You are on page 1of 27

LAPORAN PENDAHULUAN

POST SECTIO CAESARE ATAS INDIKASI LETSU


HARI KE II
DI RUANG PAV.MELATI
RSUD JOMBANG

Disusun oleh Kelompok 1 :


AGNES JUNIOR PRASETHYA
(100501001)

STIKES PEMKAB JOMBANG


PRODI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2013/2014

A. Landasan Teori Nifas (Puerperium)


1. Pengertian
a. Nifas adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya
kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu (FK UI UNPAD,
1991).
b. Masa Nifas (Puerperium) mulai setelah partus selesai dan berakhir
setelah kira-kira 6 minggu. Akan tetapi seluruh alat genital baru pulih
kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan (Sarwono
Prawirohardjo, 1999 : 237)
c. Kala Puerperium berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari,
merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan
pada keadaan yang normal. Dijumpai kejadian penting pada
puerperium Involusi Uterus dan proses laktasi (Ida Bagus Gede
Manuaba, 1998 : 190)

2. Periode Nifas
Nifas dibagi dalam 3 periode yaitu :
a. Puerperium Dini
Yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan.
Dalam agama Islam dianggap suci dan boleh melakukan aktivitas
seperti biasa setelah 40 hari melahirkan.
b. Puerperium Intermedial
Yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia, lamanya 6-8 minggu
c. Remote Puerperium
Adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila selama hamil dan waktu persalinan mengalami
komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu,
berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.

3. Tanda dan Gejala Masa Nifas


A. Bayi sudah lahir
B. Placenta sudah lahir
C. Adanya perdarahan pervaginam
D. Adanya lochea
E. Uterus mengecil
F. TFU menurun setinggi pusat atau dibawahnya
G. Adanya luka jalan lahir, bekas sayatan / bekas operasi
H. Hiperpegmintasi areola mamae

4. Perubahan Anatomi, Fisiologi, dan Psikologi Ibu Nifas


Selama periode nifas terjadi banyak perubahan pada ibu baik secara
anatomi fisiologi maupun psikologi. Perubahan tersebut diantaranya
adalah :
a. Perubahan anatomi dan fisiologi
1. Uterus
Rasa sakit yang disebut after pains (mules-mules) disebabkan
kontraksi uterus, berlangsung 2 - 4 hari post partum.
Tinggi Fundus Uteri (TFU)
INVOLUSI

TFU

BB UTERUS

Bayi lahir

Setinggi pusat

1.000 gr

Uri lahir

2 jari bawah pusar

750 gr

1 minggu

Pertengahan pusat symphisis

500 gr

2 minggu

Tidak teraba diatas symphisis

350 gr

6 minggu

Bertambah kecil

50 gr

8 minggu

Normal

30 gr

2. Endometrium / tempat implantasi placenta


2 - 3 hari post partum necrosis
7 hari terbentuk lapisan basal
16 hari normal kembali
Akhir minggu ke 3 normal kembali
6

minggu

post

partum

perkembangan

sel-sel

ephitel

endometrium
3. Cerviks
Cerviks mengalami involusi bersamaan dengan uterus, setelah
persalinan bentuk cerviks agak menganga seperti corong,
konsistensinya lunak, berwarna merah kehitaman, kadang-kadang
terdapat perlukaan-perlukaan kecil. Setelah bayi lahir tangan bisa
melewati Ostium Uteri Eksterna (OUE) sampai rongga rahim,
setelah 2 jam dapat dilalui 2 - 3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat
dilalui 1 jari
4. Jalan Lahir
Luka-luka pada jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan sembuh
dalam waktu 6 - 7 hari
5. Vulva Vagina
Vulva vagina setelah mengalami penekanan serta peregangan yang
sangat besar selama proses persalinan dan tetap mengendor dalam
beberapa hari, setelah 3 minggu post partum vulva vagina akan
kembali normal
6. Perineum

Segera setelah melahirkan perineum menjadi kendur karena


sebelumnya teregang oleh kepala janin, pada hari ke 5 post partum
otot perineum berangsur membaik.
7. Ligament-Ligament
Ligament, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu
persalinan secara berangsur mengecil dan pulih kembali
8. Lochea
Adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri dan vagina pada
masa nifas :
-

Lochea Rubra (crueta): berisi cairan darah segar dan sisa


selaput ketuban sel-sel desidua, verniks, kasiosa, lanugo dan
meconium selama 2 hari post partum

Lochea Sanguilenta : berwarna merah kuning, berisi darah dan


lendir, hari ke 3 - 7 hari post partum

Lochea Serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi,


hari ke 7 - 14 post partum

Lochea Alba : cairan putih selama 2 minggu

9. Sistem Hormonal
-

Estrogen dan progesteron : kadar hormon estrogen dan


progesteron dalam serum menurun dalam waktu 3 hari post
partum dan mencapai normal seperti sebelum hamil dalam
waktu 7 hari post partum

Hormon prolaktin meningkat setelah bayi menyusui

10. Sistem Kardio Vaskuler


-

Normal kembali dalam waktu 2 minggu

Sel darah merah dan haemoglobin kembali normal pada hari


ke-5.

11. Sistem Gastrointestinal


-

Sering terjadi konstipasi.

Faal usus belum normal, kembali normal dalam 3 - 4 hari

Asupan makanan yang menurun selama proses persalinan dan


pada hari pertama post partum

Rasa nyeri pada daerah perineum yang dapat menghalangi


keinginan BAB

Gerakan tubuh kurang

12. Traktus Urinarius


-

Dalam waktu 24 jam pertama kemungkinan kesulitan BAK


karena terjadi spasme spingter dan oedema leher buli-buli,
setelah mengalami kompresi oleh kepala janin dengan tulang
symphisis selama proses persalinan.

b. Psikologi
Pada masa nifas terjadi adaptasi psikologi yang dibagi menjadi
beberapa fase yaitu :
1

Fase Talking In (Ketergantungan)


-

Timbul pada hari 1 - 2 post partum

Butuh perlindungan dan pelayanan

Perlu istirahat dan nutrisi

Pasif dan focus pada diri sendiri

Membicarakan pengalaman melahirkan berulang-ulang

Persepsi menyempit, kemampuan menerima informasi dan


konsentrasi berkurang

Fase Tacking Hold


-

Timbul pada hari ke 4 - 5 post partum

Ibu siap menerima pesan baru dan belajar hal-hal yang baru

Butuh dukungan moral

Kurang PD

Pelayanan kunjungan rumah terutama ibu muda

Fase Latting Go
-

Timbul pada minggu 5 - 7 hari post partum

Terjadi peningkatan kemandirian dalam perawatan diri sendiri


dan bayinya

Merasa terpisah dengan bayinya

5. Perawatan Masa Nifas


a. Tujuan perawatan masa nifas adalah :
1. Mendapatkan istirahat yang cukup, sehingga fisik dan mental pulih
kembali setelah mengalami berbagai tugas fisik dan mental yang
berat selama hamil dan proses persalinan.
2. Menghindari infeksi yang dapat menghambat kesembuhan jaringan
yang cidera.
3. Dapat memberikan ASI secara memuaskan atau memiliki
ketrampilan dalam melaksanakan pemberian susu buatan.
4. Belajar

merawat,

mengganti

pakaian,

memberi

susu

dan

menenangkan bayi ketika rewel


b. Perawatan yang perlu diberikan kepada ibu nifas antara lain :
1. Mobilisasi dini
Karena lelah setelah melahirkan, ibu harus istirahat, tidur
terlentang selama 8 jam pertama post partum, kemudian baru
miring ke kanan dan ke kiri untuk mencegah trombosis dan
tromboemboli
2. Miksi
Hendaknya BAK dapat dilakukan sendiri secepat mungkin,
kadang-kadang ibu nifas sulit kencing karena spasme spigter uretra
dan odem kandung kemih setelah mengalami kompresi saat proses
persalinan, bila kandung kencing penuh dan ibu sulit kencing
sebaiknya dilakukan katherisasi karena bisa menganggu proses
involusi

3. Defikasi
BAB harus dilakukan 3 - 4 hari post partum, bila masih sulit dan
terjadi obsitapi sebaiknya diberikan obat laksan per oral/rectal, bila
masih belum bisa dilakukan klisma.
Fidogi Laktasi
Laktasi atau menyusui dua pengertian yaitu produksi dan
pengeluaran ASI, payudara mulai dibentuk sejak embrio 18-19
minggu dan baru selesai ketika mulai menstruasi dengan
terbentuknya hormon estrogen dan progesteron yang berfungsi
untuk produksi ASI disamping hormon lain seperti insulin, tiroksin
dsb. Selama kehamilan hormon prolaktin dari plasenta meningkat
tetapi Asi biasanya belum keluar karena masih dihambat oleh kadar
estrogen yang meningka pada hari kedua atau ketiga pasca
persalinan kadar estrogen dan progesteron turun drastis, sehingga
pengaruh prolaktin lebih dominan dan pada saat ini mulai terjadi
sekresi Asi, dengan menyusukan lebih dini, terjadi perangsangan
putting susu, terbentuklah prolaktin oleh hipofisis sehingga sekresi
asi makin lancar, dua reflek pada ibu yang sangat penting dalam
proses laktasi, reflek prolaktin dan reflek aliran timbul akibat
perangsangan puting susu oleh hisapan bayi.

Isapan bayi pada Putting Susu

Impuls Saraf Afferent

Stimulasi pada Hipotalamus

Stimulasi Hipotesis Anterior

Stimulasi Hipofise Posterion

Pengeluaran Prolaktin

Pengeluaran Oksitosin

Produksi ASI Pada Sel Alvedus

Kontraksi Epitel Disekitar Alvedi

Keluarnya ASI karena Kontraksi


Mioepitel sekeliling Uterus
4. Kebersihan diri
-

Anjurkan kebersihan seluruh tubuh

Mengajarkan cara membersihkan daerah genetalia yaitu dengan air


dan sabun, pastikan ibu mengerti untuk membersihkan daerah
sekitar

vulva

dulu,

dari

depan

ke

belakang,

kemudian

membersihkan daerah anus, anjurkan ibu melakukannya tiap kali


BAK & BAB.
-

Sarankan ibu untuk mengganti pembalut minimal 2x sehari

Sarankan ibu untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah


membersihkan genetalia dengan air sabun

5. Gizi
-

Kebutuhan kalori meningkat 500 kalori pada ibu menyusui

Diet seimbang (protein, mineral, vitamin, sayuran dan buah)

Minum sedikitnya 3 liter sehari

Pemberian tablet fe setidaknya 40 hari post partum

Pemberian vit. A dosis tinggi (200.000 ui) untuk meningkatkan


daya tahan tubuh serta bisa memberikan vit A kepada bayinya
lewat ASI

6. Istirahat
Istirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan,
karena dapat mempengarui ibu dalam hal:
-

Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi

Memperlambat proses involusi dan dapat meninbulkan pendarahan

7. Laktasi
Perawatan payudara
a) Menjaga payudara bersih dan kering terutama putting susu
b) Menggunakan BH yang menyokong payudara
c) Apabila putting susu lecet, oleskan colostrum atau ASI yang keluar
pada sekitar putting susu setiap kali selesai menyusui.
d) Apabila lecetnya cukup berat dapat diistirahatkan selama 24 jam
ASI dikeluarkan dan diminumkan menggunakan sendok
e) Untuk

menghilangkan

nyeri

yang

berat

dapat

diberikan

paracetamol 1 tablet 3-4 x sehari


f) Apabila payudara bengkak akibat bendungan ASI, lakukan :
- Kompres dengan air hangat selama 5 menit
- Urut payudara dari arah pangkal menuju putting susu
- Keluarkan ASI sebagian, dari bagian depan payudara sehingga
putting susu menjadi lunak
- Susui tiap 2-3 jam. Apabila tidak dapat menghisap seluruh ASI
sisanya keluarkan dengan tangan

8. Hubungan Sexual
Secara aman untuk melakukan hubungan suami istri begitu darah
merah berhenti dan ibu dapat memasukkan 1 atau 2 jari kedalam
vagina tanpa terasa nyeri. Tetapi dalam agama Islam hubungan suami
istri boleh dilakukan setelah 40 hari hari post partum.
9. Keluarga Berencana
a) Idealnya pasangan harus menunggu selama 2 tahun bila ingin
punya anak lagi. Setiap pasangan harus menentukan sendiri kapan
dan bagaimana ingin merencanakan tentang keluarganya.
b) Selama laktasi biasanya wanita tidak akan menghasilkan telur
(ovulasi) sebelum mendapatkan haidnya. Hal ini dapat digunakan
sebagai Metode KB sebelum haid pertama datang. Resiko cara ini
2 % kehamilan
c) Meskipun beberapa metode KB mengandung resiko, penggunaan
kontrasepsi telah lebih aman, terutama bila ibu sudah haid lagi.
d) Sebelum menggunakan KB, sebaiknya diberikan konseling KB
pada pasangan suami istri.
e) Jika ibu / pasangan sudah memilih metode tertentu, perlu dilakukan
pemeriksaan ulang.
6. Kelainan dan Penyakit lain dalam Nifas
a)

Bendungan Asi
Setelah 2 - 3 hari bayi lahir estrogen dan progesteron menurun,
sehingga terjadi sekresi prolaktin (Pitutary Lactogenic Hormon).
Hormon ini menyebabkan alveolus-alveolus kelenjar mamae terisi air
susu ibu, tetapi untuk mengeluarkannya dibutuhkan reflek yang
menyebabkan kontraksi sel-sel Mioepitel yang mengelilingi alvoelus.
Reflek itu timbul jika bayi menyusu.
Penanganan :
1. Kompres dengan air hangat selama 5 menit sebelum disusukan.
2. Urut payudara dari pangkal menuju putting susu

3. Keluarkan ASI sebagian, dari bagian depan payudara sehingga


putting susu menjadi lunak
4. Susui bayi sesering mungkin tiap 2-3 jam. Apabila tidak dapat
menghisap seluruh ASI sisanya harus dikeluarkan
5. Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui
6. Bila perlu berikan paracetamol 500 mg peroral tiap 4 jam
b)

Mastitis
Infeksi payudara sesudah persalinan, infeksi ini terjadi pada putting
susu mungkin juga melalui peredaran darah
Tanda-Tanda :
-

Rasa panas dingin disertai kenaikan suhu


tubuh

Merasa lesu

Tidak nafsu makan

Mamae membesar

Tegang dan Kemerahan

Nyeri pada perabaan

Penanganan :
-

Memberikan kloksalisin 500 mg setiap 6


jam selam 10 hari. Bila diberikan sebelum terbentuknya abses
biasanya keluhannya berkurang.

Sangga Payudara

Kompres dingin

Bila perlu berikan paracetamol 500 mg


per oral setiap 4 jam

Ikuti

perkembangan

hari

setelah

pengobatan.
c)

Subinvolusi adalah keterlambatan involusio yang disertai


pemanjangan periode lochea

d)

Perdarahan Nifas Sekunder adalah perdarahan terjadi setelah 4


jam

7. Post Partum Blues


-

Rasa Kekecewaan, mudah tersinggung,


sedih pasca post partum berdampak pada nafsu makan menurun, sulit
tidur.

Berkait dengan :
Perubahan hormon-hormon masa transisi
Rasa tidak nyaman
Kelelahan
Kehabisan tenaga

8. Frekuensi Kunjungan Masa Nifas


Kunjunga

Waktu

Tujuan

n
1

6 - 8 jam

Mencegah perdarahan karena Atonia Uteri

setelah

Mendeteksi dan merawat penyebab lain

persalina
n

perdarahan, rujuk bila perdarahan berlanjut


-

Memberi konseling pada ibu dan salah


satu anggota keluarga ibu bagaimana
mencegah perdarahan

Pemberian ASI awal

Melakukan hubungan antara ibu dan bayi


baru lahir

Menjaga bayi sehat dengan cara mencegah


hipotermi

Bila petugas kesehatan yang menolong


persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan
bayi untuk 2 jam pertama setelah kelahiran
atau ibu dan bayi dalam keadaan stabil

2
6

hari

Memastikan involusi uteri berjalan normal

Menilai adanya tanda-tanda infeksi, tanda

setelah
persalin

demam atau perdarahan abnormal


-

Memastikan ibu menyusui dengan baik


dan tak melihatkan tanda-tanda penyulit

Memberi konseling KB secara mandiri

Memastikan ibu cukup makan, cairan dan


istirahat

6 minggu
setelah

Menanyakan pada ibu tentang penyulitpenyulit yang ia atau bayi alami

Memberikan konseling KB secara dini

persalina
n

B.

Konsep Dasar Teori Sectio Caesarea


1. Pengertian sectio caesarea
Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat
sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina atau
histeretomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim. (Rustam Mochtar,
1998 : 117).
Sectio Cesaria adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan
berat diatas 500 gr, melalui sayatan pada dinding perut dan dinding rahim
yang masih utuh. (Prawirro, Sarwono. 2001. Pelayanan Kesehatan
Maternal dan neonatal).
Sectio Caesarea adalah pembedahan untuk mengeluarkan janin
dengan membuka dinding perut dan dinding rahim. (Mansjoer Arif, 1999 :
344).
Sectio Caesarea adalah lahirnya janin melalui insisi di dinding
abdomen (laparotomi) dan dinding uterus (histerektomi). (Cuningham,
dkk, 195 : 592).
Sectio Caesarea adalah melahirkan janin melalui insisi pada dinding
abdomen (laparotomi), dinding uterus (histerektomi). (Cuningham, dkk,
195 : 592).

2. Istilah
Istilah-istilah pada sectio caesarea :
1. Sectio caesarea primer (efektif)
2. Sectio caesarea sekunder.
3. Sectio caesarea ulang (repeat caesarean section)
4. Sectio caesarea histerektomi (caesarean section histerektomi)
5. Operasi porro (porro operation)

3. Klasifikasi Operasi Sectio Caesarea


1. Abdomen (sectio caesarea abodominalis)
1) SC Transperitoneus
1) SC klasik atau caparat dengan insisi memanjang pada corpus
uteri
2) SC ismika atau profinda atau low cervical dengan insisi pada
SBR.
3) SC Ekstraperitonealis
Tanpa membuka periteneum panetalis, dengan demikian tidak
membuka kavum abdominalis.
2.

Vagina (sectio caesarea vaginalis)


1) Sayatan memanjang (longitudinal) menurut kronig
2) Sayatan melintang (transversal) menurut Kerr.
3) Sayatan huruf T (T Inusion)

3.

SC Klasik (Korporal)

Sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira sepanjang 10 cm.


a.

Kelebihan :
1)

Mengeluarkan janin lebih cepat

2)

Tidak

mengakibatkan

komplikasi

kandung kemih tertarik


3)

Sayatan bisa diperpanjang proksimal


atau distal.

b. Kekurangan :
1) Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena
tidak ada repereinialis yang baik.
2) Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi rupture
uteri spontan.
4. SC Ismika (Profunda)
Dilakukan dengan membuat sayatan melintang kokraf pada SBR
(law servical transversal) kira-kira 10 cm.
a. Kelebihan
1) Penjahitan luka lebih mudah.
2) Penutupan luka dengan repertonialis yang baik.
3) Tumpang tindih dari peritereal tiap baik sekali untuk menahan
penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum.
4) Perdarahan kurang
5) Dibandingkan dengan klasik kemungkinan rupture uteri spontan
kurang atau lebih kecil.
b. Kekurangan
1) Luka dapat melebar ke kiri, kanan dan bawah sehingga dapat
menyebabkan uteri putus sehingga mengakibatkan perdarahan yang
banyak.
2) Keluhan pada kandung kemih postoperative tinggi.
4. Etiologi

Plasenta previa ( totalis dan subtotalis )

Panggul sempit

Letak bayi melintang

Tumor yang menghalangi jalan lahir

Pasca operatif vaginal ( vesico vaginal / Manchester


vaginal )
Keadaan lain yang tak memungkinkan kelahiran

vaginal

Gawat janin

Disfungsi uterus

Distosia jaringan lunak ( serviks )

Diabetes

Preeklamsi / toksemia kehamilan

Penyakit ibu

Infeksi

Ketidak Seimbangan Sefalopeliks (KSP) / CPD

5. Manifestasi klinis
1.

Plasenta

previa

sentralis dan lateraus (posterior)


2.

Panggul sempit

3.

Disproporsi

sefalo

perviks
4.

Rupture

uteri

Partus

lama

mengancam
5.
(prolonged labor)
6.

partus

tak

maju

(obstructed labor)
7.

Distosia serviks

8.

Pre

eklampsia

dan

hipertensi
9.

Malpresentasi janin

a. Letak lintang
b. Letak bokong
c. Presentasi dahi dan muka (letak defleksi) bila reposisi dan caracara lain tidak berhasil.
d. Presentasi rangkap, bila reposisi tidak berhasil.
e. Gemelli, menurut Eastiren SC dianjurkan :
1) Bila janin pertama letak lintang atau presentasi bahu
2) Bila terjadi interlock
3) Distosia oleh karena tuner

4) Gawat janin dan sebagainya


6. Perawatan Pasca Operasi
1. Perawatan Awal
1) Letakkan pasien dalam posisi untuk pemulihan
1) Tidur

miring

dengan

kepala

agak

ekstensi

untuk

membebaskan jalan nafas.


2) Letakkan lengan atas di muka tubuh agar mudah
melakukan pemeriksaan tekanan darah.
3) Tungkai bawah agak tertekuk, bagian atas lebih tertekuk
dari pada bagian bawah untuk menjaga keseimbangan.
2) Segera setelah pembedahan periksa kondisi pasien.
1) Cek tanda vital dan suhu tubuh setiap 15 menit selama jam
pertama, kemudian tiap 30 menit pada jam selanjutnya.
2) Periksa tingkat kesadaran setiap 15 menit sampai sadar.
3) Yakinkan bahwa jalan nafas bersih dan cukup ventilasi.
4) Tranfusi jika diperlukan
5) Jika tanda vital tidak stabil hematokrit turun walaupun
diberikan tranfuse, segera kembalikan ke kamar bedah
karena kemungkinan terjadinya perdarahan pasca bedah.
2. Fungsi Eastrointestinal
Fungsi gastrointestinal pada pasien obstetric yang tindakannya
tidak terlalu berat akan kembali normal dalam waktu 12 jam.
a. Jika tindakan bedah tidak berat, berikan pasien diet cair.
b. Jika ada tanda infeksi, atau jika seksio sesarea karena partus
macet atau rupture uteri, tunggu sampai bising usus timbul.
c. Jika pasien bisa flatus, mulai berikan makanan padat.
d. Pemberian infus diteruskan sampai pasien bisa diminum
dengan baik.
e. Jika pemberian infus melebihi 48 jam berikan cairan elektrolit
untuk balance (misalnya kalium klorida 40 mEq dalam 11
cairan infus)

f. Sebelum keluar dari rumah sakit pasien sudah harus bisa


makan makanan biasa.
3. Pembalutan dan Perawatan Luka
Penutupan/pembalutan luka berfungsi sebagai penghalang dan
pelindung terhadap infeksi selama proses penyembuhan yang
dikenal dengan repitelisasi. Pertahankan penutup luka ini selama
hari pertama setelah pembedahan untuk mencegah infeksi selama
proses reepitelisasi berlangsung.
a. Jika pada pembalut luka terjadi perdarahan atau keluar cairan
tidak terlalu banyak, jangan mengganti pembalut.
1) Perkuat pembalutnya.
2) Pantau keluarnya cairan dan darah
3) Jika perdarahan tetap bertambah atau sudah membasahi
setengah atau lebih dari pembalutnya, buka pembalut
insfeksi luka, atasi penyebabnya, dan ganti dengan
pembalut baru.
b. Jika pembalut agak kendor, jangan ganti pembalut tetapi
berikan plester untuk mengencangkan.
c. Ganti pembalut dengan cara steril.
d. Luka harus dijaga tetap kering dan bersih, tidak boleh terdapat
bukti infeksi atau selama itu sampai ibu diperbolehkan pulang
dari rumah sakit.
4. Analgetik
a. Pemberian analgetik sesudah bedah sangat penting.
b. Pemberian sedasi yang berlebihan akan menghambat mobilitas
yang diperlukan waktu pasca bedah.
5. Perawatan Fungsi Kandung Kemih
Pemakaian kateter dibutuhkan pada prosedur bedah. Semakin
cepat melepas kateter akan lebih baik mencegah kemungkinan
infeksi dan membuat wanita lebih cepat mobilitas.
a. Jika urin jernih, kateter dilepas 8 jam setelah bedah atau
sesudah semalam.

b. Jika urin tidak jernih, biarkan kateter dipasang sampai urine


jernih.
c. Kateter dipasang 48 jam pada kasus :
1) Bedah karena rupture uteri
2) Partus lama atau partus macet
3) Edema perineum yang luas
4) Sepsis puerperalis/peluro peritonitis
d. Jika terjadi perlukaan pada kandung kemih pasang kateter
sampai minimum 7 hari, atau urine jernih.
e. Jika sudah tidak memakai antibiotika, berikan nitrofurantoin
100 mg per oral per hari sampai kateter dilepas (untuk
mencegah sistitis)
6. Antibiotika
Jika ada tanda infeksi atau pasien demam berikan antibiotika
sampai bebas demam selama 48 jam.
7. Mengambil Jahitan
a. Jahitan fasia merupakan hal utama pada bedah abdomen
b. Melepas jahitan kulit 5 hari setelah hari bedah.
8. Demam
a. Suhu yang melebihi 380 C atau lebih pasca pembedahan harus
dicari penyebabnya.
b. Yakinkan pasien tidak panas minimum 24 jam sebelum keluar
dari rumah sakit.
9. Ambulasi/Mobilisasi
a. Ambulasi menyebabkan perbaikan sirkulasi, membuat nafas
dalam, dan menstimulasi kembali fungsi gastrointestinal
normal.
b. Dorong untuk menggerakkan kaki dan tungkai bawah sesegera
mungkin, biasanya dalam waktu 24 jam

7. Patofisiologi
Insufisiensi
plasenta

Faktor predisposisi :

Ketidak
seimbangan
sepalo
pelvic
Kehamilan
kembar
Distress janin
Presentsi janin
Preeklampsi
/

Sirkulasi uteroplasenta
menurun

Tidak timbul HIS

Tidak ada
perubahan pada
serviks
Kelahiran
terhambat
Post date

SC

Cemas pada
janin

Kadar kortisol
menurun
(merupakan
metabolisme
karbohidrat, protein

Persalinan tidak
normal

Nifas

Kurang
pengetahuan

Ansietas

(post

Estrogen
meningkat

Nyeri
Imobilisas

Pembendungan
laktasi

Resti
Infeksi
Penurunan
laktasi

8. Masalah keperawatan post SC

I.

1.

Nyeri

2.

Ansietas

3.

Harga diri rendah

4.

Resiko tinggi infeksi

5.

Resiko tinggi cidera

6.

Kurang pengetahuan

7.

Konstipasi

8.

Kurang perawatan diri

PENATALAKSANAAN
1. Perawatan luka post operasi
Perawatan luka ini dilakukan setiap hari guna menghindari terjadinya
infeksi

yang

dapat

penyembuhan luka.
2. Relaksasi

memperberat

luka

dan

menghambat

proses

Dengan relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri yang ditimbulkan luka post
operasi.
3. Diet
Makanan bergizi dan cukup kalori serta makan yang lebih banyak
mengandung cairan, sayuran, dan buah-buahan yang dapat membantu
mempercepat proses penyembuhan luka.
4. Mobilisasi
Dengan mobilisasi yang baik dapat melatih otot cepat kuat.
5. Perawatan payudara
Terutama kebersihan.
6. Pemeriksaan umum post SC
a. TTV : TD, Nadi, Suhu, Respirasi
b. Keadaan umum, mamae
c. Mamae, ASI, kolostrom, putting susu
d. Dinding perut, TFU, perineum
e. Lochea yang keluar
7. Penyuluhan untuk post SC/post persalinan
a. Latihan senam nifas
b. Mobilisasi dini
c. Pemberian ASI eklasif
d. Pemberian imunisasi
e. Rencana pemakaian KB.
Komplikasi
1 .Infeksi puerperal (Nifas)
a. Ringan (dengan kenaikan suhu beberapa hari saja)
b. Sedang (dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai
dehidrasi dan perut sedikit kembung)
c. Berat (dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik)
2. Perdarahan karena
b. Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka

c. Atonia uteri
d. Perdarahan pada plasenta bed
3. Luka kandung kemih, emboli dan ketuban kandung kemih bila
repertonialisasi terlalu tinggi.
4. kemungkinan ruftur uteri spontan pada kehamilan mendatang
C. KONSEP DASAR TEORI LETAK SUNGSANG
1. Definisi
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang
dengan kepala di fundus dan bokong berada dibagian bawah kavum uteri.
(Wiknjostastro, 1999 : 606)
Disebut letak sungsang apabila janin terlihat membujur dalam rahim
dengan bokong pada bagian bawah (RSUD Dr. Soetomo, 1994 : 59 )

2. Etiologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap
ruangan didalam uterus.
Faktor-faktor lain yang memegang peranan dalam terjadinya letak
sungsang diantaranya :
-

Hamil kembar

Hidramnion

Plasenta previa

Panggul sempit

3. Patofisiologi
Faktor-faktor penyebab terjadinya letak sungsang antara lain :
a. Gangguan akomodasi, misalnya pada kelainan bentuk rahim, tumor
rahim, kehamilan ganda, plasenta pada kornu, ekstensi tungkai janin.

b. Gerakan janin yang bebas, misalnya pada hidramnion, janin kecil/


prematur, grande multi gravida.
c. Gangguan fiksasi kepala pada pintu atas panggul, misalnya pada
plasenta previa, tumor panggul, kesempitan panggul, anensefalus/
hidrosefalis.
4. Bentuk-bentuk letak sungsang
a.

Letak bokong murni


Teraba bokong
Kedua kaki menjungkit ke atas sampai kepala bayi
Kedua kaki bertindak sebagai spalk

b.

Letak bokong kaki sempurna


Teraba bokong
Kedua kaki berada disamping bokong

c.

Letak bokong tidak sempurna


Teraba bokong
Disamping bokong teraba satu kaki

d.

Letak kaki
Bila bagian terendah teraba salah satu dan kedua kaki atau lutut
Dapat dibedakan : letak kaki, bila kaki terendah, letak lutut bila lutut
terendah.
Untuk menentukan berbagai letak sungsang dapat dilakukan dengan
melakukan pemeriksaan dalam, pemeriksaan foto abdomen dan
pemeriksaan ultrasonografi.

5. Penatalaksanaan
1. Antenatal
Kewaspadaan terhadap kasus letak sungsang dimulai sejak kehamilan
24 minggu.
Apabila pada kehamilan 28-30 minggu masih didapatkan letak
sungsang, maka dilakukan USG untuk mencari kemungkinan adanya

kelainan letak plasenta (plasenta previa), cacat bawaan atau kelainan


bentuk rahim.
Apabila pada pemeriksaan USG tidak ditemukan kelainan, maka
dicoba/ dilakukan versi luar ke letak kepala (tanpa paksaan). Dengan
catatan : bahwa tidak didapatkan suatu kontra indikasi untuk tindakan
versi luar (VL) yaitu panggul sempit, perdarahan antepartum, HT.
Penderita diminta kontrol seminggu kemudian.
Apabila versi luar gagal, penderita diminta kontrol seminggu
kemudian dan dicoba versi luar (VL) sekali lagi, bila gagal VL tidak
dilakukan lagi (Soetomo, 1994 : hal 60)
2. Persalinan sungsang

Kaji ulang sungsang


Yakinkan bahwa semua kondisi untuk persalinan aman pervaginam
terpenuhi.

Berikan dukungan emosional


Persiapkan sebelum tindakan untuk pasien, penolong operator asislem
dan kelahiran bayi pasang infus.

Pencegahan infeksi sebelum tindakan


Lakukan semua prosedur dengan halus
Bokong sempurna (fleksi kaki) atau bokong ikstensi kaki (Frank
breech)

Melahirkan bokong dan kaki


Jika bokong telah mencapai vagina dan pembukaan lengkap, suruh ibu
mengedan bersama dengan his.

Vagina perineum kaku, lakukan episitomi

Biarkan bokong turun sampai skapula kelihatan

Pegang bokong dengan hati-hati, jangan lakukan penarikan

Jika kaki tidak lahir spontan, lahirkan satu kaki dengan jalan :
-

Tekan belakang lutut

Genggam tumit dan lahirkan kaki

Ulangi untuk melahirkan kaki yang lain

Pegang pinggul tetapi jangan menarik dan melahirkan lengan dengan


teknik brocht.

Melahirkan lengan
Lengan berada di dada bayi
Biarkan lengan lahir spontan satu demi satu, jika perlu berikan
bantuan.
Jika lengan pertama lahir angkat bokong ke arah perut ibu agar lengan
kedua lahir spontan.
Jika lengan tidak lahir spontan, tempatkan 1 dan 2 jari disiku bayi dan
tekan agar tangan turun melewati muka setelah bokong dan kaki lahir
pegang pinggul. Perut 1800 sambil tarik ke bawah dengan lengan bayi
yang terjungkal ke arah jari tangan. Bantu melahirkan dengan
masukkan 1 atau 2 jari pada lengan atas serta menarik tangan ke bawah
melalui dada sehingga siku dalam keadaan fleksi dan lengan depan
lahir.
Melahirkan kepala dengan cara Mauriceaus mellivet.
Masukkan tangan kiri ke dalam vagina, letakkan badan bayi di atas
tangan kiri sehingga badan bayi seolah-olah menunggang kuda.
Tangan kanan mencekam tengkuk bahu bayi, jari tengah mendorong
oksipital sehingga kepala menjadi fleksi. Dengan koordinasi tangan
kiri dan kanan secara hati-hati tarik kepala dengan memutar sesuai
dengan jalan lahir.

You might also like