Professional Documents
Culture Documents
PENELITIAN
Pengaruh Ketorolac Dan Parecoxib Terhadap Ekspresi Sel T CD4+ Di
Jaringan Luka Pada Tikus Wistar
The Effect Of Ketorolac And Parecoxib To The CD4+ Gene Expression On
Wistars Rats Wound Tissue
Kurnia ji *, Dedy Fa chr ian** , W itjak sono ***
*RSUD Arifin Ahmad, Pekanbaru, Riau
**Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta
***Bagian Anestesi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro/ RSUP Dr. Kariadi Semarang.
ABSTRACT
Background: CD4+ T cells play a role in wound healing by producing cytokines and
growth factors. Postoperative pain can seriously affect the patient's recovery and
delay wound healing. Ketorolac and parecoxib are potent COX-1 and COX-2
inhibitors with different mechanism and potential.
Objective: To determine the differences in histological scores of CD4+ T cells in
wounded tissue around incision in Wistar rats receiving ketorolac vs parecoxib with
equal doses.
Methods : A laboratory experimental study with randomized post-test only design was
conducted on 20 male Wistar rats given 2 cm long incision. They were divided
randomly into two groups. Group 1 (K1) and Group 2 (K2) each get ketorolac and
parecoxib IM injection at a dose comparable to the human dose of 30 mg/6 hours and
40 mg/12 hours. The tissue surround the wound were taken on the third and fifth day
post treatment for immunohistochemical examination of CD4+ T cells. CD4+ T cells
scores were analyzed using One-way ANOVA followed by Post Hoc analysis.
Result: The mean histology score of CD4+ T cells was significantly higher in
parecoxib IM treated group than ketorolac IM on the third day (8,36 0,805 vs. 7,28
0,228; p=0,009) and fifth day (9,12 0,672 vs. 7,68 0,415; p=0.001 ) after
incision. There was no significant difference between CD4+ T cells score on third and
fifth day within the same group (p=0,288 and p=0,053, K1 and K2 group
respectively).
Conclusion: Histologic score of CD4+ T cells in tissue around the wound treated by
parecoxib IM was significantly higher than ketorolac IM treated group.
Keyword: CD4+ T cells expression, ketorolac, parecoxib
ABSTRAK
Volume VI, Nomor 2, Tahun 2014
Volume VI, Nomor
2, Tahunmasa
2014berlaku 3 Juli 2014 - 2 Juli 2019
Terakreditasi
DIKTI dengan
Dasar SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 212/P/2014
101
Latar Belakang: Sel T CD4+ berperan dalam penyembuhan luka karena memproduksi
sitokin dan faktor pertumbuhan. Nyeri pasca bedah dapat berpengaruh serius terhadap
pemulihan pasien dan penyembuhan luka yang tertunda. Ketorolac dan parecoxib secara
poten menghambat COX-1 dan COX-2 dengan potensi yang berbeda.
Tujuan: Mengetahui perbedaan skor histologi sel T CD4+ di jaringan sekitar luka insisi
pada tikus Wistar yang mendapatkan ketorolac dibandingkan parecoxib dengan dosis
sebanding.
Metode: Penelitian eksperimental laboratorik dengan desain randomized post test only
design dilakukan pada 20 ekor tikus wistar jantan yang diinsisi subkutan sepanjang 2 cm
pada punggungnya dan dibagi menjadi dua kelompok perlakuan secara acak. Kelompok
1 (K1) dan Kelompok 2 (K2) masing-masing mendapatkan injeksi ketorolac dan
parecoxib IM dengan dosis yang sebanding dosis manusia 30 mg/6 jam dan 40 mg/12
jam. Potongan jaringan diambil pada hari ketiga dan kelima pasca perlakuan untuk
dilakukan pemeriksaan immunohistokimia sel T CD4+ . Data ekspresi sel T CD4+
dianalisis dengan uji beda One-way ANOVA dan dilanjutkan dengan analisis Post Hoc.
Hasil: Rerata skor histologi sel T CD4+ lebih tinggi pada kelompok yang mendapakan
injeksi parecoxib IM dibandingkan ketorolac IM baik pada hari ketiga (8,36 0,805 vs
7,28 0,228, p=0,009) ataupun hari kelima (9,12 0,672 vs 7,68 0,415; p=0,001)
pasca insisi. Skor tersebut tidak berbeda secara signifikan pada hari ketiga dan kelima
dalam satu kelompok yang sama (p=0,288 dan p=0,053 masing-masing pada K1 dan
K2).
Kesimpulan: Skor histologi sel T CD4+ di jaringan sekitar luka yang mendapatkan
injeksi parecoxib IM secara signifikan lebih tinggi dibandingkan injeksi ketorolac IM.
Kata kunci: Ekspresi sel T CD4+, ketorolac, parecoxib
PENDAHULUAN
Nyeri pasca bedah adalah nyeri
akut yang diawali oleh perlukaan/
kerusakan jaringan akibat tindakan
pembedahan.1
Mc
Guire
dkk
menjelaskan bahwa nyeri
yang
terkendali membuat respon berupa
perbaikan proses penyembuhan luka.2
Karena itu penanganan nyeri pasca
bedah merupakan masalah klinis yang
penting dan dapat berpengaruh serius
102
103
Penelitian
ini
merupakan
penelitian eksperimental laboratorik
dengan desain randomized post test
only design dengan tujuan mencari
perbandingan pengaruh pemberian
ketorolac dan parecoxib intramuskular
terhadap ekspresi sel T CD4+ di
jaringan luka insisi. Sampel penelitian
ini adalah 20 ekor tikus wistar jantan,
sehat dan tidak tampak cacat secara
anatomi. Penentuan besar sampel
menurut rumus WHO yaitu 5 ekor tiap
kelompok.
Setelah diadaptasi selama tujuh
hari, semua tikus diinsisi pada
punggungnya sepanjang 2 cm dengan
kedalaman subkutis. Sebelum diinsisi,
punggung tikus didesinfeksi dengan
betadine kemudian luka ditutup dengan
lima
jahitan
tunggal
sederhana
menggunakan benang side. Selanjutnya
jahitan dibersihkan, diolesi betadin dan
dirawat. Pasca pembedahan juga
diberikan penisilin oil 15 mg. 20 tikus
wistar tersebut secara acak dibagi
menjadi dua kelompok perlakuan
dengan 10 ekor tikus wistar setiap
kelompoknya. Kelompok perlakuan 1
(K1) mendapatkan injeksi ketorolac
intramuskular yang sebanding dengan
dosis manusia 30 mg tiap 6 jam
sementara kelompok perlakuan 2 (K2)
mendapatkan
injeksi
parecoxib
intramuskular yang sebanding dengan
dosis manusia 40 mg tiap 12 jam.
Pada hari ke-3 dam ke-5 pasca
perlakuan, dilakukan pembiusan, lalu 5
ekor tikus dari tiap kelompok dilakukan
104
Skor Histologi
Hari ke- 3
Hari ke- 5
7,68 0,415
Perlakuan 2 (K2)
8,36 0,805 (8,4)
Keterangan : dalam satuan skor histologi
(7,8)
9,12 0,672
(9,0)
105
Tabel 2. Hasil uji homogenitas varian berat badan hewan coba (mg)
Kelompok
Mean SD
K1
270,3 10,34
0,238*
K2
271,7 8,85
Kelompok
Test of
Statistik
df
sig
Perlakuan 1 (K1)
0,961
0,814*
Perlakuan 2 (K2)
0,842
0,171*
homogenity
p=0,103**
Perlakuan 1 (K1)
0,952
0,750*
Perlakuan 2 (K2)
0,942
0,677*
106
kelompok
yang
berbeda
data
(p=0,053; p<0,05).
perlakuan
menunjukkan
bahwa
semua
bermakna
secara
statistik
Sedangkan bila
gen.
Data hasil penelitian merupakan
kelompok
berpasangan,
One-way
tidak
ANOVA.
beda dengan
Tabel
diatas
PEMBAHASAN
Penanganan nyeri pasca bedah
Tabel 4. Hasil uji beda One-way ANOVA kelompok K1 dan K2 terhadap skor histologi sel T CD4+
Kelompok
Mean SD
K1H3
7,28 0,228
K1H5
7,68 0,415
K2H3
8,36 0,805
K2H5
9,12 0,672
0,001*
*One-way ANOVA
Sumber : data primer 2014
107
Kelompok
K1H3
K1H5
K2H3
K2H5
K1H3
0,288
0,009*
0,000*
K1H5
0,288
0,080
0,001*
K2H3
0,009*
0,080
0,053
K2H5
0,000*
0,001*
0,053
p<0,05
*Analisis Post Hoc,
Sumber : data primer 2014
infiltrasi,
berasosiasi
sehingga
nyeri
merupakan
penyembuhan luka.12
komponen
sel
yang
dimana
MHC
dengan
sel
disimpulkan
akut
akan
Penelitian
kelas
T
CD8+,
pengendalian
memperbaiki
ini
menunjukkan
dua
penyembuhan
karena
dan
faktor
2005
lokal
biosintesis
Limfosit
terbagi
luka
memproduksi
sitokin
pertumbuhan.7
menunjukan
menjadi
Andri
bahwa
infiltrasi
prostaglandin.
obat
siklooksigenase
dengan
asam
yang
tidak
mendapatkan
ini
Golongan
menghambat
sehingga
arakhidonat
menjadi
enzim
konversi
PGG2
selektifitas
kelompok
infiltrasi
rendah
levobupivakain
108
dengan
lebih
yang
berbeda.13
Enzim
infark
jaringan ginjal,
kardiovaskuler
merupakan
endotoksin.
yang
seperti
kejadian
stroke
dan
Beta
2013
melaporkan
secara
parecoxib
kedua
rendahnya
spesifik.14,15
kelompok
kompetitif
OAINS
Ketorolac
dan
tromboemboli.16
miokard
menghambat
sebagai
analgetik
kadar
untuk
kortisol
perlakuan
plasma
dibanding
untuk
pada
kedua
bermanfaat
ing,
akut
efek
opioid.18
ing
diperhatikan
sehingga
pada
nyeri
kelompok
tidak
untuk
merugikan
berbeda
meningkatkan
akibat
pemakaian
ketorolac
penggunaan
ketorolac.
Sedangkan
homogen
maupun
sehingga
parecoxib
layak
pada
untuk
109
dibandingkan.
Adaptasi
selama
yang
primer
asal
intentionem.19
tikus
dari
satu
keturunan
terjadi
adalah
penyembuhan
atau
sanatio
per
lompok
yang
sama.
secara
bermakna
primam
diberikan
parecoxib
lebih
tinggi
ketorolac
(p=0,001;
akukan
hari kelima.20
dengan
membuat
irisan
baik
pada
p<0,05).
hari
Pada
ketiga
masing-
luka
tempat
luka
meningkat
ditutup
tunggal
dengan
sederhana
lima
jahitan
menggunakan
sel
polimorfonuklear
terjadinya
cepat
(PMN)
luka.
Jumlahnya
dan
mencapai
utamanya
antisepsis,
berumur
penggunaan
antibiotik
adalah
pendek
memfagositosis
dan
jumlahnya
arthritis
selektif.21
menyatakan
operasi
penurunan
Makrofag
berumur
lebih
panjang
yang
mendapatkan
Penelitian
bahwa
pada
tikus
yang
terapi
lain
juga
penggunaan
menghasilkan
signifikan
dalam
penyembuhan
sempurna.
muncul
bermakna
Sesudah
berjalan
makrofag
pada
akan
hari
kelima
dan
kelompok
tinggi
stabilitas
ini
parecoxib
sesuai
dengan
lebih
hipotesis
yang
+
hemodinamik
dan
jika
juga
terhadap infeksi.22
parecoxib
dibanding
ketorolac.
Respon
dapat
menyebabkan
kondisi
kelompok
antiinflamasi
penghambatan
dibandingkan
ketorolac
dengan
proses
penyembuhan
111
ungan
yang
relevan
pada
proses
gambarkan
lanjut
minggu
bila
setelah
pembedahan,
keseluruhan
untuk
proses
melihat
in-
fenomena
segera
penutupan
luka.20
SIMPULAN
Skor histologi ekspresi sel T
ketorolac
ketorolac dapat
analgesi
operasi.
yaitu
perioperatif
Perlu
sebagai
dan
dilakukan
dapat
penelitian
pada
penyembuhan
makroskopis dan
luka
secara
kaitannya dengan
DAFTAR PUSTAKA
113