetes mellitus), terutama pasien kulit hitam yang gemuk adalah
tidak sejarang yang diduga. Penanganan pasien penderita Diabetic ketoacidosis
31
32
dapat membantu
A. Definisi
Ketoasidosis diabetikum (KAD) merupakan komplikasi akut dari diabetes yang
serius. Keadaan ini ditandai oleh hiperglikemia, asidosis, dan ketosis terutama
disebabkan oleh defisiensi insulin absolut atau relatif. Faktor-faktor pencetus yang
berperan untuk terjadinya KAD adalah infeksi, infark miokard akut, pancreatitis akut,
penggunaan steroid, menghentikan atau mengurangi dosis insulin.
B. Epidemiologi
Di Indonesia data KAD belum jelas, namun insidens KAD di Indonesia lebih
sedikit di Negara barat, mengingat prevalensi DM tipe I tidak terlalu banyak.
Data di Amerika Serikat, insiden KAD 8 per 1000 pasien DM per tahun untuk
semua kelompok umur, sedangkan kelompok umur di bawah 30 tahun 13,4 per
1000 pasien DM per tahun.
Di Negara maju angka kematian KAD 9-10%, sedangkan di Indonesi selama
periode 5 bulan terdapat 39 episode KAD dengan angka kematian 15%.
C. Faktor pencetus
32
33
Ada sekitar 20% pasien KAD yang baru mengetahui menderita KAD untuk
pertama kali. Pada pasien KAD yang sudah diketahui DM sebelumnya, 80% dapat
dikenali adanya factor pencetus. Mengobati factor pencetus penting dalam pengobatan
dan pencegahan. Factor pencetus: infeksi, infark miokard akut, pancreatitis akut,
penggunaaan obat golongan steroid, menghentikan dan mengurangi dosis insulin.
D. Patofisiologi.
KAD adalah suatu keadaan di mana terdapat defisiensi insulin absolut atau
relatif dan peningkatan hormon kontra regulator (glukagon, katekolamin, kortisol dan
hormon pertumbuhan); keadaan tersebut menyebabkan produksi glukosa hati
meningkat dan utilisasi glukosa oleh sel tubuh menurun, dengan hasil akhir
hiperglikemia. Keadaan hiperglikemia sangat bervariasi dan tidak menentukan beratringannya KAD.
Adapun gejala dan tanda klinis KAD dapat dikelompokkan menjadi dua bagian,
yaitu:
Akibat hiperglikemia
Akibat ketosis
Walaupun sel tubuh tidak dapat menggunakan glukosa, sistem homeostasis tubuh
terus teraktivasi untuk memproduksi glukosa dalam jumlah banyak sehingga terjadi
hiperglikemia. Kombinasi defisiensi insulin dan peningkatan kadar hormon kontra regulator
terutama epinefrin, mengaktivasi hormon lipase sensitif pada jaringan lemak. Akibatnya
lipolisis meningkat, sehingga terjadi peningkatan produksi benda keton dan asam lemak
bebas secara berlebihan. Akumulasi produksi benda keton oleh sel hati dapat menyebabkan
metabolik asidosis. Benda keton utama ialah asam asetoasetat (AcAc) dan 3 beta hidoksi
butirat (3HB); dalam keadaan normal kadar 3HB meliputi 75-85% dan aseton darah
merupakan benda keton yang tidak begitu penting. Meskipun sudah tersedia bahan bakar
tersebut sel-sel tubuh masih tetap lapar dan terus memproduksi glukosa.
Hanya insulin yang dapat menginduksi transpor glukosa ke dalam sel, memberi signal
untuk proses perubahan glukosa menjadi glikogen, menghambat lipolisis pada sel lemak
(menekan pembentukan asam lemak bebas), menghambat glukoneogenesis pada sel hati serta
mendorong proses oksidasi melalui siklus Krebs dalam mitokondria sel. Melalui proses
oksidasi tersebut akan dihasilkan adenin trifosfat (ATP) yang merupakan sumber energi
utama sel.
33
34
Resistensi insulin juga berperan dalam memperberat keadaan defisiensi insulin relatif.
Meningkatnya hormon kontra regulator insulin, meningkatnya asam lemak bebas,
hiperglikemia, gangguan kesimbangan elektrolit dan asam-basa dapat mengganggu
sensitivitas insulin.
E. PERANAN INSULIN
Pada KAD terjadi defisiensi insulin absolut atau relatif terhadap hormon kontra
regulasi yang berlebihan
Defisiensi insulin dapat disebabkan oleh resistensi insulin atau suplai insulin endogen atau
eksogen yang berkurang. Defisiensi aktivitas insulin tersebut, menyebabkan 3 proses
patofisiologi yang nyata pada 3 organ, yaitu sel-sel lemak, hati, dan otot. Perbuhan yang
terjadi terutama melibatkan metabolisme lemak dan karbohidrat.
F. Peranan Glukagon
Di antara hormon-hormon kontraregulator, glukagon yang paling berperan dalam
patogenesis KAD. Glukagon menghambat proses glikosis dan menghambat pembentukan
malonyl CoA. Malonyl CoA adalah suat penghambat carnitine acyl transferases (CPT 1 dan
2) yang bekerja pada transfer asam lemak bebas ke dalam mitokondria. Dengan demikian
peningkatan glukagon akan merangsang oksidasi beta asam lemak dan ketogenesis.
34
35
Pada pasien DM tipe 1, kadar glukagon darah tidak teregulasi dengan baik. Bila kadar
insulin rendah maka kadar glukagon darah sangat meningkat serta mengakibatkan reaksi
kebalikan respons insulin pada sel-sel lemak dan hati.
Hormon Kontra Regulator Insulin Lain
Kada epinefrin dan kortisol darah meningkat pada KAD. Hormon pertumbuhan (GH) pada
awal terapi KAD kadarnya kadang-kadang meningkat dan lebih meningkat lagi dengan
pemberian insulin.
Keadaan stres sendiri meningkatkan hormon kontra regulasi yang pada akhirnya akan
menstimulasi pembentukan benda-benda keton, glukoneogenesis serta potensial sebagai
pencetus KAD. Sekali proses KAD terjadi maka akan terjadi stres yang berkepanjangan.
G. GEJALA KLINIS
Sekitar 80% pasien KAD adalah pasien DM yang sudah dikenal. Kenyataan ini tentunya
sangat membantu untuk mengenali KAD akan lebih sebagai komplikasi akut DM dan segera
mengatasinya.
Sesuai dengan patifisiologi KAD, maka pada pasien KAD dijumpai pernapasan cepat
dan dalam (Kussmaul), berbagai derajat dehidrasi (turgor kulit berkurang, lidah dan bibir
kering), kadang-kadang disertai hipovolemia sampai syok. Bau aseton dari hawa napas tidak
terlalu mudah tercium.
Areataeus menjelaskan gambaran klinis KAD sebagai berikut keluhan poliuri dan
polidipsi sering kali mendahului KAD serta didapatkan riwayat berhenti menyuntik insulin,
demam, atau infeksi. Muntah-muntah merupakan gejala yang sering dijumpai terutama pada
KAD anak. Dapat pula dijumpai nyeri perut yang menonjol dan hal itu berhubungan dengan
gastroparesis-dilatasi lambung.
Derajat kesadaran pasien dapat dijumpai mulai kompos mentis, delirium, atau depresi
sampai dengan koma. Bila dijumpai kesadaran koma perlu dipikirkan penyebab penurunan
kesadaran lain (misalnya uremia, trauma, infeksi, minum alkohol).
Infeksi merupakan faktor pencetus yang paling sering, di RS Dr. Cipto
Mangunkusumo Jakarta, faktor pencetus infeksi didapatkan sekitar 80%. Infeksi yang sering
ditemukan ialah infeksi salurah kemih dan pneumonia. Walaupun faktor pencetusnya adalah
35
36
infeksi, kebanyakan pasien tak mengalami demam. Bila dijumpai adanya nyeri abdomen,
perlu dipikirkan kemungkinan kolesistitis, iskemia usus, apendiksitis, divertikulitis, atau
perforasi usus. Bila ternyata pasien tidak menunjukkan respons yang baik terhadap
pengobatan KAD maka perlu dicari kemungkinan infeksi tersembunyi (sinusitis, abses gigi,
abses perirektal).
H. DIAGNOSIS
Ketoasidosis diabetik perlu dibedakan dengan ketosis diabetik ataupun hiperglikemia
hiperosmolar nonketotik. Beratnya hiperglikemia, ketonemia, dan asidosis dapat dipakai
dengan kriteria diagnosis KAD. Walaupun demikian penilaian kasus per kasus selalu
diperlukan untuk menegakkan diagnosis.
KRITERIA DIAGNOSIS KAD
Kadar glukosa darah > 250 mg %
pH < 7,35
HCO3 rendah
Anion Gap yang tinggi
Keton serum positif
Langkah pertama yang harus diambil pasien dengan KAD terdiri dari anamnesis dan
pemeriksaan fisik yang cepat dan teliti dengan terutama memperhatikan patensi jalan napas,
status mental, status ginjal dan kardiovaskular, dan status hidrasi. Langkah-langkah ini harus
dapat menentukan jenis pemeriksaan laboratorium yang harus segera dilakukan, sehingga
penatalaksanaan dapat segera dimulai tanpa adanya penundaan.
Pemeriksaan laboratorium yang paling penting dan mudah untuk segera dilakukan
setelah dilakukannya anamnesis dan pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan kadar glukosa
darah dengan glucose sticks dan pemeriksaan urine dengan menggunakan urine strip untuk
melihat secara kualitatif jumlah glukosa, keton, nitrat, dan leukosit dalam urine. Pemeriksaan
laboratorium lengkap untuk dapat menilai karakteristik dan tingkat keparahan KAD meliputi
kadar HCO3, anion gap, pH darah dan juga idealnya dilakukan pemeriksaan kadar AcAc dan
laktat serta 3HB.
36
37
I. PRINSIP PENGOBATAN
Prinsip pengobatan KAD:
1. Penggantian cairan dan garam yang hilang
2. Menekan lipolisis sel lemak dan menekan glukoneogenesis sel hati dengan pemberian
insulin
3. Mengatasi stress sebagai pencetus KAD
4. Mengembalikan keadaan fisiologi normal dan menyadari pentingnya pemantauan
serta penyesuaian pengobatan.
Ada 6 hal yang perlu diberikan :
1. Cairan
Berdasarkan perkiraan hilangnya cairan pada KAD 100 ml per Kg berat badan
maka diberikan cairan jam pertama 1-2 liter, jam kedua 1 liter dan selanjutnya
diberikan sesuai cairan yang keluar.
Dua keuntungan rehidrasi pada KAD : memperbaiki perfusi jaringan dan
menurunkan hormon kontraregulator insulin. Bila kadar glukosa kurang dari
200 mg% maka perlu diberikan larutan mengandung glukosa ( dekstrosa 5%
atau 10%)
2. Garam
3. Insulin
Insulin harus segera dimulai setelah diagnosis KAD dan rehidrasi yang
memadai. Insulin akan menurunkan kadar glucagon, sehingga menekan benda
keton di hati, pelepasan asam lemak bebas dari jaringan lemak, perlepasan
asam amino dari jaringan otot dan meningkatkan utilisasi glukosa oleh
jaringan.
Pemberian insulin lebih disarankan dengan drip intravena daripada bolus. Cara
ini dianjurkan karena lebih mudah mengontrol dosis insulin, menurunkan
37
38
39
J. PEMANTAUAN
Pemantauan merupakan bagian terpenting dalam pengobatan KAD, untuk itu
harus dilakukan pemeriksaan
1. Pengukuran Glukosa darah tiap jam
2. Elektrolit tiap 6 jam selama 24 jam seterusnya tergantung keadaan
3. Analisa gas darah; bila pH < 7 waktu maksuk periksa setiap 6 jam sampai
pH >7,1 selanjutnya setiap hari hingga stabil
4. Tanda fital setiap jam
39
40
Variabel
KAD
Ringan
Berat
> 250
(mg/dl)
Kadar pH Arteri
Sedang
HONK
> 600
7,25 7,3
7,00 7,24
< 7,00
> 7,30
15 18
10 - < 15
< 10
> 15
Positif
Sedikit/
40
41
Negatif
Osmolaritas Serum Efektif
Bervariasi
(mOsm/kg)
Anion Gap
> 10
Kesadaran
Sadar
> 320
> 12
> 12
Sadar,
Stupor,
drowsy
coma
Bervariasi
Stupor, coma
1.2 Patofisologi
Faktor yang memulai timbulnya HONK adalah dieresis
glukosuria. Glukosuria mengakibatkan kegagalan pada kemampuan
ginjal dalam mengkonsentrasikan urin, yang akan semakin
memperberat derajat kehilangan air. Pada keadaan normal, ginjal
berfungsi mengeliminasi glukosa di atas ambang batas tertentu.
Namun demikian, penurunan volume intravascular atau penyakit
ginjal yang telah ada sebelumnya akan menurunkan laju filtrasi
glomerular, menyebabkan kadar glukosa meningkat. Hilangnya air
yang lebih banyak disbanding natrium menyebabkan keadaan
hiperosmolar. Insulin yang ada tidak cukup untuk menurunkan kadar
glukosa darah, terutama jika terdapat resistensi insulin.
Tidak seperti pasien dengan KAD, pasien HONK tidak
mengalami ketoasidosis, namun tidak diketahui dengan jelas
alasannya. Faktor yang diduga ikut berpengaruh adalah keterbatasan
ketogenesis karena keadaan hiperosmolar, kadar asam lemak bebas
yang rendah untuk ketogenesis, ketersediaan insulin yang cukup
untuk menghambat ketogenesis namun tidak cukup untuk mencegah
hiperglikemia, dan resistensi hati terhadap glucagon.
1.3 Gejala Klinis
Pasien dengan HONK, umumnya berusia lanjut, belum
diketahui mempunyai DM, dan pasien DM tipe 2 yang mendapat
pengaturan diet dan atau obat hipoglikemik oral. Seringkali dijumpai
penggunaan obat yang semakin memperberat masalah, misalnya
diuretik.
Keluhan
pasien
HONK
ialah
rasa
lemah,
gangguan
42
koma.
Derajat
gangguan
neurologis
yang
timbul
9. PENCEGAHAN
Faktor pencetus KAD ialah pemberian dosis insulin yang kurang memadai dan
kejadian infeksi. Sehingga harus di awasi terhadap kedua hal tersebut dengan
42
43
dengan
pemberian
insulin,
mengatasi
stress,
serta
cermat
dengan
menggunakan
lembar
penatalaksanaan
INSULUN
0-12kolf jam
1 kolf jam
1-22 kolf
PADA JAM KE 2
2-3 1 kolf
3-41 kolf
4-5 kolf
5-6 kolf
200-250
5U
250-300
300-350
10U
15 U
43
44
>350
20U
0,45%
Bila gula darah < 200 mg% ganti
Koreksi K
Koreksi HCO3
Bila pH
<7 100 mEg HCO3
7-7,1 50 mEg
>7,1 0
Bila ph naik K akan turun
oleh karena itu pemberian
bikarbonat disertai dengan
pemberian K
Referensi
44
45
dari:
http://ezproxy.library.uph.ac.id:2076/content.aspx?
aID=606339&searchStr=hyperglycemic+hyperosmolar+nonketotic+coma#606339.
4.Gardner DG. Greenspans Basic and Clinical Endocrinology. Didapat dari:
http://ezproxy.library.uph.ac.id:2076/content.aspx?
aID=2628076&searchStr=hyperglycemic+hyperosmolar+nonketotic+coma
45