You are on page 1of 37

PERUBAHAN IKLIM DI KOTA KUPANG

Rayla Prajnariswari Belaudina KusRorong

Friedrich Naumann Stiftung


Freedom Institute

PERUBAHAN IKLIM DI KOTA KUPANG


Rayla

Prajnariswari Belaudina KusRorong

ISBN :

Editor & Layout: Diovio Alfath


Cover: Nabawi Dhoen

Cetakan Pertama : Oktober, 2016

Diterbitkan atas kerjasama :


Friedrich-Naumann-Stiftung fr die Freiheit
Jl. Kertanegara No. 51, Kebayoran Baru
Jakarta 12110 Indonesia
Tel: (021) 725 6012/13
Website: indonesia.fnst.org
Email: jakarta@fnst.org

Freedom Institute
Website: freedom-institute.org
Email: office@freedom-institute

Daftar Isi

Daftar Isi ...............................................................................................................i


Kata Pengantar ......................................................................................................ii
Perubahan Iklim di Kota Kupang...........................................................................1
Sekilas Tentang Perubahan Iklim...........................................................................1
Bagian I..................................................................................................................5
Gambaran Umum Kota Kupang.............................................................................5
Bagian II..................................................................................................................7
Dampak Langsung Perubahan Iklim.......................................................................7
Dampak Khusus Perubahan Iklim di Kota Kupang Pada Sektor Pertanian dan
Perikanan................................................................................................................10
Respon Aktor-Aktor di Kota Kupang....................................................................13
Respon Swasta Terhadap Perubahan Iklim............................................................14
Bagian III...............................................................................................................15
Perlindungan Wilayah Konservasi........................................................................15
Sinergitas Kebutuhan Listrik.................................................................................16
Bagian IV...............................................................................................................19
Strategi dan Kebijakan Perubahan Iklim...............................................................19
Strategi...................................................................................................................20
Kebijakan...............................................................................................................23
Bagian V................................................................................................................25
Kesimpulan............................................................................................................25
Rekomendasi..........................................................................................................26
Daftar Pustaka........................................................................................................iii

Kata Pengantar

Friedrich Naumann Stiftung merupakan Lembaga Swadaya


Masyarakat yang berbasis di Jerman, salah satu permasalahan utama yang
menjadi fokus dari Friedrich Naumann Stiftung adalah permasalahan
perubahan iklim yang kami anggap kini semakin parah dan memerlukan
penanganan yang tepat, secara kongkret Friedrich Naumann Stiftung
melakukan kajian-kajian dan memberikan rekomendasi yang realistis dan
applicable untuk stakeholders agar permasalahan perubahan iklim dapat
teratasi, khususnya dalam hal ini adalah Kota Kupang sebagai daerah yang
rentan terhadap dampak perubahan iklim.
Tulisan ini disusun agar Pembaca dapat memperluas wawasannya
mengenai permasalahan perubahan iklim terutama di Kota Kupang Nusa
Tenggara Timur, kami menyajikan tulisan ini berdasarkan pengamatan dari
berbagai sumber informasi, referensi, dan berita. Kami berharap agar
tulisan ini dapat memberikan wawasan luas dan menjadi sumber informasi
serta referensi bagi pembaca, khususnya Pemerintah Kota Kupang agar
dapat pula mempertimbangkan dan menerapkan rekomendasi-rekomendasi
yang terdapat di dalam tulisan ini.

(Ingo Batavia Hauter)


Program Manager Friedrich Naumann Stiftung

ii

Perubahan Iklim di Kota Kupang


Kajian

ini

bertujuan

mengidentifikasi

dampak-dampak

langsung

perubahan iklim di Kota Kupang dan dari identifikasi tersebut kajian ini kemudian
dapat menjadi bahan, rumusan rencana, rujukan, dan analisa para pembuat
kebijakan dalam melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah
sesuai dengan kedudukan, tugas pokok dan fungsinya. Selain itu, diharapkan pula
agar dapat menghasilkan output kebijakan sehingga dapat mengantisipasi,
mencegah, mengurangi dampak langsung perubahan iklim sebagai bentuk respon
yang dapat dilakukan oleh Pemerintah terkhusus Pemerintah Kota Kupang dalam
menanggulangi dampak negatif perubahan iklim berdasarkan permasalahan
lingkungan yang terjadi di Kota Kupang. Terkait hal tersebut, Penulis kemudian
juga menuliskan beberapa rekomendasi dengan sasaran kepada Tataran
Pemerintahan terkait.
Adapun tujuan dan sasaran yang lainnya yaitu memberikan suatu
pandangan dan pengetahuan akan pentingnya atas kesadaran mengenai dampak
perubahan iklim untuk pengendalian perubahan iklim bagi Pemerintah Daerah dan
Pembaca secara luas. Sehingga, memiliki kesadaran lingkungan akan perubahan
iklim agar menjadi bagian dari lembaga dan individu yang sadar akan perubahan
iklim dari perkembangan dunia dengan rezim lingkungan, yang tidak hanya
terkhusus bagi Kota Kupang namun dimensi yang lebih luas.

Sekilas tentang Perubahan Iklim


Climate Change (perubahan iklim) menjadi isu yang sangat kompleks dan
multidimensi, perubahan iklim akan terus menjadi isu yang menarik untuk dikaji
dalam relasinya dengan kebijakan lokal, mengapa? karena selain perubahan iklim
bedampak secara global hingga lokal, perubahan iklim dapat secara langsung
mempengaruhi kondisi lingkungan alam dan prilaku manusia. Berdasarkan
ketentuan Pasal 1 dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia No.46 tahun 2008
tentang Dewan Nasional Perubahan Iklim bahwa perubahan iklim merupakan

berubahnya kondisi rata-rata iklim dan atau keragaman iklim dari satu kurun
waktu ke kurun waktu yang lain sebagai akibat dari aktivitas manusia.
Pada dasarnya istilah perubahan iklim dan pemanasan global menjadi satu
kesatuan dimana keduanya saling berkaitan. Secara ilmiah, pemanasan global
terjadi karena bumi menyerap energi panas tanpa bisa memantulkannya kembali
(dikenal dengan fenomena gas rumah kaca) yang mengakibatkan suhu bumi
meningkat dimana hal ini menyebabkan berbagai fenomena alam di bumi, seperti
peningkatan jumlah dan suhu air laut, dan perubahan cuaca, iklim, pola dan
intensitas curah hujan, mencairnya suhu di kutub yang menyebabkan perubaahan
ekologi dan ekosistem disana serta mencairnya gletser di wilayah tertentu.
Pemanasan global merupakan suatu kondisi meningkatnya suhu di
permukaan bumi. Kondisi tersebut di atas selanjutnya akan memicu berbagai
macam peristiwa, seperti mencairnya es di kutub sehingga meningkatkan
permukaan air laut, perubahan iklim, terjadinya kekeringan di beberapa tempat
sementara badai salju di tempat lain, bencana alam, kebakaran hutan, kepunahan
spesies tertentu, tenggelamnya pulau-pulau kecil, dan lainnya.1 Berbagai akibat
tersebut secara nyata mengancam eksistensi kehidupan manusia dan masa depan
dunia. Karena itu, Hunter Lovins menyebutnya sebagai global weirding
(kengerian global) atau oleh John Holdren diistilahkan sebagai global climatic
discruption (gangguan iklim global).

Thomas L Friedman. 2009. Hot, Flat, and Crowded Mengapa Kita Butuh Revolusi
Hijau dan Bagaimana Masa Depan Global Kita. Jakarta: Gramedia.

Perubahan iklim yang mengakibatkan pergeseran musim yang tidak


menentu ini secara teoritik paling berpengaruh adalah daerah di sekitar pesisir
pantai dan daerah aliran sungai. Kenaikan suhu bumi yang semakin panas, curah
hujan yang berubah drastis, eskalasi kebakaran hutan, badai dan banjir, ini semua
membuat iklim dan cuaca menjadi ekstrim. Suhu bumi yang mencapai titik panas
tertentu, akan membuat bongkahan es di kutub mencair dan menimbulkan gejala
pemekaran air laut; permukaan air laut naik dan akan menenggelamkan dataran
rendah, daerah pesisir pantai, dan pulau-pulau kecil seperti yang ada di Indonesia
seperti Kota Kupang.
Terkait dengan fenomena perubahan iklim yang terjadi, demikian juga
Kota Kupang merupakan satu daerah yang memiliki relasi manusia dan alam yang
menarik untuk dikaji sebagai kota yang terletak di daerah pesisir dan mempunyai
relasi dengan penduduk, dalam artian bahwa fenomena iklim yang terjadi secara
global

dapat

berpengaruh

langsung

di

keseluruhan

Kota

Kupang.

Permasalahannya, masih terdapat banyak sekali kejahatan lingkungan yang dapat


menyumbang atau berkontribusi terhadap kasus-kasus yang berkaitan dengan
perubahan iklim padahal Kota Kupang adalah kota dengan tingkat kerentanan
perubahan iklim yang sangat tinggi.
Argumentasi dalam kajian ini adalah peluang keberhasilan kota-kota yang
berpotensial terkena dampak perubahan iklim terhadap cara-cara mitigasi
penyelesaian dampak perubahan iklim salah satunya bergantung pada bagaimana
Pemerintah sebagai aktor melakukan pengendalian perubahan iklim. Apapun yang
dilakukan oleh Pemerintah kemudian bergantung pada dukungan dari referensireferensi kebijakan yang berorientasi pada lingkungan. Dengan demikian bahwa
masyarakat yang hidup disekitar kota tersebut mendapatkan jaminan lewat
kebijakan oleh Pemerintah untuk mencegah sekaligus mengatasi kerentanan
perubahan iklim yang banyak sekali berdampak pada kondisi sosial ekonomi
masyarakat setempat.
Pada akhirnya, kajian ini membawa pada lima direksi pokok, yaitu:
Pertama, Pemerintah Kota Kupang bahwa seharusnya tata kelola daerah
Pemerintah Kota Kupang dibutuhkan untuk pengendalian perubahan iklim; kedua,

respon Pemerintah Kota Kupang dalam bentuk Kebijakan/Peraturan Daerah dalam


menanggapi dampak perubahan iklim sebagai agenda prioritas; ketiga,
peningkatan regulasi untuk memperjuangkan Kebijakan/Peraturan Daerah
perubahan

iklim;

keempat,

pengembangan

IPTEK dan

wawasan yang

berwawasan perubahan iklim; dan kelima, peningkatan kajian pendukung sebagai


rereferensi kebijakan bagi Pemerintah Daerah dalam menekan jumlah gas CO2 di
Kota Kupang.

Bagian I
Gambaran Umum Kota Kupang
Secara umum, Kota Kupang merupakan Kotamadya sekaligus Ibu Kota
Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dan merupakan kota yang terbesar di
Pesisir Teluk Kupang, Kota Kupang mempunyai letak yang sangat strategis,
karena berada pada bagian timur indonesia dan kota terbesar di Pulau Timor.
Secara administrasi, Kota Kupang terbagi atas 6 kecamatan dan 50
kelurahan, secara geografis Kota Kupang terletak di pesisir teluk Kupang dan
berada dibagian barat laut pulau timor, terletak dibagian tenggara provinsi NTT
pada 103614-103958 LS dan 12332231233701BT; Luas wilayah
180,27 Km2, dengan peruntukan Kawasan Industri 735,57 Ha,

permukiman

10.127 ,40 Ha, Jalur Hijau 5.090,05 Ha, perdagangan 219,70 Ha, pergudangan
112,50 Ha, pertambangan 480 Ha, pelabuhan laut/udara 670,1 Ha, pendidikan
275,67 Ha, pemerintahan/perkantoran 209,47 Ha, lain-lain 106,54 Ha;. Secara
topografis Kawasan Utara Kota Kupang berbatasan dengan Teluk Kupang,
Kawasan Timur dan Selatan, berbatasan dengan Kabupaten Kupang. Secara
geologis wilayah ini terdiri dari pembentukan tanah dari bahan keras dan bahan
non-vulkanis.

Bahan-bahan

mediteran/rencina/liotsal

terdapat

di

semua

kecamatan, luas Kota Kupang adalah 180,27 Km atau 18.027 Ha.


Penduduk Kota Kupang merupakan masyarakat yang berbeda-beda, baik
secara ras maupun etnis sebagian besar bersuku Timor, Rote, Sabu, Tionghoa,
Flores dan sebagian merupakan pendatang dari luar pulau. Jumlah penduduk per
2016 tercatat sekitar 450 Ribu Jiwa.
Kota Kupang adalah termasuk yang mempunyai iklim tropis, sedangkan
berdasarkan hasil perhitungan menurut klasifikasi yang diberikan oleh Schmidt
dan Ferguson termasuk tipe iklim D. Keadaan iklim khususnya curah hujan di
Kota Kupang tercatat 1.720,4 mm dan hari curah hujan sebanyak 152 hari.
Biasanya curah hujan tertinggi jatuh pada bulan Januari yaitu sekitar 598,3 mm

sedangkan hari curah hujan tertinggi jatuh di bulan desember dengan perhitungan
28 hari hujan.2
Suhu rata-rata Kota Kupang berkisar antara 23,8 C sampai 31,6 C
dengan kelembaban udara rata-rata berkisar antara 73 persen sampai 99 persen.3
Sebagaimana provinsi NTT, masyarakat Kota Kupang bekerja disektor pertanian
dan kelautan yang sangat bergantung pada keadaan iklim.4

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur,http://nttprov.go.id/provntt/i ndex.php?optio


n=co m content &task=view&id=68&Itemid=66, diakses pada 09/09/2016.
3

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur, http://nttprov.go.id/provntt/index.php?optio


n=com_ & task=view&id=68&Itemid=66, diakses pada 09/09/2016.
4

Data BPPS 2009 menunjukan 85 persen masyrakat NTT termasuk Kota Kupang
bekerja disektor pertanian, terutama pertanian lahan kering dengan produk utama adalah jagung.

Bagian II
Dampak Langsung Perubahan Iklim di Kota Kupang

Perubahan iklim
berpengaruh besar
dalam dinamika
kehidupan lingkungan
sosial. Sebagian besar
masyarakat Kota
Kupang sangat
bergantung pada
keadaan iklim

1. Dampaknya di Kota Kupang


Kondisi Kota Kupang yang terletak di daerah
pesisir ditambah dengan kondisi wilayah yang berbatu
karst atau sering disebut dengan Batu Bertanah
menjadikan Kota Kupang rentan akan perubahan iklim
dan pemanasan global yang saling terkait. Kerentanan
perubahan iklim yang utama di Kota Kupang untuk
dilihat

sebagai

ancaman

nyata

keberlangsungan

masyarakat dan lingkungan yaitu keke-ringan, abrasi wilayah pesisir, tanah


longsor dan badai.5

A. Kekeringan
Perubahan iklim yang membuat curah hujan tidak menentu menyebabkan
Musim kemarau semakin panjang dan musim hujan semakin pendek, berdampak
langsung di Kota Kupang. Tahun 2012 adalah tahun dimana Kota Kupang sulit
mendapatkan air. Sumber mata sir di Kota Kupang mengalami kekeringan dan
debit penampungan air menjadi sedikit. Pada tahun tersebut terjadi kekeringan
yang lebih kering dari biasanya. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya dimana
meskipun terjadi kekeringan namun debit air tidak sampai kering. BMKG
mencatat bahwa pada tahun tersebut kenaikan suhu di Kota Kupang diatas normal
bahkan sempat mencapai 37 derajat celcius yang pada umumnya suhu diKota
Kupang normalnya adalah 32 derajat celcius. Suhu tersebut

kemudian

Dokumen RAD API-PRB, 2015. rencana aksi daerah untuk adaptasi perubahan iklim
dan pengurang-an risiko bencana Kota Kupang. UNDP Indonesia Country.

dikategorikan oleh BMKG sebagai perubahan suhu yang tergolong ekstrem


dimana berada dititik 35 derajat celcius keatas.6
Kasus yang sama terjadi pada tahun 2015. Musim kemarau yang
berkempanjangan menyebabkan warga Kota Kupang kesulitan mendapatkan air
bersih seperti di sejumlah lokasi seperti di Kelurahan Namosain, Alak

dan

Penkase Oeleta Kecamatan Alak Kota Kupang, Kemudian terjadi pula pada tahun
2016.7 Perlu diketahui bahwa salah satu sumber pemenuhan air di Kota Kupang
bersumber dari Baumata. Hingga tahun 2016 selain terjadi fenomena kekeringan,
terjadi krisis air bersih karena debit air di permukaan air Baumata mengalami
penurunan hingga 40 persen akibat bencana kekeringan berkepanjangan yang
melanda daerah ini.8
B. Abrasi wilayah pesisir
Secara geografis Kota Kupang terletak di pesisir pantai dan memiliki garis
pantai yang cukup panjang, yang terbagi di tiga kecamatan. Salah satu wilayah
yang paling sering terdampak abrasi pantai adalah di Pantai Oesapa tepatnya
dikelurahan Oesapa, Kota Kupang, titik-titik ancaman abrasi yaitu terletak di
Pantai Oeba, Pantai Oesapa, Pantai Pasir Panjang, dan di Pantai Namosaian.9
Di Pantai Oesapa, hutan mangrove yang seharusnya berfungsi mengurangi
ancaman abrasi yang sering terjadi di Pantai Oesapa mengalami banyak kerusakan
atas aktivitas masyarakat sendiri. Banyak pohon mangrove yang terpotong dan
mati, juga terdapat sampah-sampah plastik yang berserakan dipesisir pantai
padahal secara fungsi mangrove sangat bermanfaat. Pertama, tanaman mangrove

Berita Satu Indonesia, http://www.beritasatu.com/berita-utama/81931-suhu-ekstremkota-Kupang-ke ke ringan.html, diakses pada 09/09/2016.


7

Tribata News, http://tribratanewsntt.com/2015/10/06/krisis-air-polres-Kupang-kotabantu-warga-kecamatan-alak/ , diakses pada 09/09/2016.


8

NTT Terkini, http://www.nttterkini.com/atasi-kekeringan-pdam-Kupang-bangun-duasumur-bor/ , diakses pada 09/09/2016.


9

Warta Ekonomi, http://m.wartaekonomi.co.id/berita99329/proyek-breakwater-pantaiKupang-habiskan-rp37-miliar.html, diakses pada 09/09/2016.

adalah lokasi berkembang biak ikan dan biota laut lainnya. Kedua, tempat
penangkal bencana, terutama abrasi.
C. Tanah Longsor
Perubahan iklim yang menyebabkan musim dan curah hujan tidak menentu
seringkali membuat kering saat tidak hujan dan saat hujan menyebabkan bencana
tanah longsor. Tahun 2013 pernah terjadi bencana tanah longsor di Kota Kupang.
Tanah longsor tersebut menyebabkan setidaknya menimbun 20 rumah tepatnya di
Kelurahan Belo. Tahun 2014 cuaca buruk yang melanda Kota Kupang pun
terdapat kasus yang sama. Beberapa Kelurahan di Kota Kupang mengalami
kerusakan akibat tertimpa tanah longsor.10 Hingga tahun 2016 juga masih

belum

terdapat perubahan untuk kerentanan perubahan iklim yang menyebabkan tanah


longsor, misalkan bahwa yang telah terjadi saat itu adalah saat hujan deras
melanda, menyebabkan tanah longsor tepatnya di Kelurahan Belo. 11
D. Angin Kencang dan Badai
Selain tanah longsor, badai atau angin kencang juga terjadi, badai pesisir
yang cukup kencang seringkali menimpa kawasan Oesapa, Oesapa Barat dan
Fatubesi, sementara angin kencang seperti angin putting beliung sering
mengancam wilayah berbukit seperti Bello, Futukoa and Nainoni di Kota Kupang.
Berbagai kerusakan yang ditimbulkan adalah rusaknya rumah dan bangunan,
perahu nelayan. Banyak nelayan yang tidak melaut selama musim badai (musim
barat).

2. Dampak Khusus Perubahan Iklim di Kota Kupang

Pada Sektor

Pertanian dan Perikanan


Hal-hal yang telah dijelaskan mengkonfirmasi tingkat kerentanan
perubahan iklim yang sangat tinggi di Kota Kupang, dalam kaitannya dengan
10

Moral Politik,
http://www.moral-politik.com/2014/01/19-rumah-di-kota-Kupangambruk-akibat-longsor/ , diakses pada 09/09/2016.
11

Tribata
News,
http://tribratanewsntt.com/2016/03/02/kapolres-Kupang-kotamendatangi-lokasi-tanah-longsor/ , diakses pada 09/09/2016.

10

Kota Kupang bahwa perubahan iklim yang terjadi dalam skala global berpengaruh
hingga lokal. Hal tersebut diperparah dengan aktivitas-aktivitas masyarakat Kota
Kupang yang seringkali tidak sadar lingkungan. Lebih lanjut, hal-hal di atas
hanyalah sebagian kecil dari sekian kasus-kasus dampak langsung perubahan
iklim di Kota Kupang. Masih banyak terdapat dampak langsung perubahan iklim
dan pemanasan global di Kota Kupang. Berikut beberpa contoh lainnya dampak
langsung perubahan iklim yang terjadi di Kota Kupang :

A. Dampak Sektor Pertanian


Perubahan iklim global akan mempengaruhi banyak hal, termasuk empat
unsur iklim dan komponen alam yang sangat erat kaitannya dengan pertanian,
yaitu: (1) naiknya suhu udara yang juga berdampak terhadap unsur iklim lain,
terutama kelembaban dan dinamika atmosfer, (2) berubahnya pola

curah hujan,

(3) makin meningkatnya intensitas kejadian iklim ekstrim (anomali iklim) seperti
ElNino dan La-Nina, dan (4) naiknya permukaan air laut akibat pencairan gunung
es di kutub utara.12 Perubahan iklim global juga disebabkan oleh peningkatan
emisi Gas Rumah Kaca (GRK) akibat berbagai aktivitas yang mendorong
peningkatan suhu bumi.13
Sektor pertanian, selain merupakan penyumbang emisi GRK, pertanian
juga merupakan sektor yang paling terkena dampak akibat perubahan iklim,
terutama tanaman pangan. Perubahan iklim telah menyebabkan penurunan
produktivitas dan produksi tanaman pangan akibat peningkatan suhu udara, banjir,
kekeringan, intensitas serangan hama dan penyakit, serta penurunan kualitas hasil
pertanian.

12

Direktorat Pengelolaan Air. 2009. Pedoman Umum Sekolah Lapang Iklim. Direktorat
Jenderal
Pengelolaan
Lahan
dan
Air,
Departemen
Pertanian.
http://pla.deptan.go.id/pdf/11_PEDUM_SL, diakses pada 09/09/2016.
13

Las I. 2007. Pembingkaian Diskusi Panel dan Penelitian Konsorsium Perubahan Iklim.
Presentasi pada Rapat (Round Table Disscusion) Tim Pokja Anomali Iklim, Bogor, 22 Agustus
2007. Badan Litbang Pertanian.

11

Tahun 2009 hingga 2010, menurut riset yang dilakukan oleh paulus raja kota pada
tahun 2010,14 ada empat dampak bagi petani lahan kering akibat perubahan iklim;
(1) gagal panen pada musim tanam 2009/2010, (2) ketidakcukupan pangan
keluarga, (3) perubahan jadwal tanam, (4) kesiapan lahan pada usim tanam
2009/2010. Sedangkan dampak bagi Nelayan Artinasal yaitu kenaikan suhu air
laut dipantai mengakibatkan jenis hasil laut seperti udang, kerang, dan kepiting
tidak naik ke pinggir pantai.
Pada tahun tersebut terjadi curah hujan yang tidak menentu dan adapun
terjadi perubahan jadwal tanam sehingga berdampak pada gagal panen bagi petani
lahan kering. Dampak komoditi makanan pokok masyarakat yang gagal panen
adalah jagung dan padi. Tanaman jagung dan padi tersebut kekurangan air pada
saat berbunga dan kelibihan air pada saat jagung siap panen sehingga banyak hasil
yang rusak karena keterlambatan panen. Dampak ini kemudian secara langsung
mengalami penurunan yang signifikan yaitu sekita 65 persen dengan rata-rata luas
lahan 1 Ha petani dapat menghasilkan 4.000 bulir jagung dalam dua tahun
sebelumnya sedangkan pada sekitar tahun 2009-2010 Petani hanya dapat
menghasilkan 1200-1500 bilir jagung.
Perubahan iklim yang menyebabkan berkurangnya produksi panen
tersebut kemudian langsung berkaitan dengan ketersediaan pangan keluarga.
Misalkan, dengan jumlah rata-rata Anggota keluarga empat orang maka setiap
keluarga membutuhkan 15 hingga 20 bulir jagung atau 1,2 kg beras setiap
harinya. Dengan hasil jagung berkisar 1200-1500 bulir jagung dan bantuan beras
raskin 10 kg per bulan maka ketersediaan pangan keluarga hanya bertahan selama
3-4 bulan.

B. Dampak bagi Nelayan


Salah satu profesi masyarakat Kupang adalah berprofesi sebagai Nelayan
Artinasal atau Nelayan Tradisional, menurut kepala BPDB penduduk

Kota

14

Paulus Raja kota. 2010. Bertahan ditengah anomali iklim upaya pemenuhan pangan
pada petani lahan kering dan nelayan artisanal di Kupang menghadapi perubahan iklim. Report:
hasil penelitian damak anomali iklim terhadap petani lahan kering dan nelayan artinasal di
kabupaten Kupang dan Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur.

12

Kupang kurang lebih 5.100 orang berprofesi sebagai nelayan, baik nelayan penuh,
nelayan sambilan utama, nelayan sambilan tambahan dan sebagai

buruh

nelayan.15 Dampak perubahan iklim di Kota Kupang juga dirasakan oleh Nelayan
Artinasal yang kerap kali mengandalkan peralatan sederhana dalam mencari hasil
laut. Akibat perubahan iklim yang menyebabkan tingginya gelombang air laut
disertai angin kencang telah mengancam mata pencaharian sebagian nelayan.
Seringkali Nelayan Artinasal Kota Kupang tidak lagi melaut dengan kapalnya
yang kecil. Selain itu naiknya suhu air laut menjadi penyebab sehingga
menyebabkan beberapa hasil laut seperti udang, kerang dan kepiting tidak naik ke
pinggir pantai. Dampak perubahan iklim bagi nelayan artinasal ini mengurangi
waktu tangkapan salah satunya yaitu misalkan naiknya tinggi air laut dan
menurunnya hasil tangkapan karena terjadi peningkatan suhu air laut di pantai.
3. Respon Aktor-Aktor di Kota Kupang
A. Respon Pemerintah Kota Kupang
Dalam merespon dampak langsung perubahan iklim di Kota Kupang,
Pemerintah Kota Kupang sebetulnya telah melakukan beberpa hal sebagai bentuk
respon terhadap fenomena perubahan iklim. Wali Kota Kupang sebagai Pemegang
Otoritas pengambilan keputusan tertinggi di Kota Kupang, telah memiliki susunan
program terkait dengan ruang tebuka, dimana setiap kecamatan harus memiliki
ruang terbuka sendiri. Salah satu tindakan sebagai respon akan dampak perubahan
iklim adalah ruang terbuka hijau seperti taman nostalgia.
B. Respon Masyarakat Tehadap Perubahan Iklim
Masyarakat sebetulnya adalah bagian yang paling penting akan
dampaknya, respon masyarakat Kupang terkait perubahan iklim yaitu terdapat
sebuah kelompok atau komunitas seperti geng motor Inovasi Mobilisasi Untuk
Transformasi atau Geng Motor (IMUT) GMI. Tujuan GMI salah satunya agar
Kota Kupang bisa mandiri energi karena memiliki potensi. Hal yang paling
terlihat dari GMI adalah secara kolektif membuat biogas yang sampai saat ini
15

Mongbay Indonesia, http://www.mongabay.co.id/2015/01/05/mangrove-pantai-oesapaKupang-riwayatmu-kini/ , diakses pada 09/09/2016.

13

sudah tersedia sekitar 60 unit. Biogas terbuat dari drum bekas, yang banyak
ditemukan di Kota Kupang. GMI juga membuat kompor dari ban bekas serta
pernah membuat desalinator.
Selain GMI, beberapa kelompok masyarakat Kupang yang sadar akan
lingkungan juga telah membentuk gerakan sekolah hijau yang bertujuan untuk
membuka baik secara edukatif maupun partisipatif tentang pencegahan perubahan
iklim, namun demikian, respon masyarakat dalam hal per individu masih minim.
C. Respon Swasta Terhadap Perubahan Iklim
Untuk pihak swasta yang ada di Kota Kupang dalam merespon perubahan
iklim memberikan beberapa kontribusi. Pihak-Pihak Swasta tersebut misalkan
Bank NTT dimana salah satu kegiatan Bank NTT adalah membantu pembiayaan
mikrohidro sebagai bentuk pengembangan energi terbarukan serta bekerja sama
dengan UNDP untuk proyek biogas. Pengembangan green bond juga menjadi
salah satu rencana pengembangan yang didorong oleh OJK. Misalnya, Pemerintah
Kota, atau Pemda se-NTT, berniat akan bekerja sama dalam proyek untuk
membangun teknologi energi dari gelombang laut untuk dikembangkan di Kota
Kupang.

14

Bagian III
Tantangan Perubahan Iklim di Kota Kupang
Tantangan perubahan iklim bagi aktor dalam hal ini Pemerintah Kota
Kupang yang utama adalah membuat perencanaan tangguh terhadap perubahan
iklim. Berikut tantangan perubahan iklim bagi Kota Kupang:

1. Perlindungan Wilayah Konservasi

Potensi konservasi di Kota Kupang salah satunya terletak di Kelurahan


Oesapa, dimana perairan pesisir dan lautnya terdapat berbagai kekayaan
keanaragaman hayati dan biasanya disebut Pantai Oesapa. Wilayah Pesisir Pantai
Oesapa merupakan suatu kawasan yang termasuk dalam lingkup kawasan taman
wisata alam laut Teluk Kupang, dimana perairan pesisir dan lautnya terdapat
ekosistem seperti mangrove, padang lamun (seagrass), algae (seaweed), pantai
berpasir, pantai berbatu, estuari dan jenis ekosistem lainnya beserta jenis ikan,
udang, moluska yang dapat dimanfaatkan.16 Permasalahan yang terjadi di Kota
Kupang adalah sering kali banyak terjadi kerusakan di wilayah konservasi
tersebut seperti penebangan mangrove, pembuangan sampah yang menyebabkan
pencemaran, penangkapan yang bersifat destruktif dan lain-lain.
Perlindungan ekosistem mangrove dan terumbu karang sangat diperlukan,
karena Kota Kupang terdiri atas mayoritas wilayah ekosistem mangrove dan
terumbu karang, ekosistem mangrove di Kota Kupang terletak di pantai Oesapa,
kondisi geomorfologi pantai Oesapa adalah berupa pantai datar dengan endapan
lumpur berpasir, sehingga banyak ditumbuhi berbagai macam vegetasi mangrove
dan lamun di di dalamnya. Jenis mangrove yang mendominasi wilayah ini adalah
Jenis Rhizophora, Cerops dan Avicenia. Sedangkan jenis lamun yang
mendominasi wilayah ini adalah Enhalus acordies dan Halodule uninervis. Selain
jenis mangrove dan jenis lamun yang ada, banyak juga terdapat berbagai jenis
organisme yang hidup di dalamnya. Organisme-organisme tersebut diantaranya
16

Risamasu L. J. Fonny., 2014. Kajian Kondisi Sumberdaya Kelautan Dan Perikanan Di


Provinsi Nusa Tenggara Timur. Universitas Nusa Cendana. Kupang.

15

berupa organisme makro dan organisme mikro. Organisme makro meliputi jenisjenis ikan, bivalvia, oyster (tiram) dan lain-lain, sedangkan dari jenis mikro
misalnya berupa plankton dan bakteri.
Selanjutnya adalah perlindungan ekosistem terumbu karang, pengelolaan
terumbu karang di kawasan Teluk Kupang merupakan salah satu kawasan
konservasi di Kupang sejak ditetapkan sebagai kawasan pelestarian alam pada
tahun 1993 sebagai Kawasan Taman Wilayah Alam Laut, karena merupakan
kawasan yang termasuk dalam lingkup Kawasan Taman Wisata alam Laut Teluk
Kupang, kondisi ekosistem terumbu karang di dalam kawasan TWAL Teluk
Kupang dapat menentukan nilai ekologi dan ekonomi dari kawasan TWAL Teluk
Kupang. Lokasi TWAL Teluk Kupang terletak sangat strategis karena terletak
tepat di depan Kota Kupang sebagai etalase pelestarian dengan luas mencakup
50.000 Ha, dan keanekaragaman potensi yang dapat dikembangkan untuk wisata
alam, wisata bahari, wisata budaya dan wisata ilmiah memungkinkan usaha
pengembangannya dari kondisi sekarang menjadi asset yang sangat penting bagi
pengembangan pariwisata di masa yang akan datang.
Fungsi penting terumbu karang yaitu sebagai penyerap karbon dan
penyimpan karbon. Sehingga ekosistem terumbu karang dapat berfungsi sebagai
penurun emisi dan juga sumber emisi apabila terjadi degradasi laut, sementara
penambangan karang dan penangkapan secara destruktif di daerah kawasan masih
berlangsung.17

2. Sinergitas Kebutuhan Listrik

Kebutuhan akan listrik di Kota Kupang seringkali menjadi masalah, relasi


pemenuhan kebutuhan listrik dan perubahan iklim bahwa pemenuhan kebutuhan
listrik di Kota Kupang harusnya dijalankan dengan langkah-langkah yang ramah
lingkungan dalam lingkup antisipasi perubahan iklim. Penggunaan listrik dengan
menggunakan minyak bumi sering kali berdampak langsung pada meningkatnya
pelepasan karbondioksida. Kemudian pertanyaan sederhananya adalah jika
17

Angwarmase, I. 2009. Struktur Komunitas Ikan Karang dan Valuasi Ekonomi Karang
di Desa Hansisi Kecamatan Semau Teluk Kupang. [Tesis]. Program Studi Pengelolaan
Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Program Pascasarjana Universitas Nusa Cendana. Kupang.

16

penggunaan minyak bumi terbukti banyak melepaskan karbon di udara,


bagaimana mengurangi dampak karbon yang berbanding dengan kebutuhan listrik
di Kota Kupang? Oleh sebab itu berikut tantangan Kota Kupang menargetkan
kebutuhan pemenuhuan listrik yang ramah lingkungan yaitu meliputi dan tidak
terbatas dengan hal-hal sebagai berikut:

A. Pembangkit Listrik Tenaga Gas Sampah


Limbah di Kota Kupang datang dari kegiatan yang beragam, mulai dari
sampah yang dihasilkan perorangan, maupun sampah yang dihasilkan dari
industri-industri kecil seperti industri tahu dan tempe, yang mampu menghasilkan
limbah sebesar 2000 L/Hari. Limbah-limbah ini harus diproses supaya tidak
menimbulkan pencemaran dan menghasilkan emisi gas rumah kaca berupa gas
metana.
Aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat misalkan yang tinggal di
wilayah pesisir pantai Oesapa seperti aktivitas pemukiman, pemasaran dan
perdagangan yang dimana pembuangan sampah-sampah plastik, bekas-bekas
pukat yang tidak dipakai, kaleng-kaleng bekas, bekas-bekas kardus dan limbah
rumah tangga langsung ke laut mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas
lingkungan yang akan berdampak pada perubahan atau terganggunya kondisi
ekosistem yang ada di wilayah pesisir.

Maka dari itu, tantangan bagi Kota Kupang adalah mengelola Tempat
Pemrosesan Akhir (TPA) Terpadu: Reduce, Reuse, Recycle. Dengan menargetkan
Pembangkit Listrik Tenaga Gas Sampah dimana bahan baku sampah menjadi
sumber utama dengan menggunakan sistem landfill gas power plant. Pembangkit
Listrik dengan Termal proses atau gasifikasi sampah dalam prosesnya, tidak
hanya berasal dari sampah organik melainkan juga sampah anorganik.
Pembangkit Listrik Tenaga Gas Sampah ini kemudian selain dapat memenuhi
kebutuhan listrik Kota Kupang, juga dapat menjadi bagian dari antisipasi
perubahan iklim. Dari hasil pengelolaan tenaga listrik gas sampah ini, misalkan
dari 1300 hingga 1.400 ton sampah akan dapat menghasilkan 2 megawatt yang

17

dihasilkan perhari. Dengan kapasitas tersebut diperkirakan akan mampu


memenuhi kebutuhan listrik di setiap satu kecamatan.

B. Pembangkit Listrik Tenaga Laut


Perkembangan teknologi pemanfaatan energi baru alternatif terbarukan,
telah berkembang dengan pesat seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan
energi listrik. Terkait Kota Kupang, salah satu tantangan teknis penyediaan listrik
adalah dengan menggunakan metode Ocean Thermal Energy Conversion OTEC
sebagai energi baru terbarukan sebagai sumber energi alternatif yang lebih efisien
dan ramah lingkungan (Green Energy) seperti pemanfaatan energi laut. Prinsip
yang dikembangkan pada aplikasi teknologi pemanfaatan energi arus laut adalah
melalui konversi tenaga kinetik masa air laut menjadi tenaga listrik. Misalkan
dengan menggunakan jenis Pembangkit Listrik Tenaga Arus Listrik jenis Marine
Curent Energy for Electricity (MARCEE). Satu unit sistem MARCEE ini mirip
dengan model Kobold, secara teoritis dapat menghasilkan 1,0-1,2 MW perturbin
dan dapat dikembangkan menjadi turbin 8 turbin terintegrasi. Pada prinsipnya
teknologi MARCEE ini adalah mengembangkan pembangkit listrik tenaga arus
menggunakan

model

turbin

tunggal

dan

turbin

farm) terutama untuk kawasan yang lebih luas.18

multiganda (turbine

Kesemuanya itu harus

dibarengi dengan menyiapkan green zone atau zona hijau terbuka. Zona hijau ini
diperlukan untuk antisipsi negatif seperti di kawasan dekat TPA yang berhadapan
langsung dengan pemukinan sekitar.
HIGHLIGHT
Adapun hal lainnya Perubahan iklim memiliki kaitannya dengan Gas Karbon dioksida.
Dalam hal meningkatnya Gas karbon dioksida sebenarnya dapat dihilangkan baik secara
langsung maupun tidak langsung atau bertahap. Cara yang paling mudah untuk
menghilangkan karbon dioksida adalah pertama, dengan menanam pohon lebih banyak
lagi. Pohon akan dapat menyerap karbon dioksida. Kedua, perubahan tren penggunaan
energi pembangkit listrik seperti gas mulai digunakan sebagai sumber energi alternatif.
peralihan penggunaan bahan bakar minyak bumi ke gas sebenarnya secara tidak langsung
dapat mengurangi jumlah pelepasan karbon dioksida yang dilepas ke udara, karena
penggunaan gas lebih sedikit melepas karbon dioksida bila dibandingkan dengan minyak
bumi atau batubara. Ketiga, penggunaan energi terbarukan lainnya adalah dengan
menggunakan energi nuklir. Meskipun kontroversi, terbukti pembangkit listrik tenaga
nuklir tidak melepas karbon dioksida.

18

http://www.esdm.go.id/berita/323-energi-baru-dan-terbarukan/4310-pembangkit-listriktenaga-arus-laut-bagi-desa-pesisir-tertinggal-second-opinion.html

18

Bagian IV
Strategi dan Kebijakan Perubahan Iklim

Peluang

keberhasilan

kota-kota

yang

Menanggapi masalah-

berpotensial terkena dampak perubahan iklim

masalah akibat

terhadap cara-cara mitigasi penyelesaian dampak

perubahan iklim, bukan

perubahan iklim salah satunya bergantung pada

tentang seberapa

Pemerintah.

Apapun

yang

dilakukan

oleh

banyak yang terlibat,

Pemerintah kemudian bergantung pada dukungan

melainkan bagimana

dari referensi-refernsi kebijakan yang berorientasi

strategi dan Kebijakan

pada

lingkungan.

Dengan

demikian

bahwa

Pemerintah

masyarakat yang hidup di sekitar Kota tersebut

menghasilkan dampak

mendapatkan jaminan lewat kebijakan oleh

mitigasi sekaligus

Pemerintah untuk mencegah sekaligus mengatasi

penanganan.

kerentanan perubahan iklim yang banyak sekali


berdampak

pada

kondisi

sosial

ekonomi

masyarakat setempat.

Tidak seperti strategi politik atau militer, strategi tata kelola lingkungan
dari aspek cara pandang dampak perubahan iklim tidak banyak mendapat cukup
perhatian untuk langkah taktis mengelola lingkungan daerah setempat.
Pembahasan besar atas strategi tata kelola lingkungan untuk kurun waktu lama
adalah pembahasan tentang bagaimana mendekati persoalan lingkungan daerah
dalam bingkai isu perubahan iklim.
Adalah

menjadi

kebutuhan

untuk

memetakan,

memahami,

dan

merumuskan perkembangan strategi lingkungan dalam kaitan perubahan iklim


kontemporer. Oleh karena itu, alih-alih membahas strategi lingkungan sebatas
persoalan minor. Pembahasan strategi disini secara konsep menyangkut dimensi
yang lebih luas. Tidak hanya menyangkut prinsip dasar yang telah

disediakan

19

paris COP namun strategi lingkungan lebih jauh mencakup potioning dasar
terhadap kerentanan perubahan iklim dan upaya-upaya pencaturan, penguasaan,
pengetahuan dan pemanfaatan dalam kaitannya.
Maka dari itu, tidak saja mendefinisikan strategi lingkungan sebagai suatu
yang tidak terpisah dari soal perubahan iklim pada umumnya, strategi lingkungan
pada dasarnya adalah kolam asupan pikir bagi segala kebijakan. Dari situlah
sebuah tinjauan umum bagi referensi pemerintah daerah Kota Kupang terhadap
bagaimana kebijakan-kebijakan pokok strategi dan kebijakan bagi lingkungan
Kota Kupang terhadap perubahan iklim berharga dalam perkembangan sistemik
yang melingkupi secara praktis menemukan arti pentingnya sebagai upaya
Pemerintah melakukan manajerial Tata Kota Lingkungan Kota Kupang.

1. Strategi

Strategi antisipasi perubahan iklim dibagi atas dua yaitu adaptasi


perubahan iklim dan mitigasi perubahan iklim. Adaptasi perubahan iklim adalah
suatu proses untuk memperkuat dan membangun strategi antisipasi dampak
perubahan iklim serta melaksankannya sehingga mampu mengurangi damak
negatif dan mengambil manfaat positifnya. Sedangkan, Mitigasi perubahan iklim
adalah usaha pengendalian untuk mencegah terjadinya perubahan iklim melalui
kegiatan yang dapat menurunkan emisi atau meningkatkan penyerapan gas rumah
kaca dari berbagai sumber emisi.
Merujuk dari garis besar strategi tersebut berikut akan dijelaskan langkahlangkah adaptasi dan mitigasi yang memungkinkan mengurangi dampak
perubahan iklim:

A. Adaptasi

Upaya penanganan perubahan iklim dalam skala lokal, menjadi satu aspek
penting dari strategi adaptasi total pada area perkotaan. Adaptasi dimaksudkan
terkait dengan kesiapan Masyarakat Kota Kupang dalam beradaptasi menghadapi
perubahan iklim. Ukuran adaptasi terkait dampak perubahan iklim

dapat dibagi

20

menjadi tiga ukuran yaitu infrastrukur wilayah, dunia usaha dan populasi warga.
Rekomendasi strategi adaptasi dari Lembaga World Bank (2009), lebih
mengutamakan pada adaptasi berbasis ekosistem. Upaya seperti menghijaukan
kembali hutan untuk mengurangi aliran arus air permukaan, merehabilitasi situ
dan daerah tangkapan air untuk mengurangi banjir, melakukan pengelolaan daerah
pesisir, seperti penanaman kembali mangrove dan rehabilitasi karang. Upaya
penghijauan lainnya dapat dilakukan pada setiap tempat mungkin, misalnya pada
atap bangunan termasuk budidaya tanaman di Perkotaan.
Upaya penanganan dalam skala yang lebih kecil terkait dengan lingkungan
permukiman. Revitalisasi yang permukiman membutuhkan biaya mahal, dapat
diatasi dengan melakukan peningkatan kualitas bangunan yang membutuhkan
biaya lebih sedikit. Peningkatan kesiagaan bencana menjadi ukuran penting
adaptasi perubahan iklim terutama di Kota Tepian Air, penyediaan peringatan dini
berbasis komunitas dan sistem respon untuk koordinasi yang lebih baik, serta
kemampuan instatansi terkait untuk melayani kebutuhan spesifik dari masyarakat.
Peningkatan kapasitas adaptasi dapat dilakukan di antara pemangku kepentingan,
yaitu Pemerintah Daerah dan Pusat, Organisasi Non Pemerintah atau Lembaga
Swadaya Masyarakat.

Terkait dengan adaptasi, harus terdapat suatu kegiatan yang bersifat


adaptatif kreatif, yang meliputi; Pertama, Kegiatan yang mengolah limbah rumah
tangga seperti koran bekas, plastik, kayu, dan limbah alam seperti dedaunan
kering atau bunga serta buah kering yang kesemuanya dapat diolah menjadi
kerajinan tangan bernilai seni tinggi. Keterampilan yang dapat diajarkan kepada
penduduk Kota Kupang akan dapat memberikan nilai positif bagi tukar ilmu dan
ide dalam hal kewirausahaan sekaligus, hal lainnya adalah dengan menggalakkan
program menanam 1000 pohon setiap tahunnya. Dengan demikian, kemampuan
adaptif Masyarakat dan Lingkungan Kota Kupang dapat diaplikasikan kedalam
Program Pemerintah dengan menginisiasi Kampanye 1000 Pohon untuk
Kupang. Kedua, usaha pengolahan limbah sampah baik dari Rumah Tangga
ataupun dari Industri yang dilakukan oleh Masyarakat di Kota Kupang. Hal ini
dapat dilakukan denga cara melakukan pemilahan sampah dari level mikro di

21

setiap rumah dan industri, dimana selanjutnya hasil pemilahan tersebut diolah
kembali untuk mendatangkan manfaat ekonomi. Sampah non organik, selanjutnya
dipilah kembali sesuai jenisnya kemudian di jual ke industri sedangkan sampah
organik diolah untuk dijadikan sumber daya, seperti biogas. Ketiga, mengadopsi
Climate Protection Programme yang diksepakati dalam protokol Kyoto sebagai
kerangka utama dalam menciptakan Eco-Business plan. Program tersebut
mengatur dengan ketat proses produksi dan bisnis terutama dalam pengolahan
limbah dan penggunaan listrik agar lebih eco-frinedly. Hasilnya, Pemerintah akan
dapat mengurangi produksi sampah, limbah cair dan emisi karbondioksida. Selain
itu, dengan pelaksanaan program ini Pemerintah Kota dapat menghemat
pemakaian listrik dan air minum. Keempat, Perencanaan Jangka Pendek,
Menengah dan Panjang bagi Kota Kupang untuk mengurangi efek perubahan
iklim. Dengan mengintegrasikan dan mengadaptasi kerangka berpikir mengenai
mengurangi efek gas rumah kaca ke dalam setiap kebijakan yang mereka
keluarkan. Misalnya, dalam pembangunan jalan raya, pemerintah juga
memperhatian pengaturan peletakan pipa air, saluran air, lampu jalan raya dan
penanaman pohon agar dapat mengahsilkan efisensi energi dan sekaligus
menyerap emisi karbon. Lebih jauh, pemerintah akan juga dapat melakukan
kolaborasi dengan Climate Impacts Group untuk memberikan edukasi terhadap
staf pemerintah lokal untuk meningkatkan pengetahuan dan kepedulian terhadap
isu perubahan iklim. Adapun beradaptasi dapat dilakukan dengan melakukan
penataan lansekap lingkungan, penghijauan, menjaga daerah resapan, reuse,
recycling, dan lain-lain.

B. Mitigasi

Tindakan mitigasi bisa berupa proyek pengurangan emisi (penggunaan


energi rendah emisi) gas rumah kaca; dan proyek penyerapan karbon (reforestasi).
Seperti gerakan cinta lingkungan seperti pengelolaan sampah, bike to work,
mengurangi penggunaan plastik, menggunakan AC yang non CFC, hemat energi
dan lain sebagainya. Mitigasi perubahan iklim menjadi bagian dari komitmen
Presiden Republik Indonesia pada pertemuan G20 di Pittsburgh dan COP 15

22

untuk menurunkan emisi gas rumah kaca pada tahun target 2020. Peraturan
presiden No. 61 tahun 2011 tentang RAN GRK sedikit banyak telah menjelaskan
bagaimana mitigasi-mitigasi perubahan iklim. Intinya upaya-upaya pelaksanaan
mitigasi berupa pengembangan kegiatan publik, pelaku usaha dan Masyarakat
dalam upaya penurunan Gas Rumah Kaca di Daerah.

2. Kebijakan

Pada level Kebijakan Daerah, mengacu pada sejauh mana kebijakan yang
sesuai untuk mengurangi atau bagaimana cara-cara pengendalian perubahan iklim
bersinggungan dengan ranah Kebijakan Publik lainnya sehingga dapat
diimplementasikan dengan efektif. Referensi kebijakan umumnya didasarkan pada
lingkungan fisik dan lingkungan sosial, lingkungan fisik dapat berupa posisi
geografis, topografi, luas wilayah, jumlah penduduk dan sumber daya alam serta
manusia yang dimiliki. Sementara lingkungan sosial berhubungan dengan realitas
budaya, tingkat perekonomian, kapasitas sumber daya manusia, kekuatankekuatan politik daerah, dsb. Keduanya berorientasi terhadap bingkai perubahan
iklim.
Dalam penyusunan dan perumusan formulasi kebijakan yang berkaitan
dengan perubahan iklim di Kota Kupang, perlu adanya tindak lanjut terkait
kebijakan pengendalian perubahan iklim di Kota Kupang seperti pengelolaan,
perlindungan, dan pengawasan wilayah konservasi, ruang hijau, kebijakan terkait
dengan Pengolahan sampah, Sinergitas kebutuhan listrik yang ramah lingkungan,
Pengolahan energi baru terbarukan, Pengembangan teknologi dan ahli teknologi
untuk pengendalian perubahan iklim dan pendanaan. Selain itu, perlu adanya
sosialisasi dan edukasi rutin mengenai perubahan iklim disemua elemen
stakeholder seperti pemerintah, pihak swasta dan masyarakat.
Terkait hal tersebut penyusunan dan perumusan formulasi kebijakan
memiliki sasaran yang berkaitan dengan masalah-masalah perubahan iklim yang
terjadi di Kota Kupang ditujukan kepada Perangkat Pemerintahan atau Para
Pembuat Kebijakan dalam melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan
sesuai dengan kedudukan, tugas pokok dan fungsi Perangkat Pemerintahan

yang

23

telah ditetapkan dalam kebijakan. Dalam tataran Perangkat Pemerintahan yang


teridentifikasi terkait mengatasi pengendalian perubahan iklim yaitu;

a. Kementerian Lingkungan hidup dan Kehutanan.


b. Dewan Nasional Perubahan Iklim.
d. Gubernur Nusa Tenggara Timur beserta Perangkat Daerah terkait.
e. Walikota Kota Kupang beserta Perangkat Daerah terkait.

Dengan landasan peraturan;

a. Peraturan Presiden Republik Indonesia No.16 Tahun 2015 tentang


Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
b. Peraturan Presiden No.46 Tahun 2008 tentang Dewan Nasional
Perubahan Iklim.
c. Peraturan Derah Provinsi Nusa Tenggara Timur No. 11 Tahun 2008
tentang Organisasi dan tata kerja kerja Inspektorat, Bappeda,
Dan Lembaga Teknis Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur.
d. Peraturan Daerah Kota Kupang Nomor 07 Tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah, Inspektorat dan Lembaga teknis Daerah Kota Kupang.

Beberapa hal penting mengenai kebijakan perubahan iklim adalah terkait


dengan aktor pengendalian iklim adalah berupa antisipasi, adapasi dan mitigasi
yang dilakukan oleh pemerintah namun juga ada aspek-aspek bagi masyarakat
maupun pihak swasta dalam mengelaborasi implementasi kebijakan perubahan
iklim.

24

Bagian V
1. Kesimpulan
Kesimpulan dari tulisan ini adalah bahwa Kota Kupang merupakan kota
yang rentan akan perubahan iklim dan pemanasan global, perubahan iklim yang
menyebabkan pola cuaca musim tidak menentu. Pola musim yang menjadi tidak
menentu ini menyebabkan kondisi yang saling berkaitan sehingga menyebabkan
Kota Kupang rentan kekeringan, abrasi wilayah pesisir, tanah longsor dan angin
kencang atau badai. Faktor yang menyebabkan kawasan Kota Kupang rentan
terhadap perubahan iklim yang berdampak pada lingkungan dan Masyarakat yaitu
salah satunya dikarenakan secara geografis Kota Kupang berhadapan langsung
dengan laut sehingga wilayah Kota Kupang sangat rentan terhadap efek misalkan
naiknya suhu dan permukaan air laut. Keadaan ini menimbulkan dua ancaman
yang saling terkait yaitu dalam jangka pendek hingga panjang adalah dalam
jangka panjang kekhawatiran akan pengurangan garis pantai wilayah Kota
Kupang; dan jangka pendek hingga panjang yaitu terjadinya abrasi pantai
dikawasan tersebut sehingga merusak infrastruktur Kota Kupang.
Dampak langsung perubahan iklim telah terjadi di Kota Kupang seperti
disektor pertanian dan bagi nelayan. Di sektor pertanian, perubahan iklim
menyebabkan para petani mengalami siklus produksi hasil tanam yang tidak
menentu. Sedangkan dampak langsung perubahan iklim bagi Nelayan Artinasal
yaitu kenaikan suhu air laut di pantai mengakibatkan jenis hasil laut seperti udang,
kerang, dan kepiting tidak naik ke pinggir pantai. Perubahan iklim menyebabkan
suhu air laut naik disertai angin kencang sehingga membawa dampak bahwa
nelayan tradisional terkadang tidak dapat melakukan mata pencaharian di laut.
Tantangan utama perubahan iklim di Kota Kupang adalah pertama,
membuat perencanaan tangguh terhadap iklim seperti perlindungan wilayah
konservasi yang mencakup perlindungan ekosistem mangrove dan terumbu
karang yang dapat mengurangi karbon. Kedua, sinergitas kebutuhan listrik seperti
menggunakan energi alternatif baru terbarukan. Tantangan ini mencakup
bagaimana mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Gas Sampah dan

25

Pembangkit Listrik Tenaga Laut atau Ocean Thermal Energy Conversion


OTEC.
Pada akhirnya keberhasilan Pemerintah dalam mengelola strategi dan
kebijakan sebagai respon terhadap dampak perubahan iklim bisa diukur sejauh
mana adaptasi dan mitigasi yang dilakukan oleh Pemerintah sebagaimana potensi
lingkungan tersebut memberikan dampak keberlanjutan jangka pendek hingga
panjang dan keuntungan bagi Masyarakat sekitar untuk mengantisipasi dampak
ancaman langsung perubahan iklim. Strategi untuk tata kelola lingkungan
diperuntukan sebagai langkah-langkah manajerial bagaimana Pemerintah dapat
bertindak dalam proses pengendalian perubahan iklim hinggal hasil yang dapat
meminimalisir dampaknya di Kota Kupang. Selain itu, cara-cara mitigasi dampak
perubahan iklim yang dapat digunakan adalah menekan gas rumah kaca dan
penuntasan masalah-masalah kerusakan lingkungan yang dapat memperparah
kondisi iklim Kota Kupang. Ini harus menjadi agenda pokok tindakan Pemerintah
Kota Kupang, operasi pengendalian perubahan iklim pun dilaksanakan oleh tiga
stakeholder yaitu Pemerintah, Pihak Swasta dan Masyarakat.
2. Rekomendasi
Untuk itu berikut rekomendasi dari kajian ini sebagai bahan masukan
terhadap perumusan kebijakan yang terkait pengendalian perubahan iklim bagi
pembuat kebijakan:
1. Pemerintah Kota Kupang perlu merumuskan sasaran kebijakan perbaikan
kembali lingkungan-lingkungan yang telah rusak terlebih khusus
kawasan-kawasan yang dapat menekan CO2 dan kebijakan reboisasi atau
penanaman seribu pohon di kawasan yang gundul karena penebangan
yang berlebihan. Pemerintah dapat memberikan bibit dan himbauan
kepada para pemilik lahan atau warga sekitar untuk melakukan reboisasi
demi terjaganya kestabilan ekosistem dan terhindarnya bencana tanah.
2. Merencanakan pembentukan zona hijau di Kota Kupang, dengan cara
Membuat tahura atau taman hutan rakyat, tahura adalah sebuah kawasan
hutan yang di khususkan untuk rekreasi dan pohon yang berada disana
tidak bisa ditebang. Pemerintah dengan kebijakan tahura akan dapat
meminimalisir angka penebangan hutan yang dilakukan masyarakat serta
26

Pemerintah ingin memberikan contoh bahwa hutan dapat digunakan untuk


wisata yang memiliki keuntungan secara ekonomi.
3. Mengendalikan pengalihan fungsi hutan rakyat, dahulu hutan rakyat
hanya ditebang dan hanya memanfaatkan kayu dari hasil pohon yang
ditebang.
4. Mengarahkan masyrakat untuk menghemat pemakaian listrik dan
mengurangi emisi gas rumah kaca dengan EnviroSmart Retrofit Project.
Melalui project ini, mekanisme Pemerintah dapat mengganti lampu jalan
raya menjadi jenis lampu LED yang lebih hemat energi. Hal ini dapat
menhemat penggunaan listrik untuk lampu penerangan kira-kira sebesar
100 Watt per lampu.
5. Membina dan melakukan sosialisasi rutin kepada masyarakat untuk sadar
akan perubahan iklim.
6. Mengkoordinasikan dengan kebijakan pusat yaitu dalam PerPres
Republik Indonesia No.46 tahun 2008 tentang Dewan Nasional
Perubahan iklim untuk :

a. Membentuk Dewan perwakilan Daerah Perubahan iklim


b.Melakukan tindakan yang bersifat adaptasi, mitigasi, dan pendanaan.
c.Merumuskan

kebijakan pengaturan

mekanisme

pengendalian

perubahan iklim.
7. Mengarahkan untuk menghemat pemakaian listrik dan mengurangi emisi
gas rumah kaca dengan EnviroSmart Retrofit Project. Melalui project ini,
mekanisme Pemerintah dapat mengganti lampu jalan raya menjadi jenis
lampu LED yang lebih hemat energi. Hal ini dapat menhemat penggunaan
listrik untuk lampu penerangan kira-kira sebsar 100 watt per lampu.
8. Menetapkan kebijakan pencemar berbayar yaitu pihak-pihak yang
menyebabkan polusi dengan emisi karbon dibebankan kewajiban
membayar sebanding dengan kerusakan yang disebabkan.
9. Mengarahkan untuk wajib menggunakan energi ramah lingkungan untuk
kebutuhan sehari-sehari seperti kegiatan industri, energi, teknologi,

27

pertanian, pengelolaan sumber daya alam dan lain-lain. Energi tersebut


bersumber dari baru dan energi baru terbarukan, yaitu:

a. Kebijakan untuk memetakan bahwa energi yang digunakan tersebut


merupakan energi yang telah ditetapkan sebagai energi yang ramah
lingkungan.
b. Menetapkan energi alternatif baik energi baru dan energi baru
terbarukan.
10. Menentukan kriteria dibidang yang berkaitan langsung dengan antisipasi
adaptasi dan mitigasi prubahan iklim diberbagai sektor. Misalkan di
sektor pertanian dan kelautan, sebagai berikut:

a. Di bidang pertanian
1. Pemerintah wajib menentukan Pengelompokan tanaman
dalam suatu bentang lahan (land-scape) berdasarkan
kebutuhan air yang sama, sehingga pengairan dapat
dikelompokkan sesuai kebutuhan tanaman.
2. Pengolahan tanah minimum untuk mengurangi evaporasi
karena permukaan tanah terbuka. Penentuan waktu tanam
(crop calendar) berdasarkan data unsur-unsur iklim yang
valid dan seri data yang lebih panjang.
3. Efisiensi penggunaan air melalui perhitungan kebutuhan air
tanaman setiap musim tanam.
4. Pemilihan varitas tanaman yang unggul dan toleran terhadap
cekaman kekeringan, serta berumur pendek sebagai
antisipasi fenomena terjadinya El-Nino.
5. Penerapan teknik konservasi tanah dan air yang saat ini dapat
secara

langsung

dilaksanakan

oleh

petani,

seperti

pembuatan rorak, bak-bak penampung air, saluran buntu,


lubang penampung air dan lainnya.

28

6. Pemberian subsidi kepada petani di daerah hulu untuk


membangun pengendali erosi, seperti teras dan teknik
konservasi lahan lainnya.
7. Penetapan kebijakan pengelolaan lahan pertanian berbasis
konservasi beserta petunjuk teknisnya agar berbagai pihak
mengetahui tata hukum dan tata kelola pemanfaatan lahan
pertanian.

b. Di bidang Kelautan
1. Merumuskan

rencana

kebijakan

untuk

sanksi

terhadp

penangkapan ikan yang bersifat destruktif.


2. Pembuangan limbah dan sampah di laut baik oleh industri
maupun pemukiman
3. Pemilihan varietas terumbu karang yang dapat menekan gas
karbondioksida. Pemilihan varietas ini harus dibarengi dengan
pengelolaan dan perlindungan terumbu karang atau menatapkan
kebijakan pelarangan penangkapan

ikan dimana terdapat

terumbu karang.

Highlight :
Taman Wisata Alam Laut (TWAL); Pantai Oesapa
Wilayah pesisir pantai oesapa merupakan suatu kawasan yang
termasuk dalam lingkup kawasan TWAL diteluk Kupang,
dimana perairan pesisir dan lautnya terdapat ekosistem seperti
jenis mangrove (yang mendominasi seperti Jenis Rhizophora,
Cerops dan Avicenia), padang lamun seagrass (yang
mendominasi wilayah ini adalah Enhalus acordies
dan
Halodule uninervis), algae seaweed, pantai berpasir, pantai
berbatu, estuari dan jenis ekosistem lainnya beserta jenis ikan,
udang, dan moluska.
Selain jenis mangrove dan jenis lamun yang ada, banyak juga
terdapat berbagai jenis organisme yang hidup di dalamnya.
Organisme-organisme tersebut diantaranya berupa organisme
makro dan organisme mikro. Organisme makro meliputi jenisjenis ikan, bivalvia, oyster (tiram) dan lain-lain. Sedangkan
dari jenis mikro misalnya berupa plankton dan bakteri.

29

DAFTAR PUSTAKA
Angwarmase, I. 2009. Struktur Komunitas Ikan Karang dan Valuasi Ekonomi
Karang di Desa Hansisi Kecamatan Semau Teluk Kupang. [Tesis].
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Program
Pascasarjana Universitas Nusa Cendana. Kupang.

Dokumen RAD API-PRB, 2015. rencana aksi daerah untuk adaptasi perubahan
iklim dan pengurangan risiko bencana Kota Kupang. UNDP Indonesia
Country.

Direktorat Pengelolaan Air. 2009. Pedoman Umum Sekolah Lapang Iklim.


Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air, Departemen Pertanian.
http://pla.deptan.go.id/pdf/11_PEDUM_SL_
Friedman, Thomas L. 2009. Hot, Flat, and Crowded Mengapa Kita Butuh
Revolusi Hijau dan Bagaimana Masa Depan Global Kita. Jakarta:
Gramedia.

Fachri, Yuli and Yogi Permana. 2013. Respon Indonesia Terhadap Hasil
Copenhagen Summit 2009, Jurnal Transnasional

Harris, Paul G. 2005. Confronting Environmental Change in East and Southeast


Asia: Eco-Politics, Foreign Policy, and Sustainable Development. United
Nation Confrence Press
Kota, Paulus Kota, 2010. Bertahan ditengah anomali iklim upaya pemenuhan
pangan pada petani lahan kering dan nelayan artisanal di Kupang
menghadapi perubahan iklim. Report: hasil penelitian damak

anomali

iklim terhadap petani lahan kering dan nelayan artinasal di kabupaten


Kupang dan Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur.

iii

Las I. 2007. Pembingkaian Diskusi Panel dan Penelitian Konsorsium Perubahan


Iklim. Presentasi pada Rapat (Round Table Disscusion) Tim Pokja Anomali
Iklim, Bogor, 22 Agustus 2007. Badan Litbang Pertanian.

McCarney, P., H. Blanco, J. Carmin, M. Colley, 2011. Cities and climate change.
Climate Change and Cities: First Assessment Report of the Urban Climate
Change Research Network. C. Rosenzweig, W. D. Solecki, S. A. Hammer,
S. Mehrotra, Eds., Cambridge University Press, Cambridge, UK, 249269.,
diakses dari http://uccrn.org/wp-content/uploads/2011/06/ARC3-Chapter9.pdf

Risamasu L. J. Fonny, 2014. Kajian Kondisi Sumberdaya Kelautan Dan


Perikanan di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Universitas Nusa Cendana.
Kupang.

Peraturan Presiden Republik Indonesia No.16 Tahun 2015 tentang Kementerian


Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Peraturan Presiden No.46 Tahun 2008 tentang Dewan Nasional Perubahan Iklim

Peraturan Derah Provinsi Nusa Tenggara Timur No. 11 Tahun 2008 tentang
Organisasi dan tata kerja kerja Inspektorat, Bappeda, Dan Lembaga Teknis
Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur

Peraturan Daerah Kota Kupang Nomor 07 Tahun 2008 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Inspektorat dan
Lembaga teknis Daerah Kota Kupang.

Berita Satu. http://www.beritasatu.com/berita-utama/81931-suhu-ekstrem-kotaKupang-kekeringan.html. Diakses 23 agustus 2016.

iv

Tribata News

NTT.

http://tribratanewsntt.com/2015/10/06/krisis-air-polres-

Kupang-kota-bantu-warga-kecamatan-alak/. Diakses 23 agustus 2016.

NTT Terkini. http://www.nttterkini.com/atasi-kekeringan-pdam-Kupang-bangundua-sumur-bor/. Diakses 01 september 2016.

Warta Ekonomi.

http://m.wartaekonomi.co.id/berita99329/proyek-breakwater-

pantai-Kupang-habiskan-rp37-miliar.html. Diakses 12 agustus 2016.

Moral Politik. http://www.moral-politik.com/2014/01/19-rumah-di-kota-Kupangambruk-akibat-longsor/. Diakses 28 agustus 2016.

Tribata News NTT. http://tribratanewsntt.com/2016/03/02/kapolres-Kupangkota- mendatangi-lokasi-tanah-longsor/. Diakses 20 agustus 2016.

Mongabay. http://www.mongabay.co.id/2015/01/05/mangrove-pantai-oesapa-Ku
pang-riwayatmu-kini/. Diakses 06 agustus 2016.

Kementrian

ESDM.

http://www.esdm.go.id/berita/323-energi-baru-dan-terba

rukan/4310-pembangkit-listrik-tenaga-arus-laut-bagi-desa-

pesisir-

tertinggal-sec ond-opinion.html. Diakses 04 september 2016.

Pemerintah Provinsi

Nusa

Tenggara

Timur,

http://nttprov.go.id/

provn

tt/index.php?option=com_content&task=view&id=68&Itemid=66.
Diakses

04 september 2016.

Tentang FNF

Friedrich-Naumann-Stiftung Untuk Kebebasan (FNF) adalah sebuah Yayasan Politik


Jerman. Di Jerman dan di 60 negara di seluruh dunia, FNF bersama dengan mitra-mitra
kerjanya mempromosikan kebebasan, liberalisme, demokrasi, hak azasi manusia,
pluralisme, toleransi, ekonomi pasar dan negara hukum.FNF memiliki hubungan dekat
dengan partai politik Jerman Partai Demokrat Bebas (FDP). Kami didirikan pada 1958
oleh Presiden pertama Jerman, Theodor Heuss, dan telah bekerja di Asia sejak 1979,
dan di Indonesia sejak 1969. FNF beroperasi dengan dana publik dan berkantor pusat di
Potsdam, Jerman. FNF memberikan konsultasi kepada para pembuat keputusan di
Berlin dan menerbitkan berbagai laporan. Kami memfasilitasi dialog,
menyelenggarakan konferensi dan mengundang orang-orang muda dari Asia dan
berbagai wilayah lain untuk mengikuti seminar di Jerman.

Jl. Kertanegara 51, 12110 Jakarta Selatan, DKI Jakarta Indonesia.


Phone:
+62(21) 725 6012/13
Fax:
+62(21) 727 995 39
E-Mail:
jakarta@fnst.org
Internet:
http://www.fnf-indonesia.org

Bermitra bersama :

You might also like