You are on page 1of 24

TUGAS INDIVIDU

MATA KULIAH PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SD


PEMEROLEHAN BAHASA ANAK
(Dr. Rohana, S.Pd., M.Pd.)

Oleh
Muhammad Fakhrul AK
15B14048

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir Mata Kuliah Pembelajaran
Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar .Meskipun ini jauh dari sempurna tapi penulis akan
berusaha untuk menyelesaikan tugas ini dengan baik.
Penulis juga memohon untuk para pembaca ikut berpartisipasi sekedar membaca
tugas ini untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Semoga makalah ini bermanfaat.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................ ii


DAFTAR ISI ..............................................................................................................iii
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.
K.

Ragam Bahasa ............................................................................................... 1


Kata Serapan ................................................................................................. 6
Imbuhan ....................................................................................................... 10
Pemerolehan Bahasa ................................................................................... 14
Fonologi ........................................................................................................ 17
Fonem ............................................................................................................17
Morfologi ..................................................................................................... 18
Sintaksis ....................................................................................................... 20
Frase ............................................................................................................. 21
Klausa ........................................................................................................... 21
Kalimat ..........................................................................................................21

A. Ragam Bahasa
1. Pengertian Ragam Bahasa
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda
menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang
dibicarakan, serta menurut medium pembicara. Ragam bahasa yang oleh penuturnya
dianggap sebagai ragam yang baik (mempunyai prestise tinggi), yang biasa digunakan di
kalangan terdidik, di dalam karya ilmiah (karangan teknis, perundang-undangan), di dalam
suasana resmi, atau di dalam surat menyurat resmi (seperti surat dinas) disebut ragam
bahasa baku atau ragam bahasa resmi.
Ditinjau dari media atau sarana yang digunakan untuk menghasilkan bahasa, ragam
bahasa terdiri dari:
a. Ragam bahasa lisan
b. Ragam bahasa tulis
Bahasa yang dihasilkan melalui alat ucap (organ of speech) dengan fonem sebagai
unsur dasar dinamakan ragam bahasa lisan, sedangkan bahasa yang dihasilkan dengan
memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya, dinamakan ragam bahasa
tulis. Jadi dalam ragam bahasa lisan, kita menggunakan lafal, dalam ragam bahasa tulis,
kita menggunakan tata cara penulisan (ejaan). Selain itu aspek tata bahasa dan kosa kata
dalam kedua jenis ragam itu memiliki hubungan yang erat. Ragam bahasa tulis yang unsur
dasarnya huruf, melambangkan ragam bahasa lisan. Oleh karena itu, sering timbul kesan
bahwa ragam bahasa lisan dan tulis itu sama. Padahal, kedua jenis ragam bahasa itu
berkembang menjdi sistem bahasa yang memiliki seperangkat kaidah yang tidak identik
benar, meskipun ada pula kesamaannya. Meskipun ada kedekatan aspek tata bahasa dan
kosa kata, masing-masing memiliki seperangkat kaidah yang berbeda satu dari yang lain.
2. Sebab Terjadinya Ragam Bahasa
Ragam bahasa timbul seiring dengan perubahan masyarakat. Perubahan itu berupa
variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai keperluannnya. Agar banyaknya variasi tidak
mengurangi fungsi bahasa sebagai alat komunikasi yang efisien, dalam bahasa timbul
mekanisme untuk memilih variasi tertentu yang cocok untuk keperluan tertentu yang
disebut ragam standar.

3. Macam-Macam Ragam Bahasa


3

Ragam bahasa memiliki jumlah yang sangat banyak karena penggunaan bahasa
sebagai alat komunikasi tidak terlepas dari latar budaya penuturnya yang berbeda-beda.
Selain itu, pemakaian bahasa juga bergantung pada pokok persoalan yang dibicarakan
serta keperluan pemakainya.
Ragam bahasa di bagi berdasarkan beberapa cara yang pertama berkomunikasi
yaitu: (1) Ragam Lisan, dan (2) ragam tulisan, kedua berdasarkan cara pandang penutur
yaitu: (1) Ragam Dialek, (2) ragam terpelajar, (3) ragam resmi, dan (4) ragam tak resmi,
berdasarkan pesan komunikasi yaitu (1) ragam politik, (2) ragam hukum, (3) ragam
pendidikan, (4) ragam sastra, dan sebagainya.
4. Ragam Bahasa Menurut Cara Berkomunikasi
a. Ragam Lisan
Ragam bahasa baku lisan didukung oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan
besar terjadi pelesapan kalimat. Namun, hal itu tidak mengurangi ciri kebakuannya.
Walaupun demikian, ketepatan dalam pilihan kata dan bentuk kata serta kelengkapan
unsur-unsur di dalam kelengkapan unsur-unsur di dalam struktur kalimat tidak menjadi
ciri kebakuan dalam ragam baku lisan karena situasi dan kondisi pembicaraan menjadi
pendukung di dalam memahami makna gagasan yang disampaikan secara lisan.
Pembicaraan lisan dalam situasi formal berbeda tuntutan kaidah kebakuannya
dengan pembicaraan lisan dalam situasi tidak formal atau santai. Jika ragam bahasa lisan
dituliskan, ragam bahasa itu tidak dapat disebut sebagai ragam tulis, tetapi tetap disebut
sebagai ragam lisan, hanya saja diwujudkan dalam bentuk tulis. Oleh karena itu, bahasa
yang dilihat dari ciri-cirinya tidak menunjukkan ciri-ciri ragam tulis, walaupun
direalisasikan dalam bentuk tulis, ragam bahasa serupa itu tidak dapat dikatakan sebagai
ragam tulis. Kedua ragam itu masing-masing, ragam tulis dan ragam lisan memiliki ciri
kebakuan yang berbeda.
Ciri-ciri ragam lisan:
a) Memerlukan orang kedua/teman bicara;
b) Tergantung situasi, kondisi, ruang & waktu;
c) Tidak harus memperhatikan unsur gramatikal, hanya perlu intonasi serta bahasa
tubuh.
d) Berlangsung cepat;
e) Sering dapat berlangsung tanpa alat bantu;
f) Kesalahan dapat langsung dikoreksi;
4

g) Dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik wajah serta intonasi.
h) Di pengaruhi oleh tinggi rendahnya suara.
Contoh ragam lisan
Penggunaan Bentuk Kata
a)
b)
c)
d)
e)

Nia sedang baca surat kabar.


Ari mau nulis surat.
Tapi kau tak boleh nolak lamaran itu.
Mereka tinggal di Medan.
Jalan layang itu untuk mengatasi kamacetan lalu lintas

Penggunaan Kosa Kata


a)Alzeta bilang kalau kita harus belajar.
b)Kita harus bikin karya tulis.
c)Saya sudah kasih tahu mereka tentang hal itu.
Penggunaan Struktur Kalimat
a) Rencana ini sudah saya sampaikan kepada Direktur.
b) Dalam Asah Terampil ini dihadiri juga oleh Gubernur Jakarta
b. Ragam Tulis
Dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis makna kalimat yang diungkapkannya
tidak ditunjang oleh situasi pemakaian, sedangkan ragam bahasa baku lisan makna kalimat
yang diungkapkannya ditunjang oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar
terjadi pelesapan unsur kalimat. Oleh karena itu, dalam penggunaan ragam bahasa baku
tulis diperlukan kecermatan dan ketepatan di dalam pemilihan kata, penerapan kaidah
ejaan, struktur bentuk kata dan struktur kalimat, serta kelengkapan unsur-unsur bahasa di
dalam struktur kalimat.
Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan media
tulis seperti kertas dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan
dengan tata cara penulisan dan kosakata. Dengan kata lain dalam ragam bahasa tulis, kita
dituntut adanya kelengkapan unsur tata bahasa seperti bentuk kata atau pun susunan
kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan penggunaan tanda baca
daam mengungkapkan ide. Ragam tulis yang standar kita temui dalam buku-buku
pelajaran, teks, majalah, surat kabar, poster, iklan. Kita juga dapat menemukan ragam tulis
non standar dalam majalah remaja, iklan, atau poster.
Ciri-ciri ragam tulis :
a) Tidak memerlukan orang kedua/teman bicara.
b) Bersifat objektif.
c) Tidak tergantung kondisi, situasi & ruang serta waktu.
5

d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)

Mengemban konsep makna yang jelas.


Harus memperhatikan unsur gramatikal.
Berlangsung lambat.
Jelas struktur bahasanya, susunan kalimatnya juga jeas, dan runtut.
Selalu memakai alat bantu;
Kesalahan tidak dapat langsung dikoreksi;
Tidak dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik muka, hanya terbantu dengan
tanda baca.

Ketentuan-ketentuan ragam tulis :


a) Memakai ejaan resmi.
b) Menghindari unsur kedaerahan.
c) Memakai fungsi gramatikal secara eksplisit.
4. Memakai bentuk sintesis.
5. Pemakaian partikel secara konsisten.
6. Menghindari unsur leksikal yang terpengaruh bahasa daerah
Kelebihan ragam bahasa tulis :
a) Informasi yang disajikan bisa pilih untuk dikemas sebagai media atau materi yang
menarik dan menyenangkan.
b) Umumnya memiliki kedekatan budaya dengan kehidupan masyarakat.
c) Sebagai sarana memperkaya kosakata.
d) Dapat digunakan untuk menyampaikan maksud, membeberkan informasi atau
mengungkap unsur-unsur emosi sehingga mampu mencanggihkan wawasan
pembaca.
Kelemahan ragam bahasa tulis :
a) Alat atau sarana yang memperjelas pengertian seperti bahasa lisan tidak ada
akibatnya bahasa tulisan harus disusun lebih sempurna.
b) Tidak mampu menyajikan berita secara lugas, jernih dan jujur, jika harus mengikuti
kaidah-kaidah bahasa yang dianggap cendrung miskin daya pikat dan nilai jual.
c) Yang tidak ada dalam bahasa tulisan tidak dapat diperjelas/ditolong, oleh karena
itu dalam bahasa tulisan diperlukan keseksamaan yang lebih besar.
Contoh ragam tulis adalah Saya sudah membaca buku itu.
Contoh perbedaan ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis (berdasarkan tata bahasa dan
kosa kata):
Tata Bahasa
(Bentuk kata, Tata Bahasa, Struktur Kalimat, Kosa Kata)
6

a) Ragam bahasa lisan:

b)

Nia sedang baca surat kabar


Ari mau nulis surat
Ragam bahasa tulis:
Nia sedang membaca surat kabar.
Namun, engkau tidak boleh menolak lamaran itu.
Mereka bertempat tinggal di Menteng
Akan saya tanyakan soal itu.

Kosa kata
Contoh ragam lisan dan tulis berdasarkan kosa kata:
a) Ragam Lisan

b)

Ariani bilang kalau kita harus belajar


Kita harus bikin karya tulis
Rasanya masih terlalu pagi buat saya, Pak
Ragam Tulis
Ariani mengatakan bahwa kita harus belajar
Kita harus membuat karya tulis.
Rasanya masih terlalu muda bagi saya, Pak.

B. Kata Serapan
1. Pengertian Kata Serapan
Kata serapan adalah kata yang diserap dari berbagai bahasa lain, baik dari bahasa
daerah maupun dari bahasa asing, yang di gunakan dalam bahasa Indonesia yang cara
penulisannya mengalami perubahan ataupun tidak mengalami perubahan. Setiap
masyarakat bahasa memiliki cara yang digunakan untuk mengungkapkan gagasan dan
perasaan atau untuk menyebutkan atau mengacu ke benda-benda di sekitarnya. Hingga
pada suatu titik waktu, kata-kata yang dihasilkan melalui kesepakatan masyarakat itu
sendiri umumnya mencukupi keperluan itu, namun manakala terjadi hubungan dengan
masyarakat bahasa lain, sangat mungkin muncul gagasan, konsep, atau barang baru yang
datang dari luar budaya masyarakat itu. Dengan sendirinya juga diperlukan kata baru.
Salah satu cara memenuhi keperluan itu yang sering dianggap lebih mudah adalah
mengambil kata yang digunakan oleh masyarakat luar yang menjadi asal hal ihwal baru
itu.
Soal kata serapan dalam bahasa atau lebih tepatnya antar bahasa adalah merupakan
suatu hal yang lumrah. Setiap kali ada kontak bahasa lewat pemakainya pasti akan terjadi
serap menyerap kata. Unit bahasa dan struktur bahasa itu ada yang bersifat tertutup dan
terbuka bagi pengaruh bahasa lain. Tertutup berarti sulit menerima pengaruh, terbuka
berarti mudah menerima pengaruh.
Bunyi bahasa dan kosa kata pada umumnya merupakan unsur bahasa yang bersifat
terbuka, dengan sendirinya dalam kontak bahasa akan terjadi saling pengaruh, saling
meminjam atau menyerap unsur asing. Peminjaman ini dilatar belakangi oleh berbagai hal
antara lain kebutuhan, prestise, kurang faham terhadap bahasa sendiri atau berbagai latar
belakang yang lain.
Tidak ada dua bahasa yang sama persis apalagi bahasa yang berlainan rumpun.
Dalam proses penyerapan dari bahasa pemberi pengaruh kepada bahasa penerima
pengaruh akan terjadi perubahan-perubahan. Ada proses penyerapan yang terjadi secara
utuh, ada proses penyerapan yang terjadi dengan beberapa penyesuaian baik yang terjadi
dalam bahasa lisan maupun bahasa tulis. Dalam penyesuaian itu akan terjadi, pergeseran
baik dalam ucapan maupun ejaan antar bahasa pemberi dan penerima pengaruh maupun
pergeseran sistematis.
Bahasa Indonesia dari awal pertumbuhannya sampai sekarang telah banyak
menyerap unsur-unsur asing baik bahasa asing ataupun hbahasa daerah terutama dalam hal

kosa kata. Pertumbuhan ini disesuaikan dengan perkembangan zaman dan budaya
masyarakat.
Proses penyerapan itu dapat dipertimbangkan jika salah satu syarat dibawah ini
terpenuhi, yaitu:
a. Istilah serapan yang dipilih cocok konotasinya;
b. Istilah yang dipilih lebih singkat dibandingkan dengan terjemahan Indonesianya; dan
c. Istilah serapan yang dipilih dapat mempermudah tercapainya kesepakatan jika istilah
Indonesia terlalu banyak sinonimya.
Secara umum kata serapan tersebut masuk ke dalam bahasa Indonesia dengan 4
cara, yaitu:
a. Adopsi. Terjadi apabila pemakai bahasa mengambil bentuk dan makna kata asing itu
secara keseluruhan.
b. Adaptasi. Terjadi apabila pemakai bahasa hanya mengambil makna kata asing itu,
sedangkan ejaan atau penulisannya disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia.
c. Penerjemahan. Terjadi apabila pemakai bahasa mengambil konsep yang terkandung
dalam bahasa asing itu, kemudian kata tersebut dicari padanannya dalam Bahasa
Indonesia
d. Kreasi. Terjadi apabila pemakai bahasa hanya mengambil konsep dasar yang ada dalam
bahasa Indonesia. Cara ini mirip dengan cara penerjemahan, akan tetapi memiliki
perbedaan. Cara kreasi tidak menuntut bentuk fisik yang mirip seperti penerjemahan.
Boleh saja kata yang ada dalam bahasa aslinya ditulis dalam 2 atau 3 kata, sedangkan
bahasa Indonesianya hanya satu kata saja.
2. Proses Penyerapan Kata
Ada beberapa proses atau cara masuknya bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia
sehingga bisa terserap. Di bawah ini adalah proses penyerapan tersebut:
a. Adopsi
Proses adopsi adalah terserapnya bahasa asing karena pemakai bahasa tersebut
mengambil kata bahasa asing yang memiliki makna sama secara keseluruhan tanpa
mengubah lafal atau ejaan dengan bahasa Indonesia.
Contoh: Hotdog, Shuttle cock, reshuffle, plaza, supermarket, dan lain-lain.
b. Adaptasi
Proses adaptasi adalah proses diserapnya bahasa asing akibat pemakai bahasa
mengambil kata bahasa asing, tetapi ejaan atau cara penulisannya berbeda dan disesuaikan
dengan aturan bahasa Indonesia.
Contoh:
9

Option = Opsi
Fluctuate = Fluktuatif
Organization = Organisasi
Maximal = maksimal
c. Pungutan
Masuknya bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia terjadi akibat pemakai bahasa
mengambil konsep dasar yang ada dalam bahasa sumbernya, kemudian dicarikan padanan
katanya dalam bahasa Indonesia. Cara ini dapat disebut juga dengan konsep terjemahan
dimana kata serapan dihasilkan dengan cara menerjemahkan kata / istilah tersebut tanpa
mengubah makna kata tersebut.
Contoh:
Spare part = Suku cadang
Try out = Uji coba
3. Latar Belakang Munculnya Kata Serapan
Yang melatar belakangi munculnya kata serapan adalah kosakata
bahasa

indonesia

pertambahan

itu

yang
sejalan

semakin
dengan

bertambah,
perkembangan

yang

tentunya

masyrakat

dan

lingkungan hidup.
Sumber perluasan kosakata itu pada garis besarnya ada dua
macam, yaitu sumber dalam dan sumber luar.
a. Sumber Dalam
Sumber dalam adalah berasal dari bahasa Indonesia sendiri.
Bahasa itu dapat berwujud:
a) Pengaktifan kata-kata lama
b) Pembentukan baru
c) Penciptaan kata-kata baru
d) Pengakroniman
b. Sumber Luar
Sumber luar perluasan kosakata Indonesia adalah kata-kata dari:
a) Bahasa serumpun (bahasa-bahasa daerah yang terdapat di
Indonesia/rumpun bahasa Austronesia)
b) Bahasa asing (Arab, Sansekerta, Portugis, Belanda, Inggris, dan
sebagainya).
Kata-kata yang diambil dari sumber lua ini disebut kata pungutan,
atau lebih akrab disebut sebagai kata serapan.
10

11

C. Imbuhan
1. Pengertian Imbuhan
Imbuhan adalah bunyi bunyi yang ditambahkan kepada kata dasar untuk
menguabah atau menambahkan makna pada kata dasarnya. Imbuhan imbuhan tersebut
bisa diletakkan di awal (prefiks), di tengah/sisipan (infiks), akhir (suffikis), dan awalanakhiran (konfiks) kata dasar. Jenis jenis imbuhan tersebut mempunyai fungsi yang
berbeda beda.
2. Jenis Jenis Imbuhan
Ada beberapa jenis imbuhan yang sering sekali digunakan, diantaranya adalah
awalan, sisipan, akhiran, dan awalan akhiran. Nah, sobat berikut ini adalah jenis jenis
imbuhan.
a. Awalan
Imbuhan yang diletakkan pada awal kata dasar disebut dengan awalan (prefiks).
Ada beberapa imbuhan awalan, di antaranya adalah:
a) meImbuhan me- berfungsi untuk membentuk kata kerja aktif pada kata dasarnya.
Imbuhan me- bisa berubah ubah menjadi beberapa bentuk sesuai dengan kata dasar
yang diikutinya.
Contoh:

Dobrak + men - = Mendobrak

Pencuri itu mendobrak pintu rumahku dan mencuri beberapa barang berharga.

Ambil + meng- = Mengambil

Aku mengambil buku yang tertinggal di rumah.

Sapa + meny- = menyapa

Setiap hari aku menyapa dirinya.

Bimbing + mem- = membimbing

Tugas seorang guru adalah membimbing anak muridnya.

kecil + menge- = mengecil

Sepatuku mengecil karena kakiku membesar.

12

b) berImbuhan ber- juga bisa berubah menjadi dua bentuk yaitu bel- dan be-. Apabila
imbuhan ber- bertemu dengan kata dasar yang diawali dengan konsonan, maka bermenjadi be.
Contoh :

Kerja + ber- = bekerja


Ajar + ber- = belajar.

c) diImbuhan di- tidak memiliki perubahan bentuk dan berfungsi untuk membentuk
makna pasif pada kata dasarnya.
Contoh:

Buang + di- = dibuang

Sampah sampah dibuang ke tempat sampah oleh ibu.


d) terImbuhan ter- juga tidak memiliki perubahan khusus, tetapi memiliki beberapa
fungsi di antaranya adalah:

Sebagai penunjuk makna ketidaksengajaan.

Contoh :
buang + ter- = terbuang ; Barangku terbuang ke kotak sampah ketika aku tidak ada di
rumah.

Sebagai pembentuk kata sifat

Contoh :
Baik + ter- = terbaik ; kelasku menjadi kelas yang terbaik di sekolah.

Sebagai pembentuk kata pasif

Contoh :
Injak + ter- = terinjak ; kakiku terinjak oleh Budi
e) peImbuhan pe- memiliki beberapa macam bentuk perubahan, di antaranya adalah
peng-, penye-, dan per-. Imbuhan ini juga memiliki fungsi sebagai berikut:

Sebagai penunjuk pelaku :

pekerja, pelajar, pembohong, pemberi, pengurus, pembantu, dan lain lain.


Aku adalah seorang pelajar di SMAN 1 Bagun Pagi.
13

Sebagai pembentuk kata perintah : Perlambat, pertajam, perindah, percantik,

dan lain lain.


Percantik lukisan itu!
Sebagai penunjuk sifat : pemalu, pemaaf, dan lain lain.
Dia adalah anak yang pemalu.
Sebagai penunjuk alat: penghapus, penggaruk, penggoreng, penggiling, dan lain
lain.
Ibu menggunakan panci penggoreng sebagai wadah.
f) keImbuhan ke- tidak memiliki bentuk perubahan dan berfungsi sebagai penunjuk
urutan.
Contoh : Dua + ke = kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya.
b. Sisipan
Sisipan adalah imbuhan yang diletakkan di tengah tengah kata dasar. Imbuhan ini
diantaranya adalah el-, -em-, dan er.
Contoh :
Getar + er = gemetar.
Tali el = Temali.
c. Akhiran
Akhiran adalah imbuhan yang diletakkan pada bagian akhir kata dasar dan disebut
juga dengan suffiks. Ada beberapa jenis imbuhan ini, antara lain:
a) -kan/-i
Imbuhan - imbuhan ini sebagai pembentuk makna perintah.
Contoh : ambilkan, datangkan, bawakan, tuangkan, datangi, diami, dan lain lain
b) an
Imbuhan an berfungsi untuk:
Sebagai penunjuk bagian:
satuan, kiloan, dan lain lain
Sebagai penunjuk alat:
timbangan, angkutan
Sebagai penunjuk tempat:
lapangan, lautan, daratan, dan lain lain.
c) pun
Imbuhan ini berfungsi untuk membentuk makna juga.
Contoh: akupun, Merekapun, kamipun, dan sebagainya.
d) kah
Imbuhan ini berfungsi untuk menegaskan kata dasarnya.
Contoh: Mudahkah, benarkah, iyakah, dan lain lain.
14

15

D. Pemerolehan Bahasa Anak


Pemerolehan bahasa (language acquisition) adalah proses-proses yang berlaku di
dalam otak seorang anak ketika memperoleh bahasa. Pemerolehan bahasa atau akuisisi
bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak kanak-kanak ketika dia memperoleh
bahasa pertamanya atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dengan
pembelajaran bahasa. Pembelajaran bahasa berkaitan dengan proses-proses yang terjadi
pada waktu seorang kanak-kanak mempelajari bahasa kedua setelah dia memperoleh
bahasa pertamanya. Jadi, pemerolehan bahasa berkenaan dengan bahasa pertama,
sedangkan pembelajaran bahasa berkenaan dengan bahasa kedua.
a. Nativist Theory
Nativist Theory adalah teori yang menyebutkan bahwa manusia mmemperoleh
bahasa secara alamiteori ini kemudian dikenal dengan hipotesis nurani yang dipelopri
oleh leneberg dan chomsky.
b. Learning teory
Teori yang menyatakan bahwa pemerolehan bahasa melalui proses mempelajari.
Teori ini lahir dai pakar psikologi dari harvard B.f Skiner.
1. Tahap Pemerolehan Bahasa Anak
Berbagai penelitian membuktikan bahwa manusia normal mengalami tahapan yang
hampir sama dalam pemerolehan bahasa pertamanya. Dalam hal ini, peneliti mengambil
teori dari tiga orang ahli yaitu Aitchison, Schaerlaekens, dan Ruqayyah.
a. Perkembangan Bahasa Menurut Aitchison
Menurut Aitchison dalam Harras dan Andika (2009: 50-56), tahap kemampuan
bahasa anak terdiri atas hal-hal berikut.
Tahap Perkembangan Bahasa
Menangis
Mendekur
Meraban
Pola intonasi
Tuturan satu kata
Tuturan dua kata
Infleksi kata
Kalimat tanya dan ingkar
Konstruksi yang jarang dan kompleks
Tuturan yang matang

Usia
Lahir
6 minggu
6 bulan
8 bulan
1 tahun
18 bulan
2 tahun
2 tahun
5 tahun
10 tahun

16

b. Perkembangan Bahasa Menurut Schaerlaekens


Tahapan perkembangan bahasa yang dialami anak menurut Schaerlaekens dalam
Marat (2005: 61) terdiri atas beberapa hal sebagai berikut.
1) Periode pralingual
Umumnya tahap ini dialami anak pada usia 0-1 tahun, ketika anak hanya
mengeluarkan bunyi-bunyi yang merupakan reaksi terhadap situasi tertentu dengan
tahapan sebagai berikut.
a) Tahap mendekut (cooing). Anak mengeluarkan bunyi yang mirip vokal atau
konsonan (/a/).
b) Tahap berceloteh (babbling). Anak mengeluarkan gabungan mirip vokal dan
konsonan (/p/, /b/, /m/).
2) Periode lingual
Tahap ini umumnya dialami anak pada usia 1-2,5 tahun, ketika anak mulai
mengucapkan kata-kata dengan tahapan sebagai berikut.
a) Tahap ujaran holofrastik. Anak mampu memproduksi satu kata yang dapat
menyatakan lebih dari satu maksud.
b) Tahap ujaran telegrafik. Anak mampu memproduksi dua kata sebagai
pernyataan suatu maksud.
c) Tahap lebih dari dua kata. Anak mulai memproduksi lebih dari dua kata dan
menunjukkan perkembangan morfologis. Komunikasinya pun tidak lagi
bersifat egosentris.
3) Periode diferensiasi
Umumnya dialami anak pada usia 2,5-5 tahun, ketika anak dianggap telah
menguasai bahasa ibu dengan penguasaan tata bahasa pokok. Fungsi bahasa sebagai
alat komunikasi mulai berjalan baik.
c. Perkembangan Bahasa Menurut Ruqayyah
Menurut Ruqayyah (2008) dalam perkembangan pemerolehan bahasa anak
dapat dibagi atas tiga bagian penting yaitu sebagai berikut.
1) Perkembangan prasekolah
Perkembangan pemerolehan bahasa anak pada masa prasekolah dapat dibagi
lagi atas perkembangan pralinguistik, yaitu anak mengembangkan konsep dirinya. Ia
berusaha membedakan dirinya dengan subjek, dirinya dengan orang lain, serta
hubungan dengan objek dan tindakan.
2) Perkembangan ujaran kombinatori
17

Perkembangan ujaran kombinatori anak-anak dapat dibagi dalam empat bagian,


yaitu perkembangan negatif, interogatif, penggabungan kalimat, dan perkembangan
sistem bunyi. Perkembangan beberapa proposisi menjadi sebuah kalimat tunggal
memerlukan rentang masa selama beberapa tahun dalam perkembangan bahasa anakanak.
3) Perkembangan masa sekolah
Pada perkembangan masa sekolah, orientasi seorang anak dapat berbeda-beda.
Ada anak yang lebih impulsif dari pada anak yang lain, lebih refleksif dan berhati-hati,
cenderung lebih jelas dan nyata dalam berekspresi, lebih senang belajar dengan
bermain-main, sementara yang lain lebih pragmatis dalam pemakaian bahasa. Setiap
bahasa anak akan mencerminkan kepribadiannya sendiri pada masa ini.

18

E. Fonologi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) dinyatakan bahwa fonologi adalah
bidang dalam linguistik yang menyelidiki bunyi bunyi bahasa menurut fungsinya.
Dengan demikian fonologi adalah merupakan sistem bunyi dalam bahasa Indonesia atau
dapat juga dikatakan bahwa fonologi adalah ilmu tentang bunyi bahasa.
Fonologi dalam tataran ilmu bahasa dibagi dua bagian, yakni:
1. Fonetik
Fonetik adalah ilmu bahasa yang membahas bunyi bunyi bahasa yang dihasilkan
alat ucap manusia, serta bagaimana bunyi itu dihasilkan.
Macam macam fonetik :
a. fonetik artikulatoris yang mempelajari posisi dan gerakan bibir, lidah dan organ-organ
manusia lainnya yang memproduksi suara atau bunyi Bahasa.
b. fonetik akustik yang mempelajari gelombang suara dan bagaimana mereka
didengarkan oleh telinga manusia
c. fonetik auditori yang mempelajari persepsi bunyi dan terutama bagaimana otak
mengolah data yang masuk sebagai suara
2. Fonemik
Fonemik adalah ilmu bahasa yang membahas bunyi bunyi bahasa yang berfungsi
sebagai pembeda makna. Jika dalam fonetik kita mempelajari segala macam bunyi yang
dapat dihasilkan oleh alat-alat ucap serta bagaimana tiap-tiap bunyi itu dilaksanakan, maka
dalam fonemik kita mempelajari dan menyelidiki kemungkinan-kemungkinan, bunyiujaran yang manakah yang dapat mempunyai fungsi untuk membedakan arti.
F. Fonem
Fonem adalah satuan bunyi bahasa terkecil yang bersifat fungsional, artinya satuan
memiliki fungsi untuk membedakan makna. Fonem tidak dapat berdiri sendiri karena
belum mengandung arti. Fonemisasi adalah usaha untuk menemukan bunyi-bunyi yang
berfungsi dalam rangka pembedaan makna tersebut. Fonem sebuah istilah linguistik dan
merupakan satuan terkecil dalam sebuah bahasa yang masih bisa menunjukkan perbedaan
makna. Fonem berbentuk bunyi.Misalkan dalam bahasa Indonesia bunyi [k] dan [g]
merupakan dua fonem yang berbeda, misalkan dalam kata cagar dan cakar. Tetapi
dalam bahasa Arab hal ini tidaklah begitu. Dalam bahasa Arab hanya ada fonem /k/.
Sebaliknya dalam bahasa Indonesia bunyi [f], [v] dan [p] pada dasarnya bukanlah
tiga fonem yang berbeda. Kata provinsi apabila dilafazkan sebagai [propinsi], [profinsi]
19

atau [provinsi] tetap sama saja. Fonem tidak memiliki makna, tapi peranannya dalam
bahasa sangat penting karena fonem dapat membedakan makna. Misalnya saja fonem [l]
dengan [r]. Jika kedua fonem tersebut berdiri sendiri, pastilah kita tidak akan menangkap
makna. Akan tetapi lain halnya jika kedua fonem tersebut kita gabungkan dengan fonem
lainnya seperti [m], [a], dan [h], maka fonem [l] dan [r] bisa membentuk makna /marah/
dan /malah/. Bagi orang Jepang kata marah dan malah mungkin mereka anggap sama
karena dalam bahasa mereka tidak ada fonem [l].
Terjadinya perbedaan makna hanya karena pemakaian fonem /b/ dan /p/ pada kata
tersebut. Contoh lain: mari, lari, dari, tari, sari, jika satu unsur diganti dengan unsur lain
maka akan membawa akibat yang besar yakni perubahan arti.
G. Morfologi
Adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai
satuan gramatikal Morfologi mempelajari seluk beluk bentuk serta fungsi perubahanperubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik
1. Jenis-jenis Morfem
Berdasarkan criteria tertentu, kita dapat mengklasifikasikan morfem menjadi
berjenis-jenis. Penjenisan ini dapat ditinjau dari dua segi yakni hubungannya dan
distribusinya (Samsuri, 1982:186; Prawirasumantri, 1985:139). Agar lebih jelas, berikut ini
sariannya.
a. Ditinjau dari Hubungannya
Pengklasifikasian morfem dari segi hubungannya, masih dapat kita lihat
dari hubungan struktural dan hubungan posisi.
b. Ditinjau dari Hubungan Struktur
Menurut hubungan strukturnya, morfem dapat dibedakan menjadi tiga
macam yaitu morfem bersifat

aditif (tambahan) yang bersifat replasif

(penggantian), dan yang bersifat substraktif (pengurangan). Morfem yang bersifat


aditif yaitu morfem-morfem yang biasa yang pada umumnya terdapat pada semua
bahasa, seperti pada urutan putra, tunggal, -nya, sakit. Unsur-unsur morfem
tersebut tidak lain penambahan yang satu dengan yang lain. Morfem yang bersifat
replasif yaitu morfem-morfem berubah bentuk atau berganti bentuk dari morfem
asalnya. Perubahan bentuk itu mungkin disebabkan oleh perubahan waktu atau
perubahan jumlah. Contoh morfem replasif ini terdapat dalam bahasa Inggris.
Untuk menyatakan jamak, biasanya dipergunakan banyak alomorf. Bentukbentuk /fiyt/, /mays/, /mn/ masing-masing merupakan dua morfem /ft/, /m
20

s/, /mn/ dan /iy u/, /ay aw/, //, //. Bentuk-bentuk yang pertama dapat
diartikan masing-masing kaki, tikus, dan orang, sedangkan bentuk-bentuk
yang kedua merupakan alomorf-alomorf jamak. Bentuk-bentuk yang kedua inilah
yang merupakan morfem-morfem atau lebih tepatnya alomorf-alomorf yang
bersifat penggantian itu, karena /u/ diganti oleh /iy/ pada kata foot dan feet, /aw/
diganti oleh /ay/ pada kata mouse dan mice, dan // diganti oleh / / pada kata man
dan men.
Morfem bersifat substraktif, misalnya terdapat dalam bahasa Perancis.
Dalam bahasa ini, terdapat bentuk ajektif yang dikenakan pada bentuk betina dan
jantan secara ketatabahasaan. Perhatikanlah bentuk-bentuk berikut !
Betina

Jantan

Arti

/mov s/

/mov /

buruk

/fos/

/fo/

palsu

/bon/

/bo/

baik

/sod/

/so/

panas

/ptit/
/pti/
kecil
Bentuk-bentuk yang bersifat jantan adalah bentuk betina yang dikurangi
konsonan akhir. Jadi dapat dikatakan bahwa pengurangan konsonan akhir itu
merupakan morfem jantan.
c. Ditinjau dari Hubungan Posisi
Dilihat dari hubungan posisinya, morfem pun dapat dibagi menjadi tiga
macam yakni ; morfem yang bersifat urutan, sisipan, dan simultan. Tiga jenis
morfem ini akan jelas bila diterangkan dengan memakai morfem-morfem imbuhan
dan morfem lainnya.
Contoh morfem yang bersifat urutan terdapat pada kata berpakaian yaitu /
ber-/+/-an/. Ketiga morfem itu bersifat berurutan yakni yang satu terdapat sesudah
yang lainnya.
Contoh morfem yang bersifat sisipan dapat dilihat dari kata / telunjuk/.
Bentuk tunjuk merupakan bentuk kata bahasa Indonesia di samping telunjuk. Kalau
diuraikan maka akan menjadi / tunjuk/+/-e1-/.
Morfem simultan atau disebut pula morfem tidak langsung terdapat pada
kata-kata seperti /khujanan/. /ksiagan/ dan sebagainya. Bentuk /khujanan/
terdiri dari /kan/ dan /hujan/, sedang /kesiangan/ terdiri dari /kean/ dan /sia/.
Bentuk /k-an/ dalam bahasa Indonesia merupakan morfem simultan, terbukti
karena bahasa Indonesia tidak mengenal bentuk /khujan/ atau /hujanan/
21

maupun /ksia/ atau /siana/. Morfem simultan itu sering disebut morfem kontinu
( discontinous morpheme ).
d. Ditinjau dari Distribusinya
Ditinjau dari distribusinya, morem dapat dibagi menjadi dua macam yaitu
morfem bebas dan morem ikat. Morfem bebas ialah morfem yang dapat berdiri
dalam tuturan biasa , atau morfem yang dapat berfungsi sebagai kata, misalnya :
bunga, cinta, sawah, kerbau. Morfem ikat yaitu morfem yang tidak dapat berdiri
sendiri dalam tuturan biasa, misalnya : di-, ke-, -i, se-, ke-an. Disamping itu ada
bentuk lain seperti juang, gurau, yang selalu disertai oleh salah satu imbuhan baru
dapat digunakan dalam komunikasi yang wajar. Samsuri ( 1982:188 )menamakan
bentuk-bentuk seperti bunga, cinta, sawah, dan kerbau dengan istilah akar;
bentuk-bentukseperti di-,ke-, -i, se-, ke-an dengan nama afiks atau imbuhan; dan
juang, gurau dengan istilah pokok. Sementara itu Verhaar (1984:53)berturut-turut
dengan istilah dasar afiks atau imbuhan dan akar. Selain itu ada satu bentuk lagi
seperti belia, renta, siur yang masing-masing hanya mau melekat pada bentuk
muda, tua, dan simpang, tidak bisa dilekatkan pada bentuk lain. Bentuk seperti itu
dinamakan morfem unik.
H. Sintaksis
Kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti dengan dan kata
tattein yang berarti menempatkan. Jadi, secara etimologi berarti: menempatkan bersamasama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat.
1. Struktur Sintaksis
Secara umum struktur sintaksis terdiri dari susunan subjek (S), predikat (P), objek
(O), dan keterangan (K) yang berkenaan dengan fungsi sintaksis. Nomina, verba, ajektifa,
dan numeralia berkenaan dengan kategori sintaksis. Sedangkan pelaku, penderita, dan
penerima berkenaan dengan peran sintaksis. Eksistensi struktur sintaksis terkecil ditopang
oleh urutan kata, bentuk kata, dan intonasi; bisa juga ditambah dengan konektor yang
biasanya disebut konjungsi. Peran ketiga alat sintaksis itu tidak sama antara bahasa yang
satu dengan yang lain.
2. Kata Sebagai Satuan Sintaksis
Sebagai satuan terkecil dalam sintaksis, kata berperan sebagai pengisi fungsi
sintaksis, penanda kategori sintaksis, dan perangkai dalam penyatuan satuan-satuan atau
bagian-bagian dari satuan sintaksis. Kata sebagai pengisi satuan sintaksis, harus dibedakan
adanya dua macam kata yaitu kata penuh dan kata tugas. Kata penuh adalah kata yang
secara leksikal mempunyai makna, mempunyai kemungkinan untuk mengalami proses
22

morfologi, merupakan kelas terbuka, dan dapat berdiri sendiri sebagai sebuah satuan. Yang
termasuk kata penuh adalah kata-kata kategori nomina, verba, adjektiva, adverbia, dan
numeralia. Kata tugas adalah kata yang secara leksikal tidak mempunyai makna, tidak
mengalami proses morfologi, merupakan kelas tertutup, dan di dalam peraturan dia tidak
dapat berdiri sendiri. Yang termasuk kata tugas adalah kata-kata kategori preposisi dan
konjungsi
I. Frase
Frase lazim didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata
yang bersifat nonpredikatif (hubungan antara kedua unsur yang membentuk frase tidak
berstruktur subjek predikat atau predikat objek), atau lazim juga disebut gabungan kata
yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat.
J. Klausa
Klausa adalah satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata berkonstruksi predikatif.
Artinya, di dalam konstruksi itu ada komponen, berupa kata atau frase, yang berungsi
sebagai predikat; dan yang lain berfungsi sebagai subjek, objek, dan keterangan
K. Kalimat
Dengan mengaitkan peran kalimat sebagai alat interaksi dan kelengkapan pesan
atau isi yang akan disampaikan, kalimat didefinisikan sebagai Susunan kata-kata yang
teratur yang berisi pikiran yang lengkap . Sedangkan dalam kaitannya dengan satuansatuan sintaksis yang lebih kecil (kata, frase, dan klausa) bahwa kalimat adalah satuan
sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi
dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final.

23

You might also like