Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh
setiap manusia. Apabila seseorang dalam keadaan sakit, maka hubungan
dengan Tuhannya pun semakin dekat, mengingat seorang dalam kondisi sakit menjadi lemah dalam segala hal, tidak ada yang mampu membangkitkannya dari kesembuhan, kecuali Sang Pencipta. Dalam pelayanan kesehatan, perawat sebagai petugas kesehatan harus memiliki peran utama dalam memenuhi kebutuhan spiritual. Kebutuhan spiritual mempertahankan atau mengembalikan keyakinan dan memenuhi kewajiban agama, serta kebutuhan untuk mendapatkan maaf dan pengampunan, mencintai, menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan Tuhan .12 Spiritualitas adalah merupakan konsep dua dimensi, yaitu dimensi vertikal dan dimensi horisontal. Dimensi vertikal adalah dimensi yang berkaitan dengan hubungan seseorang dengan Tuhan yang menuntun kehidupannya, dan dimensi horisontal adalah dimensi yang berkaitan dengan hubungan seseorang dengan dirinya sendiri, orang lain, dan lingkungan. Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan yang terdiri dari kebutuhan akan mencintai dan dicintai, kebutuhan akan harapan, kebutuhan akan kepercayaan, kebutuhan akan ampunan, kebutuhan untuk dihormati dan dihargai, kebutuhan untuk hidup bermartabat, kebutuhan untuk hidup yang penuh arti, kebutuhan akan kreativitas, kebutuhan dalam suatu komunitas, dan kebutuhan untuk berhubungan dengan Tuhan melalui ibadah. (Kozier, 2004). Pemenuhan kebutuhan spiritualitas merupakan hal yang tidak bisa diabaikan. Kebutuhan spiritualitas telah terbukti dapat memberikan kekuatan pada pasien pada saat menghadapi penyakitnya. Pasien yang dalam keadaan sakit tentu membutuhkan penguatan dan pendampingan spiritual selama di rawat, dibutuhkan peran aktif perawat dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pasien selama berada di rumah sakit. Namun pada kenyataannya pemenuhan kebutuhan spiritual pasien masih jauh dari yang diharapkan. Hasil analisis situasi saat ini dari beberapa literature menunjukkan kenyataan bahwa asuhan spiritual (spiritual care) belum diberikan oleh perawat secara kompeten disebabkan berbagai faktor. Salah satunya bahwa kurangnya kemampuan perawat dalam pemenuhan kebutuhan spiritual dikarenakan perawat kurang menguasai konsep keperawatan spiritual yang seharusnya didapatkan perawat sejak dalam masa pendidikan.9 Beberapa penelitian menjelaskan masih terjadi permasalahan dalam upaya pemenuhan kebutuhan spiritual oleh perawat. Hasil penelitian Utami dan Supratman (2009), menyebutkan pengetahuan perawat dalam pemenuhan kebutuhan spiritual dalam kategori baik sebanyak 37,76% perawat dan kategori cukup sebanyak 62,24% perawat. Penelitian lain
menyebutkan bahwa sikap perawat dalam memenuhi kebutuhan spiritual
klien rawat inap sebagian besar kurang baik. Hasil menunjukkan perawat yang memiliki sikap kurang baik dalam memenuhi kebutuhan spiritual klien sebanyak 60,2%, dan sisanya sebanyak 39,8% memiliki sikap baik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa peran perawat dalam pemenuhan kebutuhan spiritual klien belum terpenuhi dengan optimal (Trisnawati, Purnamasari, Nurlaela & Hartanti, 2013). Selain itu penelitian dari Mc Lung, Grossoehme dan Jacobson (2006), mendapatkan hasil bahwa dari 176 perawat di USA sebanyak dua pertiga menyatakan perasaan tidak mampu dalam memberikan asuhan keperawatan spiritual kepada kliennya. Hoffert, Henshaw dan Maududu (2007), mayoritas perawat dan mahasiswa keperawatan menyatakan kurang nyaman dan kurang mampu dalam melakukan pengkajian aspek spiritual saat memberikan asuhan keperawatan. Perawat juga merasa kurang memiliki pemahaman tentang spiritual dan enggan membicarakan spiritual dengan klien (Oswald, 2004). Hasil penelitian lain yang dilakukan Abu Bakar dan Ninuk Dian K berupa studi fenomenologi pada klien muslim menunjukkan bahwa tidak semua responden mampu memenuhi kebutuhan spiritualnya dalam bentuk berhubungan dengan Tuhannya melalui ibadah sesuai dengan yang diperintahkan agama yaitu sholat wajib lima waktu. Hal ini disebabkan karena kelemahan fisik dan kondisi yang tidak suci. Aspek spiritual harus diperhatikan dalam perawatan selain aspek fisik dan psikososial karena menurut beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa keyakinan spiritual berpengaruh terhadap kesehatan dan perawatan. Perawatan spiritual yang dirasakan dapat langsung mempengaruhi kualitas penyembuhan seseorang, atau kualitas individu dan pengalaman kematian keluarga. Kurangnya kemampuan perawat menguasai konsep keperawatan spiritual dan klien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan spiritual dalam bentuk ibadah menyebabkan pemenuhan kebutuhan spiritual klien tidak terpenuhi. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya pendidikan keperawatan spiritual perawat selama masa pendidikan. Dan kurangnya pengetahuna klien mengenai wajibnya ibadah sholat lima waktu yang tidak didapatkan melalui pemberian asuhan keperawatan spiritual. Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual klien adalah dengan meningkatkan perilaku mandiri klien melalui spiritual self-care yang dapat dilakukan dalam bentuk ibadah sholat lima waktu. Dalam teori self care deficit, Orem memberikan identifikasi pelayanan keperawatan yang salah satunya berupa sistem supportif dan edukatif. Sistem ini memberikan bantuan kepada pasien yang membutuhkan dukungan pendidikan dengan harapan klien mampu memenuhi kebutuhan secara mandiri (self care spiritual).
Pendidikan kesehatan dengan media booklet dapat dilakukan untuk
memenuhi sistem ini. Pendidikan kesehatan ialah proses perubahan perilaku yang dinamis karena adanya kesadaran dari dalam individu, kelompok, dan masyarakat sendiri melalui proses transfer materi atau teori dari seseorang ke orang lain. Sedangkan booklet merupakan merupakan media yang berbentuk buku kecil yang berisi tulisan atau gambar atau keduanya dan apat digunakan sebagai media atau alat untuk belajar mandiri. Hal ini akan memberikan pengetahuan kepada klien tentang tata cara beribadah bagi orang sakit sehingga membantu meningkatkan perilaku klien dalam pemenuhan kebutuhan spiritual dalam bentuk ibadah sholat lima waktu melalui spiritual self care. Oleh karena itu, penerliti teratrik melakukan penelitian dengan judul Aplikasi tuntunan ibadah bagi orang sakit dengan media booklet terhadap sikap dan perilaku pemenuhan kebutuhan spiritual mandiri klien dengan pendekatan konsep teori dorothe Orem.
Pemenuhan kebutuhan spiritualitas merupakan hal yang tidak bisa
diabaikan. Kebutuhan spiritualitas telah terbukti dapat memberikan kekuatan pada pasien pada saat menghadapi penyakitnya. Pasien yang dalam keadaan sakit tentu membutuhkan penguatan dan pendampingan spiritual selama di rawat, dibutuhkan peran aktif perawat dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pasien selama berada di rumah sakit. Namun pada kenyataannya kebutuhan pasien akan spiritual jarang sekali terpenuhi oleh perawat selama pasien dirawat di rumah sakit. Keadaan ini tentu akan mengurangi kepuasan pasien, karena salah satu dari kebutuhannya tidak terpenuhi.6 Kebutuhan spiritual sebagai bagian dari kebutuhan manusia secara utuh hanya dapat dipenuhi apabila perawat dibekali dengan kemampuan
memberi asuhan keperawatan dengan memperhatikan aspek spiritual
klien sebagai bagian dari kebutuhan holistik pasien sebagai mahluk yang utuh dan unik. Pemenuhan kebutuhan spiritual diperlukan oleh pasien dan keluarga dalam mencari arti dari peristiwa kehidupan yang dihadapi termasuk penderitaan karena sakit dan merasa tetap dicintai oleh sesama manusia dan Tuhan.12 Pemenuhan kebutuhan spiritual merupakan hal penting namun kenyataannya pemenuhan kebutuhan spiritual pasien masih jauh dari yang diharapkan. Hasil analisis situasi saat ini dari beberapa literature menunjukkan kenyataan bahwa asuhan spiritual (spiritual care) belum diberikan oleh perawat secara kompeten disebabkan berbagai faktor. Salah satunya bahwa kurangnya kemampuan perawat dalam pemenuhan kebutuhan spiritual dikarenakan perawat kurang menguasai konsep keperawatan spiritual yang seharusnya didapatkan perawat sejak dalam masa pendidikan.9 (pengaruh askep spiritual)
Beberapa penelitian menjelaskan masih terjadi permasalahan dalam
upaya pemenuhan kebutuhan spiritual oleh perawat. Hasil penelitian Utami dan Supratman (2009), menyebutkan pengetahuan perawat dalam pemenuhan kebutuhan spiritual dalam kategori baik sebanyak 37,76% perawat dan kategori cukup sebanyak 62,24% perawat. Menurut Sumiati, Dwidiyanti, Anggorowati, dan Bambang (2010), menyatakan bahwa pemahaman perawat terhadap pemenuhan kebutuhan spiritual klien pada klien lansia di RSU Mardi Lestari Sragen kurang optimal. Penelitian lain menyebutkan bahwa sikap perawat dalam memenuhi kebutuhan spiritual klien rawat inap sebagian besar kurang baik. Hasil menunjukkan perawat yang memiliki sikap kurang baik dalam memenuhi kebutuhan spiritual klien sebanyak 60,2%, dan sisanya sebanyak 39,8% memiliki sikap baik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa peran perawat dalam pemenuhan kebutuhan spiritual klien belum terpenuhi dengan optimal (Trisnawati, Purnamasari, Nurlaela & Hartanti, 2013). Penelitian yang dilakukan oleh Arini (2013), mendapatkan hasil kompetensi perawat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan spiritual sebanyak 16 orang (27,1%) dengan kategori sangat baik, 15 orang (25,4%) dengan kategori baik, 13 orang (22,0%) dengan kategori cukup, dan 15 orang (25,4%) dengan kategori kurang. Beberapa penelitian diatas menunjukkan bahwa asuhan keperawatan spiritual belum diberikan oleh perawat secara kompeten dan optimal. Beberapa faktor dapat dikaitkan dengan masalah tersebut dari penelitian Mc Lung, Grossoehme dan Jacobson (2006), mendapatkan hasil bahwa
dari 176 perawat di USA sebanyak dua pertiga menyatakan perasaan
tidak mampu dalam memberikan asuhan keperawatan spiritual kepada kliennya. Hoffert, Henshaw dan Maududu (2007), mayoritas perawat dan mahasiswa keperawatan menyatakan kurang nyaman dan kurang mampu dalam melakukan pengkajian aspek spiritual saat memberikan asuhan keperawatan. Perawat juga merasa kurang memiliki pemahaman tentang spiritual dan enggan membicarakan spiritual dengan klien (Oswald, 2004). Reig, Mason, dan Preston (2006), juga menyebutkan bahwa mayoritas perawat tidak dapat memberikan asuhan keperawatan spiritual dikarenakan selama masa pendidikannya kurang mendapat panduan dalam memberikan asuhan spiritual yang kompeten. Beberapa masalah dapat timbul apabila pemenuhan kebutuhan spiritual klien tidak terpenuhi. Permasalahan spiritual pada klien yang umumnya terjadi adalah distress spiritual. Distress spiritual adalah penyakit yang dapat mempengaruhi keyakinan dan nilai-nilai agama individu serta dapat menyebabkan gangguan kepercayaan pada individu sehingga perawat harus mampu mengenali tanda-tanda gangguan dalam upaya pemenuhan kebutuhan spiritual klien (Marie, 2009). Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan yang terdiri dari kebutuhan akan mencintai dan dicintai, kebutuhan akan harapan, kebutuhan akan kepercayaan, kebutuhan akan ampunan, kebutuhan untuk dihormati dan dihargai, kebutuhan untuk hidup bermartabat, kebutuhan untuk hidup yang penuh arti, kebutuhan akan kreativitas, kebutuhan untuk berhubungan dengan Tuhan, dan kebutuhan dalam suatu komunitas (Kozier, 2004). (motivasi perawat)
spiritualitas adalah merupakan konsep dua
dimensi, yaitu dimensi vertikal dan dimensi horisontal. Dimensi vertikal adalah dimensi yang berkaitan dengan hubungan seseorang dengan Tuhan yang menuntun kehidupannya, dan dimensi horisontal adalah dimensi yang berkaitan dengan hubungan seseorang dengan dirinya sendiri, orang lain, dan lingkungan.