Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
Ekki Kurnia Genio, S. Ked
04054821618038
04084821618156
04054821618154
04054821618145
04084821618143
Pembimbing:
dr. H. Rizal Sanif, Sp.OG(K), MARS
2. Gambaran Umum
Pendahuluan
Eklampsia merupakan penyebab penting morbiditas dan kematian ibu,
terutama di negara berkembang. Pre-eklampsia dan eklampsia menyebabkan
40.000 angka kematian ibu di seluruh dunia setiap tahunnya. Di India, kondisi ini
mencapai 5% dari seluruh kematian ibu. Manajemen terapi kondisi eklampsia
saat ini
stabilisasi kardiovaskular, ginjal, dan status elektrolit; dan kelahiran yang cepat.
Administrasi magnesium sulfat (MgSO4) selama 24 jam setelah terakhir
kejang atau setelah kelahiran dianggap pengobatan paling baik secara empiris,
tetapi belum memiliki bukti ilmiah yang kuat. Penurunan durasi lama pemberian
MgSO4 akan menguntungkan untuk kedua belah pihak pasien dan sistem
kesehatan pasien dirawat. Salah satu uji randomized controlled trial,
menunjukkan kejang dapat dikendalikan secara efektif dalam kasus-kasus
eklampsia oleh hanya memberikan loading dose MgSO4. Tingkat kejang berulang
ditemukan hampir sama antara pasien yang hanya menerima loading dose (3,96%)
dan di antara mereka yang menerima regimen pengobatan standar (3.51%; P >
0,05). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan apakah mengurangi
durasi MgSO4 intravena dari 24 jam menjadi 12 jam setelah kejang terakhir atau
setelah kelahiran efektif meningkatkan outcome maternal pada eklampsia.
oleh dan dokter spesialis kandungan. Dalam kasus terjadinya efek toksik MgSO 4,
rencana manajemen adalah untuk menghentikan pengobatan MgSO4, dan
menyuntikkan 1 g kalsium glukonat (10 mL larutan 10%) intravena, dan beralih
terapi untuk antikonvulsan lain. Pasien-pasien ini dianggap memiliki kegagalan
pengobatan. Setelah selesai pemberian MgSO4 pasien dimonitor setiap 4 jam
sampai normalisasi tekanan darah, dan kemudian setiap 12 jam sebelum
dipulangkan.
Labetalol digunakan sebagai obat antihipertensi sesuai manajemen
protokol dari lembaga penelitian terkait. Para peserta diinduksi untuk menjalani
persalinan spontan, atau mengalami sesar tergantung pada indikasi obstetri dan
kondisi umum pasien. Primary outcome adalah apakah terjadi kejang berulang
setelah pemberian terapi MgSO4. Jika kejang berulang terjadi sebelum selesai
terapi, pasien diberikan 2 g loading dose MgSO4, dan wanita dalam kelompok
studi dialihkan untuk kelompok kontrol, maintenance dose MgSO4 selama 24 jam.
Jika kejang kedua terjadi selama terapi, pengobatan itu dialihkan dari MgSO 4
menjadi fenitoin dan dianggap terapi MgSO4 gagal. Secondary outcome yang
terkait dengan pemulihan pasien, yang dianalisis dalam hal ini adalah total dosis
MgSO4 diberikan, durasi tinggal di rumah sakit, dan durasi dari kateterisasi Foley.
Pasien difollow up sampai keluar dari rumah sakit.
Data penelitian dianalisis dengan SPSS versi 21 (IBM, Armonk, NY,
AMERIKA SERIKAT). Studi dan kelompok kontrol dibandingkan dengan uji t
dan uji 2. Pasien dengan kegagalan pengobatan dikeluarkan dari analisis. P <
0,001 dianggap signifikan.
Hasil
Selama masa penelitian, ada 5705 kelahiran, di antaranya eklampsia
tercatat 223 kasus (3,9%). Semua wanita dengan eklampsia dipantau di high
dependency unit dan dipindahkan ke unit perawatan intensif jika kondisi umum
mereka memburuk. Dalam beberapa kasus tekanan darah sistolik pasien berkisar
dari 130 sampai 140 mm Hg, dan tidak ada kasus eklampsia tanpa proteinuria.
Ada 15 kematian ibu karena eklampsia, memberikan tingkat kematian kasus 6,7%.
kegagalan
terapi
MgSO4
adalah
1,9%.
Diskusi
Dalam penelitian ini, tercatat tidak ada kejang setelah pemberian MgSO 4
baik selama 12 jam atau 24 jam setelah melahirkan atau kejang sebelumnya.
Merupakan terobosan dalam pengelolaan pasien dengan eklampsia di negarasumber berkembang di mana kejadian eklampsia ini tinggi dan menempatkan
beban pada perawatan kesehatan yang meningkat.
Insiden eklampsia adalah 3,9% dalam penelitian ini, yaitu lebih tinggi dari
nilai yang dilaporkan sebelumnya sebesar 0,7%, 0,87%, dan 3,2%. Insiden
eklampsia dalam penelitian ini mungkin lebih tinggi karena penelitian ini
dilakukan di sebuah pusat rujukan untuk penduduk pedesaan yang besar di mana
pasien mengalami komplikasi kehamilan, yang mungkin bertanggung jawab untuk
tingkat kematian yang tinggi (6,7%). Terutama, 99% dari peserta penelitian adalah
unbooked atau tidak terdaftar. Dulu tercatat jauh ke belakang saat 1952 eklampsia
merupakan penyakit yang jarang terjadi jika perawatan prenatal efektif tersedia.
Studi sebelumnya telah menilai jumlah minimum durasi dari pemberian
MgSO4 untuk mencegah kejang berulang dalam kasus eklampsia. Sebagai contoh,
dalam sebuah studi besar, MgSO4 dosis rendah, Sardesai et al. melaporkan bahwa
kejang dapat dikendalikan di 94% kasus eklampsia. Demikian pula, Begum et al,
melaporkan bahwa kejang eklampsia dapat dikontrol dalam 98% dari wanita yang
diobati dengan dimodifikasi (Dhaka) regimen dari MgSO4.
Gambar 1
Dalam penelitian ini, durasi rata-rata monitoring adalah 19,3 4,9 jam
pada kelompok 12 jam dibandingkan dengan 31,8 4,7 jam dikelompok 24 jam.
Penurunan ini akan menjadi manfaat pada pusat tingkat perawatan tersier, rumah
sakit kabupaten, dan pusat-pusat kesehatan primer di banyak negara berkembang.
Ini akan mengurangi beban staf kesehatan dan memungkinkan ikatan ibu-anak
yang semakin baik. Itu berarti jumlah MgSO4 yang di administrasi adalah 23,2
2,8 g dalam 12 jam dibandingkan dengan kelompok lainnya yaitu 34,9 3,2 g
pada kelompok 24 jam. Dalam percobaan eklampsia kolaborasi, dosis rata-rata
MgSO4 adalah 38 9,7 g, hampir sama dengan yang terlihat pada kelompok studi
24 jam pengobatan. Dosis yang lebih rendah dari MgSO 4 yang diberikan pada
kelompok studi 12 jam akan melindungi pasien terhadap efek toksik dari MgSO4.
Telaah Kritis
diikuti dengan dosis pemeliharaan 1 g per jam untuk 12 jam setelah kejang
terakhir atau melahirkan. Dan mereka yang di kelompok kontrol diberi dosis
dari 4 g intravena MgSO4, diikuti dengan dosis pemeliharaan 1 g per jam
untuk 24 jam.
III.
Comparison
Pada penelitian ini terdapat dua kelompok, yaitu kelompok kontrol dan
kelompok studi. Selama masa penelitian tercatat 208 pasien yang memenuhi
sarat inklusi dan ekslusi, 132 dimasukkan dalam
Outcome
Dalam penelitian ini, durasi rata-rata monitoring adalah 19,3 4,9 jam pada
kelompok 12 jam dibandingkan dengan 31,8 4,7 jam dikelompok 24 jam.
Itu berarti jumlah MgSO4 yang di administrasi adalah 23,2 2,8 g dalam 12
jam dibandingkan dengan kelompok lainnya yaitu 34,9 3,2 g pada
kelompok 24 jam. Durasi kateterisasi Foley dalam penelitian ini adalah 19,6
jam pada kelompok 12 jam dibandingkan dengan 31,5 jam dalam kelompok
24 jam. Di antara pasien dengan persalinan pervaginam, durasi rata-rata
perawatan rumah sakit 5,3 hari pada kelompok studi dibandingkan dengan 7,5
hari di kelompok kontrol. Penurunan serupa di lama perawatan rumah sakit
terlihat antara pasien yang melahirkan sesar (7,7 hari vs 10,7 hari).
Pemberian terapi mgSO4 selama 12 jam secara statistik bermakna signifikan
degan p = .001 untuk mengurangi angka durasi rata-rata monitoring,
katerisasi Foley. dan perawatan di rumah sakit, juga mengurangi jumlah
mgSO4 yang diberikan kepada pasien.
Study Validity
Research questions
Is the research question well-defined that can be answered using this study
design?
Ya. Metode penelitian dengan studi prospective randomized study dapat
menjawab tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui perbandingan efek
pemberian terapi mgSO4 selama 12 jam dan 24 jam.
Does the author use appropriate methods to answer their question?
Ya. Metode yang digunakan dalam penulisan penelitian ini adalah analytics
statistics, metode ini tepat untuk mengidentifikasi adanya hubungan antara
variabel dependen dengan variabel independen berdasarkan EBM.
Is the data collected in accordance with the purpose of the research?
Ya. Data yang diambil sesuai dengan tujuan penelitian yaitu wanita hamil
dengan. Dikumpulkan dari tanggal 1 Januari 2012 sampai 30 September
2013, yang mendaftar di Departemen Obstetri dan Ginekologi di Jawaharlal
Nehru Medical College and Hos[ital, Aligarh Muslim University, Aligarh,
India.
Randomization
Was the randomization list concealed from patients, clinicians, and
researchers?
Penelitian ini memakai dua kelompok yaitu kontrol dan intervensi
(skrining). Pemilihan sampel dilakukan secara acak menggunakan simple random
sampling, dengan kriteria inklusi wanita hamil dengan eklampsia prepartum,
intrapartum, atau postpartum dengan tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih
tinggi setelah 20 minggu kehamilan; proteinuria dengan nilai dipstick dari 1 atau
lebih tinggi; dan kejang yang tidak dikaitkan dengan penyebab lain di antara
perempuan dengan pre-eklampsia.
Interventions and co-interventions
V.
Importance
Is this study important?
Ya, penelitian ini penting karena hasil penelitian ini dapat membantu
mengurangi angka durasi rata-rata monitoring, katerisasi Foley. dan
perawatan di rumah sakit, juga mengurangi jumlah mgSO4 yang diberikan
kepada pasien. Dimana ini menguntungkan kedua belah pihak, di sisi pasien;
dosis yang lebih rendah dari MgSO 4 yang diberikan pada kelompok studi 12
jam akan melindungi pasien terhadap efek toksik dari MgSO4 ; mengurangi
paparan infeksi nosokomial yang tidak perlu ; dan lama perawatan yang lebih
cepat. Di sisi penyedia layanan kesehatan diuntungkan dengan mengurangi
biaya keseluruhan dari pengobatan; mengurangi beban staf kesehatan; dan
memungkinkan pemanfaatan yang lebih baik dari sumber daya kesehatan
yang tersedia.
VI.
Applicability
Are your patient so different from these studied that the results may not
apply to them?
Tidak, karena Indonesia juga merupakan negara berkembang yang memiliki
keterbatasan biaya dan tenaga kesehatan yang terdistribusi dengan baik.
Is your environment so different from the one in the study that the methods
could not be use there?
Tidak, hasil penelitian yang menggunakan model desain randomized
controlld study paling layak untuk dipercaya karena metode ini mensyaratkan
dengan
menggunakan
hewan
percobaan.
Model
penelitian
ini