You are on page 1of 5

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan lingkungan hidup di Indonesia masih merupakan masalah
utama dalam usaha peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Masalah kesehatan
lingkungan hidup ini meliputi kurangnya penyediaan air minum yang bersih dan
memenuhi persyaratan, kurangnya pembuangan kotoran yang sehat, keadaan
rumah yang pada umumnya tidak sehat, usaha higiene dan sanitasi makanan yang
belum menyeluruh, banyaknya faktor penyakit, belum ditanganinya higiene dan
sanitasi industri secara intensif, kurangnya usaha pengawasan dan pencegahan
terhadap pencemaran lingkungan, dan pembuangan limbah di daerah pemukiman
yang kurang baik (Suharyono, 2008: 83).
Penyakit diare merupakan penyakit yang berbasis pada kesehatan
lingkungan. Diare adalah buang air besar dengan frekuensi yang tidak normal
(meningkat) dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair. Diare yang
berlangsung dalam kurun waktu kurang dari 2 minggu disebut diare akut,
sedangkan diare yang berlangsung dalam kurun waktu lebih dari 2 minggu disebut
diare kronik (Suharyono, 2008). Menurut Hidayat (2013) diare merupakan suatu
keadaan pengeluaran tinja yang tidak abnormal atau tidak seperti biasanya.
Perubahan yang terjadi berupa perubahan peningkatan volume, keenceran dan
frekuensi dengan atau tanpa lendir darah, seperti lebih dari 3 kali/hari dan pada
neonatus lebih dari 4 kali/hari.

Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2013, diare
merupakan penyakit kedua yang menyebabkan kematian pada anak-anak balita
(bawah lima tahun). Anak-anak yang mengalami kekurangan gizi atau sistem
imun yang kurang baik seperti pada orang dengan HIV sangat rentan terserang
penyakit diare. Diare sudah membunuh 760.000 anak setiap tahunnya. Sebagian
besar, orang diare yang meninggal dikarenakan terjadinya dehidrasi atau
kehilangan cairan dalam jumlah yang besar.
Berdasarkan laporan pendahuluan Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) 2012, tiga dari empat anak yang menderita ISPA (75.3%), anak
menderita demam (73.5%), dan anak yang menderita diare (64.6%). Cakupan
Penemuan Kasus Diare pada tahun 2013 di Provinsi Riau menurut Kab/Kota
adalah sebagai berikut: Dumai sebesar (14.98%), diikuti oleh Kabupaten
Pelalawan sebesar (14.4%), Rokan Hilir (11.2%), Meranti (10,43%), Rokan Hulu
(9.91%), Kuantan Singingi (9.72%), Indragiri Hulu (8.74%), Bengkalis (8.55%),
Kampar (7.26%), Siak (6.43%), Indragiri Hilir (4.89%), dan Pekanbaru (4.78%).
Rata-rata cakupan kasus diare di Provinsi Riau adalah 8.34% ( Dinkes Riau,
2013). Pada tahun 2014 angka kejadian diare yang tercatat di Puskesmas Berseri
kecamatan pangkalan kerinci kabupaten pelalawan sebanyak 1.084 (10,84%)
kasus, dan pada tahun 2015 sebanyak 1.302 (13,02%) kasus. Dari data kejadian
diare di atas menunjukkan terjadinya peningkatan kasus diare.
Faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya diare pada balita
diantaranya, faktor infeksi, faktor malabsorbsi dan faktor makanan (Suharyono,
2008). Serta beberapa faktor yang mempengaruhi diare meliputi faktor sanitasi
lingkungan, faktor perilaku, faktor tingkat pengetahuan, faktor pendidikan, faktor

pekerjaan, faktor usia anak, dan faktor gizi (Sodikin, 2011). Berdasarkan hasil
penelitian (safrudin, dkk 2009) menyatakan status gizi mempengaruhi terhadap
kejadian diare pada balita. Sedangkan hasil penelitian (Wiharto & Reza, 2015)
menyatakan bahwa prilaku hidup bersih dan sehat mempengaruhi terjadinya
kejadian diare pada tatanan rumah tangga.
Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2013, pencegahan
diare dapat dilakukan dengan cara mengkonsumsi air minum yang aman dan
bersih, peningkatan sanitasi lingkungan, menjaga higienitas personal dan
higienitas makanan, vaksinasi rotavirus, melaksanakan program asi ekslusif
selama 6 bulan, edukasi tentang penyebaran penyakit menular. Sedangkan
treatment untuk menaggulangi penyakit diare dengan cara rehidrasi yaitu
mengkonsumsi oralit, suplementasi zinc, mengkonsumsi makanan yang kaya akan
zat gizi, konsultasi dengan tenaga kesehatan terutama bagi penderita diare yang
persisten.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 23
april 2016 didapatkan hasil bahwa di wilayah kerja puskesmas berseri berada
dilintas timur dengan lingkungan yang tidak sehat, prilaku yang tidak baik seperti
membuang sampah sembarangan dengan terlihatnya sampah diselokan yang
berada diwilayah puskesmas berseri. Dari hasil wawancara dengan 5 orang ibuibu yang berada diwilayah kerja puskesmas berseri didapatkan hasil bahwa
kurangnya pengetahuan ibu-ibu dalam mengelola makanan secara baik dan bersih,
membuang kotoran bayi dengan sembarangan, ibu-ibu beranggapan bahwa
kotoran bayi tidak berbahaya, kemudian kurangnya pengetahuan ibu cara
membersihkan botol susu dengan benar.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik melakukan


penelitian dengan judul faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian diare pada
balita diwilayah kerja puskesmas berseri kecamatan pangkalan kerinci.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi kejadian diare pada balita diwilayah kerja puskesmas berseri
kecamatan pangkalan kerinci.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian diare pada
balita diwilayah kerja puskesmas berseri kecamatan pangkalan kerinci.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui faktor sanitasi lingkungan kejadian diare pada balita di
wilayah kerja Puskesmas Berseri Kecamatan Pangkalan Kerinci.
b. Untuk mengetahui faktor perilaku terhadap kejadian diare pada balita di
wilayah kerja Puskesmas Berseri Kecamatan Pangkalan Kerinci.
c. Untuk mengetahui faktor tingkat pengetahuan ibu terhadap kejadian diare
pada balita di wilayah kerja Puskesmas Berseri Kecamatan Pangkalan
Kerinci.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Responden
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian diare pada
balita diwilayah kerja puskesmas berseri kecamatan pangkalan kerinci.
2. Bagi Instansi Tempat Penelitian
Penelitian ini dapat menjadi bahan acuan oleh puskesmas dalam
mengatasi kejadian diare pada balita diwilayah kerja puskesmas berseri
kecamatan pangkalan kerinci

3. Bagi Instansi Pendidikan Keperawatan


Dapat menambah bahan referensi di perpustakaan kampus tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian diare pada balita diwilayah
kerja puskesmas berseri kecamatan pangkalan kerinci.
4. Bagi Penelitian Selanjutnya
Menjadi sumber referensi bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian diare pada balita.

You might also like