Professional Documents
Culture Documents
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006
hari ke-21, yaitu pada 1.46 kgf dan 1.61 kgf sedangkan dengan penyimpanan
dingin yaitu 1.40 kgf dan 1.57 kgf..
Nilai *L pada wortel utuh dan irisan wortel tanpa penyimpanan dingin hari
ke-21 masing- masing yaitu : 74.52 dan 67.25. Dengan penyimpanan dingin 69.82.
sedangkan pada irisan wortel 67.25. Nilai (*a) wortel utuh tanpa penyimpanan
dingin dan dengan penyimpanan dingin pada hari ke-21 masing- masing adalah :
20.25 dan 17.28. Pada irisan wortel 13.54 dan 14.51. Nilai (*b) wortel utuh pada
penyimpanan tanpa perlakuan penyimpanan dingin dan dengan penyimpanan
dingin masing- masing pada hari ke-21 adalah 55.43 dan 55.92 dan irisan wortel
adalah 49.17 dan 43.70.
Uji organoleptik pada penyimpanan dengan penyimpanan dingin dan tanpa
penyimpanan dingin hingga penyimpanan hari ke-21 masih dapat diterima
konsumen. Penyimpanan dingin dapat memperlambat penurunan kandungan betakaroten. Kandungan beta-karoten pada penyimpanan hari ke-3 sebelum
penyimpanan dingin turun 3.25%. Penurunan beta- pada komposisi gas 1-2% O2
dan 2-4% CO2, dimana karoten 0.57% pada hari ke-6 setelah dilakukan
penyimpanan dingin.
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul : Kajian Susut
Mutu Wortel Terolah Minimal dalam Kemasan Atmosfer Termodifikasi
dengan Penyimpanan Dingin
Adalah benar hasil karya saya sendiri dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum pernah dipublikasikan kepada perguruan tinggi manapun. Sumber data dan
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magster Sains pada
Program Studi Teknologi Pascapanen
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006
RIWAYAT HIDUP
PRAKATA
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah awal dari segalanya Allah SWT, Dialah yang telah
memberikan segala sesuatunya yang patut disyukuri, hingga dapat menyelesaikan
tesis ini. Tema yang dipilih dalam penelitian ini adalah: Kajian Susut Mutu
Wortel Terolah Minimal Dalam Kemasan Atmosfer Termodifikasi Dengan
Penyimpanan Dingin. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih
kepada Bapak Ir. Arief Sabdo Yuwono, M.Sc, Ph.D dan Bapak . Dr. Ir. Suroso,
M.Agr sebagai pembimbing yang telah memberikan pengarahan sejak awal
penelitian hingga tesis ini selesai. Serta kepada Bapak Dr. Ir. Usman Ahmad,
M.Agr sebagai penguji luar komisi, serta pak Sulyaden yang telah banyak
membantu selama penelitian.
Rasa terimakasih, cinta, sayang, rindu dan haru yang tak hingga juga
penulis sampaikan kepada Papa almarhum (Zainal Abidin Ritonga), Mama
almarhummah (Nurmawati), abangnda almarhum (Budi Irwansyah Ritonga) yang
telah mendahuluiku dalam peristiwa tsunami Aceh. Terimakasih Allah telah
memberikan seorang adinda (Surya Iskandar Ritonga) yang setia menemani dan
menjaga hidupku, terimakasih untuk bantuan materi dan morilnya. Tidak lupa
keluarga besar Ritonga untuk doa dan semangatnya. Asri,Adnan, Kudrat untuk
persahabatan yang indah. Teman-teman TPP 2003-2004, TEP 2003-2004, TEP
angkatan-39 juga rekan-rekan Assabily dan teman-teman di Aceh. Terima kasih
sebesar-besarnya hanya Allah yang mampu membalas semua kebaikan kalian.
Semoga tesis ini bermanfaat adanya untuk perkembangan ilmu pengetahuan.
Amin.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL...........................................................................................
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
PENDAHULUAN ..........................................................................................
Latar Belakang ...................................................................................
Tujuan Penelitian.................................................................................
ii
iii
vi
1
1
2
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Komposisi gizi per 100 gram baha n ............................................................
16
16
4 Pengaruh komposisi gas terhadap kesukaa n panelis pada wortel utuh .......
36
5 Pengaruh komposisi gas terhadap kesukaan panelis pada irisan wortel .....
36
DAFTAR TABEL
ii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Saluran distribusi buah dan sayur pada pemasaran petani komersial ........
17
19
4 Bagan
21
22
24
25
28
29 10
29 11
30
31
31
33
33
16 Perubahan kecerahan (*L) wortel utuh (W1) pada berbagai komposisi gas
selama penyimpanan pada suhu 5oC .........................................................
34
17 Perubahan kecerahan (*L) irisan wortel (W2) pada berbagai komposisi gas
selama penyimpanan pada suhu 5oC .........................................................
34
18 Perubahan nilai merah (*a) wortel utuh (W1) pada berbagai komposisi gas
o
iii
35
19 Perubahan nilai kuning (*b) wortel utuh (W1) pada berbagai komposisi gas
o
35
20 Kurva beberapa film kemasan dan udara dengan daerah kemasan terpilih
wortel terolah minimal ...............................................................................
38
39
40
41
43
43
44
45
45
46 .
48
49
iv
52
53
55
56
57
58
58
59
60
62
62
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
o
69
70
71
72
73
74
75
77
78 10
79 11
80
82
vi
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Distribusi sayur-sayuran dan buah-buahan dari pemanenan hingga sampai
ketangan konsumen membutuhkan waktu yang relative lama. Setelah pemanenan sayur sayuran dan buah-buahan juga masih mengalami proses fisiologi sehingga proses
kehidupan masih berlangsung, salah satunya adalah proses
respirasi.
Respirasi
merupakan proses katabolisme dengan tujuan untuk memperoleh energi yang dibutuhkan
dalam melakukan proses kehidupan. Karena itu setelah dipanen mutu sayur-sayuran dan
buah-buahan tidak dapat diperbaiki tapi hanya dapat dipertahankan.
Selain itu sifat sayur-sayuran dan buah-buahan yang mudah rusak karena
mengandung kadar air yang tinggi dan masih melakukan kerja fisiologis, menuntut
penanganan khusus sehingga bobot dan susut mutu dapat dihindari. Penanganan yang
tidak optimal selama penyimpanan, transportasi atau pada saat penjualan menyebabkan
buah yang sampai ke konsumen tidak sesegar buah aslinya dan sudah mengalami susut
bobot dan susut mutu. Penyimpanan dingin merupakan hal yang penting dalam
penanganan wortel, terutama suhu yang digunakan pada masa penyimpanan dapat
memperpanjang masa simpana dan mempertahankan kualitas gizi komoditi wortel.
Wortel merupakan jenis sayuran yang digemari, dikarenakan kandungan gizinya
cukup tinggi, banyak mengandung beta-karoten sebagai sumber vitamin A. Untuk
memperpanjang masa simpannnya dilakukan penyimpanan yang bervariasi, salah satunya
dengan penyimpan pada suhu rendah.
Pada sisi lain, kemajuan teknologi menuntut suatu sajian praktis dalam
mengkonsumsi suatu produk, dimana semakin sedikit waktu yang tersedia yang berkaitan
dengan penyajian makanan, terutama dalam pemilihan sayuran siap masak, segar dan
praktis sehingga mudah dan cepat penyajiannya.
Untuk memenuhi kebutuhan sayuran yang siap untuk dimasak ini, perlu dilakukan
pengolahan minimal yang antara lain meliputi kegiatan seleksi, pencucian, pengupasan
dan pengirisan/pemotongan. Proses pengupasan dan pengirisan/pemotongan dapat
mengakibatkan pelapis alami pada sayuran akan hilang. Proses ini akan menyebabkan
terjadinya induksi sintesis etilen, degradasi membran lipid, reaksi
pencoklatan,
2
pembentukan metabolid sekunder, kehilangan air dan peningkatan laju respirasi. Hal ini
menyebabkan sayuran menjadi cepat rusak, hingga umur simpannya pendek.
Membungkus wortel dengan kemasan yang sesuai dalam atmosfer termodifikasi
pada suhu rendah merupakan salah satu cara mengantisipasi pendeknya umur simpan
sayuran terolah minimal. Cara ini berguna untuk menekan laju respirasi, dengan cara
menurunkan konsentrasi O2 yang dibutuhkan, meningkatkan konsentrasi CO 2 dan
dikombinasikan dengan penyimpanan suhu rendah, hingga dicapai umur simpan yang
panjang.
Namun penyimpanan dingin sayuran, termasuk wortel sebelum dilakukan
pengolahan minimal akan mempengaruhi mutu fisik dan kimia wortel. Hal tersebut
disebabkan adanya fluktuasi suhu, baik selama penyimpanan, transportasi dan penjualan
yang menyebabkan wortel yang sampai ke konsumen akhir tidak sesegar wortel yang
baru dipanen karena sudah terjadi perubahan mutu (fisik maupun kimia) secara drastis.
Oleh karena itu diperlukan data mengenai pengaruh berbagai bentuk penanganan
perlakuan suhu terhadap mutu wortel, terutama setelah dilakukan pengolahan minimal,
sehingga mutu wortel yang sampai ke konsumen tetap segar dan mutunya dapat
dipertahankan.
Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh penyimpanan dingin
terhadap umur simpan dan mutu wortel terolah minimal dalam kemasan Atmosfer
Termodifikasi yang digunakan selama pendistribusian wortel.
Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
1 Menentukan laju respirasi wortel yang terolah minimal.
2 Memilih komposisi atmosfer dan jenis film kemasan yang tepat untuk wortel yang
terolah minimal.
3 Menentukan berat wortel terolah minimal untuk tercapainya kondisi atmosfer
termodifikasi dalam kemasan.
4 Menduga umur simpan wortel terolah minimal yang sebelumnya mengalami
perlakuan penyimpanan dingin.
TINJAUAN PUSTAKA
Wortel
Tanaman wortel (Daucus carrota) berasal dari dataran Asia, kemudian
berkembang ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. Wortel ditanam pada cuaca agak
dingin dan lembab, biasa ditanam sepanjang tahun, baik pada musim hujan maupun
kemarau. Daerah yang cocok ditanami wortel diatas 400 m dari permukaan laut.
Ada berbagai macam jenis wortel, antara lain :
1
Pemanenan biasanya dilakukan pada saat tanaman berumur 2.5 bulan 4 bulan, dengan
garis tengah 2 cm, tergantung pada varietas dan iklim setempat, waktu memanen
sebaiknya pada saat masih muda, sebab umbi yang sud ah tua terasa keras dan pahit.
Umbi wortel berwarna kuning kemerahan karena mengandung beta-karoten yang
tinggi, kulitnya tipis rasanya enak renyah dan agak manis (Berlin dan Rahayu, 1995).
Komposisi gizi umbi wortel disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Komposisi gizi wortel per 100 gram bahan
Bahan Penyusun
Kandungan Gizi
Kalori (kal)
42
Karbohidrat (g)
9.30
Lemak (g)
0.30
Protein (g)
1.20
Kalsium (mg)
39
Phosphor (mg)
37
Besi (mg)
0.80
Vitamin A (SI)
12000
Vitamin B (mg)
0.06
Vitamin C (mg)
6
Air (g)
88.20
Bagian yang dapat
88
dimakan (%)
Sumber : Berlian dan Rahayu (1995)
Fisiologi Pascapanen
Pascapanen merupakan semua kegiatan yang dilakukan terhadap komoditi setelah
selesai panen yang bertujuan untuk menjaga kondisi produk agar tetap segar hingga tiba
ke tangan konsumen. Kegia tan Pasca panen ini meliputi dari pemanenan, ada beberapa
urutan persiapan tersebut, meliputi : pembersihan, pemilihan, pencegahan penyakit pasca
panen, pengukuran (sizing ), pengkelasan
(grading),
pengemasan
(packaging),
beta-karoten
menjadi
vitamin
A.
Sayuran dan buah berwarna hijau atau kuning biasanya banyak mengandung vitamin A,
semakin hijau maka semakin tinggi kadar karotennya (Winarno, 2002).
Ada beberapa provitamin A yang termasuk pigmen karatenoid.. yang paling
penting adalah beta-karoten. Kerusakan dapat terjadi pada suhu tinggi jika ada oksigen.
Senyawa ini juga rentan terhadao oksidasi oleh lipid peroksidase dan yang mendorong
oksidasi lipid yang mengakibatkan penguraian vitamin A. Vitamin A juga sangat rentan
terhadap sinar dan cahaya (Deman, 1989).
Pendinginan Pendahuluan
Suatu faktor yang penting dilakukan sebelum penyimpanan dilakukan adalah
pendinginan pendahuluan. Pendinginan pendahuluan merupakan salah satu usaha untuk
menghilangkan panas lapang pasca panen guna memperlambat respirasi, memperkecil
kerentanan terhadap serangan mikroorganisme,
Tengat waktu antara panen dan pendinginan awal, yaitu harus sesingkat mungkin
2)
Suhu bahan, setelah pendinginan awal diusahakan mencapai suhu aman simpan
bahan
3)
4)
5)
penyimpanan
dingin (cold storage), air akan menguap dari permukaan bahan dan mengembun di bahan
lain yang sudah lebih dulu dingin di dalam ruangan tersebut. Hal ini mungkin akan
mempengaruhi mutu bahan terdahulu. Untuk menghindari hal tersebut, dilakukan prapendinginan seperti menganginkan bahan pada malam hari, mengunakan air dingin
(hydro-cooling) atau es.
Distribusi dan Pemasaran
Penyaluran atau pemasaran komoditi biasanya melibatkan beberapa lembaga
perantara, mulai dari produsen hingga konsumen akhir.
Fungsi- fungsi
pemasaran
tersebut dilakukan oleh lembaga perantara didalam suatu saluran pemasarn atau saluran
distribusi adalah saluran yang digunakan produsen untuk menyalurkan produknya kepada
konsumen dari produsen (Limbong, 1987).
Menurut Pantastico (1997), Untuk produk hortikultura terdapat dua model saluran
pemasaran tradisional dan pemasaran komersial. Salah satu ciri saluran pemasaran
tradisional adalah jumlah perantara pemasaran yang relative demikian besar. Pola yang
biasa adalah petani menawarkan hasil produksinya ke tengkulak, tengkulak membawa
hasil yang dikumpulkannya menyusuri saluran pemasaran, ke pasar-pasar pengumpul
kedua dan seterusnya ke pasar pusat pe njualan dalam partai besar di kota.
Saluran pemasaran petani komersial yang terletak dipingiran kota, produsenprodusen itu berhubungan langsung dengan pengumpul, yang langsung menjualnya ke
pengecer besar atau pengolah (Pantastico, 1997). Saluran distribusi rantai dingin wortel
yang dihasilkan dari perkebunan rakyat pada petani melalui pemasaran petani komersial
adalah sebagai berikut :
PRODUSEN
Konsumen Akhir
Pengumpul Kecil
Pengumpul Kecil
Pedagang Pengecer
Konsumen Akhir
Konsumen Akhir
Gambar 1 Saluran distribusi buah dan sayur pada pemasaran petani komersial.
Dari ketiga saluran distribusi yang ada, pola ketiga yang biasanya terjadi dan
dominan, yakni produsen (petani), pedagang pengumpul ke pedagang pengecer lalu
konsumen akhir. Setelah melakukan pemanenan sayuran dan buah langsung dijual pada
pedagang pengumpul kecil, atau petani sendiri langsung mengantarkannya kepada
pedagang pengumpul kecil. Pedagang pengumpul sendiri mengumpulkan berbagai jenis
komoditi pertanian, yang selanjutnya akan dijual pada pedagang eceran, baik pedagang
eceran tradisional maupun pedagang modern sekelas supermarket. Konsumen selanjutnya
membeli langsung komoditi pada pedagang eceran.
Petani
Pasar untuk sayuran selalu terbuka sepanjang tahun, baik pada musim hujan atau
kemarau, kebutuhan akan sayuran tetap tinggi. Petani memanen hasil kebunnya hampir
setiap hari. Sehingga petani harus mengetahui pengaturan budidaya sayur agar dapat
panen secara rutin dan dapat memenuhi kebutuhan konsumen. Panen rutin
dapat
diperoleh dengan dua cara, untuk satu jenis sayuran (penanaman monokultur) saja atau
untuk beberapa jenis sayuran (penanaman sistem tumpangsari). Untuk selanjutnya hasil
pemanenan rutin akan ditampung oleh para pedagang pengumpul.
Pedagang Pengumpul
Pedagang
pengumpul
mengangkut
hasil
panen
petani
ke
gudang
yang
dengan
suhu yang bervariasi untuk setiap supe rmarket yaitu 1-10 C. Secara berkala sayur yang
dipajang ditambah dengan sayur yang disimpan pada gudang penyimpanan, lamanya
penyimpanan wortel pada supermarket adalah 1-3 hari.
Konsumen Akhir
Konsumen akhir memperoleh komoditi ini dari pedagang pengecer/supermarket.
Konsumen tidak pernah mengetahui berapa lama komoditi yang dibelinya dapat disimpan
dengan tetap mempertahankan mutunya.
Penyimpanan Dingin
Kegunaan umum pendinginan adalah untuk pengawetan, penyimpanan dan
distribusi bahan pangan yang rentan rusak. Kelayakan bahan pangan untuk dikonsumsi
dapat diperpanjang dengan penurunan suhu, karena dapat menurunkan reaksi dan
penguraian kimiawi oleh bakteri. Pendinginan dan pembekuan tidak dapat meningkatkan
mutu bahan pangan, dan hasil terbaik yang diharapkan adalah mempertahankan mutu
tersebut pada kondisi terdekat dengan saat akan memulai proses pendinginan. Hal ini
berarti mutu hasil pendinginan sangat dipengaruhi oleh bahan pada saat awal proses
pendinginan.
Menurut Ben-Yehoshua (1985) penyimpanan pada suhu rendah merupakan teknik
yang paling tua dan paling luas penggunaannya untuk memperpanjang masa simpan
produk yang tidak tahan lama. Wong et al (1994) menyatakan bahwa suhu rendah efektif
dalam memperkecil kerusakan metabolik jaringan sel. Berbagai penelitian
dilakukan
bahan
bahan
pangan.
akan
menyebabkan
pertunasan dan pembusukan (Pantastico, 1997). Pada suhu normal untuk penyimpanan
setiap kenaikan suhu 10oC akan meningkatkan laju penuaan 2-3 kali lebih cepat bagi
sebagian komoditas hortikultura (Winarno et al. 1980). Sebaliknya penyimpanan pada
o
suhu 4 C atau lebih rendah lagi akan menyebabkan terjadinya akumulasi gula karena
metabolisme berlangsung lambat (Muchtadi, 1989).
Batas penurunan suhu penyimpanan buah-buahan dan sayuran adalah suhu yang
merupakan awal terjadinya proses kerusakan akibat pendinginan (chilling injury) yang
dapat menyebabkan kulit berwarna hitam. Suhu ini bervariasi antara satu produk dengan
produk yang lain, bergantung pada jenisnya masing- masing (Winarno, 1980).
Namun waktu simpan di daerah-daerah dengan iklim tropika hanya pendek dan
pembusukan berlangsung cepat karena banyaknya penyakit. Dengan demikian bila
o
diinginkan waktu simpan yang lama, maka suhu 0 C adalah yang paling baik untuk bit,
wortel, lobak dan turnips (Pantastico, 1997).
Suhu
memacu
pembusukan, sedangkan suhu yang lebih rendah dapat mengakibatkan rasa manis pada
kentang, sedangkan pada wortel perlu adanya kelembaban yang mendekati kejenuhan.
Pada wortel tidak terjadi pengeriputanpada RH 98% . Sedangkan menurut Ashby (1970)
suhu yang diinginkan adalah 0oC, kelembaban yang diinginkan dan baik untuk wortel
adalah 90-95% sedangkan setelah dikemas RH 80-90% dengan titik pendinginan
terendah -1.34oC. Namun sebelum wortel dikemas atau di simpan pada suhu rendah
sebaiknya dilakukan pendinginan pendahuluan, suhu pendinginan pendahuluan yang baik
o
adalah 4.4-10 C.
Rantai Dingin (Cold chain)
Penanganan pasca panen sayuran dan buahan umumnya dilakukan untuk tujuan
penyimpanan, pengangkutan dan pemasaran. Langkah utama yang dilakukan adalah
pemilihan (sorting), pemisahan berdasarkan ukuran (sizing), pemilihan berdasarkan mutu
(grading) dan penge masan. Tergantung pada saturan atau buah yang ditangani, mungkin
diperlukan beberapa kegiatan tambahan seperti curing,degreening, pencucian, pengikatan
dan pembudelan (bunching), pengunaan bahan kimia. Pendinginan sayuran dan buahan
biasanya dibedakan menjadi dua proses yaitu pendinginan awal dan penyimpanan dingin.
Tahapannya antara lain :
a. Pra-pendinginan (Preecooling)
b. Penyimpanan Dingin
c. Transportasi
d. Pemasaran
Rantai pendingin (Cold Chain) yang mulai diterapkan di sektor pertanian
membuka peluang pemasaran bagi hasil pertanian dan nelayan berskala kecil, terutama di
wilayah Indonesia Timur yang sedang di galakkan. Dengan
dibangunnya
rantai
pendingin dari titik produksi ke titik konsumsi, bahan makanan yang mudah busuk dan
makanan beku dapat diolah dan diangkut dengan cara yang paling efisien. Buah dan
sayuran hasil produksi hortikurtura juga dapat dikirim melalui pelayaran antar pulau dan
negara, dengan mengunakan pendingin dengan suhu tertentu sehingga kualitas tetap
terjaga. Rantai pendingin merupakan suatu sistem penanganan dan penyimpanan di
dalam ruangan berpendingin untuk bahan makanan yang berasal dari berbagai penyalur
dan tempat, dan merupakan suatu metode modern yang digunakan distributor dalam
menangani bahan makanan segar dan prosedur untuk menjaga agar makanan tetap aman
untuk dikonsumsi. Ukuran dan tampak luar sayuran dan buah sangat penting, sehingga
proses penerimaan, sorting, pencucian serta penyimpan menjadi langkah yang sangat
menentukan mutu akhir produk sampai ke tangan konsumen.
Tujuan penyimpanan dingin untuk menyediakan ruang yang berpendingin yang
memadai untuk penanganan dan penyimpanan sayuran dan buah yang mudah rusak.
Kemasan yang digunakan pada penyimpanan juga harus mampu melindungi produk,
tetapi tetap menyediakan ruang untuk aliran ud ara pendingin sehingga suhu dapat
dipertahankan pada tingkat yang seharusnya. Bentuk dan ukuran ruang penyimpanan
tergantung jumlah dan jenis bahan yang disimpan, ukuran dan bentuk kemasan , metode
penyimpanan serta lamanya penyimpanan.
Suhu pada penagana n rantai dingin berbeda-beda untuk setian bahan yang
disimpan, meskipun suhu rendah efektif namun untuk produk yang sensitive justru dapat
mengakibatkan kerusakan dingin (chilling injury ) atau kerusakan beku (freezing injury).
Kerusakan tersebut kemungkinan tidak tampak selama bahan masih tetap dingin, tetapi
akan terlihat jelas ketika suhu bahan meningkat. Kerusakan dingin merupakan persoalan
besar dalam penanganan pasca panen buah dan sayuran, dan dapat lebih parah lagi bila
waktu pengangkutan dan penyimpanannya lama. Kerusakan dingin dapat menyebabkan
kehilangan rasa, tekstur, warna dan kemampuan pematangan serta meningkatnya
kemudahan diserang jamur.
Suhu penyimpanan yang berbeda-beda saat penyimpanan maupun pengangkutan
pada rantai dingin mengakib atkan fluktuasi suhu yang dapat mengakibatkan penurunan
mutu serta semakin pendeknya masa simpan bahan segar. Berbagai kondisi lingkungan
selama produk pertanian disimpan sangat berpengaruh terhadap mutu produk, atau
fisiologi lepas panen. Dari semua faktor yang paling berpengaruh adalah suhu. Hampir
semua jenis buah-buahan maupun sayuran segar mudah rusak.
Sayuran disimpan, ditransportasi untuk selanjutnya dijual sudah mengalami
kerusakan. Suhu produk sangat berpengaruh kritis sejak produk dipanen, dimana proses
pembusukan dimulai. Karena alas an tersebut penundaan pendinginan produk dapat
menyebabkan kerusakan yang tidak dapat dikembalikan lagi. Proses pendinginan dan
penyimpanan tidak dapat memperbaiki mutu produk, hanya dapat mempertahankan saja.
Karena alasan tersebut penanganan produk dengan manajemen suhu yang hati- hati bagi
buah dan sayur-sayuran selama distribusi produk sangat diperlukan untuk menjaga mutu
produk.
Penyimpanan dengan Atmosfer Termodifikasi
Refrigeration atau pengunaan suhu rendah merupakan teknik dasar
yang
dengan
dan konsentrasi yang telah diatur dengan mengunakan alat, sehingga kesetimbangan
langsung tercapai. Dan permeabilitas kemasan sangat penting karena pertukaran gas
terjadi lewat kemasan yang digunakan (Syarif, 1992).
Teknologi Pengolahan Minimal (Minimal Processing)
Teknologi pengolahan minimal adalah rangkaian kegiatan pada produk bahan
pangan segar (buah dan sayuran) antara lain meliputi kegiatan menghilangkan bagianbagian yang tidak dapat dikonsumsi dan memperkecil ukuran produk (Schlimme, 1995).
Rangkaian kegiatan dalam pengolahan minimal adalah : pencucian, sortasi, pengupasan
dan pemotongan (pada komoditas yang perlu dipotong). Menurut Burn (1995) buah dan
sayuran segar terolah minimal lebih menawarkan jaminan mutu dibandingkan dengan
sayuran segar dengan kondisi utuh tertutup kulit, karena pada sayuran segar terolah
minimal konsumen dapat secara langsung melihat kondisi bagian dalam. Hilangnya
pelindung alami pada buah dan sayur terolah minimal menyebabkan ganguan sel, induksi
dan akselerasi kerusakan oleh aktivitas enzim, peningkatan sintesa etilen, peningkatan
respirasi. Perubahan-perubahan fisiologis tersebut menyebabkan umur simpan sayuran
menjadi pendek (Wong et al. 1994).
Untuk mengantisipasi pendeknya umur simpan sayuran terolah minimal ini dapat
diupayakan dengan penyimpanan pada suhu rendah, modifikasi komposisi atmosfer dan
pengunaan film kemasan segera setelah pengolahan minimal. Perlakuan tersebut secara
sendiri-sendiri telah dapat memperpanjang umur simpan, tetapi hasil yang diperoleh akan
optimal dengan pengabungan keduanya (Thompson, 1998). Menurut Schewfelt (1987)
masa simpan itu sendiri adalah : batas waktu suatu produk untuk dapat mempertahankan
kualitas penerimaannya dibawah kondisi penyimpanan tertentu.
Menurut Laurila dan Ahvenainen (2002) metode yang sangat mudah dan tidak
mahal dapat digunakan jika buah disiapkan pada hari ini dan dikonsumsi untuk besok.
Tetapi jika buah dibutuhkan untuk masa simpan beberapa hari bahkan untuk lebih dari
satu minggu maka diperlukan metode pengolahan dan perlakuan yang lebih baik.
Langkah- langkah penyiapan buah terolah minimal dirangkum sebagai berikut:
Kondisi bahan baku yang baik termasuk varietas, penanaman cara panen dan
penyimpanan yang tepat.
Pencucian dan atau pembersihan yang hati- hati sebelum dan sesudah pengupasan.
Penggunaan bahan aditif yang ringan selama pencuc ian untuk disinfektan atau
pencegahan warna coklat.
proses
respirasi, berbeda-beda tergantung dari jenis dan sifat kemasan yang digunakan. Film
plastik memberikan perlindungan pula terhadap kehilangan air pada produk sehingga
sampai waktu yang lama produk akan tetap kelihatan segar.
Pada kemasan dalam plastik film yang tertutup rapat, hasil- hasil pertanian dapat
disimpan lebih lama, karena termodifikasinya udara disekitar bahan. Namun demikian
bau dan rasa yang tidak diinginkan dapat timbul pada kemasan plastik film yang tertutup
rapat (Hall et al., 1975). Bau dan rasa yang tidak diinginkan dapat muncul apabila
akumulasi CO2 dan penurunan O2 akibat respirasi bahan yang disimpan, telah melebihi
ambang batas hingga respirasi berubah menjadi aerobik menjadi anaerobik.
yang
menguntungkan melalui respirasi produk yang dikemas, terdapat beberapa faktor yang
perlu diperhatikan. Diantaranya adalah suhu, kelembaban dan waktu selama produk
didalam kemasan yang dipengaruhi oleh lingkungan didalam kemasan. Selain itu jenis
dan berat produk yang dikemas tidak boleh diabaikan. Jenis dan tebalnya film. Keadaan
produk yang disimpan merupakan faktor yang amat penting pula, karena setiap produk
mempunyai toleransi yang berbeda terhadap penerimaan O 2 dan kenaikan CO2.
Gunadnya (1993), menyatakan bahwa nilai untuk film propilen densitas rendah,
propilen, strech film dan white strech film berturut-turut adalah 3.60, 2.86, 1.50 dan 1.00.
Nilai merupakan perbandingan koefisien permeabilitas film kemasan terhadap gas CO2
dengan O2. Koefisien permeabilitas film kemasan berdasarkan penelitian Gunadnya
ditampilkan pada Tabel 3. Kemudian data tersebut diplot dalam kurva film kemasan dan
udara pada Gambar 2. Prinsip pemilihan film kemasan adalah setiap daerah MA bahan
segar yang dilalui oleh garis kemasan, menunjukkan bahwa film kemasan tersebut sesuai
untuk dipilih sebagai pengemas.
Polietilen LDPE
19.0
55
Polietilen HDPE
2.7
10.6
Polistiren
2.9
11
Poliamida (nilon 6)
0.1
0.38
PVC kaku
0.4
1.2
Poliester
0.05
0.22
PVDC
0.0094
0.053
Pliofilm NO
0.08
0.3
Etil selulosa
84
265
Sumber : Syarief et al. (1989) dan Buckle et al. (1978)
352
35
88
1.6
10
1.53
0.29
1.7
2000
a)
10 0C
a)
15 0C a)
25 0C
O2
b)
O2
CO 2
O2
CO2
2 Polipropilen
265
364 294
430
3 Stretch film
342
888 473
226
422 291
: hasil perhitungan
: hasil penetapan
b)
CO2
1002 3600
229 656
21
18
15
12
Stretch film
6
PolietilenPolipropilen
densitas rendah
0
0
12
15
18
21
terhadap
suhu
penyimpan wortel yang dipakai selama di lapang, terdiri dari suhu pada saat
pemanenan wortel di lapang, suhu penyimpanan dingin pada pedagang
pengumpul, suhu pengangkutan (transportasi), serta suhu penyimpanan dingin
pada berbagai supermarket.
19
Tahapan Penelitian
Pengukuran Laju Respirasi
Pengukuran laju respirasi wortel terolah minimal dilakukan dalam wadah
stoples kaca. Terbagi atas 2 bagian, yaitu wortel utuh dan wortel ya ng telah diiris
bulat dengan ketebalan 0.5 cm. Masing- masing wortel dimasukkan kedalam
stoples yang berbeda, berisi 300 gram wortel dan kemudian stoples ditutup rapat.
Wortel utuh
Penyimpanan dalam
respiration chamber pada
suhu ruang, 5oC dan 10oC
Pengukuran konsentrasi gas O2 dan CO2 setiap 3
jam (hari pertama),6 jam hari kedua,12 jam hari
ketiga dan 24 jam sekali hingga konsentrasi CO2
dan O2 setimbang.
Gambar 3 Bagan alir pengukuran laju respirasi wortel Keseluruhan stoples
ditutup rapat dengan lapisan lilin dan vaselin
untuk
mencegah terjadinya kebocoran pada celah antara tutup dan ulir kaca, sehingga tidak
terjadi sirkulasi gas masuk dan keluar stoples. Stoples disimpan pada lemari pendingin
masing- masing pada suhu ruang, 5oC dan 10 oC.
Untuk mengukur konsentrasi gas dalam stoples dibuat dua buah lubang
pada bagian tutup stoples yang dihubungkan dengan selang plastik untuk
mempermudah pengukuran kandungan gas dalam stoples. Pengukuran kandungan
gas pada hari pertama dilakukan dengan selang waktu 4 jam sekali. Dan setiap 6
jam sekali pada hari ke dua dan ke tiga, serta 12 jam hari ke empat dan 24 jam
sekali untuk pengukuran respirasi selanjutnya, hingga konsentrasi CO2 dan O2
telah mencapai kondisi kesetimbangan.
Laju respirasi wortel dapat dihitung berdasarkan persamaan :
R
Q xV x10 ...................................................................................................1)
2
Wxt
Dimana :
R = laju respirasi (ml CO2/kg jam atau ml O2/kg jam)
V = volume bebas chamber (ml)
Q = perbedaan konsentrasi CO2 dan O2
(%) W = berat buah duku (kg)
t
melalui
dan suhu dilakukan tiga kali ulangan. Daerah atmosfer termodifikasi adalah batasbatas konsentrasi gas O2 dan CO2 memberikan umur simpan yang paling panjang
dibandingkan dengan konsentrasi yang lain. Batas-batas tersebut diplotkan
kedalam grafik, hubungan antara O2 dan CO2 membentuk daerah yang
termodifikasi.
Stoples kaca
Komposisi gas
atmosfir
terpilih
1% O2 dan 2% CO2
2% O2 dan 2% CO2
2% O2 dan 4% CO2
1% O2 dan 4% CO2
Gambar 4 Bagan alir penentuan komposisi O2 dan CO2 pada suhu terpilih
film
kemasan terhadap gas O2 dan CO2, sehingga diperoleh jenis kemasan yang sesuai
dengan komposisi atmosfir optimum yang terpilih (Kendrianto, 2002)
Komposis
i gas
terpilih
Kemasan terpilih
Gambar 5 Bagan alir pemilihan jenis film kemasan
Penentuanan Berat Irisan Wortel dan Kemasan
Atmosfir Termodifikasi
Berat irisan wortel terolah minimal yang akan dikemas serta luas permukaan
kemasan dihitung secara teoritis berdasarkan persamaan (2) Mannaperuma
sebagai berikut :
A.P.F
R.b
keterangan:
W = Berat wortel terolah minimal
(kg) R
Wortel dipotong/
diiris 0.5 cm
Ditimbang
Pengangkutan dengan
mobil
Ditimbang
Pengamatan
Pengamatan dan pengujian mutu bahan yang disimpan pada beberapa
perlakuan diatas meliputi ; kekerasan, susut bobot, beta-karoten dan organoleptik.
Total Padatan Terlarut
Irisan wortel ditumbuk dengan mortal, kemudian diambil sarinya sebagai
sample, diletakkan diatas objek gelas. Kadar total padatan terlarut langsung
terlihat dalam satuan brix, setiap sample diukur dua kali.
Kekerasan
Pengujian kekerasan dilakukan dengan mengunakan Rheometer. Alat
distel dengan strain 0.5 mm dengan beban maksimum 10 kg dan mengunakan
probe no.38. bahan ditusuk pada tiga bagian/titik yang berbeda. Kekerasan irisan
segar wortel dapat langsung dibaca pada alat denga n satuan kgf.
Warna
Pengujian warna dilakukan dengan mengunakan Cromameter.
Bahan
ditusuk pada tiga bagian/titik yang berbeda. Warna irisan segar wortel dapat
langsung dibaca pada alat dengan nilai *L (tingkat kecerahan), *a (nilai merah)
dan *b (nilai kuning).
Susut Bobot
Pengukuran terhadap bobot dilakukan berdasarkan % penurunan bobot
(berat basah) behan sejak awal penyimpanan dibandingkan dengan berat pada
akhir penyimpanan. Menurut Pantastico (1997) susut bobot dapat dihitung dengan
persamaan :
susutbobot
Dimana :
a = Berat awal bahan (kg)
b = Berat akhir bahan (kg)
ab
a
x100%
Pengujian Beta-karoten
Pengujian beta-karoten dikerjakan oleh laboran pada Balai Besar (BB)
Pasca Panen Cimanggu, Bogor. Cara kerjanya adalah sebagai berikut : sample di
freeze dry. Dengan 10 ml heksan : aseton (1:1). Campuran kemudian di saring
dengan penyaring vacum. Ekstraksi dilakukan berulang-ulang hingga ampas tidak
berwarna lagi dan dimasukkan ke tabung raksi tertutup. Kemudian di evaporasi
dengan gas N2 sampai kering. Selanjutnya disaponifikasi dengan 4 ml KOH 5 %
dalam methanol dan waterbath pada suhu 70oC selama 30 menit.
Organoleptik
Uji organoleptik dilakukan setelah penentuan jenis film kemasan,
tujuannya adalah untuk menentukan kondisi optimal penyimpanan irisan segar
wortel dalam kemasan atmosfer termodifikasi (Soekarto, 1985). Pengujian
dilakukan pada 15 orang. Parameter-parameter yang diuji meliputi tingkat
kesegaran, tekstur,warna aroma dan rasa dari panelis terhadap sample yang
diberikan selama penyimpanan.
hampir sama, lonjakan produksi CO2 pada wortel utuh dan irisan wortel terjadi
pada jam ke-15 yaitu pada hari pertama penyimpanan dengan nilai masingLaju produksi CO2(ml/kg.jam
40
Wortel utuh
Irisan wortel
35
30
25
20
15
10
5
0
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
Pada suhu penyimpanan yang lebih tinggi yaitu suhu 10 oC laju produksi
CO2 juga terjadi pada jam yang sama, dengan nilai yang sedikit lebih tinggi yaitu
33,55 ml/kg.jam pada wortel utuh dan 55,32 ml/kg.jam pada irisan wortel. Untuk
laju produksi CO2 pada suhu ruang pada jam ke-15 terlihat perbedaan yang besar
sekali antara wortel utuh dan irisan wortel, dengan nilai masing- masing 50,98
ml/kg.jam dan 156,06 ml/kg.jam.
29
60
Wortel utuh
55
50
Irisan wortel
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
10 C.
300
Wortel utuh
Irisan wortel
250
200
150
100
50
0
0
50
250
Gambar 10 Laju produksi CO2 wortel selama penyimpanan pada suhu ruang.
KonsumsiO2(ml/kg-jam))
50
Wortel utuh
Irisan wortel
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
Waktu Pengamatan(Jam)
Gambar 11 Laju konsumsi O2 wortel selama penyimpanan pada suhu 5 oC.
Konsumsi O2 (ml/kg-jam)
90
Wortel utuh
80
Irisan wortel
70
60
50
40
30
20
10
0
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
Kosumsi oksigen(ml/kg.jam))
210
Wortel utuh
Irisan wortel
180
150
120
90
60
30
0
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
Laju respirasi merupakan petunjuk yang baik untuk daya simpan buah atau
sayuran sesudah panen. Laju respirasi yang tinggi biasanya disertai dengan umur
simpan yang pendek (Pantastico, 1997), hal itu merupakan laju kemunduran mutu
pada sayuran yang disimpan.
Penentuan Daerah Termodifikasi
Suhu penyimpanan yang terpilih dari laju respirasi pendahuluan adalah
suhu penyimpanan dengan laju respirasi terendah, yaitu penyimpanan pada suhu
5oC. Penyimpana n untuk penentuan komposisi atmosfer dilakukan selama 2
minggu. Penentuan komposisi gas terbaik pada penyimpanan wortel terolah
minimal dilakukan dengan mengetahui pengaruh berbagai komposisi gas yang
diberikan selama penyimpanan wortel terhadap masing- masing parameter mutu.
Parameter mutu yang digunakan pada penelitian ini adalah : kekerasan, perubahan
warna dan uji organoleptik. Penilaian secara organoleptik terhadap wortel di
uraikan berdasarkan tingkatan kesukaan panelis.
Kekerasan
Perubahan kekerasan wortel terolah minimal pada berbagai
komposisi
gas terpilih disajikan pada Gambar 14 dan 15. Penurunan rata-rata kekerasan
wortel utuh dari hasil uji kekerasan pada berbagai komposisi gas, setelah
penyimpanan hari ke-14 paling rendah yaitu pada komposisi gas ke-3 yang terdiri
dari 2% O2 dan 2 % CO2, yaitu nilai dari kekerasan awal 1.33 kgf dan pada
penyimpanan hari ke-14 nilai kekerasan 1.28 kgf. Komposisi gas terpilih pada
kekerasan irisan wortel juga pada gas-3 yang terdiri dari 2% O2 dan 2 % CO2.
Komposisi gas terpilih terhadap kekerasan sesuai dengan komposisi gas terpilih
pada penelitian Kendrianto,2002.
gas-1: 1% O2 : 2% CO2
gas-3:2% O2 : 2% CO2
CO2 gas-5:21% O2 : 0.03% CO2
gas-2:1% O2 : % CO2
gas-4: 2% O2 : 4%
1.7
1.6
1.5
1.4
1.3
1.2
1.1
1.0
0.9
0.8
10
12
14
Gambar 14. Perubahan kekerasan wortel utuh (W1) pada berbagai komposisi
gas selama penyimpanan pada suhu 5 oC.
1.6
gas-1: 1% O2 : 2% CO2
gas-3: % O2 : 2% CO2
CO2 gas-5: 21% O2 : 0.03% CO2
gas-2: 1% O2 : 4% CO2
gas-4: 2% O2 : 4%
1.5
1.4
1.3
1.2
1.1
1.0
0.9
10
12
14
Warna
Nilai kecerahan pada penyimpanan wortel terolah minimal dengan
komposisi gas terpilih disajikan Gambar 16 dan 17. Sedangkan nilai merah (*a)
dan nilai kuning (*b) disajikan Gambar 18 dan 19. Nilai warna dijadikan sebagai
dasar untuk menentukan komposisi gas terpilih untuk penyimpanan. Pada nilai
kecerahan, semakin tinggi nilainya maka semakin cerah warna wortel tersebut.
Kecerahan *L
gas-1: 1% O2 : 2% CO2
gas-3: 2% O2 : 2% CO2
gas-5: 21% O2 : 0.03% CO2
gas-2: 1% O2 : 4% CO2
gas-4 : 2% O2 : 4% CO2"
"
66
65
64
63
62
61
60
59
58
57
56
0
10
12
14
Waktu (hari)
Gambar 16 Perubahan kecerahan (*L) wortel utuh (W1) pada berbagai
komposisi gas selama penyimpanan pada suhu 5 oC.
gas-1:1% O2 : 2% CO2
gas-3: 2% O2 : 2% CO2
gas-5: 21% O2 : 0.03% CO2
gas 2: 1% O2 : 4% CO2
gas-4: 2% O2 : 4% CO2
Kecerahan *L
66
65
64
63
62
61
60
59
58
0
Waktu (hari)
10
12
14
35
gas-1: 1% O2 : 2% CO2
gas-3: 2% O2 : 2% CO2
gas-5: 21% O2 : 0.03% CO2
gas-2: 1% O2 : 4% CO2
gas-4 : 2% O2 : 4% CO2
20
18
16
14
12
10
8
0
10
12
14
Waktu (hari)
Gambar 18. Perubahan nilai Merah (*a) irisan wortel(W2) pada berbagai
komposisi gas selama penyimpanan pada suhu 5 oC
gas-1:1% O2 : 2% CO2
gas-3: 2% O2 : 2% CO2
gas-5: 21% O2 : 0.03% CO2
gas 2: 1% O2 : 4% CO2
gas-4: 2% O2 : 4% CO2
Nilai Kuning *b
48
46
44
42
40
38
36
34
32
0
Waktu (hari)
10
12
14
Gambar 19. Perubahan nilai kuning (*b) irisan wortel (W2) pada berbagai
komposisi gas selama penyimpanan pada suhu 5 oC
Tekstur
1% O2 dan 2% CO2
1% O2 dan 4% CO2
2% O2 dan 2% CO2
2% O2 dan 4% CO2
21% O2 dan 0.03% CO2
4.1
4.2
5.4
4.7
4.3
4.7
3.8
5.3
5.5
3.7
1% O2 dan 2% CO2
1% O2 dan 4% CO2
2% O2 dan 2% CO2
2% O2 dan 4% CO2
21% O2 dan 0.03% CO2
4.7
4.7
4.9
5.1
3.6
5.1
4.6
5.3
4.9
4.1
warna aroma
4.7
3.9
4.7
3.7
4.8
5.1
5.0
4.7
4.5
4.0
Suhu 10 C
5.0
4.5
4.8
4.2
5.2
4.7
4.9
4.9
3.9
4.3
17.3
16.3
20.5
19.9
16.6
19.3
18.3
20.1
19.8
16.0
Tabel 5. Pengaruh komposisi gas terhadap kesukaan panelis pada irisan wortel
Komposisi gas
1% O2 dan 2% CO2
1% O2 dan 4% CO2
2% O2 dan 2% CO2
2% O2 dan 4% CO2
21% O2 dan 0.03% CO2
1% O2 dan 2% CO2
1% O2 dan 4% CO2
2% O2 dan 2% CO2
2% O2 dan 4% CO2
21% O2 dan 0.03% CO2
Suhu 5o C
Tekstur warna aroma kesegaran Total nilai
4.5
4.6
4.5
4.3
18.0
4.6
4.7
4.7
4.6
18.7
5.5
5.5
5.2
5.3
21.4
4.4
4.4
4.2
4.4
17.5
3.2
2.8
3.2
2.6
11.8
Suhu 10 C
4.3
4.5
3.6
3.9
16.3
3.5
3.4
2.7
2.9
12.5
3.2
3.3
2.4
2.6
11.5
3.0
3.3
2.0
2.5
10.8
3.3
3.4
3.4
3.1
13.2
21
White stretch film
Udara
Daerah MAP Wortel Terolah Min imal
18
15
Daerah MAP
wortel
terolah
minimal
Stretch film
12
6
Polietilen
densitas rendah
Polipropilen
0
0
12
15
18
21
berfluktuasi, namun tidak terjadi lonjakan atau nilai yang turun secara tiba-tiba.
20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
0
60
120
180
240
300
360
420
480
60
120
180
240
300
360
420
480
Gambar 22. Laju produksi CO2 wortel dalam kemasan LDPE selama
penyimpanan pada suhu 5 oC.
Hardenburg et al, (1990) di dalam Thompson (1996) menyatakan bahwa
wortel dapat disimpan selama 7-9 bulan pada suhu 0-1oC dengan RH 98-100%,
sedangkan Labuza (1982), pada suhu 32 oF dan RH 90-95 hanya mampu
mempertahankan wortel selama 4-5 bulan. Lebih lanjut Marcentilia (1989) dalam
Thompson (1996), mengungkapkan wortel juga mampu bertahan pada suhu 8oC
selama 50 hari. Dan pada penelitian ini wortel masih dapat mempertahankan laju
respirasinya hingga hari ke-21 dengan kondisi fisik yang masih baik. Hingga hari
ke-21 laju respirasi wortel masih stabil, tidak terjadi kenaikan laju respirasi yang
berarti.
Laju Respirasi Wortel Dengan Penyimpanan Dingin
Laju konsumsi O2 dan laju produksi CO2 dengan penyimpanan dingin
lebih rendah daripada laju respirasi pada penyimpanan tanpa mengunakan
penyimpanan dingin. Laju konsumsi O2 pada awal penyimpanan mengunakan
kemasan LDPE untuk wortel utuh dan irisan wortel adalah : 1.56 ml/kg.jam dan
10.91 ml/kg. Dan Laju konsumsi O2 pada penyimpanan jam ke-450 wortel utuh
dan irisan wortel masing- masing adalah : 1.17 ml/kg.jam dan 5.66 ml/kg.jam
(Gambar 23).
60
120
180
240
300
360
420
480
60
120
180
240
300
360
420
480
Gambar 24. Laju produksi CO2 wortel dalam kemasan LDPE selama
penyimpanan pada suhu 5 oC.
Laju konsumsi O2 serta laju produksi CO2 mulai konstan setelah jam ke60, nilai yang ditunjukkan berfluktuasi, namun tidak terjadi lonjakan atau nilai
yang turun secara tajam. Agar hasilnya maksimal maka penyimpanan dingin yang
ditujukan untuk mempertahankan mutu produk harus selalu konstan, karena
variasi suhu yang kecil antara 1oC-1.5oC diatas atau dibawah suhu penyimpanan
optimal dapat mengakibatkan kerusakan mutu produk, terjadinya fluktuasi
suhu
wortel,
diharapkan
tidak
untuk
hari terakhir penyimpanan mengalami kenaikan dengan nilai : 1.46 kgf dan 1.61
kgf.
1.5
1.5
1.4
1.4
1.3
1.3
1.2
R2 = 0.119
1.2
1.1
1.1
1.0
12
15
18
21
1.7
1.6
1.5
1.4
1.3
1.2
R2 = 0.855
1.1
1.0
0
12
15
18
21
3.0
2.8
2.6
2.4
2.2
2.0
R2 = 0.855
1.8
1.6
1.4
1.2
1.0
12
15
18
21
1.7
1.6
1.5
1.4
R2 = 0.4299
1.3
1.2
1.1
1.0
0
12
15
18
21
24
1.7
1.6
1.5
1.4
R2 = 0.9916
1.3
1.2
1.1
1.0
0
12
15
18
21
24
Hal tersebut berhubungan dengan luas permukaan kontak bahan dengan udara,
dimana semakin besar luas kontak maka semakin cepat proses kehilangan air.
2.6
2.4
2.2
2.0
1.8
R2 = 0.9916
1.6
1.4
1.2
1.0
0
12
15
18
21
24
phloem
(Bassett, 1986). Sehingga semakin banyak kandungan air yang keluar akan
menyebabkan wortel semakin keras, terutama pada bagian xylem.
Warna
Warna Wortel Tanpa Penyimpanan Dingin
Perubahan warna dan kecerahan (*L) pada wortel selama penyimpanan
dengan kemasan LDPE dapat dilihat pada Gambar 31. Warna meliputi tingkat
kecerahan (*L), nilai merah (*a) dan nilai kuning (*b). Nilai *L pada wortel utuh
cenderung meningkat (Gambar 29.a). Nilai
penyimpanan dingin mempunyai nilai masing- masing 19.15, 15.68 dan 20.25.
Nilai (*b) wortel utuh pada penyimpanan tanpa perlakuan penyimpanan dingin
pada penyimpanan hari ke-21 adalah 55.43..
Pada irisan wortel nilai (*a) lebih tinggi dibandingkan nilai (*a) yang
dimiliki wortel utuh, sedangkan nilai (*b) irisan wortel lebih rendah daripada
wortel utuh. Semakin tinggi nilai (*a) berarti warna wortel semakin merah dan
menjauhi warna hijau, dan dengan semakin kecil nilai (*b) maka warna wortel
menjauhi warna kuning dan semakin mendekati warna coklat.
80
K e c e r a ha n * L
75
R2 = 0.1904
70
65
R2 = 0.3669
60
55
50
0
3
a.
12
Waktu (hari)
15
18
21
21 hr
0 hr
3 hr
Nilai pada irisan wortel semakin hari semakin gelap, cenderung ke warna
coklat yaitu warna wortel yang mulai mengalami pembusukan. Warna yang ada
pada buah-buahan dan sayuran berasal dari pigmen yang dikandungnya. Warna
wortel yang baik adalah orange terang dari bagian bawah wortel hingga bagian
atas mahkota wortel (Bassett, 1986).
K e cer ah an *L
85
80
75
R2 = 0.0007
70
65
R2 = 0.1608
60
55
50
0
12
Waktu (hari)
15
18
21
Nilai *L wortel utuh dan irisan wortel pada penyimpanan dengan kemasan
PP lebih rendah dibandingkan wortel pada penyimpanan dengan kemasan LDPE
(Gambar 32). Perubahan nilai *a dan *b wortel utuh tanpa perlakuan
penyimpanan dingin dari hari ke 0, 3 dan 21 yaitu : 19.153, 21.90, 19.43 dan
47.45 , 52.73 , 47 sedangkan wortel dengan perlakuan penyimpanan dingin nilai * lebih
tinggi yaitu : 19.93, 21.96, 20.74 dan 47.45, 53.80, 53.
Karatenoid adalah kelompok pigmen non polair yang menyebabkan warna
orange pada wortel. Tanaman yang mengandung karbohidrat rendah biasanya
mengandung karatenoid sedikit, kecuali pada wortel dan ubi jalar. Kandungan
karatenoid setelah panen semakin rendah, karena sintesa karatenoid tidak terjadi
setelah panen (Winarno, 2002). Pada buah atau sayuran yang disimpan pada
suhu rendah, terutama suhu
yang dihasilkan pada buah yang disimpan pada suhu kamar (Thomas, 1975 dalam
Mitra, 1997). Hal ini sesuai dengan keterangan Winarno (2002), bahwa
pembentukan pigmen dipengaruhi oleh suhu, cahaya (sinar) dan karbohidrat.
Warna Wortel Dengan Penyimpanan dingin
Perubahan warna dan kecerahan (*L) pada wortel selama penyimpanan
dengan kemasan LDPE dapat dilihat pada Gambar 33. Warna meliputi tingkat
kecerahan (*L), nilai merah (*a) dan nilai kuning (*b). Nilai *L pada wortel utuh
(Gambar 31.a) cenderung meningkat. Nilai *L pada wortel utuh dengan
penyimpanan dingin pada hari ke-21 merupakan nilai tertinggi yaitu 71.43,
sedangkan irisan nilai wortel dengan perlakuan penyimpanan dingin 69.82.
80
75
Kecerahan *L
R2 = 0.0705
70
t
R2 = 0.0877
65
60
55
50
0
3
a.
9
12
Waktu (hari)
15
18
21
21hr 3hr 0 hr
Perubahan (*a) pada wortel utuh dengan penyimpanan dingin dari hari ke0, 3 dan 21 masing- masing adalah 19.15, 15.04 dan 17.58. Nilai (*b) wortel utuh
dengan perlakuan penyimpanan dingin pada penyimpanan hari ke-21 adalah
55.92. Nilai *a pada irisan dengan perlakuan penyimpanan dingin yaitu 17.90 dan
nilai *b irisan wortel dengan perlakuan penyimpanan dingin hampir sama yaitu :
45.38.
Wortel utuh dengan penyimpanan dingin ( _____ )
Kecerahan *L
80
75
R2 = 0.1962
70
R2 = 0.4095
65
60
55
50
0
12
Waktu (hari)
15
18
21
Susut Bobot
Susut Bobot Wortel Tanpa Penyimpanan Dingin
Grafik perubahan susut bobot wortel terolah minimal selama penyimpanan
di sajikan pada Gambar 34. Selama penyimpanan terjadi peningkatan susut bobot
wortel terolah minimal. Kehilangan air akibat penguapan yang terjadi terus
menerus, mengakibatkan produk mengalami susut bobot (Winarno, 2002). Jumlah
susut bobot wortel pada penyimpanan dengan kemasan LDPE persentasenya lebih
rendah dibandingkan wortel pada penyimpanan dengan kemasan PP. Susut bobot
yang terjadi pada wortel dipengaruhi oleh banyak hal, seperti jenis kemasan
penyimpanan, bentuk, ketebalan potongan (irisan), ukuran wortel serta RH
penyimpanan.
0.50
0.45
0.40
0.35
0.30
0.25
0.20
0.15
0.10
0.05
0.00
R2 = 0.9898
R2 = 0.9922
12
15
18
21
Waktu (hari)
a.
Kemasan LDPE
4.0
3.5
3.0
R = 0.9786
2.5
2.0
1.5
R = 0.9773
1.0
0.5
0.0
3
12
15
18
21
Waktu (hari)
b.
Kemasan PP
0.7
0.6
R2 = 0.9974
0.5
0.4
R2 = 0.9898
0.3
0.2
0.1
0.0
12
15
18
21
Waktu (hari)
a.Kemasan LDPE
2.5
2.0
R2 = 0.9972
1.5
1.0
R2 = 0.9994
0.5
0.0
3
12
15
18
21
Waktu (hari)
b. Kemasan PP
karena
adanya
perbedaan uap air internal jenuh dan kurang jenuh di luar produksi (atmosphere).
Laju penguapan air pada wortel terolah minimal dipengaruhi juga oleh tekanan
uap air antar buah dan lingkungan luar kemasan yang ditentukan oleh suhu dan
RH. Susut bobot wortel terolah minimal bukan saja diakibatkan oleh terjadinya
penguapan air, tetapi juga oleh hilangnya gas CO2 hasil respirasi.
Kandungan Beta-Karoten
Beta-karoten Wortel Tanpa Penyimpanan Dingin
Sayuran dan buah-buahan yang berwarna hijau atau kuning biasanya
mengandung karoten (Salunkhe, 2000). Karoten merupakan sumber vitamin A,
vitamin A adalah karoten yang banyak terdapat pada bahan nabati.
Menurut
Winarno (2002), kemampuan menyerap karoten yang berasal dari sayuran hanya
33-58%. Tidak semua karoten yang terserap tersebut akan diubah menjadi vitamin
A, separuh dari karoten yang terserap tersebut akan diubah menjadi vitami A.
Dan hanya 1/6 dari kandungan karoten yang terdapat dalam bahan makanan akan
Beta-caroten mcg/100g
Wortel utuh tanpa penyimpanan dingin Irisan wortel tanpa penyimpanan dingin
4500
4000
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
3
21
Keterangan : Kandungan beta karoten pada hari pertama (kontrol) adalah 4207.26 mcg/100g
Beta-caroten (mcg/100 g)
4500
4000
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
21
Keterangan : Kandungan beta karoten pada hari pertama (kontrol) adalah 4207.26 mcg/100g
Beta-caroten mcg/100g
4500
4000
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
3
24
Keterangan : Kandungan beta karoten pada hari pertama (kontrol) adalah 4207.26 mcg/100g
Beta-caroten (mcg/100 g)
4500
4000
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
24
Keterangan : Kandungan beta karoten pada hari pertama (kontrol) adalah 4207.26 mcg/100g
Gambar 40
kemasan terpilih dilakukan setiap 3 hari sekali selama 21 hari. Parameter yang
diuji adalah tekstur, warna, aroma, kesegaran dan rasa.
tekstur
warna
7.0
aroma
kesegaran
6.0
rasa
5.0
4.0
3.0
2.0
1.0
0.0
Jenis kemasan
W1-LDPE
W2-LDPE
Tekstur
Tingkat kesukaan panelis terhadap tekstur wortel terolah minimal terus
menurun, terutama pada irisan wortel penyimpanan dengan
mengunakan
kemasan PP, pada penyimpanan hari ke-9 sudah tidak dapat diterima panelis.
Nilai kesukaan tertinggi pada wortel utuh penyimpanan dengan mengunakan
kemasan LDPE (Gambar 41 dan 42).
Warna
Wortel pada penyimpanan dengan mengunakan kemasan LDPE
mampu
5.0
4.5
4.0
3.5
3.0
2.5
2.0
1.5
1.0
0.5
0.0
W1-PP
Jenis kemasan
W2-PP
tekstur
warna
6.0
aroma
kesegaran
5.0
rasa
4.0
3.0
2.0
1.0
0.0
Jenis kemasan
W1-LDPE
Keterangan :
W2-LDPE
tekstur
warna
aroma kesegaran
rasa
6.0
5.0
4.0
3.0
2.0
1.0
0.0
W1-PP
W2-PP
Jenis kemasan
Keterangan : W1-PP : Wortel utuh dengan penyimpanan dingin
W2-PP : Irisan wortel dengan penyimpanan dingin
Tekstur
Grafik penurunan tingkat kesukaan panelis terhadap tekstur wortel terolah
minimal dengan perlakuan penyimpanan dingin disajikan pada Gambar 43 dan 44
Panelis masih dapat menerima tekstur wortel dengan penyimpanan hingga hari
terakhir penyimpanan, kecuali pada irisan wortel pada kemasan PP panelis sudah
tidak dapat menerimanya sejak penyimpanan hari ke-9 dengan nilai 3.3.
Warna
Kemasan dan bentuk irsan wortel sangat berpengaruh terhadap warna
wortel. Hal tersebut terlihat pada nilai kesukaan panelis terhadap warna wortel
terolah minimal. Panelis tidak dapat menerima irisan wortel dengan kemasan PP
sejak hari ke-6 penyimpanan. Irisan wortel yang disimpan dengan kemasan PP
sudah terlihat berwarna gelap (Gambar 43 dan 44).
Aroma
Grafik penurunan nilai kesukaan aroma oleh panelis disajikan
pada
Gambar 46.c dan 47.c. Nilai rata-rata kesukaan panelis terhadap aroma hingga
penyimpanan hari ke-21 untuk semua penyimpanan masih dapat diterima panelis,
kecuali irisan wortel dengan kemasan PP sudah tidak dapat diterima panelis sejak
penyimpanan hari ke-12.
Kesegaran
Kesegaran merupakan salah satu identifikasi mutu yang sering digunakan
dalam pemilihan sayuran dan buah-buahan. Nilai kesukaan panelis terhadap
wortel yang disimpan pada kemasan LDPE dengan penyimpanan dingin hingga
hari penyimpanan ke-21 masih diterima. Sedangkan pada penyimpanan dengan
kemasan PP pada wortel utuh masih diterima panelis hingga hari ke-21, namun
irisan wortel pada penyimpanan hari ke-9 sudah tidak bisa diterima lagi (Gambar
46.d dan 47.d).
Rasa.
Nilai kesukaan panelis terhadap rasa wortel pada penyimpanan kemasan
LDPE dengan penyimpanan dingin masih dapat diterima hingga hari ke-21
(Gambar 46.e dan 47.e), baik pada wortel utuh maupun irisan wortel.
Penyimpanan wo rtel dengan kemasan PP pada irisan wortel dengan penyimpanan
dingin mampu bertahan hingga hari ke -15. Irisan wortel dengan penyimpanan
dingin hanya mampu bertahan selama tiga hari penyimpanan.
Berat wortel pada penyimpanan 5oC untuk kemasan LDPE dan PP masingmasing adalah 220 gram dan 45 gram dengan luas styrofoam 0.03278 m2.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai :
1
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pada penyimpanan dingin yang lebih
panjang lagi (lebih dari satu suhu) selama pendistribusian wortel hingga
sampai kekonsumen.
yang
66
perlu
DAFTAR PUSTAKA
Biochemistry of food.
New York.
68
Gunadnya IBP. 1993. Pengkajian penyimpanan Salak segar (Salacca edulis Reinw) dalam
kemasan film dengan Modified Atmosphere [tesis]. Bogor.
Program
Pascasarjana. IPB.
Hall CW, Handenberg RE, Pantisco EB. 1975. Fisiologi pasca panen, penanganan dan
pemanfaatan buah-buahan dan sayur-sayuran tropika dan sub tropika. Bab 1-15.
Di dalam :Kamariyani, Editor, Pengemasan untuk konsumen dengan Plastik :
yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Hlm 478-492.
Kendriyanto. 2002. Kajian penyimpanan irisan segar wortel terolah minimal dalam
kemasan atmosfer termodifikasi [tesis]. Bogor. Program Pascasarjana Indonesia.
Labuza TP. 1982. Shelf-life Dating of Food. Food and Nutrition Press, INC. Westport,
Connecticut, USA.
Laurila E, Ahvenainen R. 2002. Minimal processing in practice: fresh fruits and
vegetables. In Minimal Processing Technologies In The Food Industry. Ohlsson T,
Bengtsson N. Woodhead Publishing Limited. Cambrige. England.
Limbong WH. 1987. Pengantar Tata Niaga Ekonomi Pertanian. Departemen Ilmuilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Bogor, Institut Pertanian
Bogor.
Mattjik AA. 2002. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab.
IPB Press
Bogor.
Muchtadi D. 1989. Petunjuk Laboratorium Teknologi Pasca Panen Sayuran dan Buahbuahan. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Bogor. Institut Pertanian
Bogor.
Pantastico EB. 1997. Fisiologi Pasca Panen. Penerjemah Kamariyani.
Gadjahmada University Press.
Yogyakarta.
Rizkia H. 2004. Kajian laju respirasi dan perubahan mutu buah mangga gedong gincu
selama penyimpanan dan pematangan buatan [tesis]. Program Pascasarjana. IPB.
Salunkhe DK. 1976. Storage, processing and nutrional quality of fruits and vegetables.
CRC Press, Inc. Cranwood Parkway.Cleveland. Ohio.
Salunkhe DK, HR Bolin, NR Reddy. 1991. Storage, Processing and Nutrional Quality of
Fruits and Vegetables Third Edition. CRC Press. Boca Raton. Ann Arbor.
Boston.
Shcelfelt RL. 1987. Quality of Minimally Processed Fruits and Vegetables. Journal of
Food Qual. 10: 143-156.
Schlimme DW. 1995. Marketing lightly processed fruits and vegetables. Journal of
Horticultura Science. 30 (1) : 15-17.
Soekarto ST. 1985. Penilaian Organoleptik untuk Industri Pangan. Jakarta. Bharata
karya.
Soekarto ST, Musa H. 2000. Metodologi Penelitian Organoleptik. Program Studi Ilmu
Pangan. Bogor. Institut Pertanian Bogor.
Syarief R, Sasya S, Isyana B. 1989. Teknologi Pengemasan Pangan. Laboratorium
Rekayasa Proses Pangan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Bogor.
Institut Pertanian Bogor.
Syarief R, Haryadi H. 1992. Teknologi Penyimpanan Pangan. Pusat Antar Universitas
Pangan dan Gizi. Bogor. Institut Pertanian Bogor.
Thompson K. 1998. Controlled atmosphere storage of fruits and vegetables. Cab
International. Wallingford. Oxon.
Thompson K. 1996. Postharvest Technology of Fruit and
Science. Cambridge. USA.
Winarno FG, Srikandi F, Dedi F.
Gramedia.
1980.
Vegetables.
Blackwell
Jakarta.
69
Lampiran 1 Laju respirasi dan nilai RQ pada penyimpanan suhu 5oC pada wortel
utuh (W1)
Waktu
Laju konsumsi
Laju produksi
Vol O2 (%)
Vol CO2
(%)
(jam)
O2
RQ CO2 (ml/kg.jam)
70
(ml/kg.jam)
3
6
9
12
15
18
21
24
30
36
42
48
68
80
92
116
140
164
188
212
236
260
284
308
332
356
380
404
428
452
476
19.4
20.1
20.4
20.3
20.2
20.4
20.3
20.4
19.4
20.3
20.3
20.2
19.1
19.7
20.0
19.7
18.8
18.9
18.8
18.3
18.9
19.2
19.1
19.3
19.2
18.5
19.6
19.4
19.5
19.7
19.5
0.73
0.57
0.63
0.75
0.96
0.79
0.88
0.86
1.13
0.38
0.97
0.93
1.95
1.02
1.25
2.22
2.24
2.37
2.24
2.50
2.33
2.08
2.11
1.97
2.23
2.99
1.91
1.89
1.58
1.80
1.48
48.1
27.4
19.2
21.0
24.2
19.1
21.4
17.2
23.7
9.9
10.5
12.6
7.2
10.1
7.3
5.0
8.2
7.8
8.3
10.1
7.8
6.8
7.1
6.4
6.9
9.5
5.3
6.0
5.7
4.8
5.7
21.74
16.40
18.14
21.84
28.07
23.07
25.92
25.16
16.65
5.25
14.21
13.61
14.70
7.46
9.25
8.30
8.30
8.87
8.35
9.33
8.65
7.72
7.91
7.41
8.30
11.22
7.08
7.02
5.86
6.68
5.46
0.45
0.60
0.94
1.04
1.16
1.21
1.21
1.46
0.70
0.53
1.35
1.08
2.03
0.74
1.27
1.64
1.01
1.14
1.00
0.93
1.11
1.14
1.12
1.16
1.20
1.18
1.34
1.16
1.04
1.41
0.96
Lampiran 2 Laju konsumsi O2, laju produksi CO2 dan nilai RQ pada
penyimpanan suhu 5oC pada irisan wortel
Vol O2 (%)
Waktu
Vol
Laju
Laju
(jam)
CO2
konsumsi produksi CO2
(%)
(ml/kg.jam)
O2
(ml/kg.jam)
3
19.5
0.76
49.07
24.31
6
20.1
0.62
31.22
19.85
9
20.2
0.69
27.88
22.08
12
20.2
0.79
26.76
25.43
15
20.1
1.05
28.99
34.12
18
20.2
0.86
27.88
27.77
21
20.1
0.90
28.99
29.11
24
19.8
0.85
40.15
27.32
30
19.3
1.19
27.88
19.35
36
19.9
0.68
17.84
10.89
42
20.0
1.24
16.17
20.30
48
20.0
1.03
17.28
16.78
68
17.9
2.78
12.82
19.07
80
19.6
1.38
11.99
11.32
92
20.0
1.49
8.64
12.18
116
19.7
2.38
5.30
9.83
140
18.4
2.85
10.87
11.78
164
18.2
2.76
11.85
11.51
188
17.9
2.76
12.82
11.40
212
18.2
2.89
11.71
11.95
236
18.5
2.71
10.59
11.22
260
18.5
2.70
10.59
11.17
284
18.8
2.52
9.20
10.45
308
18.9
2.28
8.78
9.41
332
18.9
2.34
8.64
9.67
356
17.5
3.59
14.50
14.89
380
18.9
2.12
8.64
8.73
404
19.0
1.88
8.22
7.72
428
18.6
1.85
9.90
7.61
452
19.3
2.03
6.97
8.35
476
19.3
1.51
6.97
6.18
RQ
0.495
0.636
0.792
0.950
1.177
0.996
1.004
0.680
0.694
0.610
1.255
0.971
1.488
0.944
1.410
1.855
1.084
0.971
0.889
1.020
1.059
1.055
1.136
1.072
1.119
1.027
1.010
0.939
0.769
1.198
0.887
W1-LDPE
3
6
9
12
15
18
21
W2-LDPE
W1-PP
W2-PP
6.1
6.0
5.8
5.4
5.5
5.3
5.3
5.8
5.1
5.1
4.6
4.7
4.5
4.3
5.8
5.3
5.1
5.1
5.0
4.9
4.6
4.9
4.0
3.4
3.3
3.1
1.9
1.6
6.2
6.1
5.9
5.4
5.4
5.5
5.5
5.9
4.9
4.9
4.5
4.3
4.2
4.1
5.9
5.1
4.8
4.9
4.7
4.7
4.5
5.0
3.7
3.1
3.1
2.5
2.5
2.5
6.3
5.9
5.9
5.7
5.3
5.3
5.2
5.9
4.9
4.7
4.4
4.1
4.0
3.6
5.7
4.6
4.5
5.1
4.5
4.5
4.4
5.3
4.1
3.5
3.5
3.5
3.1
2.5
3
6
9
12
15
18
21
6.3
6.0
6.0
5.9
5.8
5.7
5.7
6.0
5.3
5.1
4.6
4.5
4.6
4.5
6.0
4.7
4.5
4.7
4.5
4.6
4.6
5.0
3.7
3.0
2.7
2.6
2.4
2.3
3
6
9
12
15
18
21
6.3
6.0
5.7
5.7
5.6
5.5
5.5
5.7
5.1
4.3
4.4
4.5
4.5
3.9
5.7
4.5
4.6
5.1
4.5
4.3
4.2
4.9
4.0
2.7
3.1
2.9
2.3
1.9
B. Terhadap warna
3
6
9
12
15
18
21
C. Terhadap aroma
3
6
9
12
15
18
21
D. Terhadap kesegaran
E. Terhadap rasa
74
W1-LDPE
W2-LDPE
W1-PP
W2-PP
6.0
5.9
5.7
5.5
5.9
5.8
5.7
5.9
5.0
5.2
5.0
5.2
5.0
4.5
5.9
4.6
4.0
4.5
5.2
4.5
4.3
5.5
3.9
3.3
3.4
3.3
2.7
1.7
6.0
6.1
5.7
5.5
5.4
5.3
5.5
5.7
5.3
5.1
4.9
4.9
4.5
4.5
5.7
4.0
4.1
4.5
4.9
4.5
4.9
5.4
3.1
3.2
3.0
3.3
2.3
2.3
6.0
5.7
5.9
5.7
5.9
5.4
5.1
5.6
4.7
4.9
4.5
4.5
4.2
4.0
5.7
4.6
4.6
4.9
4.8
4.4
4.3
5.3
4.0
3.9
3.5
3.1
2.5
2.2
3
6
9
12
15
18
21
6.1
6.1
6.1
6.0
5.8
5.5
5.1
6.0
5.3
5.4
4.9
4.5
4.3
4.1
5.9
5.3
4.3
4.5
4.8
4.5
4.5
5.2
3.4
3.0
2.5
2.6
2.5
1.7
3
6
9
12
15
18
21
6.2
5.8
5.7
5.5
5.3
5.3
5.1
5.7
4.9
4.6
4.5
4.2
3.3
2.5
5.9
4.6
3.7
4.3
4.9
4.1
4.1
5.7
3.3
3.1
2.7
2.5
1.9
1.2
3
6
9
12
15
18
21
B. Terhadap warna
3
6
9
12
15
18
21
C. Terhadap aroma
3
6
9
12
15
18
21
D. Terhadap kesegaran
E. Terhadap rasa
Keterangan : K1T1W1 : Wortel utuh pada suhu 5 C K1T1W2 : Irisan wortel pada suhu 5 C
o
o
K1 T2W1 : Wortel utuh pada suhu 10 C K1T1W2 :Irisan wortel pada suhu 10 C
(K1 = Komposisi gas: 1% O2 dan 2% CO2)
Keterangan : K2T1W1 : Wortel utuh pada suhu 5 C K2T1W2 : Irisan wortel pada suhu 5 C
o
o
K2 T2W1: Wortel utuh pada suhu 10 C K2T1W2 :Irisan wortel pada suhu 10
C (K2 = Komposisi gas1: % O2 dan 4% CO2)
Keterangan : K3T1W1 : Wortel utuh pada suhu 5 C K3T1W2 : Irisan wortel pada suhu 5 C
o
o
K3 T2W1: Wortel utuh pada suhu 10 C K3T1W2 :Irisan wortel pada suhu 10
C
(K3 = Komposisi gas 2% O2 dan 2% CO2)
Lanjutan
Keterangan : K4T1W1 : Wortel utuh pada suhu 5 C K4T1W2 : Irisan wortel pada suhu 5 C
o
o
K4 T2W1 : Wortel utuh pada suhu 10 C K4T1W2 :Irisan wortel pada suhu 10 C
(K4 = Komposisi gas 2% O2 dan 4% CO2)
Keterangan : K5T1W1 : Wortel utuh pada suhu 5 C K3T1W2 : Irisan wortel pada suhu 5 C
o
o
K5 T2W1 : Wortel utuh pada suhu 10 C K3T1W2 :Irisan wortel pada suhu 10 C
(K5 = Komposisi gas 21% O2 dan 0.03% CO2 )