Professional Documents
Culture Documents
OLEH :
KELOMPOK IV
Made Molik Aridita
(1607611003)
(1607611006)
Bagi Negara, pajak adalah salah satu sumber penerimaan penting yang
akan digunakan untuk membiayai pengeluaran Negara, baik pengeluaran rutin
maupun pengeluaran pembangunan. Sedangkan bagi perusahaan atau badan pajak
merupakan beban yang akan mengurangi laba bersih, maka perusahaa tau badan
akan berupaya semaksimal mungkin agar dapat membayar pajak sekecil mungkin
dan berupaya untuk menghindari pajak. Namun penghindaran pajak harus
dilakukan dengan cara yang legal.
Manajemen pajak merupakan sarana untuk memenuhi kewajiban
perpajakan dengan benar dan juga degan manajemen pajak jumlah dari pajak yang
dibayar dapat ditekan serendah mungkin untuk memperoleh laba yang diharapkan
dan bisa dikatakan manajemen pajak merupakan upaya dalam melakukan
penghematan pajak secara legal. Secara umum manajemen pajak didefinisikan
sebagai suatu usaha menyeluruh yang dilakukan terus- menerus oleh wajib pajak
agar semuahal yang berkaitan dengan urusan perpajakan dapat dikelola dengan
baik, ekonomis, efektif dan efisien,
suatu
pembatasan
pembayaran.
Sebagai
tambahan,
dengan
ketika pengingkatan arus kas dari ekspansi atas pembiayaan utang lebih rendah
daripada kas yang dialihkan untuk membayar utang. Pendanaan internal juga
dapat menambah nilai atas pembiayaan modal, terutama ketika nilai perusahaan
meningkat karena faktor yang tidak langsung terkait dengan proyek yang dibiayai.
Tetapi, karena sumber internal biasanya terbatas daripada pendanaan ekternal,
pertimbangan beberapa banyak orang dapat membayar untuk rumah, mobil
melalui utang. Ketika ada situasi yang tidak langsung mengubah keuntungan pada
pembiayaan internal, maka terdapat keuntungan terbatas dengan tidak adanya
biaya transaksi. Tetapi, peningkatan nilai perusahaan tidak selalu memajaki
sampai ada pertukaran transaksi, seperti penjualan saham perusahaan. Dengan
demikian, strategi pendanaan internal yang menyokong nilai ekuitas perusahaan
dipegang oleh pemilik yang ada dapat menimbulkan keuntungan pajak yang
cukup.
2. Dampak dari pendanaan melalui modal dan distribusi laba
Pendanaan dalam bentuk modal dilakukan oleh perusahaan melalui
penjualan kepemilikan saham biasa perusahaan tersebut. Contoh lain, seperti
persekutuan yang menjual bagian kemitraannya kepada investor baru. Pembiayaan
modal juga ada dalam berbagai bentuk. Kebanyakan yang biasa adalah kontribusi
kepada modal selalu dalam bentuk kas tetapi terkadang dalam bentuk properti
oleh para mitra dalam persekutuan atau pemilik dari perusahaan terbatas. Pemilik
saham biasa seringkali memiliki kontrol suara dari perusahaan dan mereka
mempunyai keuntungan dari memiliki kepemilikan sisa. Dalam perencanaan
strategis, manajer mencari struktut modal optimal dalam jangka panjang.
Perpaduan optimal dari utang dan modal untuk organisasi tergantunt dari tujuan
perusahaan. Untuk organisasi nirlaba, utang dapat dicegah untuk menjamin
kelangsungan program selama penurunan ekonomi, dimana dapat mengurangi
kontribusi yang tidak diharapkan. Sala halnya, seperti organisasi yang berorientasi
keuntungan, perpaduan utang atas modal yang dicari oleh manajemen adalah satu
yang memaksimalkan ekuitas pemiliki. Ini adalah fungsi dari resiko dan
pengembalian yang diharapkan.
dapat
direkayasa
sehingga
pembayaran
dilakukan
dalam
Dalam
diperhitungkan,
pembagian
yaitu
dividen
terdapat
tiga
tanggal
untuk
Dividen resmi terutang oleh badan saat secara resmi dilakukan pengumuman
pembagian dividen. Untuk tujuan pemajakan, sesuai dengan ketentuan pasal 23
dan pasal 26, dengan terutangnya dividen itu terutang pula PPh pasal 23 dan pasal
26.
Pemberi dividen akan memotong jenis PPh dan tarif yang berbeda-beda
tergantung siapa penerima dividennya. Jenis objek pajak penghasilan yang
dikenakan penerima dividen adalah sebagai berikut:
1. Dividen Wajib Pajak Badan Dalam Negeri atau Bentuk Usaha Tetap (BUT)
yang menerima atau memperoleh penghasilan berupa dividen, maka atas
penghasilan
dividen
Pribadi
Dalam
Negeri
yang
menerima
atau
memperoleh
memberikan pengecualian atas dividen tertentu yang tidak termasuk objek pajak
penghasilan. Berdasarkan Pasal 4 ayat (3) huruf f UU PPh, bahwa yang
dikecualikan dari objek pajak adalah dividen atau bagian laba yang diterima atau
diperoleh perseroan terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, badan
usaha milik negara, atau badan usaha milik daerah, dari penyertaan modal pada
badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:
menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen
paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor.
Mekanisme Pemotongan
1. Penerima Dividen Adalah Pemotongan PPh atas dividen yang dibayarkan
kepada Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri dilakukan pada saat
dividen
disediakan
untuk
dibayarkan
(Pasal
ayat
PMK-
lain
yang
tanda
ditunjuk
selaku
pembayar
telah
wajib
dividen,
dipotong
tersebut
paling
lama
menyetor
tanggal
10
PPh
bulan
penerima dividen
dibayarkan
kepada
WP Badan
Dalam
diumumkan
yaitu
pada
saat
pembagian
atau
pemegang
saham
sesuai
dengan
dividen
tersebut
terdiri dari legal fee dan distress price (aset perusalaan yang dihargai murah
sewaktu dinyatakan bangkrut).
Pendanaan berupa hutang dibagi menjadi dua yaitu (1) hutang jangka
pendek (kurang dari 1 tahun) lazim digunakan untuk kebutuhanjangka pendek
terdiri atas hutang dagang dan kewajiban yang masih harus dibayar seperti upah
dan pajak, dan (2) Hutangjangka panjang adalah hutang dengan yang memiliki
jatuh tempo lebih dari satu tahun, biasanya berbentuk hipotek dan obIigasi. Jika
terjadi Iikuidasi, kreditor akan dibayar terlebih dahulu dari hasil penjualan aktiva
tetap yang dipergunakan sebagai agnnan dalam perjanjian kreditnya.
Pendanaan berupa hutang diproksikan ke dalam DER. Rasio DER
mengukur tingkat penggunaan hutang terhadap total modal sendiri yang dimiliki
perusahaan. Semakin tinggi DER menunjukkan tingginya ketergantungan
permodalan perusahaan terhadap pihak luar sehingga beban perusahaan juga
semakin berat. Tentunya hal ini akan mengurangi hak pemegang saham (dalam
bentuk dividen). Tingginya DER selanjutnya akan mempengaruhi minat investor
terhadap saham perusahaan tertentu, karena investor pasti lebih tertarik pada
saham yang tidak menanggung terlalu banyak beban hutang. Dengan kata lain,
DER berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
Rasio DER oleh Jensen et at. (1992) dalam Almilia dan Silvy (2006)
dirumuskan sebagai berikut:
dimana :
Jika DER lebih dari satu, maka perllsahaan didanai dengan lebih banyak
hutang sehingga perusahaan harus membayar bunga. Berarti pemegang saham
sulit membeli saham karena perusahaan tidak menerbitkan saham untuk kegiatan
pendanaannya dan kreditor enggan meminj amkan uang karena adanya pengalihan
resiko dari perusahaan.
Pajak Penghasilan dengan Hutang
10
setelah pajak (kd) yang akan dinikmati oleh peminjam adalah: kd = r (1 t).
Dalam persamaan ini, biaya utang setelah pajak adalah fungsi menurun dari tarif
pajak. Contoh, suatu perusahaan dengan tarif pajak sebesar 40% yang meminjam
dengan bunga 8%, maka perusahaan mempunyai biaya hutang setelah pajak
sebesar 8%( 1-40%) = 4,8% . Perusahaan lain dengan tarif pajak sebesar 70%
yang meminjam pada 8%, mempunyai biaya hutang setelah pajak sebesar 2,4%.
Artinya tarif pajak yang lebih tinggi akan menurunkan biaya utang cateris paribus.
Kedua, utang bisa mendorong manajer untuk lebih disiplin dalam pilihanpilihan investasi mereka. Salah satu cara untuk mengenalkan disiplin kedalam
proses investasi adalah dengan memaksa perusahaan tersebut untuk meminjam
uang, karena peminjaman menciptakan sebuah komitmen untuk membuat bunga
dan pembayaran pokok. Selain itu pada perusahaan yang didalamnya ada
pemisahan antara kepemilikan dan manajemen maka utang pengendalikan
perilaku oportunitis manajer untuk pengeluaran sesuai dengan kewenangannya
(discretionary). Oleh karena itu dengan adanya utang, nantinya manajer akan
terfokus pada aktivitas yang diperlukan untuk memastikan bahwa pembayaran
utang dapat dipenuhi.
Ketiga, utang tidak memberikan pihak pemegang surat utang (debtholder)
hak suara, sehingga tidak terjadi pergeseran pengendalian perusahaan. Adapun
beberapa hal yang diyakini sebagai beban karena berutang antara lain adalah
sebagai berikut : Pertama, utang dapat meningkatkan risiko karena kemungkinan
perusahaan tidak mampu memenuhi pembayaran tetapnya bahkan dapat juga
berujung pada risiko kebangkrutan. Kondisi tersebut mungkin terjadi ketika
perusahaan mengalami kegagalan pada saat aliran kas (cash flow) dari operasi
tidak mencukupi untuk membayar bunga. Sebuah perusahaan dianggap bangkrut
apabila perusahaan tersebut tidak mampu memenuhi komitmen kontraktual
mereka, bahkan perusahaan yang tidak memiliki utang pun dapat menjadi
bangkrut jika mereka tidak mampu membayar gaji karyawan mereka. Ketika
sebuah perusahaan bangkrut, asetnya dapat dilikuidasi dan hasil dari likuidasai
akan digunakan untuk memenuhi klaim yang belum dilunasi. Prioritas klaim
mengikuti persyaratan legal dan spesifi- kasi kontraktual yang ada. Kedua, utang
11
akan meningkatkan potensi konflik antara 5 pemberi utang (kreditor) dan agen
(dalam hal ini diwakili oleh manajer). Konflik muncul karena manajemen
perusahaan mengambil proyek-proyek berisiko lebih besar dari yang diperkirakan
oleh kreditor, dimana proyek berisiko akan memberikan hasil yang bagus, namun
kompensasi yang diberikan kepada kreditor (berupa bunga) tidak ikut naik,
sehingga jika terjadi kerugian maka kreditor akan dirugikan. Ketiga, utang
menyebabkan perusahaan kehilangan beberapa fleksibilitas berkaitan dengan
pembiayaan di masa mendatang, karena adanya rambu-rambu perjanjian (debt
covenant) yang ditetapkan pada awal pinjaman dilakukan. Perjanjian ini berisi
rambu-rambu yang membatasi manajemen untuk membuat keputusan investasi
dan pembayaran dividen dalam jmlah tertentu.
12
Referensi
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 2015. Modul Chartered Accountant Manajemen
Perpajakan. IAI. Jakarta
Purnamasari, Yenny. 2009. Pajak Penghasilan dan Keputusan Pendanaa. Jurnal
Akuntansi Kontemporer vol.1 no.1.
http://documentslide.com/documents/sumber-pembiayaan-bagian-1.html (diakses
tanggal 16 Oktober 2016)
13