You are on page 1of 16

MIGREN

Migren Tanpa Aura


Nyeri kepala berulang dgn manifestasi serangan selama 4 72 jam.
Karakteristik unilateral, berdenyut, intensitas sedang atau berat, bertambah berat
dgn aktifitas fisik yg rutin dan diikuti dgn nause dan atau muntah dan fotofobia
dan fonofobia.
Kriteria Diagnosis :
A. Sekurang- kurang 5 kali serangan yang termasuk kriteria B-D.
B. Serangan nyeri kepala berlangsung antara 4-72 jam (tidak diobati atau
pengobatan tidak cukup).
C. Nyeri kepala yang terjadi sekurang- kurangnya dua dari karakteristik sebagai
berikut:
- lokasi unilateral
- sifatnya mendenyut
- intensitas sedang sampai berat
- diperberat oleh kegiatan fisik
D. Selama serangan sekurang- kurangnya ada satu dari yang tersebut di bawah ini
:
-

mual dan atau muntah

fotofobia dan fonofobia

E. Tidak berkaitan dgn kelainan lain.


Migren Dengan Aura
Serangan NK berulang didahului gejala neurologik fokal yg reversibel
secara bertahap 5 20 menit dan berlangsung < 60 mnt.
Kriteria Diagnosis :
A. Sekurang- kurangnya terdapat 2 serangan seperti kriteria B D.
B. Adanya aura paling sedikit satu dibawah ini tetapi tdk dijumpai kelemahan
motorik.
1.

Ggn visual reversibel spt : Positip ( cahaya berkedi-kedip, bintik-bintik

atau garis. Negatip ( hilang penglihatan).


2. Ggn sensoris reversibel termasuk positip (nyeri) / negatip ( hilang rasa).
3. Ggn bicara disfasia yg reversibel sempurna
C. Paling sedikit 2 dibawah ini.
1.

Gejala visual homonim dan/ gejala sensoris unilateral.

2. Paling tidak timbul satu macam aura secara gradual 5 mnt dan / jenis
aura lainnya 5 mnt.
3.

Masing masing gejala berlangsung 5 60 mnt

D. Nyeri Kepala memenuhi kriteri migran tanpa aura


E. Tidak berkaitan degan kelainan lain

TENSION TYPE HEADACHE


Sesuai dengan kriteria the international headache society maka diagnosis
nyeri kepala tegang otot episodik ditegakkan apabila :
1. Minimal ada 10 kali serangan nyeri kepala seperti tersebut diatas.
2. Tidak ada nausea dan vomitus
3. Tidak ditemukan adanya fonofobia dan fotofobia, dan kalaupun ada
hanya salah satu.
4. Dikatakan nyeri kepala tegang otot yang berhubungan dengan
gangguan otot perikranial (dahulu disebut muscle contraction headache),
bila ditemukan adanya ketegangan otot perikranial dengan cara palpasi atau
dengan pemeriksaan EMG. Sementara itu apabila tidak ada ketegangan
dinamakan nyeri kepala tegang otot yang tidak berhubungan dengan
gangguan otot perikranial, yang dahulu dikenal sebagai idiopatik headache,
essential headache, psychogenic headache.
5. Apabila bentuk di atas ditemukan akan tetapi serangan nyeri kepala
paling terjadi paling sedikit 15 hari tiap bulannya dan telah berlangsung
lebih dari 6 bulan, serta mungkin pula diiringi dengan salah satu dari
gejala berikut ini : nausea, fotofobia, fonofobia, akan tetapi tidak disertai
vomitus, maka diagnosisnya adalah nyeri kepala tegang otot kronik. Bentuk

seperti tadi, apabila ditemukan adanya ketegangan otot perikranial, dan bila
tidak ditemukan adanya ketegangan otot maka disebut sebagai nyeri kepala
tegang otot kronik yang berhubungan dengan gangguan otot perikranial.
6. Tipe yang lain, yaitu semua bentuk nyeri kepala yang mirip dengan
gejala sebagaimana diuraikan diatas, tetapi tidak memenuhi syarat untuk
diagnosis salah satu nyeri kepala tegang otot dan juga tidak memenuhi
kriteria untuk nyeri kepala migren tanpa aura.

CLUSTER HEADACHE
Pada sebagian penderita menimbulkan nyeri tekan di daerah dasar
tengkorak dan leher ipsilateral.
Bentuk-bentuk Cluster Headache :
1. NKK tipe episodik, paling sering (80%) : 1-3 serangan singkat periorbital
seharinya selama 2-12 minggu diikuti masa bebas serangan selama 3 bulan
- 3 tahun.
2. NKK tipe kronik (20%) : tidak ada remisi selama lebih dari 1 tahun atau
remisi singkat kurang dari 14 hari (NKK tipe primer), sedangkan yang
berkembang dari tipe episodik disebut sebagai NKK tipe sekunder.
3. NKK varian :
a. Chronic paroxysmal hemicrania (Sjasteed&Dale) :serangan sering,
singkat, dapat diatasi dengan Indometasin.
b. Cluster headache varian-varian NKK(Medina&Diamond) : serangan
multipel pada nyeri kepala vaskuler tanpa bebas nyeri kepala.
Gejala Klinis :

Nyeri timbul mendadak, eksplosif dan unilateral (mencapai puncak dalam 1015 menit dan berlangsung hingga 2 jam) berupa nyeri seperti dibor disekitar
dan belakang mata, seperti biji mata mau keluar, nyeri seperti dibakar,

menetap tak berdenyut, tanpa disertai gejala aura, frekuensi 4-6 serangan
dalam sehari.

Nyeri menjalar ke daerah supraorbita, pelipis, maksila dan gusi atas (daerah
divisi 1 dan 2 nervus trigeminus ).

Sering ditemukan nyeri tumpul yang ditemukan menetap di mata, pelipis


rahang atas di luar serangan.

Serangan sering terjadi tepat setelah tertidur dan gangguan pernafasan waktu
tidur dapat mencetuskan serangan.

Gejala Penyerta :

Gejala otonom : penyumbatan hidung ipsilateral, pembengkakan jaringan


lunak, dahi berkeringat, lakrimasi, mata merah (injeksi konjungtiva) akibat
aktivitas berlebihan parasimpatis.

Paralisis parsial simpatis sindroma Horner ringan (ptosis, miosis,


anhidrosis), bradikardia, muka merah atau pucat, nyeri di muka dan daerah
arteri karotis ipsilateral.

Gejala migren : ggn gastrointestinal, fotofobia dan fonofobia ( tdk sebanyak


migren)

Perubahan perilaku selama serangan berupa kegelisahan : berlari-lari atau


duduk dalam posisi tertentu dengan mata yang dikompres, berteriak
kesakitan dan kadang-kadang ada upaya untuk bunuh diri.

Gejala neurologik : hiperalgesia pada muka dan kepala

Faktor Pencetus :

vasodilator (nitrogloserin )

histamin

menghirup asap

stress

panas

perubahan cuaca

terlambat makan

tidur hingga siang

pernah trauma

operasi di kepala

NYERI KEPALA AKIBAT REAKSI VASCULAR HIDUNG


Nyeri kepala dan gangguan hidung (hidung tersumbat, rinore, rasa sesak atau
terbakar) berulang, diakibatkan bendungan dan edema membran mukosa hidung. Nyeri
kepala terutama pada bagian anterior, ringan sampai sedang dalam intensitasnya.
Penyakit ini biasanya merupakan bagian dari reaksi individu selama stress. Seringkali
disebut rinitis vasomotor.

NYERI KEPALA VASCULAR NON-MIGREN


Disertai dilatasi menyeluruh arteri kranium yang tidak berulang. Infeksi sistemik,
biasanya dengan demam. Lain-lain, termasuk keadaan hipoksia, keracunan karbon
monoksida, pengaruh nitrat sirkulasi otak (pada keadaan tertentu), reaksi pasca kontusio,
keadaan pasca konvulsi dan beberapa kasus hipertensi arteri esensial (mis:kasus-kasus
dengan nyeri kepala dini hari).

NYERI KEPALA TRAKSI


Nyeri kepala akibat tarikan struktur intrakranial vascular akibat adanya massa.
a.

Tumor primer atau metastatik pada meningen, pembuluh darah, atau otak.

b.

Hematoma (epidural, subdural, atau parenkim)

c.

Abses (epidural, subdural atau parenkim)

d.

Nyeri kepala pasca pungsi lumbal (nyeri kepala bocor).

e.

Pseudotumor serebri dan berbagai penyebab pembengkakan otak.

NYERI KEPALA AKIBAT RADANG KRANIUM YANG HEBAT


Nyeri kepala akibat radang struktur kranium yang dapat segera dikenali-terjadi
akibat radang yang biasanya tidak berulang, steril ataupun infeksi.
a. Gangguan intrakranial meningitis infeksiosa, kimia ataupun alergi, perdarahan
subaraknoid, reaksi pasca pneumo-ensefalografi, arteritis dan flebitis.
b.Gangguan ekstrakranial-arteritis dan selulitis.
NEURALGIA KRANIALIS
Neuralgia trigeminal (tic doloreux) dan glosofaringeal. Nyeri bersifat tajam
biasanya timbul berurutan secara cepat selama beberapa menit, terbatas pada daerah
saraf yang terkena dan seringkali dipicu oleh stimulasi organ akhir.

VI. PEMERIKSAAN KLINIK


VI.1. ANAMNESIS
a. Jenis nyeri kepala
Jenis, nyeri kepala dapat diutarakan sebagai nyeri yang menetap, berdenyut yang
kadang-kadang sesuai dengan denyutan jantung, nyeri seperti ditarik atau diikat,
nyeri seakan-akan kepala mau pecah, nyeri yang berpindah-pindah, maupun
perasaan kepala yang tidak enak. Keluhan penderita harus benar-benar dipahami
agar tidak terjadi salah persepsi atau interpretasi.
Nyeri kepala yang menusuk-nusuk dan berdenyut lebih mungkin dijumpai pada
penyakit-penyakit vascular seperti migren, hipertensi arterial dan malformasi
vascular intrakranial. Nyeri kepala tertekan (pressure headache) yaitu perasaan
seperti pita yang melingkari kepala dan menjepitnya kuat-kuat sering disebabkan
gangguan emosional.
b. Onset nyeri kepala
Onset nyeri kepala dapat memberikan gambaran proses patologik yang
melatarbelakanginya.Nyeri kepala yang baru saja terjadi mempunyai banyak

kemungkinan penyebab baik yang bersifat ringan/benigna maupun berat/serius.


Nyeri kepala yang makin memberat atau menghebat menunjukkan kemungkinan
adanya proses intrakranial yang makin berkembang.
Nyeri kepala yang timbul secara sangat mendadak harus dicurigai sebagai akibat
dari perdarahan intrakranial spontan, terutama perdarahan subaraknoidal atau
intraventrikular. Meningitis, glukoma, masloiditis Sementara itu nyeri kepala yang
kronis dapat terjadi pada kasus tension headache, pasca trauma kepala, neurosis
rinitas vasomotor, sinusitis, kelainan refraksi yang tidak dikoreksi.
c. Frekuensi dan periodisitas nyeri kepala
Migren merupakan nyeri kepala yang episodik dan tidak pernah muncul sebagai
nyeri kepala harian atau dalam waktu yang lama. Cluster headache muncul sebagai
nyeri kepala harian selama beberapa minggu atau bulan dan kemudian diikuti suatu
interval bebas nyeri kepala dalam waktu yang lama. Nyeri kepala yang bersifat
kronis, dirasakan setiap hari dengan sifat yang konstan biasanya merupakan
gambaran tension headache atau nyeri kepala psikogenik.
d. Puncak dan lamanya nyeri kepala
Migren biasanya mencapai puncak nyeri 1-2 jam pasca-onset dan berlangsung
selama 6 36 jam. Cluster headache langsung sampai pada puncak perasaan nyeri
pada saat penderita terbangun dari tidurnya, atau nyeri kepala memuncak beberapa
menit setelah onset pada saat penderita dalam keadaan tidak tidur. Tension headache
muncul secara perlahan selama beberapa jam dan kemudian terus berlangsung
selama beberapa hari sampai beberapa tahun.
Nyeri kepala yang mendadak dan berat kemudian menetap biasanya terjadi pada
perdarahan intrakranial. Sementara itu, neuralgia oksipital dan trigeminal biasanya
muncul langsung dengan intensitas puncak, bersifat menyengat dan mengagetkan.
e. Waktu terjadinya nyeri kepala dan faktor presipitasi.
Cluster headache seringkali muncul pada saat penderita dalam keadaan tidur
lelap dan ada kecenderungan bahwa serangan nyeri kepala muncul pada saat yang

sama. Migren dapat muncul setiap baik siang maupun malam tetapi seringkali
mulai pada pagi hari. Tension headache khas dengan nyeri kepala sepanjang hari
dan seringkali memberat pada siang atau sore hari.
Penderita yang mengalami nyeri kepala kronis dan berulang seringkali dapat
mengenali faktor apa saja yang mendorong terjadinya suatu serangan nyeri kepala.
Migren dapat dicetuskan oleh makanan tertentu, dan minuman obat tertentu. Faktor
emosi dapat mencetuskan serangan migren dan tension headache.
Apabila membungkuk, mengejan, mengangkat sesuatu barang, batuk atau
menjalani

pemeriksaaan

valsava

merasakan

nyeri

kepala,

maka

harus

dipertimbangkan adanya kemungkinan lesi intrakranial terutama fosa posterior.


Namun demikian, nyeri kepala yang timbul pada saat dalam posisi berdiri tegak dan
segera mereda pada saat berbaring adalah khas untuk suatu kebocoran CSS yang
dapat terjadi secara spontan.
Nyeri kepala selama koitus, teristimewa selama atau segera sesudah orgasmus
bersifat benigna apalagi apabila sebelumnya terjadi aktvitas seksual beberapa kali.
Dalam keadaan ini dapat terjadi nyeri kepala tunggal, langsung bersifat berat. Hal
demikian ini harus dicurigai adanya kemungkinan perdarahan subaraknoidal.
f.

Lokasi dan evolusi


Penderita diminta untuk menunjuk lokasi nyeri dengan ujung jarinya. Hal ini

sangat membantu proses pemeriksaan.


Migren sangat sering bersifat unilateral, biasanya didaerah frontotemporal.
Namun demikian suatu saat dapat menyeluruh atau dapat berkembang dari lokasi
unilateral menjadi nyeri menyeluruh. Cluster headache hampir selalu unilateral dan
khas terpusat dibelakang atau sekitar bola mata. Tension headache khas dengan
nyeri kepala yang menyeluruh tetapi dapat pula terpusat di daerah frontal atau
serviko-oksipitasi.
g.

Kualitas dan intensitas nyeri


Nyeri kepala yang berkaitan dengan demam dan hipertensi seringkali bersifat

berdenyut. Migren dapat bersifat berdenyut dan seringkali ditutup oleh perasaan

khas dengan sifat yang berat, nyeri sekali seakan-akan kepala dibor dan terus
menerus, tension headache, dicirikan oleh perasaan penuh, diikat kencang atau
ditekan kuat-kuat dan kadang-kadang ada yang mengeluh bahwa kepalanya
seakan-akan mengenakan topi yang sesak.
h.

Gejala prodromal dan penyerta


Gejala pendahulu sangat khas pada migren. Gejala-gejala visual baik positif

maupun negatif, gejala hermisterik misalnya hemiparesis, parastesia, dan


gangguan berbahasa dapat mendahului munculnya nyeri kepala pada migren.
Sementara itu, migren basilaris dapat disertai oleh gejala-gejala lainnya yang
berasal dari gangguan pada batang otak misalnya vertigo, disatria, ataksia,
koadriparesis dan diplopia.
Cluster headache seringkali didahului oleh miosis dan ptosis ipsilateral,
epifora, konjungtiva kemerahan dan hidung mampet. Sementara itu nyeri kepala
dengan demam sugestif untuk infeksi. Keluarnya cairan berdarah atau purulen
dari hidung harus dicurigai adanya proses patologik di hidung atau sinus. Nyeri
kepala yang hebat disertai warna merah pada sclera merupakan gambaran infeksi
bola mata atau glaukoma akut.
i.

Faktor yang memberatkan rasa nyeri


Memberatya nyeri kepala pada saat batuk, mengejan atau bersin

menggambarkan kemungkinan adanya proses intrakranial. Sementara itu apabila


nyeri kepala bertambah berat pada saat ada gerakan tertentu menunjukkan
adanya pengaruh muscular.
Aktivitas dapat memperberat nyeri pada migren atau tension headache
sebaliknya istirahat baring biasanya akan memperberat situasi penderita cluster
headache.
j.

Faktor pereda nyeri


Istirahat, menghindari cahaya dan tidur meredakan perasaaan nyeri pada

penderita migren. Masase atau kompres hangat akan menolong penderita tension

headache. Nyeri pada cluster headache akan berkurang dengan penekanan lokal
penakanan lokal atau pemberian kompres hangat atau dingin.

Nyeri Kepala yang Berkaitan dengan Trauma Kepala dan/ atau Leher
Klasifikasi
Berdasarkan The International of Headache Disorders edisi 2 tahun 2004 (ICHD
- 2), klasifikasi nyeri kepala yang berkaitan dengan trauma kepala dan/ atau leher dibagi
atas:
Nyeri kepala akut pasca trauma
1.Nyeri kepala akut pasca trauma berkaitan dengan trauma kapitis sedang
atau berat
Kriteria diagnostik:
A. Nyeri kepala, tidak khas, memenuhi criteria C dan D.
B. Terdapat trauma kepala dengan sekurang-kurangnya satu keadaan dibawah ini:
1. Hilang kesadaran selama > 30 menit
2. Glasgow Coma Scale (GCS) < 13
3. Amnesia pasca trauma berlangsung > 48 jam
4. Imaging mengambarkan adanya suatu lesi otak traumatic (hematoma serebri,
perdarahan intraselebral dan atau subarachnoid, kontusio serebri dan/ atau
fraktur tulang tengkorak)
C. Nyeri kepala terjadi dalam 7 hari setelah trauma kepala atau sesudah kesadaran
penderita pulih kembali.
D. Terdapat satu atau lebih keadaan dibawah ini:
1. Nyeri kepala hilang dalam 3 bulan setelah trauma kepala
2. Nyeri kepala menetap, tetapi tidak lebih dari 3 bulan sejak trauma kepala.
2.Nyeri kepala akut pasca trauma berkiatan dengan trauma kapitis ringan
Kriteria diagnostik:
A. Nyeri kepala tidak khas, memenuhi kriteria C dan D.
B. Trauma kepala dengan semua keadaan dibawah ini:
1. Tidak disertai hilangnya kesadaran, atau kesadaran menurun < 30 menit
2. Glasgow Coma Scale (GCS) 13
3. Gejala dan / atau tanda-tanda diagnostik dari trauma kapitis ringan

(concussion)
C. Nyeri kepala timbul dalam 7 hari setelah trauma kepala.
D. Terdapat satu atau lebih keadaan dibawah ini:
1. Nyeri kepala menghilang dalam 3 bulan setelah trauma kepala.
2. Nyeri kepala menetap, tetapi tidak lebih dari 3 bulan sejak trauma kepala.
Trauma kepala ringan dapat memunculkan gejala kognitif yang kompleks,
gangguan perilaku atau kesadaran dan GCS 13. Hal ini dapat terjadi dengan atau tanpa
abnormalitas dari pemeriksaan neurologis, neuroimaging (CT scan, MRI), EEG,
pemerikaan LCS, tes fungsi vestibular dan test neuropsikologis.5
3.Nyeri kepala kronik pasca trauma
Nyeri kepala kronik pasca trauma biasanya merupakan bagian dari sindrom pasca
trauma yang termasuk berbagai jenis gejala seperti gangguan keseimbangan, konsentrasi
yang lemah, berkurangnya kemampuan bekerja, iritabilitas, mood depresif, gangguan
tidur dan lainnya.5,8
4.Nyeri kepala kronik pasca trauma berkaitan dengan trauma kapitis sedang atau
berat
Kriteria diagnostik:
A. Nyeri kepala, tidak khas, memenuhi kriteria C dan D.
B. Terdapat trauma kepala dengan sekurang-kurangnya satu keadaan dibawah ini:
1. Hilang kesadaran selama > 30 menit
2. Glasgow Coma Scale (GCS) < 13
3. Amnesia pasca trauma berlangsung > 48 jam
4. Imaging mengambarkan adanya suatu lesi otak traumatic (hematoma serebri,
perdarahan intraselebral dan atau subarachnoid, kontusio serebri dan/ atau
fraktur tulang tengkorak)
C. Nyeri kepala terjadi dalam 7 hari setelah trauma kepala atau sesudah kesadaran
penderita pulih kembali.
D. Nyeri kepala berlangsung lebih dari 3 bulan setelah trauma kepala.

5.Nyeri kepala kronik berkaitan dengan trauma kapitis ringan


Kriteria diagnostik:
A. Nyeri kepala tidak khas, memenuhi kriteria C dan D.
B. Trauma kepala dengan semua keadaan dibawah ini:
1. Tidak disertai hilangnya kesadaran, atau kesadaran menurun < 30 menit
2. Glasgow Coma Scale (GCS) 13
3. Gejala dan / atau tanda-tanda diagnostik dari trauma kapitis ringan
(concussion)
C. Nyeri kepala timbul dalam 7 hari setelah trauma kepala.
D. Nyeri kepala berlangsung lebih dari 3 bulan setelah trauma kepala.

6.

Nyeri kepala akut yang berkaitan dengan whiplash injury


Kriteria diagnostik:
A. Nyeri kepala tidak khas, memenuhi kriteria C dan D.
B. Adanya kejadian whiplash secara mendadak disertai timbulnya nyeri leher.
C. Nyeri kepala muncul dalam 7 hari sesudah whiplash injury.
D. Terdapat satu atau lebih keadaan dibawah ini:
1. Nyeri kepala menghilang dalam 3 bulan setelah whiplash injury.
2. Nyeri kepala menetap, tetapi tidak lebih dari 3 bulan setelah whiplash injury.
Istilah whiplash biasanya merujuk pada kejadian tiba-tiba dari akselerasi dan/ atau

deselarasi dari leher (biasanya terjadi pada kebanyakan kasus kecelakaan). Manifestasi
klinis mencakup gejala dan tanda yang berhubungan dengan leher, seperti somatik
ekstraservikal, neurosensoris, perilaku, gangguan kognitif dan afektif yang mana muncul
dala berbagai ekspresi.5,8
7.

Nyeri kepala kronik yang berkaitan dengan whiplash injury


Kriteria diagnostik:
A. Nyeri kepala tidak khas, memenuhi kriteria C dan D.
B. Adanya kejadian whiplash secara mendadak disertai timbulnya nyeri leher.

C. Nyeri kepala muncul dalam 7 hari sesudah whiplash injury.


D. Nyeri kepala berlangsung lebih dari 3 bulan setelah whiplash injury.
8.Nyeri kepala yang berkaitan dengan hematoma intracranial traumatic
8.1 Nyeri kepala yang berkaitan dengan hematoma epidural
Kriteria diagnostik:
A. Nyeri kepala akut, nyeri kepala tidak khas, memenuhi kriteria C dan D.
B. Imaging menggambarkan adanya hematoma epidural.
C. Nyeri kepala timbul dalam beberapa menit sampai 24 jam setelah terjadinya
hematoma.
D. Terdapat salah satu atau lebih keadaan dibawah ini:
1. Nyeri kepala menghilang dalam 3 bulan setelah hematoma dievakuasi.
2. Nyeri kepala menetap, tetapi tidak lebih dari 3 bulan setelah hematoma
dievakuasi.
8.2 Nyeri kepala yang berkaitan dengan hematoma subdural
Kriteria diagnostik:
A. Nyeri kepala akut/ progresif, nyeri kepala tidak khas, memenuhi kriteria C dan D.
B. Imaging menggambarkan adanya hematoma subdural.
C. Nyeri kepala timbul dalam 24 72 jam setelah terjadi hematoma.
D. Terdapat satu atau lebih dari keadaan di bawah ini:
1. Nyeri kepala menghilang dalam 3 bulan setelah hematoma dievakuasi.
2. Nyeri kepala menetap, tetapi tidak lebih dari 3 bulan setelah hematoma
dievakuasi.
9.

Nyeri kepala yang berkaitan dengan trauma kepala dan/ atau leher yang
lainnya.

9.1

Nyeri kepala akut yang berkaitan dengan trauma kepala dan/ atau leher
yang lainnya.
Kriteria diagnostik:
A. Nyeri kepala tidak khas, memenuhi kriteria C dan D.

B. Ada bukti kejadian, trauma kepala dan/ atau leher yang lainnya.
C. Nyeri kepala di temporal berhubungan dengan, dan/ atau adanya bukti kejadian
trauma kepala dan/ atau leher yang lainnya.
D. Terdapat satu atau lebih keadaan di bawah ini:
1. Nyeri kepala menghilang dalam 3 bulan setelah trauma kepala dan/ atau leher
yang lainnya
2. Nyeri kepala menetap, tetapi tidak lebih dari 3 bulan setelah trauma kepala
dan/ atau leher yang lainnya.
9.3 Nyeri kepala kronik yang berkaitan dengan trauma kepala dan/ atau leher yang
lainnya.
Kriteria diagnostik:
A. Nyeri kepala tidak khas, memenuhi kriteria C dan D.
B. Ada bukti kejadian, trauma kepala dan/ atau leher yang lainnya.
C. Nyeri kepala di temporal berhubungan dengan, dan/ atau adanya bukti kejadian
trauma kepala dan/ atau leher yang lainnya.
D. Nyeri kepala menetap lebih dari 3 bulan setelah trauma kepala dan/ atau leher
yang lainnya.
10.

Nyeri kepala pasca kraniotomi

10.1

Nyeri kepala akut pasca kraniotomi


Kriteria diagnostik:

A. Intensitas nyeri kepala yang bervariasi, dengan lokasi nyeri maksimal di daerah
kraniotomi, memenuhi kriteria C dan D.
B. Kraniotomi dilakukan sebagai alasan trauma kepala dan lainnya.
C. Nyeri kepala timbul dalam 7 hari setelah kraniotomi.
D. Terdapat satu atau lebih keadaan di bawah ini:
1. Nyeri kepala menghilang dalam 3 bulan setelah kraniotomi.
2. Nyeri kepala menetap, tetapi tidak lebih dari 3 bulan, setelah kraniotomi.
10.2

Nyeri kepala kronik pasca kraniotomi


Kriteria diagnostik:

A. Intensitas nyeri kepala yang bervariasi, dengan lokasi nyeri maksimal di daerah
kraniotomi, memenuhi kriteria C dan D.
B. Kraniotomi dilakukan sebagai alasan trauma kepala dan lainnya.
C. Nyeri kepala timbul dalam 7 hari setelah kraniotomi.
Nyeri kepala menetap lebih dari 3 bulan setelah kraniotomi.

1.

SIGN. 2008. Diagnosis and Management of Headache in Adults 107 A National


clinical Guidelines.

2.

PERDOSSI. 2010. Konsensus Nasional III Diagnostik dan Penatalaksanaan Nyeri


Kepala. Pusat Penerbitan dan Percetakan Unair (AUP) Airlangga: Surabaya

International Headache Society. 2004. Cephalgia The International Classification of


Headache Disorder. 2nd Edition. An International Journal of Headache Volume 24
Supplement 1 2004.

You might also like