Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
2.
1.
Mengetahui upaya akselerasi pencapaian MDGs 2015 ditinjau dari berbagai profesi
2.
Untuk megetahui hasil kualitatif dan kuatitatif upaya promotif dan preventif kematian ibu dan
anak serta dampak pencapaian MDGs
3.
Untuk mengetahui gerakan dan upaya bidang kesehatan masyarakat dalam penurunan AKI dan
AKB
4.
5.
Untuk mengetahui peran kemenkes dalam menurunkan angka kejadian infeksi HIV dan AIDS
6.
7.
Untuk mengetahui tanggapan tentang issue yang berkaitan dengan kode etik bidan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Upaya Akselerasi Pencapaian MDGS
2.1.1 Keluarga Sejahtera Sebagai Pilar Utama Kesehatan Ibu, Remaja, Dan Anak
A. Meningkatkan Kesehatan Ibu
Dari semua target MDGs, kinerja penurunan angka kematian ibu secara global masih
rendah. Di Indonesia, angka kematian ibu melahirkan (MMR/Maternal Mortality Rate) menurun
dari 390 pada tahun 1991 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007. Target
pencapaian MDG pada tahun 2015 adalah sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup, sehingga
diperlukan kerja keras untuk mencapai target tersebut. Walaupun pelayanan antenatal dan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih cukup tinggi, beberapa faktor seperti risiko
tinggi pada saat kehamilan dan aborsi perlu mendapat perhatian. Upaya menurunkan angka
kematian ibu didukung pula dengan meningkatkan angka pemakaian kontrasepsi dan
menurunkan unmet need yang dilakukan melalui peningkatan akses dan kualitas pelayanan KB
dan kesehatan reproduksi. Ke depan, upaya peningkatan kesehatan ibu diprioritaskan pada
perluasan pelayanan kesehatan berkualitas, pelayanan obstetrik yang komprehensif, peningkatan
pelayanan keluarga berencana dan penyebarluasan komunikasi, informasi dan edukasi kepada
masyarakat.
B. Menurunkan Angka Kematian Anak
Angka kematian bayi di Indonesia menunjukkan penurunan yang cukup signi kan dari 68
pada tahun 1991 menjadi 34 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2007, sehingga target sebesar
23 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 diperkirakan dapat tercapai. Demikian pula
dengan target kematian anak diperkirakan akan dapat tercapai. Namun demikian, masih terjadi
disparitas regional pencapaian target, yang mencerminkan adanya perbedaan akses atas
pelayanan kesehatan, terutama di daerah-daerah miskin dan terpencil. Prioritas kedepan adalah
memperkuat sistem kesehatan dan meningkatkan akses pada pelayanan kesehatan terutama bagi
masyarakat miskin dan daerah terpencil.
2.1.2 Improvement Pendekatan Kolaborasi Approach di BPS, BKM, Dinas Kesehatan, RS
Dalam Maternal Dan Neonatal
1.
Ruang rawat inap adalah ruang tempat pasien dirawat. Lingkup pelayanan rawat inap kebidanan
dirumah sakit selain sebagai penyelengara pelayanan obstetric neonatal emergensi komprehensif
(PONEK) juga memberikan pelayanan :
o Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal normal diantaranya : Persalinan normal, nifas normal
dan bayi baru lahir normal
o Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal dengan masalah diantaranya :perdarahan pada
kehamilan muda (abortus, kehamilan ektopik terganggu,mola hidatidosa), perdarahan kehamilan
lanjut dan persalinan (plasenta previa, solution plasenta, rupture uteri), perdarahan setelah bayi
lahir (atonia uteri, retensio plasenta, rupture perineum dan rupture vagina), persalinan lama,
malpresentasi dan malposisi, hipertensi kehamilan, ketuban pecah dini, prolapsus tali pusat,
infeksi dalam kehamilan, penyakit menular seksual (PMS) dan kehamilan, infeksi dalam
persalinan dan nifas, anemia dalam kehamilan, kehamilan ganda, masalah janin, dan seterusnya.
o Dengan prosedur klinik diantaranya: perawatan pra, intra dan post operatif seksio sesarea,
manajemen aktif kala III, robekan perineum tingkat III dan IV, persalinan sungsang, distorsi
bahu, kuretase, penjaitan robekan porsio, amniotomi , tubektomi, ekstrasi vakum / cunam,
histerektomi subtotal atau total, embriotomi, seksio sesarea dan seterusnya.
2.1.3 Hasil Kualitatif Dan Kuantatif Darai Upaya Promotif Dan Preventif
Upaya promotif adalah suatu usaha pelayanan kesehatan ini pertama. Upaya preventif adalah
sebuah usaha yang dilakukan individu dalam mencegah terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan.
Upaya pencegahan leavel dan clark dibedakan menjadi 3 yaitu :
Pencegahan primer, terdiri dari promosi kesehatan (health promotion) dan perlindungan khusus
(specific protection).
Pencegahan sekunder, bentuknya upaya diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis dan
promotif treatment).
Pencegahan tersier, bentuknya membatasi ketidakmampuan atau kecacatan (disability limitation)
dan pemulihan kesehatan (rehabilitation).
Dampak dalam Pencapaian MDGs 2015
Kemajuan Indonesia mencapai Tujuan Pembangunan Millenium (MDG) 2015 untuk
kematian anak ibu masing-masing disebut sebagai MDG 4 dan 5 - kemajuan global sepuluh
tahun setelah para pemimpin dunia berkomitmen untuk a World Fit for Children pada Sidang
Khusus PBB tentang anak-anak pada tahun 2001.
Indonesia telah membuat kemajuan penting untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak,
sejak membuat komitmen pada a World Fit for Children," kata Dr Robin Nandy, Kepala Bagian
kelangsungan hidup dan perkembangan anak di UNICEF. Tapi bahkan hari ini, diperkirakan
bahwa 150.000 anak meninggal di Indonesia setiap tahun sebelum mereka mencapai ulang tahun
kelima mereka, dan hampir 10.000 wanita meninggal setiap tahun karena masalah dalam
kehamilan dan persalinan. Kita harus melihat lebih dekat lagi hambatan yang memperlambat
kemajuan menuju kita mencegah kematian ini, terutama dalam kaitannya dengan kesehatan ibu,
untuk mendukung prestasi lainnya.
2.1.4 Gerakan Dan Upaya Di Bidang Kesehatan Masyarakat Dalam Akselerasi Penurunan AKI
Dan AKB di Indonesia
Berikut adalah gerakan dan upaya dibidang kesehatan masyarakat dalam akselerasi
penurunan aki dan akb di indonesia :
pelayanan
kesehatan
kepada
masyarakat
di
rumah-rumah,menangani
o Mendeteksi secara dini adanya rfrek samping dan komplikasi pemakaian alat kontrasepsi serta
adanya penyakit-penyakit dan berusaha mengatasi sesuai kemampuan.
b.
d.
e.
pelayanan
kesehatan
masyarakat
lainnya
sesuai
dengan
program
1) Mengenal
wilayah,struktur
kemasyarakatan
dan
komposisi
penduduk
serta
sistem
pemerintahannya.
2) Merencanakan dan menganalisa data serta mengidentifikasi masalah kesehatan untuk
merencanakan penanggulangannya.
3) Menggerakkan peran serta masyarakat melalui pendekatan PKMD dengan melaksanakan
Pertemuan Tingkat Desa ( PTD ),Supaya Mawas Diri ( SMD ) dan Musyawarah Masyarakat
Desa ( MMD ) yang diikuti dengan menghimpun dan melatih kader sesuai dengan kebutuhan.
4) Memberikan pertolongan persalinan
5) Memberikan pertolongan kepada pasien ( orang sakit ),kecelakaan dan kedaruratan.
6) Kunjungan rumah untuk melaksanakan perawatan kesehatan masyarakat di wilayah kerja bidan.
7) Melatih dan membina dukun bayi agar mampu melaksanaka penyuluhan dan membantu deteksi
ibu hamil risiko tinggi.
8) Menggerakkan masyarakat agar melaksanakan kegiatan dana sehat di wilayah kerjanya.
h.
1) Pendayagunaan bidan desa ditujukan untuk mendukung percepatan penurunan AKI dan AKB
2) Bertujuan untuk memastikan bahwa mereka melaksankan tugas pokoknya sesuai standar yang
ditetapkan dan mempunyai bekal pengetahuan serta keterampilan cukup untuk memberikan
pelayanan yang berkualitas.
3) Pembinaan bidan desa hendaknya dikembangkan per kabupaten sesuai kondisi setempat di
bawah pembinaan tingkat propinsi dengan mengacu kepada pola pembinaan teknis yang berlaku
nasional.
i.
bidan
desa
tak
mampu
menangani
pasien
atau
pasien
mengalami
Umur
Tingkat pendidikan
Kemampuan
Masa kerja
Asal daerah
Faktor eksternal yang mempengaruhi mutu pelayanan bidan desa antara lain:
Faktor lingkungan di desa wilayah kerja bidan ( lokasi tempat tinggal dan keamanan lingkungan )
Masyarakat sekitar tempat tinggal ibu mengetahui ada ibu hamil, dan apabila sewaktu waktu
membutuhkan pertolongan, masyarakat siap sedia untuk membantu. Dengan demikian, ibu hamil
yang mengalami komplikasi tidak terlambat untuk mendapat penanganan yang tepat dan cepat.
b.
Manfaat P4k
Meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, Ibu nifas
dan bayi baru lahir melalui peningkatan peran aktif keluarga dan masyarakat dalam
merencanakan persalinan yang aman dan persiapan menghadapi komplikasi dan tanda bahaya
kebidanan dan bayi baru lahir bagi ibu sehingga melahirkan bayi yang sehat.
c.
Sasaran
Seluruh ibu hamil yang ada diwilayah.
d.
1) Orientasi P4K dengan Stiker untuk pengelola program dan stakeholder terkait di tingkat
Propinsi, Kabupaten/Kota, Puskesmas.
2) Sosialisasi di tingkat desa kepada kader, dukun, tokoh agama, tokoh masyarakat, PKK serta
lintas sektor di tingkat desa.
3) Pertemuan bulanan di tingkat desa(Forum Desa Siaga, Forum KIA, Pokja Posyandu ,dll) yang
melibatkan Kades,Toma,Toga, Kader dengan difasilitasi oleh BdD, yang dipimpin oleh kades
membahas tentang :
4) Mendata jumlah ibu hamil di wilayah desa (Updating setiap bulan) Membahas dan menyepakati
calon donor darah, tranportasi dan pembiayaan ( Jamkesmas, Tabulin)
5) Membahas tentang pembiayaan pemberdayaan masyarakat (ADD, PNPM, GSI, Pokjanal
Posyandu, dll)
6) BdD bersama dengan kader atau dukun melakukan kontak dengan ibu hamil, suami dan
keluarga untuk sepakat dalam pengisian stiker termasuk pemakaian KB pasca persalinan
7) BdD bersama kader Mengisi dan menempel Stiker di rumah ibu hamil.
8) BdD Memberikan Konseling pada ibu hamil, suami dan keluarga tentang P4K terutama dalam
menyepakati isi dalam stiker sampai dengan KB pasca persalinan yang harus tercatat dalam
Amanah Persalinan yang dilakukan secara bertahap yang di pegang oleh petugas kesehatan dan
Buku KIA yang di pegang langsung oleh ibu hamil, dll
9) BdD Memberikan Pelayanan saat itu juga sesuai dengan standar ditambah dengan pemeriksaan
laboratorium (Hb, Urine, bila endemis malaria lakukan pemeriksaan apus darah tebal, PMTCT,
ibu, PWS KIA, Peta sasaran Bumil, Kantong Persalinan, termasuk kematian ibu , bayi lahir dan
mati di wilayah desa (termasuk dokter dan bidan praktek swasta di desa tsb ).
10)
ibu, PWS KIA, Peta sasaran Bumil, Kantong Persalinan, termasuk kematian ibu , bayi lahir dan
mati di wilayah desa (termasuk dokter dan bidan praktek swasta di desa tsb ). Melaporkan hasil
tersebut setiap bulan ke Puskesmas. Pemantauan Intensif dilakukan terus pada ibu hamil, bersalin
dan nifas. Stiker dilepaskan sampai 40 hari pasca persalinan dimana ibu dan bayi yang dilahirkan
aman dan selamat.
e.
Peran Masyarakat/Kader/Dukun
1)
Membantu bidan dalam mendata jumlah ibu hamil di wilayah desa binaan.
2)
Memberikan penyuluhan yang berhubungan dengan kesehatan ibu (Tanda Bahaya Kehamilan,
Persalinan dan sesudah melahirkan)
3)
Membantu Bidan dalam memfasilitasi keluarga untuk menyepakati isi Stiker, termasuk KB
Pasca melahirkan.
4)
Bersama dengan Kades, Toma membahas tentang masalah calon donor darah, transportasi dan
pembiayaan untuk membantu dalam menghadapi kegawatdaruratan pada waktu hamil, bersalin
dan sesudah melahirkan.
5)
Menganjurkan suami untuk mendampingi pada saat pemeriksaan kehamilan, persalinan, dan
sesudah melahirkan
6)
ikterus,
pelaksanaan
thermal
control
untuk
mencegah
hipotermia
dan
Puskesmas mampu PONED yang merupakan bagian dari jaringan pelayanan obstetric
dan neonatal di Kabupaten/ Kota sangat spesifik daerah, namun untuk menjamin kualitas, perlu
ditetapkan beberapa criteria pengembangan :
1) Puskesmas dengan sarana pertolongan persalinan. Diutamakan puskesmas dengan tempat
perawatan/ puskesmas dengan ruang rawat inap.
2) Puskesmas sudah berfungsimenolong persalinan.
3) Mempunyai fungsi sebagai sub senter rujukan
Melayani sekitar 50.000 100.000 penduduk yang tercakup oleh puskesmas (termasuk
penduduk di luar wilayah puskesmas PONED).
Jarak tempuh dari lokasi pemukiman sasaran, pelayanan dasar dan puskesmas biasa ke
puskesmas mampu PONED paling lama 1 jam dengan transportasi umum setempat, mengingat
waktu pertolongan hanya 2 jam untuk kasus perdarahan.
4) Jumlah dan jenis tenaga kesehatan yang perlu tersedia, sekurang-kurangnya seorang dokter dan
seorang bidan terlatih GDON dan seorang perawat terlatih PPGDON. Tenaga tersebut bertempat
tinggal di sekitar lokasi puskesmas mampu PONED.
5) Jumlah dan jenis sarana kesehatan yang perlu tersedia sekurang-kurangnya :
Ruangan tempat menolong persalinan Ruangan ini dapat memanfaatkan ruangan yang seharihari digunakan oleh pengelola program KIA : Luas minimal 3 x 3 m ,Ventilasi dan penerangan
memenuhi syarat, Suasana aseptik bias dilaksanakan, DanTempat tidur minimal dua buah dan
dapat dipergunakan untuk melaksanakan tindakan.
6)
Jenis pelayanan yang diberikan dikaitkan dengan sebab kematian ibu yang utama yaitu :
perdarahan, eklampsi, infeksi, partus lama, abortus, dan sebab kematian neonatal yang utama
yaitu : asfiksia, tetanus neonatorum dan hipotermia.
c.Penanggung jawab
Penanggung jawab puskesmas mampu PONED adalah dokter.
d. Dukungan Pihak Terkait
Dalam pengembangan PONED harus melibatkan secara aktif pihak-pihak terkait, seperti:
Format-format
Rujukan
2.
Sosialisasi
Dalam pemasaran social ini yang perlu diketahui oleh masyarakat antara lain adalah jenis
pelayanan yang diberikan dan tariff pelayanan. Pemasaran social dapat dlaksanakan antara lain
oleh petugas kesehatan dan sector terkait, dari tingkat kecamatan sampai ke desa, a.l dukun/
kader dan satgas GSI melalui berbagai forum yang ada seperti rapat koordinasi tingkat
kecamatan/ desa, lokakarya mini dan kelompok pengajian dan lain-lainnya.
3.
h. Pencatatan
Dalam pelaksanaan PONED ini, diperlukan pencatatan yang akurat baik ditingkat
Kabupaten/ Kota (RS PONED) maupun di tingkat puskesmas. Format-format yang digunakan
adalah yang sudah baku seperti :
1)
2)
3)
4)
Partograf
5)
Format-format AMP
Tingkat Puskesmas
Formulir Rujukan maternal dan Neonatal (Form R) Formulir ini dipakai oleh puskesmas, bidan
di desa maupun bidan swasta, untuk merujuk kasus ibu maupun neonatus.
Formulir Otopsi Verbal Maternal dan Neonatal (Form OM dan OP). Form OM digunakan untuk
otopsi verbal ibu hamil/ bersalin/ nifas yang meninggal. Sedangkan Form OP digunakan untuk
otopsi verbal bayi baru lahir yang meninggal. Untuk mengisi formulir tersebut dilakukan
wawancara terhadap keluarga yang meninggal oleh petugas puskesmas.
Formulir Maternal dan Neonatal (Form MP) Formulir ini mencatat data dasar semua ibu
bersalin/ nifas dan bayi baru lahir yang masuk ke RS. Pengisiannya dapat dilakukan oleh bidan
atau perawat.
Formulir Medical Audit (Form MA) Form ini dipakai untuk menulis hasil/ kesimpulan data dari
audit maternal dan audit neonatal. Yang mengisi formulir ini adalah dokter yang bertugas di
bagian kebidanan dan kandungan (untuk kasus ibu) atau bagian anak (untuk kasus anak
neonatal).
i.
Pelaporan
Pelaporan hasil kegiatan dilakukan secara berjenjang dengan menggunakan format yang
terdapat pada buku pedoman AMP, yaitu :
1) Laporan dari RS Kabupaten/ Kota ke Dinkes Kabupaten/ kota (Form RS) Laporan bulanan ini
berisi informasi mengenai kesakitan dan kematian (serta sebab kematian) ibu dan bayi baru lahir.
aporan bulanan ini berisi informasi yang sama seperti diatas dan jumlah kasus yang dirujuk ke
RS Kabupaten/ Kota.
2) Laporan dari Dinkes kabupaten/ Kota ke tingkat propinsi/ Dinkes Propinsi. Laporan triwulan ini
berisi informasi mengenai kasus ibu dan neonatal yang ditangani oleh RS kabupaten/ Kota dan
puskesmas, serta tingkat kematian dari tiap jenis komplikasi/ gangguan.
j. Pemantauan
Pemantauan dilakukan oleh institusi yang berada secara fungsional satu tingkat diatasnya
secara berjenjang dalam satu kesatuan system.
Hasil pemantauan harus dimanfaatkan oleh unit kesehatan masing-masing dan menjadi dasar
untuk melakukan perbaikan serta perencanaan ulang manajemen pelayanan melalui :
Pemanfaatan laporan, Laporan yang diterima bermanfaat untuk melakukan penilaian
kinerja dan pembinaan
Umpan Balik, Hasil analisa laporan dikirimkan sebagai umpan balik dalam jangka waktu 3
(tiga) bulan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota ke RS PONEK dan Puskesmas PONED atau
disampaikan melalui pertemuan Review Program Kesehatan Ibu dan Anak secara berkala di
Kabupaten/ Kota dengan melibatkan ketiga unsure pelayanan kesehatan tersebut diatas. Umpan
balik dikirimkan kembali dengan tujuan untuk melakukan tindak lanjut terhadap berbagai
masalah yang ditemukan dalam pelaksanaan PONED/ PONEK.
5. Program Jampersal (Jaminan Persalinan)
Upaya terobosan yang paling mutakhir adalah program Jampersal (Jaminan Persalinan)
yang digulirkan sejak 2011. Program Jampersal ini diperuntukan bagi seluruh ibu hamil, bersalin
dan nifas serta bayi baru lahir yang belum memiliki jaminan kesehatan atau asuransi kesehatan.
Keberhasilan Jampersal tidak hanya ditentukan oleh ketersediaan pelayanan kesehatan namun
juga kemudahan masyarakat menjangkau pelayanan kesehatan disamping pola pencarian
pertolongan kesehatan dari masyarakat, sehingga dukungan dari lintas sektor dalam hal
kemudahan transportasi serta pemberdayaan masyarakat menjadi sangat penting.
6. Program Emas (Expanding Maternal And Neonatal Survival)
Pada tahun 2012 Kementerian Kesehatan RI meluncurkan program EMAS (Expanding
Maternal and Neonatal Survival, bekerja sama dengan USAID dengan kurun waktu 2012 2016,
yang diluncurkan 26 Januari 2012 sebagai salah satu bentuk kerjasama Pemerintah Indonesia
dengan USAID dalam rangka percepatan penurunan kematian ibu dan bayi baru lahir di 6
provinsi terpilih yaitu Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah dan
JawaTimur yang menyumbangkan kurang lebih 50 persen dari kematian ibu dan bayi di
Indonesia. Dalam program ini Kementerian Kesehatan RI bekerjasama dengan JHPIEGO, serta
mitra-mitra lainnya seperti Save the Children, Research Triangle Internasional, Muhammadiyah
dan Rumah Sakit Budi Kemuliaan.
2.2 Kehidupan Seksual Yang Sehat
2.2.1 Peningkatan kehidupan kesehatan seks untuk mengurangi IMS
Lima hal yang mempengaruhi perilaku seksual :
(a) keadaan kesehatan tubuh,
(b) dorongan seksual,
(c) psikis,
(d) pengetahuan tentang sesual dan
(e) pengalaman seksual.
Pengetahuan seksual yang benar dapat memberikan petunjuk pada seseorang kearah
perilaku seksual yang benar dan bertanggung jawab serta dapat membantunya dalam membuat
keputusan pribadi yang penting tentang seksualitas. Sebaliknya pengetahuan seksual yang sangat
kurang dapat mengakibatkan penerimaan yang salah tentang seksualitas, sehingga menimbulkan
tingkah laku yang salah dengan segala akibatnya.
Manfaat besar dalam mempelajari seksualitas secara benar ialah memiliki pengetahuan yang
benar, menghindari berbagai mitos dan informasi yang salah, dapat memahami perilaku seksual
yang benar pada diri sendiri dan masyarakat, dan dapat mengatasi berbagai masalah seksualitas..
Peningkatan kehidupan kesehatan seks untuk mengurangi IMS dapat dilakukan dengan
cara cara sebagai berikut :
Penanganan kasus IMS komprehensif
1.
Diagnosis IMS
2.
3.
Pendidikan pasien
4.
Pemberian kondom
5.
Konseling
6.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
1.
2.
Program kondom
3.
4.
Beri layanan khusus untuk populasi dengan resiko Pekerja seks Remaja Militer Tahanan
6.
7.
2.
3.
4.
Konseling gizi.
5.
6.
Keluarga Berencana
7.
Konseling KB
8.
Pelayanan KB, sesuai dengan kemampuan, kecuali implant dan metode operatif
9.
Tujuan keenam dalam MDGs menangani berbagai penyakit menular paling berbahaya. Pada
urutan
teratas
adalah Human
Immunodeficiency
Virus (HIV),
yaitu
virus
macam tindakan yang secara logika-rasional umum (common sense) dinilai menyimpang dari
kode etik.
Dengan demikian etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan self control,
karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepenringan kelompok sosial
(profesi) itu sendiri. Oleh karena itu dapatlah disimpulkan bahwa sebuah profesi hanya dapat
memperoleh kepercayaan dari masyarakat, bilamana dalam diri para elit profesional tersebut ada
kesadaran kuat untuk mengindahkan etika profesi pada saat mereka ingin memberikan jasa
keahlian profesi kepada masyarakat yang memerlukannya.
Secara umum tujuan merumuskan kode etik adalah untuk kepentingan anggota dan organisasi,
meliputi :
1. Menjunjung tinggi martabat dan citra profesi.
2. Menjaga dan memelihara kesejahteraan anggota.
3. Meningkatkan pengabdian para anggota profesi
4. Meningkatkan mutu profesi
Dimensi etik meliputi : Anggota profesi dan klien, Anggota profesi dan sistem, Anggota
profesi dan profesi lain, dan Semua anggota profesi
Prinsip kode etik terdiri dari : Menghargai otonomi, Melakukan tindakan yang benar,Mencegah
tindakan
yang
merugikan, Memperlakukan
manusia
secara
adil, Menjelaskan
dengan
masyarakat tentang nilai manusia dalam menghargai suatu tindakan yang berhubungan dengan
segala aspek kebidanan yang menyangkut baik dan buruknya.
Contoh Issue Etik dalam kehidupan sehari hari :
Persetujuan dalam proses melahirkan.
Memilih atau mengambil keputusan dalam persalinan
Kegagalan dalam proses persalinan
Pelaksanan USG dalam kehamilan
Konsep normal pelayanan kebidanan
Bidan dan pendidikan seks
Dilema merupakan suatu keadaan dimana dihadapkan pada dua alternatif pilihan, yang
kelihatannya sama atau hampir sama dan membutuhkan pemecahan masalah. Dilema muncul
karena terbentur pada konflik moral, pertentangan batin, atau pertentangan antara nilai-nilai yang
diyakini bidan dengan kenyataan yang ada.
transplantasi
atau
pemindahan
seluruh
atau
satu tubuh ke tubuh yang lain, atau dari suatu tempat ke tempat yang lain pada tubuh yang sama.
Transplantasi ini ditujukan untuk menggantikan organ yang rusak atau tak berfungsi pada
penerima dengan organ lain yang masih berfungsi dari donor. Donor organ dapat merupakan
orang yang masih hidup ataupun telah meninggal.
Bayi tabung, adalah upaya jalan pintas untuk mempertemukan sel sperma dan sel telur diluar
tubuh (in vitro fertilization). Setelah terjadi konsepsi hasil tersebut dimasukkan kembali ke
dalam rahim ibu atau embrio transfer sehingga dapat tumbuh menjadi janin sebagaimana
layaknya kehamilan biasa.
2.3.3 Tanggapan Yang Berkaitan Kode Etik Bidan
Realisasi majelis etika profesi bidan adalah dalam bentuk MPEB (Majelis Pertimbangan
Etika Bidan) dan MPA (Majelis Pembelaan Anggota). Majelis Pertimbangan Etika Bidan
(MPEB) dan Majelis Pembelaan anggota (MPA) secara internal berperan memberikan saran,
pendapat dan buah pikiran tentang masalah pelik yang sedang dihadapi khususnya yang
menyangkut pelaksanaan kode etik bidan dan pembelaan anggota.
Dewan Pertimbangan Etika Bidan (DPEB) dan Majelis Pembelaan Anggota (MPA)
memiliki fungsi antara lain :
1. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan bidan sesuai dengan ketetapan Pengurus Pusat.
2. Melaporkan hasil kegiatan sesuai dengan bidang dan tugasnya secara berkala
3. Memberikan saran dan pertimbangan yang perlu dalam rangka tugas Pengurus Pusat
4. Membentuk Tim Teknis sesuai dengan kebutuhan
2.3.4 Solusi Penyelesaian Masalah Kode Etik Bidan
Menurut George R.Terry, pengambilan keputusan adalah memilih alternatif yang ada.
5 (lima) hal pokok dalam pengambilan keputusan/solusi :
1. Intuisi berdasarkan perasaan, lebih subyektif dan mudah terpengaruh.
2. Pengalaman mewarnai pengetahuan praktis, seringnya terpapar suatu kasus meningkatkan
kemampuan mengambil keputusan terhadap nsuatu kasus.
3. Fakta, keputusan lebih riel, valid dan baik.
4. Wewenang lebih bersifat rutinitas.
5. Rasional, keputusan bersifat obyektif, transparan, konsisten.
Eudemonisme : Menurut
Filsuf
Yunani
Aristoteles
bahwa
dalam
kegiatannya,manusia mengejar suatu tujuan, ingin mencapai sesuatu yang baik bagi kita.
Teori Etika
Teori etika adalah proses yang ditempuh dalam membenarkan suatu keputusan etis tertentu.
setiap
dilema-dilema
etis
dengan
berpijak
pada
intuisi. Intuisi
kemungkinan yang dimiliki seseorang untuk mengetahui secara langsung apakah sesuatu
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Upaya promotif adalah suatu usaha pelayanan kesehatan ini pertama. Upaya preventif
adalah sebuah usaha yang dilakukan individu dalam mencegah terjadinya sesuatu yang tidak
diinginkan.
Berikut adalah gerakan dan upaya dibidang kesehatan masyarakat dalam akselerasi
penurunan aki dan akb di indonesia :
1. Penempatan bidan di desa
2. Pemberdayaan Keluarga dan Masyarakat dengan Menggunakan Buku Kesehatan Ibu dan Anak
(Buku KIA)
3. Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4k)
4.Penyediaan Fasilitas Kesehatan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (Poned) di
Puskesmas Perawatan dan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (Ponek) di
Rumah Sakit.
5. Program Jampersal (Jaminan Persalinan)
6. Program Emas (Expanding Maternal And Neonatal Survival)
Angka kematian ibu dan anak semakin tahun semakin banyak akibatnya pencapaian
MDGs buruk. Pembangunan kesehatan ke depan diarahkan pada peningkatan upaya promotif
dan preventif, di samping peningkatan akses pelayanan kesehatan bagi masyarakat, utamanya
penduduk miskin.
3.2 Saran
Kepada pembaca diharapkan setelah membaca makalah ini khususnya tim kesehatan,
supaya mampu mengelolola pelayanan kebidanan ditingkat pelayanan primer, serta bagi
mahasiswi hendaknya dapat mengetahui bagaimana cara pengambilan keputusan/solusi yang
benar dan tepat untuk menjadi calon Tenaga Kesehatan terutama sebagai seorang Bidan.
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
Azwar, Azrul. 1996.Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan,
4.
Marimbi, Hanum.2008. Etika dan Kode Etik Profesi Kebidanan.Yogyakarta : Mitra Cendikia
Press.