You are on page 1of 9

I.

II.

TUJUAN
1. Mampu mengidentifikasi jenis-jenis alat ukur mekanik
2. Mampu menafsirkan hasil pengukuran pada alat ukur mekanik
DASAR TEORI
Pengamatan suatu gejala umumnya tidak lengkap bila tidak menghasilkan
informasi kuantitatif. Untuk memperoleh informasi semacam ini dibutuhkan
pengukuran suatu sifat fisis, dan karenanya pengukuran merupakan suatu bagian besar
dari kegiatan rutin para ahli fisika eksperimen. Lord Kevin mengatakan bahwa
pengetahuan kita memuaskan hanya bila kita mampu menyatakan dalam bilangan.
Meskipun tuntutan ini mungkin berlebihan, hal ini menyatakan suatu sifat fisis dalam
bilangan membutuhkan tidak hanya penggunaan matematika untuk menunjukan
hubungan antara berbagai besaran, tetapi juga untuk mengolah hubungan-hubungan
ini. Matematika adalah bahasa dari fisika.
Pengukuran adalah suatu teknik untuk mengkaitkan suatu bilangan pada suatu
sifat fisis dengan membandingkannya dengan suatu besaran standar yang telah
diterima sebagai suatu satuan. Sebelum mengukur sesuatu, pertama-tama kita harus
memiliki suatu satuan bagi masing-masing besaran yang akan di ukur.
Hukum-hukum fisika menyatakan hubungan antara besaran-besaran fisik,
seperti panjang, waktu, gaya, energi, dan suhu. Jadi, kemampuan untuk
mendefinisikan besaran-besaran tersebut secara tepat dan mengukur secara teliti
merupakan suatu syarat dalam fisika. Pengukuran setiap besaran fisik mencakup
perbandingan besaran tersebut dengan beberapa nilai satuan besaran tersebut, yang
telah didefinisikan secara tepat.
Semua besaran fisik dapat dinyatakan dalam beberapa satuan-satuan pokok.
Sebagai contoh, kelajuan dinyatakan dalam satuan panjang dan satuan waktu,
misalnya meter per sekon atau mil per jam. Banyak besaran seperti gaya, momentum,
kerja, energi, dan daya, dapat dinyatakan dalam tiga besaran pokokpanjang, waktu
dan massa. Pemilihan satuan standar untuk besaran-besaran pokok ini mengahasilkan
suatu sistem satuan. Sistem satuan yang digunakan secara universal dalam masyrakat
ilmiah adalah Sistem Internasional (SI). Dalam SI, standar satuan untuk panjang
adalah meter, satuan untuk waktu adalah sekon dan standar satuan untuk massa adalah
kilogram.
Sebagian besar pengukuran dalam bidang mekanik adalah menyangkut
pengukuran linier atau pengukuran panjang (jarak). Diameter pipa, poros, diameter
silinder, tinggi nok, kedalaman alur ring piston merupakan contoh dari dimensi

panjang (linier). Untuk itu perlu dipelajari bagaimana cara mengukurnya dan alat-alat
ukur apa saja yang dapat digunakan untuk mengukurnya. Berdasarkan cara
mengukurnya maka dapat dibedakan dua jenis pengukuran yaitu pengukuran langsung
dan pengukuran linier tak langsung. Demikian juga dengan peralatan ukurnya, ada
alat ukur linier langsung dan alat ukur linier tak langsung. Pengukuran langsung
adalah pengukuran yang hasil pengukurannya dapat langsung dibaca pada skala ukur
dari alat ukur yang digunakan. Dengan demikian alat ukur yang digunakan adalah alat
ukur yang mempunyai skala yang bisa langsung dibaca skalanya. Alat ukur linier
langsung yang banyak digunakan dalam bidang mekanik antara lain :
A. Jangka sorong

Gambar 1. Mistar geser/Jangka sorong


Pada batang mistar geser terdapat skala utama (main scale) atau skala tetap
yang car pembacaannya seperti meteran biasa. Pada ujung yang satu dilengkapi
dengan dua rahang ukur yaitu rahang ukur tetap dan rahang ukur gerak sedang ujung
yang lain dilengkapi dengan ekor. Dengan demikian mistar geser dapat digunakan
untuk mengukur dimensi luar, dimensi dalam, kedalaman benda ukur. Disamping
skala utama, pada mistar geser juga dilengkapi dengan skala vernier (vernier scale)
atau skala nonius.
I. Tingkat ketelitian mistar geser
Mistar geser (Vernier caliver) digunakan untuk mengukur diameter luar,
diameter dalam dan mengukur kedalaman dengan ketelitiannya dalam satuan Metris
yaitu 0,1 mm, 0,05 mm dan 0,02mm. Sedangkan untuk satuan British adalah 1/128
inci, 1/256 inci, dan 1/1000 inci.
(1). Mistar geser dengan tingkat ketelitian 0,1 mm
Mistar geser dengan tingkat ketelitian 0,1 mm mempunyai selisih antara x dan
n sebesar 0,1 mm. Besarnya x = 1 mm, sedangkan n dapat dicari dengan rumus : n =
panjang skala utama (SU) dibagi dengan jumlah strip pada skala nonius atau skala

vernier (SV). Mistar geser dengan ketelitian 0,1 mm mempunyai jumlah strip pada
skala nonius sebanyak 10 strip (divisi).

Gambar 2. Mistar geser dengan ketelitian 0,1 mm


(2). Mistar geser dengan tingkat ketelitian 0,05 mm
Mistar geser dengan tingkat ketelitian 0,05 mm berarti mempunyai selisih
antara x dan n adalah 0,05 mm. Besarnya x = 1 mm, sedangkan n dapat dicari dengan
rumus : n = panjang skala utama dibagi dengan jumlah strip pada skala nonius. Mistar
geser dengan ketelitian 0,05 mm mempunyai jumlah strip pada skala nonius sebanyak
20 strip (divisi).

Gambar 3. Mistar geser dengan ketelitian 0,05 mm


(3). Mistar geser dengan tingkat ketelitian 0,02 mm
Mistar geser dengan tingkat ketelitian 0,02 mm berarti mempunyai selisih
antara x dan n adalah 0,02 mm. Besarnya x= 1 mm, sedangkan n dapat dicari dengan
rumus : n = panjang skala utama dibagi dengan jumlah strip pada skala nonius. Mistar
geser dengan ketelitian 0,02 mm mempunyai jumlah strip pada skala nonius sebanyak
50 strip (divisi).

Gambar 4. Mistar geser dengan ketelitian 0,02 mm


(4). Mistar geser dengan tingkat ketelitian 1/128 inci
Pada mistar geser dengan tingkat ketelitian 1/128 inci, skala utamanya setiap 1
inci dibagi menjadi 16 bagian, berarti satu bagian skala utama (x) nilainya sama
dengan 1/16 inci. Pada skala noniusnya dibagi dalam 8 bagian. Mistar geser dengan
tingkat ketelitian 1/128 inci mempunyai selisih antara x dan n sebesar 1/128 inci.

Gambar 5. Mistar geser dengan ketelitian 1/128 inci


(5). Mistar geser dengan tingkat ketelitian 0,001 inci

Pada mistar geser dengan tingkat ketelitian 1/1000 inci atau 0,001 inci, skala
utamanya setiap 1 inci dibagi menjadi 40 bagian, berarti satu bagian skala utama (x)
nilainya sama dengan 1/40 inciatau 0,025 inci. Pada skala nonius atau skala vernier
dibagi dalam 25 bagian. Mistar geser dengan tingkat ketelitian 0,001inci mempunyai
selisih antara x dan n sebesar 0,001 inci.

Gambar 6. Mistar geser dengan ketelitian 0,001 inci


II. Cara membaca skala pengukuran pada mistar geser
Mistar geser yang banyak beredar pada umumnya mempunyai dua sistem
satuan yaitu sistem metrik dan sistem inci. Sistem metrik terdapat pada bagian bawah,
sedang sistem inci terletak pada bagian atas. Masing-masing sistem mempunyai dua
skala, yaitu skala utama dan skala nonius atau skala vernier. Skala utama terdapat
pada badan mistar geser atau pada skala tetap, sedang skala nonius terdapat pada
rahang geser. Pedoman umum membaca skala pengukuran pada mistar geser yaitu :
(a) Lihat angka nol skala nonius ada dimana, (b) Cari garis yang lurus antara skala
utama dengan skala nonius.
Contoh: Mistar geser dengan ketelitian 0,1 mm

Gambar 7. Mistar geser dengan ketelitian 0,1 mm


Pembacaan : pada skala utama :
= 10 mm
pada skala vernier :
4 : 10 = 0,40 mm
----------------------------= 10,40 m
III. Cara menggunakan mistar geser
Hasil pengukuran benda ukur dengan menggunakan mistar geser sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : faktor si pengukur, benda yang diukur,
pengaruh lingkungan, dan cara menggunakan alat ukur. Oleh karena itu prosedur
penggunaannya perlu dijelaskan agar tidak terjadi kesalahan hasil pengukuran.
Adapun cara penggunaan mistar geser antara lain sebagai berikut :
(1) Bersihkan benda yang akan diukur dan alat ukur

(2) Periksa bahwa skala vernier bergerak dengan bebas, dan angka nol pada kedua skala
bertemu dengan tepat.

Gambar 8. Pemeriksaan angka nol pada mistar geser


(3) Pada waktu melakukan pengukuran, usahakan benda yang diukur sedekat mungkin
dengan skala utama. Pengukuran di ujung rahang mistar geser menghasilkan
pembacaan yang kurang akurat.

Gambar 9. Pengukuran dimensi luar


(4) Tempatkan mistar geser tegak lurus dengan benda yang diukur
(a) Pengukuran diameter luar

Gambar 10. Pengukuran dimensi luar


(b) Pengukuran diameter dalam

Gambar 11. Pengukuran dimensi dalam


(c) Pengukuran kedalaman

Gambar 12. Pengukuran kedalaman


B. Mikrometer Sekrup
Mikrometer merupakan alat ukur linier langsung dengan tingkat ketelitian
yang lebih tinggi hingga mencapai 0,001 mm. Tingkat ketelitian mikrometer dalam
satuan metris yaitu : 0,01, 0,005, 0,002 dan 0,001 mm, serta dalam satuan british
adalah 0,001 inci dan 0,0001 inci. Ada 3 macam mikrometer yaitu : mikrometer
dalam, mikrometer luar, dan mikrometer kedalaman. Mikrometer dalam berfungsi
untuk mengukur dimensi dalam, misalnya diameter silinder; mikrometer luar untuk
mengukur dimensi luar, misalnya tinggi nok, diameter batang katup, dan mikrometer
kedalaman untuk mengukur kedalaman, misal kedalaman paku keling pada kampas
kopling.
I. Macam-macam mikrometer
(1). Mikrometer luar (Outside Micrometer)

Gambar 13. Mikrometer luar


(2) Mikrometer dalam (Inside Micrometer)

Gambar 14. Mikrometer dalam


(3) Mikrometer kedalaman (Depth Micrometer)

Gambar 15. Mikrometer kedalaman

II. Cara membaca skala pengukuran pada mikrometer


Jarak tiap strip diatas garis horisontal pada outer sleeve adalah 1 mm, dan
jarak tiap strip di bawah garis adalah 0,5 mm. Pada skala thimble tiap strip nilainya
0,01 mm. Hasil pengukuran pada mikrometer adalah jumlah pembacaan ketiga skala
tersebut.

Gambar 16. Mikrometer luar dengan ketelitian 0,01 mm


Contoh :

Gambar 17. Mikrometer luar dengan ketelitian 0,01 mm


Pembacaan skala di atas garis : 5,00 mm
Pembacaan skala di bawah garis : 0,00 mm
Pembacaan pada skala thimble : 0,20 mm
Pembacaan akhir = 5,20 mm
III.

ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Jangka Sorong
b. Mikrometer Sekrup Kedalaman
c. Mikrometer Sekrup Ketebalan
2. Bahan
a. Pompa
b. Tembaga
c. Hub
d. Kawat

IV.

LANGKAH KERJA
1. Pengukuran dilakukan terhadap benda kerja yang tersedia dengan menggunakan
jangka sorong dan mikrometer sekrup.
2. Besaran yang diukur antara lain ouside diameter, inside diameter, ketebalan,
kedalaman lubang, lebar alur.
3. Hasil pengukuran dibandingkan antara dengan jangka sorong dan mikrometer
sekrup.
4. Dibuat Kesimpulan dari praktek pengukuran mekanik tersebut.

V.

DATA PENGAMATAN
A. PENGUKURAN KAWAT
1. Jangka Sorong (0,02 mm)
Diameter luar : 2,48 mm
2. Mikrometer Sekrup (0,01mm)
Diameter luar : 2,6 mm
3. Jangka sorong (0,05 mm)
Diameter luar : 2,7 mm
B. PENGUKURAN PULLEY
1. Mikrometer sekrup (0,01mm)
Tebal
: 18,85 mm
2. Jangka sorong (0,05 mm)
Diameter luar : 55 mm
Tebal
: 19 mm
Kedalaman atas: 13 mm
Diameter leher : 39,7 mm
Diameter lubang : 19,75 mm
Kedalaman total : 38,7 mm
3. Jangka sorong (0,02 mm)
Diameter luar : 58,8 mm
Tebal
: 21,8 mm
Kedalaman atas: 19,8 mm
Diameter leher : 49 mm
Diameter lubang : 20 mm
Kedalaman total : 47,4 mm
C. HAND VALUE MEASUREMENT ( KYPC, 4V210-08, P= 0,15-0,8 MPa)
1. Jangka Sorong (0,05 mm)
Lebar
: 35,5 mm
Panjang
: 49,8 mm
Tebal
: 22,5 mm
Diameter dalam (input 1) : 11,3 mm
Diameter dalam (input 2) : 11,55 mm
Diameter dalam (output 1) : 8,35 mm
Diameter dalam (output 2) : 8,35 mm
2. Jangka sorong (0,02 mm)
Tebal
: 22,2 mm
Panjang
: 51 mm
D dalam input : 17,3 mm
D dalam out : 8,34 mm
3. Mikrometer Sekrup (0,01mm)
Tebal
: 22,8 mm

Standar
Model :4V210-08
Working pressure : 0,15-0,8 Mpa

Max Pressure Resistance : 1,2 Mpa


Operating temperature : 5-50 C
Power comsumption : DC 24 V
Current : 250 mA
Insulation and protection class : F.IP65
Highest action frequency : 4
Excitation time : 0,05 s
Position and way number : two position, five way
Effective sectional area = 16 mm2 (CV =0,89)
Joint pipe bore : inlet= outlet = 1/4, Exhaust= 1/8
Total size : 11,8 x 6,6 x 2,1 cm/4,6x2,6x0,8 (L*W*H)
External material : Metal, Plastic
VI.

PERHITUNGAN
Standar

Jangka
Sorong
(0,05
mm)

% kesalahan

Jangka
Sorong
(0,02 mm)

% kesalahan

Panjang

118 mm

49,8 mm

57,8

51 mm

56,77

Lebar

66 mm

35,5 mm

46,21

Tinggi

21 mm

22,5 mm

7,14

22,2 mm

5,71

Inlet

35,56 mm

11,55
mm

67,51

17,3 mm

51,34

Outlet

45,72 mm

8,35 mm

81,73

8,34 mm

81,75

You might also like