You are on page 1of 13

PENCEGAHAN FRAKTUR PINGGUL PADA ORANG DENGAN USIA LANJUT

DENGAN PENGGUNAAN PELINDUNG PINGGUL


ABSTRAK
Latar Belakang
Fraktur pinggul merupakan hal yang sering terjadi pada usia lanjut di seluruh dunia. Kami
meneliti pengaruh pelindung pinggul eksternal yang dirancang secara anatomis terkait risiko
fraktur dengan usia lanjut.
Metode
Kami secara mengacak 1801 orang dengan usia lanjut yang lemah yang sedang menjalani
rawat jalan (1409 perempuan dan 392 laki-laki; usia rata-rata, 82 tahun), dalam rasio 1:2,
untuk kelompok pengguna pelindung pinggul atau untuk kelompok kontrol. Fraktur pinggul
dan semua fraktur lainnya dicatat sampai akhir satu bulan penuh setelah 62 patah tulang
pinggul terjadi pada kelompok kontrol. Risiko fraktur pada kedua kelompok dibandingkan,
dan risiko fraktur pada kelompok pengguna pelindung pinggul dianalisis berdasarkan apakah
pelindung digunakan pada saat jatuh.
Hasil
Selama tindak lanjut, 13 subyek kelompok pengguna pelindung pinggul mengalami fraktur
pinggul, dibandingkan dengan 67 subyek kelompok kontrol. Tingkat fraktur pinggul masingmasing sebesar 21,3 dan 46,0 per 1.000 orang-tahun (relative hazard pada kelompok
pengguna pelindung pinggul, 0,4; 95 persen interval kepercayaan, 0,2-0,8; P = 0,008). Risiko
fraktur pelvis lebih sedikit pada kelompok pengguna pelindung pinggul tetapi tidak signifikan
dibandingkan kelompok kontrol (masing-masing 2 subyek dan 12 subyek memiliki fraktur
pelvis) (relative hazard, 0,4; 95 persen interval kepercayaan, 0,1-1,8; P 0,05). Risiko fraktur
lainnya sama pada kedua kelompok. Pada kelompok pengguna pelindung pinggul, empat
subyek memiliki fraktur pinggul (diantara 1034 yang jatuh) saat memenggunakan pelindung,
dan sebesar sembilan subyek memiliki fraktur pinggul (diantara 370 yang jatuh) yang tidak
menggunakan pelindung saat jatuh (relative hazard, 0,2; 95 persen interval kepercayaan,
0,05-0,5; P = 0,002).
Kesimpulan
Risiko fraktur pinggul dapat dikurangi pada orang dengan usia lanjut yang lemah dengan
penggunaan pelindung pinggul eksternal yang dirancang secara anatomis. (N Engl J Med
2000; 343: 1506-1513).
Fraktur pinggul adalah penyebab utama kecacatan, gangguan fungsional, dan kematian pada
orang-orang dengan usia lanjut.1-6 Lebih lanjut, frekuensi fraktur pinggul cenderung
meningkat karena jumlah dan usia rata-rata orang dewasa lanjut usia yang meningkat dan
karena, di banyak negara, insidensi fraktur pinggul pada usia yang disesuaikan (yaitu, ratarata risiko individu) juga meningkat. 4,7,8
Peningkatan yang mengkhawatirkan dalam frekuensi fraktur pinggul telah
menghasilkan pengembangan berbagai metode untuk pencegahan fraktur, termasuk latihan,
suplemen kalsium dan vitamin D, obat tertentu untuk mencegah atau mengobati osteoporosis,
intervensi multifaset dan modifikasi risiko jatuh. 9-15 Namun, dalam banyak kasus fraktur
pinggul, fraktur tersebut disebabkan karena jatuh ke samping dengan tumbukan langsung

pada trokanter lebih besar dari tulang femur proksimal,16-20 merupakan sebuah pilihan logis,
tetapi belum sepenuhnya dipelajari, adalah dengan menggunakan perangkat untuk melindungi
pinggul, sehingga pada saat jatuh, kekuatan dan energi dari tumbukan yang diredam dan
didorong menjauh dari trokanter lebih besar, sehingga dapat mencegah fraktur.
Kami melakukan penelitian ini untuk mengetahui apakah pelindung pinggul eksternal
akan efektif dalam mencegah fraktur pinggul pada orang dengan usia lanjut.
METODE
Desain Studi
Kami mempelajari orang dengan usia lanjut dari 22 pusat pelayanan kesehatan
berbasis masyarakat di bagian selatan dan tengah Finlandia. Setiap pusat pelayanan memiliki
unit pengolahan (fasilitas pelayanan geriatri berkepanjangan atau unit rawat jalan untuk
mendukung keseharian di rumah) untuk mengurus orang tua yang berisiko tinggi mengalami
fraktur pinggul dan fraktur lainnya yang disebabkan oleh jatuh.
Antara Oktober 1996 dan April 1997, koordinator penelitian pada setiap pusat
pelayanan kesehatan, dengan bantuan pengasuh lainnya, unit pengobatan yang dipilih untuk
diikutkan dalam penelitian ini dan, berdasarkan kriteria inklusi yang telah ditetapkan,
diidentifikasi dari masing-masing unit pada semua pasien rawat jalan baik laki-laki
maupun perempuan yang berusia 70 tahun atau lebih dan yang memiliki setidaknya
satu faktor risiko fraktur pinggul yang mudah diidentifikasi (riwayat jatuh atau fraktur
sebelumnya, gangguan keseimbangan atau mobilitas, penggunaan alat bantu berjalan,
gangguan kognitif, gangguan penglihatan, gizi buruk, atau penyakit atau obat diketahui yang
meningkatkan risiko jatuh dan patah tulang).18,21 Menurut definisi, pasien rawat jalan adalah
mereka mampu berjalan, terlepas dari apakah menggunakan perangkat bantu (seperti tongkat
atau walker) atau apakah membutuhkan bantuan orang lain untuk berjalan.
Ketika identifikasi subyek memenuhi syarat telah selesai diberikan oleh pusat studi,
masing-masing unit pengobatannya dipilih secara acak, dalam rasio 1: 2, baik sebagai
sebuah unit pengguna pelindung pinggul (subyek yang berpartisipasi akan mendapatkan
pelindung pinggul) atau sebagai unit kontrol (di mana tidak ada subyek yang akan
menggunakan pelindung pinggul).22 Pengacakan dilakukan sesuai dengan unit pengolahan,
dan tidak sesuai dengan subjek, karena staf anggota di semua pusat yang dilibatkan yakin
bahwa studi tidak dapat dilakukan dengan sukses jika, dalam unit pengobatan, beberapa
subyek menggunakan pelindung dan yang lain tidak, karena subyek yang tidak menerima
pelindung sebagai bagian dari penelitian mungkin juga mulai menggunakan pelindung
tersebut. Pengacakan dilakukan di President Urho Kaleva Kekkonen Institute untuk Health
Promotion Research oleh seorang dokter independen dengan menggunakan amplop tertutup.
Perhitungan ukuran sampel menunjukkan bahwa, jika tingkat fraktur pinggul pada
kelompok pengguna pelindung pinggul adalah 50 persen lebih rendah dari tingkat harapan
fraktur pada kelompok kontrol (5 persen per tahun), kita perlu mendaftarkan minimal 410
subyek dalam kelompok pengguna pelindung pinggul dan 820 subyek pada kelompok kontrol
dan ikuti selama 18 bulan. Namun, karena tingkat harapan fraktur pinggul dan harapan
reduksi hanya dalam perkiraan risiko, kami memutuskan bahwa, jika diperlukan, percobaan
akan dilanjutkan hingga di luar 18 bulan, sampai akhir satu bulan penuh setelah 62 fraktur
pinggul yang terjadi pada kelompok kontrol.

Protokol studi telah disetujui oleh bidang kajian institusi dan komite etik
Institute for Health Promotion Research, dan semua subyek atau anggota keluarga mereka
atau wali memberi persetujuan tertulis untuk ikut serta.
Subyek
Kami mengidentifikasi sebanyak 1.725 subyek yang memenuhi syarat untuk
penelitian sesuai dengan kriteria inklusi yang dijelaskan di atas; 650 dari mereka di unit yang
telah ditetapkan pada kelompok pengguna pelindung pinggul dan 1075 berada di unit yang
telah ditugaskan untuk kelompok kontrol. Setelah studi dijelaskan kepada mereka, 204 dari
subyek di unit yang ditugaskan untuk kelompok pengguna pelindung pinggul (31 persen) dan
94 dari subyek dalam unit ditugaskan untuk kelompok kontrol (9 persen) keluar dari
keikutsertaan; dengan demikian, pada baseline terdapat 446 subyek dalam kelompok
pengguna pelindung pinggul dan 981 subyek pada kelompok kontrol (Gambar. 1). Jenis
kelamin dan usia distribusi subyek yang memenuhi syarat yang memilih tidak ikut serta dan
mereka yang ikut serta adalah sama.

Tingkat drop out di antara orang dengan usia lanjut yang lemah diperkirakan tinggi
karena kematian, timbulnya ketidakmampuan untuk berjalan, fraktur pinggul, atau penarikan
persetujuan. Oleh karena itu, posisi studi dengan subyek yang drop out tersebut harus diisi
ulang, bila memungkinkan, dengan subyek yang memenuhi syarat baru dari daftar tunggu.
Karena setiap unit pengolahan memiliki daftar tunggu sendiri, kesempatan yang subjek baru

pada kelompok pengguna pelindung pinggul atau pada kelompok kontrol adalah sama seperti
subyek pada kelompok awal yang berjumlah 1725 subyek.
Sebuah subjek yang tidak melanjutkan atau mengurangi jumlah waktu penggunaan
pelindung pinggul tetap diikutkan dalam studi, dan tindak lanjut dihentikan hanya karena
alasan-alasan yang diberikan di atas (kematian, kecacatan dalam berjalan, fraktur pinggul,
atau penarikan persetujuan). Sebuah subjek yang berhenti menggunakan pelindung pinggul
atau yang mengurangi jumlah waktu penggunaan, setiap saat, mulai menggunakannya lagi
atau meningkatkan jumlah waktu penggunaan. Semua subyek yang drop out dari studi
dimasukkan dalam analisis untuk periode saat mereka ikut serta.
Pelindung Pinggul
Penggunaan pelindung pinggul (KPH Hip Protector, Respecta, Helsinki, Finlandia)
(Gambar. 2) dikembangkan dan secara ekstensif diuji sebelum dimulainya percobaan ini.
Percobaan meliputi uji kapasitas biomekanik untuk meredam gaya pada model
laboratorium23,24 dan pada relawan yang masih muda 25 dan dilakukan penilaian penerimaan di
antara warga panti jompo, serta kepatuhan penggunaan, selama periode enam bulan.26

Perisai pelindung (panjang, 19,0 cm, lebar maksimal, 9,0 cm; tinggi maksimal, 4,5
cm) berbentuk cembung, dengan porsi yang dalam yang dirancang cocok pada trokanter yang
lebih besar, dan dibentuk untuk menutupi tulang femur proksimal. Hal ini dirancang sesuai
struktur anatomis untuk meredam energi dari tumbukan trokanter yang lebih besar pada
jaringan lunak anterior, posterior, dan superior femur proksimal dan menyerap sebagian dari
energi dari tumbukan ke pinggul. Titik kontak terendah pelindung adalah pada poros

femoralis. Dua pelindung yang empuk, yang digunakan dengan rancangan khusus, yang dapat
mekar memiliki saku di setiap sisi untuk penempatan pelindung. Desain dan lapisan dari
pelindung pinggul membuat pengguna relatif mudah untuk dipakai di bawah rok atau celana
tanpa membatasi gerakan berjalan, duduk, atau jongkok.26
Pada setiap pusat, koordinator penelitian lokal dan pengasuh lainnya menyarankan
subyek ditugaskan pada kelompok pengguna pelindung pinggul. Subyek dalam kelompok ini
diminta untuk memakai pelindung setiap kali pengguna menggunakan kakinya dan terutama
saat risiko tinggi untuk jatuh, seperti ketika berjalan di trotoar yang licin pada musim dingin.
Variabel Hasil
Variabel hasil primer adalah fraktur pinggul atau fraktur femur proksimal. Semua
fraktur lainnya juga dicatat (fraktur pelvis, fraktur kaki dan badan lainnya, dan fraktur
lengan). Fraktur secara prospektif dicatat selama studi sehingga peneliti utama di Institute for
Health Promotion Research diberitahu akan fraktur yang baru terjadi sesegera mungkin.
Selain itu, pada akhir studi, koordinator penelitian di setiap pusat pelayanan kesehatan secara
retrospektif mengkaji catatan medis dari subyek untuk memverifikasi kelengkapan data pada
setiap fraktur. Setiap fraktur didokumentasikan dengan radiografi. Jika subjek memiliki lebih
dari satu fraktur selain patah tulang pinggul selama penelitian, subyek tetap dilanjutkan untuk
ikut serta; hanya jika fraktur pinggul yang terjadi tidak ditindaklanjuti, menurut aturan
penghentian yang dijelaskan di atas.
Variabel hasil sekunder adalah jumlah dan tingkat jatuh pada kelompok pengguna
pelindung pinggul dan jumlah hari pada subyek dalam kelompok ini mengenakan pelindung.
Pada saat jatuh, pengasuh mengisi formulir satu halaman lengkap dengan informasi tentang
tanggal dan tempat jatuh, kegiatan yang dilakukaan pada saat jatuh, alasan yang mungkin
peyebab jatuh, keadaan dan mekanisme jatuh, ketinggian dan arah jatuh, keadaan anatomis
dari tumbukan, dan luka-luka, jika ada. Selain itu, untuk subyek pada kelompok pengguna
pelindung pinggul, apakah subyek menggunakan pelindung pada saat jatuh atau tidak dicatat.
Pengasuh menggunakan diary penelitian untuk menandai hari-hari ketika subyek
dalam kelompok pengguna pelindung pinggul mengenakan selama minimal satu jam. Jumlah
total hari mengenakan pelindung kemudian dihitung dan dinyatakan sebagai persentase pada
semua hari tindak lanjut.
Analisa Statistik
Dalam analisis primer, terjadinya fraktur pinggul dianalisis menurut teknik survivalanalisis, dan efek pengobatan dinyatakan sebagai relative hazard dan interval kepercayaan 95
persen; estimasi relative hazard kemudian diturunkan oleh Cox proportional-hazard analysis
dengan menggunakan metode rasio kemungkinan.27 Hasilnya kemudian diplot sebagai bahaya
kumulatif fraktur berdasarkan waktu tindak lanjut. Untuk fraktur lainnya, yang bisa berulang,
menggunakan analisis Poisson.28,29 Analisis ini memperhitungkan kemungkinan beberapa
peristiwa per orang selama masa tindak lanjut, dan hasilnya dinyatakan sebagai relative
hazard dan koresponding interval kepercayaan 95 persen.
Dalam analisis efikasi pelindung pinggul, tujuan kami adalah untuk menentukan
risiko fraktur pinggul (dan fraktur lainnya) pada kelompok pengguna pelindung panggul
ketika pelindung pinggul sebenarnya dipakai saat jatuh, dibandingkan dengan risiko ketika

pelindung itu tidak dikenakan. Untuk analisis ini menggunakan metode Poisson. Tingkat
fraktur pinggul dan fraktur lainnya kemudian dihitung sebagai jumlah fraktur per 100 kali
jatuh dan dinyatakan sebagai relative hazard (dan 95 persen interval kepercayaan).
Jumlah pasien yang perlu diobati dengan pelindung pinggul untuk mencegah satu
fraktur pinggul (number needed to treat) dihitung sebagai timbal balik dari perbedaan mutlak
dalam kejadian fraktur antara kelompok kontrol dan kelompok pengguna pelindung
pinggul.30,31 Batas 95 persen kepercayaan untuk jumlah yang diperlukan untuk diobati
dihitung sebagai kebalikan dari nilai-nilai yang mendefinisikan interval kepercayaan untuk
selisih mutlak dalam kejadian fraktur.32
HASIL
Selama studi, 219 subyek dalam kelompok pengguna pelindung pinggul drop out dari
percobaan tetapi dimasukkan dalam analisis untuk periode di mana mereka ikut serta, dan
207 subyek baru dari daftar tunggu dimasukkan dalam percobaan; dengan demikian, analisis
mencakup 653 subyek pada kelompok pengguna pelindung pinggul (Gbr. 1). Dalam
kelompok kontrol, 438 subyek drop out tetapi dimasukkan dalam analisis untuk periode di
mana mereka ikut serta, dan 167 subyek baru dimasukkan dalam percobaan; dengan
demikian, terdapat 1.148 subyek dalam kelompok ini. Karakteristik dasar subjek dalam dua
kelompok adalah sama, dengan beberapa pengecualian (Tabel 1).
Pada kelompok pengguna pelindung pinggul, mean ( SD) derajat kepatuhan
penggunaan pelindung (yaitu, jumlah hari mengenakan pelindung sebagai persentase pada
semua hari tindak lanjut) adalah 48 29 persen (Kisaran, <1 sampai 100). Selama tindak
lanjut, terdapat 1404 subyek jatuh pada kelompok ini, dimana 1.034 (74 persen) terjadi ketika
pelindung pinggul sedang digunakan. Ada beberapa efek samping yang disebabkan oleh
penggunaan pelindung pinggul; 15 subyek memiliki iritasi atau abrasi kulit, 1 subyek
melaporkan bahwa pelindung menyebabkan pembengkakan pada kaki, dan 1 subyek
melaporkan bahwa penggunaan pelindung tersebut menyebabkan iritasi usus. Tidak ada
subyek yang memiliki reaksi alergi pada perangkat ini.
Fraktur pada Dua Kelompok
Selama studi, 13 subyek pada kelompok pengguna pelindung pinggul mengalami
patah tulang pinggul, dibandingkan dengan 67 subyek pada kelompok kontrol. Tingkat
masing-masing fraktur pinggul (per 1.000 orang-tahun) adalah 21,3 dan 46,0 (Relative hazard
fraktur pinggul pada kelompok pengguna pelindung pinggul, 0,4; 95 persen interval
kepercayaan, 0,2 hingga 0,8; P = 0,008) (Tabel 2 dan Gambar 3). Dua subyek pada kelompok
pengguna pelindung pinggul mengalami fraktur pelvis, dibandingkan dengan 12 subyek pada
kelompok kontrol; masing-masing tingkat kejadian 3,3 dan 8,2 per 1.000 orang-tahun
(relative hazard fraktur pelvis pada kelompok pengguna pelindung pinggul, 0,4; 95 persen
interval kepercayaan, 0,1-1,8; P 0,05). Risiko fraktur lainnya adalah sama pada kedua
kelompok (Tabel 2). Penyesuaian untuk hasil dari potensi variabel perancu tidak mengubah
temuan.

Fraktur Kelompok Pengguna Pelindung Pinggul Berdasarkan Penggunaan Pelindung


Empat subyek dalam kelompok pengguna pelindung pinggul memiliki fraktur pinggul
(di antara 1034 kejadian jatuh) saat mengenakan pelindung pinggul (0,39 fraktur per 100
jatuh), sedangkan sembilan subyek dalam kelompok ini mengalami patah tulang pinggul (di
antara 370 kejadian jatuh) saat tidak memakai pelindung pinggul (2,43 patah tulang per 100
jatuh). Reative hazard fraktur pinggul saat mengenakan perangkat adalah 0,2 (95 persen
interval kepercayaan, 0,05-0,5; P = 0,002) (Tabel 3).
Risiko fraktur pelvis atau fraktur di kaki atau badan juga tampaknya berkaitan dengan
penggunaan pelindung pinggul pada saat jatuh, sedangkan risiko fraktur lengan tidak
berkaitan (Tabel 3).

Number Needed to Treat


Menurut perbandingan kelompok pengguna pelindung pinggul dengan kelompok
kontrol, jumlah yang diperlukan untuk pengobatan selama satu tahun untuk mencegah satu
fraktur pinggul adalah 41 orang (95 persen interval kepercayaan, 25-115), dan jumlah yang
diperlukan untuk mengobati selama lima tahun adalah 8 orang (95 persen interval
kepercayaan, 5-23).

PEMBAHASAN
Hasil percobaan kami menunjukkan bahwa di antara orang dewasa dengan usia lanjut
yang menjalani rawat jalan berada pada peningkatan risiko untuk fraktur pinggul, risiko
fraktur dapat dikurangi sebesar 60 persen dengan menggunakan sebuah pelindung pinggul
eksternal yang dirancang secara anatomis. Sesuai dengan pengamatan ini, risiko patah tulang
dapat menurun lebih dari 80 persen jika pelindung yang dikenakan pada saat dari jatuh.
Percobaan ini memiliki beberapa kekuatan. Selain secara acak, percobaan ini dalam
skala cukup besar untuk memenuhi persyaratan untuk dihitung dalam statistik. Kapasitas
biomekanik pelindung pinggul untuk meredam kekuatan23-25 dan kepatuhan di antara subyek
yang ditawarkan dengan pelindung26 yang didokumentasikan dengan baik sebelum
percobaan. Unsur-unsur ini mungkin menjadi alasan penting mengapa pelindung itu
bermanfaat dan digunakan dengan sukses oleh subyek dalam penelitian ini (74 persen dari
kejadian jatuh pada kelompok pengguna pelindung pinggul terjadi saat subyek memakai
pelindung). Hal ini, pada gilirannya, memungkinkan kita tidak hanya untuk membandingkan
risiko fraktur pinggul pada kelompok pengguna pelindung pinggul dengan kelompok kontrol
tetapi juga dapat untuk menilai efikasi biomekanik pelindung dalam kejadian jatuh yang
sebenarnya.
Kelemahan utama dari penelitian ini adalah bahwa tidak semua subyek bersedia
memakai pelindung pinggul sebagai bagian dari pakaian sehari-hari mereka. Dalam uji coba
kami, 31 persen dari subyek yang memenuhi syarat menolak untuk mengenakan pelindung
dan dengan demikian tetap tanpa perlindungan. Hal ini secara alami membatasi sejauh mana
hasil penelitian kami dapat digeneralisasi untuk semua orang usia lanjut. Di sisi lain, tidak
ada studi pencegahan fraktur yang memiliki intervensi yang dapat diterima oleh semua
subyek, dan dalam studi kami 9 persen dari subyek ditugaskan sebagai kelompok kontrol juga
menolak ikut serta, tanda keengganan dari beberapa orang dengan usia lanjut yang lemah
untuk ikut serta dalam setiap jenis tindak lanjut.
Dalam percobaan ini, pengacakan dilakukan berdasarkan unit perawatan di pusatpusat yang ikut serta dari pada berdasarkan subyek individu. Teknik ini biasanya
membutuhkan analisis penunjang untuk efek cluster (yaitu, korelasi antara tanggapan dalam
unit). Namun, sejak kejadian, kami menganalisis (fraktur) jarang terjadi, dalam waktu
korelasi unit cenderung memiliki sedikit efek pada hasil.
Desain penelitian mengakibatkan perbedaan dalam tingkat di mana subyek dalam dua
kelompok awalnya menolak untuk ikut serta (31 persen dalam kelompok pengguna pelindung
pinggul dan 9 persen pada kelompok kontrol) sebuah sumber potensi penting dari bias
seleksi. Namun, kita berpikir bahwa probabilitas bias ini sangat kecil, karena distribusi usia
dan jenis kelamin subyek yang tidak ikut serta dalam kelompok pengguna pelindung pinggul
atau kelompok kontrol adalah sama dengan subyek yang memilih untuk tidak ikut serta.
Selain itu, karakteristik dasar lainnya dari subyek dalam dua kelompok adalah sama, yang
menunjukkan bahwa keikutsertaan mereka tidak memiliki bias.
Dalam studi ini, risiko fraktur pelvis sedikit tapi tidak secara signifikan lebih rendah
di antara subyek dalam kelompok pengguna pelindung pinggul dibandingkan mereka di
kelompok kontrol. Hasil ini tidak mengherankan, karena fraktur pelvis, seperti fraktur
pinggul, mungkin terjadi sebagai akibat terjatuh, 25,34 dan pelindung mungkin dapat mencegah
fraktur pelvis karena tumbukan energi sebagian diserap dan disebarkan. Temuan tingkat

fraktur lainnya tidak lebih rendah pada kelompok pengguna pelindung pinggul dibandingkan
pada kelompok kontrol, hal ini juga tidak mengherankan dan menunjukkan bahwa subyek
dalam kelompok pengguna pelindung pinggul tidak lebih perhatian daripada rekan-rekan
mereka untuk risiko jatuh dan patah tulang secara keseluruhan. Perangkat pelindung yang
dirancang khusus untuk bagian lain dari tubuh perlu dikembangkan jika pelindung berbasis
pencegahan terhadap fraktur lainnya yang diinginkan.
Kepatuhan orang dengan usia lanjut yang lemah pada kami penelitian dengan
menggunakan pelindung pinggul adalah sejalan dengan studi sebelumnya.26 Dengan niat, baik
dari studi ini, para peneliti utama tidak pernah datang ke unit perawatan; pengasuh lokal
independen merawat subyek (dan pelindung pinggul). Pendekatan praktis ini harus bisa
diterapkan dalam kondisi kehidupan nyata dari sebagian besar unit pelayanan kesehatan
geriatri.
Kami menyimpulkan bahwa risiko fraktur pinggul dapat berkurang pada orang
dewasa dengan usia lanjut yang lemah melalui penggunaan pelindung pinggul eksternal
dirancang secara anatomis. Hanya 41 orang harus menggunakan pelindung selama satu tahun
(atau8 orang, selama lima tahun) agar satu patah tulang bisa dicegah.
Referensi
1. Keene GS, Parker MJ, Pryor GA.
Mortality and morbidity after hip fractures.
BMJ 1993;307:1248-50.
2. Melton LJ III. Epidemiology of hip
fractures: implications of the exponential
increase
with
age.
Bone
1996;18:Suppl:121S-125S.
3. Gullberg B, Johnell O, Kanis JA. Worldwide projections for hip fracture.
Osteoporos Int 1997;7:407-13.
4. Kannus P, Niemi S, Parkkari J, Palvanen
M, Vuori I, Jrvinen M. Hip
fractures in Finland between 1970 and
1997 and predictions for the future.
Lancet 1999;353:802-5.
5. Kannus P, Parkkari J, Koskinen S, et al.
Fall-induced injuries and deaths
among
older
adults.
JAMA
1999;281:1895-9.
6. Wolinsky FD, Fitzgerald JF, Stump TE.
The effect of hip fracture on
mortality, hospitalization, and functional
status: a prospective study. Am J
Public Health 1997;87:398-403.
7. McColl A, Roderick P, Cooper C. Hip
fracture incidence and mortality

in an English region: a study using routine


National Health Service data.
J Public Health Med 1998;20:196-205.
8. Paspati I, Galanos A, Lyritis GP. Hip
fracture epidemiology in Greece
during 1977-1992. Calcif Tissue Int
1998;62:542-7.
9. Chapuy MC, Arlot ME, Duboeuf F, et
al. Vitamin D3 and calcium to
prevent hip fractures in elderly women. N
Engl J Med 1992;327:1637-42.
10. Tinetti ME, Baker DI, McAvay G, et
al. A multifactorial intervention
to reduce the risk of falling among elderly
people living in the community.
N Engl J Med 1994;331:821-7.
11. Province MA, Hadley EC, Hornbrook
MC, et al. The effects of exercise
on falls in elderly patients: a preplanned
meta-analysis of the FICSIT
trials. JAMA 1995;273:1341-7.
12. Liberman UA, Weiss SR, Brll J, et al.
Effect of oral alendronate on
bone mineral density and the incidence of
fractures in postmenopausal osteoporosis.
N Engl J Med 1995;333:1437-43.

13. Heinonen A, Kannus P, Sievnen H, et


al. Randomised controlled trial
of effect of high-impact exercise on
selected risk factors for osteoporotic
fractures. Lancet 1996;348:1343-7.
14. Dawson-Hughes B, Harris SS, Krall
EA, Dallal GE. Effect of calcium
and vitamin D supplementation on bone
density in men and women 65
years of age or older. N Engl J Med
1997;337:670-6.
15. Cummings SR, Black DM, Thompson
DE, et al. Effect of alendronate
on risk of fracture in women with low
bone density but without vertebral
fractures: results from the Fracture
Intervention Trial. JAMA 1998;280:
2077-82.
16. Hayes WC, Myers ER, Morris JN,
Gerhart TN, Yett HS, Lipsitz LA.
Impact near the hip dominates fracture risk
in elderly nursing home residents
who fall. Calcif Tissue Int 1993;52:192-8.
17. Lauritzen JB, Petersen MM, Lund B.
Effect of external hip protectors
on hip fractures. Lancet 1993;341:11-3.
18. Greenspan SL, Myers ER, Kiel DP,
Parker RA, Hayes WC, Resnick
NM. Fall direction, bone mineral density,
and function: risk factors for hip
fracture in frail nursing home elderly. Am J
Med 1998;104:539-45.
19. Schwartz AV, Kelsey JL, Sidney S,
Grisso JA. Characteristics of falls
and risk of hip fracture in elderly men.
Osteoporos Int 1998;8:240-6.
20. Parkkari J, Kannus P, Palvanen M, et
al. Majority of hip fractures occur
as a result of a fall and impact on the
greater trochanter of the femur: a
prospective controlled hip fracture study
with 206 consecutive patients.
Calcif Tissue Int 1999;65:183-7.

21. Cummings SR, Nevitt MC, Browner


WS, et al. Risk factors for hip
fracture in white women. N Engl J Med
1995;332:767-73.
22.
Feussner
JR.
Evidence-based
medicine: new priority for an old
paradigm.
J Bone Miner Res 1996;11:877-82.
23. Parkkari J, Kannus P, Poutala J, Vuori
I. Force attenuation properties
of various trochanteric padding materials
under typical falling conditions
of the elderly. J Bone Miner Res
1994;9:1391-6.
24. Parkkari J, Kannus P, Heikkil J,
Poutala J, Sievnen H, Vuori I.
Energyshunting
external hip protector attenuates the peak
femoral impact force below
the theoretical fracture threshold: an in
vitro biomechanical study under
falling conditions of the elderly. J Bone
Miner Res 1995;10:1437-42.
25. Parkkari J, Kannus P, Heikkil J, et al.
Impact experiments of an external
hip protector in young volunteers. Calcif
Tissue Int 1997;60:354-7.
26. Parkkari J, Heikkil J, Kannus P.
Acceptability and compliance with
wearing energy-shunting hip protectors: a
6-month prospective follow-up
in a Finnish nursing home. Age Ageing
1998;27:225-9.
27. Cox DR. Regression models and lifetables. J R Stat Soc [B] 1972;34:
187-220.
28. Diggle PJ, Liang K-Y, Zeger SL.
Analysis of longitudinal data. Oxford,
England: Clarendon Press, 1995. Volume
343 Number 21 1513
29. Glynn RJ, Buring JE. Ways of
measuring rates of recurrent events.
BMJ 1996;312:364-7.

30. Laupacis A, Sackett DL, Roberts RS.


An assessment of clinically useful
measures of the consequences of
treatment. N Engl J Med 1988;318:172833.
31. Cook RJ, Sackett DL. The number
needed to treat: a clinically useful
measure of treatment effect. BMJ
1995;310:452-4. [Erratum, BMJ 1995;
310:1056.]

32. Altman DG. Confidence intervals for


the number needed to treat.
BMJ 1998;317:1309-12.
33. Lawton MP. The functional assessment
of elderly people. J Am Geriatr
Soc 1971;19:465-81.
34. Cummings SR, Nevitt MC. Nonskeletal determinants of fractures:
the potential importance of the mechanics
of falls. Osteoporos Int 1993;3:
Suppl 1:67-70.

You might also like