You are on page 1of 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pelayanan Laboratorium merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang
diperlukan untuk menunjang upaya peningkatan kesehatan, pencegahan, dan pengobatan, serta
pemulihan kesehatan.
Bidan merupakan bentuk profesi yang erat kaitannya dengan etika karena lingkup
kegiatan bidan sangat berhubungan erat dengan masyarakat. Karena itu, selain mempunyai
pengetahuan dan keterampilan, agar dapat diterima di masyarakat, bidan juga harus memiliki
etika yang baik sebagai pedoman bersikap/ bertindak dalam memberikan suatu pelayanan
khususnya pelayanan kebidanan.
Berdasarkan hasil survai tingkat kematian ibu dan anak semakin tahun akan terjadi
peningkatan. Untuk menurunkan AKI dan AKB di perlukan gerakan dan upaya bagi tenaga
kesehatan dan masyarakat sendiri
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1.

Untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Mutu Layanan Kebidanan,

2.

Untuk mempermudah pemahaman materi tentang Pelayanan Kebidanan Ditingkat Pelayanan


Kesehatan.
1.3 Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah :

1.

Mengetahui upaya akselerasi pencapaian MDGs 2015 ditinjau dari berbagai profesi

2.

Untuk megetahui hasil kualitatif dan kuatitatif upaya promotif dan preventif kematian ibu dan
anak serta dampak pencapaian MDGs

3.

Untuk mengetahui gerakan dan upaya bidang kesehatan masyarakat dalam penurunan AKI dan
AKB

4.

Untuk mengetahui masalah etik yang berhubungan dengan Teknologiui

5.

Untuk mengetahui peran kemenkes dalam menurunkan angka kejadian infeksi HIV dan AIDS

6.

Untuk mengetahui Issue & Dilema dalam kebidanan

7.

Untuk mengetahui tanggapan tentang issue yang berkaitan dengan kode etik bidan.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Upaya Akselerasi Pencapaian MDGS
2.1.1 Keluarga Sejahtera Sebagai Pilar Utama Kesehatan Ibu, Remaja, Dan Anak
A. Meningkatkan Kesehatan Ibu
Dari semua target MDGs, kinerja penurunan angka kematian ibu secara global masih
rendah. Di Indonesia, angka kematian ibu melahirkan (MMR/Maternal Mortality Rate) menurun
dari 390 pada tahun 1991 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007. Target

pencapaian MDG pada tahun 2015 adalah sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup, sehingga
diperlukan kerja keras untuk mencapai target tersebut. Walaupun pelayanan antenatal dan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih cukup tinggi, beberapa faktor seperti risiko
tinggi pada saat kehamilan dan aborsi perlu mendapat perhatian. Upaya menurunkan angka
kematian ibu didukung pula dengan meningkatkan angka pemakaian kontrasepsi dan
menurunkan unmet need yang dilakukan melalui peningkatan akses dan kualitas pelayanan KB
dan kesehatan reproduksi. Ke depan, upaya peningkatan kesehatan ibu diprioritaskan pada
perluasan pelayanan kesehatan berkualitas, pelayanan obstetrik yang komprehensif, peningkatan
pelayanan keluarga berencana dan penyebarluasan komunikasi, informasi dan edukasi kepada
masyarakat.
B. Menurunkan Angka Kematian Anak
Angka kematian bayi di Indonesia menunjukkan penurunan yang cukup signi kan dari 68
pada tahun 1991 menjadi 34 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2007, sehingga target sebesar
23 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 diperkirakan dapat tercapai. Demikian pula
dengan target kematian anak diperkirakan akan dapat tercapai. Namun demikian, masih terjadi
disparitas regional pencapaian target, yang mencerminkan adanya perbedaan akses atas
pelayanan kesehatan, terutama di daerah-daerah miskin dan terpencil. Prioritas kedepan adalah
memperkuat sistem kesehatan dan meningkatkan akses pada pelayanan kesehatan terutama bagi
masyarakat miskin dan daerah terpencil.
2.1.2 Improvement Pendekatan Kolaborasi Approach di BPS, BKM, Dinas Kesehatan, RS
Dalam Maternal Dan Neonatal
1.

Pelayanan Kesehatan Maternal di Rumah Sakit

o Semua rumah sakit dapat melayani pelayanan kesehatan maternal.


o Melayani kesehatan maternal gawat darurat (PONEX)
o Tenaga yang tersedia di RS PONEX adalah dokter ahli, bidan dan perawat.
2.

Pelayanan Maternal di Rawat Inap Kebidanan


Rawat inap (opname) adalah istilah yang berarti proses perawatan pasien oleh tenaga kesehatan
profesional akibat penyakit tertentu, di mana pasien diinapkan di suatu ruangan di rumah sakit.

Ruang rawat inap adalah ruang tempat pasien dirawat. Lingkup pelayanan rawat inap kebidanan
dirumah sakit selain sebagai penyelengara pelayanan obstetric neonatal emergensi komprehensif
(PONEK) juga memberikan pelayanan :
o Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal normal diantaranya : Persalinan normal, nifas normal
dan bayi baru lahir normal
o Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal dengan masalah diantaranya :perdarahan pada
kehamilan muda (abortus, kehamilan ektopik terganggu,mola hidatidosa), perdarahan kehamilan
lanjut dan persalinan (plasenta previa, solution plasenta, rupture uteri), perdarahan setelah bayi
lahir (atonia uteri, retensio plasenta, rupture perineum dan rupture vagina), persalinan lama,
malpresentasi dan malposisi, hipertensi kehamilan, ketuban pecah dini, prolapsus tali pusat,
infeksi dalam kehamilan, penyakit menular seksual (PMS) dan kehamilan, infeksi dalam
persalinan dan nifas, anemia dalam kehamilan, kehamilan ganda, masalah janin, dan seterusnya.
o Dengan prosedur klinik diantaranya: perawatan pra, intra dan post operatif seksio sesarea,
manajemen aktif kala III, robekan perineum tingkat III dan IV, persalinan sungsang, distorsi
bahu, kuretase, penjaitan robekan porsio, amniotomi , tubektomi, ekstrasi vakum / cunam,
histerektomi subtotal atau total, embriotomi, seksio sesarea dan seterusnya.
2.1.3 Hasil Kualitatif Dan Kuantatif Darai Upaya Promotif Dan Preventif
Upaya promotif adalah suatu usaha pelayanan kesehatan ini pertama. Upaya preventif adalah
sebuah usaha yang dilakukan individu dalam mencegah terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan.
Upaya pencegahan leavel dan clark dibedakan menjadi 3 yaitu :
Pencegahan primer, terdiri dari promosi kesehatan (health promotion) dan perlindungan khusus
(specific protection).
Pencegahan sekunder, bentuknya upaya diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis dan
promotif treatment).
Pencegahan tersier, bentuknya membatasi ketidakmampuan atau kecacatan (disability limitation)
dan pemulihan kesehatan (rehabilitation).
Dampak dalam Pencapaian MDGs 2015
Kemajuan Indonesia mencapai Tujuan Pembangunan Millenium (MDG) 2015 untuk
kematian anak ibu masing-masing disebut sebagai MDG 4 dan 5 - kemajuan global sepuluh
tahun setelah para pemimpin dunia berkomitmen untuk a World Fit for Children pada Sidang
Khusus PBB tentang anak-anak pada tahun 2001.

Indonesia telah membuat kemajuan penting untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak,
sejak membuat komitmen pada a World Fit for Children," kata Dr Robin Nandy, Kepala Bagian
kelangsungan hidup dan perkembangan anak di UNICEF. Tapi bahkan hari ini, diperkirakan
bahwa 150.000 anak meninggal di Indonesia setiap tahun sebelum mereka mencapai ulang tahun
kelima mereka, dan hampir 10.000 wanita meninggal setiap tahun karena masalah dalam
kehamilan dan persalinan. Kita harus melihat lebih dekat lagi hambatan yang memperlambat
kemajuan menuju kita mencegah kematian ini, terutama dalam kaitannya dengan kesehatan ibu,
untuk mendukung prestasi lainnya.
2.1.4 Gerakan Dan Upaya Di Bidang Kesehatan Masyarakat Dalam Akselerasi Penurunan AKI
Dan AKB di Indonesia
Berikut adalah gerakan dan upaya dibidang kesehatan masyarakat dalam akselerasi
penurunan aki dan akb di indonesia :

1.Penempatan bidan di desa


Bidan desa adalah bidan yang ditempatkan,diwajibkan tinggal srta bertugas melayani
masyarakat di wilayah kerjanya,yang meliputi satu atau dua desa yang dalam melaksanakan
tugas pelayanan medik baik di dalam maupun di luar jam kerjanya bertanggung jawab langsung
kepada kepala Puskesmas dan bekerja sama dengan perangkat desa.
a. Fungsi bidan desa
o Memberikan

pelayanan

kesehatan

kepada

masyarakat

di

rumah-rumah,menangani

persalinan,pelayanan keluarga berencana dan pengayoman medis kontrasepsi


o Menggerakkan dan membina para serta masyarakat dalam bidang kesehatan,yang sesuai dengan
permasalahan kesehatan setempat
o Membina dan memberikan bimbimngan teknis kepada kader serta dukun bayi
o Membina kelompok dasa wisma dibidang kesehatan
o Membina kerja sama lintas program,lintas sektoral,dan lembaga swadaya masyarakat
o Melakukan rujukan medis maupun rujukan kesehatan kepada puskesmas kecuali dalam keadaan
darurat harus dirujuk ke fasilitas kesehatan lainnya

o Mendeteksi secara dini adanya rfrek samping dan komplikasi pemakaian alat kontrasepsi serta
adanya penyakit-penyakit dan berusaha mengatasi sesuai kemampuan.
b.

Tujuan penempatan bidan di desa


Tujuan penempatan bidan desa secara umum adalah meningkatkan mutu dan pemerataan
pelayanan dalam rangka menurunkan angka kematian ibu,anak balita,dan menurunkan angka
kelahiran serta meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup sehat.
Secara khusus tujuan penempatan bidan di desa adalah :

o Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat


o Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan
o Meningkatnya mutu pelayanan ibu hamil,pertolongan persalinan,perawatan nifas dan perinatal,
serta pelayanana kontrasepsi.
o Menurunnya jumlah kasus-kasus yang berkaitan penyulit kehamilan, persalinan, dan perinatal
o Menurunnya jumlah balita yang menderita gizi buruk dan diare
o Meningkatnya kemampuan keluarga untuk hidup sehat dengan membantu pembinaan kesehatan
masyarakat
o Meningkatnya peran serta masyarakat melalui pendekatan PKMD termasuk gerakan dana sehat.
c.

Pelayanan Bidan Desa


Menurut Azrul Azwar pelayanan kesehatan yang terdapat dalam masyarakat secara umum
dapat dibedakan atas tiga macam,yaitu :
Pelayanan kesehatan tingkat I : Pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan pelayanan yang
bersifat dasar.
Pelayanan Kesehatan tingkat II : Pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan pelayanan
spesialis atau bahkan kadang-kadang pelayanan subspesialisi tetapi terbatas.
Pelayanan Kesehatan tingkat III : Pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan pelayanan
spesialis dan subspesialisi.
Dari ketiga klasifikasi di atas dapat diketahui bahwa pelayanan kesehatan yang
dilaksanakan oleh bidan desa lebih cenderung dalam pelayanan tingkat dasar pertama. Selain
membantu penurunan angka kematian dan peningkatan kesehatan ibu dan anak termasuk
keluarga berencana. Bidan desa juga membantu memberikan pengobatan pertama pada
masyarakat yang membutuhkan sebelum mendapatkan pertolongan yang lebih efisien di rumah
sakit.

d.

Tugas Pokok bidan desa


Tugas Pokok bidan desa adalah Melakukan pelayanan kesehatan,khususnya kesehatan ibu
dan anak di desa wilayah kerjanya berdasarkan urutan prioritas masalah kesehatan yang dihadapi
sesuai dengan kewenangan yang dimiliki, dan Menggerakkan serta membina masyarakat desa di
wilayah kerjanya agar memiliki kesadaran berperilaku hidup bersih dan sehat.

e.

Komitmen kerja bidan desa


Pelayanan kesehatan yang dilakukan bidan desa akan terlaksana secara optimal apabila setiap
bidan desa memahami komitmen kerjanya sebagai bidan kerja. Komitmen kerja bidan desa
adalah suatu janji dari seorang bidan desa atau kebulatan tekad untik melaksanakan kegiatannya
sebagai seorang bidan sesuai dengan tujuan,kedudukan,dan cakupan yang sudah ditentukan
dalam tugasnya.
Jenis-jenis komitmen kerja bidan desa terdiri dari :

1) Bidan desa harus komitmen terhadap peningkatan cakupan pelayanan


2) Bidan desa harus komitmen terhadap kebijaksanaan Depkes RI
3) Bidan desa harus komitmen terhadap tugas manajemen Kesehatan ibu dan Anak (KIA) dan
administrasi/pencatatan dan pelaporan.( Depkes RI,2004 )
f.

Wewenang bidan desa


Wewenang bidan desa sama dengan wewenang yang diberikan kepada bidan lainnya. Hal ini
diatur dalam peraturan Menteri Kesehatan.( Depkes RI,1996 )
Wewenang tersebut adalah sebagai berikut :
Wewenang umum : Kewenangan yang diberikan untuk melaksanakan tugas yang dapat
dipertanggungjawabkan secara mandiri.
Wewenang khusus : adalah wewenang untuk melaksanakan kegiatan yang memerlukan
pengawasan dokter. Tanggung jawab pelaksanaannya berada pada dokter yang diberikan
wewenang tersebut.
Wewenang pada keadaan darurat : Bidan diberikan wewenang melakukan pertolongan
pertama untuk menyelamatkan penderita atas tanggung jawabnya sebagai insane profesi. Segera

setelah melakukan tindakan darurat tersebut,bidan diwajibkan membuat laporan ke Puskesmas di


wilayah kerjanya.
Wewenang tambahan : Bidan dapat diberi wewenang tambahan oleh atasannya dalam
pelaksanaan

pelayanan

kesehatan

masyarakat

lainnya

sesuai

dengan

program

pemerintah,pendidikan dan pelatihan yang diterimanya.


g.

Kegiatan bidan desa


Sesuai dengan kewenangan bidan yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan
No.363/Menkes/Per/IX/1990,maka kegiatan bidan desa adalah :

1) Mengenal

wilayah,struktur

kemasyarakatan

dan

komposisi

penduduk

serta

sistem

pemerintahannya.
2) Merencanakan dan menganalisa data serta mengidentifikasi masalah kesehatan untuk
merencanakan penanggulangannya.
3) Menggerakkan peran serta masyarakat melalui pendekatan PKMD dengan melaksanakan
Pertemuan Tingkat Desa ( PTD ),Supaya Mawas Diri ( SMD ) dan Musyawarah Masyarakat
Desa ( MMD ) yang diikuti dengan menghimpun dan melatih kader sesuai dengan kebutuhan.
4) Memberikan pertolongan persalinan
5) Memberikan pertolongan kepada pasien ( orang sakit ),kecelakaan dan kedaruratan.
6) Kunjungan rumah untuk melaksanakan perawatan kesehatan masyarakat di wilayah kerja bidan.
7) Melatih dan membina dukun bayi agar mampu melaksanaka penyuluhan dan membantu deteksi
ibu hamil risiko tinggi.
8) Menggerakkan masyarakat agar melaksanakan kegiatan dana sehat di wilayah kerjanya.
h.

Peranan teknik bidan desa


Peranan teknik yang dimiliki bidan desa maksudnya pengetahuan dan keterampilan
tentang semua upaya dan kegiatan untuk melaksanakan pelayanan kebidanan dan pelayanan KIA
pada umumnya ( termasuk KB ),manajemen pelayanan KIA di wilayah kerjanya dan peningkatan
peran serta masyarakat dalam bidang KIA,khususnya pembinaan dukun bayi yang bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan bidan dalam aspek fungsi teknisnya,agar dapat berperan dalam
mempercepat penurunan kematian ibu dan bayi dan meningkatkan kemampuan dalam
manajemen KIA dan upaya pendukungnya. ( Depkes RI,1994 )
Kebijaksanaan yang ditetapkan dalam pembinaan peranan teknik bidan desa adalah
sebagai berikut :

1) Pendayagunaan bidan desa ditujukan untuk mendukung percepatan penurunan AKI dan AKB
2) Bertujuan untuk memastikan bahwa mereka melaksankan tugas pokoknya sesuai standar yang
ditetapkan dan mempunyai bekal pengetahuan serta keterampilan cukup untuk memberikan
pelayanan yang berkualitas.
3) Pembinaan bidan desa hendaknya dikembangkan per kabupaten sesuai kondisi setempat di
bawah pembinaan tingkat propinsi dengan mengacu kepada pola pembinaan teknis yang berlaku
nasional.
i.

Peranan non teknis bidan desa


1) Melakukan penyuluhan kesehatan
Penyuluhan yang khususnya mengenai kesehatan reproduksi kepada masyarakat.
Penyuluhan ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya
melakukan pemeriksaan kehamilan serta persalinan yang ditolong oleh tenaga bidan desa.
2) Melakukan pelayanan rujukan
Jika

bidan

desa

tak

mampu

menangani

pasien

atau

pasien

mengalami

kegawatdaruratan,maka diharapkan bidan desa melakukan rujukan ke puskesmas atau Rumah


sakit
3) Memberikan pelayanan antenatal
Antenatal care adalah merupakan cara penting untuk memonitoring dan mendukung
kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan normal, ibu hamil sebaiknya
dianjurkan mengunjungi bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil
untuk mendapatkan pelayanan dan asuhan antenatal.
j.

Faktor internal dan eksternal dalam pelayanan bidan desa


Faktor karakteristik ( internal ) yang terkait dengan pelayanan bidan desa antara lain :

Umur
Tingkat pendidikan
Kemampuan
Masa kerja
Asal daerah
Faktor eksternal yang mempengaruhi mutu pelayanan bidan desa antara lain:
Faktor lingkungan di desa wilayah kerja bidan ( lokasi tempat tinggal dan keamanan lingkungan )

Kualitas fisik ( bangunan ) dan fasilitas di Polindes


2. Pemberdayaan Keluarga dan Masyarakat dengan Menggunakan Buku Kesehatan Ibu dan
Anak (Buku KIA)
Buku KIA merupakan instrumen pencatatan dan penyuluhan (edukasi) bagi ibu dan
keluarganya, juga alat komunikasi antar tenaga kesehatan dan keluarga. Disebut alat edukasi
karena buku KIA berisi informasi dan materi penyuluhan tentang kesehatan Ibu dan Anak
termasuk gizi, yang dapat membantu keluarga khususnya ibu dalam memelihara kesehatan
dirinya sejak ibu hamil sampai anaknya berumur 5 tahun.
Jadi Buku KIA merupakan:
Alat pencatatan dan pemantauan Kesehatan Ibu dan Anak
Alat komunikasi antara tenaga kesehatan dan antara tenaga kesehatan dengan ibu
dan keluarganya.
Alat penyuluhan (edukasi) Kesehatan Ibu dan Anak
Milik keluarga
Dapat dipergunakan di semua fasilitas kesehatan
Gabungan kartu-kartu kesehatan yang pernah ada dan yang masih ada, seperti: KMS ibu
hamil, Kartu KB, KMS Balita, dan Kartu Perkembangan Anak.
3. Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4k)
Program, perencanaan, persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K) adalah : Suatu
Kegiatan yang difasilitasi oleh Bidan di Desa dalam rangka peningkatan peran aktif suami,
keluarga dan masyarakat dalam merencanakan Persalinan yang aman dan persiapan menghadapi
komplikasi pada ibu hamil, termasuk perencanaan pemakaian alat kontrasepsi pasca persalinan
dengan menggunakan stiker sebagai media notifikasi sasaran untuk meningkatkan cakupan dan
mutu pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi baru lahirKB
a.

Tujuan Pemasangan Stiker P4k


Penempelan stiker P4K di setiap rumah ibu hamil dimaksudkan agar ibu hamil terdata, tercatat
dan terlaporkan keadaannya oleh bidan dengan melibatkan peran aktif unsur unsur masyarakat
seperti kader, dukun dan tokoh masyarakat.

Masyarakat sekitar tempat tinggal ibu mengetahui ada ibu hamil, dan apabila sewaktu waktu
membutuhkan pertolongan, masyarakat siap sedia untuk membantu. Dengan demikian, ibu hamil
yang mengalami komplikasi tidak terlambat untuk mendapat penanganan yang tepat dan cepat.
b.

Manfaat P4k
Meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, Ibu nifas
dan bayi baru lahir melalui peningkatan peran aktif keluarga dan masyarakat dalam
merencanakan persalinan yang aman dan persiapan menghadapi komplikasi dan tanda bahaya
kebidanan dan bayi baru lahir bagi ibu sehingga melahirkan bayi yang sehat.

c.

Sasaran
Seluruh ibu hamil yang ada diwilayah.

d.

Langkah langkah pelaksanaan p4k dengan pemasangan stiker

1) Orientasi P4K dengan Stiker untuk pengelola program dan stakeholder terkait di tingkat
Propinsi, Kabupaten/Kota, Puskesmas.
2) Sosialisasi di tingkat desa kepada kader, dukun, tokoh agama, tokoh masyarakat, PKK serta
lintas sektor di tingkat desa.
3) Pertemuan bulanan di tingkat desa(Forum Desa Siaga, Forum KIA, Pokja Posyandu ,dll) yang
melibatkan Kades,Toma,Toga, Kader dengan difasilitasi oleh BdD, yang dipimpin oleh kades
membahas tentang :
4) Mendata jumlah ibu hamil di wilayah desa (Updating setiap bulan) Membahas dan menyepakati
calon donor darah, tranportasi dan pembiayaan ( Jamkesmas, Tabulin)
5) Membahas tentang pembiayaan pemberdayaan masyarakat (ADD, PNPM, GSI, Pokjanal
Posyandu, dll)
6) BdD bersama dengan kader atau dukun melakukan kontak dengan ibu hamil, suami dan
keluarga untuk sepakat dalam pengisian stiker termasuk pemakaian KB pasca persalinan
7) BdD bersama kader Mengisi dan menempel Stiker di rumah ibu hamil.
8) BdD Memberikan Konseling pada ibu hamil, suami dan keluarga tentang P4K terutama dalam
menyepakati isi dalam stiker sampai dengan KB pasca persalinan yang harus tercatat dalam
Amanah Persalinan yang dilakukan secara bertahap yang di pegang oleh petugas kesehatan dan
Buku KIA yang di pegang langsung oleh ibu hamil, dll
9) BdD Memberikan Pelayanan saat itu juga sesuai dengan standar ditambah dengan pemeriksaan
laboratorium (Hb, Urine, bila endemis malaria lakukan pemeriksaan apus darah tebal, PMTCT,

dll) Setelah melayani , BdD merekap hasil pelayanan ke dalam

pencatatan Kartu Ibu, kohort

ibu, PWS KIA, Peta sasaran Bumil, Kantong Persalinan, termasuk kematian ibu , bayi lahir dan
mati di wilayah desa (termasuk dokter dan bidan praktek swasta di desa tsb ).
10)

Setelah melayani , BdD merekap hasil pelayanan ke dalam

pencatatan Kartu Ibu, kohort

ibu, PWS KIA, Peta sasaran Bumil, Kantong Persalinan, termasuk kematian ibu , bayi lahir dan
mati di wilayah desa (termasuk dokter dan bidan praktek swasta di desa tsb ). Melaporkan hasil
tersebut setiap bulan ke Puskesmas. Pemantauan Intensif dilakukan terus pada ibu hamil, bersalin
dan nifas. Stiker dilepaskan sampai 40 hari pasca persalinan dimana ibu dan bayi yang dilahirkan
aman dan selamat.
e.

Peran Masyarakat/Kader/Dukun

1)

Membantu bidan dalam mendata jumlah ibu hamil di wilayah desa binaan.

2)

Memberikan penyuluhan yang berhubungan dengan kesehatan ibu (Tanda Bahaya Kehamilan,
Persalinan dan sesudah melahirkan)

3)

Membantu Bidan dalam memfasilitasi keluarga untuk menyepakati isi Stiker, termasuk KB
Pasca melahirkan.

4)

Bersama dengan Kades, Toma membahas tentang masalah calon donor darah, transportasi dan
pembiayaan untuk membantu dalam menghadapi kegawatdaruratan pada waktu hamil, bersalin
dan sesudah melahirkan.

5)

Menganjurkan suami untuk mendampingi pada saat pemeriksaan kehamilan, persalinan, dan
sesudah melahirkan

6)

Menganjurkan Pemberian ASI eksklusif pada bayi sampai usia 6 bulan


4.Penyediaan Fasilitas Kesehatan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (Poned) di
Puskesmas Perawatan dan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (Ponek) di
Rumah Sakit.
a. Pengertian
PONED (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar) merupakan pelayanan untuk
menggulangi kasus-kasus kegawatdaruratan obstetric neonatal yang meliputi segi:

1) Pelayanan obstetric : Pemberian oksitosin parenteral, antibiotika perenteral dan sedative


perenteral, pengeluaran plasenta manual/kuret serta pertolongan persalinan menggunakan vakum
ekstraksi/forcep ekstraksi.
2) Pelayanan neonatal : Resusitasi untuk bayi asfiksia, pemberian antibiotika parenteral,
pemberian antikonvulsan parenteral, pemberian bic- nat intraumbilical/ Phenobarbital untuk
mengatasi

ikterus,

pelaksanaan

thermal

control

untuk

mencegah

hipotermia

dan

penganggulangan gangguan pemberian nutrisi.


PONED dilaksanakan di tingkat puskesmas, dan menerima rujukan dari tenaga atu
fasilitas kesehatan di tingkat desa atau masyarakat dan merujuk ke rumah sakit. PPGDON
(Pertolongan Pertama pada kegawatdaruratan obstetric dan neonatal). Kegiatannya adalah
menyelamatkan kasus kegawatdaruratan kebidanan dan neonatal dengan memberikan
pertolongan pertama serta mempersiapkan rujukan. PPGDON dilaksanakan oleh tenaga atau
fasilitas kesehatan di tingkat desa dan sesuia dengan kebutuhan dapat merujuk ke puskesmas
mampu PONED atau rumah sakit.
PONEK (Pelayanan obstetric dan neonatal emergensi komprehensif) Kegiatannya
disamping mampu melaksanakan seluruh pelayanan PONED, di RS kabupaten/kota untuk aspek
obstetric , ditambah dengan melakukan transfusi dan bedah sesar. Sedangkan untuk aspek
neonatus ditambah dengan kegiatan PONEK (Pelayanan obstetric dan neonatal emergensi
komprehensif)
Kegiatannya disamping mampu melaksanakan seluruh pelayanan PONED, di RS
kabupaten/kota untuk aspek obstetric , ditambah dengan melakukan transfusi dan bedah sesar.
Sedangkan untuk aspek neonatus ditambah dengan kegiatan (tidak berarti perlu NICU) setiap
saat. PONEK dilaksanakan di RS kabupaten/kota dan menerima rujukan dari oleh tenaga atau
fasilitas kesehatan di tingkat desa dan masyarakat atau rumah sakit.
b. Kebijaksanaan
Ketersediaan pelayanan kegawatdaruratan untuk ibu hamil beserta janinnya sangat
menentukan kelangsungan hidup ibu dan bayi baru lahir. Misalnya, perdarahan sebagai sebab
kematian langsung terbesar dari ibu bersalin perlu mendapat tindakan dalam waktu kurang dari 2
jam, dengan demikian keberadaan puskesmas mampu PONED menjadi sangat strategis.
b. Kriteria

Puskesmas mampu PONED yang merupakan bagian dari jaringan pelayanan obstetric
dan neonatal di Kabupaten/ Kota sangat spesifik daerah, namun untuk menjamin kualitas, perlu
ditetapkan beberapa criteria pengembangan :
1) Puskesmas dengan sarana pertolongan persalinan. Diutamakan puskesmas dengan tempat
perawatan/ puskesmas dengan ruang rawat inap.
2) Puskesmas sudah berfungsimenolong persalinan.
3) Mempunyai fungsi sebagai sub senter rujukan

Melayani sekitar 50.000 100.000 penduduk yang tercakup oleh puskesmas (termasuk
penduduk di luar wilayah puskesmas PONED).

Jarak tempuh dari lokasi pemukiman sasaran, pelayanan dasar dan puskesmas biasa ke
puskesmas mampu PONED paling lama 1 jam dengan transportasi umum setempat, mengingat
waktu pertolongan hanya 2 jam untuk kasus perdarahan.

4) Jumlah dan jenis tenaga kesehatan yang perlu tersedia, sekurang-kurangnya seorang dokter dan
seorang bidan terlatih GDON dan seorang perawat terlatih PPGDON. Tenaga tersebut bertempat
tinggal di sekitar lokasi puskesmas mampu PONED.
5) Jumlah dan jenis sarana kesehatan yang perlu tersedia sekurang-kurangnya :

Alat dan obat

Ruangan tempat menolong persalinan Ruangan ini dapat memanfaatkan ruangan yang seharihari digunakan oleh pengelola program KIA : Luas minimal 3 x 3 m ,Ventilasi dan penerangan
memenuhi syarat, Suasana aseptik bias dilaksanakan, DanTempat tidur minimal dua buah dan
dapat dipergunakan untuk melaksanakan tindakan.

Air bersih tersedia

Kamar mandi/ WC tersedia

6)

Jenis pelayanan yang diberikan dikaitkan dengan sebab kematian ibu yang utama yaitu :
perdarahan, eklampsi, infeksi, partus lama, abortus, dan sebab kematian neonatal yang utama
yaitu : asfiksia, tetanus neonatorum dan hipotermia.
c.Penanggung jawab
Penanggung jawab puskesmas mampu PONED adalah dokter.
d. Dukungan Pihak Terkait
Dalam pengembangan PONED harus melibatkan secara aktif pihak-pihak terkait, seperti:

1) Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota

2) Rumah Sakit Kabupaten/ Kota


3) Organisasi Profesi : IBI. IDAI, POGI, IDI
4) Lembaga swadaya masyarakat (LSM)
e. Distribusi PONED
Untuk satu wilayah kabupaten/ kota minimal ada 4 puskesmas mampu PONED, dengan
sebaran yang merata. Jangkauan pelayanan kesehatan diutamakan gawat darurat obstetric
neonatal (GDON) di seluruh kabupaten/ kota.
f. Kebijaksanaan PONED
Pada lokasi yang berbatasan dengan kabupaten/ kota lain, perlu dilakukan kerjasama
kedua kabupaten/ kota terebut.
g. Pelaksanaan PONED
1. Persiapan pelaksanaan, Dalam tahap ini ditentukan :

Biaya operasional PONED

Lokasi pelayanan emergensi di puskesmas

Pengaturan petugas dalam memberikan pelayanan gawat darurat obstetric neonatal.

Format-format

Rujukan

Pencatatan dan pelaporan (Kartu Ibu, Partograf, dll)

2.

Sosialisasi
Dalam pemasaran social ini yang perlu diketahui oleh masyarakat antara lain adalah jenis
pelayanan yang diberikan dan tariff pelayanan. Pemasaran social dapat dlaksanakan antara lain
oleh petugas kesehatan dan sector terkait, dari tingkat kecamatan sampai ke desa, a.l dukun/
kader dan satgas GSI melalui berbagai forum yang ada seperti rapat koordinasi tingkat
kecamatan/ desa, lokakarya mini dan kelompok pengajian dan lain-lainnya.

3.

Alur pelayanan di puskesmas mampu PONED


Setiap kasus emergensi yang datang ke puskesmas mampu PONED harus langsung
ditangani, setelah itu baru pengurusan administrasi (pendaftaran, pembayaran alur pasien.
Pelayanan gawat darurat obstetric dan neonatal yang diberikan harus mengikuti prosedur tetap
(protap).

h. Pencatatan
Dalam pelaksanaan PONED ini, diperlukan pencatatan yang akurat baik ditingkat
Kabupaten/ Kota (RS PONED) maupun di tingkat puskesmas. Format-format yang digunakan
adalah yang sudah baku seperti :
1)

Pencatatan System Informasi manajemen Puskesmas (SP2PT)

2)

KMS ibu hamil/ buku KIA

3)

Register Kohort Ibu dan Bayi

4)

Partograf

5)

Format-format AMP

Tingkat Puskesmas

Formulir Rujukan maternal dan Neonatal (Form R) Formulir ini dipakai oleh puskesmas, bidan
di desa maupun bidan swasta, untuk merujuk kasus ibu maupun neonatus.

Formulir Otopsi Verbal Maternal dan Neonatal (Form OM dan OP). Form OM digunakan untuk
otopsi verbal ibu hamil/ bersalin/ nifas yang meninggal. Sedangkan Form OP digunakan untuk
otopsi verbal bayi baru lahir yang meninggal. Untuk mengisi formulir tersebut dilakukan
wawancara terhadap keluarga yang meninggal oleh petugas puskesmas.

Tingkat Rumah Sakit

Formulir Maternal dan Neonatal (Form MP) Formulir ini mencatat data dasar semua ibu
bersalin/ nifas dan bayi baru lahir yang masuk ke RS. Pengisiannya dapat dilakukan oleh bidan
atau perawat.

Formulir Medical Audit (Form MA) Form ini dipakai untuk menulis hasil/ kesimpulan data dari
audit maternal dan audit neonatal. Yang mengisi formulir ini adalah dokter yang bertugas di
bagian kebidanan dan kandungan (untuk kasus ibu) atau bagian anak (untuk kasus anak
neonatal).

i.

Pelaporan
Pelaporan hasil kegiatan dilakukan secara berjenjang dengan menggunakan format yang
terdapat pada buku pedoman AMP, yaitu :
1) Laporan dari RS Kabupaten/ Kota ke Dinkes Kabupaten/ kota (Form RS) Laporan bulanan ini
berisi informasi mengenai kesakitan dan kematian (serta sebab kematian) ibu dan bayi baru lahir.

Laporan dari puskesmas ke Dinkes Kabupaten/ Kota (Form Puskesmas).

aporan bulanan ini berisi informasi yang sama seperti diatas dan jumlah kasus yang dirujuk ke
RS Kabupaten/ Kota.

2) Laporan dari Dinkes kabupaten/ Kota ke tingkat propinsi/ Dinkes Propinsi. Laporan triwulan ini
berisi informasi mengenai kasus ibu dan neonatal yang ditangani oleh RS kabupaten/ Kota dan
puskesmas, serta tingkat kematian dari tiap jenis komplikasi/ gangguan.
j. Pemantauan
Pemantauan dilakukan oleh institusi yang berada secara fungsional satu tingkat diatasnya
secara berjenjang dalam satu kesatuan system.
Hasil pemantauan harus dimanfaatkan oleh unit kesehatan masing-masing dan menjadi dasar
untuk melakukan perbaikan serta perencanaan ulang manajemen pelayanan melalui :
Pemanfaatan laporan, Laporan yang diterima bermanfaat untuk melakukan penilaian
kinerja dan pembinaan
Umpan Balik, Hasil analisa laporan dikirimkan sebagai umpan balik dalam jangka waktu 3
(tiga) bulan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota ke RS PONEK dan Puskesmas PONED atau
disampaikan melalui pertemuan Review Program Kesehatan Ibu dan Anak secara berkala di
Kabupaten/ Kota dengan melibatkan ketiga unsure pelayanan kesehatan tersebut diatas. Umpan
balik dikirimkan kembali dengan tujuan untuk melakukan tindak lanjut terhadap berbagai
masalah yang ditemukan dalam pelaksanaan PONED/ PONEK.
5. Program Jampersal (Jaminan Persalinan)
Upaya terobosan yang paling mutakhir adalah program Jampersal (Jaminan Persalinan)
yang digulirkan sejak 2011. Program Jampersal ini diperuntukan bagi seluruh ibu hamil, bersalin
dan nifas serta bayi baru lahir yang belum memiliki jaminan kesehatan atau asuransi kesehatan.
Keberhasilan Jampersal tidak hanya ditentukan oleh ketersediaan pelayanan kesehatan namun
juga kemudahan masyarakat menjangkau pelayanan kesehatan disamping pola pencarian
pertolongan kesehatan dari masyarakat, sehingga dukungan dari lintas sektor dalam hal
kemudahan transportasi serta pemberdayaan masyarakat menjadi sangat penting.
6. Program Emas (Expanding Maternal And Neonatal Survival)
Pada tahun 2012 Kementerian Kesehatan RI meluncurkan program EMAS (Expanding
Maternal and Neonatal Survival, bekerja sama dengan USAID dengan kurun waktu 2012 2016,

yang diluncurkan 26 Januari 2012 sebagai salah satu bentuk kerjasama Pemerintah Indonesia
dengan USAID dalam rangka percepatan penurunan kematian ibu dan bayi baru lahir di 6
provinsi terpilih yaitu Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah dan
JawaTimur yang menyumbangkan kurang lebih 50 persen dari kematian ibu dan bayi di
Indonesia. Dalam program ini Kementerian Kesehatan RI bekerjasama dengan JHPIEGO, serta
mitra-mitra lainnya seperti Save the Children, Research Triangle Internasional, Muhammadiyah
dan Rumah Sakit Budi Kemuliaan.
2.2 Kehidupan Seksual Yang Sehat
2.2.1 Peningkatan kehidupan kesehatan seks untuk mengurangi IMS
Lima hal yang mempengaruhi perilaku seksual :
(a) keadaan kesehatan tubuh,
(b) dorongan seksual,
(c) psikis,
(d) pengetahuan tentang sesual dan
(e) pengalaman seksual.
Pengetahuan seksual yang benar dapat memberikan petunjuk pada seseorang kearah
perilaku seksual yang benar dan bertanggung jawab serta dapat membantunya dalam membuat
keputusan pribadi yang penting tentang seksualitas. Sebaliknya pengetahuan seksual yang sangat
kurang dapat mengakibatkan penerimaan yang salah tentang seksualitas, sehingga menimbulkan
tingkah laku yang salah dengan segala akibatnya.
Manfaat besar dalam mempelajari seksualitas secara benar ialah memiliki pengetahuan yang
benar, menghindari berbagai mitos dan informasi yang salah, dapat memahami perilaku seksual
yang benar pada diri sendiri dan masyarakat, dan dapat mengatasi berbagai masalah seksualitas..
Peningkatan kehidupan kesehatan seks untuk mengurangi IMS dapat dilakukan dengan
cara cara sebagai berikut :
Penanganan kasus IMS komprehensif
1.

Diagnosis IMS

2.

Terapi anti mikroba untuk gejala

3.

Pendidikan pasien

4.

Pemberian kondom

5.

Konseling

6.

Pemberitahuan dan penanganan pasangan


Penanganan kasus IMS dengan sindrom
Keuntungan:

1. Terapi lebih cepat


2. Hemat biaya (tidak ada tes lab mahal)
3. Kepuasan Klien
4. Standarisasi
5. Diagnosis dan terapi
6. Pengelolaan supply
7. Pelatihan
8. Monitoring dan surveilans
Kualitas layanan untuk program IMS
1.

Tersedia, terjangkau, dapat diakses dan sesuai

2.

Protokol penanganan IMS

3.

Petugas kesehatan terlatih (teknis dan konseling)

4.

Pasokan obat IMS yang efektif dan berkesinambungan

5.

Sistem pelacakan/penelusuran kontak rahasia

6.

Monitoring & supervisi klinik

7.

Pelatihan saat memberikan layanan


Paket Kesehatan Masyarakat

1.

Promosi seks aman

2.

Program kondom

3.

Kesadaran masyarakat akan IMS

4.

Penanganan kasus IMS komprehensif saat kontak pertama


5.

Beri layanan khusus untuk populasi dengan resiko Pekerja seks Remaja Militer Tahanan

6.

Deteksi dini infeksi

7.

Integrasi pencegahan dan layanan IMS ke layanan lain.

2.2.2 Pengelolaan IMS Di Tingkat Pelayanan Kesehatan Primer


Pencegahan dan penanggulangan IMs termasuk HIV/AIDS
Pelayanannya adalah :
Konseling tentang pencegahan dan penanggulangan PMS termasuk HIV/AIDS.
Promosi penggunaan kondom untuk perlindungan.
Diagnosis dan pengobatan kasus PMS.
Pemeriksaan laboratorium untuk PMS bila mungkin juga untuk HIV/AIDS.
Kesehatan reproduksi remaja.
2.2.3 Penjagaan Kesehatan Ibu Dan Janin Dari Aspek Pencegahan IMS
Pembinaan Pelayanan di tingkat desa.
1.

Pelayanan kebidanan dasar (antenatal, persalinan, nifas dan kunjungan neonatal)

2.

Penanganan kasus kegawatan obstetrineonatal, termasuk tindakan bedah besar.

3.

Penanganan semua kasus rujukan dari puskesmas dan desa.

4.

Konseling gizi.

5.

Pembinaan pelayanan di tingkat puskesmas.

6.

Keluarga Berencana

7.

Konseling KB

8.

Pelayanan KB, sesuai dengan kemampuan, kecuali implant dan metode operatif

9.

Pertolongan pertama efek sampng KB.

10. Rujukan pelayanan KB


11. Konseling KB
12. Pelayanan KB, sesuai dengan kemampuan.
13. Pertolongan pertama pada komplikasi dan kegagalan KB serta penanganan efek samping KB
14. Rujukan pelayanan KB
2.2.4

Peran Kemenkes Dalam Menurunkan Kejadian Infeksi HIV dan AIDS


Berikut ini adalah peran pemerintah dalam program MDGs dalam menurunkan infeksi HIV
dan AIDS di masyarakat, tercantum dalam :
Tujuan 6: Memerangi HIV dan AIDS, Malaria serta Penyakit Lainnya

Tujuan keenam dalam MDGs menangani berbagai penyakit menular paling berbahaya. Pada
urutan

teratas

adalah Human

Immunodeficiency

Virus (HIV),

yaitu

virus

penyebab AcquiredImmuno Deficiency Syndrome (AIDS)terutama karena penyakit ini dapat


membawa dampak yang menghancurkan, bukan hanya terhadap kesehatan masyarakat namun
juga terhadap negara secara keseluruhan. Indonesia beruntung bahwa HIV belum mencapai
kondisi seperti yang terjadi di Afrika dan beberapa negara Asia Tenggara. Jumlah penduduk
Indonesia yang hidup dengan virus HIV diperkirakan antara 172.000 dan 219.000, sebagian
besar adalah laki-laki19. Jumlah itu merupakan 0,1% dari jumlah penduduk. Menurut Komisi
Penanggulangan AIDS Nasional (KPA), sejak 1987 sampai Juni 2008, tercatat 12.686 kasus
AIDS 2.479 diantaranya telah meninggal.
Target MDGs untuk HIV dan AIDS adalah menghentikan laju penyebaran serta
membalikkan kecenderungannya pada 2015. Saat ini, kita belum dapat mengatakan telah
melakukan dua hal tersebut karena di hampir semua daerah di Indonesia keadaannya tidak
terkendalikan. Pemerintah bisa saja mencapai target ini, namun untuk itu diperlukan satu upaya
besar-besaran dan terkoordinasi dengan baik di tingkat nasional. Masalah utama pemerintah saat
ini adalah rendahnya kesadaran tentang isu-isu HIV dan AIDS serta terbatasnya layanan untuk
menjalankan tes dan pengobatan. Selain itu, kurangnya pengalaman pemerintah untuk
menanganinya dan anggapan bahwa ini hanyalah masalah kelompok resiko tinggi ataupun
mereka yang sudah tertular. Stigma yang masih kuat menganggap bahwa HIV hanya akan
menular pada orang-orang tidak bermoral. Menjadi sebuah tantangan untuk mengajak semua
pihak merasakan ini sebagai masalah yang perlu dihadapi bersama.
2.3 Masalah Etik Yang Berhubungan Dengan Teknologi
2.3.1 Etik Dan Profesi
Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak
kesusilaan atau adat. Etika akan memberikan semacam batasan maupun standar yang akan
mengatur pergaulan manusia di dalam kelompok sosialnya. Dalam pengertiannya yang secara
khusus dikaitkan dengan seni pergaulan manusia, etika ini kemudian dirupakan dalam bentuk
aturan (code) tertulis yang secara sistematik sengaja dibuat berdasarkan prinsip prinsip moral
yang ada pada saat yang dibutuhkan akan bisa difungsikan sebagai alat untuk menghakimi segala

macam tindakan yang secara logika-rasional umum (common sense) dinilai menyimpang dari
kode etik.
Dengan demikian etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan self control,
karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepenringan kelompok sosial
(profesi) itu sendiri. Oleh karena itu dapatlah disimpulkan bahwa sebuah profesi hanya dapat
memperoleh kepercayaan dari masyarakat, bilamana dalam diri para elit profesional tersebut ada
kesadaran kuat untuk mengindahkan etika profesi pada saat mereka ingin memberikan jasa
keahlian profesi kepada masyarakat yang memerlukannya.
Secara umum tujuan merumuskan kode etik adalah untuk kepentingan anggota dan organisasi,
meliputi :
1. Menjunjung tinggi martabat dan citra profesi.
2. Menjaga dan memelihara kesejahteraan anggota.
3. Meningkatkan pengabdian para anggota profesi
4. Meningkatkan mutu profesi
Dimensi etik meliputi : Anggota profesi dan klien, Anggota profesi dan sistem, Anggota
profesi dan profesi lain, dan Semua anggota profesi
Prinsip kode etik terdiri dari : Menghargai otonomi, Melakukan tindakan yang benar,Mencegah
tindakan

yang

merugikan, Memperlakukan

manusia

secara

adil, Menjelaskan

dengan

benar, Menepati janji yang telah disepakati, dan Menjaga kerahasiaan.


Profesi adalah sekumpulan orang yang memiliki cita-cita dan nilai bersama yang
disatukan oleh latar belakang pendidikan dan keahlian yang sama untuk menjadi suatu kelompok
yang mempunyai kekuasaan tersendiri karena memiliki tujuan yang khusus. Dalam suatu profesi
terdapat kode etik digunakan untuk memperkuat kepercayaan msyarakat terhadap profesi, agar
klien terjamin kepentinganya dan sebagai pembentuk mutu moral profesi dimasyarakat.
2.3.2 Etika Isu Dan Dilema
Issue adalah masalah pokok yang berkembang di masyarakat atau suatu lingkungan yang
belum tentu benar, serta membutuhkan pembuktian. Issue muncul dikarenakan adanya perbedaan
nilai. Issue etik dalam pelayanan kebidanan merupakan topik yang penting yang berkembang di

masyarakat tentang nilai manusia dalam menghargai suatu tindakan yang berhubungan dengan
segala aspek kebidanan yang menyangkut baik dan buruknya.
Contoh Issue Etik dalam kehidupan sehari hari :
Persetujuan dalam proses melahirkan.
Memilih atau mengambil keputusan dalam persalinan
Kegagalan dalam proses persalinan
Pelaksanan USG dalam kehamilan
Konsep normal pelayanan kebidanan
Bidan dan pendidikan seks
Dilema merupakan suatu keadaan dimana dihadapkan pada dua alternatif pilihan, yang
kelihatannya sama atau hampir sama dan membutuhkan pemecahan masalah. Dilema muncul
karena terbentur pada konflik moral, pertentangan batin, atau pertentangan antara nilai-nilai yang
diyakini bidan dengan kenyataan yang ada.

Contoh dilema dalam dunia kesehatan :


Aborsi adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin mencapai viabilitas dengan usia
kehamilan < 22 minggu dan berat janin <500 gram.
Euthanasia, berasal dari Bahasa Yunani yaitu : -, eu yang artinya "baik", dan
, thanatos yang berarti kematian, adalah praktik pencabutan kehidupan manusia melalui
cara yang dianggap tidak menimbulkan rasa sakit atau menimbulkan rasa sakit yang minimal,
biasanya dilakukan dengan cara memberikan suntikan yang mematikan.
Adopsi / Pengangkatan anak, berasal dari kata adaptie dalam bahasa Belanda. Menurut kasus
hukum berarti Pengangkatan seorang anak untuk anak kandungnya sendiri. Dalam bahasa
Malaysia dipakai kata adopsi, berarti anak angkat atau mengangkat anak. Sedangkan dalam
Bahasa Inggris, Edoft (Adaption), berarti pengangkatan anak atau mengangkat anak. Dalam
bahasa Arab disebut Tabanni yang menurut Prof. Mahmud Yunus diartikan dengan
Mengambil Anak Angkat.
Transplantasi, adalah

transplantasi

atau

pemindahan

seluruh

atau

sebagian organ dari

satu tubuh ke tubuh yang lain, atau dari suatu tempat ke tempat yang lain pada tubuh yang sama.

Transplantasi ini ditujukan untuk menggantikan organ yang rusak atau tak berfungsi pada
penerima dengan organ lain yang masih berfungsi dari donor. Donor organ dapat merupakan
orang yang masih hidup ataupun telah meninggal.
Bayi tabung, adalah upaya jalan pintas untuk mempertemukan sel sperma dan sel telur diluar
tubuh (in vitro fertilization). Setelah terjadi konsepsi hasil tersebut dimasukkan kembali ke
dalam rahim ibu atau embrio transfer sehingga dapat tumbuh menjadi janin sebagaimana
layaknya kehamilan biasa.
2.3.3 Tanggapan Yang Berkaitan Kode Etik Bidan
Realisasi majelis etika profesi bidan adalah dalam bentuk MPEB (Majelis Pertimbangan
Etika Bidan) dan MPA (Majelis Pembelaan Anggota). Majelis Pertimbangan Etika Bidan
(MPEB) dan Majelis Pembelaan anggota (MPA) secara internal berperan memberikan saran,
pendapat dan buah pikiran tentang masalah pelik yang sedang dihadapi khususnya yang
menyangkut pelaksanaan kode etik bidan dan pembelaan anggota.
Dewan Pertimbangan Etika Bidan (DPEB) dan Majelis Pembelaan Anggota (MPA)
memiliki fungsi antara lain :
1. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan bidan sesuai dengan ketetapan Pengurus Pusat.
2. Melaporkan hasil kegiatan sesuai dengan bidang dan tugasnya secara berkala
3. Memberikan saran dan pertimbangan yang perlu dalam rangka tugas Pengurus Pusat
4. Membentuk Tim Teknis sesuai dengan kebutuhan
2.3.4 Solusi Penyelesaian Masalah Kode Etik Bidan
Menurut George R.Terry, pengambilan keputusan adalah memilih alternatif yang ada.
5 (lima) hal pokok dalam pengambilan keputusan/solusi :
1. Intuisi berdasarkan perasaan, lebih subyektif dan mudah terpengaruh.
2. Pengalaman mewarnai pengetahuan praktis, seringnya terpapar suatu kasus meningkatkan
kemampuan mengambil keputusan terhadap nsuatu kasus.
3. Fakta, keputusan lebih riel, valid dan baik.
4. Wewenang lebih bersifat rutinitas.
5. Rasional, keputusan bersifat obyektif, transparan, konsisten.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan/Solusi :


1. Posisi/kedudukan
2. Masalah, terstruktur, tidak tersruktur, rutin dan insidentil
3. Situasi: faktor konstan, faktor tidak konstan
4. Kondisi, faktor-faktor yang menentukan daya gerak
5. Tujuan antara atau obyektif
Ciri-ciri pengambilan keputusan/solusi yang etis :
1.Mempunyai pertimbangan yang benar atau salah
2.Sering menyangkut pilihan yang sukar
3. Tidak mungkin dielakkan
4. Dipengaruhi oleh norma, situasi, iman,lingkungan sosial

Pengambilan Keputusan/Solusi Klinis yang benar dan tepat :


1. Menghindari pekerajan atau tindakan rutin yang tidak sesuai dengan kebutuhan klien
2. Meningkatkan efektitivitas dan efisiensi pelayanan yang diberikan
3. Membiasakan Bidan berfikir dan bertindak sesuai standart
4. Memberikan kepuasan pelanggan
Teori-teori Pengambilan Keputusan/Solusi :
a) Teori Utilitarisme : Ketika keputusan diambil, memaksimalkan kesenangan, meminimalkan
ketidaksenangan.
b) Teori Deontology : Menurut Immanuel Kant, sesuatu dikatakan baik bila bertindak baik. Contoh
bila berjanji ditepati, bila pinjam harus dikembalikan
c) Teori Hedonisme : Menurut Aristippos , sesuai kodratnya, setiap manusia mencari kesenangan
dan menghindari ketidaksenangan.
d) Teori

Eudemonisme : Menurut

Filsuf

Yunani

Aristoteles

bahwa

dalam

kegiatannya,manusia mengejar suatu tujuan, ingin mencapai sesuatu yang baik bagi kita.
Teori Etika
Teori etika adalah proses yang ditempuh dalam membenarkan suatu keputusan etis tertentu.

setiap

a) Konsekuensialisme : Menjawab pertanyaan apa yang harus saya lakukan ? dengan


memandang konsekuensi dari berbagai jawaban.
b) Deontologi : Keputusan yang diambil berdasarkan keterikatan/berhubungan dengan tugas.
c) Hak : Keputusan berdasarkan hak seseorang yang tidak dapat diganggu. Hak berbeda dengan
keinginan, kebutuhan dan kepuasan.
d) Intuisionisme : Memecahkan

dilema-dilema

etis

dengan

berpijak

pada

intuisi. Intuisi

kemungkinan yang dimiliki seseorang untuk mengetahui secara langsung apakah sesuatu

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Upaya promotif adalah suatu usaha pelayanan kesehatan ini pertama. Upaya preventif
adalah sebuah usaha yang dilakukan individu dalam mencegah terjadinya sesuatu yang tidak
diinginkan.
Berikut adalah gerakan dan upaya dibidang kesehatan masyarakat dalam akselerasi
penurunan aki dan akb di indonesia :
1. Penempatan bidan di desa
2. Pemberdayaan Keluarga dan Masyarakat dengan Menggunakan Buku Kesehatan Ibu dan Anak
(Buku KIA)
3. Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4k)
4.Penyediaan Fasilitas Kesehatan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (Poned) di
Puskesmas Perawatan dan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (Ponek) di
Rumah Sakit.
5. Program Jampersal (Jaminan Persalinan)
6. Program Emas (Expanding Maternal And Neonatal Survival)
Angka kematian ibu dan anak semakin tahun semakin banyak akibatnya pencapaian
MDGs buruk. Pembangunan kesehatan ke depan diarahkan pada peningkatan upaya promotif

dan preventif, di samping peningkatan akses pelayanan kesehatan bagi masyarakat, utamanya
penduduk miskin.
3.2 Saran
Kepada pembaca diharapkan setelah membaca makalah ini khususnya tim kesehatan,
supaya mampu mengelolola pelayanan kebidanan ditingkat pelayanan primer, serta bagi
mahasiswi hendaknya dapat mengetahui bagaimana cara pengambilan keputusan/solusi yang
benar dan tepat untuk menjadi calon Tenaga Kesehatan terutama sebagai seorang Bidan.
DAFTAR PUSTAKA
1.

Satrianegara, M. Fais.2009. Buku Ajar Organisasi dan Manajemen Pelayanan


Kesehatan.Jakarta: Salemba Medika

2.

Wijono, Djoko.2000. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Surabaya: Airlangga University


Press.

3.

Azwar, Azrul. 1996.Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan,

4.

Marimbi, Hanum.2008. Etika dan Kode Etik Profesi Kebidanan.Yogyakarta : Mitra Cendikia
Press.

You might also like