You are on page 1of 8

METODE PENGAPURAN PADA TANAH MASAM

Nafila Ainun Zuhria1


NIM: 201510200311096
Jurusan Agrotelnologi, Fakultas Pertanian Peternakan, Universitas Muhammadiyah Malang
(University Muhammadiyah Of Malang), Jl Raya Tlogomas No.246, Malang, Jawa Timur, Indonesia

ABSTRAK

Tanah merupakan salah satu yang sangat vital peranannya dalam pertanian karena tanah
mendukung kehidupan tumbuhan dengan menyediakan hara dan air sekaligus sebagai
penopang akar. Struktur tanah yang berongga-rongga juga menjadi tempat yang baik bagi
akar untuk bernafas dan tumbuh. Tanah juga menjadi habitat hidup berbagai
mikroorganisme. Tanah masam adalah tanah dengan Ph rendah karena kandungan ion H+
yang tinggi. Dalam tanah masam (lahan kering) banyak ditemukan ion Alyang bersifat
masam karena dengan air ion tersebut dapat menghasilkan H+.Pada umumnya, pH tanah
yang di kehendaki untuk pertumbuhan tanaman agar optimal adalah pH tanah netral yaitu
6,5-7,0 karena pada kondisi pH netral unsur hara dapat tersedia secara optimal dan
mikroorganisme dapat berkembang dengan maksimal. Praktikum ini bertujuan untuk
mengetahui cara penentuan pH tanah dan penentuan dosis kapur pada tanah masam. Hasil
dari praktikum ini membuktikan bahwa penambahan dolomit pada tanah masam dapat
mengubah kadar tanah masam mendekati netral atau menjadi netral.
Kata kunci : Tanah masam, pH, dolomit.
PENDAHULUAN
Tanah merupakan salah satu yang sangat vital peranannya dalam pertanian karena
tanah mendukung kehidupan tumbuhan dengan menyediakan hara dan air sekaligus
sebagai penopang akar. Struktur tanah yang berongga-rongga juga menjadi tempat yang
baik bagi akar untuk bernafas dan tumbuh. Tanah juga menjadi habitat hidup berbagai
mikroorganisme.
Indonesia merupakan negara yang banyak penduduknya. sehingga kebutuhan
hidup warga indonesia sangat banyak. Maka dari itu indonesia harus berbenah dalam
bidang pertaniannya. Seperti yang kita ketahui bahwa indinesia memiliki lahan pertanian
yang sangat luas, namun lahan yang luas tersebut tidak produktivitas semuanya karena
sebagian termasuk dalam kategori tanah masam.
Pengapuran adalah pemberian kapur ke tanah yang bertujuan menetralkan
kemasaman tanah dan meningkatkan atau menurunkan ketersediaan unsur-unsur hara
bagi pertumbuhan tanaman (Sukra, 2011).

Tanah masam adalah tanah dengan Ph rendah karena kandungan ion H+ yang
tinggi. Dalam tanah masam (lahan kering) banyak ditemukan ion Alyang bersifat masam
karena dengan air ion tersebut dapat menghasilkan H+.Pada umumnya, pH tanah yang di
kehendaki untuk pertumbuhan tanaman agar optimal adalah pH tanah netral yaitu 6,5-7,0
karena pada kondisi pH netral unsur hara dapat tersedia secara optimal dan
mikroorganisme dapat berkembang dengan maksimal.
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilaksanakan di lahan Terpadu Fakultas Pertanian Peternakan
Universitas Muhammadiyah Malang, dari tanggal..
Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum adalah tanah humic andosol,
aquadest, polybag, gelas ukur 100 ml, pipet ukur 25 ml, timbangan elektrik, pH meter,
gelas beker 1000 ml, dan alat tulis sedangkan bahan yyang digunakan dalam praktikum
adalah dolomit, dan benih kacang kedelai.
Pelaksanaan Percobaan
Metode pelaksanaan percobaan ini yakni menimbang tanah 4 kg, memasukkan
tanah pada polybag, kemudian menambahkan Za pada polybag +D, setelah itu
mendiamkan selama 10 menit, lalu mengukur pH tanah, tinggi tanah pada polybag,
menghitung kebutuhan pengapuran pada setiap polybag +D menggunakan rumus yang
telah ditentukan, mencampurkan dolomit yang dihitung pada setiap polybag +D ,
mendiamkan selama 10 menit, mengukur pH tanah pada semua polybag, pengamatan dan
penambahan dolomit dilakukan selama 3 hari sekali.
HASIL DAN PEMBAHASAN

(+) Dolomit

Perlaku
an

Sam
pel
1
2
3
4
5

pH
Pengamatan ke1
7,
4
7,
2
7,
4

2
5,
6
5,
1
5,
1

7
7,
2

5
5

3
5,
4
5
5
4,
9
4,
8

4
5,
2
4,
9
4,
9
4,
8
4,
7

5
4,
9
4,
8
4,
8
4,
7
4,
7

6
7
6,
6
5,
8
5,
4
5,
4

7
6,
9
6,
4
5,
8
5,
2
5,
4

8
6,
8
6,
4
5,
7
5,
2
5,
2

9
6,
8
6,
7
6,
5
6,
8
6,
5

1
0
6,
6
6,
4
6,
6
6,
5
6,
2

11
6,
5
6,
5
6,
6
6,
6
4,
8

1
2

1
3

0
0

0
0

7,
4
7,
2

6
7
8

7
7,
9 2
Rera 7,
ta
2
7,
1 4
2

7
7,
2
7,
4
7,
2
6,
6

3
(-) Dolomit

4
5
6
7

7
7,
2
6,
8
7,
1

8
9
Rera
ta

5
4,
6
5,
2
4,
6
5
5,
6
5,
4
5,
4
5,
6
5,
4
5,
8
5,
8
5,
9
5,
7
5,
6

4,
9
4,
5
5,
1
4,
5
4,
9
5,
4
5,
2
5,
2
5,
4
5,
2
5,
4
5,
4
5,
6
5,
4
5,
36

4,
7
4,
5
5
4,
5
4,
8
5,
2
5
5
5,
2
5
5,
2
5,
2
5,
4
5,
4
5,
18

4,
6
4,
5
4,
9
4,
5
4,
7
5
4,
9
4,
8
5
4,
8
5,
1
5
5,
2
5,
1
5

5,
6
5
5,
6
4,
8
5,
69
5,
6
5,
8
5,
8
6,
2
5,
8
5,
8
6,
2
6
6
5,
91

5,
4
4,
9
5,
5
4,
7
5,
58
5,
8
6
6
6,
1
6
5,
9
6
5,
8
5,
8
5,
93

5,
4
4,
9
5,
4
4,
7
5,
5
6
5,
8
6
5,
8
5,
8
6
5,
8
6
6
5,
9

6,
9
6,
7
6,
9
6,
8
6,
7
6,
6
6,
8
6,
8
6,
8
6,
7
6,
8
6,
8
6,
8
6,
9
6,
8

6,
2
6,
2
5,
7
5,
5
6,
2
5,
5
5,
7
5,
5
5,
5
5,
2
5,
5
5,
3
5,
3
5,
8
5,
5

Pengukuran pH
25
20
15
pH

(-) Dolomit

10

(+) Dolomit

5
0
1

9 10 11 12 13

Pengamatan ke-

Perlaku

Sam

Tinggi Tanaman
Pengamatan ke-

6,
2
5,
4
5,
8
5,
8
6,
02
6,
5
6,
6
5,
7
6,
6
5,
3
5,
8
5,
4
5,
2
5,
3
5,
82

(-) Dolomit

(+) Dolomit

an

pel

1
0
0
0
0
0
0
0
0
0

2
0
0
0
0
0
0
0
0
0

3
0
0
0
0
0
0
0
0
0

4
0
0
0
0
0
0
0
0
0

5
0
0
0
0
0
0
0
0
0

6
0
0
0
0
0
0
0
0
0

7
0
0
0
0
0
0
0
0
0

8
0
0
0
0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0

0
0
0
0
0

0
0
0
0
0

0
0
0
0
0

0
0
0
0
0

0
0
0
0
0

5 0 0

8
9

7 0 0 6,5

10

8 0 0
4
9 0 0
0
Rerar
2,4
ta
0 0
4

6
0
3,6
7

9,5
0
4,7
2

9,5
14,
5
13,
6
12,
5
0
5,5
7

0
0
0
0
0
11,
2

6 0 0 5,5

8,5
12,
7
11,
8

0
0
0
0
0
10,
8
15,
7
15,
6
16,
2
0
6,4
8

1
2
3
4
5
6
7
8
9
Rerat
a
1
2
3
4

16
16
16,
5
0
6,6
3

9
6,5
0
0
0
0
0
0
0
0
0,7
2
0
0
0
0
16
23
22,
5
23
0
9,3
9

10
9
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
16,
4
25
22,
9
25,
5
0
9,9
8

11
11
0
0
0
0
0
0
0
0
1,2
2
0
0
0
0

12
25
0
0
0
0
0
0
0
0
2,7
8
0
0
0
0

13
25,8
0
0
0
0
0
0
0
0
2,86
67
0
0
0
0

17

22

30

29
23,
5

35

39

29

33

30
0
11,
1

34
0
13,
3

46
0
16,4
44

Tinggi Tanaman
35
30
25

(-) Dolomit

20
Tinggi (cm) 15

(+) Dolomit

10
5
0

Perlakua
n

Samp
el

1 2

Jumlah Daun
Pengamatan ke4 5
6
7
8
9

10

11

12

13

(+) Dolomit
(-) Dolomit

1
2
3
4
5
6
7
8
9

0
0
0
0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0
0
0
0

Rerata
1
2
3
4

0
0
0
0
0

0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
1
1
4

0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
1
1
7
1
0
8
0

0
0
0
0
0

0
0
0
0
0

9
9
11
9
0
4,2
2

5 0 0
6 0 0
7
8
9
Rerart
a

0 0
0 0
0 0

8
4
0

0 0

10
6
9
6
0
3,4
4

6
0
0
0
0
0
0
0
0
0,6
7
0
0
0
0

9
0
0
0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0

3
0
0
0
0
0
0
0
0
0,3
3
0
0
0
0

1
0
0
0
0

14
0
0
0
0
0
0
0
0
1,5
6
0
0
0
0

16
0
0
0
0
0
0
0
0
1,77
8
0
0
0
0

10
10

11
15

11
14

12
16

12
17

29
24

25
28

10
10
0
4,4
4

13
12
0
5,6
7

14
14
0
5,8
9

15
16
0
6,5
6

15
17
0
6,7
8

17
20
0

19
23
0
10,5
6

Jumlah Daun
30
25

Jumlah (perbuah)

20

(-) Dolomit

15

(+) Dolomit

10
5
0

Pengapuran adalah pemberian pemberian kapur untuk meningkatkan pH tanah


yang bereaksi masam menjadi mendekati netral yaitu sekitar ph 6,ph 5-7. Salah satu
faktor penghambat meningkatnya produksi tanaman adalah karena adanya masalah
keasaman tanah. Tanah asam memberikan pengaruh yang buruk pada pertumbuhan

10

tanaman hingga hasil yang dicapai rendah. Untuk mengatasi keasaman tanah perlu di
lakukan usaha pemberian kapur kedalam tanah. (Kurniasih, 2008)
Pada praktikum kali ini kita melakukan pengapuran pada tanah masam, yang
mana bahan yang kita gunakan adalah dolomit / CaCO3 / CaSiO3, benih
kedelai/jagung/bayam/kacang tanah/kangkung. Yang mana tujuan praktikum kali ini
adalah Untuk mengetahui cara penentuan pH tanah dan penentuan dosis kapur.
Salah satu faktor penghambat meningkatnya produksi tanaman adalah karena
adanya masalah keasaman tanah. Tanah asam memberikan pengaruh yang buruk pada
pertumbuhan tanaman hingga hasil yang dicapai rendah. Untuk mengatasi keasaman
tanah perlu di lakukan usaha pemberian kapur kedalam tanah. Tanah-tanah yang tersedia
untuk pertanian sekarang dan akan datang adalah tanah-tanah bereaksi masam (pH
rendah) dan miskin unsur hara. Oleh karena itu pH tanah perlu dinaikkan agar unsurunsur hara seperti P mudah diserap tanaman dan keracunan Al dapat dihindarkan. Kapur
banyak mengandung unsur Ca maupun Mg tetapi pemberian kapur kedalam tanah pada
umumnya bukan karena tanah kekurangan unsur Ca tetapi karena tanah terlalu masam.
(Retnowati, 2012).
Berdasarkan hasil data yang diperoleh, dapat diketahui bahwa pada tanah dengan
perlakuan penambahan dolomit setiap 3 harinya mengalami kadar keasaman yang naik
turun atau bisa dikatakan tidak menentu. Hal tersebut bisa dikarenakan dolomit yang
telah ditambahkan tidak bekerja dengan baik bersama molekul tanah. Pada tanah tanpa
penambahan dolomit, derajat keasamannya dari data tersebut bisa dikatakan stabil.
Berdasarkan analisis data yang diperoleh menunjukkan bahwa penambahan
dolomit tidak memberi pengaruh nyata pada pertumbuhan tinggi tanaman kedelai. Pada
tinggi tanaman dengan perlakuan penambahan dolomit tidak menunjukkan pertumbuhan
yang signifikan atau bisa dikatakan tidak ada interaksi yang nyata. Hal tersebut bisa
dikarenakan pada saat praktikum dan pengamatan dilaksanakan saat musim hujan, jadi
dolomit yang telah ditambahkan pada tanah akan terangkut oleh air hujan yang terus
menerus. Sejalan dengan pendapat Hardjoloekito (2009) yang mengatakan bahwa waktu
pengapuran yang paling baik adalah pada saat penghujung musim kemarau, apabila hujan
sedang giat-giatnya turun, maka sebaiknya pengapuran janganlah di lakukan karena kapur
akan terkikis oleh air hujan.
Berdasarkan hasil analisis data jumlah daun dapat diketahui bahwa penambahan
dolomit pada tanah masam juga tidak berpengaruh nyata. Hal tersebut dikarenakan
dikarenakan setelah menambahkan dolomit pada tanah masam tidak dilakukannya
pemupukan pada tanah sebagai sumber nutrisi yang diperlukan oleh tanaman kedelai

sehingga menyebabkan pertumbuhan daun pada tanaman kedelai. Diperkuat dengan


pendapat Mohr (2010) yang berpendapat bahwa pengapuran harus tetap diikuti dengan
pemupukan karena jika tidak dikhawatirkan dapat menurunkan kandungan P total, dalam
hal ini pemupukan berguna untuk mengimbangi peningkatan kelarutan hara dalam tanah.
Hasil pada praktikum kali ini kurang memuaskan atau tidak sesuai harapan.
Dimana benih yang ditanam tidak semua tanam tubuh hanya beberapa yang dapat
tumbuh. Pertumbuhan kedelai optimal pada pH 6,8, namun pada tanah dengan pH 5,5-6,0
cukup baik untuk kondisi lahan di Indonesia (Ismail dan Effendi 2006). Nilai kritis pH
tanah untuk kedelai adalah 4-5,5 (Follet et al. 2009 ), dan kejenuhan Al 30% (Hartatik
dan Adiningsih 2010). Dengan demikian, rendahnya pH tanah pada kedua lokasi
kemungkinan akan menjadi penyebab langsung tidak optimalnya pertumbuhan kedelai,
atau penyebab tidak langsung dengan rendahnya kadar hara P, K, Ca, dan Mg tersedia.
Hal ini menunjukkan bahwa penambahan dolomit mutlak diperlukan untuk meningkatkan
produktivitas kedelai di lahan kering masam. Kamprath (2009) mengemukakan, tanggap
tanaman kedelai terhadap pemberian kapur disebabkan oleh dinetralkannya Al,
tersedianya Ca dan Mg, terjadinya peningkatan ketersediaan Mo dan P, dan menurunnya
Mn yang larut.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah :
1. Pengapuran adalah pemberian pemberian kapur untuk meningkatkan pH tanah
yang bereaksi masam menjadi mendekati netral yaitu sekitar ph 6,ph 5-`7.
2. Salah satu faktor penghambat meningkatnya produksi tanaman adalah karena
adanya masalah keasaman tanah. Tanah asam memberikan pengaruh yang buruk
pada pertumbuhan tanaman hingga hasil yang dicapai rendah.
3. Hasil dari praktikum ini membuktikan bahwa penambahan dolomit pada tanah
masam dapat mengubah kadar tanah masam mendekati netral atau menjadi netral.
Saran
DAFTAR PUSTAKA

You might also like