You are on page 1of 14

PENGUJIAN KESETIMBANGAN HUKUM HARDY-WEINBERG

LAPORAN
Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktikum Genetika
Tahun Ajaran 2015/2016
Dosen Pengampu : Ir.Yustinus Ulung Anggraito, M.Si.
Dewi Mustikaningtyas S.Si., M.Si
Med
Oleh:
Kelompok I
1. Dewi Puspo Rini

(4411414039)

2. Moahamad Ikhsan Nurulloh

(4411414020)

3. Evi Setyowati

(4411414012)

4. Anisa Nur Faradila

(4411414024)

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016

PENGUJIAN KESETIMBANGAN HUKUM HARDY-WEINBERG


A. Tujuan
1. Mempelajari dan memahami hukum kesetimbangan HardyWeinberg
2. Menguji kesetimbangan Hardy-Weinberg dengan menghitung
frekuensi alel dan frekuensi genotip
B. Latar Belakang
Genetika sebagai ilmu yang mempelajari segala hal yang
mengenai keturunan dimulai sejak purbakala, ketika para petani
mengetahui bahwa hasil pertaniannya dan ternaknya dapat
ditingkatkan

melalui

persilangan.

Meskipun

pengetahuan

mereka masih sangat primitif namun mereka menyadari bahwa


beberapa sifat yang baik pada tumbuhan dan hewan dapat
diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Mereka

menjalankan berbagai persilangan tanpa disadari pengetahuan


karena belum di kenal adanya gen, apalagi hukum-hukum
keturunan (Suryo 1983).
Genetika yang sesungguhnya baru dimulai pada decade
kedua dari abad ke-19 setelah mendel menyajikan secara hatihati

hasil

analisis

beberapa

percobaan

persilangan

yang

dibuatnya pada tamanan ercis/kapri (Pisum sativum). (Suryo


1983).
Prinsip hukum Hardy Weinberg :
Asas Hardy-Weinberg menyatakan bahwa frekuensi alel dan
frekuensi genotipe dalam suatu populasi akan tetap konstan,
yakni berada dalam kesetimbangan dari satu generasi ke
generasi lainnya kecuali apabila terdapat pengaruh-pengaruh
tertentu yang mengganggu kesetimbangan tersebut. Pengaruhpengaruh

tersebut

acak, mutasi, seleksi, ukuran

meliputi perkawinan
populasi

tak

terbatas, hanyutan

genetik, dan aliran gen. Adalah penting untuk dimengerti bahwa


di luar laboratorium, satu atau lebih pengaruh ini akan selalu

ada. Oleh karena itu, kesetimbangan Hardy-Weinberg sangatlah


tidak mungkin terjadi di alam. Kesetimbangan genetik adalah
suatu keadaan ideal yang dapat dijadikan sebagai garis dasar
untuk mengukur perubahan genetik.
Frekuensi alel yang statis dalam suatu populasi dari
generasi ke generasi mengasumsikan adanya perkawinan acak,
tidak adanya mutasi, tidak adanya migrasi ataupun emigrasi,
populasi yang besarnya tak terhingga, dan ketiadaan tekanan
seleksi terhadap sifat-sifat tertentu.
Contoh paling sederhana dapat terlihat pada suatu lokus
tunggal beralel ganda: alel yang dominan ditandai A dan yang
resesif

ditandai

a.

ditandai p dan q secara

Kedua

frekuensi

berurutan;

alel

freq(A)

tersebut

= p;

freq(a)

= q; p + q = 1. Apabila populasi berada dalam kesetimbangan,


maka freq(AA) = p2 untuk homoszigot AA dalam populasi,
freq(aa) = q2 untuk homozigot aa, dan freq(Aa) = 2pq untuk
heterozigot.
Konsep
Kesetimbangan

ini

juga

dikenal

Hardy-Weinberg,

dalam
Teorema

berbagai

nama:

Hardy-Weinberg,

ataupun Hukum Hardy-Weinberg. Asas ini dinamakan dari G.H.


Hardy dan Wilhelm heinberg (Budi 2005).
Beberapa asumsi yang mendasari perolehan kesimbangan
genetik seperti diekspresikan dalam persamaan Hardy-Weinberg
adalah:
1. Populasi itu tidak terbatas besarnya dan melakukan secara
acak (panmiktis).
2. Tidak terdapat seleksi,

yaitu

setiap

genotype

yang

dipersoalkan dapat bertahan hidup sama seperti yang lain


(tidak ada kematian diferensial).
3. Populasi itu tertutup yaitu tidak

terjadi

perpindahan

(migrasi).
4. Tidak ada mutasi dari satu alelik kepada yang lain. Mutasi
diperbolehkan jika laju mutasi maju dan kembali adalah
sama atau ekuivalen.

5. Terjadi meiosis normal, sehingga hanya peluang yang


menjadi faktor operatif dalam gametogenesis.
Jika dalam suatu populasi terjadi perubahan

dalam

keseimbangan populasi tersebut maka akan terjadi pelanggaran


batasan hukum Hardy-Weinberg akan menyebabkan poulasi
tersebut bergerak menjauhi frekuensi keseimbangan gametik
dan zigotik (Stanfield 1991).
Syarat-syarat berlakunya hukum hardy weinberg.
1. Ukuran populasi yang cukup besar.
Populasi dengan jumlah besar dapat dengan mudah
memenuhi syarat hukum kesetimbangan frekuensi gen. Karena
populasi yang besar dapat mempertemukan jodoh dari tiaptiap pasangan alel secara acak.
2. Populasi tersebut terisolasi.
Bila populasi kecil dan tidak terisolasi maka dapat dengan
mudah kita memahami adanya perubahan frekuensi gen bila
ada anggota yang berpindah tempat.
3. Jumlah mutasi setimbang.
Mutasi yang setimbang tidak mengubah kesetimbangan
anggun gen. jika mutasi gen tidak setimbang maka akan
mengakibatkan berubahnya frekuensi gen dalam mutasi
4. Perkawinan terjadi secara acak.
5. Kemampuan reproduksi antar individu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi gen :
1) Seleksi
Seleksi

merupakan

suatau

proses

yang

melibatkan

kekuatan kekuatan untuk menentukan ternak mana yang


boleh berkembang biak pada generasi selanjutnya. Kekuatan
kekuatan itu bisa di kontrol sepenuhnya oleh alam yang
disebut seleksi alam. Jika kekuatan itu di kontrol oleh manusia
maka prosesnya disebut seleksi buatan kedua macam seleksi
itu akan merubah frekuensi gen yang sat relatif terhadap

alelnya. Laju perubahan frekuensi pada seleksi buatan jika


dibandingkan dengan seleksi alam.
2) Mutasi
Mutasi adalah suatu perubahan kimia gen yang berakibat
berubahnya fungsi gen. Jika gen mengalami mutasi dengan
kecepatan tetap maka frekuensi gen akan sedikit menurun,
sedangkan

frekuensi

alel

akan

meningkat.

Laju

mutasi

bervariasi dari suatu kejadian mutasi ke kejadian mutasi lain.


Namun, laju relatif rendah ( kira kira satu dalam satu juta
pengandaan gen).
3) Pencampuran populasi
Percampuran dua populasi yang frekuensi gennya berbeda
dapat mengubah frekuensi gen tertentu. Frekuenssi gen ini
merupakan rataan dari frekuensi gen dari dua populasi yang
bercampur.
4) Silang dalam (inbreeding ) dan sialng luar (outbreeding)
Silang dalam merupakan salah satu bentuk isolasi secara
genetik. Jika suatu populais terisolasi, silang dalam cenderung
terjadi karena adanya keterbatasan pilihan dalam proses
perkawinan. Jika silang dalam terjadi anatara grup ternak
yang tidak terisolasi secara geografis maka pengaruhnya juga
yang sama. Oleh sebab itu, silang dalam merupakan suatu
isolasi buatan. Sebenarnya silang dalam tidak merubah
frekuensi gen awal pada saat proses silang dalam dimulai. Jika
terjadi

perubahan

frekuensi

gen

maka

perubahan

itu

disebabkan oleh adanya seleksi, mutasi dan pengaruh sampel


acak. Jika silang luar dilakukan pada suatu populasi yang
memilik rasio jenis kelamin yang sama dengan frekuensi gen
pada suatu lokus yang sama pada kedua jenis kelamin maka
frekuensi gen tidak akan berubah akibat pengaruh langsung
silang luar.
5) Genetic drift

Genetic drift merupakan perubahan frekuensi gen yang


mendadak.
biasanya

Perubahan

terjadi

pada

frekuensi

gen

yang

mendadak

kelompok

kecil

ternak

yang

di

pindahkan untuk tujuan pemulian ternak atau dibiakan. Jika


kelompok ternak diisolasi dari kelompok ternak asalnya maka
frekuensi gen yang terbentuk pada populasi baru dapat
berubah. Perubahan frekuensi gen yang mendadak dapat pula
disebabkan oleh bencana alam, misal matinya sebagian besar
ternak yang memiliki gen tertentu (Crowder 1986).
C. Alat dan Bahan
1. Kancing genetika 2 macam warna dengan perbandingan 2 : 3
2. Dua kotak untuk tempat kancing genetika.
D. Cara Kerja
1. Memasukkan dua macam warna kancing misalnya 20 kancing
merah dan 30 kancing putih pada masing-masing kotak.
2. Dengan tanpa melihat dalam kotak, diambil sebuah kancing
dari kotak pertama dengan tangan kanan dan sebuah kancing
dari kotak kedua dengan tangan kiri. Pengambilan kancing
dari masing-masing kotak ini analog dengan proses kawin
acak, pasangan kancing yang terambil menggambarkan suatu
individu baru pada generasi berikutnya. Mencatat genotip
yang didapat dalam tabel.
3. Mengembalikan kancing yang sudah terambil pada kotaknya.
Dengan pengembaliian ini frekuensi alel dalam gene pool
akan tetap sehingga peluang alel untuk terambil dalam setiap
pengambilan

akan

tetap

sama.

Selanjutnya

mengambil

kancing genetika seperti langkah 2, mengulangi terus sampai


mendapatkan 100 individu baru yang menyusun generasi
baru, dan memasukkan hasilnya dalam tabel.
4. Menghitung frekuensi alel A dan alel a dari jumlag genotip
hasil

pengacakan

tersebut.

Besarnya

frekuensi

alel

menggunakan rumus berikut:

a. Frekuensi alel A : (Jumlah genotip AA + 1 2 jumlah


genotip Aa)
1. Total
b. Frekuensi alel a : (Jumlah genotip aa + 1 2 jumlah
genotip Aa)
1. Total
5. Membandingkan frekuensi alel dan frekuensi genotip populasi
awal terhadap populasi baru dan uji menggunakan Chikuadrat.
E. Hasil Pengamatan
Pasangan gamet
(genotip individu)
AA
Aa

Tally
|||| |||| |||
|||| |||| |||| |||| ||||
|||| |||| |||| |||| ||||
|||| |||| |||| |||| ||||

aa

|||| |

Total

Jumlah

Frekuensi

15

(%)
15

49

49

36

36

100

100

F. Analisis Data
1. Frekuensi alel A
1
(Jumlah genotip AA+ Jumlah genotip Aa)
2
Frekuensi alel A=
Total
Frekuensi alel A=

15+ 24.5
100

Frekuensi alel A=0.395

2. Frekuensi alel a
1
( Jumlah genotip aa+ Jumlah genotip Aa)
2
Frekuensi alel a=
Total

Frekuensi alel a=

36+24.5
100

Frekuensi alel a=0.605

3. Uji Chi-Square Genotip Individu


Genotip
Individu
AA
Aa
aa

Fh

Fo

|Fo-Fh|

|Fo-Fh|2

25
50
25

15
49
26

-10
-1
1

100
1
1

FoFh2
Fh
x 2=
4
0.02
0.04
2
x = 4.06

Db= n-1
= 3-1
=2
2

x hit = 5.99
x 2 tab= 3.84
x 2 tab< x 2 hit , maka ho ditolak dan ha diterima hal ini tidak
sesuai dengan kesetimbangan Hardy-Weinberg, karena ada
perbedaan signifikan antara fo dan fh
Ho = Tidak ada perbedaan antara praktikum dengan teori
Ha = Ada perbedaan antara praktikum dan teori
Dengan ketelitian 95% 0,05
4. Uji Chi-Square Alel
Alel

Fh

Fo
0.39
5

|Fo-Fh|

|Fo-Fh|2

FoFh2
Fh
x 2=

-1.605

2.58

1.29

0.60
5

-2.395

5.74

1.91
2

x = 3.20
Db= n-1
= 2-1
=1
Dengan ketelitian 95% 0,05
x 2 hit = 3.20
2

x tab= 3.84
x 2 tab< x 2 hit , maka ho ditolak dan ha diteima hal ini tidak
sesuai dengan kesetimbangan Hardy-Weinberg, karena ada
perbedaan signifikan antara fo dan fh.
Ho = Tidak ada perbedaan antara praktikum dengan teori
Ha = Ada perbedaan antara praktikum dan teori
G. Pembahasan
Pada praktikum ini tentang kesetimbangan Hardy-Weinberg
dimana hukum Hardy-Weinberg ini menyatakan bahwa frekuensi
gen dominan dan gen resesif pada suatu populasi yang besar
tidak akan berubah dari generasi ke generasi seterusnya jika
perkawinan terjadi secara acak, tidak ada seleksi, tidak ada
migrasi, tidak ada mutasi dan tidak terjadi genetika drift.
Praktikum ini dilakukan dengan menggunakan dua kancing yang
berbeda, dimana 20 kancing

warna merah yang dianggap

dominan dan 30 kancing warna putih dianggap resesif. Setiap


warna kancing dibagi menjadi dua untuk dimasukkan kembali.
Hal ini terus dilakukan sampai 100x.
Berdasarkan percobaan yang dilakukan diperoleh data
kelompok bahwa alel A berjumlah 61,25% da alel a berjumlah
38, 25%. Hasil ini diperoleh dari rumus Frekuensi alel A atau a =

(Jumlah genotip AA atauaa+

1
jumlah genotip Aa)
2

Total

dimana genotip AA

berjumlah 36; Aa berjumlah 50,5; dan aa berjumlah 13,5. Melalui


uji Chi-square hasil yang kelompok kami peroleh salah (Ho
ditolak). Bila suatu populasi terdiri dari alel A dan a dengan
frekuensi masing-masing adalah p dan q dimana p+q=1, maka
frekuensi genotip AA, Aa, dan aa dalam keadaan setimbang
berturut-turut

p2+2pq+q2=1

adalah

(Widianti,

2014).

Berdasarkan hasil yang kami dapat frekuensi alel menunjukkan


A+a=1, namun frekuensi genotip tidak menunjukkan persamaan
p2+2pq+q2=1. Sehinggan hasil percobaan ini melanggar hukum
Hardy Weinberg.
Melalui uji Chi-square, hasil percobaan dengan data kelas
juga salah (Ho ditolak) dengan jumlah alel A sebanyak 547,5 dan
alel a sebanyak 452,5. Frekuensi alel menunjukkan p+q=1
namun

frekuensi

p2+2pq+q2=1.

genotip

Sehingga

tidak

hasil

menunjukkan

percobaan

melanggar hukum Hardy Weinberg.


Pelanggaran terhadap asumsi

data

persamaan
kelas

Hardy-Weinberg

juga
dapat

menyebabkan penyimpangan dari harapan . Bagaimana ini


mempengaruhi

penduduk

tergantung

pada

asumsi

yang

dilanggar. Umumnya, penyimpangan dari kesetimbangan HardyWeinberg menunjukkan evolusi dari satu spesies.
1) Random kawin . HWP menyatakan penduduk akan memiliki
frekuensi

genotipik

diberikan

(disebut

Hardy-Weinberg

proporsi) setelah satu generasi dari perkawinan acak dalam


populasi. Ketika pelanggaran ketentuan ini terjadi, penduduk
tidak

akan

memiliki

proporsi

Hardy-Weinberg.

Tiga

pelanggaran semacam itu:


a. Penangkaran

sanak

yang

menyebabkan

peningkatan

homozigositas untuk semua gen.

b. Asortatif

perkawinan

yang

menyebabkan

peningkatan

homozigositas hanya untuk mereka gen yang terlibat dalam


sifat

yang

assortatively

dikawinkan

(dan

gen

dalam

ketidakseimbangan hubungan dengan mereka).


c. Ukuran kecil penduduk , yang menyebabkan perubahan acak
pada

frekuensi

genotipik.Hal

ini

disebabkan

oleh

efek

sampling, dan disebut drift genetik ,efek sampling yang


paling penting ketika ukuran populasi kecil atau allele jarang
terjadi.
Jika populasi melanggar salah satu dari empat asumsi
sebagai berikut, populasi dapat terus memiliki Hardy-Weinberg
proporsi setiap generasi, tetapi frekuensi alel akan berubah
dengan kekuatan itu.
2) Seleksi , secara umum, menyebabkan frekuensi alel berubah,
sering

kali

cukup

.Sementara

pemilihan

arah

akhirnya

mengarah pada hilangnya semua alel kecuali yang disukai,


beberapa bentuk seleksi, seperti menyeimbangkan seleksi ,
menyebabkan keseimbangan tanpa kehilangan alel.
3) Mutasi akan memiliki efek yang sangat halus pada frekuensi
alel. Tingkat Mutasi adalah dari urutan 10

-4

10

-8,

dan

perubahan frekuensi alel akan paling besar urutan yang


sama. mutasi berulang akan mempertahankan alel dalam
populasi, bahkan jika ada seleksi yang kuat terhadap mereka.
4) Migrasi genetik menghubungkan dua atau lebih populasi
bersama-sama. Secara umum, frekuensi alel akan menjadi
lebih homogen antara populasi. Beberapa model untuk
migrasi secara inheren mencakup kawin acak ( Wahlund
efek , misalnya. Bagi mereka model, proporsi Hardy-Weinberg
biasanya tidak akan berlaku.

10

Bagaimana pelanggaran-pelanggaran ini mempengaruhi uji


statistik formal untuk HWE dibahas kemudian. Sayangnya,
pelanggaran asumsi dalam prinsip Hardy-Weinberg tidak berarti
populasi akan melanggar HWE. Misalnya, keseimbangan seleksi
mengarah ke keseimbangan populasi dengan proporsi mutasi
adalah dasar bagi banyak perkiraan tingkat mutasi (panggilan
keseimbangan mutasi-seleksi ).

H. Kesimpulan
1. Berdasarkan hukum Hardy -Weinberg persamaan frekuensi
genotip adalah p+q=1 sedangkan persamaan frekuensi
alel adalah p2+2pq+q2=1.
2. Berdasarkan hasil percobaan kelompok dan kelas melalui
uji Chi-square menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh
frekuensi genotip dan frekuensi alel tidak sesuai dengan
hukum Hardy-Weinberg (Ho ditolak).
I. Daftar Pustaka
Budi A. 2005. Genetika Tumbuhan. Yogyakarta : Biologi Fmipa
UNY
Crowder L. 1986. Genetika Tumbuhan. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press
Stanfield W. 1991. Genetika Edisi Kedua. Jakarta : Erlangga
Suryo. 1983. Genetika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

11

JAWABAN PERTANYAAN
1. Apakah yang dimaksud dengan perkawinan acak?
Jawab :
Perkawinan

secara

acak

adlah

kondisi

dimana

perkawinan angota-anggota suatu populasi sepenuhnya


terjadi secara acak, yaitu bila setiap gamet jantan dalam
pusat gen mempunyai kesempatan yagn sama untuk
bersatu dengan gamet betina.
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan genetic drift?
Jawab :
Genetic drift (hanyutan genetic) Adalah perubahan
dalam kumpulan gen suatu populasi kecil akibat kejadian
acak.

Hanya

factor

keberuntungan

saja

yang

mengakibatkan hanyutan acak dapat memperbaiki daya


adaptasi populasi itu ke lingkunganya.

12

LAMPIRAN

13

You might also like