Professional Documents
Culture Documents
WARTA
IHP
Warta IHP
Vol. 32
No.2
Hal 45--82
Bogor,
Desember 2015
ISSN
0215-1243
Halaman | i
ISSN 0215-1243
VOL 32 No. 2 Desember 2015 Hal 45 82
Officially incharge
Chief Editor
rizalams@yahoo.com
Anggota Dewan Redaksi Dr. Ir. Y. Aris Purwanto, M.Sc (Postharvest Technology)
Editorial board
Ning Ima Arie Wardayanie, S.T.P., M.PharmSc. (Kimia Pangan, Analisis Kimia,
Pangan Fungsional) Balai Besar Industri Agro, Jl. Ir. H. Juanda No. 11 Bogor 16122;
ni_arie@yahoo.com
Mitra Bestari
Prof. Dr. Ono Suparno, S.T.P, M.T. (Teknologi Proses Industri Pertanian)
Peer Reviewer
Prof. Dr. Ir. Sutrisno Mardjan, M.Agr. (Teknik Biosistem dan Teknik Pasca
Panen) Department of Mechanical and Bio-System Engineering, Fakultas Teknologi
Pertanian, Institut Pertanian Bogor; kensutrisno@yahoo.com
Prof. Dr. Ir. Purwiyatno Hariyadi, M.Sc. (Food Processing and Engineering,
Food Process and Engineering Laboratory)
Department of Food Science and Technology, Faculty of Agricultural Engineering and
Technology, Bogor Agricultural University. PO Box 220 Bogor 16110; hariyadi@seafast.org,
phariyadi@ipb.ac.id
Redaksi Pelaksana
Copyeditor
Desain Grafis
Graphic Design
Sekretariat
Secretariat
ALAMAT:
Balai Besar Industri Agro (BBIA),
Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri (BPKIMI), Kementerian Perindustrian
Jl. Ir. H. Juanda No. 11, Bogor 16122 Tel.: 0251 8324068; Fax.: 0251 8323339 e-mail : warta.ihp@gmail.com
Halaman | ii
ISSN 0215-1243
VOL 32 No. 2 Desember 2015 Hal 45 82
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul .............................................................................................................
Daftar Isi .....................................................................................................................
Kata Pengantar ............................................................................................................
Lembar Abstrak ...........................................................................................................
i
ii
iii
iv
Formulasi Margarin dan Cokelat Tabur Berbahan Minyak Sawit dan Minyak Inti
Sawit menjadi Produk Olesan untuk Roti Tawar
Hasrul Abdi Hasibuan dan Aga Prima Hardika ...............................................................
45-50
Pengaruh Variasi Komposisi Lemak Cokelat, Olein Sawit dan Minyak Ikan Patin
terhadap Kandungan Nutrisi Cokelat Oles
Nami Lestari, Mirna Isyanti dan Aries Wibisono ............................................................
51-61
Peningkatan Proses Ekstraksi Minyak Biji Mimba (Neem Seed Oil) dan Purifikasinya
Tiurlan Farida Hutajulu dan Nobel Christian Siregar ................................................
62-67
Proses Delignifikasi Limbah Pasar untuk Produksi Bioetanol
Enny Hawani Loebis, Yuliasri Ramadhani Meutia, dan Lukman Junaidi ...........................
68-74
Pembuatan Nata dari bahan Baku Air dengan Perlakuan Konsentrasi Nutrisi dan
Mikroba
Rizal Alamsyah dan Enny Hawani Loebis ......................................................................
75-82
x
xi
xii
xix
Halaman | iii
ISSN 0215-1243
VOL 32 No. 2 Desember 2015 Hal 45 82
KATA PENGANTAR
Warta IHP adalah majalah ilmiah Balai Besar Industri Agro (BBIA), Badan Penelitian dan
Pengembangan Industri (BPPI), Kementerian Perindustrian, yang diterbitkan dua kali dalam
setahun.
Warta IHP mempublikasikan hasil penelitian dan ulasan/ review dibidang industri agro (sains dan
teknologi pangan, teknologi industri pertanian, kemurgi dan minyak asiri, rekayasa peralatan,
mikrobiologi pangan, energi terbarukan, analisis kimia, dan teknik pangan (food engineering)).
Dalam penerbitan Warta IHP Volume 32 No. 2 Desember 2015 ini menyajikan 5 (lima) karya tulis
ilmiah yang merupakan hasil litbang, yaitu: (1) Formulasi Margarin dan Cokelat Tabur Berbahan
Minyak Sawit dan Minyak Inti Sawit menjadi Produk Olesan untuk Roti Tawar; (2) Pengaruh Variasi
Komposisi Lemak Cokelat, Olein Sawit dan Minyak Ikan Patin terhadap Kandungan Nutrisi Cokelat
Oles; (3) Peningkatan Proses Ekstraksi Minyak Biji Mimba (Neem Seed Oil) dan Purifikasinya; (4)
Proses Delignifikasi Limbah Pasar untuk Produksi Bioetanol; dan (5) Pembuatan Nata dari bahan
Baku Air dengan Perlakuan Konsentrasi Nutrisi dan Mikroba.
Kami mengharapkan kritik dan saran para pembaca agar dapat meningkatkan kualitas majalah
ilmiah ini.
Demikian semoga majalah ilmiah ini menjadi sumber informasi dan pengetahuan yang bermanfaat
bagi pembaca dan pelaku industri.
Dewan Redaksi
Halaman | iv
ISSN 0215-1243
VOL 32 No. 2 Desember 2015 Hal 45 82
LEMBAR ABSTRAK
Margarin dan cokelat tabur (meses) sering digunakan secara bersamaan sebagai selai untuk menambah cita
rasa pada roti tawar. Secara komersial, kedua produk tersebut dikemas secara terpisah, dengan demikian
penelitian ini dilakukan untuk memformulasi margarin dan meses menjadi satu produk olesan. Margarin
dibuat dengan mencampurkan antara fase lemak (palm oil, palm stearin dan red palm oil pada rasio 70:25:5),
flavor, lesitin, BHA & BHT) dan fase air (air dan garam) yang didinginkan pada suhu 4 C dan diaduk hingga
homogen. Setelah margarin membentuk kristal semi padat, sejumlah meses yang terbuat dari cocoa butter
substitute, gula dan cocoa powder ditambahkan ke dalamnya dengan konsentrasi 5-50% b/b terhadap
margarin. Produk di-tempering pada suhu 18-22 C selama 2x24 jam kemudian dipindah ke ruangan suhu
28-30 C. Mutu produk dianalisa meliputi kadar lemak, air, karoten dan gizi serta uji organoleptiknya.
Hasilnya adalah produk berbentuk semi padat dengan tekstur lunak dan berwarna kuning kecokelatan.
Semakin banyak cokelat tabur membuat kadar lemak, air dan karoten pada margarin menurun sementara
warna semakin cokelat. Hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah cokelat tabur
memberikan tingkat kesukaan panelis relatif tinggi terhadap tekstur, rasa, warna dan bentuk. Produk yang
paling disukai oleh panelis adalah campuran cokelat tabur sebanyak 40-50 %.
Kata kunci: margarin, cokelat tabur, karoten, minyak sawit, minyak inti sawit
namilestari65@gmail.com
Ikan patin merupakan salah satu hasil perikanan yang cukup berpotensi dikembangkan di Indonesia. Minyak
ikan patin memiliki kandungan asam lemak esensial (omega 3, omega 6, omega 9) dan vitamin D yang cukup
tinggi. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kandungan nutrisi suatu produk pangan salah
satunya cokelat oles. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat produk cokelat oles yang lebih kaya nutrisi
dan bermutu baik dengan menentukan formulasi penambahan minyak ikan patin sebagai salah satu bahan
utama penyusun selain lemak cokelat dan olein sawit serta dengan menentukan teknologi yang tepat dalam
proses pembuatan cokelat oles berdasarkan tingkat kesukaan masyarakat. Penelitian ini dibagi menjadi
empat tahap yaitu pembuatan minyak ikan patin, analisis bahan baku, pembuatan cokelat oles, serta uji
karakteristik fisik dan kimia produk cokelat oles yang dibuat. Cokelat oles dibuat dengan dua variabel
perlakuan yaitu perbandingan komposisi lemak cokelat, olein sawit dan minyak ikan patin serta teknologi
Halaman | v
ISSN 0215-1243
VOL 32 No. 2 Desember 2015 Hal 45 82
Minyak mimba (neem seed oil) dapat dimanfaatkan dalam bidang kosmetika antara lain: sabun antiseptik,
shampoo, krim lulur, dan lotion anti-serangga. Minyak mimba dapat diperoleh dengandi press ataupun
diekstrak menghunakan heksan. Rendemen minyak mimba dengan cara pengepresan relatif lebih sedikit
Sehingga dilakukan pengembangan ekstraksi minyak mimba dengan pengukusan biji mimba selama 30 menit
untuk membuka sel-sel dari jaringan minyak sebelum dilakukan hydroulic press dan screw press. Kemudian
dilakukan penjernihan minyak dengan bleaching earth dan arang aktif sehingga diperoleh minyak yang lebih
jernih. Pada penelitian ini dilakukan 2 (dua) tahap yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian lanjutan.
Penelitian pendahuluan dibagi 2 (dua) tahap yaitu tahap ke-1, persiapan bahan baku dengan cara pemisahan
kulit biji mimba dan penggilingan sehingga bubuk. Tahap ke-2, proses pengukusan bubuk biji mimba selama
30 menit dan dikeringkan dioven 50oC selama 30 menit kemudian di ekstrak dengan cara hydroulic press dan
screw press. Pada penelitian lanjutan, purifikasi minyak dengan arang aktif dan silikat (bleaching earth) untuk
memperoleh minyak mimba yang lebih jernih. Hasil penelitian diperoleh rendemen minyak tertinggi dengan
cara kukus sekitar 22 % serta hasil purifikasi/penjernihan minyak diperoleh warna minyak lebih jernih.
Minyak mimba diesterifikasi dan dianalisis menggunakan Gas chromatography (GC) Hasil analisis minyak
dengan gas kromatografi diperoleh dua komponen tertinggi yaitu senyawa eugenol dan asam palmitat.
Kata kunci : biji mimba, ekstraksi, purifikasi, press hidroulik, bleaching earth
Halaman | vi
ISSN 0215-1243
VOL 32 No. 2 Desember 2015 Hal 45 82
Limbah organik pasar merupakan sumber biomassa yang cukup penting untuk dimanfaatkan menjadi
bioetanol. Salah satu permasalahan dalam produksi bioethanol dari biomassa adalah adanya kandungan
lignin yang sulit untuk diuraikan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari proses delignifikasi limbah
pasar untuk produksi bioetanol. Tahapan proses produksi bioetanol yang diamati meliputi proses
delignifikasi serta hidrolisis enzimatis dan fermentasi. Hasil penelitian menunjukkan proses delignifikasi
pada sabut kelapa dapat menurunkan kadar lignin sebesar 21,64 %. Proses fermentasi simultan
menggunakan Trichoderma pada sabut kelapa menghasilkan bioetanol 0,07 % pada hari ke-4 dan hari ke-5.
Fermentasi simultan menggunakan P. nalgiovense S11, menghasilkan bioetanol mulai pada hari ke-3, dan
cenderung terjadi peningkatan sampai hari ke-5. Fermentasi simultan menggunakan P. nalgiovense S11
menghasilkan kadar bioetanol, untuk sabut kelapa maksimum 1,07%; kulit jagung maksimum 1%, dan
tongkol jagung maksimum 5,51 %. Pada fermentasi terpisah menggunakan P. nalgiovense S11, pembentukan
bioetanol untuk kulit jagung dan jerami terjadi pada hari ke-4 dan ke-5 maksimum 0,8%. Secara keseluruhan,
bioetanol yang terbentuk dari proses fermentasi simultan lebih besar daripada proses fermentasi terpisah.
Kata kunci: limbah organik, delignifikasi, hidrolisis enzimatis, fermentasi, bioetanol
Masalah dalam produksi nata de coco adalah keterbatasan air kelapa sebagai bahan baku. Kendala lain adalah
bahwa air kelapa tidak dapat disimpan untuk waktu yang lama yang diakibatkan kerusakan nutrisi dalam air
kelapa oleh mikroba. Penelitian ini bertujuan untuk menilai efek dari mikroba dan konsentrasi nutrisi pada
produksi nata dengan menggunakan air tawar sebagai bahan baku. Produksi nata dengan menggunakan
substrat air dilakukan dengan menambahkan gula sukrosa (gula) 10%, urea 0,5%, asam glacial asetat 2 %
atau cuka dapur 25% sebanyak 16 ml / liter air kelapa. Nata pembuatan dilakukan melalui tahapan sebagai
berikut: peremajaan kultur A. xylinum, preparasi substrat, preparasi starter, fermentasi, pemanenan produk,
dan evaluasi hasil. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa jenis air yang memberikan kualitas terbaik
berasal dari air mineral dengan pendidihan terlebih dahulu. Hasil yang sama juga menunjukkan dari nata
berasal dari air sumur. Kekurangan nata de coco yang dihasilkan dari air adalah rendemen yang lebih rendah
dibandingkan dengan nata yang dihasilkan dari media air kelapa. Karakteristik lain dari nata yang dihasilkan
dari air adalah elastisitas produk yang sama, kadar abu yang rendah, dan warna putih.
Kata kunci: nata de coco, air kelapa, air tawar, mikroba
Halaman | vii
ISSN 0215-1243
VOL 32 No. 2 Desember 2015 Hal 45 82
Formulation of Margarine and Chocolate Sprinkles Made With Palm Oil and Palm
Kernel Oil into Spread Product for White Bread
Hasrul Abdi Hasibuan dan Aga Prima Hardika
Kelompok Peneliti. Pengolahan Hasil dan Mutu, Pusat Penelitian Kelapa Sawit,
Jl. Brigjend Katamso No.51, Medan, Telp: 061 7862477
hasibuan_abdi@yahoo.com
Margarine and chocolate sprinkles (meises) are often used simultaneously as spread for increasing taste of
white bread. Commercially, both of the product are packaged separately, therefore this research was
conducted to formulate margarine and mesises become one spread product. Margarine was prepared by
mixing the oil phase (palm oil, palm stearin and red palm oil at ratio 70:25:5, flavour, lecithin, BHA&BHT) and
the water phase (water and salt) and then were chilled using cooling media at 4 C and stirred until
homogeneous. After the margarine form semi solid crystal then chocolate sprinkles made with cocoa butter
substitute, sugar and cocoa powder was added at different percentage 5 to 50% (w/w of the margarine) and
were mixed well. The product was tempered at 18-20 C for 2x24 hours and then kept at room temperature
(28-30 C). The quality of products were analyzed of the fat, water, carotene, nutritional content and
organoleptic test. The results were products with semi solid form, soft texture and yellowish brown color.
The higher the concentration of chocolate sprinkles in product provide fat content, water content and
carotene content decreased while brown color increased. The result of organoleptic test was shown that the
increase of the concentration of chocolate sprinkles the higher the preference of the panelists on texture,
taste, color and form. Adding 40-50 % chocolate sprinkles was the most prefered by panelysts.
Keywords: margarine, chocolate sprinkles, carotene, palm oil, palm kernel oil
The Effects of Cocoa Butter, Palm Olein and Catfish Oil Composition Variation
on The Nutritional Value of Chocolate Spread
Nami Lestari1), Mirna Isyanti1), dan Aries Wibisono2)
1)Balai Besar Industri Agro (BBIA),
Jl. Ir. H. Juanda No.11 Bogor 16122
2)Mahasiswa S1 Universitas Pakuan dan Staf BBIA
namilestari65@gmail.com
Catfish is one of Indonesian fishery products which have the potential to be developed. The amount of
essential fatty acids (omega 3, omega 6), omega 9 and vitamin D in catfish oil are quite high. They can be used
to increase the nutritional value of a food product such as chocolate spread. The purpose of this research is to
determine the appropriate formula of catfish oil, palm olein and cocoa butter as ingredients chocolate
spread and its processing technology to produce a chocolate spread with a good quality and having high
nutritive value based preference level of society. The research was divided into four phases, the
manufacture of catfish oil, analysis of raw materials, manufacture of chocolate spread, and analysis of the
physical and chemical characteristics of chocolate spread products. Chocolate spread was made with
tobservation of two treatment variables. The first is composition ratio of cocoa butter, palm olein and
catfish oil. The second is a processing technology to produce the chocolate spread. The composition ratio (%)
were (1) 40: 60 : 0 ; (2) 40 : 50 : 10 ; (3) 40 : 40 : 20 and (4) 40 : 30 : 30 . The processing technology use were
mixer + waterbath, 1 hour ball mill, and 2 hours ball mill. Chocolate spread was further tested
organoleptically. Then the selected spread was tested for the nutritional content. The best chocolate spread
Halaman | viii
ISSN 0215-1243
VOL 32 No. 2 Desember 2015 Hal 45 82
Neem oil (neem seed oil) can be utilized in the field of cosmetics, among others: antiseptic soap, shampoo,
cream scrub , and anti-insect lotion. Neem oil can be obtained by means of pressing or extracted with hexane.
The yield of oil from pressed neem seed is relatively less. Therefore it was conducted to develope of neem oil
extraction to increase oil yield by steaming of neem seed for 30 minutes to open the cells of the tissue prior
to pressing by hydroulic oil press and a screw press. Then purification was conducted using bleaching earth
and activated charcoal in order to obtain clearer neem seed oil. In this research, two (2) phases of research
Preliminary research conducted two (2) phases: 1st, preparation of raw materials by means of the separation
of the skin from neem seeds and grinding to powder. Phase 2, steaming process neem seed powder for 30
minutes and dried 50 C oven for 30 minutes ,then extract the oil by means hydroulic pressed and screw
press. On further research, oil purification with active charcoal and silicate (bleaching earth) to obtain a
clearerneem oil. The results obtained by the highest oil yield by means of steam around 22% and the results
of purification was clearer oil colors. Neem seed oil was esterified and analyzed by using Gas
Chromatography. Oil analysis resulted by gas chromatography showed two main components namely
eugenol and palmitic acid.
Keywords : neem seed, extraction, purification, hydraulic press, bleaching earth.
Biomass waste from market-place is an important source to be utilized in bioethanol production. One of the
problems in the production of bioethanol from biomass is the lignin content that is difficult to degradate. This
research aims to study the process of delignification of biomass waste for bioethanol production. Bioethanol
production process observed consist of: delignification processes, enzymatic hydrolysis and fermentation.
The results showed delignification process in coco-husk can lower lignin content by 21.64%. The
simultaneous fermentation process using Trichoderma on coconut fiber produce bioethanol 0.07% on day 4
and day 5. The simultaneous fermentation using P. nalgiovense S11, produce bioethanol started on the 3rd
day of fermentation, and tends to increase until day 5. The simultaneous fermentation using P. nalgiovense
Halaman | ix
ISSN 0215-1243
VOL 32 No. 2 Desember 2015 Hal 45 82
Production Bacterial Celllulose from Fresh Water with Nutritional and Microbial
Treatment
Rizal Alamsyah dan Enny Hawani Loebis
Balai Besar Industri Agro (BBIA),
Jl. Ir. H. Juanda No.11 Bogor 16122
rizalams@kemenperin.go.id; rizalams@yahoo.com
The problems of production of nata de coco is the limition of coconut water as a raw material. The other
constrain relates to the coconut water storage for a long time causes damage to the nutrients contained in
coconut water by microbes. This study aimed to assess the effect of microbial and nutrition consentration on
the production of nata using fresh water as raw materials. Production of Nata by using water substrate is
done by adding the sugar sucrose (sugar) 10%, urea 0.5%, 2% glacial acetic acid or vinegar kitchen 25% as
much as 16 ml / liter of coconut water. Nata -making process through the following stages: maintenance and
rejuvenation of culture A. xylinum, substrate preparation, preparation starter, fermentation, harvesting,
processing the results. From research conducted, it can seen that the type of water that result in the best
quality mineral water that is heated to boiling, but these results are also not significantly different from that
grown on media nata well water. In general, lack of nata de coco with medium amount of water contained in
the resulting rendemen which is lower when compared to the coconut water media. Besides elasticity is not
significantly different, lower ash content, and the resulting color is more white. nowdays people tend to
substitute such raw materilas to other raw materials.
Keywords: nata de coco, coconut water, fresh water, microbes
Riwayat Naskah:
Diterima 01,2015
Direvisi 02, 2015
Disetujui 08, 2015
Citation:Hasibuan, H. A. & Hardika, A.P. (2015) Formulasi Margarin dan Cokelat Tabur menjadi Produk Olesan Berbahan Minyak Sawit dan Minyak Inti
Sawit.Warta IHP, 32(2), 45-50
Halaman | 46
1. Pendahuluan
Margarin adalah produk lemak setengah padat
yang merupakan emulsi air di dalam lemak yang
stabilitasnya meningkat dengan penambahan
emulsifier (Zaeroomali et al. 2014). Margarin
mengandung lemak, air dan bahan lainnya meliputi
lesitin, cita rasa, aroma, garam, pewarna, vitamin A
dan vitamin E (Basiron et al. 2000; Berger & Idris,
2005; Hasibuan et al. 2009). Pembuatan margarin
dilakukan dengan cara membuat emulsi antara fase
minyak dan fase air yang dikristalkan dengan
proses teksturisasi. Kekhasan dari produk margarin
adalah warna kekuningan berasal dari zat pewarna
baik alami maupun sintetik yang ditambahkan ke
dalam formula. Zat pewarna alami yang umum
digunakan adalah konsentrat karoten (Jatmika,
1997; Hasibuan, 2009).
Awalnya, margarin dibuat dengan menggunakan
lemak hewani kemudian beralih ke lemak nabati
non tropis seperti minyak kedelai, jagung, atau
bunga matahari terhidrogenasi agar teksturnya
semi padat. Sayangnya, margarin yang mengandung
minyak terhidrogenasi mengandung sejumlah asam
lemak trans (ALT) yang berbahaya bagi kesehatan
(Berger & Idris, 2005). Meskipun demikian, proses
hidrogenasi masih dapat digunakan namun
terbentuknya ALT harus diminimalisisr dengan
cara hidrogenasi total/penuh atau sempurna (Jang
et al. 2005). Beberapa peneliti telah menganalisa
kadar ALT pada margarin diantaranya Sughara et
al. 2006 melaporkan ALT pada margarin lokal yang
beredar di Jepang sebesar 2,9-22,4%. Butt & Sultan,
2009 melaporkan kadar ALT pada margarin yang
beredar di Argentina sebesar 18,15-31,84%. Naz et
al. 2012 melaporkan ALT pada margarin yang
beredar di Pakistan sebesar 1,56-23,99%.Siahaan &
Sinaga, 2014 melaporkan dua dari delapan sampel
margarin yang beredar di Indonesia mengandung
ALT sebesar 0,11-0,5%.
Oleh karena itu, penggunaan lemak alternatif
yang tidak mengandung ALT sangat diperlukan
dalam pembuatan margarin. Fraksi minyak sawit
(palm oil, palm stearin dan palm olein)dan fraksi
minyak inti sawit(palm kernel oil, palm kernel olein
dan palm kernel stearin) merupakan jenis lemak
yang sangat baik digunakan sebagai bahan baku
margarin(Basiron et al. 2000; Hasibuan et al. 2009;
Sahri & Idris, 2010). Selain dari fraksi-fraksi
tersebut, Jatmika, 1997 menggunakan minyak sawit
merah (red palm oil, RPO) dalam formulasi
margarin sebagai pemberi warna kekuningan dan
pro-vitamin A. Menurut Rice & Burns, 2010 dan
Ayeleso et al. 2012 bahwa RPO mengandung
sejumlah fitonutrien meliputi karoten (pro-vitamin
A) dan tokoferol & tokotrienol (vitamin E) dalam
jumlah tinggi yang berguna untuk kesehatan.
Margarin sering diaplikasikan dalam produk
makanan sebagai selai pada roti tawar untuk
Tabel 1
Formula margarin
Bahan adonan
Minyak
Air
Garam
Lesitin
Flavour
BHA&BHT
Persentasi
82
15,5
2
0,3
0,2
0,01
Tabel 2
Formula produk olesan dari margarin dan cokelat tabur
Formula
Margarin
(%)
Cokelat
tabur (%)
10
95
90
85
80
75
70
65
60
55
50
10
15
20
25
30
35
40
45
50
Citation:Hasibuan, H. A. & Hardika, A.P. (2015) Formulasi Margarin dan Cokelat Tabur menjadi Produk Olesan Berbahan Minyak Sawit dan Minyak Inti
Sawit.Warta IHP, 32(2), 45-50
Halaman | 48
Tabel 3
Nilai rerata uji organoleptik produk olesan terhadap rasa,
tekstur dan kenampakan
Jumlah Meses, % Tekstur
Rasa
Kenampakan
5
1,96 c 1,96 c
2,28 b
10
2,28 c 2,00 c
2,36 b
15
2,64 bc 2,52 b
2,28 b
20
3,24 b 2,96 b
3,08 a
25
3,20 b 3,12 b
3.00 a
30
2,84 b 2,92 b
3,12 a
35
3,12 b 2,92 b
3,12 a
40
3,56 ab 3,44 a
3,28 a
45
3,64 ab 3,76 a
3,12 a
50
4,08 a 4,00 a
3,44 a
Keterangan: angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada satu
kolom tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji Duncan
Citation:Hasibuan, H. A. & Hardika, A.P. (2015) Formulasi Margarin dan Cokelat Tabur menjadi Produk Olesan Berbahan Minyak Sawit dan Minyak Inti
Sawit.Warta IHP, 32(2), 45-50
Halaman | 50
4. Kesimpulan
Produk olesan dari margarin dan cokelat tabur
berbahan minyak sawit dan minyak inti sawit telah
dikaji pembuatannya dan diuji daya terimanya oleh
panelis. Semakin banyak jumlah cokelat tabur pada
margarin kadar air, lemak dan karoten semakin
menurun sementara warna kuning semakin hilang.
Selain itu, aroma dari produk semakin harum yang
berasal dari flavor karoten, perisa margarin dan
cokelat tabur. Dari hasil uji organoleptik
menunjukkan bahwa produk olesan dapat diterima
oleh konsumen. Jumlah penambahan cokelat tabur
yang mendapat secara nyata lebih disukai 40%
dengan demikian produk olesan ini dapat
diproduksi sebagai produk inovasi baru yang dapat
mengisi peluang pasar di industri bakery.
Ucapan terima kasih
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ijah
atas bantuannya untuk menganalisa produk di
Laboratorium Oleopangan Kelti. Pengolahan Hasil
dan Mutu dan Laboratorium Pelayanan sehingga
penelitian dapat berjalan dengan baik.
Daftar Pustaka
AOAC. (2005).Official Methods of Analysis of the Association of
Official Analytical Chemists. Arlington: AOAC.
Ayeleso, A.O., Oguntibeju, O.O. & Brooks, N.L. (2012). Effects of
Dietary Intake of Red Palm Oil on Fattty Acid Composition
namilestari65@gmail.com
Riwayat Naskah:
Diterima 05,2015
Direvisi 06, 2015
Disetujui 11, 2015
ABSTRAK : Ikan patin merupakan salah satu hasil perikanan yang cukup
berpotensi dikembangkan di Indonesia. Minyak ikan patin memiliki kandungan
asam lemak esensial (omega 3, omega 6, omega 9) dan vitamin D yang cukup
tinggi. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kandungan nutrisi suatu
produk pangan salah satunya cokelat oles. Tujuan penelitian ini adalah untuk
membuat produk cokelat oles yang lebih kaya nutrisi dan bermutu baik dengan
menentukan formulasi penambahan minyak ikan patin sebagai salah satu bahan
utama penyusun selain lemak cokelat dan olein sawit serta dengan menentukan
teknologi yang tepat dalam proses pembuatan cokelat oles berdasarkan tingkat
kesukaan masyarakat. Penelitian ini dibagi menjadi empat tahap yaitu pembuatan
minyak ikan patin, analisis bahan baku, pembuatan cokelat oles, serta uji
karakteristik fisik dan kimia produk cokelat oles yang dibuat. Cokelat oles dibuat
dengan dua variabel perlakuan yaitu perbandingan komposisi lemak cokelat, olein
sawit dan minyak ikan patin serta teknologi pencampurannya. Formulasi
perbandingan komposisi lemak cokelat : olein sawit : minyak ikan patin yang
digunakan secara berturut-turut yaitu (1) 40% : 60% : 0%; (2) 40% : 50% : 10%;
(3) 40% : 40% : 20% dan (4) 40% : 30% : 30%. Teknologi pencampuran yang
digunakan adalah dengan mixer + waterbath, ball mill 1 jam, dan ball mill 2 jam.
Cokelat oles selanjutnya diuji secara organoleptik. Cokelat oles yang terpilih dari
hasil uji organoleptik kemudian diuji kandungan nutrisinya. Cokelat oles terbaik
adalah cokelat oles dengan komposisi 40% lemak cokelat, 40% olein sawit dan
20% minyak ikan patin serta dibuat dengan teknologi pengolahan menggunakan
alat ball mill selama 1 jam. Cokelat oles tersebut memiliki nilai hardness 11,00 g;
kadar air 8,34%; abu 2,98%; protein 1,97%; lemak 29,20%; karbohidrat 57,51%;
asam lemak bebas 0,35%; asam oleat 11,63%; asam linoleat 2,98%; asam linolenat
0,05% serta vitamin D 7,57 ug/100 g. Cokelat oles dengan kandungan minyak ikan
patin ini memiliki kadar protein, lemak, asam oleat dan asam linolenat yang lebih
tinggi daripada cokelat oles tanpa kandungan minyak ikan patin.
Kata kunci: lemak cokelat, olein sawit, minyak ikan patin, cokelat oles
Citation: Wibisono, A., Isyanti, M., & Lestari, N. (2015) Pengaruh Variasi Komposisi Lemak Cokelat, Olein Sawit dan Minyak Ikan Patin terhadap
Kandungan Nutrisi Cokelat Oles.Warta IHP, 32(2), 51-61
Halaman | 52
catfish oil. The second is a processing technology to produce the chocolate spread.
The composition ratio (%) were (1) 40: 60 : 0 ; (2) 40 : 50 : 10 ; (3) 40 : 40 : 20
and (4) 40 : 30 : 30 . The processing technology use were mixer + waterbath, 1
hour ball mill, and 2 hours ball mill. Chocolate spread was further tested
organoleptically. Then the selected spread was tested for the nutritional content.
The best chocolate spread was the one with 40 % cocoa butter, 40 % palm olein
and 20 % catfish oil formulation with 1 hour ball mill processing technology.
That product had hardness value of 11.00 g and contained 8.34 % water; 2.98 %
ash; 1.97 % protein; 29.20 % fat; 57.51 % carbohydrate; 0.35 % free fatty acids;
11.63 % oleic acid; 2.98 % linoleic acid; 0.05 % linolenic acid and 7.57 ug/100 g
vitamin D. The chocolate spread with catfish oil has levels of protein, fat, oleic
acid and linoleic acid higher than the chocolate spread without catfish oil content.
Keywords: cocoa butter, olein, cat fish oil, chocolate spread
1. Pendahuluan
Salah satu produk olahan lemak cokelat adalah
cokelat oles (chololate spread). Cokelat oles adalah
pasta rasa cokelat yang digunakan sebagai olesan di
permukaan roti. Meskipun rasa, bau, dan
penampakan seperti cokelat namun tidak
menggunakan cokelat atau kakao murni. Cokelat
oles biasanya mengandung kakao dan minyak, juga
mungkin mengandung komponen susu dan
tambahan rasa dan bau (Ginting, 2011).
Isyanti, dkk (2012) telah melakukan penelitian
mengenai cokelat oles berbasis sawit, dengan hasil
terbaik secara organoleptik adalah cokelat oles
dengan komposisi olein sawit (60%) dan lemak
cokelat (40%). Secara organoleptik, cokelat oles
berbasis sawit tersebut disukai terhadap parameter
rasa, aroma, tekstur, warna dan daya oles. Cokelat
oles tersebut bersifat lebih spreadable pada suhu
kamar dibandingkan penggunaan lemak cokelat
100%.
Proses pembuatan cokelat oles menurut Isyanti,
dkk (2012) adalah campuran fraksi air (air, susu
skim, gula halus dan kalium sorbat) dicampur
(blending) dengan fraksi lemak (olein sawit, lemak
cokelat, bubuk cokelat dan lesitin) menggunakan
mixer di atas waterbath (pada suhu 90-100 oC)
selama 15 menit, diisikan ke dalam kemasan jar dan
dipasteurisasi pada suhu 70oC selama 15 menit.
Beberapa penelitian tentang pembuatan cokelat
oles diantaranya dilakukan oleh El Hadad, et al
(2011) dan Isyanti, dkk (2012). Pemanfaatan
turunan minyak sawit berupa RBD palm olein dan
RBD palm stearin, atau campuran keduanya sebagai
bahan pensubstitusi lemak cokelat (CB) untuk
menghasilkan produk chocolate spread dapat
dilakukan dengan metode blending (pencampuran).
Berdasarkan uji organoleptik, penggunaan RBD
palm olein sebesar 60 % dan lemak cokelat sebesar
40 % pada produk cokelat oles, lebih disukai untuk
parameter rasa, aroma, tekstur, warna serta daya
oles (Isyanti, 2012).
Formulasi
A1
A2
500 ml
500 ml
540 g
540 g
1000 g
1000 g
2,5 g
2,5 g
288 g
288 g
360 g
288 g
72 g
144 g
22 g
5g
180 g
22 g
5g
180 g
A3
500 ml
540 g
1000 g
2,5 g
288 g
216 g
216 g
22 g
5g
180 g
Citation: Wibisono, A., Isyanti, M., & Lestari, N. (2015) Pengaruh Variasi Komposisi Lemak Cokelat, Olein Sawit dan Minyak Ikan Patin terhadap
Kandungan Nutrisi Cokelat Oles.Warta IHP, 32(2), 51-61
Halaman | 54
Lesitin
GMS
Pencampuran
(mixer) di atas
waterbath
(90-100oC)
Pencampuran
(mixer) di atas
waterbath
(90-100oC)
Formulasi (olein
+ cocoa butter +
minyak ikan)
Air
Susu skim
Gula halus
Kalium sorbat
Lesitin
GMS
Formulasi (olein + cocoa butter +
minyak ikan)
Bubuk cokelat
Bubuk cokelat
Citation: Wibisono, A., Isyanti, M., & Lestari, N. (2015) Pengaruh Variasi Komposisi Lemak Cokelat, Olein Sawit dan Minyak Ikan Patin terhadap
Kandungan Nutrisi Cokelat Oles.Warta IHP, 32(2), 51-61
Halaman | 56
Tabel 3.
Uji Organoleptik dan analisa tekstur produk cokelat oles beberapa formulasi hasil penelitian tahap pertama
Kekerasan
Organoleptik
Perlakuan
(Hardness)
Jumlah
Warna
Aroma
Rasa
Daya Oles
A0
3,80 a
3,33 b
3,28 b
4,02 a
14,43
17,61 b
A1
3,80 a
3,33 b
3,02 ab
4,02 a
14,17
16,63 b
A2
3,87 a
3,33 b
3,13 b
4,15 a
14,48
16,61 b
A3
3,95 a
2,87 a
2,72 a
4,15 a
13,69
14,78 a
Tabel 4.
Uji organoleptik dan analisa tekstur produk cokelat oles dari variasi pencampuran hasil penelitian tahap kedua
Kekerasan
Parameter
Perlakuan
(Hardness)
Jumlah
Warna
Aroma
Rasa
Daya Oles
Mixer + Waterbath
3,76 a
3,18 a
3,46 b
3,94 a
14,34
26,96 b
3,90 a
3,35 a
3,35 b
4,20 b
14,80
11,12 a
3,90 a
3.12 a
2,30 a
4,11 ab
13,43
10,92 a
Citation: Wibisono, A., Isyanti, M., & Lestari, N. (2015) Pengaruh Variasi Komposisi Lemak Cokelat, Olein Sawit dan Minyak Ikan Patin terhadap
Kandungan Nutrisi Cokelat Oles.Warta IHP, 32(2), 51-61
Halaman | 58
Citation: Wibisono, A., Isyanti, M., & Lestari, N. (2015) Pengaruh Variasi Komposisi Lemak Cokelat, Olein Sawit dan Minyak Ikan Patin terhadap
Kandungan Nutrisi Cokelat Oles.Warta IHP, 32(2), 51-61
Halaman | 60
Tabel 5.
Karakteristik fisik dan kimia produk cokelat oles terpilih (a2) dan cokelat oles kontrol (A0)
No
Parameter
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Warna
Aroma
Rasa
Daya oles
Hardness
Air
Abu
Protein
Lemak
Karbohidrat
Asam lemak bebas
(sebagai laurat)
Asam lemak jenuh
Butirat (C4:0)
Kaproat (C6:0)
Kaprilat (C8:0)
Kaprat (C10:0)
Laurat (C12:0)
Miristat (C14:0)
Palmitat (C16:0)
Stearat (C18:0)
Asam lemak tidak jenuh
Oleat (C18:1)
Linoleat (C18:2)
Linolenat (C18:3)
Vitamin D
12
13
14
Satuan
Cokelat Oles A2
Cokelat Oles A0
Normal
Normal
Normal
Normal
11,67
6,58
2,48
1,65
28,98
60,31
0,33
Normal
Normal
G
%
%
%
%
%
%
Normal
Normal
Normal
Normal
11,00
8,34
2,98
1,97
29,20
57,51
0,35
%
%
%
%
%
%
%
%
%
%
%
%
%
ug/100 gram
11,79
0
0
0
0
0,16
0,38
9,40
5,08
14,66
11,63
2,98
0,05
7,57
11,75
0
0
0
0
0,08
0,23
9,90
4,13
14,64
11,32
3,30
0,02
4,48
Maks 2
Min 25
Maks 0,3
Kesimpulan
Citation: Hutajulu, T.H. & Siregar, N.C. (2015) Peningkatan Proses Ekstraksi Minyak Biji Mimba (Neem Seed Oil) dan Purifikasinya. Warta IHP,
32(02),62-67
Halaman | 62
Riwayat Naskah:
Diterima 07, 2015
Direvisi 09, 2015
Disetujui 11, 2015
ABSTRAK : Minyak mimba (neem seed oil) dapat dimanfaatkan dalam bidang
kosmetika antara lain: sabun antiseptik, shampoo, krim lulur, dan lotion antiserangga. Minyak mimba dapat diperoleh dengandi press ataupun diekstrak
menghunakan heksan. Rendemen minyak mimba dengan cara pengepresan
relatif lebih sedikit Sehingga dilakukan pengembangan ekstraksi minyak mimba
dengan pengukusan biji mimba selama 30 menit untuk membuka sel-sel dari
jaringan minyak sebelum dilakukan hydroulic press dan screw press. Kemudian
dilakukan penjernihan minyak dengan bleaching earth dan arang aktifsehingga
diperoleh minyak yang lebih jernih. Pada penelitian ini dilakukan 2 (dua) tahap
yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian lanjutan. Penelitian pendahuluan
dibagi 2 (dua) tahap yaitu tahap ke-1, persiapan bahan baku dengan cara
pemisahan kulit biji mimba dan penggilingan sehingga bubuk. Tahap ke-2, proses
pengukusan bubuk biji mimba selama 30 menit dan dikeringkan dioven 50oC
selama 30 menit kemudian di ekstrak dengan cara hydroulic press dan screw
press. Pada penelitian lanjutan, purifikasi minyak dengan arang aktif dan silikat
(bleaching earth) untuk memperoleh minyak mimba yang lebih jernih. Hasil
penelitian diperoleh rendemen minyak tertinggi dengan cara kukus sekitar 22 %
serta hasil purifikasi/penjernihan minyak diperoleh warna minyak lebih jernih.
Minyak mimba diesterifikasi dan dianalisis menggunakan Gas chromatography
(GC) Hasil analisis minyak dengan gas kromatografi diperoleh dua komponen
tertinggi yaitu senyawa eugenol dan asam palmitat.
Kata kunci : biji mimba, ekstraksi, purifikasi, press hidroulik, bleaching earth
ABSTRACT: Neem oil (neem seed oil) can be utilized in the field of cosmetics,
among others: antiseptic soap, shampoo, cream scrub , and anti-insect lotion.
Neem oil can be obtained by means of pressing or extracted with hexane. The
yield of oil from pressed neem seed is relatively less. Therefore it was conducted
to develope of neem oil extraction to increase oil yield by steaming of neem seed
for 30 minutes to open the cells of the tissue prior to pressing by hydroulic oil
press and a screw press. Then purification was conducted using bleaching earth
and activated charcoal in order to obtain clearer neem seed oil. In this research,
two (2) phases of research Preliminary research conducted two (2) phases: 1st,
preparation of raw materials by means of the separation of the skin from neem
seeds and grinding to powder. Phase 2, steaming process neem seed powder for
30 minutes and dried 50 C oven for 30 minutes ,then extract the oil by means
hydroulic pressed and screw press. On further research, oil purification with
active charcoal and silicate (bleaching earth) to obtain a clearerneem oil. The
results obtained by the highest oil yield by means of steam around 22% and the
results of purification was clearer oil colors. Neem seed oil was esterified and
analyzed by using Gas Chromatography. Oil analysis resulted by gas
chromatography showed two main components namely eugenol and palmitic
acid.
Keywords : neem seed, extraction, purification, hydraulic press, bleaching earth
1. Pendahuluan
Tanaman mimba/neem (Azadirachta indica A.
Juss)merupakan salah satu tanaman multikhasiat
yang dapat tumbuh baik diIndonesia.Tanaman
mimba ini biasanya digunakan untuk tanaman
penghijauan, mudah tumbuh serta mampu
beradaptasi dengan tanah yang kurang subur atau
gersang. Tanaman mimba(biji maupun daun)
mengandung bahanaktif utama azadirachtin serta
meliantriol, salanin, nimbindan nimbidin (Sudarsono
et al., 2002).Senyawa azadirachtin (C35H44O16)dapat
bersifat anti septikdansangat bermanfaat dalam
bidang pertanian (pestisida dan pupuk), maupun
farmasi (kosmetik dan obat-obatan)(MesakTombe,
2001).
Beberapa peneliti telah banyak memanfaatkan
biopestida, minyak mimba sebagai pestisida hayati
yang aman dan ramah lingkungan (Oparaeke, et
al.(2005); David BV. 2008) sehingga dapat
digunakan sebagai pengganti pestisida sintetis,
yang penggunaannya dalam waktu lama akan
mencemari lingkungan. Begitu juga, minyak mimba
dimanfaatkan dalam bidang kosmetika (Wiratno
dan MesakTombe, 2001) dan beberapa produk
telahdihasilkanantara
lain:
sabun
mandi
antiseptik,shampoo, krimlulur (SPA),lotion antiseranggayang sekaligusmemberikan kelembaban
dan kesehatan pada kulit. Beberapa informasi, juga
menjelaskan bahwa mimba dapat bermanfaat
untuk obat apabila dikonsumsi dalam dosis tepat
dan diolah dengan cara tersendiri sehingga mampu
menghasilkan khasiat obat untuk menanggulangi
penyakit tumor, kanker, diabetes, kolesterol, asma,
darah tinggi, asam urat dan lainnya (Karjono, 1998;
Dr. Sukrasno, 2003).
Mimba juga sudah sejak lama digunakan sebagai
obat tradisional untuk menyembuhkan berbagai
macam penyakit, khususnya daun mimba
(Ruskin,1993). Mimba berkhasiat sebagai antibakteri, anti-virus, berkhasiat menanggulangi
penyakit kulit, menjaga kesehatan mulut dan gigi,
sebagai obat malaria yang dapat disetarakan
dengan kina, mengurangi rasa sakit (pain relief),
obat demam, dapat mengontrol kelahiran (birth
control), obat cacing untuk ternak, bahkan mampu
menghambat pertumbuhan HIV (virus penyebab
penyakit AIDS). Walaupun demikian, sampai saat
ini
masih
terjadi
kontroversi
mengenai
digunakannya daun mimba sebagai obat
tradisional. Satu pihak ada yang berpendapat
bahwa mimba adalah racun yang apabila digunakan
sebagai obat akan sangat membahayakan. Dilain
pihak ada yang mempercayai bahwa mimba dapat
digunakan sebagi obat tradisional untuk berbagai
jenis penyakit, karena telah digunakan sejak jaman
dahulu dan sudah banyak bukti akan khasiat mimba
dalam menanggulangi berbagai macam penyakit,
hanya proses pembuatan dan dosisnya yang harus
Citation: Hutajulu, T.H. & Siregar, N.C. (2015) Peningkatan Proses Ekstraksi Minyak Biji Mimba (Neem Seed Oil) dan Purifikasinya. Warta IHP,
32(02),62-67
Halaman | 64
2.2. Alat
Tahap I: Menggunakan arang aktif
Minyak dipanaskan sampai suhu 70oC,
kemudian tambahkan arang aktif sebanyak 1 - 2 %
sambil diaduk cepat sambil dipanaskan terus
selama 15 menit pada suhu tetap70oC. kemudian
disaring dengan buchner menggunakan kertas
saring whatman 41 42.
2.4. Analisis
Analisis minyak mimba dilakukan untuk
mengetahui komponen minyak mimba dan
rendemen yaitu :
- Analisis komponen minyak mimba .
Analisis ini dilakukan terhadap minyak mimba
sebelum dan sesudah purifikasi Analisisminyak
mimba dilakukan dengan menggunakan gas
kromatografi.
Biji
dikuliti
dihancurkan
Bubuk
Pengering oven
kukus
Hydroulic press
Expelling(Screw press)
Hydroulic press
Oil
Oil
Cake
Oil
Cake
Gambar 1. Proses ekstraksi biji mimba
Cake
Biji mimba
Giling
Kukus, 30 menit
Press
Crude oil
Tabel 1.
Hasil pengamatan rendemen minyak biji mimba padapercobaan pendahuluan
No.
Perlakuan
Rendemen (%)
1.
Langsung dipress
10 %
2.
Kering oven
18 %
3.
Kukus langsung
20%
4.
Kering oven dan kukus
22%
Warna
coklat
coklat
coklat tua
coklat tua
Citation: Hutajulu, T.H. & Siregar, N.C. (2015) Peningkatan Proses Ekstraksi Minyak Biji Mimba (Neem Seed Oil) dan Purifikasinya. Warta IHP,
32(02),62-67
Halaman | 66
Tabel 2.
Hasil pengamatan rendemen minyak biji mimba pada percobaan lanjutan
No.
Jumlah (kg)
Hasilminyak (g)
Rendemen (%)
1.
4
400.05
0.100
2.
4
408.94
0.102
3.
3,9
400.05
0.103
4.
5
435.61
0.087
5
5
524.51
0.105
6
5
466.73
0.093
Warna
Coklat tua
Coklat tua
Coklat tua
Coklat tua
Coklat tua
Coklat tua
4. Kesimpulan
Citation: Loebis, E. H. Meutie, Y. R, & Junaidi, L. (2015) Proses Delignifikasi Limbah Pasar untuk Produksi Bioetanol.Warta IHP, 32(2), 68-74
Halaman | 68
Riwayat Naskah:
Diterima 07, 2015
Direvisi 08, 2015
Disetujui 11, 2015
1. Pendahuluan
Bioetanol yang diproduksi saat ini berasal dari
bioetanol generasi pertama yaitu bioetanol yang
dibuat dari gula (tebu, molase) atau pati-patian
(jagung, singkong). Bahan-bahan tersebut adalah
bahan pangan yang jika dikonversi menjadi
Citation: Loebis, E. H. Meutie, Y. R, & Junaidi, L. (2015) Proses Delignifikasi Limbah Pasar untuk Produksi Bioetanol.Warta IHP, 32(2), 68-74
Halaman | 70
Pengumpulan
organik
dan
pemilahan
sampah
Sampah
organik
dari
sampah
pasar
dikumpulkan dan dipilah sesuai jenis sampah
organiknya, kemudian dicuci, dicacah, serta
direndam 1 malam dan ditiriskan. Cacahan sampah
organik kemudian dimasukkan ke dalam plastik
tahan panas dan dilanjutkan dengan perlakuan
delignifikasi.
2.3.3.2. Delignifikasi oleh jamur perlapuk putih
(Omphalina sp.)
Cacahan sampah organik yang telah dimasukkan
ke dalam plastik tahan panas masing-masing
sebanyak 240 gram disterilisasi tiga kali ulangan
dengan suhu 121oC dan tekanan 760 mmHg selama
15 menit. Setelah dingin sebanyak 100 ml inokulum
Jamur Pelapuk Putih (JPP) Omphalina sp dari media
PDB (stok kerja) diinokulasikan ke dalam cacahan
sampah organik tersebut dan diinkubasi selama 20
hari pada suhu ruang (30oC) dan pH 6-7 sampai
miselium JPP Omphalina sp menyelimutinya.
Setelah itu dikeringkan dalam oven 60oC atau
dijemur di bawah sinar matahari. Kemudian
digiling dengan pen mill 40 mesh. Sebelum dan
sesudah delignifikasi dilakukan analisis kadar air,
kadar lignin, dan kadar selulosa.
2.3.3.3. Hidrolisis enzimatis sampah
menggunakan bakteri selulolitik
organik
jamur
perlapuk
putih
50
40
sebelum
delignifi
kasi
30
20
10
sesudah
delignifi
kasi
0
Sabut
kelapa
Tongkol
Jagung
Kulit
jagung
Jerami
kulit
jagung
bonggol
jagung
4.5
4
sabut
kelapa
3.5
1
pH
Bahan baku
0.15
BJTr
0.1
SBTr
KJTr
0.05
JRTr
0
0
Citation: Loebis, E. H. Meutie, Y. R, & Junaidi, L. (2015) Proses Delignifikasi Limbah Pasar untuk Produksi Bioetanol.Warta IHP, 32(2), 68-74
Halaman | 72
0.08
0.07
0.06
0.05
0.04
0.03
0.02
0.01
0
BJTr
SBTr
KJTr
JRTr
0 Fermentasi
1
2hari ke3
jerami
5.2
kulit
jagung
bonggol
jagung
sabut
kelapa
pH
4.8
4.6
4.4
4.2
4
1
BJSs
SBSs
0.15
KJSs
0.1
pH
0.2
JRSs
0.05
0
1
2
3
4
5
Fermentasi hari ke-
BJSs
SBSs
KJSs
JRSs
SBS11
KJS11
JRS11
6
5
4
3
2
1
0
BJS11
8
7
6
5
4
3
2
1
0
0.2
0.15
BJS11
0.1
SBS11
0.05
KJS11
JRS11
0
0
Citation: Loebis, E. H. Meutie, Y. R, & Junaidi, L. (2015) Proses Delignifikasi Limbah Pasar untuk Produksi Bioetanol.Warta IHP, 32(2), 68-74
Halaman | 74
Daftar Pustaka
1
0.8
0.6
BJS11
0.4
SBS11
KJS11
0.2
JRS11
0
1
2
3
4
5
Fermentasi hari ke-
4. Kesimpulan
Hasil proses delignifikasi menunjukan bahwa
penurunan kadar lignin terjadi pada sampel sabut
kelapa sebesar 21,64 %, yaitu dari kadar lignin
43,95 % (sebelum delignifikasi) menjadi 22,31 %
(setelah delignifikasi).
Pada proses Fermentasi simultan menggunakan
Trichoderma produk bioetanol hanya terbentuk
pada proses yang menggunakan bahan baku sabut
kelapa yaitu sebesar 0,07 % pada hari ke-4 dan hari
ke-5.
Pada proses Fermentasi simultan menggunakan
P. nalgiovense S11, pembentukan bioetanol dimulai
pada
hari
ke-3
fermentasi,
dimana
kecenderungnnya terus terjadi peningkatan pada
hari ke-5 (kecualai untuk bahan baku sabut kelapa,
yang sudah mengalami pembentukan bioetanol
pada hari pertama fermentasi).
Proses Fermentasi simultan menggunakan P.
Nalgiovense S11, untuk sabut kelapa menghasilkan
kadar bioetanol maksimum sebesar 1,07%; kulit
jagung, menghasilkan kadar bioetanol maksimum
1%; tongkol jagung, menghasilkan kadar bioetanol
maksimum 5,51 %.
Pada proses Fermentasi terpisah menggunakan
P. Nalgiovense S11, pembentukan bioetanol untuk
bahan baku kulit jagung dan jerami baru terjadi
pada hari ke-4 dan ke-5 fermentasi dengan
menghasilkan kadar bioetanol maksimum 0,8 %.
Secara keseluruhan, bioetanol yang terbentuk
dari proses sakarifikasi-fermentasi simultan lebih
besar daripada proses sakarifikasi-fermentasi
terpisah.
Ucapan terima kasih
Terima kasih diucapkan kepada BBIA yang telah
mendanai kegiatan penelitian ini.
Riwayat Naskah: ABSTRAK: Masalah dalam produksi nata de coco adalah keterbatasan air kelapa sebagai
Diterima 02, 2015
Direvisi 05, 2015
Disetujui 12, 2015
bahan baku. Kendala lain adalah bahwa air kelapa tidak dapat disimpan untuk waktu yang
lama yang diakibatkan kerusakan nutrisi dalam air kelapa oleh mikroba. Penelitian ini
bertujuan untuk menilai efek dari mikroba dan konsentrasi nutrisi pada produksi nata
dengan menggunakan air tawar sebagai bahan baku. Produksi nata dengan menggunakan
substrat air dilakukan dengan menambahkan gula sukrosa (gula) 10%, urea 0,5%, asam
glacial asetat 2 % atau cuka dapur 25% sebanyak 16 ml / liter air kelapa. Nata pembuatan
dilakukan melalui tahapan sebagai berikut: peremajaan kultur A. xylinum, preparasi
substrat, preparasi starter, fermentasi, pemanenan produk, dan evaluasi hasil. Hasil yang
diperoleh menunjukkan bahwa jenis air yang memberikan kualitas terbaik berasal dari air
mineral dengan pendidihan terlebih dahulu. Hasil yang sama juga menunjukkan dari nata
berasal dari air sumur. Kekurangan nata de coco yang dihasilkan dari air adalah rendemen
yang lebih rendah dibandingkan dengan nata yang dihasilkan dari media air kelapa.
Karakteristik lain dari nata yang dihasilkan dari air adalah elastisitas produk yang sama,
kadar abu yang rendah, dan warna putih.
Kata kunci: nata de coco, air kelapa, air tawar, mikroba
ABSTRACT: The problems of production of nata de coco is the limition of coconut water as
a raw material. The other constrain relates to the coconut water storage for a long time
causes damage to the nutrients contained in coconut water by microbes. This study aimed
to assess the effect of microbial and nutrition consentration on the production of nata using
fresh water as raw materials. Production of Nata by using water substrate is done by
adding the sugar sucrose (sugar) 10%, urea 0.5%, 2% glacial acetic acid or vinegar kitchen
25% as much as 16 ml / liter of coconut water. Nata -making process through the following
stages: maintenance and rejuvenation of culture A. xylinum, substrate preparation,
preparation starter, fermentation, harvesting, processing the results. From research
conducted, it can seen that the type of water that result in the best quality mineral water
that is heated to boiling, but these results are also not significantly different from that
grown on media nata well water. In general, lack of nata de coco with medium amount of
water contained in the resulting rendemen which is lower when compared to the coconut
water media. Besides elasticity is not significantly different, lower ash content, and the
resulting color is more white. nowdays people tend to substitute such raw materilas to
other raw materials.
Keywords: nata de coco, coconut water, fresh water, microbes
1. Pendahuluan
Permasalahan yang dihadapi produsen sari
kelapa atau nata de coco di Indonesia saat ini
adalah keterbatasan jumlah air kelapa yang dapat
Citation: Alamsyah, R. & Loebis, E.H. (2015) Pembuatan Nata dari bahan Baku Air dengan Perlakuan Konsentrasi Nutrisi dan Mikroba. Warta IHP,
32(1), 75-82
Halaman | 76
12
Penelitian
lanjutan
adalah
perlakuan
penggunaan jenis air sebagai bahan baku pengganti
air kelapa dengan menggunakan formula hasil
percobaan pendahuluan. Dalam formula tersebut
dilihat konsentrasi sukrosa, DAP, ekstrak yeast,
acetobacter xylinum, MgSO4, dan NaCl. Jenis air
yang digunakan terdiri dari air RO (Reverse
osmosis), air mineral, air suling, dan air sumur.
Sebagai pembanding dilakukan pembuatan nata
dari bahan air kelapa.
2.2.3. Prosedur analisis
Analisis-analisis yang dilakukan terhadap hasil
nata yang diolah dari bahan baku air terdiri dari
berat nata, ketebalan lapisan nata, kekenyalan
tekstur nata, derajat putih, kadar serat kasar.
Rendemen atau berat nata diukur dengan metode
gravimetric (AOAC, 1979) dan dinyatakan dalam
gram.
Pengukuran ketebalan lapisan nata
dilakukan dengan alat mikrometer skrup dan nilai
ketebalan yang dihasilkan merupakan rata-rata dari
pengukuran
lima
tempat
yang
berbeda.
Kekenyalan
tekstur
nata
diukur
dengan
menggunakan penetromete (Hubeis, 1985).
Pengukuran dilakukan dengan melakukan pada
lima tempat dari nata yang dihasilkan.
Analisis
derajat
putih
diukur
dengan
menggunakan alat Whiteness Meter Model C-100.
Prinsip pengukuran alat ini adalah melalui
pengukuran indeks refleksi (reflective index)
permukan contoh dengan sensor foto diode (AOAC,
1984).
3. Hasil dan Pembahasan
3.1. Pertumbuhan ketebalan nata dengan
penambahan sukrosa dan amonium sulfat
Pertumbuhan nata decoco dengan variasi
penambahan sukrosa ( 6%, 7%, 8%, 9%, 10%,
11%) dan penambahan ammonium sulfat ( 0%,
Ketebalan (mm)
9
8
6
9 9
8
6
5
1A 1B 1C 1D 1E 1F 2A 2B 2C 2D 2E 2F
Perlakuan Penambahan sukrosa
Citation: Alamsyah, R. & Loebis, E.H. (2015) Pembuatan Nata dari bahan Baku Air dengan Perlakuan Konsentrasi Nutrisi dan Mikroba. Warta IHP,
32(1), 75-82
Halaman | 78
15
10
5
0
1a 1b 1c 1d 1e 1f 2a 2b 2c 2d 2e 2f
Perlakuan
8
6
4
2
0
Perlakuan
Gambar 3. Pertumbuhan ketebalan nata perlakuan kombinasi
penambahan sukrosa dan ammonium sulfat dengan
penambahan nutrisi
Keterangan:
A1B1 : sukrosa 9% + ammonium sulfat 0,6 % + nutrisi (asam
askorbat 0,2 gram, kalium sulfat 0,5 gram dan ekstrak
yeast 1 gram.)
A1B2 : sukrosa 9% + ammonium sulfat 0,8% + nutrisi
A1B2 : sukrosa 9% + ammonium sulfat 0,8% + nutrisi
A1B3 : sukrosa 9% + ammonium sulfat 1,0% + nutrisi
A2B1 : sukrosa 10% + ammonium sulfat 0,6% + nutrisi
A2B2 : sukrosa 10% + ammonium sulfat 0,8% + nutrisi
A2B3 : sukrosa 10% + ammonium sulfat 1,0% + nutrisi
A3B1 : sukrosa 11% + ammonium sulfat 0,6% + nutrisi
A3B2 : sukrosa 11% + ammonium sulfat 0,8% + nutrisi
A3B3 : sukrosa 11% + ammonium sulfat 1,0% + nutrisi
Kontrol : sukrosa 3% + ammonium sulfat 0,4% + nutrisi
Blanko : Tanpa penambahan sukrosa atau ammonium sulfat
8
4
0
S1
S2
S3
S4
S5
S6
S7
S8
S9
S10
S11
Y1
Y2
Y3
Y4
Y5
Kontrol 1
Kontrol 2
A1B1
A1B2
A1B3
A2B1
A2B2
A2B3
A3B1
A3B2
A3B3
kontrol
Blanko
Ketebalan (mm)
Ketebalan (mm)
Ketebalan (mm)
Perlakuan
15
10
16
14.9
14
0
d1
d2
d3
d4
d5
Perlakuan
Ketebalan (mm)
Ketebalan (mm)
12
10.1 10.27
10.63
11.1
11.6
9.93
10
10.3
10
8
6
4
Jenis Air
Gambar 7. Ketebalan nata menggunakan berbagai jenis air
Citation: Alamsyah, R. & Loebis, E.H. (2015) Pembuatan Nata dari bahan Baku Air dengan Perlakuan Konsentrasi Nutrisi dan Mikroba. Warta IHP,
32(1), 75-82
Halaman | 80
Tabel 1
Data hasil panen nata dengan berbagai jenis air
Perlakuan
Ketebalan (mm)
Berat
nata
(gr)
Bentuk
permukaan
RO1
9,7
10,2
10,4
Ratarata
10,1
171,04
Rata
RO2
10,4
10,2
10,2
10,27
164,50
Rata
AMDK 1
(air mineral)
AMDK 2
(air mineral)
Suling 1
10,2
10,8
10,9
10,63
188,11
Rata
11,8
11,6
11,4
11,6
207,95
Rata
0.68
10.2
9,8
9,8
9,93
170,04
Rata
0.64
Suling 2
10,2
9,4
10,4
10,00
165,26
Rata
Sumur 1
10,3
1,.2
10,4
10,30
161,89
Rata
Sumur 2
11,4
11,5
10,6
11,1
190,92
Rata
Kontrol 2
14,6
15,1
15
14,9
243,13
bergelombang
0.52
0.48
Air mineral
Air Sumur
Jenis air
Air kelapa
3.6. Kekenyalaan
Kekenyalan nata ditentukan oleh keberadaan
serat yang terdapat pada nata. Nata yang memiliki
struktrur serat yang kompak dan besar cenderung
memiliki kekenyalan yang besar Data dari hasil uji
terhadap nilai kekenyalan nata yang dihasilkan
tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antara
ketiga hasil data, walaupun terlihat bahwa nata dari
air kelapa memiliki kekenyalan terbesar.
Kekenyalan
10.5
10.383
10.2
9.917
9.9
9.717
9.6
9.3
AMDK
Air Sumur
Jenis Air
Air Kelapa
3.7. Warna
0.6
0.56
Nilai Kekenyalan
Keterangan:
RO1 : air reverse osmosis, 1 bagian direbus dicampur dengan
2,5 bagian air belum masak
RO2 : air reverse osmosis , direbus hingga mendidih
Aqua1 : air mineral , 1 bagian direbus dicampur dengan 2,5
bagian air belum masak
Aqua 2 : air mineral, direbus hingga mendidih
Suling 1: air suling, 1 bagian direbus dicampur dengan 2,5
bagian air belum masak
Suling 2 : air suling, direbus hingga mendidih
Sumur 1: air sumur, 1 bagian direbus dicampur dengan 2,5
bagian air belum masak
Sumur 2: air sumur, direbus hingga mendidih
Kontrol : air kelapa umur 3 hari sebagai pembanding
Kadar Abu
Air kelapa
Jenis air
Gambar 8. Perbandingan kadar serat nata berbahan baku air
mineral, air sumur, dan air kelapa
4. Kesimpulan
Penelitian yang dilakukan disimpulkan bahwa
jenis air yang mengahasilkan kualitas terbaik dalam
pembuatan nata adalah air mineral yang
dipanaskan hingga mendidih, namun hasil ini juga
tidak berbeda nyata dengan nata yang
ditumbuhkan dari media air sumur. Secara umum
kekurangan pembuatan nata de coco dengan media
air terdapat pada jumlah rendeman yang dihasilkan
masih rendah jika dibandingkan dengan media air
kelapa. Disamping itu kekenyalan tidak berbeda
jauh, kadar abu lebih rendah, dan warna yang
dihasilkan lebih putih. Perlu di optimalkan sumber
nutrisi dan mineral untuk menghasilkan nata dari
media air yang menghasilkan rendemen yang lebih
besar.
Ucapan terima kasih
Terima kasih kami ucapkan kepada Balai Besar
Industri Agro.
Daftar Pustaka
Agus (2006). Pengaruh pH Awal dan Jumlah Inokulum
Acetobacter xylinum Pada Pembuatan Nata Sari Buah Nanas
(Ananas comosus (L) Merr). Skripsi. Fakultas Teknologi
Pertanian. Unibraw. Malang.
AOAC (1979). Official Methodes of Analysis of the Association of
official Analyical Chemist. Washington DC
AOAC (1984). Official Methodes of Analysis of the Association of
official Analyical Chemist. Washington DC
Arsatmojo, E. (1996). Formulasi Pembuatan Nata Depina,
Skripsi, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB.
Apriyantono, A., Fardiaz, D., Puspitasari NL., Sedarwati,
Budiyanto, S. (1989). Penuntun Praktikum Analisis Pangan
Bogor, PAU Pangan dan Gizi, IPB.
Budiarti, R.S. (2008). Pengaruh Konsentrasi Starter Acetobacter
Xylinum Terhadap Ketebalan dan Rendemen Selulosa Nata
De Soya, Buletin P MIPA, FKIP Universitas Jambi, Jambi
36124: Vol 1 No 1 Februari: 19 24
Efendi, N.H. (2009). Pengaruh penambahan variasi massa pati
(soluble starch) pada pembuatan nata de coco dalam
medium fermentasi bakteri Acetobacter Rylinu, Skripsi
Departemen Kimia, fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, Medan.
Edria, D., M. Wibowo Elvita, K. (2008). Pengaruh Penambahan
Kadar Gulad an Kadar Nitrogen Terhadap Ketebalan,
Tekstur, dan Warna Nata de Coco, Skripsi, Institut Pertanian
Bogor.
Estu, M.D,A. (2009). Bakteri Acetobacter xylinum, Estuelektro,
Desember 19, 2009
Fardiaz, S. 1989. Mikrobiologi Pangan. Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan. PAU, IPB. Bogor
Hidayatullah, R.H (2012). Pemanfaatan limbah air cucian
Pemanfaatan Limbah Air Cucian Beras Sebagai Substrat
Pembuatan Nata De Leri Dengan Penambahan Kadar Gula
PasirDan Starter Berbeda, Skripsi, Fakultas Sains Dan
Teknologi, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga,
Yogyakarta,
Haryadi (2009). Pembuatan Nata de Phina dari Kulit Nanas.
Laporan Penelitian Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro. Semarang
Hubeiz, M. 1985. Penuntun Praktikum Pengawasan Mutu
Pangan. Jurusan TPG, Fateta, IPB. Bogor.
Huda, N.E. (2009). Pengaruh Penambahan Variasi Masa Pati
(soluble starch) pada Pembuatan Nata de Coco dalam
Medium Fermentasi Bakteri Acetobacter Xylinum, Skripsi,
Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara, Medan
Krystynowicz, A. 2005. Molecular Basis of Celullose Biosynthesis
Disappearance in Submerged Culture of Acetobacter
xylinum. Acta Biochimica Polonia, 52 (3): 691-698.
Lapuz (1963). The Nata Organism-Cultural Requirements,
Characteristics and Identity. Philiphine J sci. 90(2) : 91-107
Nur, A. (2009).
Karakteristik Nata de cottonii dengan
penambahan DAP dan Asam Asetat Glasial. Skripsi Sarjana,
Fakultas PErikanan an Ilmu Kelautan , Institut Pertanian
Bogor
Okiyama, A. M. Motoki dan S. Yamanaka (1992). Bacterial
Cellulose H: Processing of Gelatinous Cellulose for Food
Material. Food Hydrocoloid. 6 : 479-489.
Misgiyarta (2009). Teknologi Pembuatan Nata de Coco, Balai
Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Bogor
Pambayun, R.
(2002).
Teknologi Pengolahan Nata de
Coco.Kanisius.Yogyakarta.
Polungkun, R. (2006). Aneka Produ Olahan Kelapa, Penebar
Swadaya, Jakarta
Rindengan, B. (2004). Potensi Buah Kelapa Muda Untuk
Kesehatan dan Pengolahannya, Perspektif, Manado, 3 (2):
Soekarto, S.T. (1985). Penilaian Organoleptik Untuk Industri
Pangan. Bhatara Karya Antara, Jakarta.
Soeseno, S. (1984). Sari Kelapa. Majalah Intisari, Jakarta, 100.
246: 54-61.
Suryani,A., E. Hambali, dan P. Suryadarma (2005). Membuat
Aneka Nata. Penebar Swadaya. Jakarta.
Citation: Alamsyah, R. & Loebis, E.H. (2015) Pembuatan Nata dari bahan Baku Air dengan Perlakuan Konsentrasi Nutrisi dan Mikroba. Warta IHP,
32(1), 75-82
Halaman | 82
Tarigasa, O., Ahmadi, Sapara, I., Zakiyatulyaqin (2011).
Pengaruh Lama Fermentasi Bahan Baku Nata De Coco
Terhadap Kemampuan Sintesis Selulosa oleh Acetobacter
xylinum, Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura
Pontianak
Thampan, D.K. (1982). Handbook of Coconut Palm. Oxford and
Ibit Publishing. Co.Wetsport. New Delhi.
Tonouchi, N., T. Tsuchida, F. Yoshinaga. and Beppu T. (2006).
Characterization of the Biosynthetic Pathway of Cellulose
Halaman | x
ISSN 0215-1243
VOL 32 No. 2 Desember 2015 Hal 45 - 82
INDEKS SUBYEK
B
Beras Cerdas 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8
Biji mimba 62, 63, 64, 65, 66, 67
Bioetanol 68, 69, 71, 72, 73, 74, 75
Bleaching earth 62, 63, 64, 66
C
Cocoa Butter Substitute (CBS)33, 34, 38, 40, 43
Cokelat batangan 33, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41,
42, 43
Cokelat oles 51, 52, 53, 54, 56, 57, 58, 59, 60,
61
Cokelat tabur 45, 46, 47, 48, 49, 50
D
Delignifikasi 68, 69, 70, 71, 74
M
Margarin 45, 46, 47, 48, 49, 50
Maserasi 9, 10, 11, 12, 13, 14
Mikroba 76, 77
Minyak 16
Minyak Ikan Patin 51, 52, 53, 55, 56, 57, 58,
59, 60, 61
Minyak Inti Sawit 33, 34, 38, 39, 40, 43, 44, 45,
46, 49, 50
Minyak Sawit 24, 25, 32, 45, 46, 50,
N
Nata de coco 76, 77, 80, 82
O
Olein sawit 51, 52, 53, 56, 57, 58, 59, 60, 61
Optimasi kondisi proses 24
Pendekatan Arrhenius 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
Press hidroulik - 62
Purifikasi 62, 64, 65, 66
H
Hidrogenasi 33, 34, 35, 37, 38, 41, 43
Hidrolisis enzimatis 68, 69, 70
S
Shortening 24, 25, 26, 27, 28, 29, 31, 32
Kajian 16
Karoten 45, 46, 47, 48, 49, 50
Keamanan pangan - 16
Komponen volatil 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15
Z
Zanthoxylum acanthopodium 9, 10, 14, 15
Halaman | xi
ISSN 0215-1243
VOL 32 No. 2 Desember 2015 Hal 45 - 82
INDEKS PENGARANG
Alamsyah, R 76
Akhiriani, R, A - 1
Mahardini, T 9
Mangindrin - 24
Meutia, Y. R 9, 68
D
Diniyah, N 1
R
Rienoviar 9
Giyarto 1
Siregar, N, C 62
Subagio, A - 1
Sudibyo, A 16, 33
Suherman, A - 33
Supriatna, D 33
Hardika, A, P - 45
Hasibuan, H, A 24, 45
Hutajulu, T. F - 62
I
Isyanti, M 33, 51
Wardayanie, N, I, A - 9
Wibisono, A 51
Wirawan, I - 9
Junaidi, L 68
L
Lestari, N 16, 51, 63
Loebis, E, H 68, 76
Halaman | xii
ISSN 0215-1243
VOL 32 No. 2 Desember 2015 Hal 45 82
6.
7.
8.
9.
10.
Makalah merupakan pemikiran sendiri, belum pernah dipublikasikan, mengandung unsur kekinian dan
bersifat ilmiah.
Judul makalah harus spesifik, jelas, singkat, informatif dan menggambarkan substansi dari tulisan; judul
ditulis dalam dua bahasa (bahasa Indonesia dan Inggris); judul diketik dengan huruf besar pada awal
kata; judul bahasa lainnya di-italic.
Nama penulis ditampilkan dengan jelas; lengkap tanpa menyebutkan gelar; nama asli; penulisan nama
sebaiknya tidak disingkat, bila dilakukan penyingkatan nama harus mengikuti kaidah dan konsisten;
nama penulis utama berada pada urutan paling depan.
Identitas penulis berisi nama instansi/lembaga tempat penulis bekerja dan alamat; alamat e-mail khusus
untuk penulis utama.
Abstrak ditulis dalam dua bahasa; tidak boleh lebih dari 200 kata. Abstrak harus mencakup tujuan
penelitian, bahan dan metode singkat, hasil dan kesimpulan. Hasil dapat didukung dengan data
kuantitatif. Pada akhir abstrak seharusnya memperlihatkan kesimpulan akhir/info baru hasil litbang
(Font Cambria, 10 pt dan spasi 1).
Kata kunci ditulis dalam dua bahasa (Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris), ditempatkan di bawah
abstrak, dapat berupa kata tunggal dan kata majemuk yang terdiri dari 3 sampai dengan 5 kata (Font
Cambria, 8 pt, italic dan spasi 1).
Isi makalah penelitian terdiri dari:
o Pendahuluan (latar belakang, state of the art, dan tujuan penelitian)
o Bahan dan metode
o Hasil dan pembahasan (ilustrasi : gambar, tabel, grafik, foto, diagram dll)
o Kesimpulan
o Ucapan Terima Kasih (opsional)
o Daftar Pustaka (paling sedikit 12 referensi).
Isi makalah ulasan/ review terdiri dari:
o Pendahuluan (latar belakang, tujuan penelitian)
o Pembahasan (dapat terdiri dari beberapa bab sesuai kebutuhan)
o Kesimpulan
o Daftar Pustaka (paling sedikit 25 referensi)
Makalah ditulis 1 spasi pada kertas A4 dengan batas atas dan batas bawah 2,5 cm tepi kiri 3 cm dan tepi
kanan masing-masing 1,5 cm, huruf Cambria Font 10, dengan jumlah halaman makalah maksimal 10
halaman.
Tabel diberi nomer berurutan, judul tabel ditempatkan di atas tabel (rata kiri), ditulis dengan huruf kecil
kecuali huruf pertama pada kata pertama ditulis dengan huruf kapital kecuali singkatan (Font Cambria, 8
pt dan spasi 1); Tabel dibuat hanya dengan garis horisontal dan diletakkan rata kiri. Pencantuman
sumber dan keterangan diletakkan di bawah tabel rata kiri (Font Cambria, 8 pt dan spasi 1).
Contoh:
Tabel 2.
Perlakuan penyimpanan starter
Kode Perlakuan pada Penyimpanan
No.
Suhu ruang
Suhu pendingin
1.
RBa1
RBa2
2.
RBb1
RBb2
3.
RBc1
RBc2
4.
RBd1
RBd2
11. Gambar, grafik, foto atau diagram diletakkan ditengah (center) dan diberi nomer berurutan. Judul
gambar ditempatkan di bawah gambar (center), ditulis dengan huruf kecil kecuali huruf pertama pada
kata pertama ditulis dengan huruf kapital kecuali singkatan (Font Cambria, 8 pt dan spasi 1). Keterangan
gambar, grafik, foto atau diagram menyatu dengan judul gambar.
12. Cara dan contoh penulisan kutipan dan daftar pustaka disesuaikan dengan American Psycological
Association (APA) style:
Halaman | xiii
ISSN 0215-1243
VOL 32 No. 2 Desember 2015 Hal 45 82
b.
c.
d.
Buku online
Daftar referensi
Reed, J. (1922). Ten days that shook the world. Project Gutenberg. Etext 3076. Retrieved January 12, 2004, from
ftp://ibiblio.org/pub/docs/books/gutenberg/etext02/10daz10.txt
APA tidak mencantumkan tahun setelah URL, ini membuat APA berbeda dengan model referensi lainnya.
Kutipan : (Reed, 1922)
e.
f.
Halaman | xiv
ISSN 0215-1243
VOL 32 No. 2 Desember 2015 Hal 45 82
Kutipan
(United States and the Americas, 2003)
(Strong aftershocks, 2003)
h.
i.
j.
k.
Abstrak
Daftar referensi
Kremer, M., & Zwane, A. P. (2005). Encouraging private sector research for tropical agriculture
[Abstract]. World Development, 33, 87.
Abstrak diambil dari sumber asli/ utama, menggunakan format yang sama seperti mensitasi abstrak dari
seminar prosiding yang diterbitkan.
Albin, C. (2003). Negotiating international cooperation: Global public goods and fairness. Review of
International Studies, 29, 36585. Abstract obtained from Peace Research Abstracts Journal, 42, 2005, 6,
Abstract No. 236625.
Halaman | xv
ISSN 0215-1243
VOL 32 No. 2 Desember 2015 Hal 45 82
l.
Website
Daftar referensi
Digital History Web site. (2004). S. Mintz (Ed.). Retrieved January 10, 2004, from http://www
.digitalhistory.uh.edu/index.cfm?
Internet Public Library (IPL) (2003, November 17). Retrieved January 5, 2004, from http://www.ipl.org/
Yale University, History Department home page. (2003). Retrieved January 6, 2004, from
http://www.yale.edu/history/
Jika website/ halaman web tidak menampilkan tanggal ketika ditulis/ diperbarui, maka cukup
menampilkan tahun.
Kutipan
(Digital History, 2004)
(Internet Public Library, 2003) or (IPL, 2003)
(Yale History Department home page, 2003)
n.
Sitcoms
Online.
Retrieved
May
4,
2005,
from
Kutipan
(I Love Lucy: Series summary, 2004)
a.
Jika sitasi mempunyai satu atau dua penulis maka nama belakang penulis dicantumkan
semua (tanpa inisial); apabila penulis 3 orang maka yang dicantumkan nama penulis
pertama (tanpa inisial) ditambah kata et al.
b. Apabila kalimat langsung mengacu kepada nama penulis maka yang dalam tanda kurung
adalah tahun publikasi; apabila kalimat tidak langsung mengacu kepada nama penulis maka
yang didalam tanda kurung adalah nama penulis (tanpa inisial) dan tahun publikasi.
13. Catatan kaki (footnotes) adalah suatu informasi yang merupakan suatu penjelasan tentang sesuatu yang
dinyatakan dalam teks. Penjelasan itu diluar konteks dari teks tersebut. Biasanya catatan kaki itu diberi
nomor berturut menurut teks. Tempat catatan kaki itu dibagian bawah halaman yang bersangkutan
dengan apa yang dijelaskan. Catatan kaki berisi:
1. Keterangan khusus atau tambahan penting, tetapi tidak dimasukkan dalam teks karena uraiannya
akan menyimpang dari garis besar karya ilmiah atau karena uraiannya akan bersifat berlarut-larut
dan di luar konteks.
2. Komentar khusus mengenai bagian yang bersangkutan dalam teks.
3. Kutipan yang akan mengganggu kelancaran penyajian uraian bila dimuat dalam teks.
4. Penunjuk sumber yang diberi komentar tambahan
14. Didukung minimal 13 (tiga belas) daftar pustaka, 80% mengacu pustaka 10 (sepuluh) tahun terakhir, dan
80% berasal dari sumber acuan primer.
15. Lampiran hanya digunakan sebagai data pendukung dalam penilaian dan tidak dicetak dalam Warta IHP.
2,5 cm
Halaman | xx
3 cm
b Institusi
Riwayat Naskah:
Diterimaxx,xxx
Direvisi xx,xxx
Disetujui xx,xxx
ABSTRAK: Abstrak harus dimulai dengan latar belakang singkat, tujuan penelitian, bahan
dan metode singkat dan hasil. Hasil dapat didukung dengan data kuantitatif. Pada akhir
abstrak seharusnya memperlihatkan kesimpulan akhir/ info baru hasil litbang. Abstrak ini
ditulis dalam bahasa sesuai isi artikel (Font Cambria, 10 pt dan spasi 1).
Kata kunci: kata kunci 1, kata kunci 2, kata kunci 5 (Cambria, 8 pt)
ABSTRACT: Abstract should be started with the short background of the study, short
material and method, and result. The result may be supported by quantitative data. At the
end of the abstract should show the final conclusion of the research/ new information
about result. This abstract is written accordance to language of article content (Font
Cambria, 10 pt and single space).
Keywords: key word1, keyword 2, keyword 5 (Cambria, 8 pt)
1. Pendahuluan
2.1. Bahan
Tuliskan semua bahan yang digunakan dalam
penelitian.
2.2. Alat
Tuliskan semua alat yang digunakan pada
penelitian ini beserta spesifikasinya.
0.85 2.3. Metode
cm
2.3.1. Bagaimana menulis persamaan
contoh persamaan adalah sebagai berikut:
k
k v
f(v)= ( )(k-1) e(-v)/c)
c c
(1)
Gambar 1. A typical power- wind speed curve (kurva kecepatan
angin-Jenis kekuatan)
Keterangan:
k = parameter bentuk,
Faktor bentuk k berhubungan dengan perubahan
kecepatan angin; oleh karena itu berlokasi ditempat
tertentu.
c = parameter skala
1,5 cm
Citation: Author1, Author2., & Author 3 (xxx) Title of your manuscript. Warta IHP, x(x),xx-xx
Halaman | xx
n
f i vi
and
v i 1N
fi
i 1
f v
N
i 1
f
i 1
(2)
Keterangan:
(v)
= mean wind velocity,
v
= actual wind speed in m/s,
N
= number of different values of wind
speeds
observed,
fi
= the numbers of observations of a specific
wind speed vi and
n
= 1 for arithmetic mean,
n
= 2 for root mean square,
n
= 3 for cubic mean cube root.
3. Hasil dan Pembahasan
3.1. Cara mendeskripsikan
Cara
mendeskripsikan
dengan
cara
menggabungkan antara hasil dan pembahasan
sekaligus.
3.2. Cara penulisan tabel
Tabel harus ditulis secara ilmiah seperti
ditunjukkan oleh Tabel 1, Tabel 2. Garis hanya
untuk heading dan garis tertutup. Tidak
diperbolehkan garis vertikal.
Cara penulisan tabel dapat dilakukan dengan
dua cara yaitu: (1) untuk tabel berukuran kecil
dapat dibuat dalam format dua kolom seperti pada
Tabel 1.; (2) untuk tabel berukuran besar dapat
dibuat dalam format satu kolom, dengan ketentuan.
5.1427
5.2659
4.7767
6.2008
9.4697
9.6657
10.5473
9.4452
7.1930
4.5461
6.8517
5.8205
Tabel 2
Weibull Parameters for The Test Site
Month
k
January
3.1085
February
2.4533
March
2.2102
April
2.1894
May
2.7570
June
3.6749
July
3.2969
August
3.3358
September
2.7045
October
2.2725
November
3.6044
December
2.9325
5.7955
6.3556
6.0523
7.8349
10.9003
10.4821
11.7628
10.4108
8.2827
5.6524
7.5004
6.6385
2.0396
2.7814
2.9158
3.8077
4.2843
3.1620
3.9213
3.4333
3.3136
2.6543
2.3033
2.4651
c
6.4796
7.1633
6.8338
8.8468
12.2484
11.6195
13.1139
11.5997
9.3133
6.3811
8.3230
7.4414
Gambar 3. Keandalan dibandingkan dengan kekuatan per unit menyapu wilayah/ daerah
4. Kesimpulan
Mohon menyampaikan kesimpulan penemuan
disini
Ucapan terima kasih
Mohon memberikan ucapan terima kasih disini
Daftar Pustaka
A Survey of Canadian Utilities. (1995) Isolated Systems
Generating Planning Practices.
Abed, K.A. & El-Mallah, A.A. (1997) Capacity Factor of Wind
Turbines. Energy, 22, 487-91.
Albadi, M.H. & EI- Saadany, E.F. (2010) Optimum Turbine- Site
Matching. Energy, 35, 3593-3602.
Bardi, U. (2009) Peak Oil: The Four Stages of A New Idea. Energy,
34, 323-6.
Billinton, R. & Allan, R.N. (1996) Reliability Evaluation of Power
Systems. Plenum Press, 2nd ed. New York.
Charles, E.E. (2000) An Introduction to reliability and
maintainability engineering, 1st edition , New Delhi; Tata
McGraw Hill Publishing company Ltd.
Dong Li, D. & Niu, L.Q. (2008) Reliability Analysis of Electric
Distribution System Integrated with Wind Power, IEEE
International Conference on Industrial Electronics and
Applications ICIEA, Singapore pp 729- 733.
Hirsch, R.L., Bezdec, R. & Wendling, R. (2005) Peaking of World
Oil Production: Impacts, Mitigation and Risk Management.
DOE
Report.
Available
from,
http://www.netl.doe.gov/publications/others/pdf/Oil_Peak
ing_NETL.pdf.
Jangamshetti, S.H. & Rau, V.G. (1999) Site Matching of Wind
Turbine Generators: A Case Study. IEEE Transactions on
Energy Conversion, 14(4), 1537-1543.
Jangamshetti, S.H. & Rau, V.G. (2001a) Optimum Siting of Wind
Turbine Generators. IEEE Transactions on Energy
Conversion, 16(1), 8-13.
Jangamshetti, S.H. & Rau, V.G. (2001b) Normalized Power Curves
as A Tool for Identification of Optimum Wind Turbine
Generator Parameters. IEEE Transactions on Energy
Conversion, 16(3), 283-288.
Johnson & Gary, L. (1985) Wind Energy Systems, Prentice Hall
Inc., Englewood Cliffs, NJ 07632.
Justus, C.G. (1978) Winds and System Performance, Franklin
Institute Press, Philadelphia.
Karki, R. & Billinton, R. (2004) Cost- Effective Wind Energy
Utilization for Reliable Power Supply. IEEE Transactions on
Energy Conversion, 19(2), 435-440.
Karki. R. & Po, Hu. (2005) Wind Power Simulation Model for
Reliability Evaluation, In Proc.IEEE Can. Con. Electr. Comput.
Eng. Saskatoon, 541-544.
Manwell, J.F., McGowan, J.G. & Rogers, A.L. (2002) Wind Energy
Explained Theory, Design and Application. West Sussex:
John Wiley & Sons Ltd.
Meng, Q.Y. & Bentley, R.W. (2008) Global Oil Peaking:
Responding to The Case for Abundant Supplies of Oil.
Energy, 33, 1179-84.
Salameh, Z.M. & Safari, I. (1992) Optimum Windmill-Site
Matching. IEEE Transaction on Energy Conversion, 7, 669-76.
Srinath, L.S. (2005) Reliability Engineering, 3rd edition, New
Delhi. Affiliated East- West Press.
Suchitra, G. & Jangamshetti, S.H. (2008) Reliability Evaluation of
Wind Power in North Karnataka, India- A Case Study. IEEE
International Conference on Sustainable Energy Technologies
ICSET Singapore, 24-27, 478-482.
Halaman | xix
ISSN 0215-1243
VOL 32 No. 2 Desember 2015 Hal 45 82