Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
Denis Puja Sakti
04054821517045
Mohammad Fadhiel
04054821618095
Pembimbing:
dr. Ahmad Bayu Alfarizi, Sp.A., M.Kes
HALAMAN PENGESAHAN
Presentasi kasus yang berjudul
Demam Berdarah Dengue
Oleh :
Denis Puja Sakti
Mohammad Fadhiel
Sebagai salah satu persyaratan mengikuti ujian Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Ilmu
Kesehatan Anak RSMH Palembang Fakultas Kedokteran Unsri.
ii
KATA PENGANTAR
Salam sejahtera,
Segala puji bagi Allah SWT karena atas rahmat-Nya lah laporan kasus yang
berjudul Demam Berdarah Dengueini dapat diselesaikan dengan baik.
Melalui tulisan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. dr. Ahmad Bayu Alfarizi, Sp.A., M.Kes
2. sebagai dosen pembimbing
3. Rekan-rekan seperjuangan yang turut meluangkan banyak waktu dalam
membantu proses penyelesaian laporan kasus ini.
4. Semua pihak yang telah ikut membantu proses penyusunan laporan kasus
hingga laporan kasus ini selesai.
Dalam penyusunan laporan kasus ini, penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan, baik dari isi maupun teknik penulisan. Sehingga apabila ada kritik dan
saran dari semua pihak maupun pembaca untuk kesempurnaan laporan kasus ini,
penulis mengucapkan banyak terimakasih.
Penulis
iii
KATA PENGANTAR
Salam sejahtera,
Segala puji bagi Allah SWT karena atas rahmat-Nya lah laporan kasus yang
berjudul Demam Berdarah Dengueini dapat diselesaikan dengan baik.
Melalui tulisan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:
5. dr., Sp.A sebagai dosen pembimbing
6. Rekan-rekan seperjuangan yang turut meluangkan banyak waktu dalam
membantu proses penyelesaian laporan kasus ini.
7. Semua pihak yang telah ikut membantu proses penyusunan laporan kasus
hingga laporan kasus ini selesai.
Dalam penyusunan laporan kasus ini, penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan, baik dari isi maupun teknik penulisan. Sehingga apabila ada kritik dan
saran dari semua pihak maupun pembaca untuk kesempurnaan laporan kasus ini,
penulis mengucapkan banyak terima kasih.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. ii
KATA PENGANTAR .............................................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ iv
BAB I. PENDAHULUAN .........................................................................................1
BAB II. LAPORAN KASUS......................................................................................3
BAB III. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................15
BAB IV. ANALISIS KASUS ..................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Penyakit Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) atau Demam Berdarah
Dengue (DBD) merupakan penyakit akibat infeksi virus, yang masuk ke dalam
tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti. Virus dengue merupakan bagian dari
famili Flaviviridae. Keempat serotipe virus dengue (DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan
DEN-4) dapat dibedakan dengan metode serologik. Dengue ini ditemukan nyaris
di seluruh belahan dunia terutama di negara-negara tropik dan subtropik baik
sebagai penyakit endemik maupun epidemik. Kejadian Luar Biasa (KLB) dengue
biasanya terjadi di daerah endemik dan berkaitan dengan datangnya musim
penghujan.1,2
Infeksi virus dengue pada manusia mengakibatkan spektrum manifestasi
klinis yang bervariasi antara penyakit paling ringan (mild undiffrentiated febrile
illness), demam dengue, demam berdarah dengue (DBD) sampai demam berdarah
dengue disertai syok (dengue shock syndrome). Sampai saat ini infeksi virus
Dengue tetap menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Indonesia dimasukkan
dalam kategori A dalam stratifikasi DHF oleh World Health Organization
(WHO) 2001 yang mengindikasikan tingginya angka perawatan rumah sakit dan
kematian akibat DHF, khususnya pada anak. Menurut data di Depkes RI (2010),
penyakit DHF di Indonesia pada tahun 2008 terdapat 137.469 kasus, 1.187 kasus
diantaranya meninggal Pada tahun 2009 terdapat 154.855 kasus, 1.384 kasus
diantaranya meninggal.2,3
Pada awal tahun 2014 sampai pertengahan bulan Desember tercatat
penderita DBD di 34 provinsi di Indonesia sebanyak 71.668 orang, dan 641
diantaranya meninggal dunia. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan tahun
sebelumnya, yakni tahun 2013 dengan jumlah penderita sebanyak 112.511 orang
dan jumlah kasus meninggal sebanyak 871 penderita. Berdasarkan penelitian di
Indonesia dari tahun 1968-1995 kelompok umur yang paling sering terkena ialah
5-14 tahun, walaupun saat ini makin banyak kelompok umur lebih tua menderita
DBD.2,4,5
Gejala DBD ditandai dengan manifestasi klinis, yaitu demam tinggi,
perdarahan terutama perdarahan kulit, hepatomegali, dan kegagalan peredaran
darah (circulatory failure). Selain itu terdapat kriteria laboratoris yaitu
trombositopeni dan hemokonsentrasi (hematokrit menigkat). Pasien yang
terinfeksi virus dengue akan terjadi respon berupa sekresi mediator vasoaktif yang
berakibat peningkatan permeabilitas pembuluh darah dan perembesan cairan ke
ekstravaskuler (plasma leakage), yang ditandai dengan peningkatan hematokrit.
Hal ini berpotensi mengakibatkan keadaan hipovolemia dan syok. Penyakit DHF
yang tidak segera mendapat perawatan mencapai 50%, akan tetapi angka kematian
tersebut dapat diminimalkan mencapai 5% bahkan bisa mencapai 3% atau lebih
rendah lagi dengan tindakan atau pengobatan cepat.6,7
Dalam makalah ini, dilaporkan kasus anak laki-laki berusia 8 bulan yang
didiagnosa tersangka DBD grade II. Penulis tertarik untuk membahas kasus ini
karena DBD merupakan penyakit dengan mortalitas tinggi dan sering terjadi di
Indonesia.
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 IDENTIFIKASI
a. Nama
: MA
: Laki-laki
d. Berat badan
: 7,6 kg
e. Panjang badan
: 70 cm
f. Agama
: Islam
g. Bangsa
: Indonesia
h. Alamat
: 4 Ulu
i. Suku Bangsa
: Sumatera
j. MRS
: 24 November 2016
k. Medical record
: 52.98.46
I.
Ayah
Ibu
Nama
Tn. S
Ny. M
Umur
35 Tahun
32 tahun
Agama
Islam
Islam
Perkawinan
Pertama
Pertama
Pendidikan
SMA
SMA
Pekerjaan
Pedagang
IRT
Berat badan
75 kg
62 kg
Tinggi badan :
163 cm
155 cm
165,5 8,5cm
ANAMNESIS
Tanggal
Diberikan Oleh
2. Keluhan tambahan
badan
3. Riwayat Perjalanan Penyakit
Sejak 4 hari yang lalu penderita demam tinggi, mendadak dan terus
menerus. Demam tidak disertai menggigil, kejang (-), berkeringat (-), batuk
(-), pilek (-),ruam (-), mimisan (-), perdarahan dibawah kulit (-), muntah (-),
BAB dan BAK normal, riwayat berkunjung keluar kota (-), anak dibawa
berobat ke puskesmas, diberi obat paracetamol dan vitamin c, panas turun
sebentar namun naik kembali.
Sejak 1 hari yang lalu, anak masih mengalami demam, terus-menerus,
menggigil (-), kejang (-), berkeringat (-), batuk (-), pilek (-), ruam (-), malas
minum (+), nyeri perut (-), muntah (+) frekuensi 1 kali sehari, volume 3-4
sendok isi apa yang dimakan, mimisan (-), gusi berdarah (-), nafsu makan
berkurang (+), BAB dan BAK normal. Anak dibawa ke Puskesmas dan diberi
3 macam obat yaitu paracetamol, vitamin c dan antibiotik amoksisilin. panas
turun sebentar namun naik kembali
5 jam sebelum masuk rumah sakit, penderita demam tinggi lagi, kaki
dan tangan penderita dingin (-), bintik merah pada lengan dan badan tidak
hilang dengan penekanan (+) orang tua baru menyadari, menggigil (-), kejang
(-), berkeringat (-), batuk (-), pilek (-), kemerahan di wajah (-), malas minum
(+), nyeri perut (-), muntah (+), frekuensi 1 kali sehari, volume 3-4 sendok
isi apa yang dimakan, BAB hitam (-), mimisan (-), gusi berdarah (-), nafsu
makan berkurang (+), BAK terakhir 2 jam SMRS dan banyak. Penderita lalu
pergi ke RSUD Bari Palembang.
B. RIWAYAT SEBELUM MASUK RUMAH SAKIT
1. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat dengan keluhan penyakit yang sama sebelumnya disangkal.
- Riwayat menderita penyakit imunocompromise(HIV) disangkal.
: G2P1A 0
Masa kehamilan
: Aterm
Partus
: Spontan
Penolong
: Bidan
Tanggal
: 29 Februari 2016
: 3400 g
Panjang badan
: lupa
Susu Formula
: Cukup
Kuantitas
: Cukup
Kesan
4. Riwayat Imunisasi
IMUNISASI DASAR
Hepatitis B 0 (setelah anak lahir) dan Polio 0 (saat keluar dari rumah sakit)
BCG
(1 bulan)
DPT 1
(2 bulan)
DPT 2
(3 bulan) DPT 3
(4 bulan)
Hepatitis B 1 (2 bulan)
Hepatitis B 2 (3 bulan) Hepatitis B 3 (4 bulan)
Hib 1
(2 bulan)
Hib 2
(3 bulan) Hib 3
(4 bulan)
Polio 1
(1 bulan)
Polio 2
(2 bulan) Polio 3
(3 bulan)
Campak
Polio 4
(4 bulan)
Kesan : Imunisasi dasar sesuai umur
5. Riwayat Perkembangan Fisik
6. Riwayat Keluarga
Kesan: Keluhan penyakit yang sama (DBD) pada keluarga tidak ada
7. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien adalah anak kedua dari pasangan Tn. S dan Ny. M yang
berprofesi sebagai pedagang dan ibu rumah tangga. Pendapatan sekitar
1.500.000,00 rupiah/bulan dengan jumlah 4 anggota keluarga.
Kesan : Sosioekonomi menengah ke bawah.
8. Riwayat Higienitas dan Lingkungan
-
Air ditampung dalam sebuah bak, tidak dikuras selama 3 bulan, tidak
ditutup, tidak diberi bubuk anti nyamuk.
Kesadaran
: Kompos mentis
BB
: 7,6 Kg
TB
: 70 cm
Status Gizi
BB/U
PB/U
BB/PB
Kesan
: Gizi Baik
10
Suhu
: 36,8oC
Respirasi
36
kali/
menit,
reguler,
tipe
pernapasan
: 80/50 mmHg
Nadi
B. PEMERIKSAAN KHUSUS
Kepala
Mata
Mulut
Hidung
Rambut
Gigi
Lidah
Faring/Tonsil
Telinga
Leher
Thoraks
Paru-paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
11
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Ekstremitas
Tungkai
Kanan
Kiri
Segala arah
Segala arah
5
5
Eutoni
Eutoni
+N
+N
-
Lengan
Kanan
Kiri
Segala arah
Segala arah
5
5
Eutoni
Eutoni
+N
+N
-
Fungsi sensorik
: Tidak ada
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Pemeriksaan Laboratorium (24 November 2016)
Jenis Pemeriksaan
Hemoglobin (Hb)
Hasil
10.4 g/dL
Nilai Rujukan
11,3-14,1 g/dL
12
Leukosit
4.500/ L
Ht
Trombosit
33%
85.000/L
37-41%
217-497x103/L
- Basofil
0-1%
- Eosinofil
1-3%
- Batang
2-6%
- Segmen
20
50-70%
- Limfosit
73
20-40%
- Monosit
2-8%
Hitung Jenis
Hasil
9.7 g/dL
31%
56.000/L
Nilai Rujukan
11,3-14,1 g/dL
37-41%
217-497x103/L
Hasil
9.3 g/dL
30%
28.000/L
Nilai Rujukan
11,3-14,1 g/dL
37-41%
217-497x103/L
Hasil
8.8 g/dL
29%
23.000/L
Nilai Rujukan
11,3-14,1 g/dL
37-41%
217-497x103/L
Hasil
9.6 g/dL
31%
64.000/L
Nilai Rujukan
11,3-14,1 g/dL
37-41%
217-497x103/L
DAFTAR MASALAH
13
II.
III.
Demam tinggi
Mimisan
Malas minum
DIAGNOSIS BANDING
Demam dengue
DIAGNOSIS KERJA
Demam Dengue
IV.
PENATALAKSANAAN
a.
Terapi Farmakologis
b.
c.
Monitoring
Tanda vital
Kurva suhu
Edukasi
Tirah baring
14
V.
VI.
PROGNOSIS
a.
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
b.
Quo ad functionam
: dubia ad bonam
c.
Quo ad sanationam
: dubia ad bonam
FOLLOW UP
Tanggal
26
November
anemia
2016
O:
P:
14.00 WIB
Keadaan Umum:
Demam
dengue
x/menit
KU: lemah
TD : 80/50 mmHg
RR 36 x/menit
T: 36,8C
dan SGPT
Observasi
tanda-tanda
30%.
Keadaan Spesifik
15
: 650 cc
: 450 cc
IWL
: 190 cc
: + 10 cc
teraba membesar
: 2,46 cc/jam
November
anemia
2016
O:
P:
07.00 WIB
Keadaan Umum:
Demam
dengue
x/menit
KU: lemah
TD : 80/50 mmHg
RR 32 x/menit
T: 36,9C
dan SGPT
Observasi
tanda-tanda
29%.
Keadaan Spesifik
: 750 cc
: 500 cc
IWL
: 190 cc
: + 60 cc
teraba membesar
: 2,74 cc/jam
16
November
anemia
2016
O:
P:
07.00 WIB
Keadaan Umum:
demam
dengue
x/menit
KU: lemah
RR 36 x/menit
T: 36,7C
Observasi
tanda-tanda
31%.
Keadaan Spesifik
- Kepala : konjungtiva anemis (-) sklera
ikterik (-) NCH (-), epistaksis (-/-)
- Thorax : simetris, retraksi (-)
Cor : BJ I dan II N, bising (-)
Pulmo: Vesikuler (+) N, rhonki
(-/-), wheezing (-/-)
- Abdomen: cembung, lemas, H/L tidak
teraba membesar
- Ekstremitas: akral hangat, CRT <3
- Kulit: ptechie pada tangan, kaki, dan
badan (+)
- Genital: edema (-)
17
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1.
Definisi
Penyakit Dangue adalah infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus
18
pertama. Uji tourniquet akan positif dengan tanpa ruam disertai beberapa atau
semua gejala perdarahan seperti petekie spontan yang timbul serentak, purpura,
ekimosis, epitaksis. hematemesis, melena, trombositopenia, masa perdarahan dan
masa protrombin memanjang, hematokrit meningkat dan gangguan maturasi
megakariosit.9
Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome, selanjutnya disingkat
DSS) ialah penyakit DHF yang disertai renjatan.9
3.2
Etiologi
Virus dengue penyebab DBD termasuk famili Flaviviridae, yang
berukuran kecil sekali, yaitu 35-45 nm. Virus dengue serotipe 1,2,3,4 ditularkan
melalui vektor nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk Aedes albopictus, Aedes
polynesiensis, dan beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan.
Infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup
terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak memberi perlindungan terhadap
serotipe lain.8
3.3
Patofisiologi
Virus hanya dapat hidup dalam sel hidup sehingga harus bersaing dengan
19
3.4
Patogenesis
Virus dangue masuk ke dalam tubuh manusia lewat gigitan nyamuk Aedes
aegypty atau Aedes albopictus dengan organ sasaran adalah organ hepar, nodus
limfaticus, sumsum tulang belakang, dan paru. Dalam peredaran darah, virus
tersebut akan difagosit oleh sel monosit perifer. Virus DEN mampu bertahan
hidup dan mengadakan multifikasi dalam sel tersebut. Infeksivirus dangue dimulai
dengan menempelnya virus genomnya masuk ke dalam sel dengan bantuan
organel-organel sel, genom virus membentuk komponen-komponenya. Setelah
terbentuk, virus dilepaskan dari sel. Proses perkembangbiakan sel virus DEN
terjadi di sitoplasma sel. Infeksi oleh satu serotip virus DEN menimbulkan
imunitas protektif terhadap serotype tersebut tetapi tidak ada cross protectif
terhadap serotip virus yang lain.8
Beberapa teori mengenai terjadinya DBD dan DSS antara lain adalah:10
a. Teori Antigen Antibodi
Virus dangue dianggap sebagai antigen yang akan bereaksi dengan
antibodi, membentuk virus antibodi kompleks (komplek imun) yang akan
mengaktifasi komplemen. Aktifasi ini akan menghasilkan anafilaktosin
C3A dan C5A yang akan merupakan mediator yang mempunyai efek
farmakologis cepat dan pendek. Bahan ini bersifat vasoaktif dan
20
Manifestasi Klinis
a. Demam
21
b. Perdarahan
Manifestasi perdarahan pada umumnya muncul pada hari ke 2-3 demam.
Bentuk perdarahan dapat berupa: uji tourniquet positif yang menandakan
fraglita kapiler meningkat. Kondisi seperti ini juga dapat dijumpai pada
campak, demam chikungunya, tifoid, dll. Perdarahan tanda lainnya ptekie,
purpura, ekomosis, epitaksis dan perdarahan gusi, hematemesisi melena.
Uji tourniquet positif jika terdapat lebih dari 20 ptekie dalam diameter 2,8
cm di lengan bawah bagian volar termasuk fossa cubiti.11
c. Hepatomegali
22
Ditemukan pada permulaan demam, sifatnya nyeri tekan dan tanpa disertai
ikterus. Umumnya bervariasi, dimulai dengan hanya dapat diraba hingga
2-4 cm di bawah lengkungan iga kanan. Derajat pembesaran hati tidak
sejajar dengan beratnya penyakit namun nyeri tekan pada daerah tepi hati
berhubungan dengan adanya perdarahan.11
d. Renjatan (Syok)
Syok biasanya terjadi pada saat demam mulai menurun pada hari ke-3 dan
ke-7 sakit. Syok yang terjadi lebih awal atau periode demam biasanya
mempunyai prognosa buruk. Kegagalan sirkulasi ini ditandai dengan
denyut nadi terasa cepat dan lemah disertai penurunan tekanan nadi kurang
dari 20 mmHg. Terjadi hipotensi dengan tekanan darah kurang dari 80
mmHg, akral dingin, kulit lembab, dan pasien terlihat gelisah.11
3.6
Pemeriksaan Penunjang
1.
kelamin
Penurunan hematokrit 20% setelah mendapat pengobatan cairan
Tanda perembesan plasma, yaitu efusi pleura, asites atau proteinemia
23
antitrombin III
Pada kasus berat ada disfungsi hati, penurunan kelompok vitamin Kdependent, protrombin seperti factor V, VII, IX dan X, fibrinogen
mungkin subnormal
Waktu perdarahan memanjang (PT dan PTT memanjang)
Penurunan -antiplasmin (-antiplasmin inhibitor) jarang ditemukan
Serum komplemen menurun, hipoproteinemia, kadang-kadang
hipokloremia
Hiponatremia
Serum aspartat aminotransferase sedikit meningkat
Asidosis metabolik berat dan peningkatan kadar urea nitrogen pada syok
berkepanjangan
2.
Radiologis
Pada foto thoraks didapatkan efusi pleura terutama pada hemitoraks kanan,
tetapi bila terjadi pembesaran plasma hebat, foto roentgen dada sebaiknya
dilakukan lateral dekubitus kanan. Asites dan efusi pleura dapat dideteksi
dengan USG.12
3.
-
Diagnosis serologi
Hemaglutination Inhibition Test (HI test)
Uji ini sensitif tapi tidak spesifik (tidak dapat menunjukkan tipe virus yang
menginfeksi. Antibody HI bertahan >48 tahun, maka cocok untuk uji
seroepidemiologi. Untuk diagnosis pasien, kenaikan titer konvalesen 4x
dari titer serum akut atau titer tinggi (>1280) baik pada serum akut atau
konvalesen dianggap diduga keras positif infeksi dengue yang baru terjadi
(presumtif +).12
24
Neutralization Test
Paling spesifik dan paling sensitif untuk virus dengue, berdasarkan reduksi
dari
lebih cepat dari antibodi komplemen, bertahan >48 tahun tapi lama dan
ruwet.12
-
Isolasi virus
a.
Inokulasi intraserebral pada bayi tikus albino umur 1-3 hari
b.
Inokulasi pada biakan jaringan mamalia (LLCMK2) dan nyamuk A
c.
albopictus
Inokulasi pada nyamuk dewasa secara intratorasik/intraserebral pada
larva12
Identifikasi virus
Dengan Fluorescence antibody technique test secata langsung atau tidak
langsung. Untuk identifikasi dipakai yang indirek dengan antibodi
monoclonal.12
25
Diagnosis
Dasar diagnosis DHF berdasarkan WHO.13
Klinis
1. Demam tinggi dengan mendadak dan terus-menerus selama 2-7 hari.
2. Manifesatasi perdarahan, termasuk setidak-tidaknya uji bendung positif
dan bentuk lain (petekie, purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi),
hematemesis atau melena.
3. Pembesaran hati.
4. Syok yang ditandai oleh nadi yang lemah, Hipotensi (tekanan sistolik
menurun sampai 80 mmHg atau kurang), disertai kulit yang teraba dingin
dan lembab terutama pada ujung hidung, jari dan kaki, pasien jadi gelisah.
Laboratorium
-
Derajat :
I. Demam dengan uji bendung positif.
II. Derajat I disertai perdarahan spontan di kulit atau perdarahan lain.
26
III. Ditemukannya kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan nadi
menurun (<20 mmHg) atau hipotensi disertai kulit yang dingin, lembab, dan
pasien jadi gelisah.
IV. Syok berat dengan nadi yang tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat
diukur.
3.8
Diagnosis Banding
Pada awal penyakit, diagnosis banding mencakup infeksi bakteri, virus
3.9
Penatalaksanaan
Tersedianya sistem klasifikasi dengue yang berbeda-beda (Tabel 1) sesuai dengan
panduan yang dikeluarkan oleh WHO pada tahun-tahun yang berbeda tentunya akan
27
2009
2011
Demam
Dengue
Demam Dengue
DBD derajat I
DBD derajat I
DBD derajat II
DBD derajat III
DBD derajat IV
DBD derajat II
Severe dengue (severe plasma
leakage, severe haemorrhage, severe
organ involvement)
(Sumber : Laksono IS.The Dengue Guidelines 1997-2009-2011 How They Are Different.Dept of Child
Health. Faculty of Medicine UGM. 2012)
Kebanyakan pasien tidak memerlukan perawatan rawat inap pada sakit hari ke 2
atau ke 3. Pada fase ini sulit untuk membedakan antara pasien dengan infeksi dengue atau
infeksi lainnya. Berikut ini merupakan indikasi pasien dengue hari sakit ke 2-3 dirawat : 15
demam
Perdarahan mukosa (epistaksis, perdarahan gusi, perdarahan gastrointestinal
Pada prinsipnya, indikasi rawat yang diajukan pada masing-masing pedoman (2009 dan
2011) tidak jauh berbeda (Tabel 3). Apabila terdapat warning signs, maka pasien
terindikasi untuk dirawat inap.14
1997
2009
2011
24 jam bebas
demam tanpa
penurun panas
48 jam
24 jam bebas
demam tanpa
penurun panas
28
Klinis Perbaikan
+ (keadaan umum
baik, nafsu makan
ada, status
hemodinamik stabil,
diuresis baik, tidak
ada distress
pernapasan)
Perbaikan
makan
nafsu
Output
Hematokrit stabil
+ (tanpa cairan
infus)
minimal 2 hari
Urine
baik
Bebas syok
Tidak ada distress
pernapasan
Trombosit
50000/mm3
Cenderung
meningkat
50000/mm3
(sumber : Dengue Hemorrhagic Fever : diagnosis, treatment, prevention, and control. WHO 1997- The
Revised Dengue Guidelines for Diagnosis, Treatment, Prevention, and Control. WHO 2009-Guideline for
Prevention and Control of DF and DHF revised and expanded edition.WHO 2011)
2009
2011
- Shock: Resusitasi dan rawat
- Pasien hipoglikemia tanpa
leukopenia dan/ atau
trombositopenia
- Pasien dengan warning signs
- Pasien risiko tinggi dengan
leukopenia dan trombositopenia
(Sumber : Laksono IS.The Dengue Guidelines 1997-2009-2011 How They Are Different.Dept of Child
Health. Faculty of Medicine UGM. 2012)
Berbeda halnya dengan pedoman DBD WHO 2009, warning signs yang
termaktub dalam pedoman 2011 hanya berupa manifestasi klinis, tidak menyertakan data
29
2011
Nyeri abdomen
+ berat
+ atau tenderness
Muntah persisten
Perdarahan
Perdarahan
mukosa
Hepatomegali >2 cm
Giddiness
(Sumber : Laksono IS.The Dengue Guidelines 1997-2009-2011 How They Are Different.Dept of Child
Health. Faculty of Medicine UGM. 2012)
dengue. Pada prinsipnya, dasar dari tatalaksana DBD untuk tiap pedoman yang
disempurnakan (2009 dan 2011) adalah sama, yaitu ada/tidaknya plasma leakage.20
Walaupun pedoman 2009 menggunakan klasifikasi kasus yang berbeda dan menetapkan
spektrum klinis infeksi dengue sebagai satu kesatuan penyakit, akan tetapi dasarnya
adalah sama, yaitu tatalaksana cairan untuk mengatasi plasma leakage. Perbedaan
tatalaksana untuk tiap pedoman dapat dilihat pada tabel 5.14
Tabel 5. Tatalaksana Kasus Pada Setiap Pedoman
1997
2009
2011
1997
2009
2011
DSS
Cairan
RL,
Ringers Cairan isotonik kristaloid 5acetate, atau 5% glucose 10ml/kg/jam nilai ulang
dalam NaCl 0.9% 10-20 tiap jam
ml/kgBB IV, dapat diulang
bila perlu
(sumber : Dengue Hemorrhagic Fever : diagnosis, treatment, prevention, and control. WHO 1997- The
Revised Dengue Guidelines for Diagnosis, Treatment, Prevention, and Control. WHO 2009-Guideline for
Prevention and Control of DF and DHF revised and expanded edition.WHO 2011)
2011
Dengue Berat-Hipotensi
DBD derajat IV
31
15 menit
(sumber : The Revised Dengue Guidelines for Diagnosis, Treatment, Prevention, and Control. WHO 2009Guideline for Prevention and Control of DF and DHF revised and expanded edition.WHO 2011)
3.10
Pencegahan16
Untuk memutuskan rantai penularan, pemberantasan vektor dianggap cara
3.11
Prognosis
Kematian oleh demam dengue hampir tidak ada, sebaliknya pada
32
BAB III
ANALISIS KASUS
An. MA, seorang anak laki-laki usia 9 bulan, dibawa ke RSUD BARI
dengan keluhan demam tinggi mendadak dan terus-menerus sejak 4 hari sebelum
masuk rumah sakit. Demam disertai muntah, frekuensi 1 kali sehari, isi makanan
apa yang dimakan, pasien pergi ke puskesmas, diberi obat paracetamol dan
vitamin C, panas turun kemudian tinggi kembali. Sejak 1 hari sebelum masuk
rumah sakit, penderita masih mengalami demam, terus-menerus, disertai keringat,
malas minum, mual dan muntah, frekuensi 1 kali sehari, isi makanan apa yang
dimakan, nafsu makan berkurang. Penderita kembali dibawa ke Puskesmas dan
diberi 3 macam obat yaitu paracetamol, vitamin c dan antibiotik amoksisilin.
panas turun sebentar namun tinggi kembali. Sejak 5 jam sebelum masuk rumah
33
sakit, penderita demam tinggi lagi, timbul bintik merah pada lengan dan badan
yang tidak hilang dengan penekanan, malas minum, mual dan muntah, frekuensi 1
kali sehari, isi makanan apa yang dimakan, nafsu makan berkurang. Penderita lalu
pergi ke RSUD Bari Palembang. Setelah 1 hari perawatan di rumah sakit,
penderita mengalami mimisan, demam masih ada, serta bintik merah di lengan
dan badan semakin banyak.
Demam yang dialami penderita yaitu demam tinggi, terus-menerus dan
mendadak, sempat turun setelah mengkonsumsi obat paracetamol namun tinggi
kembali setelah beberapa jam. Demam yang diderita pasien ini bersifat akut
(kurang dari 7 hari). Sehingga kemungkinan diagnosis yang dapat dipikirkan
adalah Demam berdarah dengue, demam dengue, campak dan pneumonia. Pada
pasien ini tidak didapatkan batuk, pilek, nyeri menelan, mata merah, selalu bila
terkena cahaya dan diare. Pada pasien ini juga tidak juga ruam kulit yang khas
seperti pada penyakit campak. Tidak ditemukan juga tanda patognomonik pada
campak yaitu bercak koplik yang dapat ditemukan pada mukosa pipi di depan
molar 3. Berdasarkan anamnesis tidak didapatkan sesak napas, batuk, dan rhinitis.
Pada pemeriksaan fisik juga tidak ditemukan adanya ronkhi. Jadi diagnose
pneumonia
dapat
disingkirkan.
Kemungkinan
diagnosis
campak
dapaat
34
35
(3)
36
DAFTAR PUSTAKA
vi