Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
A Manajemen Puskesmas
1 Definisi Manajemen Puskesmas
Menurut Permenkes No.75 tahun 2014 tentang pusat kesehatan
masyarakat, disebutkan bahwa Pusat Kesehatan Masyarakat yang
selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif
dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi2
Actuating
Controlling
Meningkatkan
partisipasi
masyarakat
dalam
pencegahan
dan
pengendalian DBD
Menurunkan jumlah kelompok masyarakat yang berisiko terhadap
penularan DBD
c Melaksanakan penanganan penderita sesuai standar
d Menurunkan angka kesakitan DBD
e Menurunkan angka kematian akibat DBD
(Kemenkes RI, 2011)
Kebijakan Pengendalian DBD
Kebijakan Nasional untuk pengendalian DBD sesuai KEPMENKES
No 581/MENKES/SK/VII/1992 tentang Pemberantasan Penyakit Demam
Berdarah Dengue, adalah sebagai berikut :
a Meningkatkan perilaku dalam hidup sehat dan kemandirian terhadap
pengendalian DBD.
Meningkatkan perlindungan kesehatan masyarakat terhadap penyakit
DBD.
Meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi program pengendalian
DBD.
d Memantapkan kerjasama lintas sektor/ lintas program.
e Pembangunan berwawasan lingkungan.
(Kemenkes RI, 2011)
Strategi Pengendalian DBD
Berdasarkan visi, misi, kebijakan dan tujuan pengendalian DBD, maka
strategi yang dirumuskan sebagai berikut (Kemenkes RI, 2011):
a Pemberdayaan masyarakat
Meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pencegahan dan
pengendalian penyakit DBD merupakan salah satu kunci keberhasilan
upaya pengendalian DBD.
b Peningkatan kemitraan berwawasan bebas dari penyakit DBD
Upaya pengendalian DBD tidak dapat dilaksanakan oleh sektor
kesehatan saja, peran sektor terkait pengendalian penyakit DBD sangat
menentukan. Oleh sebab itu maka identifikasi stake-holders baik
sebagai mitra maupun pelaku potensial merupakan langkah awal dalam
c
Desentralisasi
Optimalisasi pendelegasian wewenang pengelolaan kegiatan
pengendalian DBD kepada pemerintah kabupaten/kota, melalui SPM
bidang kesehatan.
masyarakat.
Lintas program dan lintas sektor terkait termasuk swasta/dunia usaha,
LSM dan organisasi kemasyarakatan mempunyai komitmen dalam
DBD.
SDM bidang kesehatan di tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota,
dengue
dilaksanakan dengan cara tepat guna oleh pemerintah dengan peran serta
masyarakat yang meliputi (Depkes RI, 2005):
a) Pencegahan
b) penemuan, pertolongan dan pelaporan
c) penyelidikan epidemiologi dan pengamatan penyakit demam berdarah
dengue
d) penanggulangan
e) penyuluhan
Tujuan pemberantasan demam berdarah dengue adalah penurunan
angka kematian (Case Fatality Rate) dan insidens demam berdarah dengue
serendah mungkin. Selain itu juga membatasi penyerbar-luasan
penyakit (Depkes RI, 2005).
a Pengamatan Epidemiologi dan tindakan Pemberantasan
1. Surveillance epidemiologi
Tujuan:
- Deteksi secara dini adanya "out break" atau kakus-kakus yang
endemis, sehingga dapat dilakukan usaha penanggulangan
-
secepatnya.
Mengetahui faktor-faktor terpenting yang menyebabkan atau
membantu adanya penularan-penularan atau wabah.
Daerah pelaksanaan:
-
Penemuan penderita.
Untuk hal ini perlu ditentukan kriteria yang Standard guna
epidemiologi.
- Penelitian KLB / wabah.
2. Surveillance Vektor
Untuk tingkat Puskesmas kegiatannya membantu Tim dari
Dati II atau Dati I dalam pelaksanaan kurveillance vektor ini.
Perlindungan perseorangan: Memberikan anjuran untuk mencegah
gigitan nyamuk Aedes aegypti yaitu dengan meniadakan sarang
nyamuknya
di
dalam
rumah.
Yaitu
dengan
melakukan
penyemprotan dengan obat anti serangga yang dapat dibeli di tokotoko seperti baygon, raid dan lain-lain.
Dalam usaha jangka panjang untuk daerah dengan vektor
tinggi dan riwayat wabah DHF maka kegiatan Puskesmas lebih
lanjut yaitu(Depkes RI, 2005):
10
adalah
bagan
penyelidikan
epidemiologi
yang
11
satu
indicator
keberhasilan
program
upaya
pemberantasan
vector
melalui
gerakan
PSN-3M
agama,
guru,
murid
sekolah,
pengelola
tempat
umum/instansi, dll.
Penyuluhan perorangan
1) Kepada ibu-ibu pengunjung Posyandu
2) Kepada penderita/keluarganya di Puskesmas
3) Kunjungan rumah oleh Kader/petugas Puskesmas
- Penyuluhan melalui media massa : TV, radio, dll (oleh Dinas
-
Kota.
Di
tingkat
Puskesmas,ausaha/kegiatan
Evaluasi Program
Masukan (input)
Kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam system dan terdiri
dari untur tenaga (man), dana (money), sarana (material), dan metoda
(method) yang merupakan variable dalam melaksanakan evaluasi
pelaksanaan
(activities),
dan
pengawasan
(organization),
(controlling)
yang
2005).
Dampak (impact)
Akibat yang ditimbulkan oleh keluaran dalam pemberantasan DBD
(Depkes RI, 2005).
13
Masukan
Tenaga : Dokter, Koordinator P2M dan PKM, Petugas Laboratorium,
Petugas Administrasi, Kader aktif, Jumantik
Dana : Dana untuk pelaksanaan program dapat diperoleh di:
APBD
kesehatan
masyarakat,
Formulir
laporan
Standart
puskesmas
Rujukan penderita DBD
Penyuluhan Kesehatan pada Penyuluhan masyarakat meliputi :
14
o Penyuluhan Perorangan
Badan
Gerakan
3M
yang
positif.
Penyuluhan Kesehatan : Perorangan dan Kelompok
Surveilans kasus DBD : hasil Angka Bebas Jentik
Surveilans vector
: melalui Pengamatan Jentik Berkala
Pemberantasan vector : Melalui program Abatisasi, kegiatan 3M,
15
Melalui
program
Abatisasi,
masyarakat
untuk
PSN
16
umum/instansi, dll.
Penyuluhan Perorangan : Kepada ibu-ibu pengunjung posyandu,
Kepada penderita/keluarganya di puskesmas, Kunjungan rumah
melalui
Pengamatan
Jentik
Berkala,
vector
Perlindungan
perseorangan,
yaitu
Menggunakan insektisida
17
1.
2.
Melakukan
-
pengasapan
saja
tidak
cukup,
karena
tempat-tempat
penampungan
air
bekas yang
18
bulanan
data
kesakitan
LB 2 /laporan bulanan data kematian
Sedangkan untuk pelaporan kegiatan menggunakan formulir
LB3 / Laporan bulanan kegiatan Puskesmas (SP2TP)
-
Laboratorium
Kesehatan
(BLK)
melalui
Dinas
DBD
selanjutnya
b) Rapat kerja (berapa kali / tahun)
Antara kepala puskesmas dengan Pelaksana Unit untuk
1. Membahas laporan kegiatan bulanan
2. Evaluasi program yang telah dilakukan
f
Dampak
a) Langsung
terjadi
peningkatan
derajat
kesehatan masyarakat.
19
20
21
5. Pengobatan DBD
Demam Dengue (DD), dapat berobat jalan, tidak perlu dirawat. Pada fase
demam dianjurkan (Dinkes Jateng, 2004):
- Tirah baring
- Obat antipiretik atau kompres bila perlu. Obat yang di anjurkan adalah
-
parasetamol
Dianjurkan pemberian cairan dan elektrolit peroral, jus buah, sirop, susu
di samping air putih. Paling sedikit diberikan 2 hari.
22
TINJAUAN PUSTAKA
C Manajemen Puskesmas
4
Planning
Organizing
Actuating
Controlling
Meningkatkan
partisipasi
masyarakat
dalam
pencegahan
dan
pengendalian DBD
g
Pemberdayaan masyarakat
Meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pencegahan dan
pengendalian penyakit DBD merupakan salah satu kunci keberhasilan
upaya pengendalian DBD.
Desentralisasi
Optimalisasi pendelegasian wewenang pengelolaan kegiatan
pengendalian DBD kepada pemerintah kabupaten/kota, melalui SPM
bidang kesehatan.
Penyelidikan Epidemiologi
Penyelidikan epidemiologi adalah kegiatan pencarian penderita
DBD atau tersangka DBD lainnya dan pemeriksaan jentik nyamuk penular
DBD di tempat tinggal penderita dan rumah/bangunan sekitar, termasuk
tempat-tempat umum dalam radius sekurang-kurangnya 100 meter (Depkes
RI, 2005).
pemberantasan
penyakit
demam
berdarah
dengue
dilaksanakan dengan cara tepat guna oleh pemerintah dengan peran serta
masyarakat yang meliputi (Depkes RI, 2005):
f) Pencegahan
g) penemuan, pertolongan dan pelaporan
h) penyelidikan epidemiologi dan pengamatan penyakit demam berdarah
dengue
i) penanggulangan
j) penyuluhan
Tujuan pemberantasan demam berdarah dengue adalah penurunan
angka kematian (Case Fatality Rate) dan insidens demam berdarah dengue
serendah mungkin. Selain itu juga membatasi penyerbar-luasan
penyakit (Depkes RI, 2005).
e
Daerah pelaksanaan:
-
Penemuan penderita.
Pelaporan penderita.
epidemiologi.
-
4. Surveillance Vektor
10
di
dalam
rumah.
Yaitu
dengan
melakukan
penyemprotan dengan obat anti serangga yang dapat dibeli di tokotoko seperti baygon, raid dan lain-lain.
Dalam usaha jangka panjang untuk daerah dengan vektor
tinggi dan riwayat wabah DHF maka kegiatan Puskesmas lebih
lanjut yaitu(Depkes RI, 2005):
tempat
atau
bejana
yang
dapat
menjadi
tempat
perkembangbiakan
7. Nyamuk Aedes aegypti diperiksa (dengan mata telanjang) untuk
mengetahui ada tidaknya jentik.
8. Untuk memeriksa tempat penampungan air yang berukuran besar,
seperti : bak mandi, tempayan, drum, dan bak penampungan air
lainnya. Jika pada pandangan (penglihatan) pertama tidak
menemukan jentik, tunggu kira-kira 1 (satu) menitauntuk
memastikan keberadaan jentik.
9. Untuk memeriksa tempat-tempat perkembangbiakan yang kecil,
seperti: vas bunga/pot, tanaman air/botol yang airnya keruh,
seringkali airnya perlu dipindahkan ke tempat lain.
10. Untuk memeriksa jentik di tempat yang agak gelap, atau airnya
keruh, biasanya digunakan senter.
Metode kurvey jentik kecara visual dapat dilakukan kubagai berikut:
Cara ini cukup dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya
jentik di setiap tempat genangan air tanpa mengambil jentiknya.
11
adalah
bagan
penyelidikan
epidemiologi
yang
12
salah
satu
indicator
keberhasilan
program
upaya
pemberantasan
vector
melalui
gerakan
PSN-3M
agama,
guru,
murid
sekolah,
pengelola
tempat
umum/instansi, dll.
-
Penyuluhan perorangan
4) Kepada ibu-ibu pengunjung Posyandu
5) Kepada penderita/keluarganya di Puskesmas
6) Kunjungan rumah oleh Kader/petugas Puskesmas
Kota.
Di
tingkat
Puskesmas,ausaha/kegiatan
16 Evaluasi Program
Masukan (input)
Kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam system dan terdiri
dari untur tenaga (man), dana (money), sarana (material), dan metoda
(method) yang merupakan variable dalam melaksanakan evaluasi
program pemberantasan Demam Berdarah Dengue (Depkes RI, 2005).
Proses (process)
Kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam system dan terdiri
dari
pelaksanaan
(activities),
dan
pengawasan
(organization),
(controlling)
yang
14
Keluaran (output)
Kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari berlangsungnya
proses dalam system dari kegiatan pemberantasan DBD (Depkes RI,
2005).
Dampak (impact)
Akibat yang ditimbulkan oleh keluaran dalam pemberantasan DBD
(Depkes RI, 2005).
Lingkungan (environment)
Dunia luar yang tidak dikelola oleh system tetapi mempunyai
pengaruh terhadap system (Depkes RI, 2005).
Masukan
Tenaga : Dokter, Koordinator P2M dan PKM, Petugas Laboratorium,
Petugas Administrasi, Kader aktif, Jumantik
Dana : Dana untuk pelaksanaan program dapat diperoleh di:
APBD
15
penyuluhan
kesehatan
masyarakat,
Formulir
laporan
Standart
Surveilans vector
Pengamatan Jentik Berkala : presentasi jumlah rumah yang
diperiksa jentik dibanding dengan jumlah rumah yang diperiksa
Pemberantasan vector
Abatisasi
dengan
Badan
Gerakan
3M
yang
16
Proses
Perencanaan Ada perencanaan tertulis mengenai:
-
Surveilans vector
17
Pemberantasan vector
Melalui
program
Abatisasi,
Keluaran
Penemuan penderita tersangka DBD : dilihat dari jumlah pasien
suspect DBD yang datang ke puskesmas Contoh : 128 orang/tahun
Rujukan penderita DBD : Bila terdapat tanda-tanda penyakit DBD,
seperti mendadak panas tinggi 2-7hari, tampak lemah dan lesu, suhu
badan antara 38OC sampai 40OC atau lebih, tampak bintik-bintik
merah pada kulit dan jika kulit direnggangkan bintik merah itu tidak
hilang, kadang-kadang ada perdarahan hidung, mungkin terjadi
muntah darah atau BAB darah, tes Torniquet positif. Contoh :
dilakukan rujukan 100% kasus
Penyuluhan
dan
penggerakkan
masyarakat
untuk
PSN
18
melalui
Pengamatan
Jentik
Berkala,
vector
Perlindungan
perseorangan,
yaitu
Menggunakan insektisida
3.
19
4.
Fogging
Melakukan
dengan
malathion
pengasapan
saja
atau
tidak
fonitrothion.
cukup,
karena
Tanpa insektisida
Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan melaksanakan
penyuluhan 3M:
d. Menguras
tempat-tempat
penampungan
air
mengumpulkan,
memanfaatkan
bekas yang
20
5.
6.
SP2TP :
LB
laporan
bulanan
data
kesakitan
LB 2 /laporan bulanan data kematian
Sedangkan untuk pelaporan kegiatan menggunakan formulir
LB3 / Laporan bulanan kegiatan Puskesmas (SP2TP)
-
Laboratorium
Kesehatan
(BLK)
melalui
Dinas
Lingkungan
c) Lingkungan Fisik:
5. Jarak dengan pemukiman penduduk (dekat/jauh)
6. Transportasi (mudah/sukar)
7. Jarak dengan fasilitas umum
d) Lingkungan Non-Fisik
1. Mata Pencaharian penduduk (terbanyak)
2. Tingkat pendidikan
Umpan Balik
c) Adanya pencatatan dan Pelaporan
3. Sesuai dengan waktu yang ditetapkan
4. Masukan
dalam
program
pemberantasan
DBD
selanjutnya
d) Rapat kerja (berapa kali / tahun)
21
Dampak
c) Langsung
apakah
terjadi
peningkatan
derajat
kesehatan masyarakat.
22
23
Tirah baring
Obat antipiretik atau kompres bila perlu. Obat yang di anjurkan adalah
parasetamol
Dianjurkan pemberian cairan dan elektrolit peroral, jus buah, sirop, susu
di samping air putih. Paling sedikit diberikan 2 hari.
24
25