You are on page 1of 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta berubahnya
pola hidup masyarakat berdampak munculnya berbagai penyakit degenerative yang
membahayakan. Kanker merupakan salah satu dari beberapa penyakit yang sangat
membahayakan, karena bukan hanya mengganggu kesehatan tetapi juga menyerang
DNA manusia. Kanker dikenal sebagai penyakit yang paling di takuti karena proses
penyembuhan dan pengobatannya sangat mahal. Akibat yang di timbulkan juga
sangat fatal, penyembuhan kanker secara medis biasanya di tangani dengan
kemoterapi, opersai dan radioterapi.
Tanaman sirsak (Annona muricata Linn) berasal dari bahasa Belanda yakni
zuurzak berarti kantong asam. Daun sirsak digunakan sebagai obat herbal untuk
mengobati berbagai penyakit. Daun sirsak yang mudah di dapat ternyata dapat
membunuh sel kanker dengan kandungan acetogenins yang terdapat di dalamnya.
Acetogenins yang terkandung dalam daun sirsak dapat membunuh sel-sel kanker
dengan cara menghambat ATP yang menjadi sumber energy bagi pertumbuhan
kanker. Hasil penelitian menunjukkan bahwa senyawa acetogenins berperan untuk
membunuh sel kanker dan derivate senyawa acetogenins dapat di gunakan sebagai
pengganti kemoterapi. Adanya acetogenins mempunyai aktifitas untuk membunuh sel
kanker.
Daun sirsak akan dibuat dalam bentuk sediaan larutan sebagai pencegahan
penyakit kanker. Larutan adalah sediaan cair yang mengandung 60% glukosa dan
memiliki zat aktif yang larut dalam air (FI III). Pembuatan sediaan larutan bertujuan
agar pengguna bisa lebih mudah mengkonsumsinya. Kelebihan dari sediaan cairan
adalah dari segi rasa, bentuk sediaan yang mudah di konsumsi, dosis dapat diubah
dalam pembuatan dan obat lebih cepat di absorpsi.

Ekstraksi acetogenins dilakukan dengan metode perkolasi karena


pengerjaannya lebih mudah dan menggunakan cara dingin sehingga kandungan daun
sirsak tidak rusak.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dalam pembuatan simplisia adalah sebagai berikut.
1.2.1 Tujuan Umum
1.2.1.1 Membuat simplisia dari daun sirsak yang terstandarisasi
1.2.2 Tujuan Khusus
1.2.2.1 membuat rancangan tahap-tahap pengolahan daun sirsak menjadi simplisia
1.2.2.2 mengetahui dan mampu melakukan pembuatan simplisia dari daun sirsak
1.3 Manfaat
Adapun manfaat pembuatan simplisia dari daun sirsak adalah sebagai berikut.
1.3.1 Bagi Praktikan
Dapat memahami tahap-tahap pembuatan simplisia dari daun sirsak dengan
baik dan benar.
1.3.2 Bagi Masyarakat
Menginformasikan kepada masyarakat bahwa simplisia daun sirsak dapat
dijadikan produk sebagai pencegahan penyakit kanker.
1.3.3 Bagi Industri Obat Tradisional
Lebih mengembangkan hasil simplisia daun sirsak menjadi sediaan atau
produk yang terjamin dan lebih mudah dikonsumsi.
1.3.4 Bagi Institusi
Sebagai penjamin bahwa praktikan mampu mengaplikasikan di dunia industry
obat tradisional.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Sirsak (Annona muricata L) merupakan salah satu tanaman buah yang berasal
dari Karibia, Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Di dalam tanaman sirsak
terutama daun sirsak terdapat senyawa acetogenins yaitu senyawa polyketides
dengan struktur C-34 atau C-37 rantai karbon tidak bercabang dan terikat pada
gugus 2-propanol pada C-2 untuk membentuk suatu lakton. Acetogenins adalah
kumpulan senyawa aktif yang memiliki aktifitas sitotoksik di dalam tubuh
dengan cara menghambat transport ATP atau energi yang di gunakan oleh sel
kanker untuk berkembang biak. Senyawa sitotoksik adalah senyawa yang dapat
bersifat toksik maupun sebagai obat untuk menghambat dan menghentikan
pertumbuhan sel kanker dan sel tumor yang ada di dalam tubuh.
2.2 Zat Aktif Tumbuhan
Dalam tumbuhan daun sirsak tidak hanya ada satu kandungan zat aktif. Banyak
kandungan pada daun sirsak salah satunya adalah kandungan flavonoid.
Kadungan flavonoid pada daun sirsak dapat digolongkan banyak.
2.3 Khasiat Zat Aktif
Daun sirsak terdapat banyak kandungan zat aktif salah satunya adalah flavonoid.
Flavonoid berkhasiat sebagai antioksidan sehingga sangat baik digunakan untuk
mencegah kanker, melindungi struktur sel, meningkatkan efektifitas vitamin C,
anti-inflamasi, mencegah keropos tulang, dan antibiotik. Jadi tidak salah bila
kandungan favonoid sangat berkhasiat untuk menjaga kekebalan tubuh.

2.4 Cara Pembuatan Simplisia


1. Pengumpulan bahan baku
Waktu panen dan cara panen yang tepat pada saat bagian tanaman tersebut
mengandung senyawa aktif dalam jumlah yang besar
2. Teknologi pemanenan

Pemanenan menggunakan alat yang bersih dan bebas dari cemaran, alat dalam
keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan tepat. Bahan yang rusak atau
busuk harus segera dibuang. Penempatan dalam wadah harus tepat.
3. Sortasi basah
Dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing
lainnya dari bahan simplisia. Bahan nabati yang baik memiliki kandungan campuran
bahan organik asing tidak lebih dari 2%.
4. Pencucian
Dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotor lainnya yang melekat
pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih, bahan simplisia yang
mengandung zat yang mudah larut didalam air yang mengalir, pencucian agar
dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin. Hasil penelitian Frazier (1978)
melaporkan untuk pencucian sebanyak satu kali akan menurunkan jumlah mikroba
sebanyak 25%, pencucian yang dilakukan sebanyak tiga kali akan menurunkan
jumlah mikroba sebanyak 58%. Pencucian bahan dapat dilakukan dengan berbagai
cara antara lain :
a. Perendaman bertingkat : Dilakukan pada bahan yang tidak banyak mengandung
kotoran seperti daun, bunga, buah, dll.
b. Penyemprotan : Dilakukan pada kotoran banyak melekat pada bahan seperti
rimpang, akar, umbi, dll. Proses penyemprotan dilakukan dengan menggunakan air
yang bertekanan tinggi.
c. Penyikatan(manual maupun otomatis) : Dilakukan terhadap jenis bahan yang keras
atau tidak lunak dan kotorannya melekat sangat kuat. Pencucian ini memakai alat
bantu sikat yang digunakan bentuknya bisa bermacam-macam, perlu diperhatikan
kebersihan dari sikat yang dilakukan (misalnya pada rimpang).
5. Perajangan
Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses
pengeringan, pengepakan dan penggilingan. Perajangan dapat dilakukan dengan
pisau, dengan alat mesin perajang khusus sehingga diperoleh irisan tipis atau
potongan dengan ukuran yang dikehendaki (anonim, 1985,7-8) semakin tipis bahan
yang keringkan semakin cepat penguapan air sehingga mempercepat waktu

pengeringan. Penjemuran sebelum perajangan diperlukan untuk mengurangi


pewarnaan akibat reaksi antara bahan dan logam pisau.
6. Pengeringan
Tujuan pengeringan adalah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah
rusak sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama dengan mengurangi
kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik akan dicegah penurunan mutu atau
kerusakan simplisia (anonym, 1985, 10). Suhu pengeringan tergantung kepada bahan
simplisia dan cara pengeringan. Pengeringan dapat dilakukan antara suhu 30 C 90 C . Jika simplisia mengandung bahan aktif yang tidak tahan panas dan mudah
menguap pengeringan dilakukan pada suhu 30 - 45 atau dengan cara
pengeringan vakum(agoes, 14).
a. Pengeringan alamiah
Tergantung dari senyawa aktif yang dikandung dalam bagian tanaman yang
dikeringkan dapat dilakukan dengan dua cara pengeringan

: dengan panas

sinar matahari langsung, dengan diangin angin dan tidak dipanaskan dengan
sinar matahari langsung.
b. Pengeringan buatan
Dilakukan dengan menggunakan suatu alat atau mesin pengering yang suhu
kelembaban, tekanan, dan aliran udaranya dapat diatur.
7. Sortasi kering
Tujuan sortasi untuk memisahkan benda benda asing seperti bagian bagian
tanaman yag tidak diinginkan dan pengotoran pengotoran lain yang masih ada dan
tertinggal pada simmplisia kering.proses ini dilakukan sebeum simplisia di bungkus
untuk kemudian disimpan. Pada simplisia bentuk rimpang, sering jumlah akar yang
melekat pada rimpang terlampau besar dan harus dibuang. Demikian pula adanya
partikel partikel pasir, besi, dan benda benda tanah lain yang tertinggal harus
dibuang sebelum simplisia dibungkus (anonim,1985, 15).
8. Penyimpanan dan pengepakan
Faktor faktor yang mempengaruhi pengepakan dan penyimpanan,antara lain:
cahaya, oksigen atau sirkulasi udara, reaksi kimia yang terjadi antara kandungan aktif
tanaman dengan wadah, penyerapan air, kemunkinan terjadinya proses dihidrasi,
pengotoran dan atau pencemaran, baik yang disebkan serangga, kapang, bulu bulu
tikus atau binatang lain.
a. Persyaratan wadah

1) Inert, tidak mudah berekasi dengan bahan lain.


2) Tidak beracun bagi bahan yang diwadahnya maupun bagi manusia yang
menanganinya.
3) Melindungi simplisia dari mikroba
4) Melindungi simplisia dari penguapan zat aktif
5) Dan lain sebagainya
b. Penyimpanan
1) Simplisia dapat dilakukan di ruang biasa (suhu kamar) atau suhu AC. Suhu
kamar antara 15 30oC, tempat sejuk 5 15oC, tempat dingin 0 8oC.
2) Ruang penyimpanan harus bersih
3) Ventilasi harus cukup baik karena hama sangat menyukai udara yang lembab
dan panas.
4) Kelembapan udara sebaiknya diusahakan serendah mungkin (65oC) untuk
5)
6)
7)
8)
9)

mencegah terjadinya penyerapan air.


Suhu gudang tidak melebihi 30oC.
Dicegah masuknya serangga atau hewan penggangu lainnya.
Simplisia yang rusak harus segera dikeluarkan dan dimusnahkan .
Simplisia yang beracun harus di simpan ditempat terpisah dan diberi label.
Kadar air simplisia yang paling layak adalah kurang dari 5%.

2.5 Uji Standarisasi Simplisia


2.5.1 Pengertian Uji
Standarisasi adalah rangkaian proses yang melibatkan berbagai metode
analisis kimiawi berdasarkan data farmakologis, melibatkan analisis fisik dan
mikrobiologi berdasarkan kriteria umum keamanan (toksikologi) (Anonim. 2000).
Dalam standarisasi simplisia dapat dilakukan pengujian atau analisis simplisia yang
meliputi analisis kualitatif dan kuantitatif.
Analisis kualitatif meliputi :
1. Uji organoleptis adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui perbedaan bau dan
rasa yang ditimbulkan oleh simplisia.
2. Uji makroskopis adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui perbedaan warna
serta morfologi pada bagian tumbuhan yang akan dijadikan simplisia.
3. Uji mikroskopis adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui perbedaan anatomi
antara simplisia yang satu dengan simplisia yang lain.
4. Uji histokimia adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui kandungan yang
terdapat dalam jaringan tumbuhan dengan pereaksi spesifik, karena kandungan
pada tumbuhan yang satu dengan yang lain berbeda.

5. Identifikasi kimia adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui kandungan kimia
dalam simplisia, karena kandungan kimia pada tumbuhan yang satu dengan yang
lain berbeda.
Analisis kuantitatif meliputi :
1. Penentuan kadar air adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui jumlah kadar air
yang sesuai atau batas minimal dan batas maksimal yang seharusnya dimiliki
simplisia sebagai syarat simplisia yang baik dan layak digunakan.
2. Penentuan kadar abu adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui jumlah kadar
abu yang sesuai atau batas minimal dan batas maksimal yang seharusnya dimiliki
simplisia sebagai syarat simplisia yang baik dan layak digunakan.
3. Penentuan bahan organik asing adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui
jumlah bahan organik asing yang sesuai atau batas minimal dan batas maksimal
yang seharusnya dimiliki simplisia sebagai syarat simplisia yang baik dan layak
digunakan.
4. Penentuan susut pengeringan adalah pengukuran sisa zat setelah pengeringan pada
temperature 105oC selama 30 menit atau sampai berat konstan, yang dinyatakan
sebagai nilai prosen. Dalam hal khusus atau jika bahan tidak mengandung minyak
menguap dan sisa pelarut organik menguap identik dengan kadar air, yaitu
kandunga air yang berada dalam atmosfer atau lingkunagan udara terbuka. Tujuan
menegtahui susut pengeringan adalah memberikan batasan maksimal atau rentan
tentang besarnya senyawa yang hilang pada proses pengeringan.
2.5.2 Tujuan dilakukan Uji
Analisis kualitatif meliputi :
1. Uji organoleptis : bertujuan untuk mengetahui kekhususan bau dan rasa.
2. Uji makroskopis : bertujuan untuk mengetahui kekhususan morfologi, ukuran
dan warna simplisia.
3. Uji mikroskopis : bertujuan untuk mengetahui kekhasan anatomi.
4. Uji histokimia : bertujuan untuk mengetahui kekhususan kandungan yang
terdapat dalam jaringan tumbuhan dengan pereaksi spesifik.
5. Identifikasi kimia : bertujuan untuk mengetahui kekhususan kandungan kimia
dalam simplisia.
Analisis kuantitatif meliputi :
1. Penentuan kadar air : bertujuan untuk memberikan batasan minimal atau
rentang tentang besarnya kandungan air didalam bahan.

2. Penentuan kadar abu : bertujuan untuk memberikan gambaran kandungan


mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai
terbentuknya ekstrak.
3. Penentuan bahan organik asing : bertujuan untuk mengetahui besarnya bahan
asing yang terikut dalam proses pembuatan simplisia.

2.5.3 Syarat dan Rumus Uji


1. Syarat untuk kadar air adalah tidak lebih dari 10 %
Rumus :
% Air = Bobot Awal Bobot Akhir x 100 %

2. Syarat untuk kadar abu adalah tidak lebih dari 6 %


Bobot awal

% Abu = Bobot krus dan bahan setelah pemanasan Bobot krus kosong x 100 %

3. Syarat untuk susut


pengeringan
adalah_____
% kosong
Bobot
krus dan bahan
Bobot krus
% Susut Pengeringan

= Bobot Awal Bobot Akhir x 100 %


Bobot awal

BAB III
METODOLOGI
3.1 Determinasi
Amati morfologi tumbuhan sirsak mulai dari daun, batang, akar

Mulailah determinasi dari nomor 1 pada buku flora dan fauna hingga dilanjutkan
ke nomor selanjutnya sesuai morfologi, sesuai dengan tumbuhan sirsak hingga
mengetahui namanya.
1b 2b 3b 4b 6b 7b 9b 10b 11b 12b 13b 14a
15a 109b 119a 120b 128b 129b 135b 136b 139b 140b
142b 143b 146b 154b 155b 156b 162b 163a 164b
165b 166a
Family Annonaceae (sebangsa sirsak)
Genus Annona (1b 10b 13b 17a 27)
Spesies Annona muricata L. (1a 2a)
3.2 Pembuatan Simplisia
1. Pengumpulan bahan baku
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri daun sirsak (Annona
muricata L.) yang dikumpulkan dari satu pohon daerah Prigen. Bahan-bahan kimia
yang digunakan etanol.
2. Teknologi Pemanenan

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah pisau, blender, ayakan, neraca
analitik, alumunium foil, corong pisah, statif, labu ukur, beaker glass, gelas ukur,
pipet volume, batang pengaduk, desikator, kromatografi, spektrofotometer.
3. Sortasi Basah
Memisahkan kotoran atau bahan-bahan yang tidak digunakan dari daun sirsak
sebelum dijadikan simplisia. Tujuan pemisahan yaitu supaya simplisia menjadi layak
digunakan.
4. Pencucian
Daun sirsak yang sudah disortasi dicuci hingga bersih untuk menghindari
kotoran yang masih tertinggal di daun saat sortasi dan tidak bisa hilang atau
menempel pada daun sirsak.
5. Pengeringan
Pengeringan daun sirsak dilakukan dengan tidak menggunakan oven karena
zat aktif yang terkandung dalam daun sirsak tidak tahan panas sehingga dipanaskan
pada suhu 30-40oC. Jadi daun sirsak hanya di angin-anginkan hingga kering dan
sesuai untuk dijadikan simplisia.
6. Sortasi kering
Setelah perajangan daun sirsak kembali disortasi untuk terakhir kalinya untuk
menghilangkan kotoran yang menempel dan bagian daun yang seharusnya tidak ikut
dihaluskan.
7. Pemotongan
Sebelum dihaluskan terlebih dahulu daun dipotong untuk memudahkan proses
penghalusan daun sirsak menjadi serbuk simplisia.
8. Pemblenderan
Setelah proses pemotongan untuk mempermudah proses penghalusan maka
potongan daun sirsak diblender untuk memperoleh hasil simplisia yang sesuai.
3.2.1 Cara kerja Pembutan Simplisia
Bagan kerja pembuatan simplisia
Daun Sirsak

Dicuci dengan air kran mengalir


Ditiriskan
Ditimbang
Daun Sirsak
Dikeringkan dengan cara
diangin-anginkan karena tidak
tahan panas
Ditimbang
Simplisia Daun Sirsak
Dihaluskan dengan
menggunakan blender
Serbuk Simplisia Daun Sirsak

Ekstraksi

Standarisasi Simplisia :

Uji Histokimia :

Organoleptis
Mikroskopik
Makroskopik
Kadar air
Kadar abu total
Susut pengeringan
Histokimia

Alkaloida
Flavonoida
Saponin
Tanin
Glikosida
Antrakinon
Steroida/
triterpenoida

3.3 Uji Standarisasi Simplisia


3.3.1 Uji Kualitatif
1. Uji Mikroskopik
Disiapkan alat dan bahan

Diletakkan sedikit serbuk simplisia daun sirsak di kaca preparat

Ditetesi kloral hidrat 70% 1-2 tetes lalu dipanaskan sebentar

Ditutup dengan cover glass lalu diletakkan pada mikroskop

Diamati fragmen yang ada pada simplisia


2. Organoleptis
Warna : Disiapkan serbuk simplisia daun sirsak
Diamati warna serbuk simplisia daun sirsak
Bau : Disiapkan serbuk simplisia daun sirsak
Cium bau serbuk simplisia daun sirsak
Rasa : Disiapkan serbuk simplisia daun sirsak
Ambil sedikit serbuk simplisia daun sirsak untuk mengetahui
rasanya

3. Makroskopik
Disiapkan daun sirsak
Disiapkan daun sirsak amati morfologi daun seperti bangun atau bentuk daun,
ujung daun, pangkal daun, susunan tulang daun, tepi daun, warna daun,
permukaan daun, tipe daun, tata letak pada batang.

4. Uji Histokimia
No
1
2

Golongan senyawa
Lignin

Pereaksi
Larutan floroglusin LP dan

Warna
Merah

Suberin

asam klorida P
Larutan Sudan III LP

Merah

Resin
Zat samak (Tanin)

Larutan besi (III) amonium

Hijau, biru atau

Katekol

sulfat LP
Larutan vanilin P 10% b/v

hitam
Merah intensif

Kutin
Minyak atsiri
Minyak lemak
Getah
3
4

dalam etanol (90%) dan asam


5

1,8-Dioksiantrakinon

klorida P
Kalium hidroksida etanol

bebas
Pati Aleuron

(90%) P
Larutan yodium 0,1 N

Merah
Pati berwarna
biru. Aleuron
berwarna kuning
cokelat sampai

7
8
9

Lendir Pektin
Alkoloid
Flavonoid

Larutan merah ruterium LP


Larutan Bouchardat LP
Larutan natrium hidroksida
(5%) LP

3.3.2 Uji Kuantitatif


1. Uji Kadar Air
Disiapkan alat dan bahan

cokelat
Merah intensif
Endapan cokelat
Kuning

Ditimbang serbuk simplisia 2 gram

Botol timbang dipanaskan dan


ditara yang kemudian di

Dimasukkan kedalam botol timbang

timbang

Dipanaskan botol timbang dalam oven pada suhu 105oC selama 1 jam

Didinginkan dalam desikator selama 10 - 30 menit

Ditimbang dan dicacat bobotnya

Hitung kadar airnya


2. Uji Kadar Abu
Disiapkan alat dan bahan

Ditimbang dengan 2 gram sampel ke dalam sebuah krus yang telah


diketahui bobotnya.

Dipanaskan menggunakan spirtus yang dialasi kawat kasa, tunggu hingga


menjadi abu

Hitung kadar abu

3. Susut Pengeringan
Disiapkan alat dan bahan

Dipanaskan krus porselen kosong

Dimasukkan dalam desikator lalu ditimbang

Ditimbang sebagai bobot awal simplisia 2 gram

Dimasukkan dalam krus kemudian ditimbang lagi

Dimasukkan dalam pemanas selama 1 jam

Tutup dibuka untuk menghilangkan uap panas

Dinginkan dalam desikator lalu ditimbang


Ulangi hingga 3x hingga bobot konstan

Diulangi langkah hingga diperoleh bobot konstan

BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN
PEMBAHASAN

4.1 Hasil Determinasi


Family Annonaceae, genus Annona, spesies Annona muricata L.
4.2 Hasil Pembutaan Simplisia
Simplisia yang
dihasilkan adalah
simplisia
berwarna hijau tua

4.3 Hasil Uji Standarisasi Simplisia


4.3.1 Uji Kualitatif
1. Organoleptis
a. Warna
: hijau tua
b. Bau
: bau khas simplisia daun sirsak
c. Rasa
: pahit
2. Makroskopis
a. Bangun atau bentuk daun
: menyirip
b. Ujung daun
: tumpul
c. Pangkal daun
: membulat
d. Susunan tulang daun
: menyirip
e. Tepi daun
: rata

f.
g.
h.
i.

Warna daun
Permukaan daun
Tipe daun
Tata letak pada batang

3. Mikroskopis
a. Epidermis atas
b.

: hijau
: licin
: majemuk
: berhadapan

b. Jaringan palisade

c. Stomata tipe anomositik

d. Parenkim bernoktah

d. Serabut

e. Rambut penutup

e. Pembuluh kayu dengan penebalan tangga

f. Berkas pengangkut
Berkas pengangkut tidak ditemukan karena belum melakukan uji
mikroskopik untuk fragmen berkas pengangkut. Pada literatur sebelumnya
hanya menyebutkan beberapa fragmen dan tidak menyebutkan adanya
fragmen berkas pengangkut.
g. Sel batu
Sel batu tidak ditemukan karena belum melakukan uji mikroskopik untuk
fragmen sel batu. Pada literatur sebelumnya hanya menyebutkan beberapa
fragmen dan tidak menyebutkan adanya fragmen sel batu.

4. Histokimia
No
1

Golongan
senyawa
Lignin

Pereaksi

Warna

Larutan

Hijau

floroglusin LP

kecoklatan

Hasil

Pembahasan

Didalam literatur tidak


menyebutkan adanya

dan asam

senyawa tersebut.

klorida P

Dibuktikan bahwa pada


simplisia daun sirsak
negatif terdapat

- Suberin

Larutan Sudan

-Kutin

III LP

Cokelat

senyawa lignin
Didalam literatur tidak
menyebutkan adanya

-Minyak

senyawa tersebut.

atsiri

Dibuktikan bahwa pada

-Minyak

simplisia daun sirsak

lemak

negatif terdapat

-Getah

senyawa suberin, kutin,

-Resin

minyak atsiri, minyak

Zat samak

Larutan besi

Hijau, biru +

lemak, getah, resin


Didalam literatur

(Tanin)

(III) amonium

atau hitam

menyebutkan adanya

sulfat LP

senyawa tersebut.
Dibuktikan bahwa pada
simplisia daun sirsak
positif terdapat
senyawa tanin sebagai
anti-bakteri, pengobatan

Katekol

Larutan vanilin Merah


P 10% b/v
dalam etanol

intensif

penyakit diare, wasir


Didalam literatur
menyebutkan adanya
senyawa tersebut.

(90%) dan

Dibuktikan bahwa pada

asam klorida P

simplisia daun sirsak


positif terdapat

Merah

senyawa katekol
Didalam literatur tidak

1,8-

Kalium

Dioksiantra

hidroksida

menyebutkan adanya

kinon bebas

etanol (90%) P

senyawa tersebut.
Dibuktikan bahwa pada
simplisia daun sirsak
negatif terdapat
senyawa 1,8-

Dioksiantrakinon bebas
Didalam tidak literatur

Pati

Larutan

Pati

Aleuron

yodium 0,1 N

berwarna

menyebutkan adanya

biru.

senyawa tersebut.

Aleuron

Dibuktikan bahwa pada

berwarna

simplisia daun sirsak

kuning

positif terdapat

cokelat

senyawa pati aleuron.

sampai

Ini kemungkinan terjadi

cokelat

kesalahan pada saat


proses pembutan
simplisia, pengambilan
larutan, dll. Banyak
faktor yang
menyebabkan simplisia
positif terdapat

Lendir

Larutan merah

Merah

Pektin

ruterium LP

intensif

kandungan pati aleuron.


Didalam literatur tidak
menyebutkan adanya
senyawa tersebut.

Dibuktikan bahwa pada


simplisia daun sirsak
negatif terdapat
8

Alkoloid

Larutan

Endapan

Bouchardat LP

cokelat

senyawa lendir pektin


Didalam literatur
menyebutkan adanya
senyawa tersebut.
Dibuktikan bahwa pada
simplisia daun sirsak
positif terdapat
senyawa alkaloid yang
dapat memacu sistem
saraf, menaikkan
tekanan darah, dan
melawan infeksi
mikrobial (pasaribu,

Flavonoid

Larutan

Kuning

2009)
Didalam literatur

natrium

menyebutkan adanya

hidroksida

senyawa tersebut.

(5%) LP

Dibuktikan bahwa pada


simplisia daun sirsak
positif terdapat
senyawa flavonoid
sebagai antioksidan,
antiinflamasi, antivirus,

10

Saponin

Larutan HCl

Busa

antimikroba, dll.
Didalam literatur

bertahan

menyebutkan adanya

kurang

senyawa tersebut.

lebih 1

Dalam praktikum

menit

belum melalkukan uji


histokimia untuk
senyawa saponin

4.3.2 Uji Kuantitatif


1. Uji Kadar Air
Diket : Bobot awal
Bobot timbang + sempel 2 gram
Bobot timbang + sempel setelah dipanaskan
Bobot timbang + sempel setelah didinginkan
Jawab :

= 2 gram
= 15,723 gram
= 15,7007 gram
= 13,85337 gram

% Air = Bobot Awal Bobot Akhir x 100 %

= 2 Bobot
(15,7007
awal - 13,85337) x 100 %
2
= 2 (1,847) x 100 %
2
= 0,153 x 100 %
2
= 7,65 %
untuk kadar air dapat dikatakan baik
karena sesuai dengan kadar air daun sirsak yaitu 10 %
Penyebab kadar air dikatakan baik karena hasil uji adalah 7,65 % sedangkan
seharusnya tidak boleh lebih dari 10 % adalah pembuatan simplisia yang baik
sehingga tidak melebihi batas yang seharusnya.
2. Uji Kadar Abu
Diket : Bobot krus kosong
Bobot krus dan bahan
Bobot krus dan bahan setelah pemanasan

= 35,588 gram
= 36,909 gram
= 35,786 gram

Jawab :

= 35,786 - 35,588 x 100 %


36,909 - 35,588
% Abu = Bobot krus=dan
bahanx setelah
0,198
100 % pemanasan Bobot krus kosong x 100 %
Bobot 1,321
krus dan bahan Bobot krus kosong
= 14,98 %
untuk kadar abu dapat dikatakan kurang baik

karena tidak sesuai dengan batas maksimum kadar abu daun sirsak yaitu 6 %
Penyebab kadar abu dikatakan kurang baik karena tingkat pencemaran di
daerah tempat pemanenan daun sirsak tergolong tinggi. Dari hasil praktikum

didapatkan 14,98% berati kadar abu lebih dari 50% dari batas maksimum
untuk kadar abu dari yang seharusnya
3. Susut Pengeringan
Diket : Bobot krus dan bahan (2 gram) sebelum pemanasan

= 35,682 gram
Bobot krus dan bahan setelah 1 jam pemanasan (I)
= 35,530 gram
Bobot krus dan bahan setelah 1 jam pemanasan (II)
= 35,469 gram
Bobot krus dan bahan setelah 30 menit pemanasan (III) = 35,462 gram

Jawab :
Bobot awalbobot akhir
x 100 %
bobot awal
2 g(35,53033,755)

x 100
2
= 11,25 %
Bobot awalbobot akhir
% susut pengeringan II : % =
x 100 %
bobot awal
2 g(35,46933,755)
x 100
=
2
= 14,3 %
Bobot awalbobot akhir
% susut pengeringan III : % =
x 100 %
bobot awal
2 g(35,46233,755)
x 100
=
2
= 14,6 %
Pembahasan : Kadar susut pengeringan didapatkan bobot konstan 14,6%
% susut pengeringan I :

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Simplisia adalah bentuk jamak dari kata simplek yang berarti satu atau
sederhana. Simplpisia adalah bahan alami yang digunakan untuk obat dan belum
mengalami perubahan proses apapun dan kecuali dinyatakan lain umumnya berupa
bahan yang telah dikeringkan. Pembuatan simplisia yang yang baik bdan layak tidak
hanya dilihat dari prosesnya tetapi dilihat dari tempat dimana daun simplisia ditanam
karena juga mempengaruhi jumlah kadar abu. Senyawa yang di uji dalam daun sirsak
nsebagian besar positif.

5.2 Saran
1. Lebih selektif dalam pemilihan daun sirsak yang akan dijadikan simplisia
misalnya tempat pemanenan.
2. Lebih baik lagi dalam proses pembuatan simplisia agar dalam uji standarisasi
dapat sesuai dengan yang diharapkan

LAMPIRAN

Gambar 1. Tumbuhan sirsak ( Annona muricata L. )

Gambar 2. Daun sirsak (Annonae muricatae folium)

Gambar 3. Pengeringan daun sirsak

Gambar 4. Diatas ini adalah gambar fagmen daun sirsak yang didapat dari Literatur
Jurnal
Keterangan: 1. Epidermis atas; 2. Jaringan Palisade; 3. Stomata tipe anomositik 4.
Parenkim bernoktah; 5. Serabut; 6. Rambut penutup. 7. Pembuluh kayu dengan
penebalan tangga

Gambar 5. Diatas ini adalah gambar fagmen daun sirsak yang didapat dari Literatur
MMI
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Buku Obat Bahan Alam, Lailiyatus Syafah, S.Farm.,Apt.


http://Appendix,pdf
Buku MMI jilid V
KMK No.261 FARMAKOPE HERBAL
Buku Flora of Java
Buku Morfologi Tumbuhan
Farmakope Herbal Terstandar

WIKA INDANING HASTATI


AKFAR IIA
14190

You might also like