You are on page 1of 5

PERAN FARMASI DALAM KESEHATAN MASYARAKAT

PENGGUNA KOSMETIKA

Disusun Oleh :
Adhi Wilaksono ( 151210001 )
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BORNEO CENDEKIA MEDIKA PANGKALAN BUN


2015/2016
Jl. Sutan Syahrir No 11, Pangkalan Bun, Kotawaringin barat kalimantan
Tengah

BAB I
Pendahuluan
Wajah cantik adalah dambaan bagi setiap wanita, bahkan sebagian laki-laki pun juga
mengharapkan pasangan wanitanya tampil dengan kulit wajah cantik dan mempesona.
Dengan alasan tersebut banyak wanita melakukan dan memanjakan kulit wajah cantiknya
menggunakan berbagai alat kosmetik. Kebutuhan akan kosmetika saat ini memegang peranan
yang cukup dominan karena kosmetik dapat mengubah citra seseorang sesuai dengan yang
diinginkan dan juga dapat menutupi kekurangan dan kelemahan fisik pada seseorang,
sehingga dapat tampil sempurna dan percaya diri.
Namun dengan semakin banyaknya produk kosmetik dan persaingan yang terjadi
antara produsen, banyak peralatan kosmetik yang mengandung bahanbahan kimia berbahaya.
Banyak yang hanya mementingkan keuntungan pribadi semata dan menjanjikan hasil yang
instant dan cepat tetapi tidak memperhatikan bahan-bahan kimia yang mereka pergunakan
sebagai bahan pembuatnya. Memang anda para wanita yang mempunyai kulit wajah cantik
akan mendapatkan kulit wajah cantik yang diidamkan secara cepat, namun anda tidak akan
memperhatikan efek samping dan ketergantungan yang akan ditimbulkan. Disinilah farmasis
sebagai seseorang yang memiliki pengetahuan tentang obat-obatan dan kosmetika, kita harus
mengendalikan masyarakat awam dalam penggunaan kosmetika di kehidupannya.

BAB II
Pembahasan

Kosmetik berasal dari bahasa Yunani kosmetikos yang berarti keterampilan


menghias,

mengatur.

Definisi

kosmetik

dalam

Peraturan

Pemerintah

RI

No.445/MenKes/Permenkes/1998 adalah bahan sediaan padat yang siap digunakan pada


bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi dan
rongga mulut untuk membersihkan, untuk menambah daya tarik, mengubah penampilan,
melindungi supaya dalam tetap keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak
dimaksudkan untuk mengobati atau menyebuhkan suatu penyakit.
Dalam definisi kosmetik diatas, yang dimaksud dengan tidak dimaksudkan untuk
mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit adalah sediaan tersebut seyogyanya tidak
mempengaruhi struktur dan faal kulit. Namun apabila bahan kosmetik tersebut adalah bahan
kimia meskipun bahan alami dan organ tubuh yang dikenai (ditempeli) adalah kulit, maka
dalam hal tertentu kosmetik itu akan mengakibatkan reaksi reaksi dan perubahan faal kulit
tersebut. Tidak ada bahan kimia yang bersifat indeferens (tidak menimbulkan efek apa apa)
jika dikenakan pada kulit. Karena itu, pada tahun 1955 Lubowe menciptakan istilah
Cosmedics yang merupakan gabungan dari kosmetik dan obat yang sifatnya dapat
mempengaruhi faal kulit secara positif namun bukan obat. Pada tahun 1982, Faust
mengemukakan istilah Medicated Cosmetics.
Untuk memperbaiki dan mempertahankan kesehatan kulit diperlukan jenis kosmetik
tertentu bukan hanya obat. Selama kosmetik tersebut tidak mengandung bahan berbahaya
yang secara farmakologs aktif mempengaruhi kulit, penggunaan kosmetik ini menguntungkan
dan bermanfaat bagi kulit itu sendiri. Contoh :

preparat anti ketombe


antiperspirant,
deodorant,
preparat untuk mempengaruhi warna kulit (untuk memutihkan atau mencoklatkan

kulit),
preparat anti jerawat,

preparat pengeriting rambut, dll.


Dalam beberapa tahun terakhir kesadaran masyarakat Indonesia untuk tampil

menawan semakin meningkat. Berbagai upaya perawatan kulit dilakukan dengan penggunaan
kosmetik untuk menutupi kekurangan dan memperbaiki performa pribadi akibat penuaan.
Sayangnya, penggunaan kosmetik tidak diimbangi dengan pengetahuan yang memadai akan
risiko kosmetik yang digunakan. Masyarakat saat ini tampaknya masih belum begitu paham
akan resiko penggunaan kosmetik sehingga masih saja muncul kasus-kasus kelainan kulit
karena penggunaan kosmetik yang salah dan berlebihan. Kejadian yang paling banyak adalah
ingin mencerahkan wajah tetapi hasilnya malah menjadi hitam karena pemakaian kosmetik
yang tidak tepat, kebablasan serta penggunaan yang tak sesuai dengan aturan.
Diperlukan kerja sama dari berbagai pihak untuk memberikan sosialisasi yang lebih
merata ke pada masyarakat terkait dengan penggunaan kosmetik serta efek samping yang
ditimbulkan. Dengan adanya sosialisasi tersebut diharapkan mampu meningkatkan kesadaran
masyarakat untuk lebih selektif memilih dan memakai kosmetik serta menggunakannya
dengan tepat sesuai aturan.
Menurut PP No.51 tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian pada pasal 1
menyatakan Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu Sediaan
Farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluranan obat,
pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Sediaan Farmasi adalah obat, bahan
obat, obat tradisional dan kosmetika. Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan
langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi
dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Fasilitas Produksi Sediaan Farmasi adalah sarana yang digunakan untuk memproduksi obat,
bahan baku obat, obat tradisional, dan kosmetika. Fasilitas Distribusi atau Penyaluran Sediaan
Farmasi adalah sarana yang digunakan untuk mendistribusikan atau menyalurkan Sediaan
Farmasi, yaitu Pedagang Besar Farmasi dan Instalasi Sediaan Farmasi.

BAB III
Penutup

Kesimpulan
Kosmetika adalah bahan sediaan padat yang siap digunakan pada bagian luar badan
(epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi dan rongga mulut untuk
membersihkan, untuk menambah daya tarik, mengubah penampilan, melindungi supaya
dalam tetap keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati
atau menyebuhkan suatu penyakit.Penggunaan kosmetika di masyarakat berdasarkan
kesadaran masyarakat Indonesia saat ini untuk tampil menawan semakin meningkat. Berbagai
upaya perawatan kulit dilakukan dengan penggunaan kosmetik untuk menutupi kekurangan
dan memperbaiki performa pribadi akibat penuaan. Sayangnya, penggunaan kosmetik tidak
diimbangi dengan pengetahuan yang memadai akan risiko kosmetik yang digunakan.
Masyarakat saat ini tampaknya masih belum begitu paham akan resiko penggunaan kosmetik
sehingga masih saja muncul kasus-kasus kelainan kulit karena penggunaan kosmetik yang
salah dan berlebihan. Peran farmasis alam hal ini pun sangatlah dibutuhkan, menurut PP
No.51 tugas seorang farmasis adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu Sediaan
Farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluranan obat,
pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.

Saran Penulis
Kepada para pembaca, disarankan untuk berhati-hati dalam memilih kosmetik, karena
sekarang banyak sekali kosmetik yang tidak layak pakai. Selain itu, jika kita ingin menjadi
cantik, usahakan untuk tidak memilih cara yang cepat dan instan, karena biasanya pada
kosmetik yang instan terdapat banyak bahan kimia yang dapat merusak kulit. Jika memang
ingin cantik, pilih cara alami dan bertahap, karena itu dapat membuat cantik kita tahan lama
dan tidak merusak kulit.

You might also like