Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
Evrillya Rachmatika
F3314046
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Laporan keuangan merupakan produk akhir dari serangkaian proses
pencatatan dan pengikhtisaran data transaksi bisnis. Seorang akuntan diharapkan
mampu untuk mengorganisir seluruh data akuntansi hingga menghasilkan laporan
keuangan, dan bahkan harus dapat menginterpretasikan serta menganalisis laporan
keuangan yang dibuatnya.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 menjelaskan bahwa
tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi
keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang
bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan. Agar laporan
keuangan menjadi lebih bermakna, laporan keuangan tersebut harus dapat dipahami
dan dimengerti oleh penggunaannya sehingga perlu dilakukan analisis laporan
keuangan.
Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang penting bagi
para pemakai laporan keuangan dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi.
Laporan keuangan akan lebih bermanfaat apabila informasi yang terkandung dalam
laporan keuangan tersebut dapat digunakan untuk memprediksi apa yang akan terjadi
di masa mendatang dengan mengolah lebih lanjut laporan keuangan melalui proses
perbandingan, evaluasi, dan analisis trend akan diperoleh prediksi tentang apa yang
mungkin akan terjadi di masa mendatang. Hasil analisis laporan keuangan ini akan
membantu analis menginterpretasikan berbagai hubungan kunci antar pos laporan
keuangan dan kecenderungan yang dapat dijadikan dasar dalam menilai potensi
keberhasilan perusahaan di masa mendatang.
Pada tahun yang sama didirikan pula PT Wijaya Karya Intrade sebagai
pengembangan Divisi Industri dan Perdagangan.
Semakin berkembangnya Perseroan, semakin tinggi pula tingkat
kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan Perseroan. Hal ini tercermin dari
keberhasilan WIKA melakukan penawaran saham perdana (Initial Public
Offering/IPO) pada tanggal 27 Oktober 2007 di Bursa Efek Indonesia (saat itu
bernama Bursa Efek Jakarta). Pada IPO tersebut, WIKA melepas 28,46 persen
sahamnya ke publik, sehingga pemerintah Republik Indonesia memegang 68,42
persen saham, sedangkan sisanya dimiliki oleh masyarakat, termasuk karyawan,
melalui Employee/Management Stock Option Program (E/MSOP), dan Employee
Stock Allocation (ESA). Sementara itu, langkah pengembangan Divisi menjadi
anak perusahaan yang berdiri di atas kaki sendiri terus dilakukan. Pada tahun
2008 WIKA mendirikan anak perusahaan PT Wijaya Karya Gedung yang
memiliki spesialisasi dalam bidang usaha pembangunan high rise building.
Tercatat WIKA tak hanya menancapkan kukunya di tanah air. Di
Aljazair, WIKA membangun jalan tol 400 kilometer yang menghubungkan
Tunisia dan Maroko. Produk beton WIKA juga dilirik negara seperti Irak. Kondisi
ini membuat WIKA menjadi buruan investor di pasar saham.
VISI
MISI
DALAM
INDUSTRI
BETON
PRACETAK
-
ketepatan
waktu
dan
harga
bersaing
-
yang
dapat
memacu
secara
sehat
dan
kompetensi
dan
berkesinambungan
-
Mengembangkan
kesejahteraan pegawai
C. Jenis Usaha
Berawal dari perusahaan yang bergerak di bidang pekerjaan instalasi, WIKA
berkembang menjadi perusahaan yang sehat dengan empat pilar bisnis utama yaitu usaha
jasa Konstruksi, Industri, Perdagangan dan Realti. Di bidang konstruksi, proyek dengan
berbagai skala maupun berteknologi baru berhasil diselesaikan, yang meliputi bidang
pekerjaan sipil, arsitektur, makanikal, elektrikal, maupun tata lingkungan. Di bidang
industri, WIKA berhasil mengembangkan produk-produk yang sangat kompetitif di
pasar. WIKA Beton mendorong setiap unit usahanya yang memiliki potensi untuk
berkembang lebih pesat dan memberi nilai tambah bagi menjadi unit usaha yang mandiri.
Setelah pembentukan WIKA Beton yang pada awalnya adalah Divisi produk beton pada
tahun 1997, WIKA melanjutkan pembentukan PT WIIKA In-trade yang awalnya adalah
Divisi Industri dan Peradagangan serta PT WIKA Realty yang awalnya adalah Divisi
Realti, pada awal tahun 2000. WIKA Beton dalam memenuhi kebutuhan pelanggan,
selain Tiang Listrik prategang berpenampang H dikembangkan pula Tiang Listrik Bulat
Berongga dengan sistem sentrifugal. Sistem sentrifugal ini pada perkembangannya
digunakan juga untuk produksi produk tiang beton lainnya termasuk Tiang Pancang.
Disamping itu, WIKA Beton juga mengembangkan produk produk beton pracetak lain
seperti Balok Jembatan, Dinding Penahan Tanah, Pipa, Bantalan Jalan Rel, dan lain
lain. Dengan meningkatnya kebutuhan dan perkembangan usaha beton pracetak, maka
pada tanggal 11 Maret 1997 dibentuklah PT. Wijaya Karya Beton atau WIKA Beton
sebagai perusahaan anak dengan maksud agar perusahaan dapat lebih fokus dan
profesional dalam melayani dan menjada kepuasan pelanggan.
Hasil produksi dari PT. Wijaya Karya Beton Adalah:
1. Tiang Listrik Beton
2. Tiang Pancang Beton
3. Komponen Jembatan dan Dermage
4. Bantalan Beton Prategang
5. Sheet Pile Beton
6. Komponen Pracetak Lainnya
7. Panel atau Pagar Beton
8. Jasa Angkutan dan Pemasangan
9. Pipa Beton berdia pagar beton
1. Bagaimana prestasi keuagan PT Wijaya Karya Beton Tbk pada tahun 2014-2015?
2. Bagaimana kinerja manajemen PT Wijaya Karya Beton Tbk selama dua tahun
berjalan 2014-2015?
a. Bagaimana komposisi permodalan PT Wijaya Karya Beton Tbk tahun 20142015?
b. Bagaimana kemampuan PT Wijaya Karya BetonTbk dalam memenuhi
kewajiban jangka panjang dan pendek tahun 2014-2015?
c. Bagaimana efektivitas aktivitas keuangan PT Wijaya Karya BetonTbk tahun
2014-2015?
d. Bagaimana return atau profit yang di hasilkan PT Wijaya Karya Beton Tbk
tahun 2014-2015?
e. Bagaimana reaksi pasar atas nilai buku PT Wijaya Karya BetonTbk tahun 20142015?
2013
2014
2015
Pendapatan Usaha
Beban Pokok Pendapatan
Laba Bruto
Beban Usaha
Laba Sebelum Pajak
Beban Pajak
Laba Tahun Berjalan
2.643.724
(2.255.749)
387.975
(51.773)
328.521
(87.315)
241.206
3.277.195
(2.790.105)
487.090
(76.888)
410.202
(89.117)
321.085
2.625.622
(2.324.039)
301.583
(90.150)
211.433
(34.275)
177.158
kenaikan/ kenaikan/
penuruna penuruna
n
n
(%) pada (%) pada
tahun
tahun
2013-2014 2014-2013
19%
24,81%
19%
20%
20%
39%
32%
14%
19%
48%
2%
61,5%
24%
44%
Tahun 2014 bukan merupakan tahun yang mudah bagi Perseroan, di awal
Perseroan sebagai perusahaan publik sudah dihadapkan pada tahun politik yang
mengakibatkan beberapa proyek tidak berjalan & terjadi pemotongan anggaran akibat
subsidi BBM sehingga terjadi oversupply. Sehingga patutlah apresiasi Dewan Komisaris
bagi Direksi atas upayanya yang mampu mencatatkan pendapat usaha sebesar Rp
3.277.195 juta, naik 23,96% atau sebesar Rp 633.471 juta dibandikan pada 2013 sebesar
Rp 2.643.724 juta. Dengan kenaikan pendapatan usaha tersebut, laba tahun berjalan juga
mengalami kenaikan sejumlah 24% atau sebesar Rp 79,87 miliar menjadi Rp 321,085
miliar dibandingkann pada tahun 2013 Rp 241,206 miliar.
Pencapaian PT Wijaya Karya Beton Tbk di tahun 2015 dari sisi penjualan masih
menunjukkan penurunan, dikarenakan sepanjang tahun 2015 Perseroan memiliki
sejumlah kendala dan hambatan. Kondisi perekonomian nasional yang cenderung
melambat sebagai akibat pelemahan perekonomian global juga berpengaruh pada kinerja
Perseroan. Proyek- proyekyang didapat pada 2015, baru terlaksana pada September
2015.
Di tengah kondisi ekonomi yang kurang menguntungkan serta penundaan
proyek konstruksi, perseroan dapat membukukan pendapatan usaha sebesar Rp 2,62
triliun atau 80,94% dibandikan pada 2014 sebesar Rp 3,28 triliun. Dengan perolehan
pendapatan usaha tersebut, laba tahun berjalan tercatat sebesar Rp 177,15 miliar atau
56% dibandingkan pada tahun 2014 Rp 321,085 miliar.
Dalam melakukan analisis laporan keuangan diperlukan suatu metode dan teknik
analisis yang tepat. Tujuan dari penentuan metode dan teknik analisis yang tepat ini adalah
agar laporan keuangan dapat secara maksimal memberikan manfaat bagi para penggunanya
sesuai dengan jenis keputusan yang akan diambil. Secara garis besar, ada dua metode analisis
laporan keuangan yang lazim dipergunakan dalam praktik, yaitu Analisis Vertikal dan
Analisis Horisontal. Metode analisis yang akan digunakan penulis untuk menganalisis
laporan keuangan pada PT Wijaya Karya Beton Tbk yaitu analisis horizontal. Analisis
horizontal merupakan analisis yang dilakukan dengan membandingkan laporan keuangan dari
beberapa periode. Dengan kata lain, perbandingan dilakukan dengan informasi serupa dari
perusahaan yang sama atau perusahaan itu sendiri tetapi untuk periode waktu yang berbeda.
Melalui hasil analisis ini dapat dilihat kemajuan atau kemunduran kinerja perusahaan dari
periode yang satu ke periode berikutnya.
Pada saat melakukan teknik analisis horizontal, kenaikan atau pun penurunan yang
terjadi terhadap pos-pos laporan keuangan dari periode yang satu ke periode berikutnya
dinyatakan dalam bentuk jumlah moneter dan juga persentase. Agar analisis perbandingan
laporan keuangan dapar berjalan dengan baik, maka perlu dibuatkan kolom-kolom terlebih
dahulu untuk memudahkan dalam melihat perubahan-perubahan yang terjadi terhadap pospos laporan keuangan dari periode yang satu ke periode berikutnya.
A. Struktur Permodalan Perseroan
Analisis persentase per komponen (common size) merupakan teknik analisis
yang digunakan untuk mengetahui persentase masing-masing komponen asset
terhadap total asset; persentase masing-masing komponen utang dan modal terhadap
total passiva; persentase masing-masing komponen laporan laba-rugi terhadap
oenjualan bersih.
Penjualan
Harga Pokok Penjualan
Laba Kotor
Beban Usaha
Laba Usaha
Penghasilan (beban) lain-lain
Laba (rugi) sebelum pajak
Laba (rugi) setelah pajak
2014
100
85
14,86
2,34
12,5
0,1
12,5
9,8
2015
100
87
12
3,39
8.9
0,9
7,76
6,42
Dalam analisis common size, seluruh akun dinyatakan dalam presentase. Dalam analisis
neraca, total asset atau total kewajiban ditambah total ekuitas dinyatakan sebagai 100 persen.
Hasil analisis diatas menyatakan bahwa Harga Pokok Penjualan (HPP) di tahun 2015 naik 2.
Hal ini menunjukkan bahwa beban pada proses penjualan lebih besar dibandingkan dengan
tahun sebelumnya yaitu 85. Dengan HPP yang lebih besar, maka menghasilkan laba kotor
usaha lebih sedikit hanya sebesar 12. Laba kotor menurun 2,86.
B. Kemampuan Perusahaan dalam Memenuhi Kewajiban- Kewajiban Jangka Pendek
dan Jangka Panjang
Analisis Kewajiban Jangka Pendek Perusahaan
Rasio Likuiditas
1. Rasio Lancar
= (Aset Lancar: Liablitas Lancar)
2. Rasio Cepat
= (Aset Lancar Persediaan: Liablilitas
Lancar)
3. Rasio Kas
= (Kas dan Setara Kas: : Liabilitas Lancar)
2013
105,67
2014
140,90
2015
136,88
%
58,52%
%
110,59%
%
102,17
%
23,02%
68,78%
45,92%
2013
3,105
2014
0,72
2015
0.96
Dari perhitugan rasio utang jangka panjang diatas dapat diketahui bahwa
perusahmaan dapat memenuhi piutang jangka panjangnya dengan modal yang
dipunya. Meskipun rate pemenuhan kewajiban menunjukkan penurunan pada
tahun 2014 dan naik kembali pada tahun 2015.
C. Efektivitas Aktivitas Keuangan PT Wijaya Karya Beton Tbk tahun 2014-2015
Dalam tahun 2014 pendapatan
mengalami
kenaikan,
namun
mengalami
kondisi
perekonomian
Rasio Aktivitas
1. Rasio Perputaran Piutang
= Penjualan Kredit : Rata- Rata Piutang
2. Periode Penagihan Piutang Usaha
= 365 hari : Rasio Perputaran Piutang Usaha
2013
6,3
2014
6,9
2015
4,7
57,9
52,89
77,65
Rasio perputaran piutang usaha di tahun 2015 lebih rendah dibandingkan dengan
tahun 2014, pada kisaran 4,7 kali, Maka dari itu periode penagihan naik menjadi
77,65 hari. Hal tersebut terjadi karena penjualan kredit mengalami kenaikan yang
cukup signifikan pada tahun 2015.
D. Return atau Profit yang Dihasilkan PT Wijaya Karya Beton Tbk Tahun 2014-2015
Dalam tahun 2014 perusahaan telah menunjukkan peningkatan pendapatan atau
profit, namun pada tahun 2015
perusahaan
mengalami
dari
perusahaan,
memperbaiki
meningkatkan
kinerja
dan
agar
ekuitas
sedikit
perusahaan
dibandingkan
2013
4,68
2014
8,48
2015
3,86
18,69
14,48
12,39
13,9
14,86
12,39
9,23
9,84
6,48
Kenaikan laba komprehensif tahun berjalan untuk tahun 2014 dibandingkan dengan
tahun 2013 menyebabkan meningkanya rasio- rasio profitabilitas. Margin laba kotor
dan margin laba usaha di tahun 2014 masing- masing meningkat dari 0,96% dan
0,61% menjadi 14,86% dan 9,84%. Imbal hasil rata- rata atas ekuitas (ROE)
mengalami penurunan dari 18,69% di tahun 2013 menjadi 14 ,48% pada tahun 2014.
Sementara itu, imbal hasil rata- rata atas aset (ROA) pada tahun 2014 mengalami
banyak perubahan yakni kenaikan yang signifikasn senilai 4,2%, sehingga diketauhi
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktivitas normal bisnisnya.
Namun pada tahun 2015 semua rasio profitabilitas menurun dikarenakan faktor
ekonomi negara dan kendala penundaan proyek.
E. Reaksi Pasar atas Nilai Buku PT Wijaya Karya Beton Tbk tahun 2014-2015
Rasio Pasar
1. EPS (Earning Per Share) (Rp)
2. PER (Price Earning Ratio) (kali)
3. Dividen Yield (%)
4. DPR (Dividend Payout Ratio) (%)
5. Price Book Value (Kali)
2013
15,67
38,5
5,34
2014
37,69
41,35
0,91
31,36
3,18
2015
19,25
49,62
0,76
31,38
3,81
Dalam perhitugan rasio diatas dapat diketauhi bahwa tingkat Earning Per
Share (EPS) perusahaan tiap tahunnya mengalami naik turun, dimana perusahaan
memberikan keuntungan kepada para pemegang saham dengan harga Rp 15,67 pada
tahun 2013 kemudian naik dua kali lipat bahkan lebih pada tahun 2014 senilai Rp
37,69 dan turun lagi di tahun 2015 senilai Rp 19,25.
Semakin besar Price Earning Ratio suatu saham maka menyatakan saham
tersebut akan semakin mahal terhadap pendapatan bersih per saham. Dikatakan pada
tahun 2014 dan 2015 PER perusahaan meningkat, dari 41,35 dan 49,62. Disimpulkan
harga saham pada tahun 2014 dan 2015 meningkat.
Dalam imbal hasil dividen atau Dividend Yield investor dapat meengetahui
bahwa prosentase tertinggi ada pada tahun 2014 yakni pada nilai 0,91 dibandingkan
pada tahun 2015 hanya pada angka 0,76. Dengan begitu tiap dividen dibagikan tunai
dapat dihitung dengan DPR. Pada 2013 tidak diketahui Dividend Yield karena
mungkin perusahaan tidak membagikan dividennya pada tahun itu.
PBV merupakan rasio yang menunjukkan perbadningan antara harga pasar
per lembar saham dengan nilai buku per lembar saham. Sehingga tingkat harga
saham dapat diketahui, dalam PT Wijaya Karya Beton Tbk rasio PBV mengalami
penurunan pada tahun 2014, pada 2013 tingkaat PBV perusahaan 5,34 dan 2014 3,18
dan pada tahun selanjutnya PBV cenderung stabil atau hanya meningkat sedikit.
F. Analisa Keuangan
1. Laporan Laba Rugi (Pada Periode 2015)
Pendapatan Usaha
Pada 2015, perusahaan memperoleh pendapatan usaha sebesar
Rp 2.652.622 Juta, turun 19.06% atau sebesar Rp 624, 573 juta dari
Rp 3.277.195 juta pada tahun 2014. Hal ini disebabkan oleh beberapa
proyek yang berasal dari APBN tertunda pelaksanaanya. Perolehan
pendapatan usaha terdiri dari penjualan atas kontrak lama sebesar Rp
570,135 juta dan penjualan atas kontrak baru sebesar Rp 2.062.487
juta.
hasil
perolehan
laba
bersih
BAB IV KESIMPULAN
Hasil dari analisis laporan keuangan PT Wijaya Karya Beton Tbk untuk periode 2014
dan 2014 dapat disimpulkan bahwa kinerja manajemen dari tahun ke tahun mengalami
penurunan namun perusahaan tetap untung walaupun terjadi penurunan keuntungan.
Penurunan ini disebabkan oleh berbagai macam alasan, seperti penurunan penundaan proyek
dan baru saja dikerjakan di penghujung tahun. Disusul oleh peningkatan beban pokok yang
disebabkan oleh penurunan produksi produk beton. Beban usaha juga mengalami
peningkatan yang disebabkan peningkatan beban administrasi dan umum (beban personalia).
Beban lain lain juga mengalami peningkatan yang disebabkan oleh beban bunga pinjaman
yang lebih besar daripada bunga deposito. Peningkatan beban- beban tersebut dapat
mempengaruhi laba tahun berjalan, ditambah pendapatan yang menurun pada tahun 2015.
Tindakan manajemen perusahaan dalam mengambil keputusan untuk periode yang
akan datang sangat diperlukan untuk menunjang semua aktivitas operasional perusahaan
dalam menghasilkan laba. Karena segala aktivitas dari perusahaan berpusat pada keputusan
manajemen, sehingga diperlukan adanya analisis laporan keuangan periode sebelumnya
untuk melihat kekurangan atau kelebihan operasional perusahaan. Dengan mengetahui
kekurangan dalam kinerja perusahaan, maka dari titik inilaj pihak manajer dapat
memperbaiki kinerja tahun lalu untuk tahun yang akan datang agar tidak lagi terjadi kerugian.
SARAN
Perusahaan harus melihat bisnis model baru atau melakukan inovasi guna
mengoptimalisasi kinerja dan integrasi usaha. Untuk perubahan dan
perkembangan ini perlu adanya waktu dan investasi yang cukup besar,
DAFTAR PUSTAKA