Professional Documents
Culture Documents
ISBN :
Freedom Institute
Website: freedom-institute.org
Email: office@freedom-institute
Daftar Isi
Kata Pengantar
ii
ini
bertujuan
mengidentifikasi
dampak-dampak
langsung
perubahan iklim di Kota Kupang dan dari identifikasi tersebut kajian ini kemudian
dapat menjadi bahan, rumusan rencana, rujukan, dan analisa para pembuat
kebijakan dalam melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah
sesuai dengan kedudukan, tugas pokok dan fungsinya. Selain itu, diharapkan pula
agar dapat menghasilkan output kebijakan sehingga dapat mengantisipasi,
mencegah, mengurangi dampak langsung perubahan iklim sebagai bentuk respon
yang dapat dilakukan oleh Pemerintah terkhusus Pemerintah Kota Kupang dalam
menanggulangi dampak negatif perubahan iklim berdasarkan permasalahan
lingkungan yang terjadi di Kota Kupang. Terkait hal tersebut, Penulis kemudian
juga menuliskan beberapa rekomendasi dengan sasaran kepada Tataran
Pemerintahan terkait.
Adapun tujuan dan sasaran yang lainnya yaitu memberikan suatu
pandangan dan pengetahuan akan pentingnya atas kesadaran mengenai dampak
perubahan iklim untuk pengendalian perubahan iklim bagi Pemerintah Daerah dan
Pembaca secara luas. Sehingga, memiliki kesadaran lingkungan akan perubahan
iklim agar menjadi bagian dari lembaga dan individu yang sadar akan perubahan
iklim dari perkembangan dunia dengan rezim lingkungan, yang tidak hanya
terkhusus bagi Kota Kupang namun dimensi yang lebih luas.
berubahnya kondisi rata-rata iklim dan atau keragaman iklim dari satu kurun
waktu ke kurun waktu yang lain sebagai akibat dari aktivitas manusia.
Pada dasarnya istilah perubahan iklim dan pemanasan global menjadi satu
kesatuan dimana keduanya saling berkaitan. Secara ilmiah, pemanasan global
terjadi karena bumi menyerap energi panas tanpa bisa memantulkannya kembali
(dikenal dengan fenomena gas rumah kaca) yang mengakibatkan suhu bumi
meningkat dimana hal ini menyebabkan berbagai fenomena alam di bumi, seperti
peningkatan jumlah dan suhu air laut, dan perubahan cuaca, iklim, pola dan
intensitas curah hujan, mencairnya suhu di kutub yang menyebabkan perubaahan
ekologi dan ekosistem disana serta mencairnya gletser di wilayah tertentu.
Pemanasan global merupakan suatu kondisi meningkatnya suhu di
permukaan bumi. Kondisi tersebut di atas selanjutnya akan memicu berbagai
macam peristiwa, seperti mencairnya es di kutub sehingga meningkatkan
permukaan air laut, perubahan iklim, terjadinya kekeringan di beberapa tempat
sementara badai salju di tempat lain, bencana alam, kebakaran hutan, kepunahan
spesies tertentu, tenggelamnya pulau-pulau kecil, dan lainnya.1 Berbagai akibat
tersebut secara nyata mengancam eksistensi kehidupan manusia dan masa depan
dunia. Karena itu, Hunter Lovins menyebutnya sebagai global weirding
(kengerian global) atau oleh John Holdren diistilahkan sebagai global climatic
discruption (gangguan iklim global).
Thomas L Friedman. 2009. Hot, Flat, and Crowded Mengapa Kita Butuh Revolusi
Hijau dan Bagaimana Masa Depan Global Kita. Jakarta: Gramedia.
dapat
berpengaruh
langsung
di
keseluruhan
Kota
Kupang.
iklim;
keempat,
pengembangan
IPTEK dan
wawasan yang
Bagian I
Gambaran Umum Kota Kupang
Secara umum, Kota Kupang merupakan Kotamadya sekaligus Ibu Kota
Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dan merupakan kota yang terbesar di
Pesisir Teluk Kupang, Kota Kupang mempunyai letak yang sangat strategis,
karena berada pada bagian timur indonesia dan kota terbesar di Pulau Timor.
Secara administrasi, Kota Kupang terbagi atas 6 kecamatan dan 50
kelurahan, secara geografis Kota Kupang terletak di pesisir teluk Kupang dan
berada dibagian barat laut pulau timor, terletak dibagian tenggara provinsi NTT
pada 103614-103958 LS dan 12332231233701BT; Luas wilayah
180,27 Km2, dengan peruntukan Kawasan Industri 735,57 Ha,
permukiman
10.127 ,40 Ha, Jalur Hijau 5.090,05 Ha, perdagangan 219,70 Ha, pergudangan
112,50 Ha, pertambangan 480 Ha, pelabuhan laut/udara 670,1 Ha, pendidikan
275,67 Ha, pemerintahan/perkantoran 209,47 Ha, lain-lain 106,54 Ha;. Secara
topografis Kawasan Utara Kota Kupang berbatasan dengan Teluk Kupang,
Kawasan Timur dan Selatan, berbatasan dengan Kabupaten Kupang. Secara
geologis wilayah ini terdiri dari pembentukan tanah dari bahan keras dan bahan
non-vulkanis.
Bahan-bahan
mediteran/rencina/liotsal
terdapat
di
semua
sedangkan hari curah hujan tertinggi jatuh di bulan desember dengan perhitungan
28 hari hujan.2
Suhu rata-rata Kota Kupang berkisar antara 23,8 C sampai 31,6 C
dengan kelembaban udara rata-rata berkisar antara 73 persen sampai 99 persen.3
Sebagaimana provinsi NTT, masyarakat Kota Kupang bekerja disektor pertanian
dan kelautan yang sangat bergantung pada keadaan iklim.4
Data BPPS 2009 menunjukan 85 persen masyrakat NTT termasuk Kota Kupang
bekerja disektor pertanian, terutama pertanian lahan kering dengan produk utama adalah jagung.
Bagian II
Dampak Langsung Perubahan Iklim di Kota Kupang
Perubahan iklim
berpengaruh besar
dalam dinamika
kehidupan lingkungan
sosial. Sebagian besar
masyarakat Kota
Kupang sangat
bergantung pada
keadaan iklim
sebagai
ancaman
nyata
keberlangsungan
A. Kekeringan
Perubahan iklim yang membuat curah hujan tidak menentu menyebabkan
Musim kemarau semakin panjang dan musim hujan semakin pendek, berdampak
langsung di Kota Kupang. Tahun 2012 adalah tahun dimana Kota Kupang sulit
mendapatkan air. Sumber mata sir di Kota Kupang mengalami kekeringan dan
debit penampungan air menjadi sedikit. Pada tahun tersebut terjadi kekeringan
yang lebih kering dari biasanya. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya dimana
meskipun terjadi kekeringan namun debit air tidak sampai kering. BMKG
mencatat bahwa pada tahun tersebut kenaikan suhu di Kota Kupang diatas normal
bahkan sempat mencapai 37 derajat celcius yang pada umumnya suhu diKota
Kupang normalnya adalah 32 derajat celcius. Suhu tersebut
kemudian
Dokumen RAD API-PRB, 2015. rencana aksi daerah untuk adaptasi perubahan iklim
dan pengurang-an risiko bencana Kota Kupang. UNDP Indonesia Country.
dan
Penkase Oeleta Kecamatan Alak Kota Kupang, Kemudian terjadi pula pada tahun
2016.7 Perlu diketahui bahwa salah satu sumber pemenuhan air di Kota Kupang
bersumber dari Baumata. Hingga tahun 2016 selain terjadi fenomena kekeringan,
terjadi krisis air bersih karena debit air di permukaan air Baumata mengalami
penurunan hingga 40 persen akibat bencana kekeringan berkepanjangan yang
melanda daerah ini.8
B. Abrasi wilayah pesisir
Secara geografis Kota Kupang terletak di pesisir pantai dan memiliki garis
pantai yang cukup panjang, yang terbagi di tiga kecamatan. Salah satu wilayah
yang paling sering terdampak abrasi pantai adalah di Pantai Oesapa tepatnya
dikelurahan Oesapa, Kota Kupang, titik-titik ancaman abrasi yaitu terletak di
Pantai Oeba, Pantai Oesapa, Pantai Pasir Panjang, dan di Pantai Namosaian.9
Di Pantai Oesapa, hutan mangrove yang seharusnya berfungsi mengurangi
ancaman abrasi yang sering terjadi di Pantai Oesapa mengalami banyak kerusakan
atas aktivitas masyarakat sendiri. Banyak pohon mangrove yang terpotong dan
mati, juga terdapat sampah-sampah plastik yang berserakan dipesisir pantai
padahal secara fungsi mangrove sangat bermanfaat. Pertama, tanaman mangrove
adalah lokasi berkembang biak ikan dan biota laut lainnya. Kedua, tempat
penangkal bencana, terutama abrasi.
C. Tanah Longsor
Perubahan iklim yang menyebabkan musim dan curah hujan tidak menentu
seringkali membuat kering saat tidak hujan dan saat hujan menyebabkan bencana
tanah longsor. Tahun 2013 pernah terjadi bencana tanah longsor di Kota Kupang.
Tanah longsor tersebut menyebabkan setidaknya menimbun 20 rumah tepatnya di
Kelurahan Belo. Tahun 2014 cuaca buruk yang melanda Kota Kupang pun
terdapat kasus yang sama. Beberapa Kelurahan di Kota Kupang mengalami
kerusakan akibat tertimpa tanah longsor.10 Hingga tahun 2016 juga masih
belum
Pada Sektor
Moral Politik,
http://www.moral-politik.com/2014/01/19-rumah-di-kota-Kupangambruk-akibat-longsor/ , diakses pada 09/09/2016.
11
Tribata
News,
http://tribratanewsntt.com/2016/03/02/kapolres-Kupang-kotamendatangi-lokasi-tanah-longsor/ , diakses pada 09/09/2016.
10
Kota Kupang bahwa perubahan iklim yang terjadi dalam skala global berpengaruh
hingga lokal. Hal tersebut diperparah dengan aktivitas-aktivitas masyarakat Kota
Kupang yang seringkali tidak sadar lingkungan. Lebih lanjut, hal-hal di atas
hanyalah sebagian kecil dari sekian kasus-kasus dampak langsung perubahan
iklim di Kota Kupang. Masih banyak terdapat dampak langsung perubahan iklim
dan pemanasan global di Kota Kupang. Berikut beberpa contoh lainnya dampak
langsung perubahan iklim yang terjadi di Kota Kupang :
curah hujan,
(3) makin meningkatnya intensitas kejadian iklim ekstrim (anomali iklim) seperti
ElNino dan La-Nina, dan (4) naiknya permukaan air laut akibat pencairan gunung
es di kutub utara.12 Perubahan iklim global juga disebabkan oleh peningkatan
emisi Gas Rumah Kaca (GRK) akibat berbagai aktivitas yang mendorong
peningkatan suhu bumi.13
Sektor pertanian, selain merupakan penyumbang emisi GRK, pertanian
juga merupakan sektor yang paling terkena dampak akibat perubahan iklim,
terutama tanaman pangan. Perubahan iklim telah menyebabkan penurunan
produktivitas dan produksi tanaman pangan akibat peningkatan suhu udara, banjir,
kekeringan, intensitas serangan hama dan penyakit, serta penurunan kualitas hasil
pertanian.
12
Direktorat Pengelolaan Air. 2009. Pedoman Umum Sekolah Lapang Iklim. Direktorat
Jenderal
Pengelolaan
Lahan
dan
Air,
Departemen
Pertanian.
http://pla.deptan.go.id/pdf/11_PEDUM_SL, diakses pada 09/09/2016.
13
Las I. 2007. Pembingkaian Diskusi Panel dan Penelitian Konsorsium Perubahan Iklim.
Presentasi pada Rapat (Round Table Disscusion) Tim Pokja Anomali Iklim, Bogor, 22 Agustus
2007. Badan Litbang Pertanian.
11
Tahun 2009 hingga 2010, menurut riset yang dilakukan oleh paulus raja kota pada
tahun 2010,14 ada empat dampak bagi petani lahan kering akibat perubahan iklim;
(1) gagal panen pada musim tanam 2009/2010, (2) ketidakcukupan pangan
keluarga, (3) perubahan jadwal tanam, (4) kesiapan lahan pada usim tanam
2009/2010. Sedangkan dampak bagi Nelayan Artinasal yaitu kenaikan suhu air
laut dipantai mengakibatkan jenis hasil laut seperti udang, kerang, dan kepiting
tidak naik ke pinggir pantai.
Pada tahun tersebut terjadi curah hujan yang tidak menentu dan adapun
terjadi perubahan jadwal tanam sehingga berdampak pada gagal panen bagi petani
lahan kering. Dampak komoditi makanan pokok masyarakat yang gagal panen
adalah jagung dan padi. Tanaman jagung dan padi tersebut kekurangan air pada
saat berbunga dan kelibihan air pada saat jagung siap panen sehingga banyak hasil
yang rusak karena keterlambatan panen. Dampak ini kemudian secara langsung
mengalami penurunan yang signifikan yaitu sekita 65 persen dengan rata-rata luas
lahan 1 Ha petani dapat menghasilkan 4.000 bulir jagung dalam dua tahun
sebelumnya sedangkan pada sekitar tahun 2009-2010 Petani hanya dapat
menghasilkan 1200-1500 bilir jagung.
Perubahan iklim yang menyebabkan berkurangnya produksi panen
tersebut kemudian langsung berkaitan dengan ketersediaan pangan keluarga.
Misalkan, dengan jumlah rata-rata Anggota keluarga empat orang maka setiap
keluarga membutuhkan 15 hingga 20 bulir jagung atau 1,2 kg beras setiap
harinya. Dengan hasil jagung berkisar 1200-1500 bulir jagung dan bantuan beras
raskin 10 kg per bulan maka ketersediaan pangan keluarga hanya bertahan selama
3-4 bulan.
Kota
14
Paulus Raja kota. 2010. Bertahan ditengah anomali iklim upaya pemenuhan pangan
pada petani lahan kering dan nelayan artisanal di Kupang menghadapi perubahan iklim. Report:
hasil penelitian damak anomali iklim terhadap petani lahan kering dan nelayan artinasal di
kabupaten Kupang dan Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur.
12
Kupang kurang lebih 5.100 orang berprofesi sebagai nelayan, baik nelayan penuh,
nelayan sambilan utama, nelayan sambilan tambahan dan sebagai
buruh
nelayan.15 Dampak perubahan iklim di Kota Kupang juga dirasakan oleh Nelayan
Artinasal yang kerap kali mengandalkan peralatan sederhana dalam mencari hasil
laut. Akibat perubahan iklim yang menyebabkan tingginya gelombang air laut
disertai angin kencang telah mengancam mata pencaharian sebagian nelayan.
Seringkali Nelayan Artinasal Kota Kupang tidak lagi melaut dengan kapalnya
yang kecil. Selain itu naiknya suhu air laut menjadi penyebab sehingga
menyebabkan beberapa hasil laut seperti udang, kerang dan kepiting tidak naik ke
pinggir pantai. Dampak perubahan iklim bagi nelayan artinasal ini mengurangi
waktu tangkapan salah satunya yaitu misalkan naiknya tinggi air laut dan
menurunnya hasil tangkapan karena terjadi peningkatan suhu air laut di pantai.
3. Respon Aktor-Aktor di Kota Kupang
A. Respon Pemerintah Kota Kupang
Dalam merespon dampak langsung perubahan iklim di Kota Kupang,
Pemerintah Kota Kupang sebetulnya telah melakukan beberpa hal sebagai bentuk
respon terhadap fenomena perubahan iklim. Wali Kota Kupang sebagai Pemegang
Otoritas pengambilan keputusan tertinggi di Kota Kupang, telah memiliki susunan
program terkait dengan ruang tebuka, dimana setiap kecamatan harus memiliki
ruang terbuka sendiri. Salah satu tindakan sebagai respon akan dampak perubahan
iklim adalah ruang terbuka hijau seperti taman nostalgia.
B. Respon Masyarakat Tehadap Perubahan Iklim
Masyarakat sebetulnya adalah bagian yang paling penting akan
dampaknya, respon masyarakat Kupang terkait perubahan iklim yaitu terdapat
sebuah kelompok atau komunitas seperti geng motor Inovasi Mobilisasi Untuk
Transformasi atau Geng Motor (IMUT) GMI. Tujuan GMI salah satunya agar
Kota Kupang bisa mandiri energi karena memiliki potensi. Hal yang paling
terlihat dari GMI adalah secara kolektif membuat biogas yang sampai saat ini
15
13
sudah tersedia sekitar 60 unit. Biogas terbuat dari drum bekas, yang banyak
ditemukan di Kota Kupang. GMI juga membuat kompor dari ban bekas serta
pernah membuat desalinator.
Selain GMI, beberapa kelompok masyarakat Kupang yang sadar akan
lingkungan juga telah membentuk gerakan sekolah hijau yang bertujuan untuk
membuka baik secara edukatif maupun partisipatif tentang pencegahan perubahan
iklim, namun demikian, respon masyarakat dalam hal per individu masih minim.
C. Respon Swasta Terhadap Perubahan Iklim
Untuk pihak swasta yang ada di Kota Kupang dalam merespon perubahan
iklim memberikan beberapa kontribusi. Pihak-Pihak Swasta tersebut misalkan
Bank NTT dimana salah satu kegiatan Bank NTT adalah membantu pembiayaan
mikrohidro sebagai bentuk pengembangan energi terbarukan serta bekerja sama
dengan UNDP untuk proyek biogas. Pengembangan green bond juga menjadi
salah satu rencana pengembangan yang didorong oleh OJK. Misalnya, Pemerintah
Kota, atau Pemda se-NTT, berniat akan bekerja sama dalam proyek untuk
membangun teknologi energi dari gelombang laut untuk dikembangkan di Kota
Kupang.
14
Bagian III
Tantangan Perubahan Iklim di Kota Kupang
Tantangan perubahan iklim bagi aktor dalam hal ini Pemerintah Kota
Kupang yang utama adalah membuat perencanaan tangguh terhadap perubahan
iklim. Berikut tantangan perubahan iklim bagi Kota Kupang:
15
berupa organisme makro dan organisme mikro. Organisme makro meliputi jenisjenis ikan, bivalvia, oyster (tiram) dan lain-lain, sedangkan dari jenis mikro
misalnya berupa plankton dan bakteri.
Selanjutnya adalah perlindungan ekosistem terumbu karang, pengelolaan
terumbu karang di kawasan Teluk Kupang merupakan salah satu kawasan
konservasi di Kupang sejak ditetapkan sebagai kawasan pelestarian alam pada
tahun 1993 sebagai Kawasan Taman Wilayah Alam Laut, karena merupakan
kawasan yang termasuk dalam lingkup Kawasan Taman Wisata alam Laut Teluk
Kupang, kondisi ekosistem terumbu karang di dalam kawasan TWAL Teluk
Kupang dapat menentukan nilai ekologi dan ekonomi dari kawasan TWAL Teluk
Kupang. Lokasi TWAL Teluk Kupang terletak sangat strategis karena terletak
tepat di depan Kota Kupang sebagai etalase pelestarian dengan luas mencakup
50.000 Ha, dan keanekaragaman potensi yang dapat dikembangkan untuk wisata
alam, wisata bahari, wisata budaya dan wisata ilmiah memungkinkan usaha
pengembangannya dari kondisi sekarang menjadi asset yang sangat penting bagi
pengembangan pariwisata di masa yang akan datang.
Fungsi penting terumbu karang yaitu sebagai penyerap karbon dan
penyimpan karbon. Sehingga ekosistem terumbu karang dapat berfungsi sebagai
penurun emisi dan juga sumber emisi apabila terjadi degradasi laut, sementara
penambangan karang dan penangkapan secara destruktif di daerah kawasan masih
berlangsung.17
Angwarmase, I. 2009. Struktur Komunitas Ikan Karang dan Valuasi Ekonomi Karang
di Desa Hansisi Kecamatan Semau Teluk Kupang. [Tesis]. Program Studi Pengelolaan
Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Program Pascasarjana Universitas Nusa Cendana. Kupang.
16
Maka dari itu, tantangan bagi Kota Kupang adalah mengelola Tempat
Pemrosesan Akhir (TPA) Terpadu: Reduce, Reuse, Recycle. Dengan menargetkan
Pembangkit Listrik Tenaga Gas Sampah dimana bahan baku sampah menjadi
sumber utama dengan menggunakan sistem landfill gas power plant. Pembangkit
Listrik dengan Termal proses atau gasifikasi sampah dalam prosesnya, tidak
hanya berasal dari sampah organik melainkan juga sampah anorganik.
Pembangkit Listrik Tenaga Gas Sampah ini kemudian selain dapat memenuhi
kebutuhan listrik Kota Kupang, juga dapat menjadi bagian dari antisipasi
perubahan iklim. Dari hasil pengelolaan tenaga listrik gas sampah ini, misalkan
dari 1300 hingga 1.400 ton sampah akan dapat menghasilkan 2 megawatt yang
17
model
turbin
tunggal
dan
turbin
multiganda (turbine
dibarengi dengan menyiapkan green zone atau zona hijau terbuka. Zona hijau ini
diperlukan untuk antisipsi negatif seperti di kawasan dekat TPA yang berhadapan
langsung dengan pemukinan sekitar.
HIGHLIGHT
Adapun hal lainnya Perubahan iklim memiliki kaitannya dengan Gas Karbon dioksida.
Dalam hal meningkatnya Gas karbon dioksida sebenarnya dapat dihilangkan baik secara
langsung maupun tidak langsung atau bertahap. Cara yang paling mudah untuk
menghilangkan karbon dioksida adalah pertama, dengan menanam pohon lebih banyak
lagi. Pohon akan dapat menyerap karbon dioksida. Kedua, perubahan tren penggunaan
energi pembangkit listrik seperti gas mulai digunakan sebagai sumber energi alternatif.
peralihan penggunaan bahan bakar minyak bumi ke gas sebenarnya secara tidak langsung
dapat mengurangi jumlah pelepasan karbon dioksida yang dilepas ke udara, karena
penggunaan gas lebih sedikit melepas karbon dioksida bila dibandingkan dengan minyak
bumi atau batubara. Ketiga, penggunaan energi terbarukan lainnya adalah dengan
menggunakan energi nuklir. Meskipun kontroversi, terbukti pembangkit listrik tenaga
nuklir tidak melepas karbon dioksida.
18
http://www.esdm.go.id/berita/323-energi-baru-dan-terbarukan/4310-pembangkit-listriktenaga-arus-laut-bagi-desa-pesisir-tertinggal-second-opinion.html
18
Bagian IV
Strategi dan Kebijakan Perubahan Iklim
Peluang
keberhasilan
kota-kota
yang
Menanggapi masalah-
masalah akibat
tentang seberapa
Pemerintah.
Apapun
yang
dilakukan
oleh
melainkan bagimana
pada
lingkungan.
Dengan
demikian
bahwa
Pemerintah
menghasilkan dampak
mitigasi sekaligus
penanganan.
pada
kondisi
sosial
ekonomi
masyarakat setempat.
Tidak seperti strategi politik atau militer, strategi tata kelola lingkungan
dari aspek cara pandang dampak perubahan iklim tidak banyak mendapat cukup
perhatian untuk langkah taktis mengelola lingkungan daerah setempat.
Pembahasan besar atas strategi tata kelola lingkungan untuk kurun waktu lama
adalah pembahasan tentang bagaimana mendekati persoalan lingkungan daerah
dalam bingkai isu perubahan iklim.
Adalah
menjadi
kebutuhan
untuk
memetakan,
memahami,
dan
disediakan
19
paris COP namun strategi lingkungan lebih jauh mencakup potioning dasar
terhadap kerentanan perubahan iklim dan upaya-upaya pencaturan, penguasaan,
pengetahuan dan pemanfaatan dalam kaitannya.
Maka dari itu, tidak saja mendefinisikan strategi lingkungan sebagai suatu
yang tidak terpisah dari soal perubahan iklim pada umumnya, strategi lingkungan
pada dasarnya adalah kolam asupan pikir bagi segala kebijakan. Dari situlah
sebuah tinjauan umum bagi referensi pemerintah daerah Kota Kupang terhadap
bagaimana kebijakan-kebijakan pokok strategi dan kebijakan bagi lingkungan
Kota Kupang terhadap perubahan iklim berharga dalam perkembangan sistemik
yang melingkupi secara praktis menemukan arti pentingnya sebagai upaya
Pemerintah melakukan manajerial Tata Kota Lingkungan Kota Kupang.
1. Strategi
A. Adaptasi
Upaya penanganan perubahan iklim dalam skala lokal, menjadi satu aspek
penting dari strategi adaptasi total pada area perkotaan. Adaptasi dimaksudkan
terkait dengan kesiapan Masyarakat Kota Kupang dalam beradaptasi menghadapi
perubahan iklim. Ukuran adaptasi terkait dampak perubahan iklim
dapat dibagi
20
menjadi tiga ukuran yaitu infrastrukur wilayah, dunia usaha dan populasi warga.
Rekomendasi strategi adaptasi dari Lembaga World Bank (2009), lebih
mengutamakan pada adaptasi berbasis ekosistem. Upaya seperti menghijaukan
kembali hutan untuk mengurangi aliran arus air permukaan, merehabilitasi situ
dan daerah tangkapan air untuk mengurangi banjir, melakukan pengelolaan daerah
pesisir, seperti penanaman kembali mangrove dan rehabilitasi karang. Upaya
penghijauan lainnya dapat dilakukan pada setiap tempat mungkin, misalnya pada
atap bangunan termasuk budidaya tanaman di Perkotaan.
Upaya penanganan dalam skala yang lebih kecil terkait dengan lingkungan
permukiman. Revitalisasi yang permukiman membutuhkan biaya mahal, dapat
diatasi dengan melakukan peningkatan kualitas bangunan yang membutuhkan
biaya lebih sedikit. Peningkatan kesiagaan bencana menjadi ukuran penting
adaptasi perubahan iklim terutama di Kota Tepian Air, penyediaan peringatan dini
berbasis komunitas dan sistem respon untuk koordinasi yang lebih baik, serta
kemampuan instatansi terkait untuk melayani kebutuhan spesifik dari masyarakat.
Peningkatan kapasitas adaptasi dapat dilakukan di antara pemangku kepentingan,
yaitu Pemerintah Daerah dan Pusat, Organisasi Non Pemerintah atau Lembaga
Swadaya Masyarakat.
21
setiap rumah dan industri, dimana selanjutnya hasil pemilahan tersebut diolah
kembali untuk mendatangkan manfaat ekonomi. Sampah non organik, selanjutnya
dipilah kembali sesuai jenisnya kemudian di jual ke industri sedangkan sampah
organik diolah untuk dijadikan sumber daya, seperti biogas. Ketiga, mengadopsi
Climate Protection Programme yang diksepakati dalam protokol Kyoto sebagai
kerangka utama dalam menciptakan Eco-Business plan. Program tersebut
mengatur dengan ketat proses produksi dan bisnis terutama dalam pengolahan
limbah dan penggunaan listrik agar lebih eco-frinedly. Hasilnya, Pemerintah akan
dapat mengurangi produksi sampah, limbah cair dan emisi karbondioksida. Selain
itu, dengan pelaksanaan program ini Pemerintah Kota dapat menghemat
pemakaian listrik dan air minum. Keempat, Perencanaan Jangka Pendek,
Menengah dan Panjang bagi Kota Kupang untuk mengurangi efek perubahan
iklim. Dengan mengintegrasikan dan mengadaptasi kerangka berpikir mengenai
mengurangi efek gas rumah kaca ke dalam setiap kebijakan yang mereka
keluarkan. Misalnya, dalam pembangunan jalan raya, pemerintah juga
memperhatian pengaturan peletakan pipa air, saluran air, lampu jalan raya dan
penanaman pohon agar dapat mengahsilkan efisensi energi dan sekaligus
menyerap emisi karbon. Lebih jauh, pemerintah akan juga dapat melakukan
kolaborasi dengan Climate Impacts Group untuk memberikan edukasi terhadap
staf pemerintah lokal untuk meningkatkan pengetahuan dan kepedulian terhadap
isu perubahan iklim. Adapun beradaptasi dapat dilakukan dengan melakukan
penataan lansekap lingkungan, penghijauan, menjaga daerah resapan, reuse,
recycling, dan lain-lain.
B. Mitigasi
22
untuk menurunkan emisi gas rumah kaca pada tahun target 2020. Peraturan
presiden No. 61 tahun 2011 tentang RAN GRK sedikit banyak telah menjelaskan
bagaimana mitigasi-mitigasi perubahan iklim. Intinya upaya-upaya pelaksanaan
mitigasi berupa pengembangan kegiatan publik, pelaku usaha dan Masyarakat
dalam upaya penurunan Gas Rumah Kaca di Daerah.
2. Kebijakan
Pada level Kebijakan Daerah, mengacu pada sejauh mana kebijakan yang
sesuai untuk mengurangi atau bagaimana cara-cara pengendalian perubahan iklim
bersinggungan dengan ranah Kebijakan Publik lainnya sehingga dapat
diimplementasikan dengan efektif. Referensi kebijakan umumnya didasarkan pada
lingkungan fisik dan lingkungan sosial, lingkungan fisik dapat berupa posisi
geografis, topografi, luas wilayah, jumlah penduduk dan sumber daya alam serta
manusia yang dimiliki. Sementara lingkungan sosial berhubungan dengan realitas
budaya, tingkat perekonomian, kapasitas sumber daya manusia, kekuatankekuatan politik daerah, dsb. Keduanya berorientasi terhadap bingkai perubahan
iklim.
Dalam penyusunan dan perumusan formulasi kebijakan yang berkaitan
dengan perubahan iklim di Kota Kupang, perlu adanya tindak lanjut terkait
kebijakan pengendalian perubahan iklim di Kota Kupang seperti pengelolaan,
perlindungan, dan pengawasan wilayah konservasi, ruang hijau, kebijakan terkait
dengan Pengolahan sampah, Sinergitas kebutuhan listrik yang ramah lingkungan,
Pengolahan energi baru terbarukan, Pengembangan teknologi dan ahli teknologi
untuk pengendalian perubahan iklim dan pendanaan. Selain itu, perlu adanya
sosialisasi dan edukasi rutin mengenai perubahan iklim disemua elemen
stakeholder seperti pemerintah, pihak swasta dan masyarakat.
Terkait hal tersebut penyusunan dan perumusan formulasi kebijakan
memiliki sasaran yang berkaitan dengan masalah-masalah perubahan iklim yang
terjadi di Kota Kupang ditujukan kepada Perangkat Pemerintahan atau Para
Pembuat Kebijakan dalam melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan
sesuai dengan kedudukan, tugas pokok dan fungsi Perangkat Pemerintahan
yang
23
24
Bagian V
1. Kesimpulan
Kesimpulan dari tulisan ini adalah bahwa Kota Kupang merupakan kota
yang rentan akan perubahan iklim dan pemanasan global, perubahan iklim yang
menyebabkan pola cuaca musim tidak menentu. Pola musim yang menjadi tidak
menentu ini menyebabkan kondisi yang saling berkaitan sehingga menyebabkan
Kota Kupang rentan kekeringan, abrasi wilayah pesisir, tanah longsor dan angin
kencang atau badai. Faktor yang menyebabkan kawasan Kota Kupang rentan
terhadap perubahan iklim yang berdampak pada lingkungan dan Masyarakat yaitu
salah satunya dikarenakan secara geografis Kota Kupang berhadapan langsung
dengan laut sehingga wilayah Kota Kupang sangat rentan terhadap efek misalkan
naiknya suhu dan permukaan air laut. Keadaan ini menimbulkan dua ancaman
yang saling terkait yaitu dalam jangka pendek hingga panjang adalah dalam
jangka panjang kekhawatiran akan pengurangan garis pantai wilayah Kota
Kupang; dan jangka pendek hingga panjang yaitu terjadinya abrasi pantai
dikawasan tersebut sehingga merusak infrastruktur Kota Kupang.
Dampak langsung perubahan iklim telah terjadi di Kota Kupang seperti
disektor pertanian dan bagi nelayan. Di sektor pertanian, perubahan iklim
menyebabkan para petani mengalami siklus produksi hasil tanam yang tidak
menentu. Sedangkan dampak langsung perubahan iklim bagi Nelayan Artinasal
yaitu kenaikan suhu air laut di pantai mengakibatkan jenis hasil laut seperti udang,
kerang, dan kepiting tidak naik ke pinggir pantai. Perubahan iklim menyebabkan
suhu air laut naik disertai angin kencang sehingga membawa dampak bahwa
nelayan tradisional terkadang tidak dapat melakukan mata pencaharian di laut.
Tantangan utama perubahan iklim di Kota Kupang adalah pertama,
membuat perencanaan tangguh terhadap iklim seperti perlindungan wilayah
konservasi yang mencakup perlindungan ekosistem mangrove dan terumbu
karang yang dapat mengurangi karbon. Kedua, sinergitas kebutuhan listrik seperti
menggunakan energi alternatif baru terbarukan. Tantangan ini mencakup
bagaimana mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Gas Sampah dan
25
kebijakan pengaturan
mekanisme
pengendalian
perubahan iklim.
7. Mengarahkan untuk menghemat pemakaian listrik dan mengurangi emisi
gas rumah kaca dengan EnviroSmart Retrofit Project. Melalui project ini,
mekanisme Pemerintah dapat mengganti lampu jalan raya menjadi jenis
lampu LED yang lebih hemat energi. Hal ini dapat menhemat penggunaan
listrik untuk lampu penerangan kira-kira sebsar 100 watt per lampu.
8. Menetapkan kebijakan pencemar berbayar yaitu pihak-pihak yang
menyebabkan polusi dengan emisi karbon dibebankan kewajiban
membayar sebanding dengan kerusakan yang disebabkan.
9. Mengarahkan untuk wajib menggunakan energi ramah lingkungan untuk
kebutuhan sehari-sehari seperti kegiatan industri, energi, teknologi,
27
a. Di bidang pertanian
1. Pemerintah wajib menentukan Pengelompokan tanaman
dalam suatu bentang lahan (land-scape) berdasarkan
kebutuhan air yang sama, sehingga pengairan dapat
dikelompokkan sesuai kebutuhan tanaman.
2. Pengolahan tanah minimum untuk mengurangi evaporasi
karena permukaan tanah terbuka. Penentuan waktu tanam
(crop calendar) berdasarkan data unsur-unsur iklim yang
valid dan seri data yang lebih panjang.
3. Efisiensi penggunaan air melalui perhitungan kebutuhan air
tanaman setiap musim tanam.
4. Pemilihan varitas tanaman yang unggul dan toleran terhadap
cekaman kekeringan, serta berumur pendek sebagai
antisipasi fenomena terjadinya El-Nino.
5. Penerapan teknik konservasi tanah dan air yang saat ini dapat
secara
langsung
dilaksanakan
oleh
petani,
seperti
28
b. Di bidang Kelautan
1. Merumuskan
rencana
kebijakan
untuk
sanksi
terhadp
terumbu karang.
Highlight :
Taman Wisata Alam Laut (TWAL); Pantai Oesapa
Wilayah pesisir pantai oesapa merupakan suatu kawasan yang
termasuk dalam lingkup kawasan TWAL diteluk Kupang,
dimana perairan pesisir dan lautnya terdapat ekosistem seperti
jenis mangrove (yang mendominasi seperti Jenis Rhizophora,
Cerops dan Avicenia), padang lamun seagrass (yang
mendominasi wilayah ini adalah Enhalus acordies
dan
Halodule uninervis), algae seaweed, pantai berpasir, pantai
berbatu, estuari dan jenis ekosistem lainnya beserta jenis ikan,
udang, dan moluska.
Selain jenis mangrove dan jenis lamun yang ada, banyak juga
terdapat berbagai jenis organisme yang hidup di dalamnya.
Organisme-organisme tersebut diantaranya berupa organisme
makro dan organisme mikro. Organisme makro meliputi jenisjenis ikan, bivalvia, oyster (tiram) dan lain-lain. Sedangkan
dari jenis mikro misalnya berupa plankton dan bakteri.
29
DAFTAR PUSTAKA
Angwarmase, I. 2009. Struktur Komunitas Ikan Karang dan Valuasi Ekonomi
Karang di Desa Hansisi Kecamatan Semau Teluk Kupang. [Tesis].
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Program
Pascasarjana Universitas Nusa Cendana. Kupang.
Dokumen RAD API-PRB, 2015. rencana aksi daerah untuk adaptasi perubahan
iklim dan pengurangan risiko bencana Kota Kupang. UNDP Indonesia
Country.
Fachri, Yuli and Yogi Permana. 2013. Respon Indonesia Terhadap Hasil
Copenhagen Summit 2009, Jurnal Transnasional
anomali
iii
McCarney, P., H. Blanco, J. Carmin, M. Colley, 2011. Cities and climate change.
Climate Change and Cities: First Assessment Report of the Urban Climate
Change Research Network. C. Rosenzweig, W. D. Solecki, S. A. Hammer,
S. Mehrotra, Eds., Cambridge University Press, Cambridge, UK, 249269.,
diakses dari http://uccrn.org/wp-content/uploads/2011/06/ARC3-Chapter9.pdf
Peraturan Presiden No.46 Tahun 2008 tentang Dewan Nasional Perubahan Iklim
Peraturan Derah Provinsi Nusa Tenggara Timur No. 11 Tahun 2008 tentang
Organisasi dan tata kerja kerja Inspektorat, Bappeda, Dan Lembaga Teknis
Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur
Peraturan Daerah Kota Kupang Nomor 07 Tahun 2008 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Inspektorat dan
Lembaga teknis Daerah Kota Kupang.
iv
Tribata News
NTT.
http://tribratanewsntt.com/2015/10/06/krisis-air-polres-
Warta Ekonomi.
http://m.wartaekonomi.co.id/berita99329/proyek-breakwater-
Mongabay. http://www.mongabay.co.id/2015/01/05/mangrove-pantai-oesapa-Ku
pang-riwayatmu-kini/. Diakses 06 agustus 2016.
Kementrian
ESDM.
http://www.esdm.go.id/berita/323-energi-baru-dan-terba
rukan/4310-pembangkit-listrik-tenaga-arus-laut-bagi-desa-
pesisir-
Pemerintah Provinsi
Nusa
Tenggara
Timur,
http://nttprov.go.id/
provn
tt/index.php?option=com_content&task=view&id=68&Itemid=66.
Diakses
04 september 2016.
Tentang FNF
Bermitra bersama :