Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Penurunan kesadaran merupakan kasus gawat darurat yang sering dijumpai
dalam praktek sehari-hari. Berdasarkan hasil pengumpulan data Rumah Sakit Pendidikan dr.
Piringadi, para peneliti memperkirakan bahwa terdapat 3% kasus dengan penurunan kesadaran
atau komad a r i 10% jumlah kasus kegawatdaruratan neurologi di Rumah Sakit dr. Piringadi1.
Kesadaran ditentukan oleh kondisi pusat kesadaran yang berada di kedua hemisfer
serebridan Ascending Reticular Activating System (ARAS). Jika terjadi kelainan pada kedua
sistem ini, baik yang melibatkan sistem anatomi maupun fungsional akan mengakibatkan
terjadinya penurunan kesadaran dengan berbagai tingkatan. Ascending Reticular Activating
System merupakan suatu rangkaian atau network system yang dari kaudal berasal dari medulla
spinalis menuju rostral yaitu diensefalon melalui brain stem sehingga kelainan yang mengenai
lintasan ARAS tersebut berada diantara medulla, pons, mesencephalon menuju ke sub thalamus,
hipothalamus,
thalamus
Neurotransmiter yang
dan
berperan
akan
pada
menimbulkan
ARAS
antara
penurunan
lain
derajat
kesadaran.
neurotransmiter
kolinergik,
monoaminergik dan gamma aminobutyric acid (GABA). Respon gangguan kesadaran pada
kelainan di ARAS ini merupakan kelainan yang berpengaruh kepada sistem arousal yaitu respon
primitif yang merupakan manifestasi rangkaian inti-inti di batang otak dan serabut-serabut saraf
pada susunan saraf.
Korteks serebri merupakan bagian yang terbesar dari susunan saraf pusat di mana kedua
korteks ini berperan dalam kesadaran akan diri terhadap lingkungan atau input-input rangsangan
sensoris, hal ini disebut juga sebagai awareness. Pada tutorial ini akan dibahas mengenai definisi
penurunan kesadaran, bahaya penurunan kesadaran, patofisiologi , diagnosis serta diagnosis
penurunan kesadaran akibat metabolik dan struktural dan tatalaksana penurunan kesadaran yang
terbagi atas tatalaksana baik umum maupun khusus.
BAB II
ILUSTRASI KASUS
ANAMNESIS
Seorang laki-laki usia 50 tahun datang diantar oleh keluarga ke RSUD Cianjur dengan
keluhan lemah tubuh sebelah kiri sejak 1 hari SMRS, tubuh pasien terasa lemas secara mendadak
saat akan ke kamar mandi dan tidak dapat digerakkan, pasien sempat tidak tersadar 2 menit,
namun tersadar kembali, tampak gelisah, nyeri kepala seperti di tusuk-tusuk, muntah (-), bicara
pelo (-), kejang (-), pusing (-), trauma (-), demam (-), pandangan berbayang (-), baal di sekitar
mulut (-), tersedak (-),nafsu makan baik, BAB dan BAK lancar.
Riwayat hipertensi sejak 5 tahun, DM (-), penyakit jantung (-). Pasien berobat hipertensi
tidak teratur. Pasien tidak merokok, minum kopi, minuman bersoda dan jarang mengkonsumsi
goreng-gorengan, daging, jeroan, emping.
PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran : Somnolen
GCS
: E2 M6 V4 = 12
SO: reflek cahaya +/+, pupil bulat isokor diameter 3 mm ODS, GBM baik ke segala arah,
wajah parese N VII kiri sentral, parese N.XII kiri sentral.
Motorik : 5
fokal/lateralisasi disertai dengan kaku kuduk; dan gangguan kesadaran disertai dengan kelainan
fokal.
3.2.1 Gangguan kesadaran tanpa disertai kelainan fokal dan kaku kuduk
1. Gangguan iskemik
2. Gangguan metabolik
3. Intoksikasi.
Infeksi sistemis.
Hipertermia.
Epilepsi
3.2.2 Gangguan kesadaran tanpa disertai kelainan fokal tapi disertai kaku kuduk
1. Perdarahan subarakhnoid
2. Radang selaput otak
3. Radang otak
3.2.3 Gangguan kesadaran dengan kelainan fokal
1.
2.
3.
4.
Tumor otak
Perdarahan otak
Infark otak
Abses otak
penurunan kesadaran, gangguan terbagi menjadi dua, yakni gangguan derajat (kuantitas, arousal ,
wake fulness) kesadaran dan gangguan isi (kualitas, awareness, alertness) kesadaran. Adanya lesi
yang dapat mengganggu interaksi ARAS dengan korteks serebri, apakah lesi supratentorial,
subtentorial dan metabolik akan mengakibatkan menurunnya kesadaran
metabolik
primer Penyakit
degenerasi
serebri
yang
menyebabkan
elektrolit ataupun keracunan. Pada koma metabolik ini biasanya ditandai dengan
gangguan system motorik simetris dan tetap utuhnya refleks pupil (kecuali pasien
mempergunakan glutethmide atau atropin), juga utuhnya gerakan-gerakan ekstraokuler
(kecuali pasien mempergunakan barbiturat)
1. Tes darah biasanya abnormal, lesi otak unilateral tidak menyebabkan stupor dan koma.
Jika tidak ada kompresi ke sisi kontralateral batang otak lesi setempat pada
otak menimbulkan koma karena terputusnya ARAS. Sedangkan koma pada gangguan
metabolik terjadi karena pengaruh difus terhadap ARAS dan korteks serebri
Tabel 1. Penyebab Metabolik atau Toksik pada Kasus Penurunan Kesadaran
No
Keterangan
Sistemik
Elektrolit imbalance
2
3
4
5
6
7
Endokrin
Vaskular
Toksik
Nutrisi
Gangguan metabolik
Gagal organ
Penyebab struktural
Vascular
Keterangan
Perdarahan subarakhnoid, infark batang otak,
Infeksi
Neoplasma
Trauma
Herniasi
Peningkatan tekanan
intracranial
8
3.5 Diagnosis dan Diagnosis Banding Penurunan Kesadaran Metabolik dan Struktural
3.5.1 Diagnosis penurunan kesadaran
Diagnosis kesadaran menurun didasarkan atas:
-
Anamnesis
Dalam melakukan anamnesis perlu dicantumkan dari siapa anamnesis tersebut
didapat, biasanya anamnesis yang terbaik didapat dari orang yang selalu berada
bersama penderita. Untuk itu diperlukan riwayat perjalanan penyakit, riwayat trauma,
riwayat penyakit, riwayat penggunaan obat-obatan, riwayat kelainan kejiwaan. Dari
anamnesisini, seringkali menjadi kunci utama dalam mendiagnosis penderita dengan
kesadaran menurun.
Pemeriksaan fisik umum
Dalam melakukan pemeriksaan fisik umum harus diamati:
Tanda vital
Pemeriksaan tanda vital: perhatikan jalan nafas, tipe pernafasannya dan perhatikan
tentang sirkulasi yang meliputi: tekanan darah, denyut nadi dan ada tidaknya aritmia.
Bau nafas
Pemeriksa harus dapat mengidentifikasi foetor breath hepatic yang disebabkan penyakit
hati, urino smell yang disebabkan karena penyakit ginjal atau fruity smell yang
koma metabolic
Mid posisi (2-5 mm), fixed dan irregular, lesi mesenfalon fokal
Pupil reaktif pint-point , pada kerusakan pons, intoksikasi opiat kolinergik.
Dilatasi unilateral dan fixed, terjadi herniasi.
Pupil bilateral fixed dan dilatasi, herniasi sentral, hipoksik-iskemi
global,keracunan barbiturat.
Funduskopi
Refleks okulosefalik ( dolls eye manuevre)
Refleks okulo vestibuler
Refleks kornea
Refleks muntah
Respons motorik
Refleks fisiologik dan patologik
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan gas darah, berguna untuk melihat oksigenasi di dalam darah, jugauntuk
dan elektrolit.
Pemeriksaan toksikologi, dari bahan urine darah dan bilasan lambung.
Pemeriksaan khusus meliputi pungsi lumbal, CT scan kepala, EEG, EKG, foto toraks
dan foto kepala.
10
Pola pernafasan
Mengetahui pola pernafasan akan membantu letak lesi dan kadang menentukan jenis
gangguan.
Respirasi cheyne stoke
Pernafasan ini makin lama makin dalam kemudian mendangkal dan diselingi apnoe.
Keadaan seperti ini dijumpai pada disfungsi hemisfer bilateral sedangkan batang
otak masih baik. Pernafasan ini dapat merupakan gejala pertama herniasi transtentorial.
Selain itu, pola pernafasan ini dapat juga disebabkan gangguan metabolik dan gangguan
jantung.
varolii.
Respirasi ataksik (irregular)
11
Ditandai oleh pola pernafasan yang tidak teratur, baik dalam atau iramanya. Kerusakan
terdapat di pusat pernafasan medulla oblongata dan merupakan keadaan preterminal.
Pergerakan spontan
Perlu melakukan observasi pasien waktu istirahat. Pergerakan abnormal seperti
twitching, mioklonus, tremor merupakan petunjuk gangguan toksik/ metabolik. Apabila
tampak pergerakan spontan dengan asimetrik (tungkai bawah rotasi keluar menunjukkan
defisit fokal motorik).
Komponen brain stem dari ARAS masih baik bila tampak mengunyah, berkedip dan
kortikal
difus
dengan
penyebab
metabolik.
Obat-obatan
seperti
oleh pola pernafasan tidak teratur, pupil miosis dan refleks pupil menurun.
Repons motorik terhadap stimuli
Defisit fokal motorik biasanya menunjukkan kerusakan struktur,
dekortikasi/deserebrasi
dapat
terjadi
pada
kelainan
metabolik
sedangkan
toksik
atau
Prinsip pengobatan kesadaran dilakukan dengan cepat, tepat dan akurat, pengobatan dilakukan
bersamaan dalam saat pemeriksaan. Pengobatan meliputi dua komponen utama yaitu umum dan
khusus.
3.6.1 Umum
-
Tidurkan pasien dengan posisi lateral dekubitus dengan leher sedikit ekstensi bila tidak
ada kontra indikasi seperti fraktur servikal dan tekanan intrakranial yang meningkat.
Lakukan imobilisasi jika diduga ada trauma servikal, pasang infus sesuai dengan
kebutuhan bersamaan dengan sampel darah.
Pasang nasogastric tube, keluarkan isi cairan lambung untuk mencegah aspirasi,lakukan
bilas lambung jika diduga ada intoksikasi. Berikan tiamin 100 mg iv, berikan destrosan
100 mg/kgbb. Jika dicurigai adanya overdosis opium/ morfin, berikan nalokson 0,01
mg/kgbb setiap 5-10 menit sampai kesadaran pulih (maksimal 2 mg).
3.6.2 Khusus
Pada herniasi
Pasang ventilator lakukan hiperventilasi dengan target PCO2 : 25-30 mmHg.
Berikan manitol 20 % dengan dosis 1-2 gr/ kgbb atau 100 gr iv. Selama 10-20 menit
Jika pada CT scan kepala ditemukan adanya CT yang operabel seperti epidural hematom,
konsul bedah saraf untuk operasi dekompresi.
14