You are on page 1of 20

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat dan karunianyalah, makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Adapun
tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Akuntansi
Keuangan Syariah, pada semester V, di tahun ajaran 2016, dengan judul AKUTANSI
AKAD IJARAH.
Penulis mencoba semaksimal mungkin dalam pengerjaan makalah ini.
Kemungkinan bahwa makalah ini terdapat kekurangan dari segi isi dan bahasa diakui
oleh penulis. Kritik dan saran yang bersifat membangun dan memberdayakan demi
kesempurnaan makalah ini diinginkan oleh penulis. Semoga makalah ini mampu
memperkaya ilmu pembaca.

Makassar , 05 Desember 2016


Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Al-Ijarah adalah perjanjian antara pemilik barang dengan penyewa yang
memperbolehkan penyewa memanfaatkan barang tersebut dengan membayar sewa sesuai
dengan persetujuan kedua belah pihak. Setelah masa sewa berakhir, maka barang akan
dikembalikan kepada pemilik.
Landasan syariah dari ijarah adalah Alquran, surat Al-Baqarah: 233, Dan jika kamu
ingin anakmu disusunkan oleh orang lain, tidak ada dosa bagimu, apabila kamu
memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertaqwalah kau kepada Allah dan
ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.
Sedangkan Al-Tajiri yaitu perjanjian antara pemilik barang dengan yang
membolehkan penyewa untuk memanfaatkan barang tersebut dengan membayar sewa
sesuai dengan persetujuan kedua belah pihak. Setelah berakhir masa sewanya, maka
pemilik barang menjual barang tersebut kepada penyewa dengan harga yang disetujui
kedua belah pihak.
Ijarah adalah akad pemindahan hak/manfaat atas suatu asset dalam waktu tertentu,
dengan pembayaran sewa (ujrah) tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikkan assset
sendiri (PAPSI). Ijarah sesuai jenisnya dapat dibedakan menjadi Ijarah fee dan Ijarah
asset Ijarah fee antara lain Ijarah SDB, Ijarah pemeliharaan rahn emas dan Ijarah
penyimpanan rahn emas. Ijarah asset dapat dibedakan sebagai Asset berwujud dan Asset
tidak berwujud. Ijarah asset berwujud dapat dibedakan sebagai Ijarah. Ijarah mintabiyah
bittamlik Dan Jual ijarah. Ijarah asset tidak berwujud, antara Ijarah berlanjut dan Multi
jasa.

B.

Rumusan Masalah
1. Apa itu akad ijarah ?
2. Apa saja sumber hukumnya ?
3. Bagaimana sistem pencatatan akuntansi dalam akad ijarah ?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apa itu akad ijarah.
2. Untuk melihat lebih jelas dasar dan sumber hukum akad ijarah.
3. Untuk mengetahui sistem pencatatan akuntansi dalam akad ijarah.
BAB II

PEMBAHASAN
A.

PENGERTIAN AKAD IJARAH


Menurut sayyid sabiq dalam fikih sunah, al ijarah berasal dari kata al ajru yang
berarti al iwadhu (ganti/kompensasi). Ijarah dapat di definisikan sebagai akad
pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa, dalam waktu tertentu dengan
pembayaran upah sewa (ujrah), tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas suatu
barang atau jasa (mempekerjakan seseorang) dengan jalan penggantian (membayar sewa
atau upah sejumlah tertentu).
Dari pengertian diatas, ijarah sejenis dengan akad jual beli namun yang
dipindahkan bukan hak kepemilikanya tapi hak guna atau manfaat, manfaat dari suatu
aset atau dari jasa/pekerjaan.
Aset yang disewakan (objek ijarah) dapat berupa rumah, mobil, peralatan dan lain
sebagainya, karena yang ditransfer adalah manfaat dari suatu aset, sehingga segala
sesuatu yang dapat ditransfer manfaatnya dapat menjadi objek ijarah. Dengan demikian
barang yang dapat habis dikonsumsi tidak dapat menjadi objek ijarah, karena mengambil
manfaatnya berarti memilikinya. Bentuk lain dari objek ijarah adalah manfaat dari suatu
jasa yang berasal dari hasil karya atau dari pekerjaan seseorang. Contoh : nona sanas
menggunakan jasa penjahit isma, atau isma mempekerjakan elin, hubungan pekerja dan
pemberi kerja (upah-mengupah) termasuk dlam akad ijarah, dan pengguna jasa harus
membayar upah.
Akad ijarah mewajibkan pemberi sewa untuk menyediakan aset yang digunakan
atau dapat diambil manfaat darinya selama periode akad dan memberikan hak kepada
pemberi sewa untuk menerima sewa upah (ujrah). Misalnya menyewakan LCD, maka
LCD tersebut harus dapat digunakan, bukan LCD yang rusak tidak dapat diambil manfaat
darinya. Apabila setelah akad terdapat kerusakan sebelum digunakan dan sedikitpun
waktu belum berlalu maka akad dapat dikatakan batal atau pemberi sewa harus
mengganti dengan aset sejenis lainya.
Apabila terjadi kerusakan yang mengakibatkan penurunan nilai kegunaan dari aset
yang disewakan dan bukan disebabkan kelalaian penyewa, pemberi sewa berkewajiban
menanggung biaya pemeliharaanya selama periode akad atau menggantinya dengan aset
sejenis. Pada hakikatnya pemberi sewa seharusnya berkewajiban untuk menyiapkan aset
yang disewakan dalam kondisi yang dapat diambil manfaat darinya.

Penyewa merupakan pihak yang menggunakan/mengambil manfaat atas aset


sehingga penyewa berkewajiban membayar sewa dan menggunakan aset sesuai dengan
kesepakatan (jika ada), tidak bertentangan dengan syariah dan merawat atau menjaga
keutuhan aset tersebut. Apabila kerusakan aset terjadi karena kelalaian penyewa maka ia
berkewajiban menggantinya atau memperbaikinya. Selama masa perbaikan, masa sewa
tidak bertambah. Pemberi sewa dapat meminta penyewa untuk menyerahkan jaminan atas
ijarah untuk menghindari resiko kerugian (ED PSAK 107).
Dalam kontrak, tidak boleh dipersyaratkan biaya pemeliharaan akan ditanggung
penyewa karena hal ini dapat menimbulkan ketidakpastian (gharar). Hanya biaya
pemeliharaan rutin dan tidak material yang dapat ditanggung penyewa, seperti ganti busi
pada mobil yang disewa.
Seperti yang telah dijelaskan diatas, penyewa dan pengguna jasa atau pemberi kerja
berkewajiban membayarkan sejumlah tertentu berupa sewa atau upah sesuai dengan akad.
Begitu harga itu disepakati maka sepanjang masa akad tidak boleh berubah, misalnya: A
menyewakan rumahnya pada B dengan harga sewa Rp. 20 juta untuk waktu 2 tahun.
Dalam akad ijarah, rumah tetap milik A, B mempunyai hak untuk menggunakan rumah
tersebut selama 2 tahun, dan B berkewajiban membayar Rp. 20 juta. Sepanjang masa
akad yaitu 2 thn, harga sewa tidak boleh berubah yaitu tetap Rp. 20 juta. Namun apabila
kontrak diperpanjang, maka atas kontrak yang baru ini boleh saja harga berubah bisa
sama, lebih tinggi atau lebih rendah.
Pengalihan kontrak atau aset yang disewa kemudian disewakan kembali pada pihak
lain, boleh dilakukan baik dengan harga sama lebih tinggi atau rendah asalkan pemberi
sewa mengizinkanya. Namun bila disewakan kembali pada pemberi sewa, maka
syaratnya adalah kedua akad (yaitu dari pemberi sewa ke penyewa pertama atau dari
penyewa pertama kepenyewa berikutnya yang tidak lain pemberi sewa sendiri) harus
tunai. Hal ini untuk menghindari transaksi sejenis bai al innah yang dilarang secara
syariah (lihat bab 5).
Pembayaran sewa dapat dibayar dimuka, ditangguhkan ataupun diangsur sesuai
kesepakatan antara pemberi sewa dan penyewa. Apabila yang disepakati adalah
pembayaran tangguh dan terjadi penundaan pembayaran akibat penyewa lalai (bukan
karena tidak mapu secara finansia), maka dapat dikenakan denda, yang akan dikenakan
sebagai dana kebajikan.
Apabila atas ijarah dibayarkan uang muka, dan penyewa membatalkan akad, maka
uang muka tersebut menjadi hak pemberi sewa. Lebih disarankan agar hak pemberi sewa

adalah sebesar opportunity cost yang ditimbulkanya, yaitu uang yang bisa didapatkanya
dengan menyewakan pada pihak lain dapat sehingga selisih antara uang dimuka dan
opportunity costnya dikembalikan pada penyewa.
Akad ijarah memiliki resiko beruba gagal bayar dari penyewa, aset ijarah rusak,
atau penyewa menghentikan akad sehingga pemberi sewa harus mencari penyewa baru.
Akad ijarah hendaknya memuat aturan tentang jangka waktu akad, besarnya sewa
atau upah, cara pembayaran sewa atau upah (dimuka, angsuran atau diakhir), peruntukan
aset yang disewakan dan hal lainya yang dianggap penting. Begitu kontrak disetujui maka
ia bersifat mengikat kedua belah pihak dan apabila ada perubahan pada isi kontrak harus
disepakati keduanya. Setelah akad ditandatangani, pemberi sewa tidak dapat menyewakan
aset yang telah disewakanya pada pihak lain untuk periode akad yang sama.
Perjanjian mulai berlaku efektif ketika penyewa dapat menggunakan aset yang
disewanya bukan saat penandatanganan kontrak, sebaliknya pada saat itu pemberi sewa
berhak menerima pembayaran sewa atau upah.
B.

JENIS AKAD IJARAH


Berdasarkan objek yang disewakan
Berdasarkan objek yang disewakan, ijarah dapat dibagi 2, yaitu ;
1. Manfaat atas aset yang tidak bergerak seperti rumah atau aset bergerak seperti mobil,
motor, pakaian dan sebagainya.
2. Manfaat atas jasa berasal dari hasil karya atau dari pekerjaan seseorang.
Berdasarkan PSAK 107
Berdasarkan PSAK 107, ijarah dapat dibagi menjadi 3, namun yang telah dikenal secara
luas adalah dua jenis ijarah yang disebutkan pertama, yaitu ;
1. Ijarah merupakan sewa menyewa objek ijarah tanpa perpindahan resiko dan manfaat
yang terkait kepemilikan aset terkait, dengan atau tanpa waad untuk memindahkan
kepemilikan dari pemilik (mujir) kepada penyewa (mustajir) pada saat tertentu.
2. Ijarah muttahiya Bin Tamlik adalah ijarah dengan waad perpindahan kepemilikan
aset yang dijarahkan pada saat tertentu.

Keterangan:
1. Nasabah mendatangi bank syariah memohon pembiayaan penyewaan sebuah
rumah selama setahun, secara cicilian (bulanan) dan mereka negosiasi tentang
harga.
2. Bank menyewa rumah tersebut Rp 10 juta setahun dibayarcash di muka.
3. Bank selanjutnya menyewakan rumah itu secara cicilan per bulan Rp 1 juta
dengan akad ijarah (Di sini dilaksanakan pengikatan/kontrak).
4. Rumah dimanfaatkan (digunakan) oleh nasabah.
5. Nasabah mencicil biaya sewa setiap bulan kepada bank.
Contoh Ijarah :
seorang nasabah yang sedang melakukan proyek pembangunan jalan raya,
membutuhkan alat-alat berat sebagai penunjang operasinya, lalu memohon kepada Bank
syariah untuk menyewa alat2 berat itu. Maka nasabah akan membayar sewa alat2 berat
tersebut kepada Bank syariah

KeteKeterangan:
1. Nasabah (B) mengajukan permohonan pembiayaan secara tertulis kepada Bank (A)
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

terhadap obyek yang dimiliki supplier (C).


Membuat akad IMBT antara Bank dan nasabah terhadap obyek sewa.
Bank membeli obyek sewa dari Supplier (C)
Bank mencatat obyek sewa dalam aktiva ijarah.
Bank menyewakan obyek sewa kepada nasabah.
Nasabah membayar uang sewa kepada Bank.
Pembayaran sewa dilakukan sesuai jangka waktu pembiayaan.
Periode pembayaran sewa dilakukan sampai nilai buku obyek sewa adalah nol.
Pada saat harga buku obyek sewa = nol, obyek sewa dihibahkan kepada nasabah.
Bank dan nasabah menandatangani akad hibah obyek sewa dari Bank kepada
nasabah.

Contoh IMBT :
Seorang nasabah yang sedang melakukan proyek pembangunan jalan raya, membutuhkan
alat-alat berat sebagai penunjang operasinya, lalu memohon kepada Bank syariah untuk
menyewa alat2 berat itu.Akan tetapi, jika ternyata alat-alat tersebut akan terus dibutuhkan
dan dia kemudian memutuskan untuk membelinya, dia bisa melakukannya dengan ijarah
muntahia bit-tamlik, yaitu menyewa peralatan tersebut dan pada akhir masa sewa,
nasabah membelinya.
C.

DASAR SYARIAH
Sumber hukum akad ijarah
1. Alquran, sebagai firman ALLAH SWT :

apakah mereka yang membagi-bagi rahmat tuhanmu? Kami telah menetukan


antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah
meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian
mereka dapat mempergunakan yang lain. Dan rahmat tuhanmu lebih baik dari apa yang
mereka kumpulkan. QR. 43:32)
dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak dosa
bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu
kepada ALLAH dan ketahuilah bahwa ALLAH maha melihat apa yang kamu kerjakan.
(QS. 2:223)
salah seorang dari kedua wanita itu berkata wahai ayahku mabilah ia sebagai
orang yang bekerja (pada kita), sesungguhnya orang yang paling baik untuk bekerja
(pada kita) adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya. (QS. 28:26)
2. As-sunah
Diriwayatkan dari ibnu abbas, bahwa Rasulullah SAW bersabda : berbekamlah kamu,
kemudian berikanlah olehmu upahnya kepada tukang bekam itu. (HR. Bukhari dan
Muslim) Dari ibnu umar, bahwa Rasulullah SAW bersabda : berikanlah upah pekerja
sebelum keringatnya kering. (HR. Ibnu Majah) barang siapa mempekerjakan,
beritahukanlah upahnya. (HR. Abd ar-razzaq dari Abu Hurairah dan Abu Said alkhudri)
Dari saad bid abi waqqash r.a., bahwa Rasulullah bersabda: dahulu kami
menyewa tanah dengan (jalan membayar) dari tanaman yang tumbuh. Lalu Rasulullah
melarang kami cara itu dan memerintahkan kami agar membayarnya dengan uang emas
atau perak. (HR. Nasai)
Dari abu hurairah r.a dari Nabi SAW beliau bersabda : Allah taala berfirman :
ada tiga golongan yang pada hari kiamat (kelak) aku akan menjadi musuh mereka:
(pertama) seorang laki-laki yang mengucapkan sumpah karena aku kemudian ia curang,
(kedua) seorang laki-laki yang menjual seorang merdeka lalu dimakan harganya, dan
(ketiga) seorang laki-laki yang mempekerjakan seorang buruh lalu sang buruh
mengerjakan tugas dengan sempurna, namun ia tidak memberikan upahnya. (Hasan:
Irwa-ul Ghalil no:1489 dan Fathul Bari IV:417 No 2227)
Rasulullah melarang dua bentuk akad sekaligus dalam satu objek. (HR.
Ahmad dari ibnu masud)
Rukun dan ketentuan syariah ijarah
Rukun ijarah ada tiga macam, yaitu:

1. Pelaku yang terdiri atas pemberi sewa/pemberi jasa/lessor/mujjir dan


penyewa/pengguna jasa/lessee/mustajjir.
2. Objek akad ijarah berupa: manfaat asset/majur dan pembayaran sewa: atau
manfaat jasa dan pembayaran upah.
3. Ijab Kabul/serah terima
Ketentuan syariah:
1.
2.

Pelaku harus cakap hokum dan baligh


Objek akad ijarah

Manfaat asset/jasa adalah sebagai berikut:


o

Harus bias dinilai dan dapat dilaksanakan dalam kontrak, misalnya sewa
computer, maka computer itu harus dapat berfungsi sebagaimana mestinya

dan tidak rusak.


Harus yang bersifat dibolehkan secara syariah (tidak diharamkan); maka
ijarah atas objek sewa yang melanggar perintah Allah tidak sah. Misalnya
mengupah seseorang untuk membunuh, menyewakan rumah untuk tempan

main judi atau menjual khamar dan lain sebagainya.


Dapat dialihkan secara syariah, contoh manfaat yang tidak dapat dialihkan
secara syariah sehingga tidak sah akadnya:
1.
Kewajiban sholat, puasa tidak dapat dialihkan karena ia merupakan
2.

kewajiban setiap individu (fardhuain-lihat Bab 2)


Mempekerjakan seorang untuk membaca Al-quran dan pahalanya
(manfaatnya) ditujukan untuk orang tertentu, karena pahala/nilai
kebaikan akan kembali pada yang membacanya, sehingga tidak ada

3.

manfaat yang dialihkan.


Barang yang dapat habis dikonsumsi tidak dapat dijadikan objek
ijarah karena mengambil manfaat darinya sama saja dengan
memilikinya/menguasainya. Misalnya makanan/minuman/buahbuahan atau uang (kas), jika mengambil manfaat darinya berarti
menggunakanya.

Harus dikenali secara spesifik sedemikian rupa untuk menghilangkan ketidaktahuan


yang dapat menimbulkan sengketa, misalnya kondisi fisik mobil yang disewa. Untuk
mengetahui kejelasan manfaat dari suatu asset dapat dilakukan identifikasi fisik. Jangka

b.

waktu penggunaan manfaat ditentukan dengan jelas misalnya 2 tahun.


Sewa dan Upah yaitu sesuatu yang dijanjikan dan dibayar penyewa atau pengguna jasa
kepada pemberi sewa atas pemberi jasa sebagai pembayaran atas manfaat asset atau jasa
yang digunakanya:

a. Harus jelas besaranya dan diketahui oleh para pihak yang berakad. Misalnya
berkah toserba merekrut karyawanya yang ditugaskan sebagai pramuniaga
(hubunganya adalah pekerja dan pemberi kerja) dan gaji yang disepakati
sebesar Rp. 2 juta perbulan. Tidak boleh menyatakan gajinya tergantung dari
penjualan perusahaan karena besaranya menjadi tidak pasti.
b. Boleh dibayarkan dalam bentuk jasa (manfaat lain) dari jenis yang serupa
dengan objek akad.
c. Bersifat fleksibel, dalam arti dapat berbeda untuk ukuran waktu, tempat dan
jarak serta lainya yang berbeda. Misalnya, sewa atas mobil yang jenisnya
sama misalnya innova 2006, di Jakarta sewa perhari Rp. 500.000 sedangkan
di Yogyakarta Rp. 400.000, atau menyewakan toko kalau digunakan untuk
pakaian harga sewanya Rp. 20 juta per tahun tapi kalau digunakan untuk
bengkel Rp. 25 juta per tahun atau sewa took untuk 1 tahun Rp. 25 juta tapi
kalau 2 tahun Rp. 45 juta begitu disepakati maka harga sewa akan mengikat
dan tidak boleh berubah selama masa akad.
c.

Ketentuan syariah untuk ijarah muntahiya bit tamlik


a. Pihak yang melakukan ijarah muntahiya bit tamlik harus melaksanakan akad
ijarah terlebih dahulu. Akad pemindahan kepemilikan, baik dengan jual beli
atau pemberian, hanya dapat dilakukan setelah berakhirnya akad ijarah.
b. Janji pemindahan kepemilikan yang disepakati di awal akad ijarah adalah
waad, yang hukumnya tidak mengikat. Apabila janji itu ingin dilaksanakan,
maka harus ada akad pemindahan kepemilikan yang dilakukan setelah
berakhirnya akad ijarah.

3.

Ijab Qabul
Adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela diantara pihak-pihak pelaku akad
yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondesi atau menggunakan cara-cara
komunikasi modern.
Berakhirnya akad ijarah
1. Periode akad sudah selesai sesuai perjanjian, namun kontrak masih dapat berlaku
walaupun dalam perjanjian sudah selesai dengan beberapa alas an, misalnya
keterlambatan masa panen jika menyewakan lahan untuk pertanian, maka
dimungkinkan berakhirnya akad setelah panen selesai (sayyid sabbiq, 2008).
2. Periode akad belum selesai tetapi pemberi sewa dan penyewa sepakat menghentikan
akad ijarah
3. Terjadi kerusakan asset
4. Penyewa tidak dapat membayar sewa

10

5. Salah satu pihak meninggal dan ahli waris tidak berkeinginan untuk meneruskan akad
karena memberatkanya. Kalau ahli waris merasa tidak masalah maka akad tetap
berlangsung. Kecuali akadnya adalah upah menyusui maka bila sang bayi atau yang
menyusui meninggal maka akadnya menjadi batal.
Perbedaan ijarah dengan leasing
Ada orang berpendapat ijarah sama dengan leasing, padahal pendapat ini tidak
sepenuhnya benar, Karim (2003) mencoba membandingkan ijarah dengan leasing sebagai
berikut :
No.

Keterangan

Ijarah

Leasing

1.

Objek

Manfaat barang dan jasa

Manfaat barang saja

2.

Metode pembaaran

Tergantung atau tidak

Tidak tergantung pada kondisi

tergantung pada kondisi

barang yang disewa

barang/jasa yang disewa


3.

Perpindahan

a.

kepemilikan
b.

Ijarah : tidak ada perpindahana.


kepemilikan
IMBT : janji untuk

b.

Sewa Guan Operasi : tidak


ada transfer kepemilikan
Sewa Guna dengan Opsi:

menjual/menghibahkan di awal

memiliki opsi membeli atau

akad

tidak membeli di akhir masa


sewa.

4.

Jenis leasing lainya

a.

Lease purvhase : tidak


dibolehkan karena akadnya
gharar, yakni antara sewa dan

a.
b.

lease purchase : dibolehkan


sale and lease back :
dibolehkan

beli
b.
Sale and lease back :
dibolehkan

Table diatas memberikan ikhtisar perbedaan dan kesamaan antara ijarah dan
leasing. Sedikitnya ada empat aspek yang dapat dicermati, yakni :objek, metode
pembayaran, perpindahan kepemilikanya dan jenis leasing.

11

1. Objek
Dalam ijrah, objek yang disewakan dapat berupa asset maupun jasa. Ijrah bila
diterapkan untuk mendapatkan manfaat dari asset disebut sewa menyewa, sedangkan bila
diterapkan untuk mendapatkan manfaat tenaga kerja disebut upah mengupah. Dalam
leasing hanya berlaku untuk sewa menyewa asset saja. Dengan kata lain terbatas pada
pemanfaatan asset. Dengan demikian ijarah memiliki cakupan yang lebih luas daripada
leasing.
2. Metode pembayaran
Dalam ijarah, metode pembayaran dapat dibedakan menjadi dua, yaitu ijarah
yang pembayaranya tergantung pada kinerja objek yang disewa (contingent to
performance).
3. Perpindahan kepemilikan
Pada dasarnya akad ijarah sama seperti operating lease, yakni dipindahkan adalah
manfaat dari asset yang disewakan. Untuk jenis akad ijarah muntahiya bit tamlik (IMBT),
kepemilikan asset tetap pada pemberi sewa diawal akad berjanji (waad) kepada pihak
penyewa. Pengalihan hak milik pada asset yang bersangkutan dapat dilakukan dengan
menjual atau dengan menghibahkanya. Atas pemindahan kepemilikan tersebut akan
dibuatkan akad secara terpisah.
Sementara dalam leaseing, jenis leasing tergantung pada sisi pemberi sewa dan
penyewa. Dari sisi pemberi sewa, secara umum dikenal 4 jenis leasing; yaitu financial
lease, sales type lease, operating lease, dan leverage lease. Sedangkan dari sisi penyewa,
dikenal 2 jenis yaitu operating lease dan capital lease.
4. Jenis leasing lainya

Purchase lease
Sale and lease back (al bai isumma iadatul ijarah atau jual dan ijarah)

D. APLIKASI AKUNTANSI TRANSAKSI IJARAH


AKUNTANSI PEMILIK IMBT (Ijarah Muntahiyah bit Tamlik)
BPRS ALBARAKAH mendapatkan pengajuan pembiayaan ijarah dari sebuah perusahaan
Rental Mobil PT. RENCARINDO. Perusahaan tersebut bermaksud menambah 1 buah
armada kendaraan jenis Toyota All New Camry keluaran tahun 2008 untuk melayani
konsumen kelas menengah atas di jakarta. Adapun speesifikasi kendaraan yang dimaksud
dan informasi lain berkaitan dengan akad adalah sebagai berikut:
Jenis Kendaraan

: Sedan

12

Merek

: TOYOTA ALL New CAMRY

Kapasitas Mesin

4000 cc

Tahun Pembuatan

2008

Dealer

: PT. Toyota Astra Motor (TAM)

Umur Ekonomis

: 5 tahun (60 bulan)

Harga Perolehan

: Rp 500.000.000,00 (on the roads)

Uang Muka Sewa

: Rp 50.000.000,00

Sewa Per Bulan

: Rp 15.000.000,00

Jangka Waktu Sewa

: 4 tahun (48 Bulan)

Waktu Pembelian Barang

Biaya Notaris

: Rp

Bulan ke-48
5.000.000,00

Ilustrasi 1.
Pada saat perolehan obyek yang akan disewakan
Pada tanggal 2 januari 2008, BPRS ALBARAKAH membeli mobil sedan Toyota All New
Camry dengan harga dan biaya-biaya lain yang ditanggung (OTR) sebesar Rp
500.000.000,00. Atas pembelian mobil tersebut BPRS ALBARAKAH mencatat dalam
jurnal sebagai berikut:
Aset Ijarah

Rp 500.000.000,00

Kas/Rekening PT. TAM

Rp 500.000.000,00

Ilustrasi 2.
Pada saat transaksi Ijarah Pada tanggal10 januari 2008, BPRS ALBARAKAH
mnelakukan transaksi ijarah dengan PT. RENCARINDO dan atas transaksi tersebut
BPRS mencatat dalam jurnal sebagai berikut:
Aset yang Diperoleh untuk Ijarah

Rp 500.000.000,00

Aset Ijarah

Rp 500.000.000,00

Catatan: pencatan ini dilakukan untuk memberikan informasi dalam neraca bahwa
rekening aset ijarah hanya digunakan untuk aset ijarah yang belum disewakan kepadda
pihak lain sedangkan rekening aset yang diperoleh untuk ijarah digunakan untuk
pencatatan pengakuan aset ijarah yang sudah disewakan oleh pihak lain baik dengan akad
ijarah maupun ijarah muntahiyah bittamlik.
Ilustrasi 3.
Pada saat menerima uang muka dari penyewa
Kas/Rekening PT. RENCARINDO

Rp 50.000.000,00

13

Titipan Uang Muka Sewa Ijarah

Rp 50.000.000,00

lustrasi 4.
Biaya Administrasi pengurusan akad ijarah
Saat PT. RENCARINDO membayar biaya pengurusan pada BPRS ALBAKARAH
Kas/Rekening PT. RENCARINDO

Rp 1.500.000,00

Pendapatan Non Operasional

Rp 1.500.000,00

Pada saat BPRS ALBAKARAH membayar biaya notaris


Biaya Notaris (pengurusan akad)

Rp 3.000.000,00

Kas

Rp 3.000.000,00

Ilustrasi 5.
Penyusutan aktiva ijarah dengan akad ijarah muntahiyah bittamlik PSAK nomor 59
tentang akuntansi Perbankan Syariah khususnya paragraf 108 dijelaskan tentang
pengakuan obyek ijarah sebagai berikut:
Obyek sewa diakui sebesar biaya perolehan pada saat perolehan obyek sewa dan
disusutkan sesuai dengan:
1. Kebijakan penyusutan pemilik obyek sewa untuk aktiva sejenis jika merupakan
transaksi ijarah; dan
2. Masa sewa jika merupakan transaksi ijarah muntahiyah bittamlik
Sedangkan ED PSAK 107 tentang akuntansi ijarah khususnya paragraf 12 menjelaskan
bahwa:
Kebijakan penyusutan atau amortisasi yang dipilih harus mencerminkan pola konsumsi
yang diharapkan dari manfaat ekonomi di masa depan dari obyek ijarah. Umur ekonomis
dapat berbeda dengan umur teknis. Misalnya, mobil yang dapat dipakai selam 10 tahun
diijarahkan dengan akad ijarah muntahiyan bittamlik selama 5 tahun. Dengan demikian
umur ekonomisnya adalah 5 tahun.
Berkaitan dengan kasus di atas akan diilustrasikan perlakuan akuntansi untuk akuntansi
ijarah dan ijarah muntahiyah bittamlik sebagai berkut:
1. Besar biaya penyusutan aktiva ijarah per bulan dihitung berdasarkan informasi
harga perolehan dan umur ekonomis obyek, yaitu: Rp 8.333.333
500.000.000 : 60 bulan = 8.333.333
Beban penyusutan
Akumulasi Penyusutan aktiva Ijarah

Rp 8.333.333
Rp 8.333.333
14

1. Jika menggunakan akad ijarah muntahiyah bittamlik dengan tambahan informasi


bahwa nilai residu obyek ijarah adalah Rp 20.000.000,00 dengan masa sewa
selama 4 tahun, maka perhitungan penyusutan obyek ijarah dan perlakuan
akuntansinya adlah sebagai berikut:
(500.000.000 20.000.000) : 48 bulan = 10.000.000
Beban penyusutan

Rp 10.000.000

Akumulasi Penyusutan Aktiva Ijarah

Rp 10.000.000

AKUNTANSI PENYEWA
Ilustrasi kasus ini memberikan gambaran transaksi ijarah aset berwujud, LKS sebagai
penyewa obyek ijarah yang akan disewakan kembali pada pihak lain. Ilustrasi kasus
selengkapnya

sebagai

berikut:

BPRS

ALBARAKAH

mendapatkan

pengajuan

pembiayaan ijarah dari sebuah perusahaan eksportir kerjinan PT HANDICRAFT di


Yogyakarta untuk menyediakan mobil ekslusif bagi manajer perusahaannya. PT
HANDICRAFT tidak ingin memiliki mobil tersebut sehingga hanya bermaksud menyewa
saja. Oleh karena itu BPRS ABARAKAH tidak memiliki mobil yang dimaksud, maka
BPRS menghubungi PT RENCARINDO.
Adapun spesifikasi kendaraan yang dimaksud dan informasi lain berkaitan dengan akad
adalah sebagai berikut:
Jenis kendaraan

: sedan

Merek

: Toyota All New Camry

Kapasitas mesin

: 4000 cc

Tahun pembuatan

: 2008

Dealer

: PT TOYOTA ASTRA MOTOR (TAM)

Umur Ekonomis

: 5 tahun (12 bulan)

Harga perolehan

: Rp. 500.000.000 (OTR)

Uang muka sewa

: Rp. 50.000.000

Sewa per bulan

: Rp. 15.000.000

Jangka waktu sewa

: 4 tahun (48 bulan)

Waktu pembelian barang

: bulan ke-48

Biaya notaris

: Rp 3.000.000

Ilustrasi 1. Beban Ijarah


1. Pada saat pembayaran sewa

15

a. Jika dalam satu periode


Biaya Sewa Aset Ijarah (D)

Rp 15.000.000

Kas/Rekening Pemilik Obyek Ijarah (K)

Rp 15.000.000

Catatan: Biaya sewa obyek ijarah selama satu bulan


b. Jika lebih dari satu periode
Sewa Dibayar Dimuka (D)

Rp 720.000.000

Kas/Rekening Pemilik Obyek Ijarah (K)

Rp 720.000.000

Catatan: biaya sewa untuk 4 tahun (Rp 15.000.000 x 48 bulan)


-

Pada saat amortisasi sewa dibayar dimuka (per bulan)


Biaya sewa aset ijarah (D)

Rp 15.000.000

Sewa dibayar dimuka aset ijarah (K)

Rp 15.000.000

Catatan: amortisasi dihitung dari total sewa dibayar dimuka dibagi masa sewa
-

Pada saat perbaikan aset ijarah atas beban pemilik obyek ijarah
Jika BPRS ALBARAKAH melakukan perbaikan atas aset ijarah yang disewa karena
kerusakan sehingga mengeluarkan biaya perbaikan sebesar Rp 20.000.000.
Pituang kepada pemilik obyek ijarah (D)

Rp 20.000.000

Kas/Rekening pemilik obyek Ijarah (K)

Rp 20.000.000

Ilustrasi 2.
Perpindahan hak milik obyek
Aset diperoleh untuk ijarah

Rp. 500.000.000

Akumulasi penyusutan aset ijarah

( Rp. 480.000.000 )

(setelah 4 tahun 48 bulan perbulan Rp10.000.000)


Nilai residu
-

Rp. 20.000.000

Pada saat penerimaan pengalihan obyek sewa dalam IMBT


a. Melalui hibah pada saat seluruh pendapatan sewa telah dibayar dan obyek ijarah tidak
memiliki nilai sisa.
(i) Jika sumber pembayaran sewa aset ijarah berasal dari LKS
Aset Ijarah (D)

Rp 500.000.000

Pendapatan Operasi Lainnya (K)

Rp. 500.000.000

Catatan: Seluruh pendapatan merupakan hak dari LKS seluruhnya.


(ii) Jika sumber pembayaran sewa aset ijarah berasal dari investasi tidak terikat
Aset Ijarah (D)

Rp 500.000.000

Pendapatan Operasi Utama Lainnya (K) Rp 500.000.000

16

Catatan: seluruh pendapatan harus dibagihasilkan juga kepada pemegang rekening


investasi mudharabah sesuai kesepakatan nisbah.
(iii) Jika sumber pembayaran sewa aset ijarah berasal dari investasi tidak terikat dan
modal LKS
Aset ijarah (D)

Rp 500.000.000

Pendapatan operasi lainnya (K)

Rp 250.000.000

Pendapatan utaman operasi lainnya (K)

Rp 250.000.000

Catatan: pendapatan yang diakui sebagai pendapatan operasi utama lainnya harus
dibagihasilkan juga kepada pemegang rekening investasi mudharabah sesuai kesepakatan
nisbah sedangkan pendapatan lainnya menjadi hak sepenuhnya LKS.
b. Melalui pembelian obyek ijarah sebelum berakhirnya masa sewa dengan harga beli
sebesar sisa cicilan sewa atau sekedarnya.
Misalnya sisa cicilan yangbbelum dibayarkan sebesar Rp. 60.000.000
Aset Ijarah (D)

Rp. 60.000.000

Aset/Rekening Pemilik Objek Ijarah

Rp.60.000.000

Catatan: jika nilai sisa cicilan dan nilai buku obyek ijarah sama
Pembatalan penjualan/perpindahan obyek ijarah oleh pemilik
Jika penyewa membatalkan penjualan objek ijarah kepada penyewa dan nilai wajar obyek
sewa lebih rendah dari nilai buku dan dibebankan kepada penyewa/lessor, seperti yang
diilustrasikan sebelumnya.
Beban pembatalan Pembelian
Kas/hutang Pemilik Objek Ijarah

Rp. 20.000.000
Rp. 20.000.000

Ilustrasi 3.
Penurunan Nilai Sebelum Perpindahan Hak
Jika penurunan nilai tersebut timbul akibat tindakan penyewa atu kelalaiannya, serta
jumlah cicilan sewa yang sudah dibayar melebihi nilai sewa yang wajar, maka selisihnya
diakui sebagai piutang jatuh tempo penyewa kepada pemilik sewa dan mengoreksi beban
IMBT. Apabila masa sewa diketahui terjadi penurunan kualitas obyek sewa dan bukan
disebabkan kelalaian LKS sebagai penyewa yang mengakibatkan jumlah cicilan yang
telah dibayar lebih besar dari nilai sewa yang wajar. Misalnya obyek ijarah mengalami
penurunan nilai wajar karena kerusakan kendaraan sehingga mengakibatkan adanya
selisih nilai sewa wajar dengan nilai sewa yang dibayarkan yaitu terdapat kelebihan
sebesar Rp 50.000.000, maka LKS akan mencatatnya dalam jurnal sebagai berikut:
Kas/Rekening Piutang kepada Pemilik Obyek Ijarah

Rp. 50.000.000

17

Pendapatan kelebihan Pembayaran Sewa

Rp. 50.000.000

Catatan: pendapatan kelebihan pembayaran sewa merupakan offsetting account dari


beban sewa
Ilustrasi 4.
Jual Beli dan Ijarah ( Penyewaan Kembali)
Transaksi jual dan ijarah harus merupakan transaksi yang terpisah dan tidak saling
bergantungan (taalluq) sehingga harga jual harus dilakukan pada nilai wajar. Jika suatu
entitas menjual obyek ijarah kepada entitas lain dan kemudian menyewanya, maka entitas
tersebut mengakui keuntungan atau kerugian pada periode terjadinya penjualan dalam
laporan laba rugi dan menerapkan perlakuan akuntansi penyewa. Keuntungan atau
kerugian yang timbul dari transaksi jual dan ijarah tidak dapat diakui sebagai pengurang
atau penambah beban ijarah.
Ilustrasi 5.
Ijarah- Lanjut (Menyewakan Kembali)
Jika suatu entitas menyewakan lebih lanjut kepada pihak lain atas asset yang sebelumnya
disewa dari pemilik, maka entitas tersebut menerapkan perlakuan akuntansi pemilik dan
akuntansi penyewa dalam PSAK ini.
Perlakuan

akuntansi penyewa diterapkan untuk transaksi antara entitas (sebagai

penyewa) dengan pemilik dan perlakuan akuntansi pemilik diterapkan untuk transaksi
antara entitas (sebagai pemilik) dengan pihak penyewa-lanjut.
Jurnal pada saat membayar sewa kepada pemilik obyek ijarah.
Uang Muka Sewa

Rp. 50.000.000

Kas

Rp. 50.000.000

Jurnal pada saat menerima pendapatan sewa dari nasabah


Kas

Rp. 18.000.000

Pendapatan Sewa

Rp. 18.000.000

Catatan: LKS menyewakan kembali barang pada nasabah Rp 18.000.000/bln


Jurnal pada saat amortisasi dari uang muka sewa obyek ijarah
Beban Sewa

Rp. 15.000.000

Sewa Dibayar Dimuka

Rp. 15.000.000

Catatan: harga sewa sesuai dengan informasi di atas


Penyajian dalam laporan laba rugi dalam suatu periode tertentu
Pendapatan sewa obyek ijarah

Rp 18.000.000

18

Pengeluaran (berkaitan obyek ijarah)


Beban sewa kepada pemilik awal*
Beban pemeliharaan**
Beban Lain-lain
Total Pengeluaran

Rp 15.000.000
Rp
500.000
0
(Rp15.500.000)

Pendapatan bersih ijarah yang dibagihasilkan

Rp 2.500.000

Catatan:
* Beban sewa kepada pemilik merupakan amortisasi dari sewa dibayar di muka yang
diakui sebagai pengeluaran LKS pada periode tersebut.
**Jika biaya pemeliharaan pada periode tersebut ditanggung LKS sesuai kesepakatan
dengan pemilik obyek ijarah.

BAB III
PENUTUP
A.

KESIMPULAN
Menurut sayyid sabiq dalam fikih sunah, al ijarah berasal dari kata al ajru yang
berarti al iwadhu (ganti/kompensasi). Ijarah dapat di definisikan sebagai akad
pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa, dalam waktu tertentu dengan
pembayaran upah sewa (ujrah), tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas suatu
barang atau jasa (mempekerjakan seseorang) dengan jalan penggantian (membayar sewa
atau upah sejumlah tertentu).
Dari pengertian diatas, ijarah sejenis dengan akad jual beli namun yang
dipindahkan bukan hak kepemilikanya tapi hak guna atau manfaat, manfaat dari suatu
aset atau dari jasa/pekerjaan.

19

DAFTAR PUSTAKA
Al-quranul karim dan terjemahnya. Tafsir.
Sri Nurhayati-wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.
www.ekonomisyariah.net.
www.islamicfinance.com

20

You might also like