Professional Documents
Culture Documents
ILUSTRASI KASUS
A. IDENTITAS :
Nama Pasien
: Ny. D
Umur
: 23 Tahun
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan
: IRT
Agama
: Islam
Alamat
: Cilawu
Masuk RS
: 10 Desember 2015
Jam Masuk RS
: 02.05 WIB
No. CM
: 82-XX-XX
Nama Suami
: Tn. R
Umur
: 25 Tahun
Pendidikan
: SMK
Pekerjaan
: Wiraswasta
Agama
: Islam
B. ANAMNESIS :
Keluhan Utama
Mulas Mulas
Anamnesa Khusus
G4P1A2 Merasa hamil 9 bulan dengan mulas-mulas yang dirasakan 1 hari SMRS.
Mulas semakin sering dan kuat. Keluar cairan dari jalan lahir disangkal. Keluar darah
campur lendir diakui oleh pasien. Gerak janin masih dapat dirasakan oleh ibu sejak 5
bulan yang lalu.
C. Riwayat Obstetri :
Kehamilan
ke
1.
2.
3.
4.
Tempat
Penolong
Cara
Cara
Kehamilan
RSU
dr. Obgyn
Aterm
BB
Persalinan
lahir
Abortus
Abortus
SC
2.009
Kehamilan ini
Jenis
Riwayat Perkawinan
: Pertama Menikah
: Istri
: 18 tahun
Suami : 20 tahun
Haid
HPHT
: 22 Febuari 2015
Siklus
: Teratur
Lama
: 7 hari
Banyaknya darah
: Biasa
Nyeri haid
Menarche usia
: 16 tahun
Kontrasepsi Terakhir
Suntik 1 bulan sejak 1 tahun yang lalu
IUD sejak tahun 2012-2014
Alasan berhenti KB takut sama efek samping IUD
Prenatal Care
Ke Bidan dan dr. Sp.OG. Jumlah kunjungan PNC 9 kali. Terakhir pagi ini.
Keluhan selama Kehamilan
Tidak ada keluhan
Riwayat Penyakit Dahulu
Penyakit Jantung pada kehamilan sebelumnya
Keadaan
3 Thn
Kelamin
D. Keterangan Tambahan :
Status
Usia
E. PEMERIKSAAN FISIK :
KU
: Compos mentis
Tensi
: 120/80 mmHg
Nadi
: 90x/menit
RR
: 24x/menit
Suhu
: 36,5 C
Kepala
Leher
Thorak
Abdomen
Hepar
: Sulit dinilai
Lien
: Sulit dinilai
Ekstremitas
F. STATUS OBSTETRIK :
Pemeriksaan Luar
TFU / Lingkar Perut
: 31cm / 92cm
Letak Anak
His
DJJ
Inspekulo
: Fluksus (-)
Perabaan Fornices
: Tidak dilakukan
Pemeriksaan Dalam
Vulva
Vagina
Portio
: Tebal lunak
Pembukaan
: 1 jari
Ketuban
:+
Bag. Terendah
: Kepala
Hematokrit
: 38% (35-47)
Lekosit
: 15.300/mm3 (3.800-10.600)
Trombosit
: 155.000/mm3 (150.000-440.000)
Eritrosit
Hematokrit
: 35% (35-47)
Lekosit
: 14.570/mm3 (3.800-10.600)
Trombosit
: 223.600/mm3 (150.000-440.000)
Eritrosit
H. DIAGNOSIS (ASSESMENT) :
G4P1A2 Parturien 38-39 minggu kala I fase laten dengan post SC 3 tahun yang lalu
CATATAN
INSTRUKSI
Jam
10-12-15
S/
P/
O/
- KU : CM
- TD : 120/80 mmHg
- N : 80 x/menit
- R : 20 x/menit
- S : AF
- Mata : Ca -/- Si -/- Adb : Cembung lembut
nt (-), dm (-), ps/pp -/TFU : 31cm
HIS : +
BJA : 132 x/menit
- Perdarahan : - BAB/BAK : -/+ dc
A/ G4P1A2 Parturien 38-39 minggu kala I
K. LAPORAN OPERASI :
Tanggal 10 Desember 2015
Operator
Asisten I
: Co-Ass Vivi
Asisten II
: Teh Neneng
Ahli Anestesi
Asisten Anestesi
: H. Dindin
Jenis Anestesi
: Spinal
Obat Anestesi
: Bunascan
Indikasi Operasi
: Bekas SC
lalu
Jenis Operasi
Kategori Operasi
: Besar
Desinfeksi Kulit
SBR disayat konkaf, diperlebar dengan jari penolong ke kiri dan kanan
PB : 48 cm
APGAR 1 : 7
5 : 8
Jam 08.10 WIB : lahir plasenta dengan tarikan ringan pada tali pusat
B : 500 gram
Ukuran : 20x20x20 cm
Lapisan ke dua dijahit secara overhecting. Setelah yakin tidak ada perdarahan,
dilakukan reperitonealisasi dengan peritoneum kandung kemih.
Perdarahan dirawat
Rongga abdomen dibersihkan dari darah dan bekuan darah. Fascia dijahit dengan
PGA no 1 kulit subkutikuler
Pemasangan IUD
CATATAN
INSTRUKSI
S/ Kembung Perut
P/
O/
- Cefotaxime 2x500 mg
- KU : CM
- Metronidazole 3x500 mg
- TD : 120/80 mmHg
- N : 64 x/menit
- R : 20 x/menit
Hb : 12,7
- S : AF
- Mata : Ca -/- Si -/- Adb : Datar lembut
nt (+), dm (-), ps/pp -/TFU : 1 jari dibawah pusat
- Perdarahan : Rubra
- ASI : -/+
- BAB/BAK : -/+
A/ P2A2 Partus Maturusde dengan SC a.i
post SC 3 tahun yang lalu
12-12-15
POD II
P/
O/
- Cefadroxil 2x500 mg
- KU : CM
- Metronidazole 3x500 mg
- TD : 120/80 mmHg
- N : 80 x/menit
- Aff Infus
- R : 16 x/menit
- S : AF
Hb : 11.2
S/ -
P/
O/
- Cefadroxil 2x500 mg
- KU : CM
- Metronidazole 3x500 mg
- TD : 120/80 mmHg
- N : 18 x/menit
- Ganti Verban
- R : 20 x/menit
- S : AF
- Mata : Ca -/- Si -/- Adb : datar lembut
nt (+), dm (-)
TFU : sepusat
- Lokhia : Rubra
- LO : kering terawat
- ASI : +/+
- BAB/BAK : +/+
A/ P2A2 Partus Maturusde dengan SC a.i
post SC 3 tahun yang lalu
BAB II
PERMASALAHAN
1. Apakah diagnosa pada pasien ini sudah benar ?
Sectio Caesare
A. Definisi
Sectio caesarea berasal dari perkataan Latin caedere yang artinya
memotong. Dalam hukum Roma terdapat hukum lex zaesarea. Dalam hukum ini
menjelaskan bahwa prosedur tersebut dijalankan di akhir kehamilan pada seorang
wanita yang sekarat demi untuk menyelamatkan calon bayi (Tjipta, 2003). Sectio
Caesarea adalah insisi melalui dinding abdomen dan uterus untuk mengeluarkan
janin (Novak, P.D., 2002).
B. Prevalensi
C. Indikasi
Berdasarkan waktu dan pentingnya dilakukan sectio caesarea, maka
dikelompokkan 4 kategori (Edmonds,2007) :
Mencakup kerja uterus yang tidak adekuat. Hal ini menyebabkan tida
k
adanya kekuatan untuk mendorong bayi keluar dari rahim. Dan ini
membuat kemajuan persalinan terhenti sehingga perlu penanganan dengan
sectio caesarea (Prawirohardjo, 2009).
f. Solutio Plasenta
2. Indikasi Janin
a. Kelainan Letak
1. Letak Lintang
Pada letak lintang, biasanya bahu berada di atas pintu atas pangg
ul
sedangkan kepala berada di salah satu fossa iliaka dan bokong pada
sisi yang lain. Pada pemeriksaan inspeksi dan palpasi didapati
abdomen biasanya melebar dan fundus uteri membentang hingga
sedikit di atas umbilikus. Tidak ditemukan bagian bayi di fundus, dan
balotemen kepala teraba pada salah satu fossa iliaka.
Penyebab utama presentasi ini adalah relaksasi berlebihan dinding
abdomen akibat multiparitas yang tinggi. Selain itu bisa jug
a
disebabkan janin prematur, plasenta previa, uterus abnormal, cairan
amnion berlebih, dan panggul sempit. (Cunningham, 2005).
2. Presentasi Bokong
Presentasi bokong adalah janin letak memanjang dengan bagi
an
terendahnya bokong, kaki, atau kombinasi keduanya. Dengan insidensi
3 4% dari seluruh persalinan aterm. Presentasi bokong adalah
malpresentasi yang paling sering ditemui. Sebelum usia kehamilan 28
minggu, kejadian presentasi bokong berkisar antara 25 30%.
(Decherney,2007).
Faktor resiko terjadinya presentasi bokong ini antara l
ain
prematuritas, abnormalitas uterus, polihidamnion, plasenta previa,
multiparitas,
dan riwayat
presentasi
bokongsebelumnya.
(Fischer,2006).
3. Presentasi Ganda atau Majemuk
Presentasi ini disebabkan terjadinya prolaps satu atau le
bih
ekstremitas pada presentasi kepala ataupun bokong. Kepala memasuki
panggul bersamaan dengan kaki dan atau tangan. Faktor yang
denyut
jantung janin di atas
denyut jantung
tak teratur, atau
keluarnya mekonium yang kental pada awal persalinan.
(Prawirohardjo, 2009).
Keadaan gawat janin pada tahap persalinan memungkinkan dokt
er
memutuskan untuk melakukan operasi. Terlebih apabila ditunjang kondisi
ibu yang kurang mendukung. Sebagai contoh, bila ibu menderita
hipertensi atau kejang pada rahim yang dapat mengakibatkan gangguan
pada plasenta dan tali pusar. Sehingga aliran darah dan oksigen kepada
janin menjadi terganggu.
Kondisi ini dapat mengakibatkan janin mengalami
gangguan
seperti
maka dapat
menyebabkan kematian janin.
c. Ukuran Janin
Berat bayi lahir sekitar 4000 gram atau lebih (giant bab
y),
menyebabkan bayi sulit keluar dari jalan lahir. Umumnya pertumbuhan
janin yang berlebihan disebabkan sang ibu menderita kencing manis
(diabetes mellitus). Bayi yang lahir dengan ukuran yang besar dapat
mengalami kemungkinan komplikasi persalinan 4 kali lebih
besar
daripada bayi dengan ukuran normal. Menentukan apakah bayi besar atau tid
ak terkadang sulit. Hal ini dapat diperkirakan dengan cara :
1. Adanya riwayat melahirkan bayi dengan ukuran besar, sulit
dilahirkan atau ada riwayat diabetes melitus.
2. Kenaikan berat badan yang berlebihan tidak oleh sebab lainnya
(edema, dll).
3. Pemeriksaan disproporsi sefalo atau feto-pelvik.
3. Indikasi Ibu dan Janin
a. Gemelli atau Bayi Kembar
4. Indikasi Sosial
Insisi uterus ditutup dengan satu atau dua lapisan jahitan kontinu
menggunakan benang yang dapat diserap ukuran 0 atau 1. Penutupan
dengan jahitan jelujur mengunci satu lapis memerlukan waktu lebih
singkat.
2. Penjahitan Abdomen
Setelah rahim telah tertutup dan memastikan tidak ada instrumen
yang tertinggal, maka dilakukan penutupan abdomen. Sewaktu melakukan
penutupan lapis demi lapis, titik-titik perdarahan diidentifikasi, diklem dan
diligasi. Otot rektus dikembalikan ke letaknya semula, dan ruang subfasia
secara cermat diperiksa.
Fasia rektus di atasnya situtup dengan jahitan interrupted. Jaringan
subkutan biasanya tidak perlu ditutup secara terpisah apabila ketebalannya
2 cm atau kurang. Dan kulit ditutup dengan jahitan matras vertikal dengan
benang sutera 3-0 atau 4-0.
Pada wanita dengan bekas seksio sesarea klasik sebaiknya tidak dilakukan
persalinan pervaginam karena risiko ruptura 2-10 kali dan kematian maternal dan
perinatal 5-10 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seksio sesarea pada segmen
bawah rahim.
F. Monitoring
Ada beberapa alasan mengapa seseorang wanita seharusnya dibantu dengan
persalinan pervaginam. Hal ini disebabkan karena komplikasi akibat seksio sesarea
lebih tinggi. Pada seksio sesarea terdapat kecendrungan kehilangan darah yang
banyak, peningkatan kejadian transfusi dan infeksi, akan menambah lama rawatan
masa nifas di Rumah Sakit. Juga akan memperlama perawatan di rumah
dibandingkan persalinan pervaginam. Sebagai tambahan biaya Rumah Sakit akan
dua kali lebih mahal.
Walaupun angka kejadian ruptura uteri pada persalinan pervaginam setelah
seksio sesarea adalah rendah, tapi hal ini dapat menyebabkan kematian pada janin
dan ibu. Untuk antisipasi perlu dilakukan monitoring pada persalinan ini.
Pasien dengan bekas seksio sesarea membutuhkan manajemen khusus pada
waktu antenatal maupun pada waktu persalinan. Jika persalinan diawasi dengan
ketat melalui monitor kardiotokografi kontinu; denyut jantung janin dan tekanan
intra uterin dapat membantu untuk mengidentifikasi ruptura uteri lebih dini
sehingga respon tenaga medis bisa cepat maka ibu dan bayi bisa diselamatkan
apabila terjadi ruptura uteri.
G. Sistem Skoring
No
1
Karakteristik
Usia < 40 tahun
Skor
2
- tidak ada
75 %
25 75 %
< 25 %
Dilatasi serviks 4 cm
Skor
02
Angka
Keberhasilan (%)
42-49
59-60
64-67
77-79
88-89
93
8 10
95-99
H. Komplikasi
1. Infeksi Puerperal (nifas)
a. Ringan, kenaikan suhu beberapa hari saja
b. Sedang, kenaikan suhu disertai dehidrasi dan perut kembung
c. Berat, dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik.
2. Perdarahan, karena :
a. Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
b. Atonia Uteri
karena
operasi sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ. Cesarean Section and Postpartum Hysterectomy.
In : Williams Obstetrics. 21st Ed.. The Mc Graw-Hill Companies.New York : 2001 :
537 63.
2. Cunningham MD. Cesarean Section. In: Williams Obstetrics, 22 nd Ed. Prentice Hall Int.
USA 2001.
3. Wing DA. Induction of labor in woman with prior cesarean delivery. Up ToDate 2007
4. Dodd JM, Crowther CA. Elective repeat caesarean section versus induction of labour for
woman with a previous caesarean birth. The Cochrane Library 2007, Issue 4
5. Welischar J, Quirk JG. Vaginal birth after cesarean delivery.Up ToDate 2007
6. Rozenberg P, Goffinet F, Philippe HJ, Nisand I. Thickness of the lower uterine segment:
its influence in the management of patients with previous casarean sections. European
Journal of Obstetrics & Gynaecology and Reproductive Biology 87(1999) 39-45
7. Zelop CM, Shipp TD, Repke JT, Cohen A, Caughey AB, Lieberman E. Uterine rupture
during induced or augmented labor in gravid woman with one prior cesarean delivery.
Am J Obstet Gynecol: 1999: 181; 882-886
8. Lin C, Raynor D. Risk of uterine rupture in labor induction of patients with prior
cesarean section: An inner city hospital experience. Am J Obstet Gynecol: 2004: 190;
1476-8