Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH
NURSIDA DEWI
BCA 112 316
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
2016
Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja
Modal kerja didefinisikan sebagai aktiva lancar dikurangi kewajiban lancar. Jhon Fred
Weston dan Thomas E.Copeland (1996 : 327) menjelaskan bahwa modal kerja merupakan
investasi perusahaan dalam bentuk uang tunai, surat berharga, piutang dan persediaan,
dikurangi dengan kewajiban lancar yang digunakan untuk membiayai aktiva lancar.
Menurut Munawir S (1995 : 114), ada tiga konsep atau definisi modal kerja yang umum
dipergunakan ), yaitu:
1.Konsep kuantitatif
Konsep ini Menitik beratkan kepada kuantum yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan
perusahaan dalam membiayai operasinya yang bersifat rutin atau menunjukkan jumlah dana
yang tersedia untuk tujuan operasi jangka pendek. Dalam konsep ini menganggap bahwa
modal kerja adalah jumlah aktiva lancar. Konsep ini tidak mementingkan kualitas dari modal
kerja, apakah modal kerja dibiayai para pemilik, hutang jangka pendek, sehingga dengan
modal kerja yang besar tidak apat mencerminkan tingkat keamanan para kreditur jangka
pendek yang besar juga. Bahkan menurut konsep ini dengan adanya modal kerja yang besar
tidak menjamin kelangsungan operasi yang akan datang, serta tidak mencerminkan likuiditas
perusahaan yang bersangkutan.
2.Konsep Kualitatif
Konsep ini menitik beratkan pada kualitas modal kerja, pengertian modal kerja dalam konsep
ini adalah kelebihan aktiva lancar terhadap hutang lancar. Definisi ini bersifat kualitatif
karena menunjukkan tersedianya aktiva lancar yang lebih besar dari hutang lancar dan
menunjukkan pula tingkat keamanan bagi para kreditur jangka pendek, serta menjamin
kelangsungan operasi dimasa mendatang dan kemampuan perusahaan untuk memperoleh
tambahan pinjaman jangka pendek dengan jaminan lainnya. 3.Konsep Fungsional Konsep ini
menitik beratkan pada fungsi dana yang dimiliki dalam rangka menghasilkan pendapatan
(laba) dari usaha pokok perusahaan. Pada dasarnya dana yang dimiliki oleh perusahaan
sepenuhnya akan digunakan untuk menghasilkan laba, ada sebagian dana yang akan
digunakan untuk memperoleh atau menghasilkan laba dimasa yang akan datang. Misalnya
bangunan, pabrik, alat-alat kantor dan aktiva tetap lainnya. Ada 2 konsep utama modal kerja
menurut James C. Van Horn dan John M. Wachowicz, Jr. (1997 : 214) yaitu : 1.Modal Kerja
Bersih, yaitu perbedaan jumlah aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Konsep ini merupakan
ukuran sejauh mana perusahaan dilindungi dari masalah likuiditas. 2.Modal Kerja Kotor,
yaitu Investasi perusahaan dalam aktiva lancar (seperti kas, sekuritas, piutang, dan
persediaan).
SEBAB PERUBAHAN MODAL KERJA
-
Adanya kenaikan sektor modal baik yang berasal dari laba maupun adanya pengeluaran
modal saham atau tambahan investasi dari pemilik perusahaan maka modal kerja akan
bertambah.
-
Ada pengurangan atau penurunan aktiva tetap yang diimbangi dengan bertambahnya
aktiva lancar karena adanya penjualan aktiva tetap maupun melalui proses depresiasi, modal
kerja akan bertambah.
-
Ada penambahan hutang jangka panjang baik dalam bentuk obligasi, hipotek, atau
hutang jangka panjang lainnya yang diimbangi dengan bertambahnya aktiva lancar, maka
modal kerja akan bertambah.
-
Karena kerugian yang diderita oleh perusahaan, baik kerugian normal maupun kerugian
Adanya pembentukan dana atau pemisahan aktiva lancar untuk tujuan-tujuan tertentu
Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap maka akan mengurangi modal kerja.
Pengambilan uang atau barang yang dilakukan oleh pemilik perusahaan untuk
kepentingan pribadi.
TUJUAN DAN SUMBER MODAL KERJA
Tujuan laporan perubahan modal kerja adalah memberikan ringkasan transaksi keuangan
yang terjadi selama satu periode dengan menunjukan sumber dan penggunaan modal kerja
dalam periode tersebut. Laporan perubahan modal kerja akan memberikan gambaran tentang
bagaimana management mengelolah perputaran atau sirkulasi modalnya. Dimana sumbersumber modal kerja berasal
1.
2.
3.
4.
1.
1) Menyusun laporan perubahan neraca, yang menggambarkan perubahan masingmasing elemen neraca antara dua titik waktu yang akan dianalisa (bulanan atau
tahunan)
2) Mengelompokkan
perubahan-perubahan
dalam
golongan
perubahan
yang
memperbesar/memperkecil kas
3) Mengelompokkan elemen-elemen dalam laporan rugi dan laba (laporan laba
ditahan) ke dalam golongan yang memperbesar/ memperkecil kas
4) Mengadakan konsolidasi dari semua informasi ke dalam laporan sumber-sumber
dan penggunaan dana
b.
Perubahan elemen neraca antara dua saat efeknya memperbesar kas disebut sumber-
sumber dana
1)
2)
3)
4)
Bertambahnya modal
Bertambahnya modal disebabkan adanya emisi saham baru dan hasil
penjualan saham baru tersebut merupakan sumber dana
5)
a.
Berkurangnya hutang
Berkurangnya hutang, baik hutang lancar maupun hutang jangka panjang
Berkurangnya modal
2. Sumber Kas
Kas merupakan aktiva yang paling likuid atau merupakan salah satu unsur modal yang paling
tinggi likuiditasnya, berarti semakin besar jumlah kas yang dimiliki oleh suatu perusahaan
akan semakin tinggi pula tingkat likuiditasnya. Akan tetapi, suatu perusahaan yang memiliki
tingkat likuiditas yang tinggi karena adanya kas dalam jumlah yang besar berarti tingkat
perputaran kas tersebut rendah dan mencerninkan adanya over investment dalam kas dan
berarti pula perusahaan kurang efektif dalam mengelola kas. Jumlah kas yang relatif kecil
akan diperoleh tingkat perputaran kas yang tinggi dan keuntungannya yang di peroleh akan
lebih besar, tetapi suatu perusahaan yang hanya mengejar keuntungan (rentabilitas) tanpa
memperhatikan likuiditas akhirnya perusahaan itu akan berada dalam keadaan likuid apabila
sewaktu-waktu ada tagihan.
Sumber penerimaan kas dalam suatu perusahaan pada dasarnya dapat berasal dari:
a. Hasil penjualan investasi jangka panjang, aktiva tetap baik yang berwujud maupun
yang tidak berwujud (intangible assets), atau adanya penurunan aktiva tidak lancar
yang diimbangi dengan penambahan kas.
b. Penjualan atau adanya emisi saham maupun adanya penambahan modal oleh
pemilik perusahaan dalam bentuk kas.
c. Pengeluaran surat tanda bukti utang, baik jangka pendek (wesel) maupun utang
jangka panjang (utang obligasi, utang hipotik, atau utang jangka panjang lain) serta
bertambahnya utang yang diimbangi dengan penerimaan kas.
d. Adanya penurunan atau berkurannya aktiva lancar selain kas yang diimbangi
denagn penerimaan kas pembayaran, berkurangnya persediaan barang dagangan
karena adanya penjualan secara tunai, adanya penurunan surat berharga (efek) karena
ada penjualan dan sebagainya.
e. Adanya penerimaan kas karena sewa, bunga atau dividen dari investasinya,
sumbangan ataupun hadiah maupun adanya pengembalian kelebihan pembayaran
pajak pada periode-periode sebelumnya.
f. Keuntunga dari operasi perusahaan, Apabila perusahaan memperoleh keuntungan
neto dari operasinya berarti ada tambahan dana dari perusahaan yang bersangkutan
3. Penggunaan Kas
Adapun penggunaan atau pengeluaran kas dapat di sebabkan oleh adanya transaksi-transaksi
sebagai berikut.
a. Pembelian saham atau obligasi sebagai investasi jangka pendek maupun jangka
panjang serta pembelian aktiva tetap lainnya.
b. Penarikan kembali saham yang beredar maupun adanya pengembalian kas
perusahaan oleh pemilik perusahaan.
Menurut S. Munawir ( 2002) Titik break even point atau titik pulang pokok dapat
diartikan sebagai suatu keadaan dimana dalam operasinya perusahaan tidak memperoleh laba
dan tidak menderita rugi ( total penghasilan = total biaya)
2.
Menurut Abdullah (2004) Analisis Break even point disebut juga Cost volume profit
analysis
Arti penting analisis break even point bagi manajer perusahaan dalam pengambilan
keputusan keuangan adalah sebagai berikut:
a)
Guna menetapkan jumlah minimal yang harus diproduksi agar perusahaan tidak
mengalami kerugian
b)
tertentu
c)
Menurut Purba (2002) Titik impas (break even point) berlandaskan pada pernyataan
sederhana, berapa besarnya unit produksi yang harus dijual untuk menutupi seluruh biaya
yang dikeluarkan untuk mengahsilkan produk tersebut.
4.
Menurut PS. Djarwanto (2002) Break even point adalah suatu keadaan impas yaitu
apabila telah disusun perhitungan laba dan rugi suatu periode tertentu, perusahaan tersebut
tidak mendapat keuntungan dan sebaliknya tidak menderita kerugiaan.
5.
Menurut Harahap (2004) Break even point berarti suatu keadaan dimana perusahaan
tidak mengalami laba dan juga tidak mengalami rugi artinya seluruh biaya yang dikeluarkan
untuk kegiatan produksi ini dapat ditutupi oleh penghasilan penjualan. Total biaya (biaya
tetap dan biaya variabel) sama dengan biaya total penjualan sehingga tidak ada laba atau rugi
6.
Menurut Garrison dan Noreen 92004) break even point adalah tingkat penjualan yang
diperlukan untuk menutupi semua biaya operasional, dimana break even tersebut laba
sebelum bunga dan pajak sama dengan nol (0). Langkah pertama untuk menentukan break
even adalah membagi harga pokok penjualan (HPP) dan biaya operasi menjadi biaya tetap
dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan fungsi dari waktu, bukan fungsi dari jumlah
penjualan dan biasanya ditetapkan berdasrkan kontrak, misalnya sewa gudang. Sedangkan
biaya variabel tergantung langsung dengan penjualan bukan fungsi dari waktu, misalnya
biaya angkut barang.
B. Gambar Break Even (Break Even Chart)
Dalam gambar break even point dapat ditentukan, yaitu pada titik dimana terjadi persilangan
antara garis peenghasilan penjualan dengan garis biaya total. Apabila dari titik tersebut kita
garis lurus vertikal ke bawah sampai sumbu X akan nampak besarnya break even dalam unit.
Kalau dari titik itu ditarik lurus horizontal ke samping sampai sumbu Y, akan nampak bsarnya
break even dalam rupiah.
Dalam menggambarkan garis biaya tetap dalam gambar break even itu dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu dengan menggambarkan garis biaya tetap secara horizontal sejajar
dengan sumbu X, atau dengan menggambarkan garis biaya tetap sejajar dengan garis biaya
variabel. Pada cara yang kedua, besarnya contribution margin akan nampak pada gambar
break even tersebut.
C. Perhitungan Break Even Point
Perhitungan break even point yang lebih tepat dapat dilakukan dengan cara trial and error
(serba coba-coba) atau dengan menggunakan rumus-rumus aljabar
1. Perhitungan Break Even Point dengan Cara Trial and Error
Perhitungan break even point dapat dilakukan dengan cara coba-coba, yaitu dengan
menghitungkeuntungan operasi dari suatu volume produksi/penjualan tertentu. Apabila
perhitungan tersebut menghasilkan keuntungan maka diambilvolume penjualan/produksi
yang lebih rendah. Apabila dengan mengambil suatu volume penjualan tertentu, perusahaan
menderita kerugian maka kita mengambil volume penjualan/produksi yang lebih besar.
Demikan dilakukan seterusnya hingga dicapai volume penjualan/produksi di mana
penghasilan penjualan tepat sama dengan besarnya biaya total.
Misalkan dari contoh 1 diambil volume produksi 6.000 unit. Dengan volume produksi 6.000
unit maka dapat dihitung keuntungan operasi sebagai berikut:
=(6.000 x Rp 100) Rp 300.000 + (6.000 x Rp 40)
Perhitungan break even point dengan menggunakan rumus aljabar dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu
a) Atas dasar unit
Perhitungan break even point atas dasar unit dapat dilakukan dengan menggunakan rumus
BEP (Q) =
FC
PV
Dimana
P = harga jual per unit
V = biaya variabel per unit
FC = biaya tetap
Q = jumlah unit /kuantitas produk yang dihasilkan dan dijual
BEP=
FC
VC
1
S
Dimana
FC = biaya tetap
VC= biaya variabel
S = penjualan
D. Manfaat dan Kegunaan BEP
Manfaat BEP antara lain:
Alat perencanaan untuk hasilkan laba
Memberikan informasi mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungannya
dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan.
Mengevaluasi laba dari perusahaan secara keseluruhaan.
Mengganti sistem laporan yang tebal dengan grafik yang mudah dibaca dan dimengerti
Telah dijelaskan sebelumbya bahwa analisa BEP sangat penting bagi pimpinan perusahaan
untuk mengetahui pada tingkat produksi berapa jumlah biaya akan sama dengan jumlah
penjualan atau dengan kata lain dengan mengetahui BEP kita akan mengetahui hubungan
antara penjualan, produksi, harga jual, biaya, rugi atau laba, sehingga memudahkan bagi
pimpinan untuk mengambil kebijaksanaan.
Analisis BEP berguna apabila beberapa asumsi dasar dipenuhi. Asumsi-asumsi tersebut
adalah:
a)
Besarnya biaya variabel secara total berubah-ubah secara proporsional dengan volume
produksi atau penjualan. Ini berarti bahwa biaya variabel per unitnya adalah tetap.
c)
Besarnya biaya tetap secara total tidak berubah meskipun ada perubahan volume
produksi atau penjualan. Ini berarti bahwa biaya tetap per unitnya berubah-ubah karena
adanya perubahan volume kegiatan.
d)
Jumlah unit produk yang terjual sama dengan jumlah per unit produk yang di produksi.
e)
Harga
f)
Perusahaan hanya memproduksi satu jenis produk, apabila lebih dari satu jenis
komposisi
jual
produk
per
masing-masing
unit
jenis
tidak
berubah
produk
dalam
dianggap
periode
tertentu.
konstan
(tetap)
Analisa BEP juga dapat digunakan oleh pihak manajemen perusahaan dlam berbagai
pengambilan keputusan dalam berbagai pengambilan keputusan, antara lain mengenai;
Jumlah minimal produk yang harus terjual agar perusahaan tidak mengalami kerugian
Untuk mengetahui efek perubahan harga jual, biaya maupun volume penjualan
terhadap laba yang diperoleh.
BEP juga dapat digunakan dengan dalam tiga cara terpisah, namun ketiganya saling
berhubungan, yaitu untuk:
1.
lebih
dan
otomatis
impak
dari
dan
mengganti
perluasan
biaya
tingkat
variabel
operasi
dan
biaya
secara
tetap.
2.
Menelaah
umum
3.
Untuk membuat keputusan tentang produk baru yang harus dicapai jika perusahaan
mempertahankan
tingkat
harga,
kualitas
dan
kuantitas.
2.
Menentukan harga dengan sedemikian rupa sesuai dengan laba yang dikehendaki.
3.