You are on page 1of 12

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Percobaan
Setelah melakukan praktikum mahasiswa dapat mengetahui pengaruh kondisi
operasi pembuatan pulp proses soda semi mekanis terhadap perolehan pulp.
1.2 Dasar Teori
1.2.1 Komponen Kimiawi Biomassa
Biomassa adalah bahan yang dihasilkan dari hasil fotosintesis dimana
kandungan terbesar biomasa adalah selulosa, hemiselulosa dan lignin. Selulosa
merupakan komponen kimia utama sebagai penyusun dinding sel kayu. Selulosa
adalah karbohidrat yang tersusun atas unsur karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen
(O). Selulosa merupakan polimer yang memiliki rantai lurus dan tidak bercabang.
Rumus molekul dari selulosa adalah (C6H10O5)n, dimana n adalah jumlah pengulangan
unit glukosa, n disebut juga derajat polimerisasi (DP). Nilai n bervariasi tergantung
pada sumber dan pengolahannya, diasumsikan selulosa alami mempunyai derajat
polimerisasi yang seragam. Ketersediaan selulosa dalam jumlah yang banyak pada
pulp akan membentuk serat yang kuat, berwarna putih, tidak larut dalam air dan
pelarut-pelarut organik netral, serta tahan terhadap bahan-bahan kimia.
Di dalam biomassa terdiri dari beberapa komponen penyusun, yaitu selulosa,
hemiselulosa dan lignin. Oleh karena itu biomassa sering disebut sebagai bahan
berlignoselulosa. Lignoselulosa mengandung tiga komponen penyusun utama, yaitu
selulosa sebagai kerangka, kandungannya (30-50%-berat), hemiselulosa sebagai
bahan pengisi, kandungannya (15-35%-berat), dan lignin sebagai pembungkus,
kandungannya (13-30%-berat).
a. Selulosa
Komponen utama penyusun jaringan dinding sel tumbuh - tumbuhan pada
umumnya adalah selulosa. Selulosa adalah polimer alam berupa zat karbohidrat

(polisakarida) yang mempunyai serat dengan warna putih, tidak dapat larut dalam air
dan pelarut organik. Proses pembuatan pulp adalah contoh perlakuan fisik dan kimia
yang mempunyai tujuan untuk memisahkan selulosa dari kandungan impuritiesnya.

Gambar 1.1 Struktur Selulosa


b. Hemiselulosa
Hemiselulosa adalah bagian dari kelompok polisakarida yang memiliki rantai
pendek dan bercabang. Pada tumbuhan, hemiselulosa berfungsi sebagai bahan
pendukung dinding sel. Hemiselulosa juga merupakan senyawa polimer yang terdapat
pada biomassa.

Gambar 1.2 Struktur Monomer Pembentuk Hemiselulosa


c. Lignin
Lignin merupakan komponen makromolekul kayu ketiga. Struktur molekul
lignin sangat berbeda bila dibandingkan dengan polisakarida karena terdiri atas
sistem aromatik yang tersusun atas unit-unit fenil propana.

Gambar 1.3 (1) koniferil alkohol, (2) sinapil alcohol, dan


(3) p-koumaril alkohol

d. Delignifikasi
Delignifikasi adalah proses penyisihan lignin dari biomassa. Proses
delignifikasi terjadi karena putusnya ikatan -aril eter dalam makromolekul lignin.
Ikatan -aril eter merupakan pengikat rantai-rantai polimer lignin pada makromolekul
lignoselulosa padatannya. Pemutusan ikatan lignin tersebut disebabkan oleh adanya
ion hidrogen (H+) yang berasal dari cairan pemasak, sehingga lignin yang lepas dari
makromolekul lignoselulosa dapat larut dalam larutan pemasak. Keberhasilan proses
delignifikasi ditunjukkan oleh derajat delignifikasi dan selektivitas fraksionasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses delignifikasi antara lain konsentrasi asam
organik, nisbah cairan-padatan dan waktu reaksi.

1.2.2

Ampas Tebu
Tebu (Saccharum officinarum) adalah tanaman yang ditanam untuk bahan

baku gula. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis. Tanaman ini
termasuk jenis rumput-rumputan. Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen
mencapai kurang lebih 1 tahun. Di Indonesia tebu banyak dibudidayakan di pulau
Jawa dan Sumatra.

Ampas tebu atau lazimnya disebut bagas, adalah hasil samping dari proses
ekstraksi (pemerahan) cairan tebu. Dari satu pabrik dihasilkan ampas tebu sekitar 3540% dari berat tebu yang digiling. Berdasarkan data dari Pusat Penelitian Perkebunan
Gula Indonesia (P3GI) ampas tebu yang dihasilkan sebanyak 32% dari berat tebu
giling. Namun, sebanyak 60% dari ampas tebu tersebut dimanfaatkan oleh pabrik
gula sebagai bahan bakar, bahan baku untuk kertas, bahan baku industri kanvas rem,
industri jamur dan lain-lain. Oleh karena itu diperkirakan sebanyak 45 % dari ampas
tebu tersebut belum dimanfaatkan.
Ampas tebu sebagian besar mengandung lignoselulosa. Panjang seratnya antara
1,7 sampai 2 mm dengan diameter sekitar 20 mikro, sehingga ampas tebu ini dapat
memenuhi persyaratan untuk diolah menjadi papan-papan buatan. Bagase
mengandung air 48 - 52%, gula rata-rata 3,3% dan serat rata-rata 47,7%. Serat bagase
tidak dapat larut dalam air dan sebagian besar terdiri dari selulosa, pentosan dan
lignin.
Tabel 1.1 Komposisi kimia ampas tebu
Kandungan

Kadar %

Abu
38,2
Lignin
22,09
Selulosa
37,65
Sari
1,81
Pentosan
27,97
SiO2
3,01
Sumber : Syaiful Anwar (Alumni TIP-FTP-UB)

Berdasarkan penelitian tentang dimensi serat, bagase yang dipakai untuk bahan
baku pulp dan kertas oleh PT Kertas Leces, Probolinggo, rata-rata memiliki panjang
serat 1,43 mm, diameter 10,33 nm, tebal dinding serat 0,68 nm, diameter lumen 8,51
nm, dan nisbah serat dengan diameter serat 138,43. Batang tebu tersusun atas 2 sel
utama yaitu :

1. Bagian berserat, tersusun dari kulit berserabut panjang & berdinding tebal serta
fibrovascular. Bagian ini menyebabkan suatu batang tebu tampak utuh dan
padat, terletak di bagian kulit batang.
2. Bagian yang tak berserat/pith, berasal dari dinding sel tipis yang merupakan
dasar dari anyaman anyaman / parenchym tangkai. Bagian ini menyimpan
juice dalam tebu.
Kedua bagian ini saling terikat erat, tidak dapat dipisahkan secara sempurna.
Kandungan pith (Cane Sugar Handbook 12ed) adalah 20% berat dari bagasse yang
terdiri dari sel-sel perenkim, jika tidak dihilangkan maka akan menyerap larutan
pemasak kimia dan tidak diharapkan untuk kertas. Perbedaan dari kedua fraksi
tersebut yaitu kulit yang berserta dan fibrovascular dengan pith adalah pada sifat
fisiknya dan pada keadaan waktu mengalami proses pulping. Berdasarkan sifatnya,
pith sukar untuk dibuat kertas, maka jika pith sampai terdapat dalam pulp akan
menurunkan rate pengaliran dan kekuatan kertas yang dihasilkan, bahkan lebih dari
itu pith akan menyebabkan luas permukaan menjadi lebih besar sehingga bahan kimia
yang dibutuhkan pada proses pulping bertambah. Dengan alasan ini maka kandungan
pith diusahakan hilang sebelum proses pulping.
1.2.3

Pulp
Pulp atau bubur kertas merupakan serat berwarna putih yang diperoleh melalui

proses penyisihan lignin dari biomassan. (Sastrohamidjojo, 1984) Pulp dapat diolah
dengan lebih lanjut menjadi kertas, rayon, selulosa asetat dan turunan selulosa yang
lain. Sebagai bahan baku pulp dipakai bahan baku jerami dan merang dan meningkat
menjadi bahan baku bambu, ampas, tebu, pohon kapas, serat dan jenis rumput
rumputan. Syarat syarat bahan baku yang digunakan dalam pulp, yakni :
a. Berserat
b. Kadar alpha sellulosa lebih dari 40 %
c. Kadar ligninnya kurang dari 25 %

d. Kadar air maksimal 10 %


e. Memiliki kadar abu yang kecil.
Pengelompokan pulp menurut komposisinya dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu:
1. Pulp kayu (wood pulp)
Pulp kayu adalah pulp yang berbahan baku kayu. Pulp kayu dibedakan menjadi:
- Pulp kayu lunak (soft wood pulp). Jenis kayu lunak yang umum digunakan
berupa jenis kayu berdaun jarum (Needle Leaf) seperti Pinus Merkusi, Agatis
Loranthifolia, dan Albizza Folcata.
- Pulp kayu keras (hard wood pulp) Pada umumnya serat ini terdapat pada jenis
kayu berdaun lebar (Long Leaf) seperti kayu Oak.
2. Pulp bukan kayu (non wood pulp)
Pada saat ini pulp non kayu yang dihasilkan digunakan untuk memproduksi
kertas meliputi : percetakan dan kertas tulis, linerboard, medium berkerut, kertas
koran, tisu, dan dokumen khusus. Pulp non kayu yang umum digunakan biasanya
merupakan kombinasi antara pulp non kayu dengan pulp kayu lunak kraft atau sulfit
yang ditambahkan untuk menaikkan kekuatan kertas. Karekteristik bahan non kayu
mempunyai sifat fisik yang lebih baik daripada kayu lunak dan dapat digunakan di
dalam jumlah yang lebih rendah bila digunakan sebagai pelengkap dan sebagai bahan
pengganti bahan kayu lunak. Sumber serat non kayu meliputi: - limbah pertanian dan
industri hasil pertanian seperti jerami padi, gandum, batang jagung, dan limbah
kelapa sawit.
1.2.4

Proses pembuatan Pulp


Pulp merupakan hasil pembuburan bahan tumbuh-tumbuhan yang komponen

utamanya adalah selulosa. Pulp merupakan bahan baku utama untuk pembuatan
kertas. Proses pembuatan pulp industri dibagi atas tiga kelompok yaitu proses
mekanis, proses kimia dan proses semi kimia. Semuanya mempunyai tujuan yang

sama yaitu untuk memisahkan serat selulosa dari senyawa pengikatnya terutama
liginin.
1.2.4.1 Secara Mekanis
Pulp dapat dbuat dari kayu dengan penglahan secara mekanis tanpa perlakuan
kimia. Proses ini memiliki keunggulan antara lain memberikan hasil yang lebih tinggi
tetapi itu membutuhkan energi yang lebih besar. Pulp-pulp mekanik lebih banyak
diproduksi dari kayu-kayu yang lunak. Pada proses ini kandungan lignin dan zat-zat
lain masih tinggi.
1.2.4.2 Secara Kimia
Pembuatan pulp secara kimia adalah proses pembuatan pulp dengan
menggunakan bahan kimia sebagai bahan utama utnuk melarutkan bagian-bagian
yang tidak diinginkan, sehingga pulp yan g berkadar selulosa tinggi dapat
dihilangkan. Pulp yan telah dihasilkan akan mudah untuk diputihkan dan pada
umumnya dilakukan untuk menghasilkan jenis kertas tertentu seperti tissue, kertass
cetak dan lain-lain. Hampir semua produksi pulp kimia di dunia saat ini masih
didasarkan pada proses-proses sulfit dan sulfat, yang terakhir yang paling banyak.
Ada beberapa metode pembuatan pulp dengan proses kimia, yaitu :
a. Metode proses basa : proses soda dan proses sulfat.
b. Metode proses asam : proses sulfit.
1.2.4.3 Semi chemical proses
Pembuatan pulp secara semikimia merupakan proses dua tahap yaitu: tahap
pertama serpihan kayu diolah dengan bahan kimia yang tidak terlalu banyak untuk
memutus ikatan interseluler dengan menghilangkan sebagian hemiselulosa dan lignin,
selanjutnya mengalami perlakuan mekanis utuk memisahkan serat-seratnya. Cara
pembuatan pulp secara semikimia dilakukan untuk mendapatkan hasil pulp yang
lebih baik, disamping untuk mempertahankan keunggulan sifat pulp yang akan

diperoleh dengan cara mekanis. Hasil dan kualitas pulp yang diperoleh dengan cara
semi kimia terletak diantara hasil pulp yang diperoleh dengan cara kimia maupun
mekanis cara semikimia ini lebih sesuai untuk bahan baku jenis kayu keras. Hasil
pulp diperoleh sekitar 60-70% dan berat kering bahan baku.
1.2.5 Faktor yang berpengaruh pada pembuatan pulp
a. Larutan pemasak (larutan NaOH, Na2S, dan Na2CO3).
Larutan pemasak memisahkan dan menguraikan serat-serat selulosa dan non
selulosa. Pemisahan serat ini sangat penting sebab kadar non selulosa yang cukup
tinggi akan menurunkan kualitas pulp misalnya mengakibatkan degradasi dan
pelarutan selulosa yang berlebihan sehingga mengakibatkan sifat-sifat kekuatan pulp
turun (Sastrohamidjojo, 1984).
b. Temperatur pemasak dan pengeringan
Pengeringan dan pemasakan dibawah suhu penguraian akan mengakibatkan
selulosa dalam bahan baku belum terurai secara sempurna dan akan mengakibatkan
pula beberapa perubahan sifat selulosa.
c. Waktu pemasakan.
Proses pembuatan pulp yang menggunakan suhu 190 200 oC, hanya
membutuhkan waktu pemasakan 15 30 menit. Waktu pemasakan yang cukup lama
akan merusak struktur selulosa selulosa dan pemanasan dibawah suhu penguraian
akan mengakibatkan selulosa dalam bahan baku belum terurai secara sempurna.
d. Tekanan
Tekanan yang digunakan dalam setiap proses tergantung dari jenis bahan baku
yan digunakan dan temperatur operasi.
e. Dimensi serat meliputi panjang serat, diameter serta tebal dinding sel.

BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN
2.1

Alat-alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam percobaan pembuatan pulp dengan

proses semi mekanis adalah labu erlenmeyer 250 ml, labu erlenmeyer 500 ml,
pemanas (hot plate), kain kasa, blender, timbangan, gelas kimia, kertas saring dan
batang pengaduk.
2.2

Bahan
Adapun alat-alat yang digunakan dalam percobaan pembuatan pulp dengan
proses semi mekanis adalah ampas tebu dan larutan NaOH 30 % dan 15 %.

2.3

Prosedur Kerja
1) Tongkol jagung dipotong-potong kecil lalu dikeringkan.
2) Bahan baku yang telah kering ditimbang sebanyak 50 gram.
3) Larutan NaOH 30 % sebanyak 150 ml dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer
500 ml.
4) Selanjutnya bahan baku yang telah ditimbang, dimasukan ke dalam labu
erlenmeyer 500 ml yang berisi larutan pemasak NaOH 30%.
5) Erlenmeyer yang berisikan larutan pemasak dan bahan baku diletakkan di atas
hot plate dan ditutup menggunakan labu erlenmeyer 250 ml. Alumunium foil
dipasang diantara kedua erlenmeyer untuk menutup celah antara keduanya
sehingga tidak ada uap yang keluar saat pemasakan.
6) Pemanas dinyalakan dan diset pengatur suhunya pada setting tinggi untuk
mempercepat pemanasan.
7) Pemanas diset pengatur suhunya pada setting menengah jika larutan pemasak
telah mendidih untuk memperlambat dan menyeragamkan pendidihan pada
semua bahan baku yang dimasak.

8) Saat pendidihan telah berlangsung baik, waktu reaksi mulai dihitung, lamanya
pemasakan dibiarkan berlangsung selama 60 menit. Setiap 10 menit dilakukan
pengadukan.
9) Setelah waktu pemasakan dicapai, pemanas dimatikan dan labu erlenmeyer
dipindahkan dari pemanas dan dibiarkan dingin selama 15-30 menit.
10) Bahan termasak yang telah dingin disaring menggunakan kain kasa dan
diperas untuk meniris sisa cairan pemasakan.
11) Bahan termasak dalam kain kasa dibilas kembali dengan air keran, sampai
kira-kira cukup bersih.
12) Setelah bahan termasak selesai dibilas, bahan dimasukan ke blender dan air
keran ditambahkan ke dalam blender. Blender dinyalakan dengan setting
kecepatan 4 selama 1 menit.
13) Bahan yang telah diblender ditiris dalam kain kasa, kemudian diperas untuk
membuang sisa cairan.
14) Setelah seluruh cairan menetes dari padatan yang tersaring, bahan dikeringkan
di udara terbuka selama satu malam.
15) Setelah dikeringkan di udara terbuka selama satu malam, bahan dikeringkan
di oven.
16) Proses pengeringan dilakukan hingga berat bahan konstan (tidak ada
kandungan air pada bahan).
17) Percobaan dilakukan lagi dengan variasi larutan NaOH 15 %.

DAFTAR PUSTAKA
Tim Program Studi. 2011. Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Proses III. Pekanbaru :
laboratorium Dasar-Dasar Proses Program D3 Jurusan Teknik Kimia Fakultas
Teknik Universitas Riau.
Sastrohamidjojo, Harjdono. 1984. Kayu Kimia Ultra Struktur Dan Reaksi-Reaksi.
Yogyakarta : Gajah Mada Universitas Press.

ABSTRAK
Proses soda semi mekanis dalam pembuatan pulp merupakan proses yang
menggunakan proses kimiawi dan proses mekanis. Proses kimiawi yang dilakukan
adalah pemasakan dengan menggunakan larutan pemasak NaOH, sedangkan proses
mekanis yang dilakukan adalah menggunakan blender untuk menghasilkan serat
yang lebih halus. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kondisi
operasi pembuatan pulp proses soda semi mekanis terhadap perolehan pulp. Dalam
praktikum ini variabel percobaan yaitu konsentrasi larutan NaOH dengan variasi 30
% dan 15 %. Dari percobaan pada variasi konsentrasi larutan NaOH 30 %, yield
pulp yang diperoleh adalah sebesar 7,36 %, sedangkan pada variasi konsentrasi
larutan NaOH 15 %, yield pulp yang diperoleh sebesar 5,76 %.
Kata kunci : Proses soda semi mekanis, pulp, larutan pemasak, yield.

You might also like