You are on page 1of 13

Kegiatan Senam Otak Untuk Meningkatkan Daya Ingat Pada Lansia di Panti Tresna Werdha

Abstrak
Latar Belakang : Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), penurunan fungsi kognitif lansia diperkirakan
terjadi pada 121 juta manusia, dari jumlah itu 5,8% laki-laki dan 9,5% perempuan. Penurunan fungsi kognitif
salah satunya ditandai dengan penurunan daya ingat atau memori pada lansia. Deskripsi Kasus : Pada kasus ini
didapatkan seorang lansia yang masih memiliki daya ingat yang baik. diketahui individu tersebut rutin
melakukan senam yang diperuntukkan bagi lansia di panti tresna werdha tempat tinggalnya. Diskusi dan
Kesimpulan : Senam otak diketahui berperan dalam meningkatkan fungsi kognitif lansia jika dilaksanakan
dengan rutin tiga sampai empat kali seminggu dengan durasi selama 15 menit. Hasil penelitian yang telah
dilakukan, menunjukkan senam otak pada lansia dengan penurunan kognitif ringan hasilnya lebih baik
dibandingkan lansia dengan penurunan kognitif sedang, dan penelitian lain memberikan hasil bahwa pada lansia
yang melakukan latihan senam otak, kemampuan kognitif yang dimilikinya meningkat dan lansia yang memiliki
tingkat kemampuan kognitif yang baik, kemampuannya dapat dipertahankan dengan mengikuti senam otak.
Selain itu, diketahui juga sumber nutrisi yang bisa berperan untuk meningkatkan fungsi kognitif pada lansia
yaitu, asupan vitamin B12 yang diperoleh dari hasil sintesis oleh flora normal usus, dan konsumsi protein
hewani, DHA yang diperoleh dari suplementasi, dan omega 3 yang diperloeh dari konsumsi ikan laut dapat
berperan meningkatkan fungsi kognitif pada lansia.
Kata kunci : lansia, fungsi kognitif, senam otak

Latar Belakang
Meningkatnya usia perlu diwaspadai kemungkinan terjadinya masalah kesehatan.
Salah satunya adalah gangguan fungsi kognitif pada susunan saraf pusat yang menempati
urutan ketiga setelah gangguan sendi dan gangguan keseimbangan berdiri. (1). Menurut
organisasi kesehatan dunia (WHO), penurunan fungsi kognitif lansia diperkirakan terjadi
pada 121 juta manusia, dari jumlah itu 5,8% laki-laki dan 9,5% perempuan.(2)
Penurunan fungsi kognitif pada lansia dapat meliputi berbagai aspek yaitu orientasi,
registrasi, atensi dan kalkulasi, memori dan juga bahasa. Penurunan ini dapat mengakibatkan
masalah antara lain pada memori jangka panjang dan proses informasi. Pada memori panjang,
lansia akan kesulitan dalam mengungkapkan kembali cerita atau kejadian yang tidak begitu
menarik perhatiannya atau informasi baru atau informasi tentang orang. Hasil studi kasus
Ryan Dalton dan Bryan Hewson di Australia pada tahun 2008 mengungkapkan bahwa
perubahan fungsi kognitif lansia ( orientasi, registrasi, atensi, memori) mampu teratasi
dengan brain gym atau senam otak. (3)
Senam Otak dikenal di Amerika, dengan tokoh yang menemukannya yaitu Paul E.
Dennison seorang ahli pelopor dalam penerapan penelitian otak, bersama istrinya. Senam
otak adalah serangkaian latihan berbasis gerakan tubuh sederhana. Gerakan ini dibuat untuk
merangsang otak kiri dan kanan (dimensi lateral), meringankan atau merelaksasi belakang
otak dan bagian depan otak (dimensi pemfokusan), merangsang sistem yang terkait dengan
perasaan/emosional yakni otak tengah (limbik), serta otak besar (dimensi pemusatan) (4).
Senam otak merupakan kumpulan gerakan sederhana dan bertujuan untuk menghubungkan
pikiran dan tubuh. Senam otak merupakan bagian dari proses edukasi kinesiologi.
Kinesiologi merupakan ilmu yang mempelajari gerakan tubuh dan hubungan antara otak dan
postur terhadap fungsi otak(4).

Presentasi Kasus
Ny. R, 71 tahun, BB: 50kg, berasal dari suku sunda, mengaku sudah 6 tahun tinggal di
Panti Tresna Werdha Budi Mulia 3. Ny.R masih terlihat sehat dan segar fisiknya, selama
tinggal di panti beliau tidak banyak mengalami keluhan sakit, Ny.R hanya pernah mengeluh
sakit batuk pilek dan pegal-pegal, namun tidak sampai memerlukan penanganan serius. Ny.R
mengatakan, beliau selalu mengikuti kegiatan senam yang disediakan untuk lansia di Panti
Tresna Werdha, senam tersebut rutin dilaksanakan setiap hari Selasa dan Jumat. Ny.R
menyadari pentingnya olahraga bagi lansia, karena beliau merasakan langsung manfaatnya
yaitu badannya terasa lebih segar setiap selesai mengikuti senam. Selain masih sehat secara
fisik, Ny.R juga masih memiliki memori atau daya ingat yang baik, untuk ingatan jangka
panjang maupun jangka pendek. Ingatan jangka panjang seperti dimana dulu beliau tinggal,
jumlah anak dan cucu beserta nama dan umur masing- masing masih dapat beliau ceritakan
dengan baik. Ingatan jangka pendek yang beliau miliki juga masih baik, ditandai dengan
Ny.R masih dapat menceritakan dengan baik dan detail aktivitas yang dilakukan sehari
sebelumnya dari pagi sampai malam hari.
Tijauan Pustaka
Proses penuaan (aging process) bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan suatu
proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun
dari luar tubuh. Proses ini merupakan proses yang terjadi terus-menerus secara alamiah,
misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf, dan jaringan lain
sehingga tubuh menurun fungsinya sedikit demi sedikit (5). Penurunan fungsi ini disebabkan
karena berkurangnya jumlah sel secara anatomis. Selain itu berkurangnya aktivitas, asupan
nutrisi yang kurang, polusi, serta radikal bebas sangat mempengaruhi penurunan fungsi
organ-organ tubuh pada lansia. Suatu penelitian di Inggris terhadap 10.255 orang lansia diatas
usia 75 tahun, menunjukkan bahwa pada lansia terdapat gangguan fungsi kognitif pada
susunan saraf pusat (45%) (6).
Dengan menurunnya kemampuan otak tersebut maka perlu diberikan stimulus atau
rangsangan ke otak yang dapat meningkatkan kognitif melalui gerakan-gerakan senam
ringan. Salah satu upaya untuk menghambat kemunduran kognitif akibat penuaan yaitu
dengan melakukan gerakan olahraga atau latihan fisik. Latihan yang dapat meningkatkan
potensi kerja otak yakni meningkatkan kebugaran fisik secara umum dalam bentuk
melakukan brain gym atau senam otak yaitu kegiatan yang merangsang intelektual yang
bertujuan untuk mempertahankan kesehatan otak dengan melakukan gerakan badan (7).
Senam lansia yang dibuat oleh Menteri Negara Pemuda dan Olahraga (MENPORA)
merupakan upaya peningkatan kesegaran jasmani kelompok lansia yang jumlahnya semakin
bertambah. Senam lansia sekarang sudah diberdayakan di berbagai tempat seperti di panti
werdha, posbindu, klinik kesehatan, dan puskesmas(8). Senam lansia merupakan olahraga
ringan, mudah dilakukan, dan tidak memberatkan yang diterapkan pada lansia. Aktifitas
olahraga ini akan membantu tubuh agar tetap bugar dan tetap segar karena melatih
tulang tetap kuat, mendorong jantung bekerja optimal, dan membantu menghilangkan
radikal bebas yang berkeliaran di dalam tubuh. Jadi, senam lansia yaitu serangkaian gerak
2

nada yang teratur dan terarah serta terencana yang diikuti oleh individu lanjut usia yang
dilakukan dengan maksud meningkatkan kemampuan fungsional raga(8).
Semua senam dan aktifitas olahraga ringan sangat bermanfaat untuk menghambat
proses degeneratif/penuaan(9). Senam ini sangat dianjurkan untuk mereka yang memasuki
usia pralansia (45 tahun) dan usia lansia (65 tahun ke atas). Lansia yang melakukan senam
secara aktif dan teratur akan mendapatkan kesegaran jasmani yang baik yang terdiri dari
unsur kekuatan otot, kelentukan persendian, kelincahan gerak, cardiovascular fitness dan
neuromuscular fitness. Apabila orang melakukan senam, peredaran darah akan lancar dan
meningkatkan jumlah volume darah. Manfaat mengikuti senam lansia efek minimalnya
adalah lansia merasa berbahagia, senantiasa bergembira, bisa tidur lebih nyenyak, dan
pikiran tetap segar. Senam lansia disamping memiliki dampak positif terhadap
peningkatan fungsi organ tubuh juga berpengaruh dalam meningkatkan imunitas dalam
tubuh manusia setelah latihan teratur. Tingkat kebugaran dievaluasi dengan mengawasi
kecepatan denyut jantung saat istirahat yaitu kecepatan denyut nadi sewaktu istirahat.
Jadi supaya lebih bugar, kecepatan denyut jantung sewaktu istirahat harus menurun(9).
Senam otak adalah serangkaian latihan berbasis gerakan tubuh sederhana. Gerakan itu
dibuat untuk merangsang otak kiri dan kanan (dimensi lateral), meringankan atau merelaksasi
belakang otak dan bagian depan otak (dimensi pemfokusan), merangsang system yang terkait
dengan perasaan/emosional yakni otak tengah (limbik) serta otak besar (dimensi pemusatan)
(4)
.
Pelaksanaan senam otak dianjurkan tiga sampai empat kali seminggu, masing-masing
sekitar 15 menit. Harus selalu membayangkan gerak fisiknya, agar tersambung sirkuit otak
dengan gerakan-gerakan yang sedang dilakukan. Latihan ini membuka bagian-bagian otak
yang sebelumnya tertutup atau terhambat. Disamping itu, senam otak tidak hanya
memperlancar aliran darah dan oksigen ke otak juga merangsang kedua belah otak untuk
bekerja sehingga didapat keseimbangan aktivitas kedua belahan otak secara bersamaan.
Aplikasi gerakan senam otak yaitu(10) :
1. Lateralisasi (sisi)
Otak terdiri dari dua bagian. Masing-masing belahan otak mempunyai tugas
tertentu. Secara garis besar, otak bagian kiri berpikir logis dan rasional, menganalisa,
bicara, berorientasi pada waktu dan hal-hal terinci, sedangkan otak bagian kanan
intuitif, merasakan, musik, kreatif, melihat keseluruhan(10).
Sifat ini memungkinkan dominasi salah satu sisi misalnya menulis dengan
tangan kanan atau kiri. Gerakan pada dimensi lateral ini berfungsi untuk
menyeimbangkan fungsi keduanya. Beberapa contoh gerakan dimensi lateralis:
a. 8 Tidur (Lazy 8s)
Gerakan 8 tidur memadukan bidang visual kiri dan kanan, jadi
meningkatkan integrasi belahan otak kiri dan kanan, sehingga
keseimbangan dan koordinasi antar bagian menjadi lebih baik. Gerakan 8
tidur dilakukan dengan berdiri menggunakan kaki agak meregang dan
kepala menghadap ke depan. Angkat tangan dan kepalkan dengan posisi
jempol mengacung. Gerakan dimulai dengan menaikkan jempol ke kiri
atas, dan turun ke bawah, lalu kembali ke titik awal. Hal yang sama
3

dilakukan pada sisi kanan. Seiring dengan gerakan pada sisi kanan,
sebaiknya mata mengikuti gerakan yang sama. Ulangi gerakan sebanyak 5
kali untuk masing-masing tangan, dan kedua tangan secara bersamaan (10).
Gambar 1. Gerakan 8 Tidur
Sumber : Dennison (2009)

b. Putaran leher (Neck Rolls)


Putaran leher menunjang relaksnya tengkuk dan melepaskan
ketegangan. Gerakan ini akan memacu kemampuan penglihatan dan
pendengaran secara bersamaan.
Kepala diputar di posisi depan saja setengah lingkaran dari kiri ke

kanan, dan sebaliknya. Namun, tidak disarankan memutar kepala hingga


ke belakang. Selanjutnya, tundukkan kepala dan ayunkan seperti bandul
bergoyang. Gerakkan kepala ke arah kanan dan kiri dengan sikap tubuh
yang tegak (10).

Gambar 2. Putaran Leher


Sumber Sularyo (2009)

2. Fokus
Fokus adalah kemampuan menyeimbangkan bagian belakang otak (occipital)
dan depan otak (frontal lobes). Gerakan-gerakan yang membantu melepaskan

hambatan fokus adalah aktifitas integrasi depan/belakang. Beberapa contoh gerakan


pemfokusan :
a. Burung Hantu (The Owl)
Gerakan burung hantu maksudnya adalah mencontoh burung hantu,
dimana burung ini menggerakkan kepala dan mata secara bersamaan, dan
mempunyai jangkauan penglihatan yang luas karena dia dapat memutar
kepalanya 180 derajat, juga memiliki pendengaran yang merupakan radar.
Gerakan burung hantu dimaksudkan untuk menunjuk kepada keterampilan
penglihatan, pendengaran dan putaran kepala. Gerakan ini bisa
menghilangkan ketegangan tengkuk dan bahu yang timbul karena stress.
Cara melakukan gerakan burung hantu, yaitu berdirilah dengan kedua
kaki meregang. Letakkan telapak tangan kiri pada bahu kanan, sementaa
tangan kanan dibiarkan bebas. Sambil menengok ke kiri dan kanan,
telapak tangan kiri meremas bahu. Keluarkanlah napas pada setiap putaran
kepala, yakni ke kiri, lalu ke kanan kembali ke posisi tengah dengan
menundukkan kepala sambil menghembuskan napas. Setelah itu, gerakan
diulangi pada bahu yang lain. Lakukan gerakan yang sama sebanyak 10
kali (10).

Gambar 3. Burung hantu


Sumber Dennison (2009)

b. Mengaktifkan tangan (Arm activation)


Mengaktifkan tangan merupakan kontrol otot untuk gerakan-gerakan
motorik kasar dan halus berasal dari area ini. Mengaktifkan tangan
membantu menulis dan mengeja.
Cara melakukan gerakan yaitu, luruskan satu tangan keatas, lalu ke
samping kuping. Kemudian buang napas, lalu dorong tangan ke depan,
belakang, baik ke dalam maupun luar. Sementara itu, satu tangan lainnya
menahan dorongan tersebut. Lakukan berulang dengan tangan bergantian
(10)
.
Gambar 4. Mengaktifkan tangan

Sumber Dennison (2009)

3. Pemusatan
Pemusatan adalah kemampuan mengaitkan fungsi dari bagian atas dan bawah
otak, bagian tengah sistem limbik (mid brain) yang berhubungan dengan informasi
emosional serta otak besar (cerebrum) untuk mempertahankan pemusatan. Gangguan
pemusatan ditandai dengan ketakutan yang tak beralasan dan ketidakmampuan untuk
menyatakan emosi. Beberapa gerakan pemusatan adalah :
a. Gerakan pasang telinga
Kegiatan pasang telinga bisa menolong memusatkan perhatian
terhadap pendengaran, dan menghilangkan ketegangan pada tulang-tulang
kepala. Dengan ibu jari dan telunjuk, pijat secara lembut daun telinga
sambil menariknya ke luar, mulai dari ujung atas, menurun sepanjang
lengkungan, dan berakhir di cuping.
Untuk melakukan gerakan pasang telinga, posisikan agar kepala tegak
dan dagu lurus dengan nyaman. Setelah itu, letakkan tangan di telinga
dengan jari jempol di belakang telinga. Lakukan latihan ini sebanyak tiga
kali(10).

Gambar 5. Gerakan pasang telinga


Sumber Dennison (2009)

b. Gerakan pernafasan perut (Belly breathing)


Meningkatkan persediaan oksigen untuk seluruh tubuh, terlebih untuk
otak. Kegiatan ini merelaksikan sistem saraf pusat sambil meningkatkan
kadar energi, gerakan ini terbukti meningkatkan kemampuan membaca dan
berbicara.
Taruh tangan di perut, lalu buang napas pendek-pendek, lalu ambil
napas dalam dan pelan-pelan. Tangan mengikuti gerakan perut waktu
membuang dan mengambil napas. Tarik napas sampai hitungan ketiga, dan
tahan sampai hitungan ketiga, lalu buang napas selama hitungan ketiga,
serta tahan napas lagi sampai hitungan keeman, dan ulangi. Dengan irama
yang bergantian, ambil napas dengan dua hitungan, hembuskan dalam
empat hitungan (napas tidak ditahan).

Gambar 6. Gerakan pernafasan perut


Sumber Dennison (2009)

Manfaat senam otak, yaitu stress emosional berkurang dan pikiran lebih jernih,
hubungan antar manusia lebih rileks dan menyenangkan, kemampuan berbahasa dan daya
ingat meningkat, individu menjadi lebih bersemangat, lebih kreatif dan efisien, merasa lebih
sehat karena stress berkurang(10).
Sesuai dengan teori Dennison (2009) bahwa gerakan-gerakan pada senam otak dapat
memberikan rangsangan atau stimulus pada otak, gerakan yang menimbulkan stimulus itulah
yang dapat meningkatkan kemampuan kognitif (kewaspadaan, konsentrasi, kecepatan,
persepsi, belajar, memori, pemecahan masalah, dan kreativitas)(4).
Ketika melakukan gerakan senam otak sudah pasti terjadi pemrograman gerakan
dalam otak. Mengingat gerakan yang dilakukan membutuhkan proses ingatan. Banyak
manfaat lain yang dapat diperoleh dari melakukan beberapa gerakan senam otak. Misalnya
pada gerakan yang menyebabkan fungsi otak belahan kiri dan kanan bekerja sama akan
memperkuat hubungan antara kedua belahan otak secara bersamaan. Gerakan mata yang
mengikuti gerakan tangan akan melatih hubungan antar pusat penglihatan dan pusat gerakan
(7)
.
Kedua sisi otak yang bekerja secara bersamaan (simultan) dapat menghasilkan
kerjasama yang saling memperkuat kemampuan awal. Keuntungan yang diperoleh adalah
7

daya ingat yang lebih tinggi, pemahaman lebih baik, serta sikap mau menerima
perkembangan baru yang lebih baik lagi tanpa membatasinya(7).
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan kepada 32 responden, sebelum
melakukan senam otak diketahui terdapat 21 responden dengan kategori penurunan kognitif
sedang , sedangkan responden dengan kategori penurunan kognitif ringan sebanyak 11
responden. Setelah terapi senam otak, terdapat 6 orang dengan kategori normal, 6 orang
dengan kategori ringan sedangkan dengan kategori sedang sebanyak 20 orang, maka dapat
disimpulkan bahwa ada perubahan bermakna antara sebelum dan sesudah dilakukan senam
otak (brain gym) terhadap peningkatkan kemampuan kognitif lansia(1).
Hasil Penelitian yang dilakukan Oleh Sunarlin dan Raharjo (2009) untuk mengukur
fungsi kognitif pada lansia sebelum dan setelah dilakukan senam otak juga memberikan hasil
serupa. Terdapat perbedaan distribusi kemampuan kognitif pada kelompok perlakuan
sebelum dan sesudah dilakukan senam otak. Distribusi menunjukkan bahwa tidak terdapat
gangguan kognitif sedang dan berat setelah perlakuan, seperti terlihat pada tabel 1(11).
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Kemampuan Kognintif Lansia Pada Kelompok
Perlakuan
Sebelum dan Sesudah Diberikan Senam Otak(11)

Hasil Penelitian juga menunjukkan bahwa pada lansia yang melakukan senam otak,
kemampuan kognitif yang dimiliki meningkat. Lansia yang memiliki tingkat kemampuan
kognitif yang baik dapat dipertahankan kemampuannya dengan mengikuti senam otak,
seperti terlihat pada diagram 1.(11)

Diagram 1.
Distribusi Frekuensi Kemampuan Kognitif Lansia Pada Kelompok
Perlakuan Sebelum dan Sesudah Senam Otak.(11)
8

Diketahui terdapat peningkatan kognitif pada lansia setelah dilakukan senam otak atau
brain gym. Didapatkan bahwa tingkat kognitif lansia setelah senam otak (brain gym) empat
kali seminggu selama dua minggu mengalami peningkatan, dengan intensitas dan waktu yang
ringan mempunyai manfaat besar karena dapat menyelaraskan anggota gerak, pernafasan,
dimana gerakan-gerakannya menimbulkan stimulus yang dapat terekam dalam otak dan
fungsi kognitifpun meningkat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terapi brain gym yang
dilakukan secara rutin dapat meningkatkan fungsi kognitif pada lansia(1).
Terdapat hubungan yang bermakna antara asupan vitamin B12 dengan status kognitif.
Hal ini sesuai dengan teori, vitamin B-12 berperan dalam transfer kelompok metil dan reaksi
metilasi yang penting untuk sintesis neurotransmitter dan fosfolipid dalam sistem saraf pusat.
Vitamin B-12 juga diperlukan untuk sintesis asam nukleat, hematopoiesis, metabolisme asam
lemak, dan asam amino dalam siklus asam sitrat di mitokondria. Selain itu, rendahnya asupan
vitamin B-12 menyebabkan tingginya kadar homosistein darah sehingga dapat mempercepat
penurunan status kognitif pada lansia (12)(13). Sumber asupan B12 didapatkan sedikit dari
sintesis oleh bakteri usus, namun sumber utama vitamin B12 adalah daging, telur, produk
susu, ikan, unggas, dan makanan laut(14). Hati ayam dan hati sapi juga mengandung asupan
vitamin B12(15). Walaupun disintesis secara eksklusif oleh mikroorganisme, pada kenyataanya
vitamin B12 hanya ditemukan dalam makanan yang berasal dari hewan dan tidak ada
tumbuhan yang merupakan sumber vitamin ini. Hal ini berarti bahwa vegetarian ketat (vegan)
beresiko mengalami defisiensi vitamin B12 (16).
Asupan suplementasi DHA (Docosahexaenoic Acid) 900 mg/hari secara rutin selama
24 minggu dapat memperbaiki fungsi memori pada lansia yang sehat dengan penurunan
fungsi kognitif yang berkaitan dengan usia tanpa komplikasi. Pemberian 800 mg/hari DHA
dan/atau 12 mg/ hari suplementasi lutein selama 4 bulan secara signifikan meningkatkan nilai
kefasihan lisan, meningkatkan fungsi kognitif, dan skor memori (17).
Omega 3 dapat menjanjikan efek pencegahan penurunan kognitif pada lansia. Dalam
sebuah penelitian yang dilakukan pada 210 lansia yang berusia antara 70-89 tahun
menunjukkan bahwa asupan asam lemak omega 3 dari konsumsi ikan memiliki dampak yang
signifikan terhadap penurunan fungsi kognitif. Mereka yang lebih banyak makan ikan
menunjukkan penurunan kognitif lebih sedikit penurunan fungsi kognitif dibandinkan dengan
mereka yang tidak mengkonsumsi ikan(18).
Diskusi
Keadaan pada kasus menunjukkan kondisi lansia yang masih sehat, aktif dan rutin
mengikuti olahraga senam yang disediakan oleh panti Tresna Werdha Budi Mulia 3 untuk
lansia di sana setiap hari selasa dan jumat, dimana diantara gerakan senam yang dilakukan
terdapat gerakan senam otak. Pasien juga masih dapat menceritakan ingatan masa lalunya,
ingatan jangka panjang maupun jangka pendek dapat diceritakannya dengan baik. Hal ini
sesuai dengan tinjauan pustaka diatas bahwa aktivitas senam otak atau brain gym dapat
meningkatkan fungsi kognitif lansia salah satunya meningkatkan daya ingat.
Durasi senam yang diasarankan oleh tinjauan pustaka khusus untuk senam otak atau
brain gym sendiri adalah empat kali seminggu secara rutin untuk dapat meningkatkan
9

meningkatkan fungsi kognitif pada lansia(1). Namun waktu yang disediakan oleh Panti Tresna
Werdha untuk melakukan aktifitas senam adalah dua kali seminggu dan tidak tersedia waktu
khusus untuk senam otak tersendiri dengan gerakan-gerakan seperti pada tinjauan pustaka.
Belum didapatkan cukup informasi apakah jika latihan senam otak atau brain gym
dilakukan pada lansia yang belum mengalami defisit memori atau penurunan kognitif akan
memberikan hasil yang lebih baik daripada lansia yang sudah mengalami penurunan fungsi
kognitif, namun dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada 32 responden, dari 11 lansia
dengan penurunan kognitif ringan dan 21 lansia dengan penurunan kognitif sedang sebelum
dilakukan senam otak, menunjukkan hasil akhir 6 lansia dengan kemampuan kognitif normal,
6 lansia dengan penurunan kognitif sedang, dan 20 lansia dengan penurunan kognitif
sedang(1). Dapat disimpulkan, bahwa senam otak lebih efektif dilakukan pada lansia dengan
penurunan kognitif ringan daripada lansia dengan penurunan kognitif sedang. Hasil penelitian
lain juga menunjukkan bahwa pada lansia dengan kemampuan kognitif yang baik, tingkat
kemampuan kognitifnya dapat dipertahankan dengan mengikuti senam otak(11) .
Penambahan nutrisi yang dapat menunjang kemampuan kognitif juga dibutuhkan para
lansia untuk meningkatkan daya ingat. Dari tinjauan pustaka didapatkan adanya hubungan
yang bermakna antara asupan vitamin B12 dengan status kognitif. Hal ini sesuai dengan teori,
vitamin B-12 berperan dalam transfer kelompok metil dan reaksi metilasi yang penting untuk
sintesis neurotransmitter dan fosfolipid dalam sistem saraf pusat. Selain itu, rendahnya
asupan vitamin B-12 menyebabkan tingginya kadar homosistein darah sehingga dapat
mempercepat penurunan status kognitif pada lansia (12)(13). Sumber asupan B12 didapatkan
sedikit dari bakteri usus, namun sumber utama vitamin B12 adalah daging, telur, produk susu,
ikan, unggas, dan makanan laut(14). Hati ayam dan hati sapi juga mengandung asupan vitamin
B12(15).
Selain asupan vitamin B12, kebutuhan asupan DHA dan Omega 3 juga penting untuk
meningkatkan fungsi kognitif, dibuktikan dengan sebuah penelitian yang dilakukan pada 210
lansia yang berusia antara 70-89 tahun menunjukkan bahwa asupan asam lemak omega 3 dari
konsumsi ikan memiliki dampak yang signifikan terhadap penurunan fungsi kognitif. Mereka
yang lebih banyak makan ikan menunjukkan penurunan kognitif lebih sedikit penurunan
fungsi kognitif dibandingkan dengan mereka yang tidak mengkonsumsi ikan(17)(18).
Kondisi pasien pada kasus adalah seorang lansia yang tinggal di Panti Tresna Werdha
yang mendapat asupan nutrisi terbatas sehari-harinya. Pada hari dilakukan observasi sempat
dilihat menu makan siang yang diberikan dari panti yaitu berupa Nasi putih, sepotong kecil
daging sapi, sayur, tempe goreng, dan buah semangka. Pasien tidak mendapatkan suplemen
atau vitamin tambahan dari Panti. Bisa dikategorikan asupan nutrisi untuk membantu
meningkatkan daya ingat belum didapatkan sepenuhnya.
Kesimpulan Saran
Proses penuaan pada lansia akan menyebabkan terjadinya penurunan fungsi kognitif
yang salah satunya berupa penurunan memori atau daya ingat. Melakukan brain gym atau
senam otak, dapat membantu sebagai terapi untuk meningkatkan fungsi kognitif, dengan
dilaksakan rutin tiga sampai empat kali seminggu dengan durasi selama 15 menit. Selain itu,
10

senam otak juga memberikan manfaat lain seperti mengurangi stres, membuat suasana hati
menjadi lebih menyenangkan dan lansia menjadi lebih bersemangat. Selain terapi dengan
brain gym atau senam otak juga dibutuhkan asupan nutrisi yang adekuat terutama asupan
vitamin B-12, DHA, dan omega 3 yang dapat membantu meningkatkan daya ingat pada
lansia. Sumber vitamin B12 bisa didapatkan dari sintesis vitamin B12 oleh bakteri usus dan
konsumsi sumber hewani seperti daging, telur, hati ayam atau hati sapi. Sedangankan sumber
untuk DHA bisa diperoleh dari suplementasi DHA itu sendiri dan asupan omega tiga dapat
diperoleh dari konsumsi ikan laut.
Dengan demikian, diharapkan para lansia yang tinggal di Panti werdha bisa
mendapatkan latihan senam otak atau brain gym seperti yang disarankan yaitu sebanyak tiga
sampai empat kali seminggu dengan durasi 15 menit., untuk dapat mempertahankan atau
meningkatkan fungsi kognitif yang dimiliki terutama untuk membantu meningkatkan daya
ingat. Kegiatan senam yang sudah ada tetap dipertahankan, namun perlu ditambahkan
frekuensi latihan rutin untuk latihan senam otak atau brain gym. Selain itu, kebutuhan nutrisi
para lansia untuk menunjang fungsi kognitif diharapkan bisa terpenuhi melalui makanan yang
kaya kandungan vitamin B-12, DHA dan omega 3.
Acknowledgment
Penulis mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT, karena tugas laporan kasus
untuk memenuhi tugas blok elektif ini dapat selesai tepat waktu. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3 dan Ibu Ati, dan opa oma yang
telah memberikan izin untuk melakukan kunjungan dan observasi, kepada dr. Ida Ratna
Nurhidayati, Sp.S yang telah memberikan bimbingannya sehingga laporan kasus ini bisa
diselesaikan, kepada dr. Werda Indriarti, Sp.S yang juga sempat memberikan bimbingan
untuk menyelesaikan laporan kasus ini, kepada dr. Faisal Sp,PD selaku dosen pengampu
kepeminatan geriatri, kepada dr. Hj. RW. Susilowati, Mkes. selaku koordinator pelaksana
blok elektif , dan juga kepada DR. Drh. Hj. Titiek Djannatun selaku koordinator penyususn
blok elektif, dan terakhir terima kasih kepada teman- teman kepeminatan gertiatri blok elektif
2014, terutama kelompok 4 atas kerjasama dan bantuannya selama pelaksanaan blok elektif
ini.

11

DAFTAR PUSTAKA
1. Verany Ria , Budi Santoso, Mery Fanada. 2013. Pengaruh brain gym terhadap
tingkat kognitif lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Rama Indralaya
Tahun 2013. http://www.banyuasinkab.go.id/tampung/dokumen/dokumen-1569.pdf ( diakses pada: 15/11/2014 pukul : 7:56)
2. Djojosugito Ahmad. 2002. Pengaruh Brain Gym Terhadap Peningkatan Fungsi
Kognitif Lansia Dikarang Werdha Peneleh Surabaya Oleh: Pipit Festi.
http://www.fik.umsurabaya.ac.id/jurnal/PENGARUH-BRAIN-GYMTERHADAP-PENINGKATAN-FUNGSI%20KOGNITIF-LANSIADIKARANG-WERDHA-PENELEH-SURABAYA.pdf (diakses pada : 15
November 2014 pukul: 8:08)
3. Ryan Dalton, Bryan Hewson. 2008. Brain Gym for Aged Care : A Case Study.
http://www.wholebrain.com.au/uploads/1/5/9/5/15956426/brain_gym_for_aged_c
are_case_study.pdf ( diakses pada: 16 November 2014 pukul : 11:34)
4. Denisson P, Denisson G. 2009. Buku panduan Brain Gym. Jakarta. PT Gramedia
5. Nugroho, W., 2008. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik Edisi 3. Jakarta : EGC
6. Suhartini, 2009. Penyusunan Model Olahraga Therapeutik Untuk Lansia. from:
URL:
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/131655987/LAPORAN
%20PENELITIAN%20MENEGPORA_1.pdf (diakses pada :15 November 2014
pukul : 8:34)
7. Markam, dkk. 2005. Latihan Vitalisasi Otak. Jakarta: Grasindo
8. Suroto.2004. Buku Pegangan Kuliah: Pengertian Senam, Manfaat, dan Urutan
Gerakan. eprints.undip.ac.id/19894/1/3-ki-mku-04.pdf. (diakses pada : 15
november 2014 pukul : 8:48)

12

9. Kemenkes RI.
(2010).Warta yanmed
xxiii. Diunduh
dari
http://buk.depkes.go.id/index.php?option=com_docman&task=cat_view&gid=45
(diakses pada: 15 November 2014 pukul : 8:51)
10. Prasetya, Anton Surya. 2010. Pengaruh Terapi Kognitif dan Senam Latih Otak
Terhadap Tingkat Depresi dengan Harga Diri Rendah pada Klien Lansia di Panti
Tresna Werdha Bakti Yuswa Natar Lampung (Thesis). Depok:FIK UI
11. Sunarlin, Yayuk, Raharjo Apriyatmoko. 2009. Pengaruh Senam Otak Terhadap
Kemampuan Kognitif Lanjut Usia. Jurnal Gizi dan Kesehatan;Agustus 2009;
Vol.1;No.2; 55-60
12. Clarke R, et al. 1998. Folate, vitamin B12, and serum total homocysteine levels in
confirmed Alzheimer disease. Arch Neurol 1998:55:1449-1455
13. Clarke R, et al. 2007. Low vitamin B12 status and Risk of cognitive decline in
older adults. Am J Clin Nutr 2007; 86; 1384-191
14. Williams, Wilkins. 2000. Biokimia Kedokteran Dasar:Sebuah Pendekatan Klinis.
Jakarta : EGC
15. Apriandji. 2007. Good Mood Food Makanan Sehat Alami. Jakarta: PT Gramedia
16. Murray, Daryl K. Granner, Victor W. Rodwel. 2009. Biokimia Harper Edisi:27.
Jakarta:EGC
17. Alessio Molfino, Gianfranco Gioia, Filippo Rossi Fanelli and Maurizio
Muscaritoli. 2014. Review : The Role for Dietary Omega-3 Fatty Acids
Supplementation in Older Adults. Nutrients 2014, 6, 4058-4072
18. Lukiw WJ, Cui JG, Marcheselli VL, Bodker M, Botkjaer A, Gotlinger K, et al.
2005. A role for docosahexaenoic acid-derivedneuroprotectin D1 in neural cell
survival and Alzheimer disease. J. Clin. Invest. 115 (10):2774-2783

13

You might also like