Professional Documents
Culture Documents
I.
Memberikan informasi yang diperlukan untuk mengelola secara tepat, efisien dan
ekonomis atas alokasi suatu sumber daya yang dipercayakan kepada organisasi.
Tujuan ini terkait dengan pengendalian manajemen
3. Akuntabilitas Publik
Fenomena yang dapat diamati dalam perkembangan sektor publik adalah semakin
meningkatnya tuntutan pelaksanaan akuntabilitas publik oleh organisasi sektor publik
seperti: pemerintah pusat dan daerah, unit-unit kerja pemerintah, departemen dan
lembaga negara) Tuntutan akuntabilitas ini terkait dengan perlunya transparansi dan
pemberian informasi kepada publik dalam rangka memenuhi hak-hak publik.
Pengertian Akuntabilitas publik adalah kewajiaban pemegang amanah (agent)
untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan dan mengungkapkan
segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggungjawab kepada pihak pemberi
amanah
(principal)
yang
memiliki
hak
dan
kewajiban
untuk
meminta
pertanggungjawaban tersebut.
Akuntabilitas terdiri dari 2 macam yaitu : akuntabilitas vertikal dan akuntabilitas
horizontal. Akuntabilitas vertikal adalah pertanggungjawaban atas pengelolaan dana
kepada otoritas yang lebih tinggi, misalnya pertanggungjawaban unit-unit kerja dinas
kepada pemerintah daerah, pertanggungjawaban pemerintah daerah kepada pemerintah
pusat, pemerintah pusat kepada MPR. Sedangkan akuntabilitas horizontal adalah
pertanggungjawaban kepada masyarakat luas.
Akuntabilitas publik yang harus dilakukan oleh organisasi sektor publik terdiri
atas beberapa dimensi :
1. Akuntabilitas kejujuran dan akuntabilitas hukum
Akuntabilitas kejujuran terkait dengan penghindaran penyalahgunaan jabatan,
sedangkan akuntabilitas hukum terkait dengan jaminan adanya kepatuhan terhadap
hukum dan peraturan lain yang disyaratkan dalam penggunaan sumber dana publik.
2. Akuntabilitas proses
Akuntabilitas proses terkait dengan apakah prosedur yang digunakan dalam
melaksanakan tugas sudah cukup baik dalam hal kecukupan informasi informasi
akuntansi, sistem informasi manajemen dan prosedur administrasi. Akuntabilitas
proses termanifestasi melalui pemberian pelayanan publik yang cepat, responsif dan
biaya murah. Pengawasan dan pemeriksaan terhadap akuntabilitas proses dapat
dilakukan dengan ada tidaknya mark up dan pungutan yang lain diluar yang
ditetapkan dan pemborosan yang menyebabkan pemborosan sehingga menjadikan
mahalnya biaya pelayanan publik dan kelambanan pelayanan. Serta pengawasan dan
pemeriksaan terhadap proyek-proyek tender untuk melaksanakan proyek-proyek
publik.
3. Akuntabilitas program
Akuntabilitas program terkait dengan pertimbangan apakah tujuan yang ditetapkan
dapat dicapai atau tidak dan apakah telah mempertimbangkan alternatif program
yanng memberikan hasil yang optimal dengan biaya yang minimal.
4. Akuntabilitas kebijakan
Akuntabilitas kebijakan terkait dengan pertanggungjawaban pemerintah, baik pusat
maupun daerah atas kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah terhadap
DPR/DPRD dan masyarakat luas.
Akuntansi sektor publik tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh kecenderungan
menguatnya tuntutan akuntabilitas sektor publik tersebut. Akuntansi sektor publik
dituntut dapat menjadi alat perencanaan dan pengendalian organisasi sektor publik secara
efektif dan efisien serta memfasilitasi tercapainya akuntabilitas publik.
4. Privatisasi
Di Indonesia masih banyak BUMN dan BUMD yang dijalankan tidak secara
efisien. Inefisiensi yang dialami tersebut disebabkan adanya intervensi politik,
sentralisasi dan manajemen yang buruk.
Di era globalisasi BUMN dan BUMD menghadapi beberapa tekanan dan tuntutan
antara lain :
Regulation & Political Pressure
Social Pressure
Rent Seeking Behaviaour
Economic & Efficiency
Privatisasi merupakan salah satu upaya mereformasi perusahaan publik untuk
meningkatkan efisiensi dan efektifitas perusahaan-perusahaan publik. Privatisasi berarti
pelibatan modal swasta dalam struktur modal perusahaan publik sehingga kinerja
finansial dapat dipengaruhi secara langsung oleh investor melalui mekanisme pasar uang.
5. Otonomi daerah
Perkembangan akuntansi sektor publik khususnya di Indonesia semakin pesat
seiring dengan adanya era baru dalam pelaksanaan otonomi daerah dan desentaralisasi
fiskal. Desentarlisasi tidak hanya berarti pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat ke
daerah tetapi pelimpahan beberapa wewenang pemerintah ke pihak swasta dalam bentuk
privatisasi
2.
Informasi yang sifatnya rutin diperlukan untuk perencanaan yang reguler, misalnya
laporan keuangan bulanan, triwulanan, semesteran atau bulanan. Sementara itu organisasi
sektor publik seringkali menghadapi masalah yang sifatnya temporer dan membutuhkan
informasi yang sifatnya segera. Untuk melakukan perencanaan temporer diperlukan
informasi yang sifatnya temporer.
Informasi akuntansi utntuk perencanmaan dapat juga dibedakan berdasarkan cara
penyampaiannya. Apakah disampaiakn secara formal atau informal. Mekanisme
formalnya misalanya melaului rapat-rapat dinas, rapat komisis dsb. Pada organisasi
sektor publik, saluran informasi lebih banyak bersifat formal, sedangkan informal relatif
jarang dilakukan. Hal tsb disebabkan karena adanya batasan transparansi
dan
keuangan adalah berupa prediksi aliran kas dan profitabilitas dari investasi tersebut.
Sementara itu untuk tujuan pengendalian organisasi dibutuhkan informasi yang lebih
luas meliputi asapek ekonomi, sosial dan politik dari investasi yang diajukan.
B. Proses Perencanaan dan pengendalian Manajerial Sektor Publik
Perencanaan dan pengendalian pada dasarnya merupakan dua sisi mata uang yang
sama, sehingga keduanya harus dipertimbangkan secara bersama-sama. Tanpa
pengendalian perencanaan tidak akan berarti karena tidak adanya tindak lanjut (follow
up) untuk menidentifikasi apakah rencana organisasi telah tercapoai. Sebaliknya tanpa
pengendalian perencanaan tidak akan berarti karena tidak adanya target atau rencana
yang digunakan sebagai pembanfding. Perencanaan dan pengendalian merupalkan suatu
proses yang membentuk suatu siklus, sehingga satu tahap aklan terkait dengan tahap
yang lainnya dan terintegrasi dalam satu organisasi. Jones dan Pendlebury membagi
p[roses perencanaan dan pengendalian manajerial pada organisasi sektor publik menjadi
lima tahap yaitu :
1. Perencanaan tujuan dan sasaran dasar
2. Perencanaan operasional
3. Penganggaran
4. Pengendalian dan pengukuran
5. Pelaporan, analisis dan umpan balik
Gambar Proses Perencanaan dan Pengendalian
Manajerial Organisasi Sektor Publik
2. Perencanaan Operasional
Revisi Perencanaan
Operasional
3. Pengangguran
Revisi Anggaran
Aksi
Perencanaan Strategik
Akuntansi majamen dibutuhkan sejak tahap perencanaan strategik. Pada tahap
perencanaan strategik, manajemen organisasi membuat alternatif-alternatif program yang
dapat mendukung strategi organisasi. Program-program tsb diseleksi dan dipilih sesuai
dengan skala prioritas sumber daya yang dimiliki. Peran akuntansi manajmen adalah
memberikan informasi untuk mementukan berapa biaya program dan berapa biaya suatu
aktivitas, sehingga berdasarkan informasi akuntansi tsb manajer dapat menentukan
anggaran yang dibutuhkan dikaitkan dengan sumber daya yang dimiliki.
Untuk memberikan jaminan dialokasikannya sumber daya secara ekonomis,
efisien dan efektif maka diperlukan informasi akuntansi manajemen yang handal dan
akurat, relevan untuk menghitung berapa besarnya biaya program, aktivitas atau proyek.
Sistem informasi akunatsni manajemen yang baik dapat mengurangi peluang terjadinya
pembororsan,kebocoran dana dan mendeteksi program-pprogram yang tidak layak secara
ekonomi. Akunatsni manajemen pada sektor publik dihadapkan pada tiga permasalahan
yaitu : efisiensi biaya, kualitas produk dan pelayanan ( cash, quality and service).
Untuk dapat menghasilkan kualitas pelayanan publik yang tinggi dengan biaya
yang murah pemerintah harus mengadopsi sistem informasi akantansi manajemen yang
10
modern, yaitu dengan menerapkan teknis akunatnsi manajemen yang diterapkan di sektor
suasta. Terdapat perbedaan antara sektor suasta dan sektor publik dalam hal penentuan
biaya produk atau pelayanan, hal ini disebabkan bahwa sebagain besar biaya pelayanan
pada sektor suasta cenderung merupakan
secara langsung dengan output yang dihasilkan, sementara biaya pada sektor publik
sebagaian besar merupakan discretionary cost yang ditetapkan di awal periode anggaran
dan sering tidak memiliki hubungan langsunmg dengan aktivitas yang dilakukan dengan
output yang dihasilkan. Kebanyakan output yang dihasilkan sektor publik merupakan
intangible output yang sulit diukur, maka peran manajer publik sangat penting dalam
pengendalian biaya
Pemberian Informasi Biaya
Biaya (cost) dalam konteks organisasi sektor publik dapat dikategorikan menjadi
tiga kelompok :
Biaya input, adalah sumber daya yang dikorbankan untuk memberikan pelayanan.
Biaya input bisa berupabiaya tenaga kerja dan biaya bahan baku
Biaya output, adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengantarkan produk hingga
samapai ke tangan pelanggan. Pada organisasi sektor publik output dapat diukur
dengan berbagai cara tergantung pada pelayanan yang dihasilkan. Contoh pada
perusahaan transportasi massa, biaya mungkin diukur berdasarkan biaya per
penumpang
Biaya proses, biaya ini dapat dipisahkan berdasarkan fungsi organisasi, biaya dapat
diukur dengan mempertimbangkan fungsi organisasi, misalnya biaya departemen
produksi, dep personalia, biaya dinas-dinas dsb.
Proses penentuan biaya meliputi lima aktivitas, yaitu cost finding, cost recording,
Cost finding,
Pada tahap ini pemerintah mengakumulasi data mengenai biaya yang dibutuhkan untuk
menghasilkan produk/ jasa layanan
Cost recording,
Pada tahap ini yang dilakukan adalah kegiatan pencatatan data ke dalam sistem akuntansi
organisasi
11
Cost analizing,
Pada tahap ini dilakukan analisis biaya yaitu mengindentifikasi jenis dan perikalku biaya,
perubahan biaya dan volume kegiatan. Manajamen organisasi harus dapat menentukan
pemicu biaya (cost driver) agar dapat doilakukan strategi efisiensi biaya.
Tahap ini adalah menentukan strategi penghematan biaya agar tercapai value for money.
Pendekatan strategik dalam pengurangan biaya memiliki karakteristik sbb :
1. Berjangka panjang. Manajemen biaya strategik merupakan usaha jangka paanjang
yang membentuk kultur organisasi agar penurunan biaya menjadi budaya yang
mampu bertahan lama
2. Berdasarkan kultur perbaiakan berkelanjutan dan berfokus pada pelayanan kepada
masyarakat
3. Manajemen harus bersifat proaktif dalam melakukan penghematan biaya
4. Keseriusan manajemen puncak (top manager) merupakan penentu efektifitas
program pengurangan biaya karena pada dasarnya manajemen biaya strategik
merupakan tone form the top
Cost reporting.
Tahap terakhir adalah memeberikan informasi baiay secara lengkap kepada pimpinan
dalam bentuk internal report yang kemudian diintegrasikan ke dalam suatu laporan yang
akan disampaikan kepada pihak eksternal. Informasi manajemen hendaknya dapat
mendeteksi adanya pemborosan yanbg masih berpotensi untuk diefisiensikan serta
mencari metode atau teknik untuk penghematan biaya. Akuntansi manajemen hendaknya
dapat mendukung dan memperkuat pelaksanaan prinsip value for money dan public
accountability organisasi sektor publik
Penilaian Investasi
Akuntansi manajemen dibutuhkan pada saat organisasi sektor publik handak
melakukan investasi, yaitu untuk menilai kelayakan investasi secara ekonomi dan
finansial. Akuntansi manajemen diperlukan dalam penilaian investasi karena untuk dapat
menilai investasi diperlukan identifikasi baiya, resiko dan manfaat atau keuntungan dari
suatu investasi. Dalam penilaian suatu investasi, faktor yang harus fdiperhatikan oleh
12
akuntansi manajemen adalah tingkat diskonto, tingkat inflasi, tingkat resiko dan
ketidakpastian serta sumber pendanaan untuk investasi yang akan dilakukan.
Penilaian
invesatasi
pada
organisasi
sektor
publik
dilakukan
dengan
menggunakan analisis biaya manfaat (cost benefit analysis). Dalam praktek ini sulit
dilakukan karena biaya yang diukur tidak hanya dari sisi finansial tetapi juga dari sisi
biaya sosial dan manfaat sosial yang akan diperoleh dari investasi yang diajukan.
Menentukan biaya dan manfaat sosial dalam satuan moneter sanbgat silut dilakukan.
Kemudian untuk memudahkan digunakan analisis efektifitas biaya (cost effectiveness
analysis), yaitu menekankan seberapa besar dampak yang dicapai dari suatu proyek atau
investasi dengan biaya tertentu
Penganggaran
Akuntansi menajemen berperan untuk memfasilitasi terciptanya anggaran publik
yang efektif. Terkait dengan 3 fungsi anggaran, yaitu sebagai alat alokasi sumber daya
publik, alat distribusi dan stabilisasi maka akuntansi manajemen merupakan alat yang
vital untuk proses mengalokasikan an mendistribusikan sumber adana publik secara
ekonomis, efisien dan efektif adil dan merata. Untuk mencapai hal tersebut dibutuhkan
sumber daya manusia yang handal, jika tidak akuntansi manajemen tidak akan banyak
bermanfaat karena hanya akan berfungsi sebagai alat perencanaan dan pengendalian.
Penentuan Cost of Service dan Charging for Service
Tuntutan agar pemerintah meningkatkan mutu pelayanan dan keluhan masyarakat
akan besarnya biaya pelayanan merupakan suatu indikasi perlunya perbaikan sistem
akuntansi manajemen di sektor publik. Masyarakat menghendaki pemerintah
memberikan pelayanan secara cepat, berkualitas dan murah. Pemerintah yang
berorientasi pada pelayanan publik harus merespon keluhan, tuntutan dan keinginan
masyarakat tersebut agar kualitas hidup masyarakat menjadi semakin meningkat dan
kesejahteraan akan semakin meningkat pula.
Penentuan biaya pelayanan (Cost of Service) dan penentuan tarif (Charging for
Service) merupakan satu rangakaian dimana keduanya membutuhkan informasi
akuntansi. Sebagai contoh pemerintah harus dapat menentukan berapa biaya untuk
membangaun terminal bus atau stasiun kereta api yang tertib aman dan nyaman serta
13
3.
14
Pusat-pusat
petanggungjawaban
tersebut
merupakan
basis
15
oleh
manajer
yang
bertangungjawab
terhadap
aktivitas
pusat
16
hanya dapat diukur secara fisik tidak dalam nilai rupiahnya. Contoh pusat biaya
adalah dep. produksi, Dinas Sosial dan DPU
pertanggungjawaban
yang
dipimpinnya.
Contah
Dep
Riset
dan
dinas-dinas
sebagai
budget
holder
memiliki
tanggung
jawab
untuk
17
segera dilakukan tindakan korektif. Tindakan tsb biasa dilakukan pada perusahaanperusahaan swasta. Pada organisasi publik, mekanisme tsb perlu dilakukan sebagai salah
satu cara pengendalian anggaran.
Idealnya, struktur pusat pertanggungjawaban sebagai alat pengendalian anggaran
sejalan dengan program atau struktur aktivitas organisasi. Dengan kata lain tiap-tiap
pusat pertanggungjawaban bertugas untuk melaksanakan program atau aktivitas tertentu
dan penggabungan proram-program dari tiap-tiap pusat pertanggungjawaban tsb
seharusnya mendukung program pusat pertanggungjawaban pada level yang leih tinggi,
sehingga pada akhirnya tujuan umum organisasi dapat tercapai.
Setiap jenis pusat pertanggungjawaban membutuhkan data mengenai berlanja
(pengeluaran) yang telah dilakukan dan output yang dihasilkan selama masa anggaran.
Laporan kinerja disiapkan dan dikirim ke setiap level manajemen untuk dievaluasi
kinerjanya, yaitu dibandingkan antara hasil yang telah dicapai dengan anggaran. Jika
sistem pengendalian anggaran berjalan dengan baik maka informasi yang dikirimkan
kepada manajer harus relevan dan tepat waktu. Informasi yang relevan harus up to date
(terbaru) dan biaya yang dikendalikan secara langsung (controllable) dengan biaya-biaya
yang tidak dikendalikan (uncontrollable) oleh manajer pusat pertanggungjawaban.
Pusat pertanggungjawaban berfunmgsi sebagai pengemban budget holder, maka
proses penyiapan dan pengendalian anggaran harus menjadi fokus perhatian manajer
pusat pertanggungjawaban. Keberadaan depatemen anggaran dan komite anggaran pada
pusat pertanggungjawaban sangat perlu untuk membentu terciptanya anggaran yang
efektif.
Informasi yang terkait dengan sistem pengendalian anggaran biasanya banyak
diketahui oleh bagian departemen anggaran. Depatemen anggaran
memiliki fungsi
sebagai berikut :
1. Menetapkan prosedur dan formulir untuk persiapan anggran
2. Mengkoordinasi dan membuat asumsi sebagai dasar anggaran (misal: asumsi tingkat
inflasi, nilai tukar, harga migas)
3. Membantu mengkomunikasdikan anggaran ke seluruh bagian dalam organisasi
4. Menganalisis anggaran yang diajukan dan membuat rekomendasi kepada budgeter
dan manajer pusat pertanggungjawaban
18
19
terdiri dari ekstrenal dan internal. Yang bersifat eksternal contohnya etos kerja dan
loyalitas karyawan ( dalam pemerintahan kita kenal sebagi abdi negara dan abdi
masyarakat), sedangkan yang bersifat internal : kulktur organisasi, gaya manajemen dan
gaya komunikasi.
Perumusan Strategi (strategy formulation)
Perumusan strategi merupakan proses pehnentuan visis, misi, tujuan, sasran,
target,arah dan kebijakan serta strategi organisasi. Perumusan strategi merupakan tugas
dan tanggungjawab manajemen puncak. Dalam organisasi pemerintahan perumusan
strategi dilakukan oleh dewan legislatif yang hasilnya berupa GBHN yang akhirnya
merupakan acuan bagi eksektutif dalam berindak.
Hasil perumusan strategi bersifat permanen dan jangka panjang bisa berjangka
4,5, 10 bahkan 20 tahun. Perubahan visi, misi dan tujuan oragnisasi sangat jarang
dilakukuan oleh organisasi baik itu pemerintahan atau swasta. Yang berubah hanyalah
strategi untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan yang telah ditetapkan. Pertimbangan
untuk revisi strategi biasanya kalau muncul perubahan lingkunan yang berupa ancaman
atau peluang baru. Perubahan lingkungan dalam organisasi sektor publik sanat mungkin
karena karena organisasi sektor publik dipengaruhi oleh faktor politik, ekoomi, sosial dan
budaya. Ketidakstabilan ekonomi dan politik yang terjadi secara terus menerus dapat
mendorong pemerintah untuk sewaktu-waktu mengeluarkan kebijakan dan strategi baru.
Ancaman dan peluang baru dapat muncul setiap saat. Karenanya perumusan strategi
bersifat tidak sistematis dan tidak harus kaku.
Strategi organisasi ditetapkan untuk memberikan kemudahan dalam mencapai
tujuan organisasi. Salah satu metode penentuan strategi adalah dengan menggunakan
analisis SWOT. Analsisi ini dikembangkan dengan menganalisis faktor internal yang
menjadi kekuatan dan kelemahan dalam suatu organisasi dan faktor eksternal yang
merupakan ancaman dan peluang. Berdasarkan analisis SWOT oganisasi dapat
menentukan startegi terbaik untuk mencapai tujuan organisasi. Strategi perusahaann
dapat berubah atau mengalami revisi jika terdapat lingkungan yang berubah yang
dipengaruhi adanya ancaman dan kesempatan, misalnya adanya inovasi teknologi baru,
peraturan pemerintah baru atau perubahan lingkungan politik dan ekonomi lokal dan
global.
20
Analisis Internal:
Teknologi yang
dimiliki
Sumber daya
Sumber daya alam
Sumber daya manusia
Infrastruktur dsbnya
Opportunity &
Threat:
Identifikasi peluang
& ancaman
Strength &
Weaknes :
Identifikasi kekuatan
& kelemahan
Penyesuaian kompetensi
dengan peluang dan ancaman
Strategi
Proses
perumusan
pada
organisasi
sektor
publik
banyak
dipengaruhi
perkembangan disektor swasta. Sama halnya dengan sektor swasta tahap awal dari
manajemen strategi adalah perencnaan. Perencanaan dimulai dari perumusan strategi.
Menurut Olsen dan Eadi (1982) proses perumusan strategi terdiri dari 5 komponen dasar
yaitu :
1. Pernyataan misi dan tujuan umum organisasi yang dirumuskan oleh manajemen
eksekutif organisasi dan memberikan rerangka pengembangan strategi serta target
yang akan dicapai
2. Analisis atau scanning lingkungan, terdiri dari pengidentifikasian dan pengukuran
faktor-faktor eksternal yang sedang dan akan terjadi dan kondisi yang harus
dipertimangkan pada saat merumuskan strategi organisasi
3. Profil internal dan audit sumber daya, yang mengidentifikasi dan mengevaluasi
kekuatan dan kelemahan organisasi dalam hal berbagai faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam perencanaan strategik
4. Perumusan, evaluasi dan pemilihan strategi
5. Implementasi dan pengendalian rencana strategik.
21
Missin and
mandate
Stakeholder
Internal
Environmental
Analysis
Ekternal
Environmental
Analysis
Strength &
weakneses
Strategic
issues
Strategics
Opportunity
and threats
PEST ANALYSIS
Political
Economic
Sociological
Technical
Actions
Outcomes
22
menentukan
bagaimana
mengimplementasikan
strategi
tersebut.
Hasil
Strategi A
Strategi B
Strategi C
Strategi D
dst
Perencanaan
strategi
Review
strategi,program,pri
oritas dan anggaran
Anggaran yang
dibutuhkan
Seleksi program
dikaitkan dengan
prioritas dan
sumber daya yang
tersedia
Program yang
lolos seleksi
23
Perencanaan
Strategik
Perencanaan
kinerja
Visi,misi,filosofi
unit kerja
Anggaran
kinerja
Pelaporan
kinerja
LPJ
Kepala Daerah
Sub Sisem
pengumpula
n data
Ukuran
efektifitas
Target kinerja
Ukuran
ekonomi
Target kinerja
Ukuran
efisiensi
Target kinerja
& analisis
biaya
Ukuran
penjelas
Justifikasi
Laporan
Keu
Pemda
24
Sebagai sarana untuk memfokuskan manajer pada pelaksanaan strategi yang telah
ditetapkan
Sebagai sarana untuk memfasilitasi dilakukannya alokasi sumber daya yang optimal
Sebagai rerangka pelaksanaan tindakan jangka pendek
Sebagai sarana manajemen untuk memahami strategi organisasi secara lebih jelas
Sebagai alat untuk memperkecil rentang alternatif strategi
Tujuan utama perencanaan strategik adalah untuk meningkatkan komunikasi
antara manajer puncak dengan manajer dibawahnya, sehingga memungkinkan terjadi
persetujuan antara manajer puncak dengan manajer level dibawahnya mengenai strategi
terbaik untuk mencapai tujuan organisasi yang ditetapkan, yang nantinya akan
mendorong goal congruence.
Mengubah perencanaan Strategik Menjadi Tindakan Nyata
Perencanaan strategi dapat digunakan untuk membantu mengantisipasi dan
memberikan arah perubahan, tetapi perubahan belum dapat berjalan dengan mulus
meskipun sudah ada perencanaan strategik. Perencanaan strategik bukan merupakan hasil
akhir, tapi masih perlu ditranslasikan dalam bentuk tindakan-tindakan konkrit. Untuk itu
harus didukung oleh :
Kultur organisasi
Struktur organisasi hendaknya dapat mendukung pelaksanaan strategi. Desain
sistem pengendalian manajemen harus didukung oleh struktur organisasi yang sesuai.
Visi, misi, tujuan dan strategi yang telah ditetapkan secara biak dapat gagal bila struktur
organisasi tiudak mendukung strategi, karenanya perlu adanya restrukturisasi dan
reorganisasi agar selaras dengan startegi dan sistem pengendalian manajemen.
Restrukturisasi dapat didasarkan pada prinsip
1. Perubahan strktur organisasi hendaknya dapat meningktakan kapasitas untuk
mencapai strategi yang efektif
25
26
Pemberian reward dapat berupa financial atau non financial, yang bersifat
financial misalnya kenaikan gaji, bonus dan pemberian tunjangan, sedangkan non
financial dapat berupa promosi jabatan, penambahan tanggung jawab, otonomi yang
lebih besar, penempatan kerja di lokasi yang lebih baik dan pengakuan. Mekanisme
pemberian sanksi dan hukuman pada kondisi tetentu diperlukan, tetapi orientasi penilaian
harus selalu pada pemberian penghargaan.
4.
27
Aspek perencanaan
Aspek pengendalian
Aspek akuntabilitas
28
harga, lapangan kerja, distribusi pendapatan, pertumbuhan ekonomi dan beban pajak
yang harus dibayar atas pelayanan yang diberikan pemerintah. Keputusan anggaran yang
dibuat pemerintah daerah dan propinsi seharusnya dapat merefleksikan prioritas
pemerintah daerah dan propinsi dengan baik.
Anggaran sektor publik penting karena :
29
Merumuskan tujuan serta sasarn kebijakan agar sesuai dengan visi,misi dan sasaran
yang telah ditetapkan
Merencanakan berbagai program dan kegiatan untuk mencapai tuuan organisasi serta
merencanakan alternatif sumber pembiayaannya
Mengalokasikan dana pada berbagai program dan kegiatan yang telah disusun
30
pengeluaran
pemerintah
agar
pembelanjaan
yang
dilakukan
dapat
31
keuangan publik oleh para manajer publik. Manajer publik harus sadar sepenuhnya
bahwa kegagalan dalam melaksanakan anggaran yang telah disetujui akan menjatuhkan
kepemimpinannya, atau paling tidak menurunkan kredibilitas pemerintah.
Anggaran Sebagai Alat Koordinasi dan Komunikasi
(Coordination and
Communication tool)
Setiap unit kerja pemerintah terlibat dalam penyusunan anggaran. Anggaran
publik merupakan alat koordinasi antar bagian dalam pemerintahan. Anggaran publik
yang disusun dengan baik akan mampu mendeteksi terjadinya inkonsistensi suatu unit
kerja di dalam pencapaian tujuan organisasi. Disamping itu anggaran publik juga
berfungsi sebagai alat komunikasi antar unit kerja dalam lingkungan eksekutif. Anggaran
harus dikomunikasikan ke seluruh bagian organisasi untuk dilaksanakan.
Anggaran Sebagai Alat Pinilaian Kinerja (Performance measurement tool)
Anggaran merupakan wujud komitmen dari publik holer (eksekutif) kepada
pemberi wewenang (legislatif). Kinerja eksekutif akan dinilai berdasarkan pencapaian
target anggaran adan pelaksanaan efisiensi anggaran. Anggaran merupakan alat yang
efektif untuk pengendalian dan penilaian kinerja.
Anggaran Sebagai Alat Motivasi (Motivation tool)
Anggaran dapat digunakan sebagai alat untuk memotivasi manajer dan stafnya
agar bekerja secara ekonomis, efektif dan efisien dalam mencapai target dan tujuan
organisasi yang telah ditetapkan. Agar dapat memotivasi pegawai target anggaran
hendaknya jangan terlalu tinggi sehingga tidak dapat dipenuhi,namun juga jangan terlalu
rendah sehingga terlalu mudah untuk dicapai.
Anggaran Sebagai Alat untuk Menciptakan Ruang Publik (Public Sphere)
Anggaran publik tidak boleh diabaikan oleh kabinet, birokrat dan DPR/MPR.
Masyarakat, LSM, perguruan tinggi dan berbagai organisasi kemasyarakatan harus
terlibat dalam penganggaran publik. Kelompok masyarakat yang teroganisir akan
mencoba mempengaruhi anggaran publik utnk kepentingan mereka., Kelompok lain dari
kemasyarakat yang kurang terorganisasi akan mnyampaikan aspirasinya melaui proses
32
politik yang ada. Pengangguran dan tuna wisma dan kelompok lain yang kurang
terorganisasi akan mudah dan tidak berdaya mengikuti tindakan pemerintah. Jika tidak
ada alat untuk menyampaikan suara mereka, mereka kan mengambil tindakan dengan
jalan lain seperti dengan tindakan massa, melakukan boikot dsbnya
E. Jenis-Jenis Anggaran Sektor Publik
Anggaran sektor publik dibagi menjadi menjadi 2 yaitu :
1. Anggaran operasional
2. Anggaran Modal
Anggaran Operasional
Anggaran digunakan untuk merencanakan kebutuhan sehari-hari dalam
menjalankan pemerintahan. Pengeluaran pemerintah yang dapat dikatagorikan dalam
anggaran operasional adalah belanja rutin yaitu belanja yang manfaatnya hanya untuk
satu tahun anggaran saja dan tidak dapat menambah aset atau kekayaan bagi pemerintah.
Disebut rutin karena pengeluaran tersebut berulang-ulang ada setiap tahun.
Secara umum pengeluaran yang masuk kategori anggaran operasional antara lain
belanja administrasi umum dan belanja operasional dan pemeliharaan.
Anggaran Modal
Anggran modal menunjukkan rencana jangka penjang dan pembelanjaan atas
aktiva tetap seperti gedung, peralatan, kendaraann, perabot dsbnya. Pengeluaran modal
yang besar biasanya dilakukan dengan mengunakan pinjaman. Belanja modal adalah
pengeluaran yang masa manfaatnmya lebih dari satu tahun anggran dan akan menambah
aset atau kekayaan pemerintah dan selanjutnya akan menambah anggaran rutin untuk
biaya operasional dan pemeliharaannya.
Pada dasarnya pemerintah tidak memiliki uang yang dimiliki sendiri, sebab
selutrhnya adalah milik publik. Dalam sebuah msyarakat yang demokratis rakyat
memberi mandat kepada pemerintah melalui pemilihan umum. Politisi mentranslasikan
mandat melalui tersebut melalui kebijakan dan program yang memberi mamfaat lebih
kepada pemilih yang direfleksikan dalam anggaran. Pemerintah tidak mungkin
memebuhi semua permintaan stake holdernya secara simultan, tetapi pemerintah akan
33
memilih program yang menjadi prioritas. Disinilah fingsi anggaran yang akan digunakan
sebagai alat politis dalam memutuskan prioritas dan kebutuhan keuangan pada sektor
tersebut.
F. Prinsip-Prinsip Anggaran Sektor Publik
Prinsip-prinsip anggaran sektor publik meliputi :
1. Otorisasi oleh legislatif
Anggaran publik harus mendapat otorisasi dari legislatif terlebih dahulu sebelum
dibelanjakan oleh eksekutif
2. Komprehensif
Anggaran harus menunjukkan semua penerimaan dan pengeluaran pemerintah.
Karenanya adana anggaran non budgetair menyalahi prinsip anggran yang bersifat
komprehensif
3. Keutuhan anggaran
Semua penerimaan dan pengeluaran pemerintah harus terhimpun dalam dana umum
4. Nondiscretionary Appropriation
Jumlah yang disetujui oleh legislatif harus termanfaat secaara ekonomis, efisien dan
efektif
5. Periodik
Anggran bersifat periodik yang bersifat tahunan atau multi tahunan
6. Akurat
Estimasi anggaran hendaknya tidak memasukkan cadangan yang tersembunyi yang
dijadikan sebagi kantong-kantong pemborosan
7. Jelas
Anggaran hendaknya sederhanan dan mudah dipahami oleh masyarakat dan tidak
membingungkan
8. Diketahui publik
Anggaran harus diinformasikan kepada masyarakat luas.
34
Membantu menciptakan efisiensi dan keadilan dalam menyediakan barang dan jasa
publik melalui proses pemrioritasan
Tahap ratifikasi
Tahap implementasi
35
terlebih dulu hendaknya dilakukan taksiran pendapatan secara lebih akurat. Harus
disadari adanya masalah yang cukup berbahaya jika anggaran pendapatan diestimasi
pada saat bersamaan dengan pembuatan keputusan tentang anggaran pengeluaran.
Dalam persoalan estimasai yang perlu diperhatikan adalah terdapatnya faktor
ketidakpastian yang cukup tinggi. Karenanya manajer keuangan publik harus memahami
betul dalam menentukan besarnya suatau mata anggaran. Besarnya mata anggaran
tergantung pada sistem anggaran yang digunakan.
Di Indonesia arahan kebijakan pembangunan pemerintah pusat tertuang dalam
dokummen
perencanaan
berupa
GBHN,
Program
Pembangunan
Nasional
36
daerah secara menyeluruh dalam satu tahun, juga memuat indikator kinerja yang terukur
dalam jangka waktu satu tahun. Pendekatan ini diharapkan akan lebih memperjelas
program kerja tahuan pemerintah daerah, termasuk sasaran yang ingin dicapai dan
kebijakan yang ditempuh untuk mencapai sasaran tersebut.
Penjabaran rencana strategis jangka panjang dalam REPETADA tersebut
dilengkapi dengan :
Pengkajian kondisi yang saat ini terjadi,sehingga bisa diketahui kekuatan, kelemahan,
peluang dan tantangan yang sedang dan akan dihadapi
Proses pertencanaan arah dan kebijakan pembangunan daerah tahunan
37
dan handal untuk perencanaan dan pengendalian anggaran yang telah disepakati, bahkan
dapat diandalkan untuk penyusunan periode anggaran tahun berikutnya.
Tahap pelaporan dan evaluasi
Tahap persiapan, ratifikasi dan implementasi terkait dengan aspek operasional anggaran,
sedangkan tahap pelaporan dan evaluasi terkait dengan aspek akuntabilitas. Jika tahap
implementasi telah didukung dengan sistem akuntansi dan sistem pengendalian
manajemen yang baik, maka pada tahap pelaporan diharapkan tidak memiliki masalah.
5.
38
39
akuntansi keuangan untuk pemerintah daerah dalam rangka mendukung pelaksanaan otonomi
daerah dan desentralisasi fiskal.
Untuk dapat menghasilkan laporan keuangan yang relevan, handal, dan dapat
dipercaya, pemerintah daerah harus memiliki sistem akuntansi yang handal. Sistem akuntansi
yang lemah menyebabkan pengendalian intern lemah dan pada akhirnya laporan keuangan
yang dihasilkan juga kurang handal dan kurang relevan untuk pembuatan keputusan. Saat ini
sistem akuntansi yang dimiliki pemerintah daerah rata-rata masih lemah.
Jika dilihat dari perspektif historis, usaha pengembangan sistem akuntansi keuangan
pemerintah telah dirintis sejak dua puluh tahun silam, akan tetapi sampai saat ini sistem yang
ada belum berjalan secara efektif dan efisien. Sejak tahun 1980-an Departemen Dalam Negeri
telah berupaya mengembangkan sistem akuntansi yang dipandang cocok dengan corak
pemerintah daerah, dan untuk itu telah dihasilkan konsep Sistem Akuntansi dan Pengendalian
Anggaran/SAPA (Triharta, 1999).
Pada tahun 1985 Sistem Administrasi Keuangan Pemerintah Daerah sendiri telah
mengalami perubahan yang cukup mendasar. Hal ini terlihat dengan mulai diperkenalkannya
sistem double entry (pembukuan berpasangan) dan akuntansi berbasis akrual yang
diformulasikan oleh "Studi Penyempurnaan Sistem Akuntansi dan Manajemen Keuangan
Daerah" yaitu tim yang dibentuk oleh Pusat Analisa Keuangan Daerah (PAKD), Badan
Analisa Keuangan Negara Perkreditan dan Neraca Pembayaran (BAKNPNP) - Departemen
Keuangan (Yasin, 1999). SAPA merupakan penyempurnaan dari proposal Sistem
Perencanaan dan Manajemen Keuangan Daerah (SPMKD) yang dibuat oleh PT Redecon,
yaitu konsultan yang ditunjuk oleh Tim Studi Penyempurnaan Sistem Akuntansi dan
Manajemen Keuangan Daerah dengan bantuan World Bank.
SAPA adalah sistem akuntansi untuk pemerintah daerah, sedangkan sistem akuntansi
untuk pemerintah pusat upaya pengembangannya telah dilakukan oleh Departemen Keuangan
sejak tahun 1982 melalui Proyek Penyempurnaan Sistem Akuntansi dan Pengembangan
Akuntansi, dan mulai aktif bekerja tahun 1991. Untuk pelaksanaan proyek tersebut, dibentuk
secara khusus Sub Tim Penyempurnaan Akuntansi Pemerintah (PSAP) yang hasilnya antara
lain menerapkan sistem pembukuan berpasangan dalam akuntansi pemerintah pusat (Triharta,
1999).
Selain sistem akuntansi yang handal, dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah dan
desentralisasi, maka diperlukan Standar Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah (Standar
40
Akuntansi Keuangan Sektor Publik). Standar yang saat ini ada belum mencukupi untuk
mendukung pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi.
Sementara itu di Indonesia belum ada Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik
yang baku yang dapat digunakan sebagai pedoman bagi pemerintah daerah dalam
penyusunan laporan keuangan dan bagi auditor dalam mengaudit laporan tersebut. Tidak
adanya standar akuntansi yang memadai akan menimbulkan implikasi negatif berupa
rendahnya reliabilitas informasi keuangan serta menyulitkan dalam pengauditan. Usaha untuk
membuat standar akuntansi keuangan pemerintah sudah pernah dilakukan oleh Badan
Akuntansi Keuangan Negara (BAKUN). BAKUN merupakan lembaga yang dibentuk oleh
Departemen Keuangan tahun 1992, yang ditugasi untuk menyelenggarakan akuntansi dan
mempersiapkan laporan pertanggungjawaban konstitusional pemerintah pusat. Selain itu
BAKUN juga diserahi tugas untuk membantu melakukan pengembangan akuntansi untuk
instansi (agency accounting). Pada tahun 1995 BPK telah mengirim surat kepada Menteri
Keuangan untuk mempersiapkan Standar Akuntansi Keuangan Pemerintah, dan BAKUN
sebagai Central Accounting Office ditugasi untuk mempersiapkan draftnya. Namun sampai
saat ini, draft tersebut masih perlu dilakukan pembahasan dan public hearing dengan user
agar dapat dijadikan standar (Sugijanto, 1999).
Upaya untuk menghasilkan standar akuntansi keuangan yang baku terus dilakukan.
Pada tahun 1999 yang lalu Ikatan Akuntan Indonesia telah membentuk kompartemen baru
yaitu Kompartemen Akuntan Sektor Publik. Salah satu tugas kompartemen baru ini adalah
menyusun standar akuntansi keuangan sektor publik. Saat ini baru dihasilkan exposure draft
mengenai Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik yang diterbitkan November
2000. Exposure draft tersebut terdiri atas lima bagian, yaitu Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan Sektor Publik tentang Penyajian Laporan Keuangan; Laporan Arus Kas; Laporan
Keuangan Konsolidasi dan Akuntansi untuk Entitas Kendalian; Kos Pinjaman; dan Surplus
atau Defisit Neto untuk Periode Berjalan, Kesalahan Mendasar dan Perubahan Kebijakan
Akuntansi.
Dengan telah dihasilkannya exposure draft tersebut diharapkan dalam waktu yang
tidak terlalu lama lagi sudah dapat disahkan menjadi standar yang baku. Sebenarnya
Indonesia dalam hal ini sudah cukup ketinggalan, karena baru sekarang mempunyai
rancangan standar akuntansi keuangan sektor publik. Tidak adanya standar akuntansi sektor
publik di Indonesia saat ini menyebabkan kesulitan dalam mengaudit laporan keuangan
41
pemerintah. Standar Auditing Pemerintah (SAP) sudah ada dan saat ini sedang kita tunggu
Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik (SAKSP). Pada perkembangan selanjutnya perlu
juga dipersiapkan alat ukur kinerja (performance measurement) untuk mengukur kinerja
lembaga-lembaga pemerintahan di Indonesia.
Perlunya Informasi Akuntansi Untuk Mewujudkan Akuntabilitas Publik
Salah satu alat untuk memfasilitasi terciptanya transparansi dan akuntabilitas publik
adalah melalui penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah yang komprehensif. Dalam
era otonomi daerah dan desentralisasi, pemerintah daerah diharapkan dapat menyajikan
laporan keuangan yang terdiri atas Laporan Surplus/Defisit, Laporan Realisasi Anggaran
(Perhitungan APBD), Laporan Aliran Kas, dan Neraca. Laporan keuangan tersebut
merupakan komponen penting untuk menciptakan akuntabilitas sektor publik dan merupakan
salah satu alat ukur kinerja finansial pemerintah daerah. Bagi pihak eksternal, Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah yang berisi informasi keuangan daerah akan digunakan sebagai
dasar pertimbangan untuk pengambilan keputusan ekonomi, sosial, dan politik. Sedangkan
bagi pihak intern pemerintah daerah, laporan keuangan tersebut dapat digunakan sebagai alat
untuk penilaian kinerja.
Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, tantangan yang
dihadapi akuntansi sektor publik adalah menyediakan informasi yang dapat digunakan untuk
memonitor akuntabilitas pemerintah daerah yang meliputi akuntabilitas finansial (financial
accountability), akuntabilitas manajerial (managerial accountability), akuntabilitas hukum
(legal accountability), akuntabilitas politik (political accountability), dan akuntabilitas
kebijakan (policy accountability). Akuntansi sektor publik memiliki peran utama untuk
menyiapkan laporan keuangan sebagai salah satu bentuk pelaksanaan akuntabilitas publik.
Terdapat beberapa alasan mengapa pemerintah daerah perlu membuat laporan
keuangan. Dilihat dari sisi internal, laporan keuangan merupakan alat pengendalian dan
evaluasi kinerja pemerintah dan unit kerja pemerintah daerah. Sedangkan dari sisi pemakai
eksternal, laporan keuangan pemerintah daerah merupakan salah satu bentuk mekanisme
pertanggungjawaban dan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan. Karena laporan
tersebut akan digunakan untuk pembuatan keputusan, maka laporan keuangan pemerintah
daerah perlu dilengkapi dengan pengungkapan yang memadai (disclosure) mengenai
informasi-informasi yang dapat mempengaruhi keputusan.
42
(b) untuk mengevaluasi tingkat ekonomi dan efisiensi operasi, program, aktivitas, dan
fungsi tertentu di unit pemerintah;
(c)
untuk mengevaluasi hasil suatu program, aktivitas, dan fungsi serta efektivitas
terhadap pencapaian tujuan dan target;
6.
43
A. Dasar Hukum
1. Keputusan Presiden RI No. 42 Tahun 2002 tentang Pelaksanaan APBN
44
* Propinsi
* Satuan Kerja
* Proyek
2. Penanggung Jawab
* Presiden
* Menteri/Ketua Lembaga
* Sekjen/Irjen/Dirjen/Kepala
* Kepala Kantor Wilayah
D. Unit Pelaksana SAPP
1. Departemen Keuangan
* BAKUN Pusat
* Kantor Akuntansi Regional
* Kantor Akuntansi Khusus
2. Departemen/Lembaga
* Unit Akuntansi Kantor Pusat Instansi (UAKPI)
* Unit Akuntansi Eselon I (UAE I)
* Unit Akuntansi Wilayah (UAW)
E. Laporan Departemen/Lembaga
1. Laporan Realisasi Anggaran
* Laporan Realisasi Anggaran bertujuan untuk melaporkan Pelaksanaan anggaran
selama periode tertentu
* Laporan ini memperlihatkan perbandingan realisasi belanja dengan allotment
yang dirinci menurut tujuan dan klasifikasi belanja atau perbandingan realisasi
pendapatan denganestimasi pendapatan
2. Neraca
* Neraca bertujuan untuk melaporkan posisi keuangan pada suatu tanggal tertentu
* Neraca menginformasikan saldo perkiraan aset, hutang dan ekuitas dana pada
akhir periode pelaporan
45
46
Pengantar
Diperkirakan penerapan kewenangan otonomi daerah baru akan terlaksana pada tahun
2002 atau bahkan tahun berikutnya. Perubahan ini sekaligus ditandai dengan pergantian
pemerintahan pada pemilu mendatang. Sudah menajdi persoalan publik, perihal akan
berlakunya pelaksanaan otonomi yang luas.
Berbagai tulisan mengenai tinjauan terhadap otonomi daerah pernah dimuat pada edisi
17 dan 18 pada Buletin Pengawasan ini. Namun yang patut disayangkan, tinjauan tentang
otonomi daerah tersebut masih mengacu pada UU yang lama, yakni UU No. 5 tahun 1974
dan PP No. 45 tahun 1992. Padahal UU tersebut kurang menyiratkan asas demokrasi dan jauh
dari rumusan mengenai kewenangan penyelenggaraan urusan pemerintahan secara luas.
Belum bersinggungan terhadap proses perubahan urusan daerah masing-masing secara penuh
dan bertanggung jawab serta adanya proses reformasi yang tengah berlangsung dalam rangka
penyerahan urusan pemerintahan dan pembangunan ke daerah masing-masing.
Oleh karena itu melalui tulisan ini, saya mencoba mengetengahkan UU yang baru
(No. 22/99 dan No. 25/99) tentang Otonomi Daerah dan Perimbangan keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah sebagai tinjauan umum tentang otonomi daerah yang
dikehendaki oleh masyarakat dan pemerintah daerah, juga mencoba mencari solusi dan visi
kewenangan otonomi daerah sebagai upaya membangun paradigma baru otonomi yang luas.
Sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomr 22/1999, otonomi daerah akan
diimplementasikan ke daerah. Bahkan dengan adanya perubahan tahun anggaran yang akan
dimulai 1 Januari 2001 mendatang, sangat mungkin implementasi tersebut juga dipercepat,
karena idealnya tahun anggaran 2001 harus sudah ditopang oleh kewenangan-kewenangan
serta struktur organisasi/kelembagaan baru yang harus disesuaikan dengan paradigma baru
otonomi.
Pada pasal 11 UU no. 22/1999 yang mengatur tentang (1) Kewenangan daerah
kabupaten/kotamadya mencakup semua kewenangan yang dikecualikan pasal 7 ayat (2).
Substansi kewenangan daerah khususnya kabupaten/ kotamadya yang selama ini diketahui,
keculai kewenangan dalam bidang politik luar negeri, Pertahanan dan keamanan, peradilan,
moneter, fiskal serta agama sebagai diatur pada Peraturan Pemerintah (PP) yang menjabarkan
47
pasal 7 ayat (2) dan pasal 9 yang saat ini sedang dimantapkan di pusat (disosialisasikan ke
daerah).
Pada pasal 11 ayat (2) bidang pemerintahan yang wajib dilaksanakan oleh daerah
kabupaten/kotamadya meliputi pekerjaan umum (sekarang kimbangwil), kesehatan,
pendidikan dan kebudayaan, pertanian, perhubungan, industri dan perdagangan, penanaman
modal, lingkungan hidup, pertanahan, koperasi dan tenaga kerja.
Sedangkan Undang-Undang Nomor 25/1999 tentang perimbangan keuangan antara
pemerintah pusat dan daerah sampai saat ini belum jelas seperti apa penjabarannya ke dalam
PP. Yang jelas, saat ini pemerintah daerah sangat berharap agar pendelegasian kewenangan
dalam bidang keuangan yang juga sedang dirumuskan di Pusat, harus memberi kesempatan
pada daerah untuk secara aktif dan kreatif serta bertanggung jawab mengembangkan potensi
daerahnya. Memang, pada saat ini untuk sementara masih berlaku UU no. 18 tahun 1997
tentang Pajak dan Restribusi Daerah yang justru sangat membatasi kewenangan daerah.
Pendelegasian Kewenangan
Uraian mengenai pengertian dan visi dari pendelegasian kewenangan dalam otonomi
daerah sebagai perwujudan dalam upaya membangun paradigma baru otonomi dapat
dijelaskan sebagai berikut :
Pertama
Pendelegasian kewenangan pengelolaan keuangan. Pendelegasian kewenangan ini
menyangkut khususnya pada pembagian keuangan pusat-daerah berdasarkan UU no. 25/1999
menurut pandangan daerah. Bagi kabupaten/kotamadya yang memiliki sumber minyak bumi,
gas, kehutanan, pertambangan umum maupun perikanan yang berdasarkan formula baru akan
menerima lebih banyak dari pusat, serta harus segera menyiapkan program belanja yang
benar-benar berorientasi pada peningkatan kesejahteraan rakyat daerah sesuai tuntutan
otonomi. Di lain pihak, pemerintah pusat/propinsi harus mampu menyediakan dana alokasi
khusus untuk menghindari ketimpangan penerimaan antar kabupaten/kotamadya di satu
propinsi antara lain karena tidak meratanya ketersediaan sumber-sumber alam atau potensi
lainnya. Sebaliknya, bagi daerah yang tidak memiliki sumber alam sebagaimana dimaksud
UU No. 25/1999, maka untuk menjaga tingkat kesejahteraan yang sudah dicapai sampai saat
ini, sebaiknya menerima alokasi bantuan/subsidi yang minimal sama dengan sebelum
diberlakukannya sistem alokasi baru nanti. Di sisi lain, kewenangan mengatur yang berkaitan
48
49
otonomi, diharapkan masalah calon titipan atau pendamping dari pusat yang selama ini
selalu menyertai dalam pemilihan Kepala daerah hanya tinggal cerita.
3. Adanya kewajiban bagi Gubernur, Walikota dan Bupati untuk menyampaikan
pertanggungjawaban pada setiap akhir tahun anggaran akan memperkuat posisi politik
DPRD dalam melaksanakan fungsi kontrolnya. Sehingga, pihak eksekutif akan bekerja
keras untuk tidak melakukan kesalahan sekecil apapun dalam melaksanakan tugasnya.
4. Dalam rangka menuju bangsa yang demokratis seperti yang tersirat dalam UU no. 22/99
ini, kadangkala sering muncul berbagai kasus yang terkesan keluar dari nilai-nilai
demokrasi yang universal seperti isu politik uang atau sejenisnya di daerah. Mudahmudahan itu hanya merupakan dampak dari keterkejutan sesaat atas terjadinya perubahan
yang drastis dan global dalam sistem politik. Pada saatnya akuntabilitas publik dari para
aktor politik maupun para birokrat akan menjadi syarat utama yang dituntut masyarakat.
Ketiga
Pendelegasian kewenangan urusan daerah. Dalam konteks UU No. 22/99 pada
prinsipnya bukan merupakan sesuatu yang didelegasikan dari atas seperti pada pemerintahan
orde lalu, melainkan lebih sebagai tuntutan dari bawah sesuai dengan kebutuhan masyarakat
daerah. Yang menjadi pertanyaan, apakah benar akan demikian kenyataannya pada saat nanti?
Hal ini perlu dibuktikan dan sangat tergantung pada substansi peraturan pemerintah yang
mengatur kewenangan pemerintah dan propinsi yang rencananya akan dikeluarkan pada
bulan (Juli 2000).
Seperti yang telah kita ketahui, berdasarkan rancangan PP yang sedang
disosialisasikan ke daerah, yang pada dasarnya merupakan penjabaran lebih lanjut dari pasal
7 dan 9 UU No.22/99 di dalamnya mengatur 26 bidang kewenangan pusat dan propinsi yang
mencakup 426 urusan yang masih menjadi kewenangan pusat dari 203 urusan yang menjadi
kewenangan propinsi. Oleh karena itu, diharapkan urusan-urusan yang dalam PP dirancang
masih menjadi kewenangan pusat atau propinsi tersebut diharapkan tidak menyimpang
(meskipun) melalui berbagai cara apapun) dari maksud otonomi luas dari UU no. 22/99 ini.
Sedangkan di luar kewenangan pusat sebagaimana ditetapkan dalam pasal 7 ayat 1 maupun
kewenangan propinsi sebagaimana ditetapkan dalam pasal 9 ayat 1 adalah merupakan
kewenangan kab/kota sebagai daerah otonom untuk mengatur (legislasi) dan kewenangan
untuk mengurusi (eksekusi). Sebagai upaya mengaktualisasikan mengatur (fungsi legislatif),
khususnya dalam menyusun, menetapkan dan mensahkan peraturan daerah sejak
50
diberlakukan UU no. 22/99, kewenangan mulai ada pada daerah. Banyak kebijakan bisa
diputuskan dengan cepat dan memungkinkan pelayanan berjalan dengan lebih baik, jika
dimilikinya kewenangan mengatur oleh daerah khususnya kabupaten/kotamadya. Sedangkan
upaya untuk mengaktualisasikan kewenangan mengurus, tentu akan terkait langsung dengan
urusan yang benar-benar dibutuhkan oleh daerah dan tidak termasuk ke dalam urusan
propinsi atau pusat berdasarkan PP. Sehingga diharapkan dengan paradigma baru bahwa
urusan daerah merupakan sesuatu yang harus lahir dari bawah, maka daerah akan menata
ulang kelembagaan maupun SDMnya segera setelah PP tersebut ditetapkan. Seperti
Badan/Dinas/Bagian yang ada saat ini akan disesuaikan dengan urusan yang wajib
dilaksanakan berdasarkan UU No. 22/99 (pasal 11) maupun urusan yang harus dilakukan
sesuai dengan tuntutan nyata daerah. Dengan demikian, akan lebih bijaksana apabila makna
otonomi luas dapat diartikan sebagai kebebasan yang bertanggung jawab untuk memilih dan
menentukan urusan sesuai kebutuhan daerah dan dalam batas-batas kemampuan anggaran
yang tersedia untuk membiayainya. Selanjutnya, otonomi yang luas tidak diartikan bebas
semaunya dan dengan begitu maka daerah akan selalu mempertimbangkan bukan hanya soal
banyak atau sedikitnya urusan yang ditangani, tetapi lebih kepada manfaat (benefit) yang
diperoleh bagi masyarakat daerah tersebut. Diharapkan dari sini akan lahir dan terbangun
akuntabilitas publik dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Kesiapan Daerah untuk Otonomi
Kesiapan daerah untuk melaksanakan otonomi di samping karena memadainya kewenangan
otonom yang dimiliki, juga harus didasarkan pada suatu keyakinan bahwa pelayanan yang
dilakukan oleh lembaga yang terdesentralisasi adalah lebih baik daripada yang tersentralisasi.
Pada akhirnya, untuk melaksanakan otonomi, perlu ada sikap konsistensi dari substansi
peraturan pemerintah yang mengatur pelaksanaan lebih lanjut UU No. 22/99 dan UU
No.25/99. Di pihak lain, segi materi (keuangan) memang sangat penting, tetapi bukan
segalanya dalam mengatur pemerintahan. Karena yang lebih penting lagi adalah diberikannya
kebebasan kewenangan untuk mengatur dan mengurus fungsi-fungsi pemerintahannya yang
sebenarnya sudah menjadi hak atau milik daerah sejak lama. Yang terpenting lagi, masyarakat
daerah harus mampu bersikap kritis dan berani menyatakan hal yang benar bila para politikus
(DPRD) dan birokrat menyimpang dari rel yang benar. Karena tanpa dukungan dari
51
masyarakat daerah tersebut, membangun visi otonomi daerah yang diinginkan oleh bangsa ini
sulit akan diwujudkan.
52
A. PENDAHULUAN
Dokumen Akumtansi merupakan sumber utama untuk pencatatan ke dalam jurnal dan
buku pembantu. Karena akuntansi hanya mencatat objek yang timbul akibat transaksi yang
sah maka tidak ada transaksi tanpa bukti transaksi. Adanya bukti transasksi inilah yang
memicu pencatatan akuntansi. Setiap transaksi merupakan sumber utama untuk pencatatan ke
dalam jurnal dan buku pembantu. Setiap transaksi harus disertai dengan dokumen atau bukti
transaksi yang sah.
Dokumen transaksi terdiri atas:
1.
2.
3.
Bukti Memorial
Bukti Memorial merupakan bukti pencatatan pada Jurnal Umum
53
B. CATATAN AKUNTANSI
Catatan akuntansi merupakan bagian dari siklus akuntansi keuangan daerah. Catatan
akuntansi tersebut digunakan untuk mencatat segala macam transaksi yang terjadi di
lingkungan Pemerintah Daerah. Pencatatan dilakukan dengan sistem double entry
berdasarkan basis Kas Modifikasian. Sistem double entry menggantikan sistem single entry.
Sistem singe entry ditinggalkan karena
1.
2.
3.
pencatatan transaksi maka kita akan mencatat dua hal yang terpengaruh dengan adanya
transaksi tersebut. Pencatatan ini dikenal dengan sistem debit-kredit.
Sistem double entry digunakan sebab memiliki keuntungan
1.
Sistem double entry dapat menghasilkan laporan keuangan yang lebih mudah diaudit
dan penelusuran antara bukti transaksi, catatan, dan keberadaan kekayaan, utang, dan
ekuitas organisasi
2.
transaksi yang melibatkan kas, sedangkan transaksi yang tidak ada penerimaan atau
pengeluaran kas dicatat diakhir periode dalam jurnal penyesuaian.
54
C. ATURAN DEBIT-KREDIT
Dalam sistem pembukuan berpasangan dikenal aturan debit-kredit. Aturan tersebut
adalah sebagai berikut:
Jenis Rekening
Bertambah
Berkurang
Aktiva
D
K
Utang
K
D
Modal
K
D
Pendapatan
K
D
Biaya
D
K
Klasifikasi rekening diatas adalah untuk rekening umum yang terdapat dalam neraca.
Sedangkan untuk aturan debit-kredit dalam struktur APBD yang baru adalah sebagai berikut:
Struktur APBD
Pendapatan
Belanja
Pembiayaan
Bertambah
K
D
K
Berkurang
D
K
D
Penerimaan Derah
Pengeluaran Daerah
Berikut ini adalah langkah-langkah yang harus dilakukan utnuk melakukan pencatatan:
a. Analisis transaksi
b. Pencatatan dalam Jurnal
c. Peringkasan (posting ke Buku Besar)
d. Perincian ke dalam buku pembantu
e. Laporan Keuangan
Data yang terdapat dalam buku besar dan buku pembantu menjadi sumber untuk membuat
laporan keuangan.
Dengan adanya pencatatan dengan sistem double entry tersebut, maka sangat tidak
efisien untuk mencatat transaksi yang berulang kali. Sehingga dibuat jurnal khusus yang
digunakan untuk mencatat transaksi yang terjadi berulang-ulang dengan tujuan mengurangi
pekerjaan dalam membuat jurnal dan akan memudahkan pembukuan ke rekening-rekening.
Catatan akuntansi terdiri dari beberapa macam jurnal, yaitu:
a. Jurnal Penerimaan Kas
55
Buku Jurnal Penerimaan Kas merupakan buku yang digunakan untuk mencatat dan
mengolongkan transaksi atau kejadian yang mengakibatkan terjadinya penerimaan
kas. Contohnya adalah penerimaan kas dari pinjaman.
Data yang dicatat dan digolongkan dalam buku jurnal ini adalah:
1. Tanggal transaksi atau kejadian keuangan, dicatat secara urut tanggal (kronologis)
2. Jurnal Kas yang diterima, dalam bentuk uang, bukan barang
3. Obyek Penerimaan kas, yaitu obyek yang menyebabkan terjadinya penerimaan kas
Jurnal Standar
Transaksi atau kejadian yang mengakibatkan penerimaan kas umumnya berupa:
1. Penerimaan Kas dari pendapatan asli daerah
2. Penerimaan Kas dari penerimaan dana perimbangan
3. Penerimaan Kas dari lain-lain pendapatan yang sah
4. Penerimaan Kas dari pinjaman
5. Penerimaan Kas dari tagihan piutang
Untuk mencatat dan menggolongkan transaksi kejadian tersebut, jurnal standar
penerimaan kas adalah:
Debit : Kas
Kredit : Pendapatan Asli Daerah (ditulis nama obyek)
Pendapatan Dana Perimbangan (ditulis nama obyek)
Lain-lain Pendapatan yang Sah (ditulis nama obyek)
Pembiayaan Penerimaan Pinjaman (ditulis nama obyek)
Pembiayaan Penerimaan Piutang (ditulis nama obyek)
b. Jurnal Pengeluaran Kas
Jurnal Pengeluaran Kas memberikan makna bahwa kas dikredit dan rekening yang
terdapat dalam jurnal pengeluaran kas pada tanggal terjadinya transaksi. Buku Jurnal
Pengeluaran
Kas
merupakan
buku
yang
digunakan
untuk
mencatat
dan
56
57
penerimaan dan pengeluaran kas. Misalnya adalah donasi berupa aktiva tetap, dan
pembelian barang secara kredit.
Data yang dicatat dan digolongkan dalam buku jurnal ini minimal adalah:
Tanggal Transaksi atau Kejadian Keuangan
Kode Rekening
Uraian
Jumlah Debit
Jumlah Kredit
Disamping itu, buku jurnal umum dapat dirancang utnuk menampung data lain sesuai
dengan kebutuhan.
Sedangkan untuk penggolangan dan perincian transaki digunakan 2 buku, yaitu:
A. Buku Besar
Transaksi yang telah dicatat dalam buku jurnal kemudian akan diringkas
dalam buku besar. Proses peringkasan atau pemindahan akun/ rekening ke buku besar
disebut dengan posting.
Buku besar pada dasarnya terdiri dari sekumpulan rekening yang digunakan
untuk menmpung nama rekening yang telah dicatat dan digolongkan dalam Buku
Jurnal. Jenis dan macam buku besar menyesuaikan dengan kelompok rekening dalam
struktur APBD yang baru, yaitu:
1. Buku Besar Pendapatan
Buku Besar Pendapatan memuat rekening-rekening pendapatan. Selanjutnya
dirinci lagi sesuai dengan komponen yang menyusun rekening pendapatan yaitu:
a. Pendapatan Asli Daerah
Termasuk dalam buku besar kelompok Pendapatan Asli daerah adalah:
1) buku besar Pajak Hotel
2) buku besar Pajak Restoran
3) buku besar Retribusi Pelayanan Kesahatan
4) buku besar Pelayanan Parkir
b. Dana Perimbangan
1) buku besar bagi Hasil Pajak
2) buku besar Bagi Hasil Bukan Pajak
c. Lain-lain Pendapatan yang Sah
58
59
Jenis dan klasifiasi buku besar tersebut disesuaikan dengan daerah masingmasing, misalnya:
a. buku besar Ekuitas dana Umum
b. buku besar Dana Donasi
Berikut adalah Langkah-langkah yang harus dilakukan sewaktu pemindahbukuan jurnal
(posting) dari buku jurnal ke buku besar.
1. Masukkan tanggal setiap transaksi pada kolom tanggal
2. Masukkan jumlah setiap transaksi pada kolom yang sesuai, debit atau kredit dan
masukkan saldo baru pada kolom saldo, secar kumulatif
3. Kolom Ref pada Jurnal Penerimaan dan Pengeluaran serta jurnal umum diberikan
tanda (V) atau check sebagai tanda bahwa transaksi atau jurnal tersebut telah
diposting ke buku besar.
7. Buku Besar Pembantu
Rekening rekening yang terdapat dalam buku besar dapat dibedakan atas
rekening yang tidak membutuhkan perincian dan rekening yang membutuhkan
perincian. Untuk rekening yang memerlukan perincian lebih lanjut dan dicatat dalam
buku pembantu.
Buku besar pembantu merupakan catatan akuntansi yang fungsinya
memberikan informasi rinci dari suatu rekening yang diringkas dalam Buku Besar.
Sumber pencatatan ke buku buku pembantu adalah dokumen atau bukti transaksi.
Contoh rekening-rekening dalam buku besar yang memerlukan Buku Besar Pembantu
adalah: Piutang, persediaan, Investasi Jangka Panjang, Aktiva Tetap, dan Hutang.
60
Berikut ini adalah neraca awal (neraca Saldo) dan APBD suatu Kabupaten:
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
N E R A C A
1 Januari Tahun 20x4
URAIAN
AKTIVA LANCAR
Kas
Piutang Pajak
Piutang Retribusi
Piutang Lain-Lain
Persediaan Bahan Habis Pakai/Material
Persediaan Obat-Obatan
Belanja Dibayar Dimuka
INVESTASI JANGKA PANJANG
Investasi Jangka Panjang
AKTIVA TETAP
Tanah
Jalan dan Jembatan
Bangunan Air
Gedung
Mesin dan Peralatan
Kendaraan
Meubelair dan Perlengkapan
Buku Perpustakaan
HUTANG JANGKA PENDEK
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
Utang Perhitungan Pihak Ketiga
UTANG JANGKA PANJANG
Utang Dalam Negeri
Utang Luar Negeri
EKUITAS DANA
Ekuitas Dana Umum
Jumlah
DEBET
KREDIT
1.250.000,00
125.000,00
75.000,00
35.000,00
100.000,00
110.500,00
500.000,00
4.250.000,00
1.975.000,00
800.500,00
3.750.000,00
550.000,00
2.600.000,00
975.000,00
490.500,00
200.000,00
750.000,00
2.800.000,00
17.586.500,00
13.836.500,00
17.586.500,00
61
Pemerintah Kabupaten/Kota X
UR A IA N
ANGGARAN
KETERANGAN
I. PENDAPATAN
Pendapatan Asli Daerah
Pajak Daerah
Retribusi Daerah
Bagian Laba Usaha Daerah
Dana Perimbangan
Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak
Bagi Hasil Bukan Pajak/Sumber Daya Alam
Dana Alokasi Umum
Dana Perimbangan dari Propinsi
Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah
Bantuan Dana Kontinjensi/Penyeimbang dari Pemerintah
1.500.000,00
800.500,00
350.000,00
400.000,00
900.000,00
750.000,00
4.700.500,00
II. BELANJA
Aparatur Daerah
Belanja Adminis trasi Umum
Belanja Pegawai/Personalia
Belanja Barang dan Jas a
Belanja Perjalanan Dinas
Belanja Pemeliharaan
Belanja Operasi dan Pemeliharaan
Belanja Pegawai/Personalia
Belanja Barang dan Jas a
Belanja Perjalanan Dinas
Belanja Pemeliharaan
Belanja Modal/Pembangunan
Belanja Modal Gedung
Belanja Modal Kendaraan
Pelayanan Publik
Belanja Adminis trasi Umum
Belanja Pegawai/Personalia
Belanja Barang dan Jas a
Belanja Perjalanan Dinas
Belanja Pemeliharaan
Belanja Operasi dan Pemeliharaan
Belanja Pegawai/Personalia
Belanja Barang dan Jas a
Belanja Perjalanan Dinas
Belanja Pemeliharaan
Belanja Modal/Pembangunan
Belanja Modal Gedung
Belanja Modal Kendaraan
Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan
Belanja Bantuan Keuangan Kepada Organisasi Profesi
Belanja Tidak Tersangka
Belanja Tidak Tersangka
JUMLAH BELANJA
SURPLUS/DEFISIT ANGGARAN ( I - II )
III. PEMBIAYAAN
Penerimaan Daerah
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Yang Lalu
Penerimaan Pinjaman dan Obligasi
Penerimaan Piutang
Penerimaan Donasi, Hibah, Sumbangan
Transfer dari Dana Cadangan
Hasil Penjualan Aset Daerah Yang Dipisahkan
450.000,00
350.000,00
325.000,00
125.000,00
200.000,00
150.000,00
125.000,00
175.000,00
500.000,00
275.000,00
125.000,00
150.000,00
200.000,00
200.000,00
125.000,00
75.000,00
500.000,00
0,00
250.000,00
4.300.000,00
400.500,00
0,00
0,00
0,00
0,00
62
Berikut ini adalah transaksi-transaksi yang terjadi di PemKab X selama tahun 2004:
1. Diterbitkan SKPD atas Pajak Hotel sebesar Rp 1.600.000,00, tetapi baru diterima
sebesar Rp 1.475.000,00 dengan rincian sebagai berikut:
Nama Hotel
Hotel Bintang Lima
Hotel Bintang Tiga
Hotel Melati
Jumlah
SKPD
1.000.000
500.000
100.000
1.600.000
Realisasi
900.000
475.000
100.000
1.475.000
2. Retribusi Pasar yang diterima sebesar Rp 825.500,00 dengan rincian sebagai berikut:
Nama Pasar
Penerimaan Retribusi
Pasar A
400.000
Pasar B
200.000
Pasar C
225.500
3. DAU
yang
diterima
realisasinya
sebesar
Rp
850.000,00
0,,
4. Bagi Hasil Pajak yang direalisasikan sebesar Rp 440.000,00 yang terdiri atas PBB
sebesar Rp 200.000,-, PPh psl 21 sebesar Rp 150.000,- dan BPHTB sebesar Rp
90.000,-.
5. Laba BUMD yang diterima sebesar Rp 300.000,- terdiri atas PDAM sebesar Rp
200.000,- dan BPD sebesar Rp 100.000,-.
6. Membayar biaya perjalanan dinas bupati sebesar Rp 280.500,-. Dari dana tersebut
telah dipertanggungjawabkan sebesar Rp 270.500,-.
7. Bagi Hasil pajak Propinsi yang diterima adalah Rp.700.000,8. Belanja Pegawai (BAU) Aparatur Daerah Rp 445.500,- dan Pelayanan Publik Rp
260.000,- Rincian dari jumlah di atas yaitu sebagai berikut:
a.
Membayar Gaji dan Tunjangan Pegawai Setda sejumlah
Rp 445.500,- dengan rincian sebagai berikut:
Gaji Pokok
Rp 300.000
Tunjangan Jabatan
Rp 100.000
Tunjangan Fungsional
Rp 45.500
b.
Membayar Gaji dan Tunjangan Pegawai untuk
Kampaye Anti Narkoba sejumlah Rp 260.000,- dengan rincian sebagai berikut:
Uang representasi
Rp 100.000
Tunjangan Komisi
Rp 100.000
Tunjangan Panitia
Rp 60.000
9. Membeli BHP kantor Setda sebesar Rp 200.000,- dari kontrak sebesar Rp 295.000,-.
10. Belanja Pemeliharaan gedung kantor Setda sebesar Rp 125.000,- dengan perincian
sebagai berikut:
Biaya pemeliharaan bangunan gedung tempat kerja Rp 75.000, Biaya pemeliharaan bangunan gedung tempat tinggal Rp 50.000,11. Membayar Belanja Modal untuk kendaraan roda empat sebagai berikut:
63
Anggaran
200.000
175.000
125.000
500.000
SPJ/Dibayarkan
185.000
162.000
120.000
467.000
64
Kode.Rek
Uraian
Ref
Jumlah
( Rp)
Akumulasi
( Rp)
Transaks
i
1
1.XX.XXXX.1.1.01
1.475.000,00
1.475.000,00
1.XX.XXXX.1.2.08
825.500,00
2.300.500,00
1.XX.XXXX.2.2.01
850.000,00
3.150.500,00
1.XX.XXXX.2.1.01
440.000,00
3.590.500,00
1.XX.XXXX.1.3.01
300.000,00
3.890.500,00
1.XX.XXXX. 2.4.01
700.000,00
4.590.500,00
17
1.XX.XXXX. 2.1.02
250.000,00
4.840.500,00
19
3.XX.XXXX.1.3
150.000,00
4.990.500,00
20
3.XX.XXXX.1.3
124.500,
00
5.115.000,
00
65
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
JURNAL PENGELUARAN KAS
( Dalam jutaan )
Tanggal
Transaks
i
6
Kode.Rek
Uraian
Ref
Jumlah
( Rp)
Akumulasi
( Rp)
2.XX.XXXX.1.3.01
280.500,00
280.500,00
2.XX.XXXX.1.1.03.
2.XX.XXXX.1.1.03.
1
2
V
V
445.500,00
260.000,00
726.000,00
986.000,00
2.XX.XXXX.1.2.01.
200.000,00
1.186.000,00
10
2.XX.XXXX.1.4.01
125.000,00
1.311.000,00
11
2.XX.XXXX.3.9.01
2.XX.XXXX.3.9.01
1
2
V
V
467.000,00
472.500,00
1.778.000,00
2.250.500,00
12
2.XX.XXXX.2.1.01
2.XX.XXXX.2.2.03
2.XX.XXXX.2.3.01
2.XX.XXXX.2.4.02
1
1
1
1
Honorarium/Upah
Biaya Cetak dan Penggandaan
Biaya Perjalanan Dinas
Biaya Pemeliharaan Alat-Alat Angkutan
V
V
V
V
200.000,00
149.000,00
120.500,00
174.500,00
2.450.500,00
2.599.500,00
2.720.000,00
2.894.500,00
13
2.XX.XXXX.1.2.01
100.000,00
2.994.500,00
14
2.XX.XXXX.1.3.01
155.000,00
3.149.500,00
15
2.XX.XXXX.1.1.03
2.XX.XXXX.1.2.05
2.XX.XXXX.1.3.01
2.XX.XXXX.1.4.03
2
2
2
2
V
V
V
V
199.000,00
150.000,00
125.000,00
74.000,00
3.348.500,00
3.498.500,00
3.623.500,00
3.697.500,00
16
2.XX.XXXX.5.1
200.000,00
3.897.500,00
18
3.XX.XXXX.2.4
200.000,00
4.097.500,00
21
2.XX.XXXX.5.1
50.000,00
4.147.500,00
66
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
JURNAL UMUM
Kode Rekening
(Ayat/Pasal)
1
2
Penyesuaian APBD
Tanggal
Uraian
Ref
Debet
(Rp)
5
4.XX.XXXX.1.04
1.XX.XXXX.1.1.01
Piutang Pajak
Pendapatan Pajak Hotel
V
V
125.000,00
4.XX.XXXX.1.10
2.XX.XXXX.1.3.01
V
V
10.000,00
95.000,00
V
V
V
33.000,00
22.000,00
V
V
25.000,00
Biaya Bahan/Material
Persediaan Obat-Obatan
V
V
50.500,00
V
V
75.000,00
V
V
802.500,00
Kendaraan
Belanja Modal Kendaraan Roda 4
V
V
994.500,00
2.XX.XXXX.1.2.01.
5.XX.XXXX.1.2
2.XX.XXXX.3.6.01
2.XX.XXXX.3.6.01
5.XX.XXXX.1.2
1
2
2.XX.XXXX.1.2.01
5.XX.XXXX.1.2
2.XX.XXXX.2.2.01
2.XX.XXXX.1.2.01
3.XX.XXXX.2.4
6.XX.XXXX.1
Penyesuaian Neraca
4.XX.XXXX.3.9
2.XX.XXXX.3.9.01
5.XX.XXXX.1.1
3.XX.XXXX.2.3
3.XX.XXXX.1.3
5.XX.XXXX.2.1
Jurnal Penutup
1.XX.XXXX.1.1.01
125.000,00
10.000,00
95.000,00
55.000,00
25.000,00
50.500,00
75.000,00
802.500,00
994.500,00
Hutang
Pembiyaan-Pembayaran Hutang Pokok
200.000,00
Pembiyaan-Penerimaan Pinjaman
Hutang Jk Panjang-Dalam Negeri
274.500,00
Kredit
(Rp)
6
200.000,00
274.500,00
1.600.000,00
1.XX.XXXX.1.2.08
1.XX.XXXX.2.2.01
1.XX.XXXX.2.1.01
1.XX.XXXX.1.3.01
1.XX.XXXX. 2.4.01
1.XX.XXXX. 2.1.02
2.XX.XXXX.1.1.03.
2.XX.XXXX.1.3.01
2.XX.XXXX.1.2.01.
2.XX.XXXX.1.4.01
2.XX.XXXX.2.1.01
2.XX.XXXX.2.2.03
2.XX.XXXX.2.4.02
2.XX.XXXX.1.1.03.
2.XX.XXXX.1.2.01
2.XX.XXXX.1.3.01
2.XX.XXXX.1.2.05
2.XX.XXXX.1.4.03
2.XX.XXXX.5.1
67
825.500,00
850.000,00
440.000,00
300.000,00
700.000,00
250.000,00
1.773.000,00
6.XX.XXXX.1
Ikhtisar Surplus/Defisit
Ekuitas Dana Umum
6.XX.XXXX.1
3.XX.XXXX.2.4
802.500,00
1
1
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
445.500,00
390.500,00
370.000,00
125.000,00
200.000,00
149.000,00
174.500,00
459.000,00
125.000,00
280.000,00
150.000,00
74.000,00
250.000,00
1.773.000,00
1.773.000,00
802.500,00
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :
Tanggal
Transaksi
1
2
3
4
5
6
7
KAS
4.XX.XXXX.1.1
Uraian
SALDO AWAL
Pendapatan Pajak Hotel
Pendapatan Retribusi Pelayanan
Psr
Pendapatan DAU
Pendapatan Bagi Hasil Pajak
Bagian Laba Perusda
Biaya Perjalanan Dinas
Bagi Hasil Pajak Propinsi
Hal
Ref
Debet
Rp
Kredit
Rp
1.250.000,00
2.725.000,00
1.475.000,00
825.500,00
850.000,00
440.000,00
300.000,00
280.500,00
700.000,00
Saldo
Rp
3.550.500,00
4.400.500,00
4.840.500,00
5.140.500,00
4.860.000,00
5.560.000,00
8
8
9
10
11
11
12
12
12
12
13
14
15
15
15
15
16
17
18
19
20
21
LOGO
68
445.500,00
260.000,00
200.000,00
5.114.500,00
4.854.500,00
4.654.500,00
125.000,00
4.529.500,00
467.000,00
4.062.500,00
472.500,00
200.000,00
149.000,00
120.500,00
174.500,00
100.000,00
155.000,00
3.590.000,00
3.390.000,00
3.241.000,00
3.120.500,00
2.946.000,00
2.846.000,00
2.691.000,00
199.000,00
2.492.000,00
150.000,00
125.000,00
74.000,00
200.000,00
2.342.000,00
2.217.000,00
2.143.000,00
1.943.000,00
2.193.000,00
200.000,00
1.993.000,00
250.000,00
150.000,00
2.143.000,00
124.500,00
50.000,00
2.267.500,00
2.217.500,00
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :
Tanggal
1
LOGO
PIUTANG PAJAK
4.XX.XXXX.1.4
Uraian
SALDO AWAL
penyesuaian
Hal
Ref
Debet
Rp
Kredit
Rp
125.000,00
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
Saldo
Rp
125.000,00
250.000,00
Nama
:
Kode. Rek. :
Tanggal
69
PIUTANG RETRIBUSI
4.XX.XXXX.1.5
Uraian
Hal
Ref
Debet
Rp
Kredit
Rp
SALDO AWAL
LOGO
Saldo
Rp
75.000,00
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :
Tanggal
PIUTANG LAIN-LAIN
4.XX.XXXX.1.8
Uraian
Hal
Ref
Debet
Rp
Kredit
Rp
SALDO AWAL
LOGO
Saldo
Rp
35.000,00
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :
Tanggal
7
LOGO
Ref
Debet
Rp
Kredit
Rp
Saldo Awal
Penyesuaian
75.000,00
Hal
Saldo
Rp
100.000,00
25.000,00
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :
PERSEDIAAN OBATOBATAN
4.XX.XXXX.1.9.1
Hal
Tanggal
7
LOGO
70
Uraian
Ref
Debet
Rp
Kredit
Rp
Saldo Awal
Penyesuaian
50.500,00
Saldo
Rp
110.500,00
60.000,00
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :
Tanggal
BELANJA DIBAYAR
DIMUKA
4.XX.XXXX.1.10
Uraian
Hal
Ref
Penyesuaian Neraca
LOGO
Debet
Rp
Kredit
Rp
10.000,00
Saldo
Rp
10.000,00
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :
Tanggal
INVESTASI JANGKA
PANJANG
4.XX.XXXX.2
Uraian
Hal
Ref
Debet
Rp
Kredit
Rp
SALDO AWAL
LOGO
Saldo
Rp
500.000,00
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :
TANAH
4.XX.XXXX.3.1
Hal
Tanggal
71
Uraian
Ref
Debet
Rp
Kredit
Rp
SALDO AWAL
LOGO
Saldo
Rp
4.250.000,00
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :
Tanggal
JALAN DAN
JEMBATAN
4.XX.XXXX.3.2
Uraian
Hal
Ref
Debet
Rp
Kredit
Rp
SALDO AWAL
LOGO
Saldo
Rp
1.975.000,00
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :
Tanggal
BANGUNAN AIR
4.XX.XXXX.3.3
Uraian
Hal
Ref
Debet
Rp
Kredit
Rp
SALDO AWAL
LOGO
Saldo
Rp
800.500,00
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :
Tanggal
GEDUNG
4.XX.XXXX.3.5
Uraian
Hal
Ref
Debet
Rp
Kredit
Rp
Saldo
Rp
72
SALDO AWAL
LOGO
3.750.000,00
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :
Tanggal
Hal
Ref
Debet
Rp
Kredit
Rp
SALDO AWAL
LOGO
Saldo
Rp
550.000,00
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :
Tanggal
11
LOGO
KENDARAAN
4.XX.XXXX.3.9
Uraian
Hal
Ref
SALDO AWAL
Penyesuaian Neraca
Debet
Rp
Kredit
Rp
Saldo
Rp
2.600.000,00
3.594.500,00
994.500,00
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :
Tanggal
Ref
Debet
Rp
Hal
Kredit
Rp
Saldo
Rp
975.000,00
LOGO
73
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :
BUKU PERPUSTAKAAN
4.XX.XXXX.3.16
Tanggal
Uraian
Hal
Ref
Debet
Rp
Kredit
Rp
SALDO AWAL
LOGO
Saldo
Rp
490.500,00
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :
Tanggal
Ref
SALDO AWAL
Penyesuaian Neraca
LOGO
Debet
Rp
Hal
Kredit
Rp
Saldo
Rp
200.000,00
0,00
200.000,00
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :
Tanggal
Ref
Debet
Rp
Hal
Kredit
Rp
95.000,00
55.000,00
25.000,00
Saldo
Rp
750.000,00
845.000,00
900.000,00
925.000,00
LOGO
74
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :
Tanggal
UTANG DALAM
NEGERI
5.XX.XXXX.2.1
Hal
Uraian
Ref
Debet
Rp
SALDO AWAL
Penyesuaian Neraca
LOGO
Kredit
Rp
Saldo
Rp
274.500,00
0,00
274.500,00
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :
Tanggal
Uraian
Hal
Ref
Debet
Rp
Kredit
Rp
SALDO AWAL
LOGO
Saldo
Rp
2.800.000,00
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :
Tanggal
Uraian
Hal
Ref
Debet
Rp
Kredit
Rp
SALDO AWAL
LOGO
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
Saldo
Rp
13.836.500,00
75
BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :
PAJAK HOTEL
1.XX.XXXX.1.1.01
Tanggal
1
LOGO
Hal
Uraian
Ref
Kas
Penyesuaian
Penutupan
Debet
Rp
Kredit
Rp
1.475.000,00
125.000,00
1.600.000,00
Saldo
Rp
1.475.000,00
1.600.000,00
0,00
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :
RETRIBUSI PELAYANAN
PASAR
1.XX.XXXX.1.2.08
Tanggal
Uraian
LOGO
Hal
Ref
Kas
Penutupan
Debet
Rp
Kredit
Rp
Saldo
Rp
825.500,00
825.500,00
0,00
825.500,00
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :
BAGIAN LABA
PERUSDA
1.XX.XXXX.1.3.01
Tanggal
5
LOGO
Uraian
Kas
Penutupan
Hal
Ref
Debet
Rp
Kredit
Rp
Saldo
Rp
300.000,00
300.000,00
0,00
300.000,00
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
76
BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :
Tanggal
4
LOGO
Uraian
Hal
Ref
Kas
Penutupan
Debet
Rp
Kredit
Rp
Saldo
Rp
440.000,00
440.000,00
0,00
440.000,00
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :
Tanggal
Uraian
LOGO
Hal
Ref
Kas
Penutupan
Debet
Rp
Kredit
Rp
Saldo
Rp
850.000,00
850.000,00
0,00
850.000,00
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :
Tanggal
7
LOGO
Uraian
Ref
Kas
Penutupan
Hal
Debet
Rp
Kredit
Rp
Saldo
Rp
700.000,00
700.000,00
0,00
700.000,00
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :
Hal
77
Tanggal
17
LOGO
Uraian
Ref
Kas
Penutupan
Debet
Rp
Kredit
Rp
Saldo
Rp
250.000,00
250.000,00
0,00
250.000,00
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :
Tanggal
8
LOGO
Uraian
Ref
Kas
Penutupan
Debet
Rp
Hal
Kredit
Rp
Saldo
Rp
445.500,00
445.500,00
0,00
445.500,00
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :
HONORARIUM
2.XX.XXXX.2.1.01
Tanggal
12
LOGO
Uraian
Kas
Penutupan
Hal
1
Ref
Debet
Rp
Kredit
Rp
Saldo
Rp
200.000,00
200.000,00
0,00
200.000,00
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :
Tanggal
9
200.000,00
95.000,00
Hal
Kredit
Rp
Saldo
Rp
200.000,00
295.000,00
78
Penyesuaian APBD
Penutupan
LOGO
75.000,00
370.000,00
370.000,00
0,00
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :
Tanggal
12
LOGO
Uraian
Ref
Kas
Penutupan
Debet
Rp
Hal
Kredit
Rp
Saldo
Rp
149.000,00
149.000,00
0,00
149.000,00
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :
Tanggal
10
LOGO
Uraian
Ref
Kas
Penutupan
Debet
Rp
Hal
Kredit
Rp
Saldo
Rp
125.000,00
125.000,00
0,00
125.000,00
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :
Tanggal
6
12
Ref
Hal
Debet
Rp
Kredit
Rp
Saldo
Rp
10.000,00
390.500,00
280.000,00
400.500,00
390.500,00
0,00
280.000,00
120.500,00
79
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
LOGO
BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :
Tanggal
12
LOGO
Uraian
Ref
Kas
Pentupan
Debet
Rp
Hal
Kredit
Rp
Saldo
Rp
174.500,00
174.500,00
0,00
174.500,00
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :
Tanggal
Ref
Penyesuaian APBD
LOGO
Debet
Rp
Hal
Kredit
Rp
33.000,00
Saldo
Rp
33.000,00
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :
Tanggal
LOGO
Ref
Debet
Rp
Kredit
Rp
467.000,00
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
Hal
Saldo
Rp
467.000,00
80
BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :
Tanggal
8
15
LOGO
Uraian
Ref
Kas
Kas
Penutupan
Debet
Rp
Hal
Kredit
Rp
260.000,00
199.000,00
Saldo
Rp
260.000,00
459.000,00
459.000,00
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :
Tanggal
13
LOGO
Uraian
Ref
Kas
Penyesuaian APBD
Penutupan
Hal
Debet
Rp
Kredit
Rp
100.000,00
25.000,00
Saldo
Rp
100.000,00
125.000,00
125.000,00
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :
Tanggal
14
15
LOGO
Uraian
Kas
Kas
Penutupan
Ref
Hal
Debet
Rp
Kredit
Rp
155.000,00
125.000,00
155.000,00
280.000,00
280.000,00
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
Saldo
Rp
81
Nama
:
Kode. Rek. :
Tanggal
Uraian
15
Hal
Ref
Kas
Penutupan
Debet
Rp
Kredit
Rp
150.000,00
Saldo
Rp
150.000,00
150.000,00
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
LOGO
BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :
Tanggal
15
Uraian
Hal
Ref
Kas
Penutupan
Debet
Rp
Kredit
Rp
74.000,00
74.000,00
Saldo
Rp
74.000,00
0,00
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
LOGO
BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :
Tanggal
11
LOGO
Uraian
Kas
Ref
Debet
Rp
Hal
Kredit
Rp
27.500,00
Saldo
Rp
27.500,00
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :
Hal
Tanggal
11
82
Uraian
Ref
Kas
Debet
Rp
Kredit
Rp
472.500,00
Saldo
Rp
472.500,00
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
LOGO
BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :
Tanggal
16
21
LOGO
Uraian
Kas
Kas
Penutup
Ref
Hal
Debet
Rp
Kredit
Rp
Saldo
Rp
250.000,00
200.000,00
250.000,00
0,00
200.000,00
50.000,00
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
Nama
:
Kode. Rek. :
Tanggal
19
20
LOGO
150.000,00
124.500,00
274.500,00
Hal
Saldo
Rp
150.000,00
274.500,00
0,00
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
Hal
Nama
:
Kode. Rek. :
Tanggal
83
Uraian
18
Ref
Kas
Penyesuaian Neraca
Debet
Rp
Kredit
Rp
Saldo
Rp
200.000,00
200.000,00
0,00
200.000,00
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
LOGO
BUKU BESAR
Hal
Nama
:
Kode. Rek. :
Tanggal
Ref
Debet
Rp
Kredit
Rp
Saldo
Rp
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
LOGO
BUKU BESAR
Nama
Tanggal
Uraian
Ref
Debet
Rp
Hal
Kredit
Rp
Saldo
Rp
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
LAPORAN ALIRAN KAS
84
85
31 Desember 20x4
Arus Kas dari Aktivitas Operasi
Kenaikan Aktiva Lancar Non Kas dan Bank
(135.000,00)
125.500,00
175.000,00
(200.000,00)
(34.500,00)
(994.500,00)
(994.500,00)
274.500,00
1.722.000,00
Penurunan Ekuitas
Jumlah Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan
Total Arus Kas
1.996.500,00
967.500,00
1.250.000,00
2.217.500,00
PEMERINTAH PROPINSI/KABUPATEN/KOTA X
NERACA
31 Desember Tahun 20x4
86
AKTIVA
AKTIVA LANCAR
Kas
Piutang Pajak
2.217.500
250.000
Piutang Retribusi
75.000
Piutang Lain-Lain
35.000
25.000
Persediaan Obat-Obatan
60.000
10.000
PASIVA
HUTANG JANGKA
PENDEK
Bagian Lancar Utang Jangka
Panjang
925.000
274.500
2.800.000
EKUITAS DANA
Ekuitas Dana Umum
15.558.500
JUMLAH PASIVA
19.557.500
500.000
AKTIVA TETAP
Tanah
4.250.000
1.975.000
Bangunan Air
Gedung
Mesin dan Peralatan
Kendaraan
800.500
3.750.000
550.000
3.594.500
975.000
Buku Perpustakaan
490.500
JUMLAH AKTIVA
19.557.500