Professional Documents
Culture Documents
PEMBELAJARAN MATEMATIKA SD
Makalah
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Pembelajaran Matematika SD
Dosen Pengampu: Dra.Wahyuningsih,M.Pd
Oleh:
Nama
NIM
: 1401413477
No.Urut
: 37
ROMBEL 13
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Banyak Negara yang mengakui bahwa persoalan pendidikan merupakan
persoalan yang pelik. Padahal pendidikan merupaka kunci bangsa yang maju yang
terus berusaha memperbaiki keadaan masyarakat dan dunia. Namun , di negaranegara berkembang adopsi sistem pendidikan dari luar sering mengalami kesulitan
untuk berkembang.
Asumsi-asumsi yang melandasi program program pendidikan sering kali
tidak sejalan dengan hakikat belajar, hakikat orang yang belajar, dan hakikat orang
yang mengajar. Dunia pendidikan khsususnya dunia belajar, didekati dengan
paradigm yang tidak mampu menggambarkan hakikat belajar dan pembelajaran
secara komphrehensif. Praktek-praktek pendidikans sering diwarnai oleh landasan
teoritik dan konseptual yang tidak akurat. Pendidikan dalam pembelajaran yang
selama ini hanya mengagungkan pada pembentukan keseragaman , dengan
harapan akan menghasilkan keteraturan, ketertiban , ketaatan dan kepastian
(Dageng,2000)
Tantangan dunia pendidikan ke depan adalah mewujudkan proses
demokratisasi belajar. Suatu proses pendemokrasian yang mencerminkan bahwa
belajar adalah atas prakarsa anak. Demokrasi belajar berisi pengakuan hak anak
untuk melakukan tindakan belajar sesuai dengan karakteristiknya. Hubungan
antara guru dan murid perlu diperbaharui. Pengaturan lingkungan belajar sangat
diperlukan agar anak mampu melakukan kontrol terhadap pemenuhan kebutuhan
emosionalnya.
Dari uraian di atas, maka para pendidik (guru) dan perancang oendidikan serta
pengembang program-program pembelajarn perlu menyadari akan pentingnya
pemahaman terhadap hakikat belajar dan pembelajaran. Berbagai teori belajar dan
pembelajaran seperti behavioristik, kognitif, konstruktivistik, humanistic,
sibernetik, revolusi, sosiokultural, kecerdasan ganda , penting untuk dimengerti
dan diterapkan sesuai kondisi dan konteks pembelajaran yang dihadapi. Tiap
materi memiliki kelemahan dan kelebihan. Pendidik /pengajar professional aan
dapat memilih teori mana yang tepat untuk tujuan tertentu, karakteristik materi
pelajaran tertentu dengan ciri siswa yang dihadapi dan dengan kondisi lingkungan
serta sarana dan prasarana yang tersedia.
b.
c.
d.
e.
(b) Mulai mengetahu hubungan secara logis terhadap hal-hal yang ebih
kompleks
(c) Dapat melakukan sesuatu terhadap sejumlah ide
(d) Mampu memperoleh prinsip-prinsip secara benar. Dia mengerti
terhadap sejumlah objek yang teratur dan cara mengelompokkannya.
c. Tahap Operasional Konkret ( umur 7 atau 8-11 atau 12 tahun)
Ciri perkembangna tahap ini adalah anak sudah mulai menggunakan
aturan-aturan yang jeals dan logis dan ditandai adanya reversible dan
kekekalan. Anak telah memiliki kecakapan berpikir logis akan tetapi hanya
dengan benda-benda yang bersifat konkret. Operation adalah suatu tipe
tindakan untuk memanipulasi objek atau gambaran yang ada dalam dirinya
sehingga kegiatan ini memerlukan proses transformasi informasi ke dalam
dirinya sehingga tindakannya lebih efektif. Anak sudah tidak perlu coba-coba
dan membuat kesalahan, karena anak sudah dapaterpikir dengan menggunakan
model kemungkinan dalam melakukan kegiatan tertentu. Ia dapat
menggunakan hasil yang telah dicapai sebelumnya. Anak mampu menangani
sistem klasifikasi.
d. Tahap Operasinal Formal ( umur 11/12-18 tahun)
Anak sudah mampu berfikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola
berpikir :kemungkinan. Model berpikir ilmiah dengan tipe hipothetico-de
ductive dan inductive sudah mulai dimiliki anak dengan kemampuan menarik
kesimpulan menafsirkan dan mengembangkan hipotesa. Pada tahap ini anak
sudah dapat
1) Bekerja secara efektif dan sistematis
2) Menganalisis secara kombinasi
3) Berfikir secara proporsional
4) Menarik generalisasi mendasar pada satu macam isi
Proses belajar yang dialami seorang anak pada tahap sensorimotor tentu akan
berbeda denga proses belajar yang dialami oleh sesorang pada tahap
praperasional konkret bahkan hingga operasional formal. Secara umum,
semakin tinggi tahap perkembangan kognitif seseorang akan semakin teratur
dan semakin abstrak cara berfikirnya.
8. Implementasi Teori Piaget dalam Pembelajaran Matematika SD
Usia anak Sekolah Dasar , anak didik berada pada tahap perkembangan
kognitif operasional konkret . Maka dalam pembelajaran nya pun khususnya
matematika dibutuhkan beberapa tahap untuk menanamkan konsep matematika
yang utuh dan benar. Untuk impelementasinya sebagai berikut :
Kelas
: III
Semester
: 2 (dua)
Standar Kompetensi
:
3. Memahami pecahan sederhana dan penggunaannya dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar
:
3.1
Mengenal Pecahan Sederhana
Indikator
a. Tahap Konkret
1) Siswa diminta untuk menyiapakn pizza atau kue yang berbentuk lingkaran
sesuai penugasan yang diberikan oleh guru
2) Siswa diminta untuk memotong pizza menjadi enam bagian sama besar
beberapa dengan teknik yang benar sesuai dengan peragaan oleh guru
( Ilustrasi pizza yang sudah dipotong menjadi 6 bagian yang sama besar)
6) Guru bertanya pada siswa , berapa potongan yang diambil ? ( 1)
Dari berapa potongan yang diambil ? (6)
Dengan jawaban yang diharapkan siswa menjawab mengambil 1 potong
dari 6 potongan yang ada
7) Selanjutnya , guru menjelaskan bahwa bagian potongan pizza yang kita
ambil adalah seperenam yaitu satu bagian dari enam bagian yang sama.
Guru menjelaskan bahwa yang kita lakukan menemukan bilangan pecahan
dimana pecahan adalah perbandingan bagian dari keseluruhan.
8) Guru dapat melajutkan dengan meminta siswa untuk mengambil 2 potong ,
3 potong dst kemudian menyimpulkan bersama terkait konsep pecahan.
9) Guru melanjutkan pertanyaan dengan menujukkan kue yang utuh atau
belum dipotong menjadi beberapa bagian dengan kue yang sudah dipotong
menjadi beberapa bagian yang sama besar. Bagaimana denga kue yang
belum dipotong , apakah merupakan pecahan ? ( Roti 1 bukan merupakan
bagian dari keseluruhan , kue tar tersebut utuh dan belum menjadi
potongan potongan.
Roti 1
Roti 2
Sedangkan roti 2 merupakan pecahan karena sudah dipotong menjadi 6
bagian yang sama, kemudian diambil satu bagian sehingga menunjukkan
konsep satu dari enam atau satu per enam yang merupakan pecahan.
b. Tahap Semi Konkret
1) Guru menyajikan beberapa gambar kue yang sudah dipotong yaitu
setengah dan 5/10
Gambar 1 merupakan kue yang dipotong menjadi dua bagian sama besar
yang kemudian diambil 1 potong
F
Gambar A memiliki nilai pecahan.. (satu dari tiga, satu per tiga )
Gambar B memiliki nilai pecahan..
Gambar C memiliki nilai pecahan..
Gambar D memiliki nilai pecahan..
Gambar E memiliki nilai pecahan..
Gambar F memiliki nilai pecahan..
2) Guru bersama siswa membahas lembar kerja yang sudah dikerjakan
3) Siswa diminta menjelaskan alasan gambar B dan D dikatakan senilai
4) Guru memberikan pemantapan dengan menjelaskan bahwa pada gambar di
atas, Gambar C menunjukkan luas daerah yang diarsis adalah satu dari
empat luas lingkaran dan luas daerah yang diarsir dari Gambar E
menunjukkan dua dari delapan atau dua per delapan dari luas lingkaran
sehingga terlihat bahwa daerah yang diarsir memiliki luas yang sama. Oleh
Satu dari empat , satu per empat maka pada tahap abstrak siswa diajarkan
untuk menuliksan dengan lambang bilangan . meruakan bilangan pecahan.
Bilangan pecahan adalah perbanfingan bagian dari keseluruhan . Berdasarkan
pemaparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian dari bilangan
pecahan adalah bilangan yang dapat dinyatakan dalam bentuk a/b, dengan a
dan b adalah bilangan bulat, b 0, dan b bukan faktor dari a. Bilangan a
disebut pembilang dan bilangan b disebut penyebut.
Mengapa bilangan b disyaratkan tidak nol? Karena pembagian suatu bilangan
dengan nol (dimana pembilang tidak sama dengan nol) dalam matematika
hasilnya tidak terdefinisi.
Guru memberika pertanyaan
Tentukan lima pecahan yang senillai dengan pecahan berikut:
(1) 4/8
(2) 12/24
Pada tahap ini guru dapat menginformasikan selain meperhatikan luas
lingkaran yang tersiswa, untuk menentukan pecahan senilai dapat mengalikan
atau membagi pembilang dan penyebut dengan bilangan yang sama.misal
C. PENUTUP
1. Simpulan
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, Nyimas, dkk. 2007. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Direktorat
Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Budingningsih,Asri.2012.Belajar dan Pembelajaran.Jakarta : Rineka Cipta
Dalyono, M. 2012. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta