You are on page 1of 6

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISIS FISIKOKIMIA
PENENTUAN KADAR TARTAZINE DALAM MINUMAN SERBUK NUTRISARI
MENGGUNAKAN KLT-DENSITOMETER

OLEH :
NAMA ANGGOTA
1.
2.
3.
4.

TRAMI DIAN HADININGRUM


NUR SITI RAHAYU
NIDA SURYANI RACHMAN
SRI ASTUTI

14613305
14613306
14613307
14613

LABORATORIUM KIMIA FARMASI


PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2016

PENENTUAN KADAR TARTAZINE DALAM MINUMAN SERBUK NUTRISARI


MENGGUNAKAN KLT-DENSITOMETER
TUJUAN
1. Mampu melakukan analisis kuantitatif dan kualitatif zat pewarna tartrazine pada
sampel minuman.
2. Mampu melakukan validasi metode dengan parameter berupa batas deteksi (LOD)
dan batas kuantitasi (LOQ).
LATAR BELAKANG
Pewarna dalam pangan dapat meningkatkan penerimaan konsumen terhadap suatu
produk. Jenis pewarna yang sering ditemukan dalam beberapa produk pangan salah satunya
adalah Tartrazine. Tartrazine secara komersial digunakan sebagai zat aditif makanan dan
kosmetika yang sangat menguntungkan, karena dapat dengan mudah dicampurkan untuk
mendapatkan warna yang ideal.
Tartrazine merupakan suatu senyawa pewarna yang umum digunakan serta memiliki
warna kuning jingga. Tartrazine mudah larut dalam air, sedikit larut dalam alkohol 50% serta
mudah larut dalam gliserol dan glikol. Senyawa ini juga terhadap asam asetat, HCl, NaOH
10%. Adapun rumus kimia tartrazine, yaitu:
C16H9N4Na3O9S2 dapat dilihat pada gambar sebagai
berikut:

Undang-undang tentang aturan penggunaan zat pewarna di Indonesia diatur dalam SK


Menteri Kesehatan RI tanggal 22 oktober 1973 No. 11332 / A / SK / 73 tentang zat pewarna
bagi makanan dan minuman yang diizinkan di Indonesia. Tartrazin termasuk dalam zat
pewarna yang diizinkan dalam makanan dan minuman. Ini dapat di buktikan dengan
penamaan pewarna tartrazin yaitu FD dan C Yellow No. 5 dengan penomoran indeksnya
19640 dan pewarna tartrazin ini merupakan pewarna sintesis yang telah di golongkan
kedalam permanent list artinya pewarna yang telah tetap penggunaannya pada bahan
makanan.

Penetapan kadar tartrazine dapat dilakukan dengan KLT-Densitometri. Metode KLT


berfungsi untuk analisis kualitatif dengan cara memisahkan tartrazine dari campurannya
dalam sampel. Kemudian hasil pemisahan tersebut dianalisis secara kuantitatif dengan
densitometri untuk memperoleh kadar tartrazine dalam sampel
Tartrazine dapat dianalisis secara kuantitatif dengan densitometri, karena tartrazine
memiliki kromofor dan auksokrom yang bertangggung jawab dalam penyerapan cahaya pada
panjang gelombang 423 nm. Sinar yang menscanning bercak tartrazine pada plat KLT akan
diserap oleh tartrazine yang kemudian akan dipantulkan menuju detektor sehingga detektor
akan membaca pantulan dari Radiasi Elektro Magnetik (REM).
Analisis kadar tartrazine dalam sampel nutrisari perlu dilakukan untuk mengetahui
apakah minuman nutrisari serbuk yang sedang beredar di pasaran mengandung zat pewarna
tartrazine dalam batas yang diizinkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Di
mana menurut SK Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 722/Menkes/Per/IX/88
ditetapkan bahwa zat warna yang diizinkan dalam makanan adalah 0,3mg/g.

Metode Percobaan
Analisis Kualitatif
Untuk identifikasi tartrazin pada makanan atau minuman digunakan metode
kromatografi lapis tipis yang pada pelaksanaannya pada pelat silika gel F 254 nm dengan
ukuran 10 x 6 pada jarak kira-kira 1, 5 cm dari awah pelat. Penggunaan silika gel F 254
dikarenakan dalam pembacaan plat akan lebih jelas dengan sifat penjerap yang
menguntungkan pada pemisahan lebih padat dan kadar air dapat dikendalikan setelah totolan
kering pelat silika gel dimasukkan dalam suatu bejana kromatografi yang sebelumnya
telah dijenuhi dengan fase gerak yang dalam hal ini digunakan isopropanol : amonia (4 : 1).
Penjenuhan bejana kromatografi merupakan salah satu faktor penting dalam kromatografi
lapis tipis karena jika bejana kromatografi tidak jenuh maka akan terjadi pengembangan
dengan permukaan pelarut yang tidak rata atau bentuk cekung dan akhirnya mempengaruhi
nilai Rf. Setelah fase gerak naik setinggi 10 cm pelat diambil dan dikeringkan. Untuk
mengetahui lokasi bercak dilihat dari sinar tampak , selanjutnya dihiting nilai Rf yang
merupakan hasil bagi jarak totolan dari titik awal dengan jarak batas pengembangan.

Kemudian dibandingkan dengan nilai Rf larutan standar. Selain itu dilihat juga warna bercak
yang kemudian dibandingkan dengan bercak standar yang berwana kuning.
1.

Alat

a.

Chamber

b.

Densitometer

c.

Labu ukur 10 ml

d.

Labu ukur 1000 ml

e.

Labu ukur 25 ml

f.

Pipet tetes

g.

Pipet ukur 10 ml

h.

Pipet ukur 5 ml

i.

Pro pipet

2.

Bahan

a.

Aquades

b.

Fase gerak etanol : n-butanol : air (8:3:1)

c.

Kertas saring

d.

Metanol

e.

Sampel ( 1 bungkus Nutrisari 14 g)

f.

Silika gel GF254

g.

Standard tartrazine

3.

Cara Kerja

a.

Pembuatan eluen / fase gerak

b.

Preparasi sampel

c.

Pembuatan Larutan Seri Kadar

d.

Optimasi Panjang Gelombang Maksimal

e.

Penetapan Kadar Sampel

4.

Perhitungan Pengenceran Seri Kadar

Standard tartrazine = = 1000 ppm


a.

Seri Kadar 200 ppm


V1 M1

= V2 M2

x 1000 ppm = 10 ml 200 ppm


x = 2 ml
b.

Seri Kadar 400 ppm


V1 M1

= V2 M2

x 1000 ppm = 10 ml 400 ppm


x = 4 ml
c.

Seri Kadar 600 ppm


V1 M1

= V2 M2

x 1000 ppm = 10 ml 600 ppm


x = 6 ml
d.

Seri Kadar 800 ppm


V1 M1

= V2 M2

x 1000 ppm = 10 ml 800 ppm


x = 8 ml
e.

Seri Kadar 1000 ppm


V1 M1

= V2 M2

x 1000 ppm = 10 ml 1000 ppm


x = 10 ml

You might also like