You are on page 1of 29

Good Corporate Governance

Joomla
Joomla
Wordpress
Wordpress

A. PENDAHULUAN

Salah satu upaya untuk meningkatkan kinerja suatu perusahaan/organisasi


adalah dengan cara menerapkan Good Corporate Governance (GCG). Penerapan
Good Corporate Governance (GCG) merupakan pedoman bagi Dewan Komisaris
dan Direksi dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakan dengan
dilandasi moral yang tinggi, kepatuhan kepada peraturan perundang-undangan
yang berlaku serta kesadaran akan adanya tanggung jawab sosial perseroan
terhadap pihak yang berkepentingan (stakeholders) secara konsisten.

Maksud dan tujuan penerapan Good Corporate Governance di Perusahaan adalah


sebagai berikut:

Memaksimalkan nilai Perusahaan agar memiliki daya saing yang kuat, baik
secara nasional maupun internasional, sehingga mampu mempertahankan
keberadaannya dan hidup berkelanjutan untuk mencapai maksud dan tujuan
Perusahaan;
Mendorong pengelolaan Perusahaan secara profesional, efisien dan efektif,
serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian Organ Perusahaan;
Mendorong agar manajemen Perusahaan dalam membuat keputusan dan
menjalankan tindakan dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap
peraturan perundang-udangan, serta kesadaran akan adanya tanggung jawab
sosial Perusahaan terhadap stakeholders maupun kelestarian lingkungan di
sekitar Perusahaan;
Meningkatkan kontribusi Perusahaan terhadap perekonomian nasional;
Meningkatkan iklim yang kondusif bagi perkembangan nilai investasi
Perusahaan.

Implementasi Good Corporate Governance Perusahaan telah menghasilkan halhal penting sebagai berikut :

Keputusan Direksi PT Pos Indonesia (Persero) Nomor : KD. 52/DIRUT/0909


Tanggal 9 September 2009 tentang Tata Cara Laporan Harta Kekayaan
Penyelenggara Negara (LHKPN) di Lingkungan PT Pos Indonesia (Persero).
Keputusan Bersama Dewan Komisaris dan Direksi PT Pos Indonesia (Persero)
Nomor: 288/Dekom/0714 dan Nomor: KD. 44 /DIRUT/0714 tanggal 01 Juli 2014
tentang Panduan Penerapan Good Corporate Governance di PT Pos Indonesia
(Persero).
Keputusan Bersama Dewan Komisaris dan Direksi PT Pos Indonesia (Persero)
Nomor: 357/Dekom/0914 dan Nomor: KD. 63 /DIRUT/0914 tanggal 02 September
2014 tentang Board Manual PT Pos Indonesia (Persero).
Keputusan Bersama Dewan Komisaris dan Direksi PT Pos Indonesia (Persero)
Nomor: 439/Dekom/1014 dan Nomor: KD. 85 /DIRUT/1014 tanggal 29 Oktober
2014 tentang Pedoman Etika Bisnis dan Tata Perilaku (code of conduct) Insan
Pos Indonesia.
Keputusan Bersama Dewan Komisaris dan Direksi PT Pos Indonesia (Persero)
Nomor: 451/Dekom/1114 dan Nomor: KD. 87 /DIRUT/1114 tanggal 06 November
2014 tentang Pedoman Pengendalian Gratifikasi di PT Pos Indonesia (Persero).
Keputusan Bersama Dewan Komisaris dan Direksi PT Pos Indonesia (Persero)
Nomor: 125/Dekom/0415 dan Nomor: KD. 35 /DIRUT/0415 tanggal 24 April 2015
tentang Whistle Blowing System di PT Pos Indonesia (Persero).
Keputusan Bersama Dewan Komisaris dan Direksi PT Pos Indonesia (Persero)
Nomor: 326/Dekom/1015 dan Nomor: KD. 86 /DIRUT/1015 tanggal 30 Oktober
2015 tentang Pedoman Penanganan Benturan Kepentingan di PT Pos Indonesia
(Persero).

B. ORGAN PERUSAHAAN

1. DEWAN KOMISARIS
Dewan Komisaris berfungsi mengawasi tindakan Direksi serta berwenang dalam
memberikan nasehat kepada Direksi sesuai dengan Anggaran Dasar dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Selain itu Dewan Komisaris harus
pula memantau efektifitas praktek good corporate governance yang diterapkan
Perusahaan. Dalam menunjang pelaksanakan tugasnya Dewan Komisaris dapat
mempertimbangkan untuk membentuk Komite-Komite. Adapun anggota
Komisaris terdiri dari 6 orang, yaitu :

Hasnul Suhaimi, Komisaris Utama


Karyono Supomo, Anggota Komisaris
Bobby Hamzar Rafinus, Anggota Komisaris

Deddy Syarif Usman, Anggota Komisaris


Ferrari Roemawi, Anggota Komisaris
Mudhofir Khamid, Anggota Komisaris

2. KOMITE DI BAWAH DEWAN KOMISARIS


Komite Audit dan Komite Pemantau Manajemen Risiko Usaha dan Investasi
(KPMRUI)
Dewan Komisaris dalam memastikan efektifitas sistem pengendalian intern dan
efektifitas pelaksanaan tugas eksternal auditor dan internal auditor menugaskan
Komite Audit untuk melakukan pemantauan berkala dengan memanfaatkan
laporan hasil pengujian oleh Satuan Pengawasan Internal (SPI). Komite Audit dan
Komite Pemantau Manajemen Risiko Usaha dan Investasi (KPMRUI), anggotanya
terdiri dari :

Komite Audit :

Karyono Supomo, Anggota Dewan Komisaris / Ketua Komite Audit

AMM Jogasara, Anggota Komite Audit

Maria Ulpah, Anggota Komite Audit

Komite Pemantau Manajemen Risiko Usaha dan Investasi (KPMRUI) :

Bobby Hamzar Rafinus, Anggota Dewan Komisaris / Ketua KPMRUI

Mahfud Sholihin, Anggota KPMRUI

Syaiful, Anggota KPMRUI

3. DIREKSI
Direksi dalam melaksanakan tugasnya harus mematuhi Anggaran Dasar
Perusahaan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada Pemegang Saham.
Direksi terdiri atas enam Direktur, termasuk Direktur Utama dan tiga anggota
Direksi berasal dari kalangan di luar Perusahaan. Adapun anggota Direksi
tersebut terdiri dari :

Gilarsi W Setijono, Direktur Utama


Poernomo, Direktur Jasa Keuangan
Agus F Handoyo, Direktur Surat dan Paket

Febriyanto, Direktur Integrasi Logistik


Ira Puspadewi, Direktur Ritel dan Jaringan
GNP Sugiarta Yasa, Direktur Sumber Daya Manusia dan Umum
Charles Sitorus, Direktur Teknologi
Eddi Santosa, Direktur Keuangan

4. SEKRETARIS PERUSAHAAN
Sekretaris Perusahaan bertanggung jawab kepada Direksi yang bertugas sebagai
pejabat penghubung (liaison officer) dan menatausahakan serta menyimpan
dokumen Perusahaan, termasuk risalah Rapat Direksi maupun Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS). Sekretaris Perusahaan juga harus memastikan bahwa
Perusahaan mematuhi peraturan tentang persyaratan keterbukaan yang berlaku.
Bagian Good Corporate Governance dan Manajemen Resiko merupakan salah
satu bagian di bawah Sekretaris Perusahaan yang berfungsi mengendalikan
implementasi Good Corporate Governance, termasuk Internal Control System
dan Risk Management, dan sebagai liaison officer dalam penerapan Good
Corporate Governance untuk menjamin praktek-praktek pengelolaan Perusahaan
secara baik, benar, transparan dan profesional.

5. SATUAN PENGAWASAN INTERNAL (SPI)


Satuan Pengawasan Internal membantu Direksi untuk melakukan pengujian
secara periodik atas penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance dan
efektifitas kegiatan melalui penilaian yang independen.

6. PEDOMAN PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG)


Ada lima prinsip utama Good Corporate Governance, yaitu :

Transparansi (Transparancy), adalah keterbukaan dalam mengemukakan


informasi materil dan relevan mengenai Perusahaan.
Akuntabilitas (Accountability), adalah kejelasan fungsi, pelaksanaan dan
pertanggungjawaban masing-masing Organ dan seluruh jajaran Perusahaan
sehingga pengelolaan Perusahaan terlaksana secara efisien dan efektif.
Pertanggungjawaban (Responsibility), adalah kesesuaian di dalam pengelolaan
Perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsipprinsip korporasi yang sehat.
Kemandirian (Independency), adalah suatu keadaan di mana Perusahaan
dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan
dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.

Kewajaran (Fairness), adalah keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi


hak-hak pemangku kepentingan (stakeholders) yang timbul berdasarkan
perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Anggota Dewan Komisaris dilarang melakukan transaksi yang mempunyai


benturan kepentingan dan mengambil keuntungan pribadi dari kegiatan
Perusahaan selain gaji dan fasilitas yang diterimanya sebagai anggota Dewan
Komisaris yang telah ditentukan oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari anggota Dewan Komisaris harus
berasal dari kalangan di luar Perusahaan yang bebas dengan ketentuan sebagai
berikut :

Tidak menjabat Direksi di Perusahaan terafiliasi.


Tidak bekerja pada Pemerintah termasuk di departemen, lembaga dan
kemiliteran dalam kurun waktu tiga tahun terakhir.
Tidak bekerja di Perusahaan dalam kurun waktu tiga tahun terakhir.
Tidak mempunyai keterkaitan finansial, baik langsung maupun tidak langsung
dengan Perusahaan atau perusahaan yang menyediakan jasa dan produk kepada
Perusahaan.

Bebas dari kepentingan dan aktivitas bisnis atau hubungan lain yang dapat
menghalangi atau mengganggu kemampuan Dewan Komisaris yang berasal dari
kalangan di luar Perusahaan untuk bertindak atau berpikir secara bebas di
Perusahaan.

Para anggota Direksi dan Karyawan dilarang melakukan transaksi yang


mempunyai benturan kepentingan dan mengambil keuntungan pribadi dari
kegiatan Perusahaan yang dikelolanya selain gaji dan fasilitas lainnya yang telah
ditentukan oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) atau peraturan dinas
yang ada. Paling sedikit 20 % (Dua puluh persen) dari jumlah anggota Direksi
harus berasal dari kalangan di luar Perusahaan yang bebas dari pengaruh
anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi lainnya serta Pemegang Saham.

Sistem Pengendalian Internal yang efektif harus ditetapkan oleh Direksi untuk
mengamankan investasi dan aset Perusahaan. Tujuan pengendalian internal
adalah sebagai berikut :

Sistem Pengendalian Internal diberlakukan untuk memberikan jaminan


kebenaran informasi keuangan, efektivitas dan efisiensi proses pengelolaan

Perusahaan serta kepatuhan kepada peraturan perundang-undangan yang


berlaku.
Perusahaan meyakini bahwa penetapan mekanisme atau sistem pengendalian
internal yang efektif untuk mengamankan investasi dan aset Perusahaan;
Sistem pengendalian internal yang dimaksud mencakup hal-hal antara lain
sebagai berikut :

Lingkungan pengendalian internal dalam Perusahaan yang disiplin dan


terstruktur, yang terdiri dari : integritas, nilai etika dan kompetensi Karyawan,
filosofi dan gaya manajemen, cara yang ditempuh manajemen dalam
melaksanakan kewenangan dan tanggung jawabnya, pengorganisasian dan
pengembangan sumber daya manusia, dan perhatian dan arahan yang
dilakukan oleh Direksi;
Pengkajian dan pengelolaan risiko usaha (risk assessment) yaitu suatu proses
untuk mengidentifikasi, menganalisis, menilai dan mengelola risiko usaha
relevan;
Aktivitas pengendalian yaitu tindakan-tindakan yang dilakukan dalam suatu
proses pengendalian terhadap kegiatan Perusahaan pada setiap tingkat dan unit
dalam organisasi Perusahaan, antara lain mengenai kewenangan, otorisasi,
verifikasi, rekonsiliasi, penilaian atas prestasi kerja, pembagian tugas dan
keamanan terhadap aset Perusahaan
Sistem informasi dan komunikasi yaitu suatu proses penyajian laporan
mengenai kegiatan operasional, finansial, serta ketaatan dan kepatuhan
terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan oleh Perusahaan;
Kualitas dan efektivitas sistem pengendalian internal pada setiap tingkat dan
unit struktur organisasi Perusahaan harus dimonitor oleh Perusahaan agar
dilaksanakan secara optimal.

Eksternal auditor ditunjuk melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dari
calon yang diajukan oleh Dewan Komisaris berdasarkan usulan Komite Audit
dengan disertai alasan pencalonan dan besarnya honor/imbal jasa yang
diusulkan. Eksternal Auditor tersebut harus bebas dari pengaruh Dewan
Komisaris, Direksi dan pihak yang berkepentingan di Perusahaan.

7.

HASIL PENILAIAN IMPLEMENTASI GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Pemerintah sebagai pemilik BUMN sangat berkepentingan untuk mengetahui


kondisi penerapan Good Corporate Governance pada BUMN selama ini. PT Pos
Indonesia (Persero) bekerja sama dengan BPKP melakukan penilaian
(Assessment) Penerapan Good Corporate Governance untuk tahun 2015 dengan
hasil sebesar 83,617 %, Kategori Predikat Baik.

8.

PEDOMAN ETIKA BISNIS DAN TATA PERILAKU (CODE OF CONDUCT)

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG DAN SISTEMATIKA ETIKA BISNIS DAN TATA PERILAKU


(CODE OF CONDUCT)

Pedoman Etika Bisnis dan tata perilaku ini merupakan penjabaran dari praktikpraktik Good Corporate Governance sebagaimana tertuang dalam Keputusan
Bersama Dewan Komisaris dan Direksi PT Pos Indonesia (Persero) Nomor:
288/Dekom/0714 dan Nomor: KD. 44 /DIRUT/0714 tanggal 01 Juli 2014 tentang
Panduan Penerapan Good Corporate Governance di PT Pos Indonesia (Persero),
khususnya yang tercantum dalam Bab VIII, yaitu Kebijakan Perusahaan tentang
Pedoman Etika Bisnis dan Tata Perilaku (code of conduct).
PT Pos Indonesia (Persero) berkomitmen untuk melaksanakan praktik-praktik
Good Corporate Governance atau Tata Kelola Perusahaan yang baik sebagai
bagian dari bisnis untuk pencapaian visi dan misi Perusahaan. Code of Conduct
ini merupakan salah satu wujud komitmen tersebut dalam menjabarkan Tata
Nilai Dasar PT Pos Indonesia (Persero) ke dalam interpretasi perilaku yang terkait
dengan etika bisnis dan tata perilaku.
Etika Bisnis dan Tata Perilaku (Code of Conduct) ini disusun untuk menjadi
acuan perilaku bagi Dewan Komisaris, Direksi dan Pekerja sebagai Insan Pos
Indonesia dalam mengelola Perusahaan guna mencapai visi, misi, dan tujuan
Perusahaan.

B.

TUJUAN ETIKA BISNIS DAN TATA PERILAKU (CODE OF CONDUCT)

Penerapan Etika Bisnis dan Tata Perilaku (Code of Conduct) ini dimaksudkan
untuk :

Mengidentifikasikan nilai-nilai dan standar etika selaras dengan Visi dan Misi
perusahaan.
Menjabarkan Tata Nilai sebagai landasan etika yang harus diikuti oleh Insan
Pos Indonesia dalam melaksanakan tugas.

Menjadi acuan perilaku Insan Pos Indonesia dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawab masing-masing dan berinteraksi dengan stakeholders
Perusahaan.
Menjelaskan secara rinci standar etika agar Insan Pos Indonesia dapat menilai
bentuk kegiatan yang diinginkan dan membantu memberikan pertimbangan jika
menemui keragu-raguan dalam bertindak.

C.

VISI DAN MISI PERUSAHAAN

1. Visi PT Pos Indonesia (Persero) adalah :


menjadi raksasa logistik pos dari Timur
atau
To be the postal logistics giant from East

2. Misi PT Pos Indonesia (Persero) adalah :

Menjadi aset yang berguna bagi bangsa dan negara.


Menjadi tempat berkarya yang menyenangkan.
Menjadi pilihan yang terbaik bagi para pelanggan.
Senantiasa berjuang untuk memberi yang lebih baik bagi bangsa,negara,
pelanggan, karyawan, masyarakat serta pemegang saham.

Atau

To be a valuable asset for the nation and people.


To be joyful place of work.
To be the best choice for the customers.
Constanly striving to provide a better service for the nation, its people,our
customer, employees, the society and shareholder.

D.

TATA NILAI DASAR PERUSAHAAN

Dalam melaksanakan misi Perusahaan, Insan Pos Indonesia menjunjung nilainilai CINTA POS yang menjadi koridor dalam menjalankan bisnis untuk melakukan

sesuatu yang bermartabat, menyumbangkan tenaga dan pikiran demi


mewujudkan tujuan Perusahaan;
Dalam melaksanakan pekerjaan, seluruh Insan Pos Indonesia
melaksanakannya atas dasar cinta, baik kepada pelanggan dan mitra kerja,
rekan kerja, atasan, bawahan, serta masyarakat umum;
CINTA POS merupakan akronim yang mempunyai makna sebagai berikut :

Customer Orientation
Kami memberikan pelayanan terbaik dengan sepenuh hati;

Integrity
Kami bekerja dengan jujur, sesuai aturan, dan dapat dipercaya;

Networking
Kami membangun hubungan yang berkesinambungan dengan pemangku
kepentingan untuk kemajuan bersama ;

Teamwork
Kami bekerjasama dan saling mendukung untuk memberikan pelayanan prima;

Accountable
Kami bekerja dengan penuh tanggung jawab, bersih, dan transparan;

Professional
Kami bekerja dengan menjunjung tinggi keahlian dan etika profesi;

Optimistic
Kami bertindak dengan penuh keyakinan untuk memberikan hasil maksimal
dalam membangun masa depan;

Spiritual
Kami bekerja dengan tulus dan ikhlas demi kehidupan yang lebih baik.

E. STANDAR ETIKA BISNIS

1) ETIKA PERUSAHAAN TENTANG INTEGRITAS DALAM AKTIVITAS BISNIS SETIAP


PEKERJA.

a. Perusahaan menerapkan standar etika dalam melakukan seluruh aktivitas


bisnis berdasarkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance yang termaktub
dalam kebijakan Perusahaan. Perusahaan menjalankan operasional bisnis
dengan lingkup kegiatan bisnis utama di bidang pelayanan jasa pos dan
optimalisasi pemanfaatan sumber daya yang dimiliki antara lain meliputi : (1)
Layanan Komunikasi Tertulis dan/atau Surat Elektronik; (2) Layanan Paket; (3)
Layanan Logistik; (4) Layanan Transaksi Keuangan; (5) Layanan Keagenan Pos;
(6) Usaha Jasa Titipan; (7) Layanan Giropos; (8) Layanan lain Penunjang
Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Utama.

b. Seluruh unit kerja di Kantor Pusat, Kantor Regional, Kantor Unit Pelaksana
Teknis diwajibkan untuk melakukan sosialisasi Pedoman Etika Bisnis dan Tata
Perilaku ini untuk mempertahankan kejujuran, integritas dan keadilan dalam
seluruh aktivitas bisnis di lingkungan kerja masing-masing;

c. Perusahaan melarang seluruh jajaran Perusahaan yang terdiri Dewan


Komisaris, Direksi, Regional, seluruh Unit Pelaksana Teknis serta pihak terkait
melakukan transaksi yang bertentangan dengan hukum dan prinsip-prinsip
Good Corporate Governance;

d. Perusahaan menerapkan fungsi pengawasan menggunakan audit


berdasarkan norma dan peraturan yang benar dan berlaku umum serta
senantiasa mengupayakan agar pelanggaran atas norma-norma dan peraturan
yang berlaku dapat dikenai sanksi sesuai ketentuan, baik administrasi maupun
hukum. Setiap unit kerja berkewajiban untuk senantiasa menindaklanjuti setiap
temuan hasil audit yang disampaikan oleh fungsi pengawasan internal/eksternal;

e. Kebijakan Perusahaan dalam menjaga integritas dalam aktivitas bisnis dan


pekerja antara lain :

a) Seluruh individu dan atau organ Perusahaan senantiasa wajib patuh


terhadap hukum dan peraturan yang berlaku di mana pun operasional
Perusahaan dijalankan;

b) Perusahaan senantiasa mengupayakan perolehan informasi melalui caracara yang sah dan menyimpan serta menggunakannya sesuai dengan prinsipprinsip etika bisnis yang berlaku;
c) Perusahaan menghindari tindakan ilegal, penggunaan praktik yang tidak fair
dan perilaku curang dalam meraih laba;
d) Segenap jajaran Perusahaan harus mengutamakan kepentingan Perusahaan
dan menghindari benturan kepentingan.

2) ETIKA PERUSAHAAN DENGAN PEMEGANG SAHAM

a. Perusahaan menolak Pemegang Saham campur tangan dalam kegiatan


operasional Perusahaan yang menjadi tanggung jawab Direksi sesuai dengan
ketentuan Anggaran Dasar Perusahaan dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Termasuk pengertian dalam campur tangan adalah tindakan atau
arahan yang secara langsung maupun tidak langsung memberi pengaruh
terhadap tindakan pengurusan Perusahaan atau terhadap pengambilan
keputusan yang menjadi wewenang Direksi. Ketentuan ini dimaksudkan untuk
dapat mempertegas kemandirian Perusahaan sebagai badan hukum yang
profesional sehingga dapat berkembang baik sesuai dengan tujuan usahanya;
b. Perusahaan akan berusaha keras agar mengalami pertumbuhan yang
berkesinambungan sehingga memberikan kontribusi yang optimal bagi
pemegang sahamnya.

3) ETIKA

PERUSAHAAN

DENGAN KARYAWAN ( HUBUNGAN INDUSTRIAL)

a. Status Pekerja di Perusahaan terdiri atas Karyawan dan calon Karyawan. Di


samping kategori tersebut, Perusahaan juga memperkerjakan tenaga kerja
kontrak dalam jangka waktu atau proyek tertentu. Terhadap kedua klasifikasi
karyawan tersebut, Perusahaan mempunyai komitmen untuk memperlakukan
seluruh pekerja sesuai dengan hak dan kewajibannya yang diatur dalam
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
b. Perusahaan menerapkan sistem manajemen human assets berdasarkan
prinsip-prinsip keterbukaan, adil, motivatif dan bebas dari bias karena perbedaan
suku, asal-usul, jenis kelamin, agama, dan asal kelahiran serta hal-hal yang
tidak terkait dengan kinerja. Perusahaan juga mengakui hak karyawan untuk
berserikat sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku;
c. Perusahaan selalu mengembangkan dan meningkatkan kualitas aset
karyawan yang merupakan aset utama pada Perusahaan. Oleh karena itu
pengembangan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam
Perusahaan merupakan hal yang penting.

d. Perusahaan selalu melakukan pembinaan dan pengembangan karyawan


yang berpedoman pada Budaya Perusahaan, Kebijakan Perusahaan di bidang
kepegawaian, Peraturan Kepegawaian dan Peraturan Organisasi dan Tata Kerja
Perusahaan. Perusahaan juga menjamin bahwa peraturan-peraturan tersebut di
atas sesuai dengan standar Good Corporate Governance;
e. Perusahaan mempunyai Kantor Pusat, Kantor Regional dan Kantor Unit
Pelaksana Teknis, yang beroperasi di berbagai daerah dengan agama, budaya,
tradisi, adat istiadat, kondisi pekerja serta peraturan setempat yang berbedabeda. Meskipun peka terhadap perbedaan-perbedaan tersebut, Perusahaan
tetap menerapkan praktik-praktik yang didasarkan pada prinsip-prinsip Good
Corporate Governance;
f. Perusahaan menetapkan beberapa kebijakan mengenai karyawan dan
hubungan industrial antara lain :

a) Melakukan penataan karyawan dengan baik sehingga memotivasi dan


memberdayakan karyawan;
b) Memberikan kesempatan yang sama untuk mendapatkan pekerjaan dan
promosi;
c) Mengusahakan agar skema remunerasi yang diterima karyawan, secara umum
mengikuti peraturan serta sebanding dan kompetitif dengan industri sejenis;
d) Memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mengikuti pendidikan dan
pelatihan yang sejalan dengan kompetensi dan kebutuhan Perusahaan;
e) Meningkatkan disiplin karyawan agar mematuhi aturan dan kebijakan yang
telah ditetapkan;
f) Menerapkan reward dan punishment secara adil sesuai prestasi atau tingkat
kesalahan karyawan;
g) Memberikan hak kepada karyawan untuk berserikat sesuai peraturan
perundangan yang berlaku, serta melindungi hak karyawan untuk memilih atau
tidak memilih menjadi anggota Serikat Pekerja;
h) Menempatkan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) sebagai komitmen Perusahaan
dengan Serikat Pekerja;
i) Memberikan kondisi kerja yang baik dan aman bagi karyawan;
j) Memberikan hak-hak purna bakti sesuai ketentuan yang berlaku;
k) Mengacu kepada Perjanjian Kerja Bersama (PKB) dalam hal kesejahteraan
karyawan, kompetisi yang sehat, penyediaan sarana dan prasarana kerja;
l) Melaksanakan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) secara konsisten;
m) Menyediakan penasehat hukum kepada karyawan dalam setiap tahapan
proses hukum yang berkaitan dengan tugas dan tanggung jawabnya di
Perusahaan yang bukan merupakan pengaduan Perusahaan;
n) Menempatkan Serikat Pekerja sebagai mitra Perusahaan dengan
mengikutsertakan Serikat Pekerja untuk menghadiri dan memberikan masukan

dalam pembahasan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) menurut


tingkatan organisasi masing-masing;

g. Perusahaan menyadari sepenuhnya adanya perubahan lingkungan bisnis


yang dinamis. Untuk itu segenap jajaran Perusahaan baik Dewan Komisaris,
Direksi, Manajemen dan Pekerja akan selalu berusaha untuk menjalin kemitraan
agar saling mendukung dalam mencapai tujuan dan kemajuan bersama.
Perusahaan akan selalu berusaha meningkatkan mutu manajemen dan kualitas
pekerja sehingga dapat bekerja secara efisien dan efektif;
h. Pekerja juga memiliki berbagai kewajiban yang harus dipenuhi terhadap
Perusahaan. Kewajiban karyawan terhadap Perusahaan antara lain :

a) Setiap pekerja wajib mentaati semua peraturan yang dikeluarkan


Perusahaan;
b) Setiap pekerja wajib mendahulukan kepentingan Perusahaan yang
berhubungan langsung atau tidak langsung dengan tanggung jawabnya;.
c) Setiap pekerja wajib mengerahkan segala daya dan upaya dalam
melaksanakan tugas yang diserahkan kepadanya.
d)

Setiap pekerja wajib menjaga harta milik dan nama baik Perusahaan;

e) Setiap Karyawan yang menjadi atasan wajib membina dan memberikan


teladan pada pekerja di lingkungannya.

4) ETIKA PERUSAHAAN DENGAN KONSUMEN

a. Perusahaan selalu berusaha untuk memberikan pelayanan dengan kualitas


terbaik kepada pelanggan/konsumen. Perusahaan akan selalu berusaha
meningkatkan kualitas pelayanannya, dengan menerapkan Sistem Manajemen
Mutu dan juga akan selalu berusaha melakukan pemeliharaan, perbaikan dan
penataan berbagai fasilitas secara bertahap sesuai skala prioritas, agar
ketersediaan fasilitas maupun peralatan tetap terjamin dengan kualitas
memadai;
b. Untuk memberikan pelayanan yang terbaik, Perusahaan mengutamakan
kepuasan dan kepercayaan konsumen dengan cara :

a)

Menjual produk sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan;

b) Membuka layanan konsumen dan menindaklanjuti keluhan konsumen tanpa


melakukan diskriminasi terhadap konsumen;

c) Melakukan promosi yang berkesinambungan secara sehat, fair, jujur, tidak


menyesatkan serta diterima oleh norma-norma masyarakat;
d)

Melakukan sertifikasi mutu melalui sistem manajemen mutu;

e) Melakukan perbaikan dibidang operasi, sarana dan prasarana produk sesuai


dengan kemampuan Perusahaan;
f)

Memberikan layanan purna jual yang sesuai.

c. Insan Pos Indonesia bertindak sebagai konsumen dan marketer dengan


memakai dan memasarkan produk Perusahaan.

5) ETIKA PERUSAHAAN DENGAN PESAING


Perusahaan menempatkan pesaing sebagai pemacu peningkatan diri dan
introspeksi dengan cara :
a. Melakukan market research dan market intelligent untuk mengetahui posisi
pesaing;
b. Melakukan persaingan yang sehat dengan mengedepankan keunggulan
produk dan layanan yang bermutu.

6) ETIKA PERUSAHAAN DENGAN PENYEDIA BARANG DAN JASA/REKANAN

a. Perusahaan bertindak adil dengan memberikan kesempatan yang sama


pada seluruh rekanan yang memiliki kualifikasi yang sama tanpa diskriminasi.
Pertimbangan pemberian pekerjaan didasarkan atas kriteria yang antara lain
meliputi :

a) Memiliki keahlian, pengalaman, kemampuan teknis dan manajerial dalam


bidang usaha yang dapat dibuktikan dengan kualifikasi yang dikeluarkan asosiasi
yang bersangkutan;
b)

Memiliki sumber daya yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan;

c) Memiliki track record yang baik, tidak pernah membuat pernyataan yang
tidak benar tentang kualifikasi yang dimilikinya;
d)

Kerja sama yang saling menguntungkan.

b. Perusahaan menciptakan iklim kompetisi yang adil (fair) dan transparan


dalam pengadaan barang dan jasa dengan cara :

a) Menetapkan penyedia barang dan jasa berdasarkan kepada kemampuan


dan prestasi;
b) Melaksanakan pembayaran kepada penyedia barang dan jasa dengan tepat
waktu dan tepat jumlah;
c) Menjatuhkan sanksi yang tegas terhadap penyedia barang dan jasa yang
melakukan pelanggaran;
d) Memelihara komunikasi yang baik dengan penyedia barang dan jasa
termasuk menindaklanjuti keluhan dan keberatan;
e) Memanfaatkan hubungan baik dengan penyedia barang dan jasa sebagai
market intelligent dan competitor intelligent;
f) Menerapkan teknologi pengadaan barang dan jasa terkini (misalnya eprocurement).

7) ETIKA PERUSAHAAN DALAM SISTEM PENGADAAN DAN KONTRAK PEKERJAAN

a. Perusahaan menerapkan proses pengadaan sesuai standar Good Corporate


Governance dengan menjunjung prinsip-prinsip keterbukaan, efisiensi biaya,
kompetitif, fairness sesuai dengan peraturan perundang--undangan yang
berlaku;
b. Perusahaan mematuhi etika proses pengadaan dalam pengadaan barang
dan jasa antara lain :

a) Melaksanakan tugas pengadaan barang dan jasa dengan tertib dan disertai
tanggung jawab;
b) Bekerja secara profesional, mandiri atas dasar kejujuran, serta menjaga
kerahasiaan dokumen pengadaan barang dan jasa yang seharusnya dirahasiakan
untuk mencegah terjadinya penyimpangan dalam pengadaan barang dan jasa;
c) Tidak mencampuri tugas dan kewenangan yang diberikan kepada petugas
pengadaan baik langsung maupun tidak langsung.

c. Kontrak pekerjaan antara Perusahaan dengan rekanan memuat


kesanggupan rekanan untuk melaksanakan kewajibannya sesuai dengan
ketentuan yang telah disepakati, dan hak rekanan mendapatkan seluruh haknya
berdasar kewajiban yang telah dilaksanakan sesuai yang disepakati dalam
kontrak serta sanksi atas tidak dipenuhinya kewajiban masing-masing.

8) ETIKA PERUSAHAAN DENGAN MITRA KERJA

Perusahaan meningkatkan iklim saling percaya, menghargai dan memupuk


kebersamaan dengan mitra kerja sesuai dengan kaidah-kaidah bisnis yang
berlaku dengan cara :
a. Membuat perjanjian kerja yang berimbang dan saling menguntungkan
dengan mitra kerja dan tidak melanggar aturan dan prosedur;
b. Mengutamakan pencapaian hasil optimal sesuai standar yang berlaku dan
terbaik;
c. Membangun komunikasi secara intensif dengan mitra kerja untuk mencari
solusi yang terbaik dalam rangka peningkatan kinerja.

9) ETIKA PERUSAHAAN DENGAN KREDITUR/INVESTOR

Perusahaan menerima pinjaman/penanaman modal hanya ditujukan untuk


kepentingan bisnis dan peningkatan nilai tambah Perusahaan dengan cara :
a. Menyediakan informasi yang aktual dan prospektif bagi calon
kreditur/investor;
b. Memilih kreditur/investor berdasarkan aspek kredibilitas dan bonafiditas
yang dapat dipertanggungjawabkan;
c. Menerima pinjaman/penanaman modal yang diikat melalui perjanjian yang
sah dengan klausul perjanjian yang mengedepankan prinsip kewajaran
(fairness);
d. Memberikan informasi secara terbuka tentang penggunaan dana untuk
meningkatkan kepercayaan kreditur/investor;
e. Menjajaki peluang bisnis dengan kreditur untuk meningkatkan pertumbuhan
Perusahaan.

10) ETIKA PERUSAHAAN DENGAN PEMERINTAH

Perusahaan berkomitmen untuk mematuhi peraturan perundang-undangan yang


berlaku dengan cara :
a. Membina hubungan dan komunikasi yang baik dengan Pemerintah Pusat dan
Daerah;
b. Menerapkan standar terbaik (best practices) dengan memperhatikan
peraturan yang berlaku mengenai kualitas produk, kesehatan, keselamatan,
lingkungan dan pelayanan.

11) ETIKA PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT

a. Perusahaan sangat menyadari bahwa di mana pun Perusahaan beroperasi


selalu berhubungan dengan masyarakat sekitar yang memiliki karakteristik yang
berbeda. Oleh karena itu Perusahaan mempunyai komitmen bahwa hubungan
baik serta pengembangan masyarakat sekitar merupakan landasan pokok bagi
keberhasilan jangka panjang Perusahaan;
b. Dalam hubungan dan kemitraan dengan masyarakat sekitar, Perusahaan
akan senantiasa menerapkan berbagai prinsip antara lain :

a) Beradaptasi dengan perkembangan nilai-nilai budaya luhur masyarakat


sekitar;
b) Berpartisipasi aktif dalam membantu pengembangan ekonomi masyarakat
dan pemberdayaan kondisi sosial masyarakat sebagai rasa tanggung jawab
sosial Perusahaan.

c. Perusahaan melaksanakan program sosial dan kemasyarakatan untuk


memberdayakan potensi masyarakat sekitar dan meningkatkan kualitas hidup
serta dapat bersinergi dengan program-program Pemerintah terkait, dengan cara
:

a) Mensosialisasikan kepada masyarakat tentang program sosial dan


kemasyarakatan serta kebijakan-kebijakan yang relevan;
b) Memberi kesempatan kepada masyarakat yang ingin mengetahui kegiatankegiatan Perusahaan dalam batas tertentu dan untuk mempromosikan produk
setempat dalam acara-acara Perusahaan;
c) Mengoptimalkan penyaluran program-program bantuan Perusahaan kepada
masyarakat;
d) Melarang karyawan memberikan janji-janji kepada masyarakat di luar
kewenangannya;
e) Tidak melakukan tindakan-tindakan yang mengarah kepada diskriminasi
masyarakat berdasar suku, agama, ras, dan antar golongan.

12) ETIKA PERUSAHAAN DENGAN MEDIA MASSA

Perusahaan menjadikan media massa sebagai mitra dan alat promosi untuk
membangun citra yang baik dengan :
a.

Memberikan informasi yang relevan dan berimbang kepada media massa;

b. Menerima dan menindaklanjuti kritik-kritik membangun yang disampaikan


melalui media massa, namun tetap memperhatikan aspek risiko dan biaya;
c.

Mengundang media massa untuk mengekspos berita tentang Perusahaan.

13) ETIKA PERUSAHAAN DENGAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN

a. Perusahaan menjalankan operasional dengan mematuhi hukum maupun


praktek standar industri yang berlaku serta kebijakan dan standar sistem
manajemen lingkungan dalam rangka perhatiannya terhadap perlindungan
kelestarian lingkungan;
b. Perusahaan selalu mengevaluasi kebijakan tentang lingkungan. Dalam
menjalankan pekerjaan setiap karyawan melakukan identifikasi, kontrol dan
menghindari atau meminimalkan penggunaan bahan-bahan yang memberikan
dampak negatif pada lingkungan serta mengurangi limbah. Sistem manajemen
lingkungan akan dilakukan peningkatan secara berkelanjutan.

14) ETIKA PERUSAHAAN DENGAN ORGANISASI PROFESI

Perusahaan menjalin kerjasama yang baik dan berkelanjutan dengan organisasi


profesi untuk memperoleh informasi perkembangan bisnis, mendapatkan
peluang bisnis dan menyelesaikan permasalahan yang terjadi dengan :
a.

Menerapkan standar-standar yang ditetapkan organisasi profesi;

b.

Memberikan perlakuan yang setara terhadap organisasi profesi.

F. STANDAR TATA PERILAKU

1) ETIKA KERJA SESAMA INSAN POS INDONESIA

Etika kerja antar sesama insan POS INDONESIA dilandasi dengan :


a. Bekerja profesional dan sadar biaya untuk menghasilkan kinerja yang
optimal.
b.

Jujur, sopan dan tertib.

c. Saling menghargai, terbuka menerima kritik dan saran serta menyelesaikan


masalah dengan musyawarah mufakat.
d. Saling membantu, memotivasi dan bekerja sama dalam menyelesaikan
tugas.
e. Mengkomunikasikan setiap ide baru dan saling mentransfer pengetahuan
dan kemampuan.
f.

Mengambil

inisiatif

dan

mengembangkan kompetensi dalam

melaksanakan tugas.
g. Berani mendiskusikan kebijakan yang kurang tepat untuk melakukan koreksi
yang konstruktif secara santun.
h.

Menghargai perbedaan gender, suku, agama, ras dan antar golongan.

2) ETIKA KERJA ANTARA ATASAN DENGAN BAWAHAN

Setiap atasan maupun bawahan wajib untuk melaksanakan standar tata perilaku
dalam menjaga hubungan baik antara atasan dan bawahan yang diatur sebagai
berikut :
a. Setiap atasan harus bisa menjadi panutan, pengarah, motivator,
pembimbing dan pengawas bagi bawahannya serta bertanggung jawab atas
perilaku dan kinerja bawahannya.
b. Setiap atasan harus memperhatikan bawahannya untuk selalu
meningkatkan keteramplan, ahlak, intelektualitas/pengetahuan, etika dan
perbaikan secara terus menerus (continuous improvement)
c. Setiap bawahan secara aktif harus senantiasa mengembangkan diri dan
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan mengindahkan petunjuk,
arahan, serta bimbingan atasannya.
d. Setiap atasan dan bawahan harus senantiasa saling menerima,
menghormati, menghargai,mengingatkan dan membina kerjasama yang efektif,
didasari dengan ketulusan hati dan itikad baik.
e. Setiap atasan dan bawahan harus senantiasa membangun hubungan
komunikasi yang terbuka, efektif dan lancar.
f. Setiap atasan dan bawahan harus senantiasa menciptakan suasana kerja
yang sehat dan kondusif dalam lingkungan yang selalu bersih, indah dan rapih.

3) MENJAGA KERAHASIAAN DATA DAN INFORMASI PERUSAHAAN

a.

Data Perusahaan dan Kerahasiaan Informasi

a) Setiap pejabat yang mempunyai kewenangan harus menyampaikan informasi


yang relevan kepada auditor dan bekerjasama sepenuhnya dengan Auditor
Internal dan Auditor Eksternal dalam proses audit kepatuhan atau penyidikan
lainnya;
b) Perusahaan memiliki kebijakan untuk melarang setiap anggota Dewan
Komisaris, anggota Direksi, Auditor Internal, Auditor Eksternal, Komite di bawah
Dewan Komisaris dan Karyawan untuk mengungkapkan informasi yang bersifat
rahasia mengenai Perusahaan atau pelanggan ke luar Perusahaan baik selama
masa kerja atau sesudahnya. Mengingat bahwa pengungkapan informasi rahasia

tersebut akan merugikan Perusahaan atau pelanggan dan memberikan


keuntungan kepada pihak lain, maka pengungkapan pemberian informasi rahasia
menurut keperluannya harus melalui persetujuan Direksi;
c) Perusahaan juga bekerja dengan data khusus milik pemberi Pekerjaan,
rekanan dan mitra usaha patungan. Hal ini merupakan kepercayaan yang sangat
penting dan harus dijaga oleh Perusahaan. Oleh karena itu tidak seorang pun
boleh mengungkapkan informasi rahasia tersebut kepada pihak luar tanpa
persetujuan Direksi, atau tidak seorang pun boleh mengungkapkan informasi
rahasia tersebut kepada yang lain kecuali diwajibkan oleh hukum.

b.

Keterbukaan Informasi

a) Perusahaan akan mengungkapkan informasi penting yang relevan dalam


laporan kepada pihak-pihak yang berwenang (Laporan Tahunan, Laporan
Berkala dan lain-lain) sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dengan tepat waktu, akurat, jelas dan objektif;
b) Perusahaan akan selalu berusaha untuk mempelopori dan mengambil
inisiatif dalam pengungkapan informasi keuangan dan non keuangan yang
penting bagi pengambilan keputusan baik pengungkapan yang bersifat wajib
maupun yang bersifat sukarela. Pengungkapan informasi tersebut, dilakukan
melalui Laporan Tahunan maupun media lain yang dianggap perlu;
c) Di samping informasi sebagaimana disyaratkan oleh peraturan perundangundangan yang berlaku (neraca, laba rugi, arus kas, perubahan modal dan lain
lain), Perusahaan juga mengungkapkan berbagai informasi penting dalam
Laporan Tahunan meliputi :

1) Tujuan, sasaran usaha dan strategi Perusahaan selama tidak merugikan


kepentingan Perusahaan;
2) Penilaian oleh Komite Audit, Auditor Eksternal, dan lembaga pemeringkat
lainnya;
3)

Riwayat hidup, gaji dan tunjangan anggota Dewan Komisaris dan Direksi;

4)

Riwayat hidup Eksekutif Kunci Perusahaan;

5)

Jumlah rapat Dewan Komisaris dan Direksi beserta tingkat kehadirannya;

6)

Sistem pemberian honorarium bagi Auditor Eksternal;

7) Sistem penggajian dan pemberian tunjangan bagi anggota Dewan Komisaris


dan Direksi;
8) Faktor risiko yang material yang dapat diantisipasi, termasuk penilaian
manajemen atas iklim berusaha dan faktor risiko;
9)

Informasi material mengenai karyawan dan pihak yang berkepentingan;

10) Klaim menyangkut nilai yang material yang diajukan oleh Perusahaan atau
terhadap Perusahaan, serta perkara yang substansial yang ada di badan
peradilan atau badan arbitrase yang melibatkan Perusahaan;
11) Benturan kepentingan yang mungkin akan terjadi dan/atau yang sedang
berlangsung;
12)

Pelaksanaan Good Corporate Governance.

4) MENJAGA HARTA PERUSAHAAN

Insan Pos Indonesia mengoptimalkan penggunaan harta Perusahaan dengan cara


:
a. Bertanggung jawab atas pengelolaan harta Perusahaan dan menghindarkan
penggunaannya di luar kepentingan Perusahaan;
b.

Mengamankan harta Perusahaan dari kerusakan dan kehilangan;

c.

Melakukan penghematan pemakaian energi.

5) MENJAGA KEAMANAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA KARYAWAN

a. Perusahaan senantiasa mengutamakan keselamatan dan kesehatan kerja.


Perusahaan menyadari bahwa pengelolaan kesehatan dan keselamatan kerja
secara optimal sangat penting bagi keberhasilan jangka panjang;
b. Perusahaan menyediakan lingkungan kerja yang aman dan sehat. Oleh
karena itu Perusahaan akan selalu memastikan bahwa lokasi usaha serta
fasilitas, sarana dan prasarana Perusahaan lainnya, memenuhi peraturan
perundang-undangan yang berlaku berkenaan dengan kesehatan dan
keselamatan kerja;
c. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Karyawan diusahakan Perusahaan
dengan cara antara lain :

a) Melaksanakan berbagai implementasi Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja (SMK3) sesuai dengan peraturan yang berlaku secara
konsisten dalam upaya memberikan perlindungan optimal pada karyawan dari
hal-hal yang dapat mengancam keselamatan dan kesehatan karyawan;
b) Mengupayakan perbaikan berkelanjutan atas berbagai infrastruktur yang
berkaitan dengan K3;
c)

Memperoleh beberapa sertifikasi yang berhubungan dengan K3;

d) Menyertakan partisipasi karyawan sebagai bagian dari upaya peningkatan


pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja.

6) MENCATAT DATA DAN INTEGRITAS LAPORAN KEUANGAN

Insan Pos Indonesia mengelola data secara rapi, tertib, teliti, akurat dan tepat
waktu dengan cara :

a. Mencatat data dan menyusun laporan berdasarkan sumber yang benar dan
dapat dipertanggungjawabkan;
b. Menyajikan laporan secara singkat, jelas, tepat, dan komunikatif untuk
dipergunakan dalam pengambilan keputusan dan sebagai umpan balik guna
perbaikan kinerja;
c.

Menyampaikan data dan laporan yang seharusnya disampaikan;

d. Prinsip dasar laporan keuangan disajikan secara wajar dengan menerapkan


SAK (Standar Akuntansi Keuangan) secara cepat dan tepat;
e.

Laporan keuangan memiliki karakteristik kualitatif sebagai berikut :

a)

Dapat dipahami oleh pengguna dengan mudah;

b) Relevan, bermakna laporan keuangan berisi informasi yang berguna dalam


pengambilan keputusan;
c) Mencerminkan kejujuran, bermakna informasi mencerminkan transaksi serta
peristiwa yang seharusnya disajikan;
d) Keandalan informasi yang disajikan terbebas dari kesalahan material dan
jujur;
e) Menggambarkan substansi ekonomi dari suatu kejadian atau transaksi dan
tidak semata-mata bentuk hukumnya;
f) Laporan keuangan terbebas dari kelalaian mencantumkan informasi yang
mengakibatkan kesalahan pengguna dalam mengambil keputusan ekonomi;
g) Netral yaitu diarahkan pada kebutuhan umum pengguna dan tidak
bergantung pada keinginan pihak tertentu;
h) Laporan keuangan menyajikan ketidakpastian peristiwa dengan
pertimbangan sehat, yaitu dengan kehati-hatian agar asset, liabilitas,
pendapatan dan beban disajikan secara wajar;
i)

Informasi yang disajikan lengkap dalam batasan materialitas dan biaya;

j) Laporan keuangan dapat dibandingkan antar periode untuk mengidentifikasi


kecenderungan dan kinerja keuangan;
k)

Laporan keuangan bisa dipertanggungjawabkan (Accountable).

7) MENGHINDARI BENTURAN KEPENTINGAN DAN PENYALAHGUNAAN JABATAN

a. Perusahaan mendefinisikan benturan kepentingan sebagai situasi di mana


Insan Pos Indonesia ( Dewan Komisaris, Direksi atau Pekerja ) karena kedudukan
atau wewenang yang dimiliki di Perusahaan mempunyai kepentingan pribadi
yang dapat mempengaruhi pelaksanaan tugas yang diamanatkan oleh
Perusahaan secara objektif. Benturan kepentingan tersebut menimbulkan adanya
pertentangan antara kepentingan ekonomis pribadi, kelompok atau keluarga
dengan kepentingan ekonomis Perusahaan. Dalam banyak kasus, seseorang
tidak mungkin memenuhi kedua kepentingan yang bertentangan tersebut tanpa
melakukan kompromi pada satu atau yang lain, dan oleh karena itu maka setiap
benturan kepentingan harus diungkapkan kapan pun terjadi;
b. Prinsip utama yang dianut oleh Perusahaan yang harus diikuti untuk
mencegah terjadinya benturan kepentingan dan implikasi lanjutan yang sering
ditimbulkannya antara lain adalah :

a) Dewan Komisaris dan Direksi harus mengungkapkan kepemilikan saham di


perusahaan lain dalam Daftar Khusus sebagaimana dipersyaratkan dalam
perundang-undangan;
b) Dewan Komisaris, Direksi dan Pekerja tidak memanfaatkan jabatan untuk
kepentingan pribadi atau untuk kepentingan orang lain atau pihak lain yang
terkait;
c) Dewan Komisaris, Direksi dan Pekerja harus menghindari setiap aktivitas luar
dinas yang dapat berpengaruh secara negatif terhadap independensi dan
objektivitas pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

c.

Anggota Direksi tidak berwenang mewakili Perusahaan apabila :

a) Terjadi perkara di Pengadilan antara Perusahaan dengan anggota Direksi yang


bersangkutan;
b) Anggota Direksi yang bersangkutan mempunyai benturan kepentingan
dengan Perusahaan.

d. Dalam hal terjadi sebagaimana dimaksud dalam butir c di atas, yang berhak
mewakili Perusahaan adalah :

a) Anggota Direksi lainnya yang tidak memiliki benturan kepentingan dengan


Perusahaan;

b) Dewan Komisaris dalam hal semua Direksi mempunyai benturan


kepentingan dengan Perusahaan;
c) Pihak-pihak yang ditunjuk oleh RUPS dalam hal seluruh anggota Direksi atau
Dewan Komisaris mempunyai benturan kepentingan dengan Perusahaan.

e. Dewan Komisaris, Direksi dan Pekerja dilarang berpartisipasi dalam setiap


kegiatan pengadaan yang melibatkan suatu perusahaan di mana yang
bersangkutan atau keluarganya mempunyai kepemilikan saham yang signifikan
atau mempunyai kepentingan finansial atas transaksi tersebut;

f. Perusahaan mendefinisikan berpartisipasi dalam proses pengadaan sebagai


berikut :

a) Mengundang, memberikan persetujuan, atau membahas pekerjaan di masa


mendatang dengan kontraktor yang berkompetisi yaitu setiap entitas usaha
yang kemungkinan di masa mendatang dapat menjadi pemenang kontrak dari
Perusahaan;
b) Meminta atau menerima uang, pemberian atau hal-hal lain yang bernilai,
baik secara langsung maupun tidak langsung dari kontraktor yang berkompetisi;
c) Berusaha untuk memperoleh atau mengungkapkan informasi yang terkait
dengan proses pengadaan tanpa hak dan bertentangan dengan kebijakan
Perusahaan.

g. Dewan Komisaris, Direksi dan Pekerja dapat diizinkan melakukan aktivitas


lain di luar jam kerja, dengan syarat bahwa aktivitas tersebut tidak mempunyai
benturan kepentingan dengan kepentingan Perusahaan dan/atau aktivitas
tersebut tidak menurunkan kemampuan yang bersangkutan untuk memenuhi
tugas yang telah diamanatkan;

h. Setiap jajaran Perusahaan harus menjunjung tinggi standar kinerja tanpa


terkecuali dan sedapat mungkin bertindak objektif dan independen dalam
segenap kegiatan sehari-hari.

8) KETERLIBATAN DALAM POLITIK

a. Perusahaan memiliki kebijakan yang mengharuskan Dewan Komisaris,


Direksi, Manajemen dan Pekerja yang mewakili Perusahaan dalam setiap urusan
Pemerintah dan politik, untuk patuh terhadap peraturan perundang-undangan
yang mengatur keterlibatan Perusahaan dalam urusan publik;

b. Perusahaan mengakui hak setiap orang untuk menyalurkan aspirasi politik


sesuai dengan keyakinannya. Oleh karena itu Perusahaan tidak memperbolehkan
seorang pun melakukan pemaksaan kepada orang lain sehingga membatasi hak
individu yang bersangkutan untuk menyalurkan aspirasi politiknya. Perusahaan
memiliki kebijakan untuk meminta agar Karyawan yang aktif dalam partai politik
dan/atau menjadi calon partai politik dalam pemilu untuk mengundurkan diri dari
Perusahaan sebagaimana ketentuan perundang-undangan yang berlaku;
c. Perusahaan melarang pemberian sumbangan untuk partai politik mana pun
sebagaimana ditetapkan oleh undang-undang;
d. Perusahaan melarang Dewan Komisaris, Direksi, Manajemen dan Pekerja
membawa, memperlihatkan, memasang, serta mengedarkan simbol, gambar
dan ornamen partai politik di lingkungan Perusahaan;
e. Perusahaan melarang Dewan Komisaris, Direksi, Manajemen dan Pekerja
merangkap jabatan sebagai pengurus partai politik dan/ atau anggota legislatif;
f. Praktik yang diterapkan Perusahaan dalam kaitannya dengan keterlibatan
dengan politik di antaranya menyatakan Perusahaan tidak akan memberikan
dana, aset, atau fasilitas Perusahaan untuk kepentingan partai politik, seorang
atau lebih calon anggota legislatif, eksekutif dan yudikatif kecuali dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.

9) PERNYATAAN PALSU, KLAIM PALSU DAN KONSPIRASI

a. Setiap pihak di dalam Perusahaan, yang berkaitan dengan pekerjaan mulai


penyiapan proposal, negosiasi, dan administrasi termasuk akuntansi untuk biaya
dan kewajiban, kajian serta penulisan laporan, harus menyadari pentingnya
membuat pernyataan (lisan maupun tertulis) yang akurat dan klaim yang benar
kepada Direksi, Dewan Komisaris, Pemegang Saham, Pemerintah maupun pihak
lain;
b. Adanya kesengajaan dalam menyampaikan pernyataan atau klaim yang
tidak benar atau yang menyesatkan atau yang melibatkan adanya konspirasi
dengan orang lain untuk merugikan Perusahaan atau pihak lain dapat dikenakan
hukuman administratif atau bahkan tuntutan pidana bagi yang terlibat, baik
Dewan Komisaris, Direksi dan Pekerja maupun pihak lain sesuai ketentuan
perundang-undangan yang berlaku;
c.

Praktik yang dikategorikan dalam Pernyataan Palsu antara lain:

a) Tindakan yang secara sadar dilakukan untuk melakukan rekayasa kejadian,


perbuatan yang direncanakan dengan sadar untuk mengelabui pihak-pihak
tertentu dengan maksud mengambil keuntungan pribadi atau kelompok;
b) Tindakan yang secara sadar dilakukan untuk membuat pernyataan yang
menyesatkan dan tidak benar dalam proses kajian, negosiasi, atau audit;

c) Tindakan yang secara sadar dilakukan untuk membuat laporan palsu dengan
maksud untuk melakukan penggelapan, misalnya menyembunyikan masalah
teknis yang serius atau tidak melaporkan adanya penundaan pada jadual kerja
yang telah ditetapkan;
d)

Tindakan yang secara sadar dilakukan untuk memalsukan dokumen.

d. Praktik yang dikategorikan dalam Klaim Palsu adalah tindakan yang secara
sadar dilakukan dalam upaya memasukkan tagihan atau permintaan
pembayaran berdasarkan data yang diketahui palsu. Penerapan atas kriteria ini
termasuk data yang berkaitan dengan dokumen pengiriman, tagihan rekanan
atau sub-kontraktor, dan lain-lain yang merupakan dasar untuk melakukan
klaim;

e. Praktik yang dikategorikan dalam Konspirasi adalah tindakan yang secara


sadar dilakukan dalam upaya merencanakan dan melakukan kerjasama atau
persekongkolan dengan pihak-pihak tertentu untuk melakukan tindak
kecurangan, penyelewengan dan pelanggaran hukum dan/atau peraturan
Perusahaan dengan maksud mengambil keuntungan pribadi atau kelompok.

10) LARANGAN MENERIMA GRATIFIKASI

a. Insan Pos Indonesia dan/atau Keluarga Inti-nya dilarang menerima


pemberian yang dapat dikategorikan sebagai gratifikasi yang dianggap suap
antara lain termasuk dan tidak terbatas pada :

a) Penerimaan uang terima kasih dari Pihak Ketiga setelah proses lelang atau
proses lainnya yang berhubungan dengan jabatan penerima;
b) Penerimaan hadiah dalam arti luas misalnya uang, fasilitas, akomodasi dari
Pihak Ketiga yang diketahui atau patut diduga diberikan karena kewenangan
yang berhubungan dengan jabatan penerima;
c) Penerimaan dalam bentuk uang, barang, fasilitas atau akomodasi yang
diterima petugas dan pejabat panitia pengadaan barang dan jasa dari penyedia
barang dan jasa terkait proses pengadaan barang dan jasa yang sedang
dijalankan;
d) Penerimaan dalam bentuk uang, barang, fasilitas atau akomodasi yang
diterima Insan Pos Indonesia dari Pihak Ketiga sebagai hadiah atas Perjanjian
Kerjasama yang tengah dijalin;
e) Penerimaan fasilitas perjalanan wisata oleh Insan Pos Indonesia dari Pihak
Ketiga;
f) Penerimaan uang/barang oleh Insan Pos Indonesia termasuk suami, isteri,
anak dalam kegiatan suatu pesta pernikahan dari Pihak Ketiga yang melebihi

batas kewajaran sebesar Rp. 1.000.000,-. (satu juta rupiah) dari masing-masing
pihak pemberi;
g) Penerimaan fasilitas entertainment, fasilitas wisata, voucher, dalam
kegiatan yang terkait pelaksanaan tugas dan kewajiban Insan Pos Indonesia dari
Pihak Ketiga yang tidak relevan dengan penugasan yang diterima dari
Perusahaan;
h) Penerimaan berupa potongan harga khusus (diskon) yang berlaku hanya
kepada karyawan tertentu atau unit kerja tertentu pada saat membeli barang
dari Pihak Ketiga yang sedang bermitra dengan Perusahaan, kecuali ketentuan
diskon tersebut berlaku kepada seluruh Insan Pos Indonesia;
i) Penerimaan parcel oleh Insan Pos Indonesia dari Pihak Ketiga pada saat Hari
Raya Keagamaan dan/atau ;
j) Penerimaan sumbangan berupa katering dari Pihak Ketiga pada saat Insan
Pos Indonesia melaksanakan pesta pernikahan.

b. Seluruh pemberian sebagaimana angka 1 huruf a sampai dengan huruf j


tersebut diatas, dapat dikategorikan sebagai gratifikasi, apabila ada hubungan
kerja atau kedinasan antara pemberi dan dengan pejabat yang menerima,
dan/atau semata-mata karena keterkaitan dengan jabatan atau kedudukan
pejabat tersebut;

c. Seluruh pemberian sebagaimana angka 1 huruf a sampai dengan huruf j


tersebut diatas tidak dikategorikan gratifikasi apabila Pejabat penerima
melaporkan gratifikasi yang diterimanya kepada Komisi Pemberantasan Korupsi,
paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak tanggal gratifikasi tersebut
diterimanya.

11) MENERIMA HADIAH/CINDERAMATA DAN ENTERTAINMENT

Insan Pos Indonesia dapat menerima benda-benda promosi yang mencantumkan


logo/nama Perusahaan pemberi.

12) LARANGAN MEMBERI GRATIFIKASI

Insan Pos Indonesia dan/atau Keluarga Inti-nya dilarang memberi sesuatu


dengan tujuan suap atau gratifikasi yang dianggap suap antara lain namun tidak
terbatas pada :

a. Pemberian kepada pegawai negeri sipil dan/atau penyelenggara negara


yang karena jabatannya untuk melakukan perbuatan/tidak melakukan perbuatan
dalam rangka kepentingan Perusahan;
b. Pemberian kepada pegawai negeri sipil dan/atau penyelenggara negara
yang karena jabatannya untuk mempengaruhi pihak lain untuk melakukan
perbuatan/tidak melakukan perbuatan dalam rangka kepentingan Perusahaan.

13) MEMBERI HADIAH/CINDERAMATA DAN ENTERTAINMENT

Insan Pos Indonesia dapat memberikan hadiah/cinderamata dan entertainment


kepada pihak ketiga, atas nama Perusahaan dan harus memenuhi persyaratan :
a. Pemberian dilaksanakan untuk menunjang kepentingan Perusahaan;
b. Pemberian telah dianggarkan oleh Perusahaan;
c. Pemberian berdasarkan proposal resmi dari instansi Mitra Kerja
untuk kegiatan sponsorship atau sumbangan;

Perusahaan

d. Dalam upaya prospecting, targeting, dan/atau akuisisi pelanggan, pemberian


dapat diberikan tanpa proposal dari instansi Mitra Kerja Perusahaan;
e. Pemberian tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

14) PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DAN OBAT TERLARANG (NARKOBA) DAN


MINUMAN KERAS (MIRAS)
Insan Pos Indonesia bebas dari penyalahgunaan narkoba dan minuman keras.

G. PENYUSUNAN PEDOMAN RISK MANAJEMEN

Proses penyusunan pedoman Risk Manajemen dimulai Bulan Juni 2006 dengan
melakukan assessment terbatas untuk bagian-bagian tertentu di Perusahaan.

Manajemen wajib menetapkan suatu sistem pengendalian yang efektif untuk


mengamankan asset dan investasi perusahaan. Dalam hal ini faktor penaksiran
risiko yang meliputi proses identifikasi, pengukuran dan penyusunan prioritas
risiko sangat menentukan dalam rancangan pengendalian yang diperlukan
sehingga sesuai dengan respon yang diharapkan. Untuk maksud tersebut,
dokumentasi proses risk assessment menjadi penting bagi perusahaan sehingga
dapat dilakukan proses revieu secara periodik dan selanjutnya dapat diketahui
tingkat efektifitas sistem pengendalian yang dijalankan serta pengelolaan yang
tepat atas risiko yang dihadapi perusahaan.

Selanjutnya penentuan strategi yang tepat dalam rangka pencapaian visi dan
misi perusahaan menjadi hal yang sangat menentukan dalam merumuskan
tujuan dan target-target yang hendak dicapai. Dalam hal rencana kerja dan
target-target operasi yang terlalu optimistis tanpa suatu pengelolaan risiko dan
rancangan pengendalian internal yang cukup, tentu akan berdampak dalam
pelaksanaannya yang pada gilirannya akan mempengaruhi kinerja perusahaan
secara keseluruhan.

Oleh karena itu upaya yang perlu dilakukan dalam hal kebijakan dan
pengendalian serta pengelolaan risiko yang dijalankan, sehingga dapat diyakini
apakah penetapan strategi dan tujuan dalam rangka mencapai visi dan misi
perusahaan telah dirumuskan secara benar dan telah mempertimbangkan hasil
penaksiran dan analisa risiko yang cukup serta telah dirancang pengendalian
dan pengawasan yang memadai.

You might also like