Professional Documents
Culture Documents
2
Rumusan Masalah......................................................................................................5
Tujuan Penelitian.......................................................................................................6
Tujuan Umum........................................................................................................6
Tujuan Khusus.......................................................................................................6
Manfaat Penelitian.....................................................................................................6
Secara Teoritis.......................................................................................................6
Secara Praktis........................................................................................................6
BAB II...........................................................................................................................7
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................7
Anatomi Sendi Pergelangan Kaki..................................................................................7
Sendi Talokrural.............................................................................................................8
Sendi Tibiofibular Distal.............................................................................................10
Antropometri dan Pengukuran Dimensi Tubuh...........................................................11
Hubungan Antropometri dengan Etnis........................................................................12
Pemeriksaan Radiologis Sendi Pergelangan Kaki.......................................................14
Pengukuran Radiologis Sendi Pergelangan Kaki........................................................19
Pengukuran Talocrural Angel......................................................................................19
Pengukuran Range of Motion Sendi Pergelangan Kaki..............................................24
Pengukuran Dorsofleksi..............................................................................................26
Pengukuran Plantarfleksi.............................................................................................27
Pengukuran Eversi.......................................................................................................28
Pengukuran Inversi......................................................................................................29
BAB III........................................................................................................................31
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN.............................31
Kerangka Konseptual..................................................................................................31
Hipotesis Penelitian.....................................................................................................32
BAB IV........................................................................................................................32
METODOLOGI PENELITIAN..................................................................................32
Jenis Penelitian............................................................................................................32
Tempat dan Waktu Penelitian......................................................................................32
Populasi dan Sampel....................................................................................................33
Kriteria Subjek Penelitian............................................................................................33
1
Latar Belakang
Antropometri adalah ilmu yang mempelajari tentang pengukuran tubuh
manusia guna merumuskan perbedaan ukuran pada tiap individu atau kelompok. Ilmu
ini berkembang sejak abad ke-19. Istilah antropometri pertama kali diperkenalkan
oleh Quetlet seorang ilmuan asal Belgia dalam bukunya Antrhopometrie. Pengukuran
bagian tertentu dari tubuh manusia dapat dilakukan dengan berbagai cara dengan
tujuan yang berbeda-beda, seperti pengukuran tinggi dan berat badan untuk melihat
status gizi, untuk identifikasi korban dalam ilmu forensik, membuat alat-alat yang
ergonomis dalam bidang industri, dan pengukuran antropometri secara radiologis
untuk membantu dalam menegakkan diagnosis, penilaian pre dan pasca operatif
kasus-kasus ortopedi yang memerlukan pembedahan.1,2
Sendi pergelangan kaki adalah daerah persendian antara tungkai bawah dan
kaki. Sendi pergelangan kaki terdiri dari 3 persendian yang kompleks, yaitu sendi
talokrural, sendi tibiofibular distal (sindesmosis tibiofibular) dan sendi subtalar
(talokalkaneal).3,4 Sendi pergelangan kaki merupakan sendi yang menyokong berat
badan dan penting dalam tahapan berjalan berupa gerakan plantarfleksi dan
dorsofleksi.5
Ukuran pada antropometri tulang dipengaruhi oleh maturasi dan pertumbuhan
tulang. Faktor yang mempengaruhi maturasi dan pertumbuhan tulang adalah: genetik,
nutrisi, hormonal dan lingkungan. Faktor genetik ini akan diturunkan, sehingga
masing-masing ras dan suku bangsa akan mempunyai ciri ukuran antropometrinya
sendiri.2,6
Pada kasus-kasus ortopedi yang berhubungan dengan sendi pergelangan kaki,
pemeriksaan radiologis sangat membantu dalam menegakkan diagnosis sehingga
dapat memastikan terjadinya kelainan pada struktur tulang maupun jaringan lunak
dari sendi pergelangan kaki. Pengukuran antropometri secara radiologis juga
memegang peranan penting bagi keberhasilan tindakan operasi pada sendi
pergelangan kaki. Nilai yang diperoleh dari pengukuran tersebut dapat memprediksi
keberhasilan tindakan operasi, melalui penilaian pre-operatif dan post-operatif.7
Selain itu pengukuran antropometri pergelangan kaki berguna untuk mendisain
implant dan prosthesis yang ergonomis.8
plantarfleksi, eversi dan inversi pada orang dewasa normal menurut American
Academy of Orthopaedic Surgeon secara berurut adalah 200, 500, 50 dan 50.12
Sendi pergelangan kaki adalah sendi yang komplek yang menerima beban
tubuh yang penting dalam tahapan berjalan. Karena itu kelainan pada sendi ini harus
direposisi seanatomis mungkin. Lebih lebarnya ankle mortise 1 mm saja akan
menyebabkan berkurangnya luas kontak dari tibiotalar sebesar 42%, hal ini akan
menyebabkan instabilitas sendi dan meningkatnya kejadian osteoartritis. Karena itu
pemahaman tentang antropometri sendi pergelangan kaki sangat penting.9
Selama ini sudah terdapat nilai-nilai normal pemeriksaan radiologis sendi
pergelangan kaki dari berbagai penelitian di dunia. Hal ini lazim digunakan sebagai
pedoman untuk memperkirakan adanya kelainan pada sendi pergelangan kaki. Nilainilai tersebut merupakan hasil dari penelitian yang dilakukan di negara-negara barat
dengan subjek penelitian terutama bangsa kulit putih, yang secara fisik berbeda
dengan populasi lokal di Indonesia. Dengan demikian, kurang dapat memberikan
gambaran mengenai nilai-nilai normal pada populasi lokal, sehingga data-data yang
ada tidak dapat dijadikan nilai standar untuk populasi lokal di Indonesia. Karena
belum adanya data mengenai ukuran antropometri sendi pergelangan kaki pada etnis
Minangkabau di dalam kepustakaan, maka peneliti bermaksud melakukan penelitian
mengenai antropometi sendi pergelangan kaki pada etnis Minangkabau.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas didapatkan rumusan masalah bagaimanakah ukuran
normal sendi pergelangan kaki yang khas untuk manusia dewasa pria dan wanita pada
5
etnis Minangkabau di Sumatera Barat, dan apakah ada perbedaan antara ukuran hasil
penelitian tersebut dengan ukuran hasil penelitian antropometri dari kepustakaan yang
ada selama ini ?
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Mengetahui ukuran antropometri sendi pergelangan kaki normal pria dan wanita
pada mahasiswa kedokteran yang beretnis Minangkabau lingkungan rumah sakit Dr.
M. Djamil Padang.
Tujuan Khusus
1. Mengetahui nilai ratarata dan simpang baku ukuran antropometri sendi
pergelangan kaki normal pria dan wanita pada mahasiswa kedokteran yang
beretnis Minangkabau lingkungan rumah sakit Dr. M. Djamil Padang.
2. Mencari apakah terdapat perbedaan ukuran antropometri sendi pergelangan
kaki normal pria dan wanita pada mahasiswa kedokteran yang beretnis
Minangkabau lingkungan rumah sakit Dr. M. Djamil Padang.
Manfaat Penelitian
Secara Teoritis
Untuk mendapatkan suatu pedoman nilai atau ukuran yang khas untuk
manusia dewasa etnis Minangkabau di Sumatera Barat.
Secara Praktis
Mendapatkan suatu pedoman nilai atau ukuran yang khas untuk manusia
dewasa etnis Minangkabau yang dapat digunakan untuk membantu dalam
menegakkan diagnosis kelainan pada sendi pergelangan kaki, penilaian pre dan
pascaoperatif kasus-kasus sendi pergelangan kaki yang memerlukan pembedahan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sendi ini dibentuk oleh bagian distal tibia, bagian distal fibula, talus dan
kalkaneus. Sendi pergelangan kaki terdiri dari 3 persendian yang kompleks, yaitu
sendi talokrural, sendi tibiofibular distal dan sendi subtalar.3,4,5
Sendi Talokrural
Sendi talokruralis adalah persendian antara tibia dan fibula pada bagian
proksimal dengan talus pada bagian distal.3,16 Sendi ini berupa sendi engsel atau sendi
pelana.8,9 Pada bagian proksimal sendi ini dibentuk oleh ankle mortise yang
merupakan lengkung tulang yang dibentuk oleh tibial plafond, bersama dengan
maleolus medial dan maleolus lateral. Pada bagian distal sendi ini dibentuk oleh
bagian atas corpus talus. Bentuk tulang-tulang dan kekuatan ligamen disekelilingnya
menjadikan sendi ini kuat dan stabil.13,14
Dibagian medial terdapat ligamentum deltoideum merupakan ligamentum
yang kuat. Ligamentum ini seperti kipas, dimana puncaknya melekat pada ujung
maleolus medialis dan dibawahnya melekat pada sisi medial talus, sustentaculum tali,
ligamentum calcaneonaviculare plantare dan tuberositas ossis naviculare.8,24
Ligamentum ini terbagi menjadi serat superfisial dan profunda.15
Dibagian lateral terdapat ligamentum lateral yang lebih lemah dari
ligamentum deltoideum. Ligamentum ini terdiri dari atas tiga pita, yaitu:13,15
1. Ligamentum Talofibulare Anterior
Ligamentum ini berjalan dari malleolus lateralis ke permukaan lateral talus.
Ligamentum ini berfungsi untuk mempertahankan peranjakan ke anterior talus
dari mortise dan gerakan inversi dan internal rotasi talus terhadap tibia.
10
pergerakan
pada
sendi
pergelangan
kaki.3,7,13,14,15,16,17,18
Struktur
tibiofibular
syndesmosis penting untuk kestabilan atap ankle mortise dan sendi talokruralis.7,14
Ligamentum anterior tibiofibular inferior sering cedera akibat trauma eversi.4
Lebih lebarnya ankle mortise 1 mm menyebabkan berkurangnya luas kontak
dari tibiotalar sebesar 42%,9,19 hal ini akan menyebabkan instabilitas sendi dan
meningkatnya terjadi osteoartritis. Pengukuran radiologis yang sering digunakan
untuk menilai kelainan pada syndesmosis adalah: tibiofibular overlap, tibiofibular
clear space dan rasio dari medial dan superior clear space.9
Sendi Subtalar
Sendi subtalar disebut juga calcaneotalar joint adalah persendian antara
bagian inferior dari talus dan bagian superior dari kalkaneus. Pergerakan inversi dan
eversi sendi pergelangan kaki terjadi pada sendi ini. Sendi ini sangat kuat dan diikat
oleh ligamentum medial talokalcaneus, ligamentum lateral talokalcaneus dan
ligamentum interosseus talokalcaneus. Karna kuatnya sendi ini maka trauma eversiinversi pada sendi pergelangan kaki lebih sering terjadi pada sendi talokrural
dibanding sendi subtalar.3,4,13,14
11
fisiologi dan taksonomi. Data antropometri untuk perbandingan antar ras pertamakali
dikembangkan oleh Line, Buffon dan White.1
Sekitar tahun1940 data antropometri banyak di pergunakan untuk keperluan
industri dan militer. Hal ini di picu oleh terjadinya perang dunia kedua, dimana orang
berpacu untuk menciptakan barang-barang yang efisien sehingga praktis untuk
digunakan. kejadian ini membuat banyaknya dilakukan riset tentang antropometri dan
riset ini masih berkembang sampai sekarang untuk menciptakan barang-barang yang
ergonomis.1
Berdasarkan cara pengukurannya antropometri dapat dibagi menjadi menjadi
antropometri statis dan antropometri dinamis. Pada antropometri statis pengukuran
dilakukan pada saat tubuh dalam keadaan diam atau tidak bergerak, sedangkan pada
antropometri dinamis pengukuran dilakukan pada posisi tubuh yang sedang bergerak.
Alat yang dipakai untuk pengukuran tubuh manusia disebut antropometer. Selain
antropometer terdapat bermacam teknik dan peralatan pengukur yang lain seperti
sistem kamera fotometrik, sistem kamera andrometrik dan stereofotogrametri, namun
pemakaiannya tidak terlalu luas dan rumit.1
12
13
Kedua tungkai dalam posisi ekstensi dengan tungkai yang diperiksa dalam
posisi AP dan sejajar dengan aksis memanjang dari meja pemeriksaan.
Kaki dalam keadaan dorsofleksi dengan permukaan telapak kaki tegak lurus
dengan meja pemeriksaan.
Central Ray tegak lurus dengan kaset dengan jarak Film Focus Distance
(FFD) 100 cm.
14
Kolimasi pada tibia dan fibula sepertiga distal, bagian proksimal metatarsal
dan batas permukaan kulit dilateral dan medial.
gambar 3 Posisi Pemeriksaan Radiologis Sendi Pergelangan Kaki dengan Proyeksi Anteroposterior 21
15
meja pemeriksaan. Posisi ini akan memberikan gambaran tumpang tindih antara
kalkaneus dengan maleolus lateral.20,21,23
Proyeksi Mortise
Cara pemeriksaan radiologis sendi pergelangan kaki dengan proyeksi mortise
adalah:17,20,21
Kedua tungkai dalam posisi ekstensi dengan tungkai yang diperiksa dalam
posisi AP dan sejajar dengan aksis memanjang dari meja pemeriksaan.
Kaki dalam keadaan dorsofleksi dengan permukaan telapak kaki tegak lurus
dengan meja pemeriksaan.
16
Central Ray tegak lurus dengan kaset dengan jarak FFD 100 cm.
Kolimasi pada tibia dan fibula sepertiga distal, bagian proksimal metatarsal
dan batas permukaan kulit dilateral dan medial.
Kedua tungkai dalam posisi ekstensi dengan tungkai yang diperiksa dalam
posisi AP dan sejajar dengan aksis memanjang dari meja pemeriksaan.
Tungkai yang akan diperiksa difleksikan 450 pada sendi lutut dan tungkai
bawah dirotasikan kelateral 900 sehingga kaset berada dibawah maleolus
lateral.
Central Ray tegak lurus dengan kaset dengan jarak FFD 100 cm.
Kolimasi pada tibia dan fibula sepertiga distal, kalkaneus, bagian proksimal
metatarsal dan batas permukaan kulit posterior dan anterior.
proyeksi lateral akan terlihat tibia dan fibula sepertiga distal, maleolus lateral, talus,
18
kalkaneus, sendi tibiotalar dan sendi subtalar. Pada proyeksi ini ditemukan tumpang
tindih antara distal fibula dengan distal tibia dan talus.20,21,23
19
Tibiofibular Overlap diukur dari jarak maksimal tumpang tindih antara distal
fibula dengan tuberculum tibia anterior. Jarak ini diukur pada 1 cm diatas permukaan
tibial plafond. Pengukuran ini dilakukan pada proyeksi AP dan proyeksi mortise.
Satuan pengukuran melimeter.7,8,25
gambar 8 Cara Pengukuran tibiofibular overlap, tibiofibular clear space dan medial clear space. L pinggir
lateral fibula. M pinggir medial fibula. A tuberkulum tibia anterior. P tuberkulum tibia posterior. I lantai
insisura fibularis. T tibial plafond. S titik paling superior dari medial talus. MT pinggir medial talus. LMM
pinggir medial maleolus medial. AM adalah tibiofibular overlap. MI adalah tibiofibular clear space. TS
adalah superior clear space. MTLMM adalah medial clear space.7
20
22
sudut
antara
permukaan
anteroposterior sendi tibia dengan garis tegak lurus sumbu panjang tibia pada ujung
maleolus posterior. Pengukuran dilakukan pada proyeksi lateral. Satuan pengukuran
derajat.10
Stagni dkk mendapatkan nilai normal Anteroposterior Inclination Angle pada
populasi bangsa Eropa 5,00 3,40. Sedangkan nilai normal pada populasi Korea hasil
penelitian Kwon didapatkan nilai normal 8,20 3,20.10
Pengukuran Anterior Distal Tibial Angle
Anterior Distal Tibial Angle adalah sudut antara permukaan anteroposterior
sendi tibia dengan garis sumbu panjang tibia. Pengukuran dilakukan pada proyeksi
lateral. Satuan pengukuran derajat.10
Mendicino dkk mendapatkan nilai normal Anterior Distal Tibia Angle pada
populasi bangsa Eropa 800 30. Sudut ini digunakan untuk melihat kemiringan
permukaan sendi talokrural dengan sumbu panjang tibia dari anterior.10
23
gambar 9 Cara pengukuran Anteroposterior Inclination Angle, Anteroposterior Gap dan Anterior Distal Tibia
Angle10
24
pemeriksa. Normalnya pasif ROM lebih besar dari aktif ROM. Faktor yang
mempengaruhi ROM adalah usia, jenis kelamin, Body Mass Index dan aktifitas.12
Posisi awal untuk mengukur ROM adalah dari posisi anatomis. Ada 3 macam
sistem penulisan hasil pengukuran ROM, Yaitu:12
1. Sistem pencatatan 0 ke 180 derajat.
Sistem ini disebut juga dengan metode neutral zero. Metode ini pertama kali di
perkenalkan oleh Silver pada tahun 1923. Metode ini digunakan secara luas di
dunia, seperti oleh American Academy of Orthopaedic Surgeon dan American
Medical Association. Pengukuran 0 derajat dimulai dari posisi anatomis dan
dilakukan pengukuran rentang sendi sampai 180 derajat.
2. Sistem pencatatan 180 ke 0 derajat.
Pengukuran dengan sistem ini dimulai dari posisi anatomis, dimana titik ini di
mulai dengan 180 derajat dan dilakukan pengukuran rentang sendi sampai 0
derajat.
3. Sistem Pencatatan 360 derajat.
Sistem ini melakukan pengukuran ini dimulai dari posisi anatomis dan dilakukan
pengukuran rentang sendi sampai 360 derajat.
Pengukuran Dorsofleksi
ROM dorsofleksi pada orang dewasa normal menurut American Academy of
Orthopaedic Surgeon dan American Medical Association adalah 200. Pengukuran
ROM dorsofleksi dipengaruhi oleh posisi sendi lutut pada saat pengukuran dan
25
apakah dilakukan dilakukan dengan posisi weight bearing atau non weight bearing.
Pengukuran ROM dorsofleksi dengan posisi sendi lutut fleksi akan lebih besar dari
pengukuran ROM dorsifleksi dengan posisi sendi lutut ekstensi. Hal ini karena pada
posisi sendi lutut fleksi maka otot gastrocnemius dalam keadaan kendor sehingga
tegangan pada otot ini tidak membatasi pergerakan ROM dorsofleksi. Pengukuran
ROM dorsofleksi pada posisi weight bearing memberikan hasil yang lebih besar
dibandingkan dengan pengukuran pada posisi non weight bearing.12
gambar 10 Cara Pengukuran ROM Dorsofleksi pada Posisi Sendi Lurut Fleksi dengan Non Weight
Bearing12
Cara pengukuran ROM dorsofleksi pada posisi sendi lurut fleksi dengan non
weight bearing adalah:12,230
1. Pasien dalam posisi duduk dengan posisi sendi lutut fleksi 900 dan telapak kaki
dalam keadaan anatomis.
2. Letakkan titik tengah dari goniometer di atas maleolus lateral dengan lengan
proksimal goniometer segaris dengan caput fibula dan lengan distal goniometer
segaris dengan sisi lateral metatarsal V. Ini merupakan titik 00.
26
Pengukuran Plantarfleksi
ROM Plantarfleksi pada orang dewasa normal menurut American Academy of
Orthopaedic Surgeon adalah 500 dan menurut American Medical Association adalah
400. Sama dengan pengukuran ROM dorsofleksi, pemeriksaan ROM plantarfleksi
juga dipengaruhi oleh posisi sendi lutut pada saat pemeriksaan dan apakah dilakukan
dengan posisi weight bearing atau non weight bearing.12
Cara pengukuran ROM plantarfleksi pada posisi sendi lurut fleksi dengan non
weight bearing adalah:10,30
1. Pasien dalam posisi duduk dengan posisi sendi lutut fleksi 900 dan telapak kaki
dalam keadaan anatomis.
2. Letakkan titik tengah dari goniometer di atas maleolus lateral dengan lengan
proksimal goniometer segaris dengan caput fibula dan lengan distal goniometer
segaris dengan sisi lateral metatarsal V. Ini merupakan titik 00.
3. Tangan kanan pemeriksa mempertahankan tibia dan fibula untuk mencegah
pergerakan sendi lutut dan sendi panggul.
4. Tangan kiri pemeriksa menggerakkan kaki plantarfleksi dengan cara pendorong
punggung kaki sampai terdapat tahanan. Ini merupakan hasil dari pemeriksaan.
27
Pengukuran Eversi
Eversi adalah kombinasi dari gerakan pronasi, abduksi dan dorsofleksi. ROM
eversi sendi subtalar pada orang dewasa normal menurut American Academy of
Orthopaedic Surgeon adalah 50. Collete dkk mendapatkan nilai normal ROM eversi
8,30 3,60. Cara pengukuran ROM eversi sendi subtalar dengan non weight bearing
adalah:12,30,31
1. Posisi menalungkup dengan sendi panggul pada posisi 0 derjat fleksi, ekstensi,
abduksi, adduksi dan rotasi. Posisi sendi lutut 0 derjat fleksi dan ekstensi. Kaki
dalam keadaan tergantung.
2. Letakkan titik tengah dari goniometer di atas pinggir belakang pergelangan kaki
di titik tengah antara maleolus lateral dan maleolus medial. Lengan proksimal
28
goniometer segaris dengan garis tengah tungkai bawah dan lengan distal
goniometer segaris dengan titik tengah kalkaneus. Ini merupakan titik 00.
3. Tangan kanan pemeriksa mempertahankan tibia dan fibula untuk mencegah
pergerakan sendi lutut dan sendi panggul.
4. Tangan kiri pemeriksa menarik kalkaneus kelateral dengan gerakan pronasi,
abduksi dan dorsofleksi sehingga terjadi subtalar eversi sampai terdapat tahanan.
Ini merupakan hasil dari pemeriksaan.
Pengukuran Inversi
Inversi adalah kombinasi dari gerakan supinasi, adduksi dan plantar fleksi.
ROM inversi sendi subtalar pada orang dewasa normal menurut American Academy
of Orthopaedic Surgeon adalah 5 derajat. Collete dkk mendapatkan nilai normal
29
ROM eversi 150 6,10. Cara pengukuran ROM inversi sendi subtalar dengan non
weight bearing adalah:12,30,31
1. Posisi menalungkup dengan sendi panggul pada posisi 00 fleksi, ekstensi,
abduksi, adduksi dan rotasi. Posisi sendi lutut 00 fleksi dan ekstensi. Kaki dalam
keadaan tergantung.
gambar 13 Cara Pengukuran ROM Inversi pada Posisi Prone dengan Non Weight Bearing12
2. Letakkan titik tengah dari goniometer di atas pinggir belakang pergelangan kaki
di titik tengah antara maleolus lateral dan maleolus medial. Lengan proksimal
goniometer segaris dengan garis tengah tungkai bawah dan lengan distal
goniometer segaris dengan titik tengah kalkaneus. Ini merupakan titik 00.
3. Tangan kanan pemeriksa mempertahankan tibia dan fibula untuk mencegah
pergerakan sendi lutut dan sendi panggul.
4. Tangan kiri pemeriksa menarik kalkaneus kemedial dengan gerakan supinasi,
adduksi dan plantar fleksi sehingga terjadi subtalar inversi sampai terdapat
tahanan. Ini merupakan hasil dari pemeriksaan.
30
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
PENELITIAN
Kerangka Konseptual
5.
6.
7.
8.
Nutrisi
9.Hormonal
Genetik
10.
11.
12.
Pertumbuhan Tulang
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19. Keterangan Gambar :
20.
21.
: yang diteliti
22.
23.
31
Lingkungan
Hipotesis Penelitian
Tidak terdapat perbedaan dalam hal ukuran antropometri sendi pergelangan kaki
antara pria dan wanita pada mahasiswa kedokteran yang beretnis Minangkabau di
lingkungan RS. Dr. M. Djamil Padang
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis Penelitian
Rancangan penelitian berupa penelitian survei dengan analitik korelasional
dan rancangan cross sectional study.
n=
Z X S
d
: jumlah sampel
n=
1,96 X 2,9
1
n =32,3 n= 33
Diperoleh ukuran sampel minimal sebesar: 33 sampel. Pada penelitian ini
sampel direncanakan sebanyak 50 orang, dimana sampel terdiri dari 25 orang lakilaki dan 25 orang perempuan. Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan
secara consecutive sampling, yaitu dengan mengambil setiap subyek penelitian yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Wanita dan pria dengan kelainan lutut, tulang belakang ataupun pergelangan
kaki yang pernah didiagnosa sebagai penyakit tertentu oleh dokter.
Wanita dan pria dengan riwayat kecelakaan atau operasi pada ekstremitas
inferior sebelumnya.
Wanita dan pria dengan riwayat penyakit sistemik yang bersifat menahun.
Definisi Operasional
Antropometri radiologis sendi pergelangan kaki
Kumpulan data hasil pengukuran sendi pergelangan kaki yang meliputi talocrural
angel, tibiofibular overlap, tibiofibular clear space, talar tilt, medial malleolar
length, lateral malleolar length, medial clear space, Johnson angle,
anteroposterior inclination angle, anterior distal tibial angle dan anteroposterior
gap yang dilakukan dengan cara mengukur dimensi dan sudut tertentu pada hasil
pemeriksaan x-ray.
Cara ukur
: Pengamatan
Alat Ukur
: Komputerisasi
Hasil Ukur
Skala
: Numerik
1. Mahasiswa Kedokteran
34
: Wawancara
Alat Ukur
: Kuesioner
Hasil Ukur
: ya/ tidak
Skala
: Nominal
2. Usia
Usia waktu penelitian dilakukan. Pada penelitian ini usia antara 21-25 tahun,
dengan asumsi bahwa sudah terjadi penutupan lempeng epifisis dan belum terjadi
erosi tulang.
Cara ukur
: Wawancara
Alat Ukur
: Kuesioner
Hasil Ukur
: Tahun
Skala
: Numerik
3. Etnis Minangkabau
Suatu rumpun melayu yang tumbuh dan besar karena system monarki pada
daerah Sumatera Barat, serta menganut system adat yang khas, yang dicirikan
dengan system kekeluargaan melalui jalur perempuan atau matrilineal 34,35. Pada
penelitian ini kedua orang tua serta kakek nenek beretnis minangkabau.
Cara ukur
: Wawancara
Alat Ukur
: Kuesioner
Hasil Ukur
: ya/ tidak
Skala
: Nominal
35
4. Range of Motion
Range of Motion (ROM) adalah rentang pergerakan yang bisa dilakukan oleh
sendi pergelangan kaki yang meliputi dorsofleksi, plantarfleksi, eversi dan
inversi.
Cara ukur
: Pengamatan
Alat Ukur
: Goniometer
Hasil Ukur
: Derajat
Skala
: Numerik
36
Kedua tungkai dalam posisi ekstensi dengan tungkai yang diperiksa dalam
posisi AP dan sejajar dengan aksis memanjang dari meja pemeriksaan.
Kaki dalam keadaan dorsofleksi dengan permukaan telapak kaki tegak lurus
dengan meja pemeriksaan.
Central Ray tegak lurus dengan kaset dengan jarak FFD 100 cm.
Kolimasi pada tibia dan fibula sepertiga distal, bagian proksimal metatarsal
dan batas permukaan kulit dilateral dan medial.
37
Kedua tungkai dalam posisi ekstensi dengan tungkai yang diperiksa dalam
posisi AP dan sejajar dengan aksis memanjang dari meja pemeriksaan.
Kaki dalam keadaan dorsofleksi dengan permukaan telapak kaki tegak lurus
dengan meja pemeriksaan.
Central Ray tegak lurus dengan kaset dengan jarak FFD 100 cm.
Kolimasi pada tibia dan fibula sepertiga distal, bagian proksimal metatarsal
dan batas permukaan kulit dilateral dan medial.
Kedua tungkai dalam posisi ekstensi dengan tungkai yang diperiksa dalam
posisi AP dan sejajar dengan aksis memanjang dari meja pemeriksaan.
38
Tungkai yang akan diperiksa difleksikan 45 0 pada sendi lutut dan tungkai
bawah dirotasikan kelateral 900 sehingga kaset berada dibawah maleolus
lateral.
Kaki dalam keadaan dorsofleksi dengan permukaan telapak kaki tegak lurus
dengan meja pemeriksaan.
Central Ray tegak lurus dengan kaset dengan jarak FFD 100 cm.
Kolimasi pada tibia dan fibula sepertiga distal, kalkaneus, bagian proksimal
metatarsal dan batas permukaan kulit posterior dan anterior.
Pasien dalam posisi duduk dengan posisi sendi lutut fleksi 90 0 dan telapak
kaki dalam keadaan anatomis.
39
Letakkan titik tengah dari goniometer di atas maleolus lateral dengan lengan
proksimal goniometer segaris dengan caput fibula dan lengan distal
goniometer segaris dengan sisi lateral metatarsal V. Ini merupakan titik 00.
Pasien dalam posisi duduk dengan posisi sendi lutut fleksi 90 0 dan telapak
kaki dalam keadaan anatomis.
Letakkan titik tengah dari goniometer di atas maleolus lateral dengan lengan
proksimal goniometer segaris dengan caput fibula dan lengan distal
goniometer segaris dengan sisi lateral metatarsal V. Ini merupakan titik 00.
40
Cara pengukuran ROM eversi sendi subtalar dengan non weight bearing
adalah:
Tangan kiri pemeriksa menarik kalkaneus kelateral dengan gerakan pronasi, abduksi
dan dorsofleksi sehingga terjadi subtalar eversi sampai terdapat tahanan. Ini
merupakan hasil dari pemeriksaan.
Teknik Pengukuran Range of Motion Inversi Sendi Pergelangan Kaki
Cara pengukuran ROM inversi sendi subtalar dengan non weight bearing
adalah:
Posisi menalungkup dengan sendi panggul pada posisi 0 derjat fleksi, ekstensi,
abduksi, adduksi dan rotasi. Posisi sendi lutut 0 derjat fleksi dan ekstensi.
Kaki dalam keadaan tergantung.
41
proksimal goniometer segaris dengan garis tengah tungkai bawah dan lengan
distal goniometer segaris dengan titik tengah dari kalkaneus. Ini merupakan
titik 00.
42
Tibiofibular Clear Space diukur dari jarak antara batas medial fibula dengan
batas lateral tibia. Jarak ini diukur pada 1 cm diatas permukaan tibial plafond.
Pengukuran dilakukan pada proyeksi AP dan proyeksi mortise. Satuan pengukuran
melimeter.
Pengukuran Talar Tilt
Talar tilt adalah sudut yang dibentuk oleh garis permukaan sendi talus dengan
garis permukaan sendi tibial plafond. Pengukuran dilakukan pada proyeksi AP dan
proyeksi mortise. Satuan pengukuran derajat.
43
Johnson Angle adalah sudut antara permukaan sendi tibial plafond dengan
sumbu tibia. Pengukuran dilakukan pada proyeksi AP dan proyeksi mortise. Satuan
pengukuran derajat.
Pengukuran Anteroposterior Inclination Angle
Anteroposterior Inclination Angle adalah
sudut
antara
permukaan
anteroposterior sendi tibia dengan sumbu panjang tibia. Pengukuran dilakukan pada
proyeksi lateral. Satuan pengukuran derajat.
44
Pengolahan Data
Data akan dianalisa untuk menghitung ukuranukuran statistik mean, median
dan standar deviasi. Untuk melihat korelasi antara ukuran hasil penelitian
antropometri mahasiswa kedokteran yang beretnis Minang pria dengan wanita
digunakan t-test independen dengan derajat kepercayaan 95%. Kemaknaan hasil uji
ditentukan oleh nilai p < 0,05.
Alur Penelitian
Rekomendasi kelayakkan etik penelitian
Subjek penelitian yang termasuk dalam kriteria inklusi dan eksklusi
Subyek penelitian memahami dan menyetujui tindakan yang akan dilakukan
Dengan menandatangani informed consent
Pengukuran ROM dan Pengambilan x-ray pada sendi pergelangan kaki kiri dari
subjek penelitian
Pemeriksaan oleh seorang observer radiologi.
45
BAB V
HASIL PENELITIAN
Telah dilakukan penelitian antropometri sendi pergelangan kaki mahasiswa
kedokteran yang beretnis minangkabau dilingkungan Rs. Dr. M. Djamil Padang.
Penelitian menggunakan sampel sebanyak 50 orang mahasiswa kedokteran yang
terdiri dari 25 orang berjenis kelamin laki-laki dan 25 orang berjenis kelamin
perempuan. Sampel diambil secara consecutive sampling, yaitu dengan mengambil
setiap subyek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pada sampel
dilakukan pemeriksaan ROM
dorsofleksi, plantarfleksi eversi dan inversi. Setelah itu dilakukan pemeriksaan x-ray
46
pada pergelangan kaki dengan proyeksi anteropoterior, lateral dan mortise. Hasil
pemeriksaan x-ray dilakukan pengukuran talocrural angel, tibiofibular overlap,
tibiofibular clear space, talar tilt, medial malleolar length, lateral malleolar length,
medial clear space, Johnson angle, anteroposterior inclination angle, anterior distal
tibial angle dan anteroposterior gap secara komputerisasi..
Table 1 Distribusi Sampel Berdasarkan Usia
USIA
FREKUENSI
PERSENTASE
21
29
58
22
13
26
23
6
12
24
1
2
25
1
2
Total
50
100
Berdasarkan tabel 5.1, didapatkan bahwa sampel berusia 21 tahun sampai 25
tahun dengan sampel terbanyak berusia 21 tahun, yaitu 29 orang (58 %). Usia
terbanyak kedua adalah 22 tahun, yaitu sebanyak 13 orang (26%)
5.1. Karakteristik Antropometri Sendi Pergelangan Kaki Mahasiswa Kedokteran yang
Beretnis Minangkabau dilingkungan Rs. Dr. M. Djamil Padang
Tabel 5.2. Ukuran ROM Sendi Pergelangan Kaki Mahasiswa Kedokteran yang
Beretnis Minangkabau dilingkungan Rs. Dr. M. Djamil Padang
Ukuran ROM
Plantarfleksi
Dorsofleksi
Inversi
Eversi
Mean
Standard
48,92
31,30
10,32
5,94
Deviasi
5,82
4,07
2,28
1,20
Nilai
Nilai
Minimum Maksimum
36
62
22
39
7
15
4
9
Standard
Error
0,82
0,58
0,32
0,17
Dari tabel 5.2 didapatkan rerata ROM plantarfleksi 48,92 0 5,820 dengan
range 360 620, didapatkan rerata ROM dorsofleksi 31,300 4,070 dengan range 220
47
390, didapatkan rerata ROM plantar fleksi 10,320 2,280 dengan range 70 150 dan
didapatkan rerata ROM plantar fleksi 5,940 1,200 dengan range 40 90.
Mean
Radiologis Proyeksi
Anteroposterior
Talocrural Angel
Tibiofibular Overlap
Tibiofibular Clear Space
Talar Tilt
Medial Malleolar Length
Lateral Malleolar Length
Johnson Angle
Standard
Deviasi
76,53
7,51
3,64
0,14
13,88
25,71
87,77
2,53
2,64
1,18
0,10
1,99
2,83
1,71
Nilai
Nilai
Minimum Maksimum
70,29
2,69
0,89
0,00
8,08
19,95
83,93
82,21
13,14
6,78
0,49
18,09
32,04
89,91
Standard
Error
0,35
0,37
0,17
0,01
0,28
0,40
0,24
48
Tabel 5.4. Ukuran Antropometri Radiologis Proyeksi Mortise Sendi Pergelangan Kaki
Mahasiswa Kedokteran yang Beretnis Minangkabau dilingkungan Rs. Dr. M. Djamil
Padang
Ukuran Antropometri
Mean
Radiologis Proyeksi
Mortise
Talocrural Angel
Tibiofibular Overlap
Tibiofibular Clear Space
Talar Tilt
Medial Malleolar Length
Lateral Malleolar Length
Medial Clear Space
Johnson Angle
77,38
4,71
3,85
0,19
14,03
26,70
2,97
87,57
Standard
Nilai
Nilai
Standard
Deviasi
Minimum
Maksimum
Error
2,27
2,45
1,09
0,15
1,69
3,40
0,75
1,84
72,40
0,00
1,10
0,00
11,09
15,16
1,73
78,60
82,89
9,31
6,21
0,76
18,59
33,13
5,20
89,93
0,32
0,35
0,15
0,02
0,24
0,48
0,11
0,26
Dari tabel 5.4 didapatkan pada royeksi mortise rerata ukuran Talocrural
Angel 77,380 2,270 dengan range 72,400 82,890, Tibiofibular Overlap 4,71
2,45mm dengan range 0,009,31mm, Tibiofibular Clear Space 3,85 1,09 mm
dengan range 1,10 6,21mm, Talar Tilt 0,190 0,150 dengan range 0,000 0,760,
Medial Malleolar Length 14,03 1,69mm dengan range 11,09 18,59mm, Lateral
Malleolar Length 26,70 3,40mm dengan range 15,16 33,13mm, Medial Clear
Space 2,97 0,75mm dengan range 1,73 5,20mm dan Johnson Angle 87,570
1,840 dengan range 78,600 89,930.
49
Tabel 5.5. Ukuran Antropometri Radiologis Proyeksi Lateral Sendi Pergelangan Kaki
Mahasiswa Kedokteran yang Beretnis Minangkabau dilingkungan Rs. Dr. M. Djamil
Padang
Ukuran Antropometri
Mean
Standard
Nilai
Nilai
Standard
Anteroposterior
7,47
Deviasi
2,70
Inclination Angle
Anterior Distal Tibial
82,53
2,70
76,58
88,54
0,38
Angle
Anteroposterior Gap
3,50
1,43
0,59
7,47
0,20
Minimum Maksimum
1,46
13,42
Error
0,38
Dari tabel 5.5 didapatkan pada royeksi lateral rerata ukuran Anteroposterior
Inclination Angle 7,470 2,700 dengan range 1,460 13,420, Anterior Distal Tibial
Angle 82,530 2,700 dengan range 76,580 88,540 dan Anteroposterior Gap 3,50
1,43mm dengan range 0,597,47mm.
5.2. Hubungan Antropometri Sendi Pergelangan Kaki Mahasiswa Kedokteran yang
Beretnis Minangkabau dengan Jenis Kelamin
Tabel 5.6. Hubungan ROM Sendi Pergelangan Kaki Mahasiswa Kedokteran yang
Beretnis Minangkabau dengan Jenis Kelamin
Ukuran ROM
ROM Plantarfleksi
ROM Dorsofleksi
ROM Inversi
ROM Eversi
Laki-laki
Mean
Standard
48,28
30,36
10,44
6,00
Deviasi
4,85
4,06
2,24
1,22
50
Perempuan
Mean
Standard
49,56
32,24
10,20
5,88
Deviasi
6,69
3,94
2,36
1,20
-0,774
-1,661
0,369
0,350
0,443
0,103
0,714
0,728
76,54
8,78
3,44
2,38
2,66
1,35
76,54
6,23
3,83
2,66
1,93
0,97
-0,006
3,891
-1,193
0,996
0,000
0,239
Space
Talar Tilt
Medial Malleolar
0,15
14,78
0,11
2,03
0,13
12,98
0,10
1,52
0,703
3,550
0,486
0,001
Length
Lateral Malleolar
27,23
2,95
24,19
1,70
4,469
0,000
Length
Johnson Angle
87,22
1,80
88,33
1,45
-2,393
0,021
Laki-laki
Mean
Standard
51
Perempuan
Mean
Standard
Radiologis Proyeksi
Deviasi
Deviasi
Mortise
Talocrural Angel
Tibiofibular Overlap
Tibiofibular Clear
77,15
5,88
3,84
2,24
2,46
1,25
77,60
3,54
3,86
2,33
1,84
0,93
-0,696
3,816
-0,061
0,490
0,000
0,951
Space
Talar Tilt
Medial Malleolar
0,18
14,86
0,12
1,74
0,20
13,20
0,18
1,18
-0,522
3,952
0,604
0,000
Length
Lateral Malleolar
27,61
2,78
23,78
2,86
4,800
0,000
Length
Medial Clear Space
Johnson Angle
3,11
87,02
0,73
2,29
2,84
88,12
0,75
1,02
1,299
-2,187
0,200
0,036
Laki-laki
Mean
Standard
Deviasi
Radiologis Proyeksi
Lateral
Anteroposterior
Perempuan
Mean
Standard
8,60
2,15
52
3,245
0,002
Deviasi
6,33
2,76
Inclination Angle
Anterior Distal
81,40
2,15
83,67
2,76
-3,245
0,002
Tibial Angle
Anteroposterior Gap
4,23
1,26
2,78
1,23
4,109
0,000
BAB VI
PEMBAHASAN
Sendi pergelangan kaki merupakan sendi yang menyokong berat badan dan
penting dalam tahapan berjalan. Sekarang ini cedera pada sendi pergelangan kaki
semakin sering terjadi, tidak hanya akibat kecelakaan lalulintas tapi juga akibat
53
cedera olah raga. Tujuan dari managemen fraktur pada pergelangan kaki tidak hanya
untuk penyembuhan tulang, tapi juga untuk mempertahankan fungsi yang normal dan
tanpa merasakan nyeri. Untuk mencapai tujuan diatas diperlukan pengetahuan
mengenai antropometri normal sendi pergelangan kaki.8
Hasil penelitian ini mendapatkan bahwa rerata ROM dorsofleksi mahasiswa
kedokteran yang beretnis minangkabau adalah 31,300 4,070 dengan range 220 390.
Hasil ini lebih besar dari nilai yang ditetapkan oleh American Academy of
Orthopaedic Surgeon dan American Medical Association yang mengatakan nilai
ROM dorsofleksi dewasa normal adalah 200. Hasil ini juga lebih besar dari hasil
penelitian Gajdosik dkk yang mendapatkan nilai ROM dorsofleksi 25,83 0 5,50.12
Salah satu faktor yang mempengaruhi ROM adalah aktifitas dan latihan. Johanson
dkk dalam penelitiannya mendapatkan peningkatan ROM Dorsofleksi setelah
dilakukan latiahan Gastrocnemius Stretching.
30
penelitian lain yang dilakukan oleh Boone dan Azen didapatkan ROM plantarfleksi
56,20 6,10.12
Pada penelitian ini di dapatkan hasil ROM eversi 5,940 1,200, hasil ini
hampir sama dengan dengan American Academy of Orthopaedic Surgeon yang
mendapatkan ROM eversi 50. Pada penelitian yang lain di Australia Collete dkk
mendapatkan nilai normal ROM eversi 8,30 3,60.12
Penelitian ini mendapatkan nilai ROM inversi 10,32 0 2,280, hasil ini lebih
besar dari nilai inversi yang ditetapkan oleh American Academy of Orthopaedic
Surgeon yang mengatakan nilai ROM inversi 50. Namun dalam penelitiannya Collete
dkk di Australia mendapatkan nilai ROM inversi 150 6,10.29
Pada penelitian ini tidak ditemukan perbedaan yang bermakna secara statistik
nilai ROM dorsofleksi, plantarfleksi , eversi dan inversi antara perempuan dan lakilaki. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Grimston dkk yang
melakukan penelitian pada 120 subjek dan mendapatkan perempuan memiliki ROM
sendi pergelangan kaki yang lebih besar dari laki-laki. Hasil penelitian Bell dan
Hoshizaki yang mendapatkan hasil yang serupa, dimana ROM plantarfleksi dan
dorsofleksi perempuan lebih besar dari laki-laki. Nigg berpendapat lebih besarnya
nilai plantarfleksi pada perempuan disebabkan oleh kebiasaan wanita memakai sepatu
high-heeled, Mungkin karena pada penelitian ini dilakukan pada mahasiswa
kedokteran yang jarang memakai sepatu high-heeled sehingga tidak didapatkan
berbedaan antara ROM perempuan dan laki-laki pada penelitian ini.12
Menurut Isman dan Inam talocrural angel berfungsi untuk melihat perubahan
panjang fibula. Codi mengatakan talocrural angel harus dibandingkan dengan
55
ekstremitas yang sehat, dan perbedaannya tidak boleh lebih dari 20. Sedangkan
Phillips berpendapat perbedaan lebih dari 50 antara kiri dan kanan menandakan suatu
keadaan yang abnormal. Pada penelitian ini didapatkan nilai talocrural angel pada
proyeksi anteroposterior 76,530 2,530 dan pada proyeksi mortise 77.380 2,270, dan
tidak terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik antara perempuan dan lakilaki. Hasil ini serupa dengan hasil yang dilakukan Donna dkk di Amerika Serikat
yang mendapatkan nilai 770 40 dan Rolfe dkk yang mendapatkan hasil 78,5 0. Pada
penelitian yang lain di India, Patil dkk mendapatkan nilai talocrural angel pada
proyeksi anteroposterior 77,70 dan pada proyeksi mortise 79,90.8,19,29
Untuk melihat pemendekan fibula selain dari
58
Pada penelitian ini didapatkan nilai medial clear space pada proyeksi mortise
2,97 0,75mm dengan range 1,73 5,20 mm. Hasil ini lebih besar dibandingkan
dengan penelitian Goker dkk yang mendapatakan ukuran medial clear space sendi
pergelangan kaki kanan
2,56
pergelangan kaki kiri. Namun hasil penelitian ini lebih kecil disbanding hasil
penelitian Joshua dkk yang mendapatakan ukuran medial clear space sendi
pergelangan kaki kanan
3,3
menemukan medial clear space pada laki-laki lebih lebar dibandingkan pada
perempuan dan hal ini berbeda dengan hasil penelitian ini yang mendapatkan tidak
terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik antara perempuan dan laki-laki.9,37
Johnson Angle adalah sudut antara permukaan sendi tibial plafond dengan
sumbu panjang tibia. Sudut ini digunakan untuk melihat kemiringan permukaan sendi
talokrural dengan sumbu panjang tibia dari anterior. Pada penelitian ini didapatkan
nilai Johnson Angle pada proyeksi anteroposterior 87,770 1,710 dan pada proyeksi
mortise 87,570 1,840, dan terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik antara
perempuan dan laki-laki. Hasil ini hampir sama dengan hasil penelitian Isman
mendapatkan nilai normal 850 50 dengan range 750 sampai 960. 24
Pada penelitian ini didapatkan nilai Anteroposterior Inclination Angle pada
proyeksi lateral 7,470 2,700, dan terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik
antara perempuan dan laki-laki. Hasil penelitian ini lebih besar dari hasil Stagni dkk
mendapatkan nilai normal Anteroposterior Inclination Angle pada populasi bangsa
Eropa 5,00 3,40 dan lebih kecil dibandingkan dengan hasil penelitian Kwon pada
populasi Korea didapatkan nilai 8,20 3,20.10
59
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
60
Kesimpulan
1. ROM plantarfleksi normal mahasiswa kedokteran yang beretnis minangkabau
48,920 5,820 dengan range 360 620.
2. ROM dorsofleksi normal mahasiswa kedokteran yang beretnis minangkabau
31,300 4,070 dengan range 220 390.
3. ROM plantar fleksi normal mahasiswa kedokteran yang beretnis minangkabau
10,320 2,280 dengan range 70 150.
4. ROM plantar fleksi normal mahasiswa kedokteran yang beretnis minangkabau
5,940 1,200 dengan range 40 90.
5. Ukuran Talocrural Angel normal mahasiswa kedokteran yang beretnis
minangkabau proyeksi anteroposterior 76,530 2,530 dengan range 70,290
82,210 dan proyeksi mortise 77,380 2,270 dengan range 72,400 82,890.
6. Ukuran Tibiofibular Overlap normal mahasiswa kedokteran yang beretnis
minangkabau proyeksi anteroposterior 7,51 2,64mm dengan range 2,69
13,14mm dan proyeksi mortise 4,71 2,45mm dengan range 0,009,31mm .
7. Ukuran Tibiofibular Clear Space normal mahasiswa kedokteran yang beretnis
minangkabau proyeksi anteroposterior 3,64 1,18 mm dengan range 0,89
6,78mm dan proyeksi mortise 3,85 1,09 mm dengan range 1,10 6,21mm.
8. Ukuran Talar Tilt normal mahasiswa kedokteran yang beretnis minangkabau
proyeksi anteroposterior 0,140 0,100 dengan range 0,000 0,490 dan proyeksi
mortise 0,190 0,150 dengan range 0,000 0,760.
9. Ukuran Medial Malleolar Length normal mahasiswa kedokteran yang beretnis
minangkabau proyeksi anteroposterior 13,88 1,99mm dengan range 8,08
61
18,59mm.
10. Ukuran Lateral Malleolar Length normal mahasiswa kedokteran yang
beretnis minangkabau proyeksi anteroposterior 25,71
2,83mm dengan
range 19,95 32,04mm dan proyeksi mortise 26,70 3,40mm dengan range
15,16 33,13mm.
11. Ukuran
18. Tidak didapatkan perbedaan yang bermakna antara perempuan dan laki-laki
dalam hal ukuran Talocrural Angel, Tibiofibular Clear Space, Medial Clear
Space dan Talar Tilt.
Saran
1. Diharapkan nilai antropometri ini bisa dipakai sebagai nilai acuan untuk
mendiagnosis kelainan pergelangan kaki pada kasus-kasus ortopedi yang
berhubungan dengan sendi pergelangan kaki dan memprediksi keberhasilan
tindakan operasi, melalui penilaian pre-operatif dan post-operatif pada pasien
dengan etnis minangkabau.
2. Diharapkan adanya penelitian lanjutan dengan sampel yang lebih besar dan
melibatkan multisenter dan berbagai etnis di Indonesia sehingga bisa
didapatkan nilai acuan antropometri di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
1. Panero, Julius. Dimensi Manusia dan Ruang Interior: Buku Panduan untuk
Standar Pedoman Perancangan. Jakarta: Erlangga, 2003; hal. 11- 8
2. Siniarska, Anna. Wolanski, Napoleon. Ethnic Differences in Body Proportions,
Genes or Environment? J.Hum.Ecol. 2002.13(5): 337- 43.
63
64
13. Snell, Richard S. Clinical Anatomy by Region Ed 8 th . Chapter 10: The Lower
Limb. Washington: Lippincott William & Wilkins.
14. Simon, Robert. Sherman, Scott. Koenigsknecht, Steven et al. Emergency
Orthopedics The Extremities. Fifth Edition. Chapter 17 Ankle. Chicago: Mc
Graw-Hills.
15. Golano, Pau. Vega, Jordi. De Leeuw, Peter et al. Anatomy of the Ankle
Ligaments: a Pictorial Essay. Knee Surgery Traumatol Arthrosc. 2010. 18: 557
69.
16. Hermans, John. Beumer, Annechien. De Jong, Ton et al. Anatomy of the distal
tibiofibular Syndesmosis in Adult: a Pictorial Essay with a Multimodality
Approach. Journal of Anatomy. 2010. 217: 633 45.
17. Szeimies, Ulrike. Staebler, Axel. Walther, Markus et al. Diagnostic Imaging of
the Foot and Ankle. Chapter 3 Ankle and Hindfoot. Stuttgart: Thieme. 2015.
18. Bekerom, Michel. Raven, Eric. The Distal Fascicle of the Anterior Inferior
Tibiofibular Ligament as a Cause of Tibiofibular Impingement Syndrome: a
Current Concepts review. Knee Surgery Sports Traumatol Arthrosc (2007)
15:465471.
19. Magid, Donna. Michelson, James. Ney, Derek et al. Adult Ankle Fractures:
Comparison of Plain Films and Interactive Two and Three- Dimensional CT
Scans. American Roengten Ray Society. 1990. 154: 1017 23.
20. Greenspan, Adam. Orthopedic Imaging: Ap Practical Approach, 4th Edition.
Chapter 10 Ankle and Foot. New York: Lippincott Williams & Wilkins. 2004.
21. Whitley, A Stewart. Sloane, Charles. Hoadley, Graham et al. Clarks Positioning
in Radiography 12th edition. Section 4 The Lower Limb. London: Hodder Arnold.
22. Hayes, Andrea. Tochigi, Yuki. Saltzman, Charles et al. Ankle Morphometry on
3D-CT Images. The Iowa Orthopaedic Journal. 26: 1 4.
23. West, Rogers. Imaging Skeletal Trauma. Fourth Edition. Chapter 11 The Ankle.
Philadelphia: Elsevier Saunders. 2015.
65
24. Isman, RE. Inman, VT. Anthropometric Studies of the Human Foot and Ankle.
Buletin of Prosthetics Research. 1969: 97 129.
25. Sowman, B. Radic, R. Kuster, M et al. Distal Tibiofibular Radiological Overlap.
Bone Joint Research. 2012. 1:20 4.
26. Shishirkumar. Nambiar, Satheesha. Antropometric Analysis of Talocrural Joint
Based on Radiological Study in South Indian Population. International Jurnal of
Science and Research. 2014. Volume 3 issue 7.
27. Rukavina, A. The Role of Fibular Length and the Width of Ankle Mortise in
Post-traumatic
Osteoarthrosis
After
Malleolar
Fracture.
International
66
67