Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
Pierre Ramandha K
04084821517028
Pembimbing:
dr. Halimah, Sp.A
HALAMAN PENGESAHAN
Presentasi kasus yang berjudul
Demam Berdarah Dengue
Oleh :
Pierre Ramandha K
Solastika Olivia Mariah C.S.
Sebagai salah satu persyaratan mengikuti ujian Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Ilmu
Kesehatan Anak RSMH Palembang Fakultas Kedokteran Unsri.
ii
KATA PENGANTAR
Salam sejahtera,
Segala puji bagi Allah SWT karena atas rahmat-Nya lah laporan kasus yang
berjudul Demam Berdarah Dengueini dapat diselesaikan dengan baik.
Melalui tulisan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. dr. Halimah, Sp.A sebagai dosen pembimbing
2. Rekan-rekan seperjuangan yang turut meluangkan banyak waktu dalam
membantu proses penyelesaian laporan kasus ini.
3. Semua pihak yang telah ikut membantu proses penyusunan laporan kasus
hingga laporan kasus ini selesai.
Dalam penyusunan laporan kasus ini, penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan, baik dari isi maupun teknik penulisan. Sehingga apabila ada kritik dan
saran dari semua pihak maupun pembaca untuk kesempurnaan laporan kasus ini,
penulis mengucapkan banyak terimakasih.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. ii
KATA PENGANTAR .............................................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ iv
BAB I. PENDAHULUAN .........................................................................................1
BAB II. LAPORAN KASUS......................................................................................3
BAB III. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................15
BAB IV. ANALISIS KASUS ..................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................v
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Demam berdarah dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti. Virus
dengue bagian dari famili Flaviviridae. Keempat serotipe virus dengue (DEN-1,
DEN-2, DEN-3, dan DEN-4) dibedakan dengan metode serologik. Infeksi virus
dengue pada manusia mengakibatkan spektrum manifestasi klinis yang bervariasi
antara penyakit paling ringan (mild undiffrentiated febrile illness), demam dengue,
demam berdarah dengue (DBD) sampai demam berdarah dengue disertai syok
(dengue shock syndrome). Patofisiologi utama penyakit DBD adalah terjadinya
kebocoran plasma yang disebabkan oleh meningkatnya permeabilitas pembuluh
darah (vaskuler).1
Epidemiologi Demam Berdarah Dengue pada tahun 2014, sampai
pertengahan bulan Desember tercatat penderita DBD di 34 provinsi di Indonesia
sebanyak 71.668 orang, dan 641 diantaranya meninggal dunia. Angka tersebut
lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya, yakni tahun 2013 dengan jumlah
penderita sebanyak 112.511 orang dan jumlah kasus meninggal sebanyak 871
penderita. Berdasarkan penelitian di Indonesia dari tahun 1968-1995 kelompok
umur yang paling sering terkena ialah 5 14 tahun walaupun saat ini makin
banyak kelompok umur lebih tua menderita DBD. Sedangkan kasus DBD
perkelompok umur dari tahun 1993 - 2009 terjadi pergeseran. Dari tahun 1993
sampai tahun 1998 kelompok umur terbesar kasus DBD adalah kelompok umur
<15 tahun, tahun 1999 - 2009 kelompok umur terbesar kasus DBD cenderung
pada kelompok umur >=15 tahun.1,2
Penyakit demam berdarah dengue merupakan salah satu penyakit yang
perjalanan penyakitnya cepat dan dapat menyebabkan kematian dalam waktu
singkat sehingga penegakkan diagnosa klinis demam dengue dan demam berdarah
dengue didasarkan pada kriteria klinis dan laboratorium meliputi trombositopenia
dan peningkatan hematokrit, sedangkan diagnosa pasti dengan ditemukannya
virus dengue sebagai penyebab infeksi pada penderita. A. aegypti adalah salah
satu vektor nyamuk yang paling utama untuk arbovirus karena nyamuk ini sangat
antropofilik, hidup dekat manusia, dan sering hidup di dalam rumah sekitar kamar
tidur, pakaian, dan air bersih sehingga sulit untuk mengontrolnya dari lingkungan
luar. 3
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 IDENTIFIKASI
a. Nama
: LBZ
I.
c. Jenis Kelamin
: Perempuan
d. Berat badan
: 44 Kg
e. Panjang badan
: 152 cm
f. Agama
: Islam
g. Bangsa
: Indonesia
h. Alamat
: Muara Batun
i. Suku Bangsa
: Sumatera
j. MRS
: 22 November 2016
k. Medical record
: 52.97.60
ANAMNESIS
Tanggal
Diberikan Oleh
: Demam tinggi
2. Keluhan tambahan
berkunjung keluar kota (-), pasien pergi ke mantri, diberi 3 macam obat,
namun keluhan tidak berkurang.
Sejak 4 hari yang lalu, penderita masih mengalami demam, terusmenerus, menggigil (-), kejang (-), berkeringat (+), batuk (-), pilek (-),
kemerahan di wajah (+), ruam (-), nyeri kepala (+), nyeri belakang bola
mata (+), nyeri otot dan sendi (+), nyeri perut (-), mual (+), muntah (-)
frekuensi 3 kali sehari, isi makanan apa yang dimakan, sakit tenggorokan (+),
mimisan (-), gusi berdarah (-), nafsu makan berkurang (+), minum sedikit,
BAB tidak lancar dan BAK normal. Penderita dibawa ke dokter umum
didaerah plaju dan didiagnosis dengan gejala tifoid. Panderita diberikan 3
macam obat simetidin 200mg, paracetamol 500mg, dan tiamfenicol 500mg.
6 jam sebelum masuk rumah sakit, penderita demam tinggi lagi, kaki
dan tangan penderita dingin (-), bintik merah pada tangan dan badan (-),
menggigil (-), kejang (-), berkeringat (-), batuk (-), pilek (-), kemerahan di
wajah (-), nyeri kepala (+), nyeri belakang bola mata (-), nyeri otot dan
sendi (+), nyeri perut (-), mual (+), muntah (-), sakit tenggorokan (-), BAB
hitam (+), mimisan (-), gusi berdarah (-), nafsu makan berkurang (+),
minum sedikit, BAK semakin berkurang. Penderita lalu pergi ke RSUD Bari
Palembang.
B. RIWAYAT SEBELUM MASUK RUMAH SAKIT
1. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat dengan keluhan penyakit yang sama sebelumnya disangkal.
2. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
GPA
: G2P1A 0
Masa kehamilan
: Aterm
Partus
: Spontan
Penolong
: Bidan
Tanggal
: 14 April 2005
: 3000 g
Panjang badan
: 47 cm
Susu Formula
Bubur susu
Bubur nasi
Nasi biasa
Daging
: + (jarang)
Tempe
:+
Tahu
:+
Sayuran
:+
Buah
: + (jarang)
Kesan
: Cukup
Kualitas
: Kurang
4. Riwayat Imunisasi
IMUNISASI DASAR
Hepatitis B 0 (setelah anak lahir)
BCG
(1 bulan)
DPT 1
(2 bulan)
DPT 2
(3 bulan)
Hepatitis B 1 (2 bulan)
Hepatitis B 2 (3 bulan)
Hib 1
(2 bulan)
Hib 2
(3 bulan)
Polio 1
(1 bulan)
Polio 2
(2 bulan)
Campak
(9 bulan)
DPT 3
Hepatitis B 3
Hib 3
Polio 3
Polio 4
(4 bulan)
(4 bulan)
(4 bulan)
(3 bulan)
(4 bulan)
: 3 bulan
Tengkurap
: 4 bulan
Merangkak
: 5 bulan
Duduk
: 7 bulan
Berdiri
: 11 bulan
Berjalan
: 13 bulan
Berbicara
: 14 bulan
Kesan
6. Riwayat Keluarga
Ayah
Ibu
Nama
Tn. S
Ny. M
Umur
45 Tahun
45 tahun
Agama
Islam
Islam
Perkawinan
Pertama
Pertama
Pendidikan
SMP
SMP
Pekerjaan
Buruh
IRT
Keadaan Umum
Kesadaran
: Kompos mentis
BB
: 44 Kg
TB
: 152 cm
Status Gizi
BB/U
: Percentil 25 (89,79%)
PB/U
: Percentil 10 (95%)
BB/PB
: 100%
: 39,1oC
Respirasi
: 120/80 mmHg
Nadi
B. PEMERIKSAAN KHUSUS
Kepala
Mata
Mulut
Hidung
Rambut
Gigi
Lidah
Faring/Tonsil
Telinga
Leher
Thoraks
Paru-paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Ekstremitas
Pemeriksaan
Kanan
Tungkai
Kiri
Lengan
Kanan
Kiri
Gerakan
Kekuatan
Tonus
Klonus
Refleks fisiologis
Refleks patologis
Segala arah
5
Eutoni
+N
-
Segala arah
5
Eutoni
+N
-
Segala arah
5
Eutoni
+N
-
Fungsi sensorik
Segala arah
5
Eutoni
+N
-
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Pemeriksaan Laboratorium (22 November 2016, pukul 22.00 WIB)
Jenis Pemeriksaan
Hemoglobin (Hb)
WBC
Ht
Trombosit
Hitung Jenis Leukosit
Hasil
13 g/dL
2,7 x 103/mm3 *
38%
73 x103/L *
Nilai Rujukan
11,3-14,1 g/dL
4,5-13,5x103/ mm3
37-41%
217-497x103/L
Basofil
0*
0-1
Eosinofil
3*
1-6
Neutrofil
44 *
50-70
Limfosit
43 *
20-40
Monosit
7*
2-8
Hasil
15 g/dL
44%
18 x103/L *
Nilai Rujukan
11,3-14,1 g/dL
37-41%
217-497x103/L
9
I.
II.
III.
DAFTAR MASALAH
Demam tinggi
Nyeri kepala
DIAGNOSIS BANDING
Demam dengue
DIAGNOSIS KERJA
Tersangka demam berdarah dengue derajat I
IV.
PENATALAKSANAAN
a.
Terapi Farmakologis
10
b.
Monitoring
Tanda vital
Kurva suhu
Balance dan diuresis tiap 6 jam
Pantau hasil laboratorium (Hb, Ht, trombosit) 24 jam
Observasi tanda syok
c.
Edukasi
Tirah baring
Beri minum 1 - 2 liter dalam 24 jam
Pengobatan utama adalah cairan
Upaya pencegahan dengan 3M
V.
VI.
PROGNOSIS
a. Quo ad vitam
: dubia ad bonam
b. Quo ad functionam
: dubia ad bonam
c. Quo ad sanationam
: dubia ad bonam
FOLLOW UP
Tanggal
23
November
P:
2016
O:
- IVFD RL 28 cc/jam
07.00 WIB
Keadaan Umum:
KU: lemah
Nadi 140x/menit
Observasi
tanda-tanda
11
RR 24x/menit
T: 39,1C
November
P:
2016
O:
07.00 WIB
Keadaan Umum:
TD :110/80
Nadi 89x/menit
RR 23x/menit
T>380C)
T: 37,5C
Observasi
tanda-tanda
12
November
P:
2016
- IVFD RL 80 cc/jam
07.00 WIB
O:
Keadaan Umum:
Observasi
tanda-tanda
TD :110/80
- Paracetamol 3x 500 mg
Nadi 94x/menit
(bila T>380C)
RR 23x/menit
T: 37,5C
13
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1.
DEFINISI
Demam Dengue (dengue fever, selanjutnya disingkat DF) adalah penyakit
yang terutama terdapat pada anak remaja atau orang dewasa, dengan tanda - tanda
klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai leukopenia,
dengan/tanpa ruam (rash) dan limfadenopati, demam bifasik, sakit kepala yang
hebat, nyeri pada pergerakan bola mata, rasa mengecap yang terganggu,
14
ETIOLOGI
Virus dengue penyebab DBD termasuk famili Flaviviridae, yang
berukuran kecil sekali, yaitu 35-45 nm. Virus dengue serotipe 1,2,3,4 ditularkan
melalui vektor nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk Aedes albopictus, Aedes
polynesiensis, dan beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan.
Infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup
terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak memberi perlindungan terhadap
serotipe lain.
3.3
PATOFISIOLOGI
Virus hanya dapat hidup dalam sel hidup sehingga harus bersaing dengan
15
sebagai akibat mobilisasi sel trombosit muda dari sumsum tulang; (3) kerusakan
sel endotel pembuluh darah akan merangsang/ mengaktivasi faktor pembekuan.
Ketiga faktor diatas menyebabkan (1) peningkatan permeabilitas kapiler; (2)
kelainan hemostasis yang disebabkan oleh vaskulopati, trombositopenia, dan
koagulopati.
Dari sudut patofisiologi, infeksi virus dengue bergerak sesuai alur berikut :
Gambar
Patofisiologi
1.
Infeksi
Dengue
3.4
MANIFESTASI KLINIK
Infeksi virus dengue mengakibatkan menifestasi klinik yang bervariasi
16
17
Terjadi gangguan fungsi pembekuan darah sebagai akibat dari penurunan jumlah
dan kualitas komponen-komponen beku darah yang menimbulkan manifestasi
perdarahan.
Bentuk reaksi ketiga
Terjadi kebocoran pada pembuluh darah yang mengakibatkan keluarnya
komponen plasma (cairan) darah dari dalam pembuluh darah menuju ke rongga
perut berupa gejala asites dan rongga selaput paru berupa gejala efusi pleura.
Apabila tubuh manusia hanya memberi reaksi bentuk 1 dan 2 saja maka orang
tersebut akan menderita demam dengue, sedangkan apabila ketiga bentuk reaksi
terjadi maka orang tersebut akan mengalami demam berdarah dengue.
Martina B E E et al.
Clin. Microbiol. Rev.
2009;22:564-581
Dengue Fever
Manifestasi klinis infeksi dengue fever ditandai gejala-gejala klinik berupa
demam, nyeri pada seluruh tubuh, ruam dan perdarahan. Demam yang terjadi
pada infeksi virus dengue ini timbulnya mendadak, tinggi (dapat mencapai 39-40
C) dan dapat disertai dengan menggigil. Begitu mendadaknya, sering kali dalam
praktik sehari-hari kita mendengar cerita ibu bahwa pada saat melepas putranya
18
berangkat sekolah dalam keadaan sehat walafiat, tetapi pada saat pulang putranya
sudah mengeluh panas dan ternyata panasnya langsung tinggi. Pada saat anak
mulai panas ini biasanya sudah tidak mau bermain. Demam ini hanya berlangsung
sekitar lima hari. Pada saat demamnya berakhir, sering kali dalam bentuk turun
mendadak (lysis), dan disertai dengan berkeringat banyak. Saat itu anak tampak
agak loyo. Kadang-kadang dikenal istilah demam biphasik, yaitu demam yang
berlangsung selama beberapa hari itu sempat turun di tengahnya menjadi normal
kemudian naik lagi dan baru turun lagi saat penderita sembuh (gambaran kurva
panas sebagai punggung unta).
Gejala panas pada penderita infeksi virus dengue akan segera disusul
dengan timbulnya keluhan nyeri pada seluruh tubuh. Pada umumnya yang
dikeluhkan adalah nyeri otot, nyeri sendi, nyeri punggung, dan nyeri pada bola
mata yang semakin meningkat apabila digerakkan. Karena adanya gejala nyeri ini,
di kalangan masyarakat awam ada istilah flu tulang. Dengan sembuhnya penderita
gejala-gejala nyeri pada seluruh tubuh ini juga akan hilang.
Ruam yang terjadi pada infeksi virus dengue ini dapat timbul pada saat
awal panas yang berupa flushing, yaitu berupa kemerahan pada daerah muka,
leher, dan dada. Ruam juga dapat timbul pada hari ke-4 sakit berupa bercakbercak merah kecil seperti bercak pada penyakit campak. Kadang-kadang ruam
tersebut hanya timbul pada daerah tangan atau kaki saja sehingga memberi bentuk
spesifik seperti kaos tangan dan kaki. Yang terakhir ini biasanya timbul setelah
panas turun atau setelah hari ke-5.
Pada infeksi virus dengue apalagi pada bentuk klinis DHF selalu disertai
dengan tanda perdarahan. Hanya saja tanda perdarahan ini tidak selalu didapat
secara spontan oleh penderita, bahkan pada sebagian besar penderita tanda
perdarahan ini muncul setelah dilakukan tes tourniquet. Bentuk-bentuk perdarahan
spontan yang dapat terjadi pada penderita demam dengue dapat berupa perdarahan
kecil-kecil di kulit (petechiae), perdarahan agak besar di kulit (echimosis),
perdarahan gusi, perdarahan hidung dan kadang-kadang dapat terjadi perdarahan
yang masif yang dapat berakhir pada kematian.
19
20
kesehatan terdekat. Pada keadaan ini penderita sudah dalam keadaan terlambat
sehingga kurang optimal untuk diselamatkan dari penyakitnya.
Sindrom Syok Dengue (SSD/DSS)
Sindrom syok dengue adalah demam berdarah dengue dengan manifestasi
kegagalan sirkulasi berupa nadi lemah, lembut atau tak teraba, tekanan nadi 20
mmHg, hipotensi (sesuai umur), kulit dingin dan lembab, pasien tampak gelisah.
Dengan kata lain demam berdarah dengue yang telah memasuki keadaan syok
(sesuai DBD derajat III dan IV menurut WHO)(Dorland Medical Dictionary,
2005)
Pemeriksaan Penunjang
1.
21
Pada kasus berat ada disfungsi hati, penurunan kelompok vitamin Kdependent, protrombin seperti factor V, VII, IX dan X, fibrinogen
mungkin subnormal
Serum
komplemen
menurun,
hipoproteinemia,
kadang-kadang
hipokloremia
-
Hiponatremia
Asidosis metabolik berat dan peningkatan kadar urea nitrogen pada syok
berkepanjangan
2.
Radiologis
Pada foto thoraks didapatkan efusi pleura terutama pada hemitoraks kanan,
tetapi bila terjadi pembesaran plasma hebat, foto roentgen dada sebaiknya
dilakukan lateral dekubitus kanan. Asites dan efusi pleura dapat dideteksi
dengan USG
3.
-
Diagnosis serologi
Hemaglutination Inhibition Test (HI test)
Uji ini sensitif tapi tidak spesifik (tidak dapat menunjukkan tipe virus yang
menginfeksi. Antibody HI bertahan >48 tahun, maka cocok untuk uji
seroepidemiologi. Untuk diagnosis pasien, kenaikan titer konvalesen 4x
dari titer serum akut atau titer tinggi (>1280) baik pada serum akut atau
konvalesen dianggap diduga keras positif infeksi dengue yang baru terjadi
(presumtif +)
22
Neutralization Test
Paling spesifik dan paling sensitif untuk virus dengue, berdasarkan reduksi
dari
lebih cepat dari antibodi komplemen, bertahan >48 tahun tapi lama dan
ruwet
-
Isolasi virus
a. Inokulasi intraserebral pada bayi tikus albino umur 1-3 hari
b. Inokulasi pada biakan jaringan mamalia (LLCMK2) dan nyamuk A
albopictus
c. Inokulasi pada nyamuk dewasa secara intratorasik/intraserebral pada
larva
23
Identifikasi virus
Dengan Fluorescence antibody technique test secata langsung atau tidak
langsung. Untuk identifikasi dipakai yang indirek dengan antibodi
monoclonal
3.5
DIAGNOSIS
Dasar diagnosis DHF (WHO, 1997):
Klinis
1. Demam tinggi dengan mendadak dan terus-menerus selama 2-7 hari.
2. Manifesatasi perdarahan, termasuk setidak-tidaknya uji bendung positif
dan bentuk lain (petekie, purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi),
hematemesis atau melena.
3. Pembesaran hati.
4. Syok yang ditandai oleh nadi yang lemah, Hipotensi (tekanan sistolik
menurun sampai 80 mmHg atau kurang), disertai kulit yang teraba dingin
dan lembab terutama pada ujung hidung, jari dan kaki, pasien jadi gelisah.
Laboratorium
-
Dua gejala klinis pertama ditambah satu gejala laboratorium cukup untuk
menegakkan diagnosis kerja DHF
24
Suhu turun
Derajat (WHO,1997) :
I.
25
3.6
DIAGNOSIS BANDING
Pada awal penyakit, diagnosis banding mencakup infeksi bakteri, virus
PENATALAKSANAAN
Pada dasarnya bersifat suportif yaitu mengatasi kehilangan cairan plasma
26
jam berikutnya. Hiperpireksia diatasi dengan antipiretik dan bila perlu surface
cooling dengan kompres es. Parasetamol direkomendasikan untuk mengatasi
demam dengan dosis 10-15 mg/kgBB/kali.
Pemberian cairan intravena pada pasien DHF tanpa renjatan dilakukan bila
pasien terus-menerus muntah sehingga tidak mungkin diberi makanan peroral atau
didapatkan nilai hematokrit yang bertendensi terus meningkat (> 40
vol%).
Jumlah cairan yang diberikan tergantung dari derajat dehidrasi dan kehilangan
elektrolit, dianjurkan cairan glukosa 5% dalam 1/3 larutan NaCl 0,9%. Bila
terdapat asidosis, 1/4 dari jumlah larutan total dikeluarkan dan diganti dengan
larutan yang berisi 0,167 mol/liter natrium bikarbonat (3/4 bagian berisi larutan
NaCl 0.9% + glukosa ditambah 1/4 natrium bikarbonat).
27
28
29
Terapinya bersifat simtomatik dan suportif sesuai bagan di atas dengan urutan:
1. Penimbangan berat badan
Perkiraan Berat badan normal dapat dihitung dengan rumus. Untuk anak
umur 3-12 bulan: BB (kg)= 2x umur (tahun) +4
2. Tunjangan hidup dasar (pemberian oksigen) dan akses vena
Pada semua pasien syok harus diberikan oksigen 2l/menit (disarankan masker
dengan saturasi 95-100% dan kadar hemoglobin cukup. Akses vena untuk
darah
3. Kateter urin
Urin ditampung untuk urinanalisa dan jumlah diuresis urine (normal: 2-3
ml/kgBB/jam). Oliguria sering muncul sebelum penurunan tekanan darah dan
nadi
4. Pemasangan pipa oro/nasogastrik
Untuk dekompresi, memantau pendarahan saluran cerna dan bilasan lambung.
5. Resusitasi cairan
Jenis cairan (rekomendasi WHO)
Kristaloid (efektif mengisi ruang interstitial, mudah disediakan, tidak mahal,
tidak alergik, namun hanya bolus yang tetap di intravascular )
Larutan ringer laktat (RL) atau dekstrosa 5% dalam larutan ringer laktat
(D5/RL)
Dekstran 40
Albumin 5%
30
Gelatin
Plasma
Hetastarch
<7
220
7-11
165
12-18
132
>18
88
10
100 per kg BB
10-20
>20
Cairan intravena dapat dihentikan bila Ht telah turun sekitar 40%, jumlah
urin 2 ml/kgBB/jam atau lebih.
7. Rawat di PICU
Untuk memantau dan mengantisipasi perubahan sirkulasi metabolic dengan
intensif
8. Koreksi gangguan metabolik dan elektrolit
Dilakukan pemeriksaan analisis gas darah dan elektrolit. Apabila asidosis
tidak
g/kg secara IV atau IO. Bolus D 10W 5-10 ml/kgbb atau D5W atau D5 NaCl
0,9% atau RL 10-20 ml/kgBB, dapat diberikan dalam 20 menit. Konsentrasi
maksimum glukosa neonatus adalah 12,5% ( secara IV)
12. Kalsium klorida
Untuk pengobatan hipokalsemia, hiperkalemia dan hipermagnesemia.
Kandungan kalsium pada kalsium glukonat 10% adalah 9 mg/ml dan pada
kalsium klorida 10% adalah 27,2 mg/ml. dosis kalsium klorida 10% adalah
0,2-0,5 ml/kgBB atau 5-7 mg/kgbb elemen kalsium sama dengan 20-25
mg/kgbb garam kalsium yang diberikan secara infus dengan pelan (100
mg/menit) untuk mencegah bradikardi dan asistole. Dosis ini dapat diulangi 1
kali lagi sesudah 10 menit. Dosis selanjutnya hanya dilakukan bila dilakukan
pengukuran kadar kalsium. Kalsium tidak dicamput dengan sodium
bikarbonat karena terjadi pengendapan.
13. Dopamin
Dopamin diberikan untuk mengobati hipotensi atau perfusi perifer buruk pada
anak dengan volume intravaskular cukup dan irama jantung stabil. Dopamin
disiapkan menurut Rule of six (6xBB) mg dopamin dalam cairan 100 ml, bila
diinfuskan dengan kecepatan 1 ml/jam akan memberikan dopamin 1
g/kgbb/menit. Diberikan infus kontinu dengan bantuan pompa infus melalui
kateter vena yang besar atau kateter vena sentralis. Ekstravasasi dopamin
dapat menyebabkan iskemia dan nekrosis jaringan lokal. Dimulai dari 10
ml/jam atau 10g/kgbb/ menit yang selanjutnya disesuaikan dengan penilaian
diuresis, perfusi sistemik dan tekanan darah. Pada dosis rendah (25g/kgbb/menit), efek langsung dopamin pada reseptor adrenergic jantung
sedikit namun pada vascular bed dopamin merangsang reseptor dopaminergik
dengan efek vasodilatasi yang meningkatkan aliran darah renal, splanknik,
koroner dan serebral. Pada dosis tinggi (>5g/kgbb/menit) dopamin memberi
efek melalui pelepasan norepinefrin saraf simpatis jantung pada reseptor
adrenergic jantung dan efek adrenergic. Infus dopamin 5-10g/kgbb/menit
34
35
Tanda-tanda vital dicatat tiap 15-30 atau lebih sering sampai syok dapat
teratasi
Kadar hematokrit harus diperiksa tiap 4-6 jam sampai keadaan pasien
stabil
Hematokrit stabil
36
3.8
PENCEGAHAN
Untuk memutuskan rantai penularan, pemberantasan vektor dianggap cara
b. Tanpa insektisida
-
3.9
PROGNOSIS
Kematian oleh demam dengue hampir tidak ada, sebaliknya pada
BAB III
ANALISIS KASUS
37
An. LBZ, seorang anak perempuan usia 14 tahun, dibawa ke RSUD BARI
dengan keluhan demam tinggi mendadak dan terus-menerus sejak 6 hari sebelum
masuk rumah sakit. Demam disertai nyeri kepala (+), nyeri belakang bola mata
(+), nyeri otot dan sendi mual (+), muntah (+) frekuensi 3 kali sehari, isi
makanan apa yang dimakan, pasien pergi ke mantri, diberi 3 mcam obat namun
keluhan berkurang. Menurut sifat dan waktu terjadinya, demam terjadi secara
akut. Dari anamnesis didapatkan bahwa demam tinggi terus-menerus terjadi
secara tiba-tiba sejak 6 hari SMRS yang berarti demam terjadi secara akut. Hal
tersebut dapat menyingkirkan diagnosis banding demam akibat malaria dan akibat
penyakit kronik. Berdasarkan keluhan lain seperti nyeri kepala, perut, otot dan
sendi, nyeri ulu hati, mengarahkan diagnosis ke demam berdarah dengue, demam
dengue, dan demam thypoid. Dari anamnesis, tidak ada riwayat makan atau jajan
di luar. Ini menyingkirkan penyebab demam karena typhoid. Tidak pula tampak
tanda-tanda shock secara anamnesis dan dibuktikan dari pemeriksaan fisik yang
menunjukkan mata tidak cekung, BAB normal.
Sejak 5 SMRS, penderita masih mengalami demam, terus-menerus,
berkeringat (+), kemerahan di wajah (+), nyeri kepala (+), nyeri belakang bola
mata (+), nyeri otot dan sendi (+), mual (+) sakit tenggorokan (+), nafsu makan
berkurang (+). Penderita dibawa ke dokter umum didaerah plaju dan didiagnosis
dengan gejala tifoid. Panderita diberikan 3 macam obat simetidin 200mg,
paracetamol 500mg, dan tiamfenicol 500mg. 6 jam sebelum masuk rumah sakit,
penderita demam tinggi lagi, nyeri kepala (+), nyeri otot dan sendi (+), mual (+),
minum sedikit, BAK semakin berkurang. Penderita lalu pergi ke RSUD Bari
Palembang.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan hasil Rumple leed test (+)
sehingga diagnosis mengarah pada DBD derajat I.
Dilakukan pemeriksaan
38
normal).
Prognosa pada pasien ini tergantung dari beberapa faktor, berdasarkan
pemantauan yang dilakukan pada pasien ini, prognosisnya dubia ad bonam.
Edukasi yang diberikan kepada pasien dan orang tua adalah (1) penderita harus
banyak minum, dapat diberikan sedikit demi sedikit namun sering, (2)
menghindari aktivitas berat, terutama yang mengakibatkan perdarahan,
(3)
39
DAFTAR PUSTAKA