You are on page 1of 14

BAB I

PENDAHULUAN
Penurunan kesadaran merupakan kasus gawat darurat yang sering dijumpai
dalam praktek sehari-hari. Berdasarkan hasil pengumpulan data Rumah Sakit Pendidikan dr.
Piringadi, para peneliti memperkirakan bahwa terdapat 3% kasus dengan penurunan kesadaran
atau komad a r i 10% jumlah kasus kegawatdaruratan neurologi di Rumah Sakit dr. Piringadi1.
Kesadaran ditentukan oleh kondisi pusat kesadaran yang berada di kedua hemisfer
serebridan Ascending Reticular Activating System (ARAS). Jika terjadi kelainan pada kedua
sistem ini, baik yang melibatkan sistem anatomi maupun fungsional akan mengakibatkan
terjadinya penurunan kesadaran dengan berbagai tingkatan. Ascending Reticular Activating
System merupakan suatu rangkaian atau network system yang dari kaudal berasal dari medulla
spinalis menuju rostral yaitu diensefalon melalui brain stem sehingga kelainan yang mengenai
lintasan ARAS tersebut berada diantara medulla, pons, mesencephalon menuju ke sub thalamus,
hipothalamus,

thalamus

Neurotransmiter yang

dan

berperan

akan
pada

menimbulkan
ARAS

antara

penurunan
lain

derajat

kesadaran.

neurotransmiter

kolinergik,

monoaminergik dan gamma aminobutyric acid (GABA). Respon gangguan kesadaran pada
kelainan di ARAS ini merupakan kelainan yang berpengaruh kepada sistem arousal yaitu respon
primitif yang merupakan manifestasi rangkaian inti-inti di batang otak dan serabut-serabut saraf
pada susunan saraf.
Korteks serebri merupakan bagian yang terbesar dari susunan saraf pusat di mana kedua
korteks ini berperan dalam kesadaran akan diri terhadap lingkungan atau input-input rangsangan
sensoris, hal ini disebut juga sebagai awareness. Pada tutorial ini akan dibahas mengenai definisi
penurunan kesadaran, bahaya penurunan kesadaran, patofisiologi , diagnosis serta diagnosis
penurunan kesadaran akibat metabolik dan struktural dan tatalaksana penurunan kesadaran yang
terbagi atas tatalaksana baik umum maupun khusus.

BAB II
ILUSTRASI KASUS
ANAMNESIS
Seorang laki-laki usia 50 tahun datang diantar oleh keluarga ke RSUD Cianjur dengan
keluhan lemah tubuh sebelah kiri sejak 1 hari SMRS, tubuh pasien terasa lemas secara mendadak
saat akan ke kamar mandi dan tidak dapat digerakkan, pasien sempat tidak tersadar 2 menit,
namun tersadar kembali, tampak gelisah, nyeri kepala seperti di tusuk-tusuk, muntah (-), bicara
pelo (-), kejang (-), pusing (-), trauma (-), demam (-), pandangan berbayang (-), baal di sekitar
mulut (-), tersedak (-),nafsu makan baik, BAB dan BAK lancar.
Riwayat hipertensi sejak 5 tahun, DM (-), penyakit jantung (-). Pasien berobat hipertensi
tidak teratur. Pasien tidak merokok, minum kopi, minuman bersoda dan jarang mengkonsumsi
goreng-gorengan, daging, jeroan, emping.
PEMERIKSAAN FISIK

Kesadaran : Somnolen

GCS

TTV: TD: 180/130 mmHg, Nadi=96 x/menit (regular),

: E2 M6 V4 = 12

RR: 20 x/menit (normal), suhu : 36,8oC


Status Neurologik

RM: KK (-), K/L (tak terbatas), BRZ I/II/III (-/-/-)

SO: reflek cahaya +/+, pupil bulat isokor diameter 3 mm ODS, GBM baik ke segala arah,
wajah parese N VII kiri sentral, parese N.XII kiri sentral.

Motorik : 5

Tonus : Normotonus, atrofi (-)

Sensorik : baik, vegetatif : baik,

Fungsi luhur : MMSE tidak dilakukan

Reflek fisiologis : BTR (+/+), KPR (+/+), APR (+/+ )

Reflek patologis : babinski (-/+), chaddock (-/-), oppenheim (-/-)


BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Definisi Penurunan Kesadaran


Penurunan kesadaran atau koma merupakan salah satu kegawatan neurologi yang
menjadi petunjuk kegagalan fungsi integritas otak dan sebagai final common pathway dari
gagal organ seperti kegagalan jantung, nafas dan sirkulasi akan mengarah kepada gagal
otak dengan akibat kematian. Jadi, bila terjadi penurunan kesadaran menjadi pertanda disregulasi
dan disfungsi otak dengan kecenderungan kegagalan seluruh fungsi tubuh. Dalam hal
menilai penurunan kesadaran, dikenal beberapa istilah yang digunakan di klinik yaitu kompos
mentis, somnolen, stupor atau sopor, soporokoma dan koma. Terminologi tersebut bersifat
kualitatif. Sementara itu, penurunan kesadaran dapat pula dinilai secara kuantitatif, dengan
menggunakan skala koma Glasgow
3.1.1 Menentukan penurunan kesadaran secara kualitatif
Kompos mentis berarti kesadaran normal, menyadari seluruh asupan panca indera ( aware
atau awas) dan bereaksi secara optimal terhadap seluruh rangsangan dari luar maupun dari dalam
( arousal atau waspada), atau dalam keadaaan awas dan waspada.
Somnolen atau drowsiness atau clouding of consciousness, berarti mengantuk, mata
tampak cenderung menutup, masih dapat dibangunkan dengan perintah,masih dapat menjawab
pertanyaan walaupun sedikit bingung, tampak gelisah dan orientasi terhadap sekitarnya menurun.
Stupor atau sopor lebih rendah daripada somnolen. Mata tertutup dengan rangsang nyeri
atau suara keras baru membuka mata atau bersuara satu-dua kata. Motorik hanya berupa gerakan
mengelak terhadap rangsang nyeri. Semikoma atau soporokoma, mata tetap tertutup walaupun
dirangsang nyeri secara kuat, hanya dapat mengerang tanpa arti, motorik hanya berupa
gerakan primitif.
Koma merupakan penurunan kesadaran yang paling rendah. Dengan rangsang apapun
tidak ada reaksi sama sekali, baik dalam hal membuka mata, bicara,maupun reaksi motorik.

3.1.2 Menentukan penurunan kesadaran secara kuantitatif


Secara kuantitatif, kesadaran dapat dinilai dengan menggunakan Glasgow Coma Scale
(GCS) yang meliputi pemeriksaan untuk Penglihatan/ Mata (E), Pemeriksaan Motorik (M) dan
Verbal (V). Pemeriksaan ini mempunyai nilai terendah dan nilai tertinggi 15.
Pemeriksaan derajat kesadaran GCS untuk penglihatan/ mata : E
1. Tidak membuka mata dengan rangsang nyeri
2. Membuka mata dengan rangsang nyeri
3. Membuka mata dengan rangsang suara
4. Membuka mata spontan
Motorik : M
1. Tidak melakukan reaksi motorik dengan rangsang nyeri
2. Reaksi deserebrasi dengan rangsang nyeri
3. Reaksi dekortikasi dengan rangsang nyeri
4. Reaksi menghampiri rangsang nyeri tetapi tidak mencapai sasaran
5. Reaksi menghampiri rangsang nyeri tetapi mencapai sasaran
6. Reaksi motorik sesuai perintah
Verbal : V
1. Tidak menimbulkan respon verbal dengan rangsang nyeri
2. Respon mengerang dengan rangsang nyeri
3. Respon kata dengan rangsang nyeri
4. Bicara dengan kalimat tetapi disorientasi waktu dan tempat ( confused )
5. Bicara dengan kalimat dengan orientasi baik ( orientated)
3.2 Klasifikasi Penurunan Kesadaran
Gangguan kesadaran dibagi 3, yaitu gangguan kesadaran tanpa disertai kelainan
fokal/lateralisasi dan tanpa disertai kaku kuduk; gangguan kesadaran tanpa disertai kelainan

fokal/lateralisasi disertai dengan kaku kuduk; dan gangguan kesadaran disertai dengan kelainan
fokal.
3.2.1 Gangguan kesadaran tanpa disertai kelainan fokal dan kaku kuduk
1. Gangguan iskemik
2. Gangguan metabolik
3. Intoksikasi.
Infeksi sistemis.
Hipertermia.
Epilepsi
3.2.2 Gangguan kesadaran tanpa disertai kelainan fokal tapi disertai kaku kuduk
1. Perdarahan subarakhnoid
2. Radang selaput otak
3. Radang otak
3.2.3 Gangguan kesadaran dengan kelainan fokal
1.
2.
3.
4.

Tumor otak
Perdarahan otak
Infark otak
Abses otak

3.3 Bahaya Penurunan Kesadaran


Adapun kondisi yang segera mengancam kehidupan terdiri atas peninggian tekanan
intrakranial, herniasi dan kompresi otak dan meningoensefalitis/ ensefalitis.
3.4 Patofisiologi Penurunan Kesadaran
Penurunan kesadaran disebabkan oleh gangguan pada korteks secara menyeluruh
misalnya pada gangguan metabolik, dan dapat pula disebabkan oleh gangguan ARAS di batang
otak, terhadap formasio retikularis di thalamus, hipotalamus maupun mesensefalon. Pada
5

penurunan kesadaran, gangguan terbagi menjadi dua, yakni gangguan derajat (kuantitas, arousal ,
wake fulness) kesadaran dan gangguan isi (kualitas, awareness, alertness) kesadaran. Adanya lesi
yang dapat mengganggu interaksi ARAS dengan korteks serebri, apakah lesi supratentorial,
subtentorial dan metabolik akan mengakibatkan menurunnya kesadaran

Gambar 1. Patofisiologi penurunan kesadaran


3.4.1 Gangguan metabolik toksik
Fungsi dan metabolisme otak sangat bergantung pada tercukupinya penyediaan oksigen.
Adanya penurunan aliran darah otak (ADO), akan menyebabkan terjadinya kompensasi dengan
menaikkan ekstraksi oksigen (O2) dari aliran darah. Apabila ADO turun lebih rendah lagi, maka
akan terjadi penurunan konsumsi oksigen secara proporsional. Glukosa merupakan satu-satunya
substrat yang digunakan otak dan teroksidasi menjadi karbondioksida (CO2) dan air. Untuk
memelihara integritas neuronal, diperlukan penyediaan ATP yang konstan untuk menjaga
keseimbangan elektrolit. O2 dan glukosa memegang peranan penting dalam memelihara
keutuhan kesadaran. Namun, penyediaan O2 dan glukosa tidak terganggu, kesadaran individu
dapat terganggu oleh adanya gangguan asam basa darah, elektrolit, osmolalitas, ataupun
defisiensi vitamin. Proses metabolik melibatkan batang otak dan kedua hemisfer serebri. Koma
disebabkan kegagalan difus dari metabolisme saraf
1. Ensefalopati

metabolik

primer Penyakit

degenerasi

serebri

yang

menyebabkan

terganggunya metabolisme sel saraf dan glia. Misalnya penyakit Alzheimer.


2. Ensefalopati metabolik sekunder. Koma terjadi bila penyakit ekstraserebral melibatkan
metabolisme otak, yang mengakibatkan kekurangan nutrisi, gangguan keseimbangan
6

elektrolit ataupun keracunan. Pada koma metabolik ini biasanya ditandai dengan
gangguan system motorik simetris dan tetap utuhnya refleks pupil (kecuali pasien
mempergunakan glutethmide atau atropin), juga utuhnya gerakan-gerakan ekstraokuler
(kecuali pasien mempergunakan barbiturat)
1. Tes darah biasanya abnormal, lesi otak unilateral tidak menyebabkan stupor dan koma.
Jika tidak ada kompresi ke sisi kontralateral batang otak lesi setempat pada
otak menimbulkan koma karena terputusnya ARAS. Sedangkan koma pada gangguan
metabolik terjadi karena pengaruh difus terhadap ARAS dan korteks serebri
Tabel 1. Penyebab Metabolik atau Toksik pada Kasus Penurunan Kesadaran
No

Penyebab Metabolik dan

Keterangan

Sistemik
Elektrolit imbalance

Hipo- atau hipernatremia, hiperkalsemia, gagal

2
3
4
5
6
7

Endokrin
Vaskular
Toksik
Nutrisi
Gangguan metabolik
Gagal organ

ginjal dan gagal hati.


Hipoglikemia, ketoasidosis diabetic
Ensefalopati hipertensif
Overdosis obat, gas karbonmonoksida (CO)
Defisiensi vitamin
Asidosis laktat
Uremia, hipoksemia, ensefalopati hepatic

3.4.2 Gangguan Struktur Intrakranial


Penurunan kesadaran akibat gangguan fungsi atau lesi struktural formasio retikularis di
daerah mesensefalon dan diensefalon (pusat penggalak kesadaran) disebut koma diensefalik.
Secara anatomik, koma diensefalik dibagi menjadi dua bagian utama, ialah koma akibat lesi
supratentorial dan lesi infratentorial.
1. Koma supratentorial
1) Lesi mengakibatkan kerusakan difus kedua hemisfer serebri, sedangkan batang otak tetap
normal.
2) Lesi struktural supratentorial (hemisfer). Adanya massa yang mengambil tempat di dalam
kranium (hemisfer serebri) beserta edema sekitarnya misalnya tumor otak, abses dan
hematom mengakibatkan dorongan dan pergeseran struktur di sekitarnya, terjadilah
herniasi girus singuli, herniasi transtentorial sentral dan herniasi unkus.
a) Herniasi girus singuli
7

Herniasi girus singuli di bawah falx serebri ke arah kontralateral menyebabkan


tekanan pada pembuluh darah serta jaringan otak, mengakibatkan iskemi dan
edema.
b) Herniasi transtentorial/ sentral
Herniasi transtentorial atau sentral adalah hasil akhir dari proses desak
ruangrostrokaudal dari kedua hemisfer serebri dan nukli basalis; secara berurutan
menekan disensefalon, mesensefalon, pons dan medulla oblongata melalui celah
tentorium.
c) Herniasi unkus
Herniasi unkus terjadi bila lesi menempati sisi lateral fossa kranii media atau
lobus temporalis; lobus temporalis mendesak unkus dan girus hipokampus kearah
garis tengah dan ke atas tepi bebas tentorium yang akhirnya menekan
mesensefalon.
3) Koma infratentorial
Ada dua macam lesi infratentorial yang menyebabkan koma.
1) Proses di dalam batang otak sendiri yang merusak ARAS atau/ serta
merusak pembuluh darah yang mendarahinya dengan akibat iskemi, perdarahan dan
nekrosis. Misalnya pada stroke, tumor, cedera kepala dan sebagainya.
2) Proses di luar batang otak yang menekan ARAS
a. Langsung menekan pons
b. Herniasi ke atas dari serebelum dan mesensefalon melalui celah tentorium dan
menekan tegmentum mesensefalon.
c. Herniasi ke bawah dari serebelum melalui foramen magnum dan menekan
medulla oblongata.
Dapat disebabkan oleh tumor serebelum, perdarahan serebelum dan sebagainya.
Ditentukan lateralisasi (pupil anisokor, hemiparesis) dan dibantu dengan pemeriksaan
penunjang
Tabel 2. Penyebab Struktural pada Kasus Penurunan Kesadaran
No
1
2
3
4
5
6

Penyebab struktural
Vascular

Keterangan
Perdarahan subarakhnoid, infark batang otak,

Infeksi
Neoplasma
Trauma
Herniasi
Peningkatan tekanan

infark kortikal bilateral


Abses, ensefalitis, meningitis
Primer atau metastasis
Hematoma, edema, kontusi hemoragik
Herniasi sentral, herniasi unkus, herniasi singuli
Proses desak ruang

intracranial
8

3.5 Diagnosis dan Diagnosis Banding Penurunan Kesadaran Metabolik dan Struktural
3.5.1 Diagnosis penurunan kesadaran
Diagnosis kesadaran menurun didasarkan atas:
-

Anamnesis
Dalam melakukan anamnesis perlu dicantumkan dari siapa anamnesis tersebut
didapat, biasanya anamnesis yang terbaik didapat dari orang yang selalu berada
bersama penderita. Untuk itu diperlukan riwayat perjalanan penyakit, riwayat trauma,
riwayat penyakit, riwayat penggunaan obat-obatan, riwayat kelainan kejiwaan. Dari
anamnesisini, seringkali menjadi kunci utama dalam mendiagnosis penderita dengan

kesadaran menurun.
Pemeriksaan fisik umum
Dalam melakukan pemeriksaan fisik umum harus diamati:
Tanda vital
Pemeriksaan tanda vital: perhatikan jalan nafas, tipe pernafasannya dan perhatikan
tentang sirkulasi yang meliputi: tekanan darah, denyut nadi dan ada tidaknya aritmia.
Bau nafas
Pemeriksa harus dapat mengidentifikasi foetor breath hepatic yang disebabkan penyakit
hati, urino smell yang disebabkan karena penyakit ginjal atau fruity smell yang

disebabkan karena ketoasidosis.


Pemeriksaan kulit
Pada pemeriksaan kulit, perlu diamati tanda-tanda trauma, stigmata kelainan hati dan
stigmata lainnya termasuk krepitasi dan jejas suntikan. Pada penderita dengan
trauma,kepala pemeriksaan leher itu, harus dilakukan dengan sangat berhati-hati atau
tidak boleh dilakukan jikalau diduga adanya fraktur servikal. Jika kemungkinan itu tidak
ada, maka lakukan pemeriksaan kaku kuduk dan lakukan auskultasi karotis untuk

mencari ada tidaknya bruit.


Kepala
Perhatikan ada tidaknya hematom, laserasi dan fraktur.
Leher
Perhatikan kaku kuduk dan jangan manipulasi bila dicurigai fraktur servikal (jejas,
kelumpuhan 4 ekstremitas, trauma di daerah muka).
Toraks/ abdomen dan ekstremitas
Perhatikan ada tidaknya fraktur.

Pemeriksaan fisik neurologisPemeriksaan fisik neurologis bertujuan menentukan


kedalaman koma secara kualitatif dan kuantitatif serta mengetahui lokasi proses koma.
Pemeriksaan neurologis meliputi derajat kesadaran dan pemeriksaan motorik.
Umum
- Buka kelopak mata menentukan dalamnya koma
- Deviasi kepala dan lirikan menunjukkan lesi hemisfer ipsilateral
- Perhatikan mioklonus (proses metabolik) , twitching otot berirama
(aktivitas seizure) atau tetani (spontan, spasmus otot lama).
Level kesadaran
Ditentukan secara kualitatif dan kuantitatif.
- Kualitatif (apatis, somnolen, delirium, spoor dan koma)
- Kuantitatif (menggunakan GCS)
Pupil
Diperiksa: ukuran, reaktivitas cahaya
- Simetris/ reaktivitas cahaya normal, petunjuk bahwa integritas mesensefalon
baik. Pupil reaksi normal, reflek kornea dan okulosefalik (-) , dicurigai suatu

koma metabolic
Mid posisi (2-5 mm), fixed dan irregular, lesi mesenfalon fokal
Pupil reaktif pint-point , pada kerusakan pons, intoksikasi opiat kolinergik.
Dilatasi unilateral dan fixed, terjadi herniasi.
Pupil bilateral fixed dan dilatasi, herniasi sentral, hipoksik-iskemi

global,keracunan barbiturat.
Funduskopi
Refleks okulosefalik ( dolls eye manuevre)
Refleks okulo vestibuler
Refleks kornea
Refleks muntah
Respons motorik
Refleks fisiologik dan patologik

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan gas darah, berguna untuk melihat oksigenasi di dalam darah, jugauntuk

melihat gangguan keseimbangan asam basa.


Pemeriksaan darah, meliputi darah perifer lengkap (DPL), keton, faal hati, faal ginjal

dan elektrolit.
Pemeriksaan toksikologi, dari bahan urine darah dan bilasan lambung.
Pemeriksaan khusus meliputi pungsi lumbal, CT scan kepala, EEG, EKG, foto toraks
dan foto kepala.

10

3.5.2 Diagnosis banding penurunan kesadaran karena metabolik dan struktural


Menentukan kelainan neurologi perlu untuk evaluasi dan manajemen penderita. Pada
penderita dengan penurunan kesadaran, dapat ditentukan apakah akibat kelainan struktur, toksik
atau metabolik. Pada koma akibat gangguan struktur mempengaruhi fungsi ARAS langsung atau
tidak langsung. ARAS merupakan kumpulan neuron polisinaptik yang terletak pada pusat
medulla, pons dan mesensefalon, sedangkan penurunan kesadaran karena kelainan metabolik
terjadi karena memengaruhi energy neuronal atau terputusnya aktivitas membran neuronal atau
multifaktor. Diagnosis banding dapat ditentukan melalui pemeriksaan pernafasan, pergerakan
spontan, evaluasi saraf kranial dan respons motorik terhadap stimuli.
-

Pola pernafasan
Mengetahui pola pernafasan akan membantu letak lesi dan kadang menentukan jenis
gangguan.
Respirasi cheyne stoke
Pernafasan ini makin lama makin dalam kemudian mendangkal dan diselingi apnoe.
Keadaan seperti ini dijumpai pada disfungsi hemisfer bilateral sedangkan batang
otak masih baik. Pernafasan ini dapat merupakan gejala pertama herniasi transtentorial.
Selain itu, pola pernafasan ini dapat juga disebabkan gangguan metabolik dan gangguan
jantung.

Respirasi hiperventilasi neurogen sentral


Pernafasan cepat dan dalam, frekuensi kira-kira 25 per menit. Dalam hal ini, lesi biasanya
pada tegmentum batang otak (antara mesensefalon dan pons). Ambang respirasi rendah,
pada pemeriksaan darah ada alkalosis respirasi, PCO2 arterial rendah, pH meningkat dan
ada hipoksia ringan. Pemberian O2 tidak akan mengubah pola pernafasan. Biasanya
didapatkan pada infark mesensefalon, pontin, anoksia atau hipoglikemia yang melibatkan

daerah ini dan kompresi mesensefalon karena herniasi transtentorial.


Respirasi apneustik
Terdapat inspirasi memanjang diikuti apnoe pada saat ekspirasi dengan frekuensi 1-1

per menit kemudian diikuti oleh pernafasan kluster.


Respirasi kluster
Ditandai respirasi berkelompok diikuti apnoe. Biasanya terjadi pada kerusakan pons

varolii.
Respirasi ataksik (irregular)
11

Ditandai oleh pola pernafasan yang tidak teratur, baik dalam atau iramanya. Kerusakan
terdapat di pusat pernafasan medulla oblongata dan merupakan keadaan preterminal.

Gambar 2. Pernapasan abnormal


-

Pergerakan spontan
Perlu melakukan observasi pasien waktu istirahat. Pergerakan abnormal seperti
twitching, mioklonus, tremor merupakan petunjuk gangguan toksik/ metabolik. Apabila
tampak pergerakan spontan dengan asimetrik (tungkai bawah rotasi keluar menunjukkan
defisit fokal motorik).
Komponen brain stem dari ARAS masih baik bila tampak mengunyah, berkedip dan

menguap spontan dan dapat membantu lokalisasi penyebab koma.


Pemeriksaan saraf cranial
Jika pada pemeriksaan saraf kranial (saraf okular) tampak asimetrik dicurigai lesi
struktural. Umumnya pasien koma dengan reflek brain stem normal maka menunjukkan
kegagalan

kortikal

difus

dengan

penyebab

metabolik.

Obat-obatan

seperti

barbiturat,diphenylhydantion, diazepam, antidepresan trisiklik dan intoksikasi etanol


dapat menekan refleks okular tetapi refleks pupil tetap baik. Impending herniasi ditandai
-

oleh pola pernafasan tidak teratur, pupil miosis dan refleks pupil menurun.
Repons motorik terhadap stimuli
Defisit fokal motorik biasanya menunjukkan kerusakan struktur,
dekortikasi/deserebrasi

dapat

terjadi

pada

kelainan

metabolik

sedangkan

toksik

atau

kerusakanstruktural. Gerakan-gerakan abnormal seperti tremor dan mioklonus sering


terjadi pada gangguan metabolik toksik.
3.6 Tatalaksana Penurunan Kesadaran
12

Prinsip pengobatan kesadaran dilakukan dengan cepat, tepat dan akurat, pengobatan dilakukan
bersamaan dalam saat pemeriksaan. Pengobatan meliputi dua komponen utama yaitu umum dan
khusus.
3.6.1 Umum
-

Tidurkan pasien dengan posisi lateral dekubitus dengan leher sedikit ekstensi bila tidak
ada kontra indikasi seperti fraktur servikal dan tekanan intrakranial yang meningkat.

Posisi trendelenburg baik sekali untuk mengeluarkan cairan trakeobronkhial, pastikan


jalan nafas lapang, keluarkan gigi palsu jika ada, lakukan suction didaerah nasofaring jika
diduga ada cairan.

Lakukan imobilisasi jika diduga ada trauma servikal, pasang infus sesuai dengan
kebutuhan bersamaan dengan sampel darah.

Pasang monitoring jantung jika tersedia bersamaan dengan melakukanelektrokardiogram


(EKG).

Pasang nasogastric tube, keluarkan isi cairan lambung untuk mencegah aspirasi,lakukan
bilas lambung jika diduga ada intoksikasi. Berikan tiamin 100 mg iv, berikan destrosan
100 mg/kgbb. Jika dicurigai adanya overdosis opium/ morfin, berikan nalokson 0,01
mg/kgbb setiap 5-10 menit sampai kesadaran pulih (maksimal 2 mg).

3.6.2 Khusus

Pada herniasi
Pasang ventilator lakukan hiperventilasi dengan target PCO2 : 25-30 mmHg.
Berikan manitol 20 % dengan dosis 1-2 gr/ kgbb atau 100 gr iv. Selama 10-20 menit

kemudian dilanjutkan 0,25-0,5 gr/kgbb atau 25 gr setiap 6 jam.


Edema serebri karena tumor atau abses dapat diberikan deksametason 10 mg iv lanjutkan 46 mg setiap 6 jam.
13

Jika pada CT scan kepala ditemukan adanya CT yang operabel seperti epidural hematom,
konsul bedah saraf untuk operasi dekompresi.

Pengobatan khusus tanpa herniasi


Ulang pemeriksaan neurologi yang lebih teliti.
Jika pada CT scan tak ditemukan kelainan, lanjutkan dengan pemeriksaan pungsi
lumbal (LP) . Jika LP positif adanya infeksi berikan antibiotik yang sesuai. Jika
LP positif adanya perdarahan terapi sesuai dengan pengobatan perdarahan
subarakhnoid.

14

You might also like